Anda di halaman 1dari 11

Medikamen Intrakanal

Desinfeksi ruang pulpa merupakan langkah penting selama dan setelah prosedur
cleaning and shaping. Saat perawatan tidak dapat diselesaikan dalam satu kunjungan,
bakteri intrakanal yang masih bertahan dapat berpfoliferasi di antara waktu kunjungan.
Sehingga, medikamen intrakanal dapat digunakan untuk membatasi pertumbuhan
bakteri, menyediakan disinfeksi yang terus menerus dan menciptakan ‘physical
barrier’.1 Selain itu, medikamen intrakanal juga dapat mengurangi nyeri antar
kunjungan, menurunkan jumlah dan mencegah pertumbuhan kembali bakteri, dan
membuat kandungan saluran akar menjadi inert.2
Menurut Grossman, medikamen saluran akar yang ideal harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut3:
 Merupakan agen antimikroba yang efektif
 Tidak mengiritasi jaringan periradikular
 Stabil dalam cairan
 Memiliki efek antimikroba yang lama
 Aktif dengan adanya darah, serum dan protein jaringan
 Memiliki tegangan permukaan rendah
 Tidak mengganggu perbaikan jaringan periradikular
 Tidak membuat noda pada gigi
 Tidak merangsang respon imun cell-mediated
Berikut ini adalah pengelompokkan medikamen intrakanal yang umum digunakan2:

Gambar 1. Medikamen Intrakanal yang Umum Digunakan2

1) Kalsium Hidroksida
Merupakan medikasi intrakanal yang paling popular digunakan. Pertama
diperkenalkan oleh Hermann tahun 1920. Ca(OH)2 merupakan agen intrakanal yang
efektif menghambat pertumbuhan bakteri saluran akar. Aktivitas antimikrobanya
didapatkan dari pH nya yang bersifat alkali akibat pelepasan ion hidroksil. Suasana
basa dapat menghasilkan efek bakterisidal dengan menyebabkan denaturasi protein,
merusak DNA dan sitoplasma bakteri, menstimulasi deposisi tulang dengan
meningkatkan aktivitas osteoblast, dan menstimulasi proses penyembuhan dengan
menurunkan aktivitas osteoklas dan meningkatkan aktivitas fibroblast. Ion kalsium
yang dilepaskan juga berperan dalam proses kalsifikasi. Selain itu, agen ini dapat
membantu melarutkan jarinan nekrotik sisa dan bakteri serta produk sampingannya.
Ca(OH)2 merupakan antiseptik slow-acting, yaitu membutuhkan kontak 24 jam untuk
membunuh enterococci secara menyeluruh. Penggunaan Ca(OH)2 antar kunjungan
menunjukkan tidak ada efek pengurangan nyeri. Ca(OH)2 direkomendasikan untuk
gigi dengan pulpa nekrosis dan kontaminasi bakteri dan mungkin hanya sedikit
manfaatnya pada gigi dengan pulpa vital.1,2
Selain membunuh bakteri, Ca(OH)2 juga mampu menghidrolisis bagian lipid dari
lipopolisakarida (LPS), sehingga dapat menginaktivasi aktivitas biologis LPS dan
mengurangi efeknya. Karena, setelah bakteri mati, dindingnya masih tetap ada dan
dapat menstimulasi respon inflamasi pada jaringan periradikular.1
Karakteristik utama Ca(OH)2 yaitu: kelarutan yang terbatas, pH tinggi, digunakan
sebagai agen antimikroba broad-spectrum, dan efek antimikroba jangka panjang.1
Keterbatasan Kalsium Hidroksida
Handling dan penempatan Ca(OH)2 sedikit sulit bagi kebanyakan klinisi. Selain itu,
pembersihan Ca(OH)2 sering tidak sempurna, sehingga terdapat residu yang
menutupi 20-45% dinding saluran akar. Residu Ca(OH)2 dapat mengurangi setting
time siler endodontik berbasis zinc oxide eugenol dan mengganggu kemampuan
penutupan bahan pengisi saluran akar. Selain itu, Ca(OH)2 tidak sepenuhnya efektif
melawan patogen endodontik, termasuk E. faecalis dan Candida albicans.
Kemampuan Ca(OH)2 untuk menghilangkan bakteri secara menyeluruh masih
dipertanyakan.1
Protokol Klinis
Ca(OH)2 harus berkontak dengan jaringan untuk bekerja. Ca(OH) 2 bubuk dapat
dicampur dengan air steril, cairan anestesi local ataupun salin, dan ditempatkan ke
dalam saluran akar menggunakan lentulo. Selain itu, campuran tersebut juga dapat
diaplikasikan dari sediaan single-dose yang steril. Campuran tidak boleh dibiarkan
terlalu kering agar pH tetap tinggi. Untuk hasil maksimum, sebaiknya Ca(OH) 2 diisi
ke dalam saluran akar secara homogen hingga sepanjang kerja.1

Gambar 2. Penempatan Kalsium Hidroksida. A, Kalsium hidroksida dicampur dengan


glycerin untuk membentuk pasta tebal. B, Penempatan dengan Lentulo spiral. C, Injeksi
pasta propietary. D, Pemadatan kalsium hidroksida dengan dengan plugger.2

2) Sediaan Phenolics
Fenol (C6H5OH) dan sediaan fenolik juga umum digunakan sebagai medikamen
intrakanal. Dahulu, akibat sifatnya yang mudah menguap, agen ini dipercaya dapat
berpenetrasi ke tubuli dentin dan iregularitas anatomi. Namun, saat ini terbukti
bahwa senyawa ini memiliki rentang hidup pendek, dan penguapannya dapat
berdifusi melalui tumpatan sementara dan jaringan periapikal, menyebabkan
toksisitas. Saat ini, Ca(OH)2 atau tidak menggunakan medikasi lebih dipilih.1
Fenol merupakan racun protoplasma nonspesifik yang memiliki efek antibakteri pada
1-2%. Sediaan bahan fenol kedokteran gigi kebanyakan memiliki konsentrasi tinggi
(sekitar 30%), sehingga efek antimikroba in vivo tidak optimal dan durasinya sangat
pendek. Studi-studi in vitro menunjukkan bahwa fenol dan turunannya sangat toksik
pada sel mamalia dam efektivitas antimikrobanya tidak sebanding dengan
toksisitasnya.1
Walaupun toksisitas sediaan fenolik tinggi, turunan fenol, seperti
paramonochlorophenol (C6H4OHCl), thymol (C6H3OHCH3C3H7), dan cresol
(C6H4OHCH3), tetap tersedia. Turunan fenol merupakan antiseptic yang lebih kuat
dan lebih toksik dibandingkan fenol.1
Campuran/senyawa fenolik biasanya tersedia dalam cairan camphorated. Kandungan
kamfer dapat menurunkan toksisitas campuran fenolik karena memperlambat
pelepasan toksin ke jaringan sekitar.1 Campuran fenolik yang tersedia adalah
senyawa chloromono-campherphenolic (CMCP) yang mengandung
monochlorophenol, camphor dan alkohol. CMCP merupakan campuran fenolik yang
memiliki aktivitas bakterisidal dengan merusak membran sitoplasma, denaturasi
protein dan menginaktivasi enzim bakteri.4
Selain CMCP, senyawa fenolik yang umum digunakan adalah ChKM (Walkhoff
solution) yang mengandung 217 mg/g 4-chlorophenol, 712 mg/g camphor, dan 17
mg/g menthol di dalam alkohol.5 ChKM mengandung klorofenol yang berfungsi
sebagai antiseptik (poten dalam membunuh Enterococcus faecalis), kamfer yang
berfungsi untuk menurunkan derajat toksisitas fenol dan meningkatkan kerja uap
fenol, dan mentol sebagai sedatif ringan. ChKM bekerja melalui efek uap dan secara
jarak jauh, sehingga tidak harus berkontak langsung dengan jaringan yang terinfeksi.
Cresophene® juga merupakan sediaan senyawa fenolik yang umum digunakan
sebagai medikamen intrakanal. Cresophene® mengandung parachlorophenol,
dexamethasone, thymol dan camphor. Parachlorophenol memiliki sifat bakterisid
kuat, dexamethasone merupakan anti-inflamasi, dan thymol dan camphor berguna
sebagai antiseptic. Cresophene® bekerja dengan kontak langsung dengan jaringan.
Paperpoint dapat digunakan untuk mengaplikasikan Cresophene® dalam saluran
akar, lalu diangkat.6
Eugenol merupakan minyak esensial yang berasal dari cengkeh. Eugenol juga telah
umum digunakan sebagai medikamen intrakanal dan memiliki efek analgesik lokal
dan antiinflamasi. Eugenol biasanya digunakan saat preparasi saluran akar belum
selesai atau belum mencapai panjang kerja. Untuk mendapatkan efek eugenol, obat
harus diaplikasikan berkontak langsung dengan jaringan. Pada konsentrasi tinggi,
eugenol menstimulasi pelepasan superoxide neutrophil dan menyebabkan kerusakan
jaringan pada daerah inflamasi. Pada konsentrasi rendah, eugenol dapat melindungi
jaringan dari kerusakan dengan menghilangkan radikal bebas. Namun, diketahui
bahwa eugenol bersifat toksik untuk jaringan periradikular dan tidak lagi
disarankan.7
3) Aldehydes / Formaldehyde
Formaldehyde, digunakan dalam bentuk formokresol, bersifat sangat toksik,
mutagenic dan karsinogenik, tetapi telah digunakan secara luas pada terapi
endodontik. Semua sediaan formaldehyde memiliki efek antibakteri yang lebih
rendah dibandingkan toksisitasnya, sehingga tidak ada alasan klinis untuk
menggunakan bahan tersebut.1
4) Steroid / Kortikosteroid
Steroid telah digunakan pada saluran akar untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
Ledermix® merupakan produk komersil yang diciptakan oleh Prof. André Schroeder
tahun 1960. Ledermix® merupakan pasta water-soluble dan tidak dapat mengeras.
Kandungan aktifnya adalah anti-inflamasi poten kortikoid triamcinolone acetonide
1%, dikombinasikan dengan antibiotik broad-spectrum demeclocycline. Ledermix®
disarankan digunakan sebagai medikamen awal, khususnya bila pasien memiliki
gejala endodontik, karena memiliki efek meredakan nyeri inflamasi akut dari pulpa
dan periodonsium dengan cepat.1
Penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan nyeri postoperative, tetapi bukti juga
menyatakan bahwa mungkin tidak efektif pada tingkat nyeri yang lebih tinggi.
Steroid dapat berguna pada kasus pulpitis irreversible dan periodontitis apikalis
akut.2
Mekanisme antibakterinya adalah dengan menghambat sintesis protein ribosomal
pada bakteri. Triamcinolone dilepaskan dari pasta Ledermix® pada saluran akar dan
mencapai sistem sirkulasi dengan difusi melalui tubuli dentin, kanal lateral dan
foramen apikal.1
Teknik Aplikasi Ledermix®
Pada saluran akar sempit atau belum dipreparasi, Ledermix® pasta ditempatkan pada
file Headstroem kecil (no. 10 atau 15). Lalu file dimasukkan ke saluran akar
sepanjang mungkin tanpa tekanan. Gerakkan file memutar berlawanan arah jarum
jam, dengan gerakan “in and out vertical pumping”, sepanjang 2-3mm secara
vertikal.
Pada saluran akar yang besar atau telah dipreparasi, Ledermix® pasta ditempatkan
pada lentulo spiral (hanya sepanjang 2-3 mm). Masukkan lentulo ke saluran akar,
lalu nyalakan handpiece (putaran searah jarum jam). Dilakukan dengan gerakan “in
and out vertical pumping”, sepanjang 2-3mm secara vertikal dengan lentulo tetap
berputar.
5) Chlorhexidine Gluconate
Chlorhexidine 2% gel direkomendasikan sebagai medikamen intracanal, yang dapat
digunakan sendiri ataupun dicampur dengan kalsium hidroksida. CHX memiliki efek
antimikroba yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan Ca(OH)2 dan sangat
efektif menghilangkan biofilm E. faecalis.1
Beberapa studi mengatakan bahwa kombinasi CHX dengan Ca(OH)2 memiliki
aktivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan Ca(OH)2 dengan salin dan
penyembuhan periradikular yang lebih baik pada model hewan. Namun, studi terbaru
lain pada pasien manusia dengan periodontitis apikalis tidak menunjukkan kombinasi
tersebut menguntungkan.1,2
6) Halogen
Selain sebagai bahan irigasi, halogen juga digunakan sebagai medikamen intracanal
dalam bentuk chloramine-T, yang merupakan garam sodium N-chloro-tosylamide.
Iodine, dalam bentuk Iodine Potassium Iodide (IKI), merupakan cairan antiseptic
efektif dengan toksisitas jaringan yang rendah. IKI dapat membunuh bakteri pada
dentin terinfeksi dalam 5 menit secara in vitro. IKI dapat melepaskan uap dengan
efek antimikroba yang kuat.1
7) Triple-Antibiotic Paste
Rejimen triple-antibiotic mengandung metronidazole, ciprofloxacin dan minocycline
memiliki efek bakterisida melawan mikroba pada karies dentin dan pulpa terinfeksi.
Namun, pasta antibiotik ini dapat menyebabkan resistensi bakteri dan kandungan
minocycline di dalamnya dapat membuat diskolorasi pada gigi. Sehingga, alternatif
lain, yaitu dual paste (metronidazole, ciprofloxacin) dan Ca(OH)2 lebih disarankan.1
8) Bioactive Glass
Penelitian sedang berjalan mengenai penggunaan bioactive glass sebagai medikamen
intracanal. Pada suatu penelitian, glass yang digunakan mengandung 53% SiO2
(w/w), 23% Na2O, 20% CaO, dan 4% P2O5. Saat digunakan di dalam saluran akar,
bioactive glass ditemukan dapat membunuh bakteri, tetapi mekanisme kerjanya tidak
dapat menyeimbangkan pH. Beberapa bahan obturasi terbaru mengandung bioactive
glass (contohnya, Resilon).1

Lubrikan

Pada perawatan saluran akar, lubrikan biasanya digunakan untuk mengemulsifikasi


debri dan meringankan kerja mekanis dari instrumen file. Walaupun cairan irigasi juga
bertindak sebagai lubrikan, bahan jenis gel juga dipasarkan, seperti RC-prep yang
mengandung EDTA dan urea peroksida dan Glyde yang berbahan dasar glycol.
Penelitian menunjukkan bahwa air dan cairan NaOCl 2,5% meningkatkan efisiensi
cutting dibandingkan dengan kondisi kering. Penurunan nilai torque terjadi pada
potongan dentin yang dipreparasi dengan instrumen dengan irigasi, tetapi penggunaan
lubrikan gel menunjukkan torque yang sama dengan saluran akar kering, tidak
dilubrikasi.1

Kesimpulannya, irigasi merupakan tahap yang harus dilakukan pada perawatan saluran
akar untuk memastikan disinfeksi. NaOCl merupakan bahan irigasi yang dipilih karena
sifat tissue-dissolving dan disinfeksinya. EDTA atau chelator lain harus digunakan di
akhir prosedur untuk menghilangkan smear layer, diikuti oleh bilasan akhir dengan
NaOCl selama 1 menit untuk efisiensi pembersihan maksimal dan meminimalisasi erosi
dentin. Cara ini juga dapat meminimalisasi inaktivasi NaOCl akibat interaksi kimiawi.1
Restorasi Sementara2,3

Restorasi sementara digunakan pada perawatan saluran akar yang membutuhkan lebih
dari satu kunjungan. Pada beberapa kondisi, saat restorasi definitif harus ditunda,
restorasi sementara harus dapat bertahan beberapa bulan.
Restorasi sementara harus dapat:
1. Menutup rapat bagian korona, mencegah masuknya cairal oral dan bakteri dan
mencegah medikamen intracanal keluar
2. Meningkatkan isolasi selama prosedur perawatan
3. Menjaga struktur gigi hingga restorasi akhir diletakkan
4. Harus mudah diletakkan/diaplikasikan dan dibongkar/dihilangkan
5. Baik secara estetis, tetapi merupakan pertimbangan sekunder
Tujuan ini bergantung pada durasi penggunaan. Sehingga, bahan yang berbeda
dibutuhkan, bergantung waktu penggunaan, beban dan pemakaian oklusal, kompleksitas
akses dan kehilangan struktur gigi.
Pada kavitas akses perawatan saluran akar biasa yang hanya melibatkan satu
permukaan, restorasi sementara harus bertahan selamam beberapa hari hingga beberapa
minggu. Berbagai tipe dapat digunakan, yaitu:
 Cavit (ESPE, Seefeld, Germany), yang merupakan semen premixed yang mengeras
saat berkontak dengan cairan. Cavit mengandung zinc oxide, calcium sulfate, zinc
sulfate, glycol acetate, polyvinylacetate resins, polyvinyl chloride acetate,
triethanolamine, pigmen;
 Intermediate Restorative Material (IRM) (Dentsply International, Caulk Division,
USA), yaitu semen zinc-oxide eugenol yang diperkuat;
 GIC, seperti Fuji IX;
 Temporary Endodontic Restorative Material (TERM) (Dentsply International, Caulk
Division, USA), yang merupakan resin komposit, mengandung UDMA resin
polymer, inorganic fillers, pigmen dan inisiator. Semen ini mengeras dengan light
cure dan memiliki seal yang baik meskipun dengan ketebalan hanya 1-2 mm.
Penggunaan yang mudah dan memiliki kemampuan seal yang baik membuat Cavit
dipilih untuk kavitas yang lebih kecil, tetapi kekuatannya yang lemah dan mudah
mengalami keausan oklusal membuat Cavit hanya dapat digunakan pada waktu terbatas.
IRM dan TERM memiliki resistensi keausan yang lebih baik tetapi kemampuan seal
yang lebih rendah dibandingkan Cavit. Bahan restorasi yang lebih kuat, terutama GIC,
memiliki seal yang paling baik
Teknik Penempatan
Kualitas seal korona bergantung pada ketebalan bahan dan perluasan kontak dengan
struktur gigi sehat atau restorasi. Ketebalan minimum 3-4 mm dibutuhkan di sekitar
tepi.
Cavit dapat diaplikasikan pada ruang dan dinding kavitas yang kering. Cavit dapat
langsung diletakkan pada saluran akar yang telah ditutup; biasanya, selapis kapas atau
spons steril ditempatkan di atas orifis untuk mencegah tertutupnya saluran akar.
(Gambar di bawah)

Gambar 3. Teknik restorasi sementara. Kiri: teknik yang tepat. Ruangan yang minimal
ditutup dengan kapas, atau kapas pellet tidak digunakan khususnya pada dinding
proksimal yang telah hilang; Kanan, teknik yang tidak tepat karena lebih banyak ruang
yang diisi oleh kapas, sehingga ruangan untuk bahan restorasi tidak adekuat dan serat
kapas dapat meningkatkan bacterial leakage.
Cavit dimasukkan ke ruangan akses dengan plastic instrument secara incremental dari
dasar ke atas dan ditekan ke dinding kavitas dan undercuts yang ada.(Gambar di bawah)
Kelebihan lalu dibuang dan permukaan dihaluskan dengan kapas lembab. Pasien
diinstruksikan tidak mengunyah dengan gigi tersebut setidaknya satu jam.
Penghilangan/pembongkaran restorasi sementara disarankan menggunakan ultrasonic
tip, dibandingkan high-speed burs, untuk mencegaj kerusakan pada access opening.
Gambar 4.Teknik penempatan bahan restorasi sementara. A. Teknik single large "blob"
tidak dapat memberi seal yang baik; B, teknik inkremental yang tepat, dan setiap lapisan
ditekan ke dinding saluran akar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hargreaves KM, Berman LH, Rotstein I, editors. Cohen’s Pathway of the Pulp. 11 th
ed. Missouri: Elsevier; 2016.
2. Torabinejad M, Walton RE, Fouad AF. Endodontics Principles and Practice. 5th ed.
Missouri: Elsevier; 2015
3. Chandra BS, Gopikrishna V, editors. Grossman’s Endodontic Practice. 13 th ed.
Haryana: Wolters Kluwer; 2014.
4. Menezes MM, Valera MC, Jorge AO, Koga-Ito CY, Camargo CH, Mancini MN. In
Vitro Evaluation of The Effectiveness of Irrigants and Intracanal Medicaments on
Microorganisms within Root Canals. Int Endo J. 2004;37: 311-319.
5. Barthel CR, Zaritzki FF, Raab WH, Zimmer S. Bacterial Leakage in Roots Filled
with Different Medicaments and Sealed with Cavit. JOE. 2006 February; 32(2): 127-
129.
6. Anggono FD, Kuswandari S. Comparison of antibacterial activity inhibitory of black
cumin (Nigella sativa) oil, Cresophene®, and Calcium Hydroxide. Padjajaran J of
Dent. 2017;29(1):38-43.
7. Markowitz K, Moynihan M, Liu M, Kim S. Biologic properties of eugenol and zinc
oxide-eugenol. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1992 June;73(6):729-737.

Anda mungkin juga menyukai