Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PENGARUH MADU TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA
Surya Ferdian*, Tori Rihiantoro**, Ririn Sri Handayani**
*
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lanjut usia (lansia) mengalami perubahan baik fisik & fungsi, mental, psikososial, dan spiritual. Keluhan
tentang kesulitan tidur di waktu malam seringkali terjadi pada lansia. Hasil penelitian oleh Khasanah dan
Hidayati (2012) adalah 29 (29,9%) lansia memiliki kualitas tidur yang baik sedangkan 68 (70,1%)
memiliki kualitas tidur yang buruk. Sehingga diperlukan terapi yang efektif dan aman dari efek samping.
Pemberian madu adalah salah satu bentuk terapi dengan cara relaksasi yang merupakan jenis terapi
nonfarmakologi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah dilakukannya
pemberian madu di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi
experimental one group pre-post test design tanpa adanya kelompok kontrol. Jumlah responden 20 orang.
Analisis yang dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Sebelum dan sesudah dilakukannya
pemberian madu kepada responden dilakukan pengukuran kualitas tidur pada lansia. Analisis data
dilakukan menggunakan pengolah data komputer Paired Simple T-test. Hasil dari penelitian, diketahui
hasil nilai mean sebelum diberi perlakuan adalah 11.55 sedangkan nilai mean setelah 7 hari dilakukannya
pemberian madu sebesar 10.75 dengan p-value 0,002 (α : 0,05 ≥ p-value ) hal ini membuktikan bahwa
adanya perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukannya pemberian madu pada lansia di
UPTD PSLU Tresna Werdha Natar sebesar 0.8. Bagi pihak UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
diharapkan untuk memperhatikan cara meningkatkan kualitas pada lansia agar tidak terjadi seperti
kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, konfusi, disorientasi, menurunnya kemampuan
berkonsentrasi dan membuat keputusan.

Kata Kunci: Madu, Kualitas Tidur, Lansia

LATAR BELAKANG 283813 jumlah penduduk di Provinsi


Lampung (bkkbn.go.id). Jumlah Penduduk
World Health Organization Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan
memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia data yang diolah oleh Biro Pusat Statistik
di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar (BPS) Provinsi Lampung sebesar
orang yang akan terus bertambah hingga 2 7.877.468 jiwa yang terdiri dari 4.044.534
miliar orang di tahun 2050. Data World jiwa laki-laki dan 3.832.934 jiwa
Health Organization juga perempuan. Jumlah penduduk selama
memperkirakan 75% populasi lansia di tahun 2007–2012 cenderung meningkat
dunia pada tahun 2025 berada di negara yaitu dari 7.289.767 jiwa menjadi
berkembang. 7.767.312 jiwa (Lampung.BPS.go.id.
Populasi lansia di Indonesia, hasil 2012-2013). Jumlah lansia >45 tahun pada
sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan tahun 2012-2013 di Provinsi Lampung
bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara berdasarkan BPS Lampung (2013) yaitu
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak 1.770.806 dari total penduduk Provinsi
di dunia. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Lampung tahun 2013 yaitu 7.932.132
Indonesia mencapai 18,1 juta orang. penduduk.
Sementara itu data Susenas BPS 2012 Lansia sebagian besar berisiko tinggi
menunjukkan lansia di Indonesia sebesar mengalami gangguan tidur akibat berbagai
7,56% dari total penduduk Indonesia. faktor. Proses patologis terkait usia dapat
Menurut data tersebut sebagian besar menyebabkan perubahan pola tidur.
lansia di Indonesia berjenis kelamin Gangguan tidur menyerang 50% orang
perempuan. Jumlah lansia di provinsi yang berusia 65 tahun atau lebih yang yang
lampung sebanyak 48545 atau 17.10% dari tinggal di rumah dan 66% orang yang
[310]
tinggal di fasilitas perawatan jangka terbagi atas terapi farmakologis dan non
panjang. Gangguan tidur mempengaruhi farmakologis. Terapi farmakologis
kualitas hidup dan berhubungan dengan memiliki efek yang cepat. Namun
angka mortalitas yang lebih tinggi demikian, penggunaan obat-obatan ini
(Stanley, 2006: 450). menimbulkan dampak jangka panjang
Gangguan tidur merupakan salah yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Hal
satu masalah kesehatan yang sering ini dapat meningkatkan angka mortalitas
dihadapi oleh lansia. Gangguan tidur pada lansia yang menggunakan obat tidur.
adalah kondisi yang jika tidak diobati, Penggunaan obat tidur secara terus
secara umum akan menyebabkan gangguan menerus pada lansia menimbulkan efek
tidur malam yang mengakibatkan toksisitas yang tinggi. Toksisitas ini
munculnya salah satu dari ketiga masalah meningkat karena adanya penurunan aliran
berikut: insomnia; gerakan atau sensasi darah dan motilitas gastrointestinal.
abnormal di kala tidur atau ketika terjaga Mengonsumsi obat- obatan secara
di tengah malam; atau rasa mengantuk terus menerus akan menyebabkan
yang berlebihan di siang hari (Naylor dan kerusakan pada ginjal. Hal inilah yang
Aldrich, 1994 dalam Potter & menyebabkan terjadinya peningkatan
Perry:2005:1480). angka mortalitas pada lansia. Dengan
Nugroho (2008:53) dan Aspiani demikian diperlukan terapi non
(2014:54-55) mengatakan bahwa gangguan farmakologis yang efektif dan aman untuk
tidur pada lansia dapat disebabkan oleh meningkatkan kualitas tidur lansia
faktor ekstrinsik yaitu lingkungan yang (Stanley, 2006:454).
kurang tenang. Faktor intrinsik yaitu nyeri, Prinsip penatalaksanaan non
gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom farmakologis untuk mengatasi gangguan
tungkai bergerak, depresi, kecemasan, tidur adalah peningkatan kenyamanan dan
stres, iritabilitas dan marah yang tak rileks. Upaya yang membuat nyaman
tersalurkan. sangat penting untuk membuat klien
Proses penuaan dapat menyebabkan tertidur, terutama jika efek penyakit
penurunan fungsi neurontransmiter 2 yang seseorang mempengaruhi tidur (Potter &
ditandai dengan menurunnya distribusi Perry, 2005:1492). Salah satu terapi non
norepinefrin. Hal itu menyebabkan farmakologi yang berpotensi memperbaiki
perubahan irama sirkadian, dimana terjadi kualitas tidur lansia adalah dengan cara
perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 meminum madu (Hammad, 2013:83;
dan 4. Sehingga lansia hampir tidak Hadharah, 2014:65).
memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley, Madu berfungsi memberikan
2006:451 ; Potter & Perry:2005:1481). kenyamanan pada tubuh karena asam
Kualitas tidur yang buruk dapat amino tryptofan yang di miliki madu
menyebabkan gangguan-gangguan antara mampu mensintesis hormon melatonin
lain, seperti: kecenderungan lebih rentan yang mampu memperbaiki kualitas tidur
terhadap penyakit, pelupa, konfusi, pada lansia. Tryptophan merupakan
disorientasi serta menurunnya kemampuan prekursor serotonin dan serotonin dapat
berkonsentrasi dan membuat keputusan. dirubah menjadi melatonin. Pemberian
Selain itu kemandirian lansia juga asam amino tryptophan dapat
berkurang yang ditandai dengan meningkatkan sintesis serotonin pada otak.
menurunnya partisipasi dalam aktivitas Serotonin adalah neurotransmiter dan
harian. Hal ini tentu berdampak buruk melatonin adalah neurohormon. Serotonin
terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena maupun melatonin mempunyai efek tidur
itu masalah kualitas tidur pada lansia harus (Agustina & Saraswati, 2007
segera ditangani (Potter & Perry, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/janafi
2005:1477 Stanley, 2006:447). s/article/view/2568. ).
Penatalaksanaan dalam rangka Dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah
meningkatkan kualitas tidur pada lansia Subhanahu wata’ala berfirman “Dan

[311]
Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, perubahan yang terjadi setelah adanya
buatlah sarang di gunung-gunung, di eksperimen (program). Dimana peneliti
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat akan melakukan perlakuan kepada
yang dibuat manusia, kemudian makanlah responden dengan pemberian madu kepada
dari segala (macam) buah-buahan lalu lansia dan selanjutnya diukur kualitas tidur
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah sebelum dan sesudah pemberian madu
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu tersebut.
keluar minuman (madu) yang bermacam- Populasi dalam penelitian ini adalah
macam warnanya, di dalamnya terdapat 107 Lansia yang berada di UPTD PSLU
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung
Sungguh pada yang demikian itu benar- Selatan, sedangkan sampel penelitian
benar terdapat tanda (kebesaran Allah) sebanyak 30 responden yang ditentukan
bagi orang yang berpikir.” (An-Nahl [16]: dengan teknik purposive sampling, yaitu
68-69). peneliti memilih responden sesuai dengan
Berdasarkan hasil survey yang kriteria inklusi. Adapun kriteria responden
dilakukan di UPTD PSLU Tresna Werdha selama 7 hari proses penelitian ini adalah:
Natar, petugas panti mengatakan jumlah berusia 60-80 tahun, bersedia menjadi
lansia yang berada di panti 107 lansia yang responden, mengalami gangguan tidur
terbagi dalam 14 wisma. lansia yang ada di (insomnia), tidak mengalami sakit berat,
panti rata-rata berusia diatas 55-60 tahun tidak mengalami gangguan mental, tidak
keatas. Lansia yang beragama Islam sekitar mengkonsumsi obat tidur, tidak
90% dari jumlah lansia yang ada di Panti mengkonsumsi makanan/minuman yang
tersebut. Terdapat 33 lansia yang mempengaruhi tidur dan tidak mengalami
mengeluh sulit untuk tertidur pada malam nyeri, depresi, cemas berat.
hari, sering terbangun malam hari, merasa Pengumpulan data penelitian ini
tidak puas dengan tidurnya dan rata-rata menggunakan lembar kuisioner Pittsburg
mereka tidur hanya 4-5 jam perhari. Sleep Quality Index (PSQI) yang telah
Menurut Kozier (2010:665) & Hidayat dimodifikasi tatanan bahasanya supaya
(2009:127) serta Asmadi (2009:138), dapat dimengerti dengan mudah oleh para
seorang lansia membutuhkan waktu tidur 6 lansia yang akan menjadi responden
jam perhari, berarti dalam hal ini lansia mengingat kemampuan kognitif lansia
memiliki kualitas tidur yang buruk. Selain yang telah menurun akibat penuaan serta
itu penggunaan terapi alternatif non peneliti mengubah beberapa komponen
farmakologis juga belum diterapkan di pertanyaan yang terkandung didalamnya.
UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Pittsburgh Sleep Quality Index yang telah
Lampung Selatan. Berdasarkan hal dimodifikasi merupakan alat untuk menilai
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti kualitas tidur. Instrumen ini terdiri dari 16
pengaruh madu terhadap kualitas tidur poin pertanyaan pribadi yang berada di
pada lansia di UPTD PSLU Tresna dalam 7 komponen nilai, 16 pertanyaan itu
Werdha Natar Kabupaten Lampung mengkaji secara luas faktor yang
Selatan, Provinsi lampung. berhubungan dengan tidur seperti durasi
tidur, latensi tidur, dan masalah tidur.
Instrumen yang akan digunakan dalam
METODE penelitian ini adalah dengan menggunakan
alat yang sudah valid dan sudah di uji
Penelitian ini menggunakan desain validitasnya. Hal ini berdasarkan penelitian
quasi experimental one group pre-post dari Buysse (1988), dalam penelitian
test. Menurut Notoatmodjo (2010:57) tersebut PSQI diujikan selama 18 bulan
rancangan ini tidak ada kelompok kepada 52 orang sehat dan 54 pasien
pembanding (kontrol), tetapi sudah depresi dan 62 pasien gangguan tidur.
dilakukan observasi pertama (pretest) yang PSQI teruji valid dengan sensitivitas
memungkinkan menguji perubahan-

[312]
89,6% dan spesifitas 86,5% ( kappa = 0,75, Dari tabel diatas dapat disimpulkan
p < 0,001). bahwa kualitas tidur sebelum dilakukannya
Data yang terkumpul dengan pemberian madu mencapai nilai rata-rata
instrumen PSQI (Smyth, 2007) selanjutnya kualitas tidur 11.55 dan standar deviasi
akan diolah dan dilakukan analisis statistik 2.62. Pada kualitas tidur setelah diberikan
secara univariat dan bivariat. Analisis madu didapatkan perubahan nilai rata-rata
univariat dilakukan untuk mencari nilai kualitas tidur 10.75 dan standar deviasi
rata-rata, standar deviasi, nilai minimum 2.82. Nilai perbedaan rata-rata kualitas
dan maksimum skor nilai kualitas tidur tidur sebelum dan sesudah diberikan madu
lansia. Sedangkan analisis bivariat adalah 0.8. Hasil uji T-Dependen
dilakukan untuk mendapatkan perbedaan didapatkan nilai p-value = 0,002, berarti p-
rata-rata kualitas tidur lansia sebelum dan value ≤  (0.05) maka dapat disimpulkan
sesudah pemberian madu dengan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur
menggunakan uji T dependen. sebelum diberikan madu dan sesudah
diberikan madu.

HASIL
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian
Analisis univariat data yang didapatkan kesimpulan bahwa ada
terkumpul dari 30 reponden diperoleh perbedaan antara kualitas tidur sebelum
gambaran karakteristik responden dimana diberikan madu dan kualitas tidur setelah
jenis kelamin responden terbanyak adalah diberikan madu pada lansia dengan nilai p
laki-laki (65%), sebagian besar responden = 0,002.
(55%) berumur ≥ 70 tahun, 70% latar Pada saat sebelum penelitian
belakang pendidikannya tidak bersekolah dilakukan pengukuran kualitas tidur pada
dan 90% lansia telah tinggal > dari 1 lansia didapatkan hasil nilai rata-rata
tahun. Selanjutnya hasil analisis univariat sebesar 11.55 dengan standar deviasi 2.62,
untuk data kualitas tidur diperoleh sedangkan menurut (Buysse et al.,
gambaran kualitas tidur pada lansia 1988:195) nilai keseluruhan 5 atau lebih
sebelum diberikan madu rata-rata sebesar menununjukkan kualitas tidur yang buruk,
11.55 dengan standar deviasi 2.625, maka semakin tinggi nilai maka semakin
dengan nilai terendah 7 dan tertinggi 16. buruk kualitas tidur. Berarti rata-rata
Sedangkan kualitas tidur lansia sesudah kualitas tidur para lansia di UPTD PSLU
diberikan madu rata-rata sebesar 10.75 Tresna Werdha Natar memiliki kualitas
dengan standar deviasi 2.826, dengan nilai tidur yang buruk. Menurut Kozier et al.
terendah 6 dan tertinggi 16. (2010:665-667) dan menurut Potter &
Perry (2005:1477-1480), ada beberapa
Analisis Bivariat faktor yang mempengaruhi tidur antara
lain: sakit, lingkungan, letih, gaya hidup,
Tabel 1: Perbandingan Hasil Pengukuran stres emosional, stimulan dan alkohol, diet,
Kualitas Tidur Sebelum dan merokok, motivasi, dan obat-obatan.
Sesudah Diberikan Madu. Penelitian ini dilakukan di UPTD
PSLU Tresna Werdha Natar, Lampung
Kualitas p- Selatan selama 14 hari yaitu pada tanggal
Mean SD SE n
Tidur value 23 April - 07 Mei 2015. Jumlah responden
Sebelum yang bersedia mengikuti penelitian adalah
11.55 2.62 0,59
intervensi 20 responden. Hal ini tidak sesuai yang
0,002 20
Sesudah
intervensi
10.75 2.82 0,63 diharapkan peneliti yaitu berjumlah 30
responden karena banyak lansia yang
masuk dalam kriteria responden tidak mau
menjadi responden dikarenakan tidak
[313]
mendapat imbalan apapun ketika menjadi madu dikarenakan pada saat akan
responden. Pemberian madu dilakukan dilaksanakannya pemberian madu ada
sebelum lansia tidur pada malam hari responden yang sudah tertidur dan tidak
tepatnya 1 jam sebelum waktu tidur malam bisa dibangunkan sehingga tidak diberikan
(20.00 WIB) dengan menggunakan madu madu dan harus mengulang di hari
beserta sendok plastik berukuran 5 ml berikutnya yang berdampak tidak tepat 1
sebanyak 2 sendok. Setelah dilakukan minggu secara berlanjut dan harus mulai
pemberian madu selama 7 hari berturut- kembali dari hari pertama dan ada 1 orang
turut dilakukan kembali pengukuran responden yang kualitas tidurnya
kualitas tidur pada lansia dan didapatkan bertambah buruk dikarenakan menderita
nilai rata-rata sebesar 10.75 sehingga sakit gigi karena setelah diberikan madu
terdapat perbedaan nilai rata-rata sebesar pada malam hari responden tersebut tidak
0.8 dengan standar deviasi 2.82. nilai p- menggosok giginya.
value = 0,002, berarti p-value ≤  (0.05) Terdapat perbedaan nilai kualitas
maka dapat disimpulkan bahwa ada tidur pada responden dikarenakan kualitas
perbedaan antara kualitas tidur sebelum tidur dapat dipengaruhi oleh beberapa
diberikan madu dan sesudah diberikan faktor, yaitu lingkungan, penyakit fisik,
madu. Menurut (Buysse et al., 1988:195) kelelahan, gaya hidup, stres emosional,
nilai 5 atau lebih menunjukan kualitas tidur diet, merokok dan medikasi (Khasanah &
yang buruk, sedangkan setelah Hidayati, 2012). Hal ini sesuai kenyataan
dilakukannya pemberian madu pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar,
didapatkan perbedaan nilai kualitas tidur lansia sering mengeluh kualitas tidurnya
setelah intervensi yang sebelumnya nilai kurang, kurang segar saat bangun tidur,
rata-rata kualitas tidur pada lansia 11.55 dan letih. Hal ini diakibatkan lansia sering
berubah menjadi 10.75 yang didapatkan terbangun di malam hari untuk ke kamar
perbedaan nilai rata-rata 0.8, meskipun mandi, merasa susah untuk langsung
terdapat perbedaan setelah dilakukannya tertidur dan faktor lainnya. Hal ini sesuai
intervensi namun nilai tersebut masih dengan penelitan Khasanah (2012) yang
dalam kategori kualitas tidur yang buruk menunjukkan hasil lansia yang berada di
karena nilai 5 atau lebih masih fasilitas perawatan jangka panjang
menunjukkan bahwa para lansia di UPTD cenderung memiliki kualitas tidur yang
PSLU Tresna Werdha memiliki kualitas buruk.
tidur yang buruk. Manfaat madu sebagai obat untuk
Hasil penelitian menunjukkan ada menyembuhkan segala macam penyakit
pengaruh madu terhadap kualitas tidur salah satunya gangguan tidur terdapat
pada lansia setelah diberikan intervensi. dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah
Hal ini terlihat pada saat penelitian, Subhanahu wata’ala berfirman “Dan
dimana lansia yang telah mendapatkan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah,
pemberian madu merasa mengantuk. ‘buatlah sarang di gunung-gunung, di
Adanya pengaruh madu terhadap kualitas pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
tidur pada lansia dipengaruhi oleh adanya yang dibuat manusia, kemudian makanlah
asam amino tryptophan yang mampu dari segala (macam) buah-buahan lalu
mensekresikan hormon melatonin yang tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
mampu mengatur tidur pada manusia. Hal dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah
inilah yang akan memperbaiki irama itu keluar minuman (madu) yang
sirkadian pada lansia sehingga kualitas bermacam-macam warnanya, di dalamnya
tidurnya dapat membaik. terdapat obat yang menyembuhkan bagi
Pada saat setelah diberikan madu manusia. Sungguh pada yang demikian itu
terdapat 13 responden dengan kualitas benar-benar terdapat tanda (kebesaran
tidur yang membaik sedangkan 6 Allah) bagi orang yang berpikir’.” (An-
responden lainnya memiliki kualitas tidur Nahl [16] : 68-69). Di dalam Al-Hadist
yang sama dengan sebelum diberikan juga menyebutkan bahwa madu merupakan

[314]
salah satu obat yang mampu melatonin oleh kelenjar pineal. Aktivitas
menyembuhkan segala macam penyakit, NAT akan meningkat 30-70 kali dalam
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu keadaan tidak adanya cahaya.
Abbas, ia berkata, “Rasulullah Sekresi melatonin mulai meningkat
bersabda: ‘Kesembuhan ada pada tiga; pada malam hari, sekitar 2 jam sebelum
minum madu, berbekam dan mengecos jam tidur normal, kemudian terus
dengan api (besi yang dipanaskan). Dan, meningkat selama malam hari dan
aku melarang umatku (berobat dengan) mencapai puncak antara pukul 02.00-04.00
pengecosan’.” pagi. Setelah itu, sekresi melatonin akan
Penelitian tentang manfaat melatonin menurun secara gradual pada pagi hari dan
yang dihasilkan oleh asam amino mencapai level yang sangat rendah pada
tryptophan dalam madu pernah juga siang hari. Melatonin dapat memicu tidur
dilakukan oleh (Iswari, 2012) dengan judul dengan cara menekan wakepromoting
Melatonin dan Melatonin Receptor signal atau neuronal firing pada SCN.
Agonist Sebagai Penanganan Insomnia Dalam penelitian (Agustina &
Primer dan Kronis disebutkan bahwa Saraswati, 2011) disebutkan bahwa
melatonin dapat mengatur siklus tidur dan tryptophan merupakan prekursor serotonin
melatonin mempunyai dampak ataupun dan serotonin dapat dirubah menjadi
pengaruh besar dalam pengaturan tidur melatonin. Pemberian asam amino
seseorang, dan juga melatonin dapat tryptophan dapat meningkatkan sintesis
menanggulangi masalah gangguan tidur. serotonin pada otak. Serotonin adalah
Melatonin bekerja pada reseptor membran neurotransmiter dan melatonin adalah
yang disebut MT1, MT2, dan MT3 yang neurohormon. Serotonin maupun
tersebar di seluruh tubuh. Reseptor MT1 melatonin mempunyai efek tidur.
dan MT2 tersebar di berbagai bagian pada Melatonin merupakan hormon yang dapat
otak, namun paling banyak ditemukan di mengendalikan kadar hormon hormon lain.
suprachiasmatic nucleus (SCN). MT1 Dengan demikian dapat disimpulkan
menimbulkan efek hipnotik dengan cara bahwa ada pengaruh madu terhadap
menekan neural firing pada SCN, kualitas tidur pada lansia di UPTD PSLU
sedangkan MT2 memiliki efek ”mengatur Tresna Werdha Natar, Lampung Selatan.
ulang” ritme sirkadian. Melatonin Perbedaan ini terjadi karena setelah
menimbulkan efek hipnotik melalui diberikan intervensi terjadi penurunan skor
penekanan neuronal firing dan berperan kualitas tidur atau perbaikan kualitas tidur.
dalam memicu tidur. Karena itu melatonin Madu merupakan salah satu terapi non
tidak akan menimbulkan efek sedatif medis yang dapat memperbaiki kualitas
seperti yang terjadi pada pemberian terapi tidur lansia.
farmakologis. Melatonin merupakan Selain itu juga pemberian madu
hormon yang disintesis dan disekresikan untuk mengatasi gangguan tidur
oleh kelenjar pineal sebuah kelenjar yang merupakan pengobatan gratis, tanpa efek
berukuran sekitar 1 cm, terletak pada samping seperti pengobatan farmakologis
midline di otak. Di kelenjar pineal, (Hammad, 2013:13), dibandingkan
serotonin mengalami perubahan melalui penggunaan obat tidur secara terus
proses kimia menjadi melatonin (N-acetyl- menerus pada lansia yang dapat
5-methoxytryptamin). Melatonin menimbulkan efek toksisitas yang tinggi.
disekresikan langsung ke dalam sirkulasi Toksisitas ini meningkat karena adanya
dan didistribusikan ke seluruh tubuh. penurunan aliran darah dan motilitas
Melatonin juga disekresikan ke dalam gastrointestinal. Penurunan fungsi ginjal
cairan cerebrospinal melalui pineal recess. pada lansia yang diperburuk dengan
Penyesuaian antara ritme sirkadian konsumsi obat-obatan secara terus menerus
internal 24 jam dengan kondisi lingkungan akan menyebabkan gagal ginjal. Hal inilah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama yang menyebabkan terjadinya peningkatan
cahaya, aktivitas fisik dan sekresi hormon angka mortalitas pada lansia, dengan

[315]
demikian diperlukan terapi non Asmadi. 2009. Teknik Prosedural
farmakologis yang efektif dan aman untuk Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
meningkatkan kualitas tidur lansia Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
(Stanley, 2006:448-449). Salemba Medika.
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Gerontik,
KESIMPULAN Aplikasi NANDA, NIC dan NOC—
Jilid 1. Jakarta: TIM.
Berdasarkan hasil penelitian ini Buysse, dkk. (1988). The pittsburgh sleep
dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran quality index: A New Instrument for
nilai kualitas tidur PSQI pada lansia Psychiatri Practice and Research.
sebelum pemberian madu rata-rata 11.55 Diperoleh dari:
dan sesudah pemberian rata-rata 10.75. http://www.sleep.pitt.edu/includes/sh
meskipun terdapat perbedaan nilai rata-rata owFile.asp?fltype=doc&flID=1296.
sebesar 0.8 tetapi nilai kualitas tidur [18/01/2015]
tersebut termasuk dalam kategori kualitas Hadharah; dkk. 2014. Sehat Dengan
tidur yang buruk karena nilai kualitas tidur Terapi Madu. Solo: Kiswah Media.
5 atau lebih menunjukkan nilai kualitas Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar
tidur yang buruk (Buysse et al., 1988:195) Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi
Hasil analisis lebih lanjut Konsep dan Proses Keperawatan.
menjelaskan bahwa ada perbedaan kualitas Jakarta: Salemba Medika.
tidur sebelum diberikan madu dan sesudah Iswari & Wahyuni. 2012. Melatonin dan
diberikan madu dengan p-value 0,002. Melatonin Receptor Agonist Sebagai
Dengan demikian dapat disimpulkan Penanganan Insomnia Primer
bahwa terdapat pengaruh madu terhadap Kronis. Di Unduh di
kualitas tidur pada lansia di UPTD PSLU dihttp://download.portalgaruda.org/a
Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung rticle.php?article=82532&val=970.
Selatan. [17/01/2015]
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Kementrian Kesehatan RI, 2014. Profil
penulis menyarankan bahwa madu dapat kesehatan Indonesia Tahun 2013,
dimasukkan ke dalam program unit Jakarta.
rehabilitasi sebagai salah satu cara yang Khasanah, K dan Hidayati, W. (2012).
dapat diterapkan dalam meningkatkan Kualitas Tidur Lansia Balai
kualitas tidur pada lansia. Pemberian terapi Rehabilitasi Sosial “MANDIRI”
dapat dilakukan pada saat 1 jam menjelang Semarang. Journal Nursing Studies,
tidur malam tetapi diharapkan bagi lansia 1, 189-196.
yang meminum madu agar menggosok Kozier.,Erb.,Berman.,Snyder. 2010. Buku
giginya supaya tidak menderita sakit gigi. Ajar Fundamental Nursing Konsep,
Proses dan Praktik volume 2. Jakarta
: EGC.
DAFTAR PUSTAKA Nugroho, H. Wahjudi. 2008. Keperawatan
gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Agustina & Saraswati. 2007. Pemberian Nugroho, Adimas Okto. 2005. Pengaruh
Suplemen Asam Amino Tryptophan Pemberian Suplemen Melatonin
sebagai Upaya Menurunkan Terhadap Jumlah Sel Busa Dan
Kanibalisme Ikan Kerapu Macan Ketebalan Dinding Aorta
(Epinephelus fuscoguttatus). Abdominalis Tikus Wistar Yang
Diunduh di Diinduksi Aterosklerosis. Di unduh
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ di http://eprints.undip.ac.id/20414/.
janafis/article/view/2568. [14/01/2015]
[13/02/2015]

[316]
Potter, P. A, & Perry, A. G. (2005). Buku http://consultgerirn.org/uploads/File/t
ajar fundamental keperawatan: rythis/try_this_6_1.pdf. [23/01/2015]
konsep, proses dan Stanley, M dan Beare, P.G. (2006). Buku
Hamad, Said. 2013. 99 Resep Sehat Ajar Keperawatan Gerontik Edisis 2.
dengan Madu. Solo: Aqwa Medika. Jakarta : EGC.
Smyth, C. (2007). The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Diunduh di

[317]

Anda mungkin juga menyukai