Anda di halaman 1dari 15

Perkawinan Nyentana di Bali

menurut Manawa Dharmasastra

I Komang Trihadi W
Definisi..
Perkawinan menurut Agama Hindu adalah
suatu hal yang amat dimuliakan dan disakralkan
karena itu kawin dan mempunyai anak adalah
perintah Agama yang dimuliakan. Perkawinan
adalah perpaduan antara seorang pria dan
wanita atau persenyawaan yang meluluhkan
seorang pria dengan seorang wanita,
meleburnya menjadi satu, satu keluarga yang
terdiri dari suami istri dan anak-anaknya yang
akan lahir.
Tujuan Perkawinan…
Tujuan utama dari Grhastha adalah untuk
memperoleh keturunan atau sentana terutama
yang suputra, yaitu anak yang hormat kepada
orang tua, cinta kasih terhadap sesama, dan
berbakthi kepada Tuhan
Tujuan lainnya adalah untuk mencari harta
benda (artha) untuk memenuhi kebutuhan
hidup (kama) yang berdasarkan kebenaran
(dharma)
Sistem Perkawinan…
Menurut tradisi adat di Bali , ada 4 bentuk atau sistem
perkawinan, antara lain :
• Memadik / Meminang adalah pihak calon suami bersama
keluarganya datang kerumah calon istrinya untuk
meminang calon istrinya. Biasanya, kedua calon mempelai
sebelumnya telah saling mengenal dan ada kesepakatan
untuk berumah tangga. Dalam masyarakat Bali, bentuk ini
dipandang sebagai cara yang paling terhormat.

• Ngerorod / Rangkat adalah bentuk perkawinan yang


berlangsung atas dasar cinta sama cinta antara kedua calon
mempelai yang sudah dipandang cukup umur. Jenis
perkawinan ini sering disebut kawin lari.
Con’t…
• Nyentana / Nyeburin adalah perkawinan
yang berdasarkan perubahan status
hukum. Calon mempelai wanita secara
adat berperan sebagai purusha dan calon
mempelai laki-laki berstatus sebagai
pradana. Dalam hal ini, mempelai laki-
laki tinggal dirumah si istri.
Etika Perkawinan Nyentana…
• Aturan dalam perkawinan nyentana dengan perkawinan
yang lazim dilakukan dalam masyarakat kebanyakan juga
sedikit unik. Dalam perkawinan biasa, lazimnya seorang
lelaki yang melamar seorang gadis untuk dijadikan istrinya.
Namun dalam perkawinan nyentana si gadislah yang
melamar si lelaki untuk dijadikan suaminya untuk
selanjutnya diajak tinggal dirumah sigadis. Sementara itu
keturunannya akan menjadi milik dan melanjutkan
keturunan keluarga istrinya tadi.

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa putrika merupakan


proses perubahan status dan kedudukan perempuan secara
adat untuk menjadi laki-laki walaupun secara biologis
masih tetap merupakan perempuan.
Lanjutan…
Sehingga perempuan putrika memiliki kedudukan dan
kewajiban sebagai :
• Sebagai laki-laki dalam keluarga dalam hal menentukan
keluarga.
• Ahli waris bagi keluarga.
• Penerus keturunan keluarga.
• Mengurus keluarga.
• Menjadi anggota desa adat yang memiliki hak dan
kewajiban yang sama.
• Meneruskan tradisi yang telah diwariskan keluarga.
• Membina keutuhan keluarga.
Perkawinan Nyentana Sah Menurut
Manawa Dharmasastra
• Dalam masyarakat adat Bali, kalau seorang
laki-laki mengikuti pihak keluarga istrinya
biasanya oleh keluarganya maupun
lingkungannya akan dicemooh dan disebut
‘’Kepaid Bangkung’’. Sebenarnya, uangkapan
kasar inilah yang sangat ditakutkan oleh pihak
keluarga lelaki yang anaknya nyentana. Secara
yuridis pelaksanaan nyentana dengan kepaid
bangkung berbeda.
Lanjutan…
• Karena proses nyentana jelas dilakukan dengan
sebuah upacara sehingga status pengantin pria
juga jelas menjadi bagian dari keluarga istrinya.
Sementara kepaid bangkung sampai sekarang
masih rancu karena biasanya status laki-aki tetap
pada keluarganya hanya saja tinggalnya dirumah
istri
Lanjutan…
• Kitab Manawa Dharmasastra sebagai sumber
hukum positif yang berlaku bagi umat Hindu
secara tegas menyebutkan mengenai status
anak wanita yang ditegakkan sebagai penerus
keturunan dengan sebutan Putrika
(perempuan yang diubah statusnya menjadi
laki-laki).
Lanjutan…
• Sloka 127 kitab tersebut secara gamblang
menyebutkan ‘’Ia yang tidak mempunyai anak
laki-laki dapat menjadikan anaknya yang
perempuan menjadi demikian (status lelaki)
menurut acara penunjukan anak wanita dengan
mengatakan kepada suaminya anak laki-laki yang
lahir daripadanya akan melakukan upacara
penguburan’’. Dari uraian sloka tersebut, jelaslah
bahwa perkawinan nyentana dibolehkan. Lelaki
yang mau nyentana inilah yang disebut Sentana.
Con’t…
• Demikian halnya dengan pembagian warisan
dalam perkawinan Nyentana. Dalam Sloka 132
Manawa Dharmasastra disebutkan, ‘’Anak dari
wanita yang diangkat statusnya menjadi laki-
laki sesuangguhnya akan menerima juga harta
warisan dari ayahnya sendiri yang tidak
berputra laki-laki(kakek). Ia akan
menyelenggarakan Tarpana bagi kedua orang
tuanya, maupun datuk ibunya’’.
Selanjutnya Sloka 145 menyebutkan’’Anak yang
lahir dari wanita yang statusnya ditingkatkan
akan menjadi ahli waris seperti anak sendiri
yang sah darinya. Karena hasil yang ditimbulkan
adalah untuk dari pemilik tanah itu menurut
UU’’.
Om Santih Santih Santih
Om

Anda mungkin juga menyukai