Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TETRALOGY OF FALLOT (TOF)


DI RUANG PICU RSUD ARIFIN ACHMAD

Disusun oleh:
KELOMPOK V
Selvi Gustina, S.Kep
Rizka Dwi Ramadhani, S.Kep
Sustiara Derma, S.Kep
Sintia Adwi Pama Putri, S.Kep

Pembimbing:
Riri Novayelinda, S.Kp, M.Ng
Ns. Sri Hidayati, S.Kep
Ns. Agnes Suciani, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
(Makalah Seminar)

Makalah seminar ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan preseptor


akademik dan preseptor klinik

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau

Pekanbaru, April 2023

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Riri Novayelinda, S.Kp, M.Ng Ns. Sri Hidayati, S.Kep

i
KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tetralogy of Fallot (Tof) Di Ruang PICU RSUD Arifin
Achmad”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas seminar praktik profesi
mata kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini dapat terselesaikan atas partisipasi semua pihak yang turut
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Wan Fajriatul Mamnunah, Sp. KG selaku Direktur RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau
2. Zulkifli, S.Kep., MH selaku Wakil Direktur Bidang Medik dan Keperawatan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
3. Wan Murhayati, S.Kp., M.KM selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau
4. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas
Keperawatan universitas Riau.
5. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku Koordinator Praktik Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
6. Ns. Syeptri Agiani Putri, M.Kep selaku Koordinator Profesi Keperawatan
Anak.
7. Riri Novayelinda, S.Kp, M.Ng selaku Pembimbing Akademik di Ruang
PICU.
8. Ns. Sri Hidayati, S.Kep selaku Pembimbing Klinik di Ruang PICU.
9. Ns. Agnes Suciani, S.Kep selaku Fasilitator di Ruang PICU.
10. Pasien dengan Tetralogy of Fallot (Tof) yang telah bersedia menjadi pasien
kelolaan kelompok selama melaksanakan praktik profesi di Ruang PICU
RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru.

ii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat khususnya bagi Ners Muda, perawat ruangan, dan umumnya bagi
pembaca.

Pekanbaru, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tetralogy of Fallot (TOF)..................................................... 4
B. Etiologi Tetralogy of Fallot (TOF)..................................................... 4
C. Patofisiologi Tetralogy of Fallot (TOF)............................................. 5
D. Klasifikasi Tetralogy of Fallot (TOF)................................................ 7
E. Manifestasi Klinis Tetralogy of Fallot (TOF).................................... 7
F. Komplikasi Tetralogy of Fallot (TOF)............................................... 8
G. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 9
H. Penatalaksanaan Tetralogy of Fallot (TOF)....................................... 10
I. Pathway Tetralogy of Fallot (TOF).................................................... 13
J. Konsep Asuhan Keperawatan Tetralogy of Fallot (TOF).................. 14
BAB III KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian........................................................................................... 20
B. Analisis data........................................................................................ 26
C. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 29
D. Intervensi............................................................................................ 30
E. Implementasi....................................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................... 41

iv
B. Diagnosa............................................................................................. 42
C. Intervensi............................................................................................ 43
D. Implementasi dan Evaluasi................................................................. 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 47
B. Saran................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 49

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tetralogi of fallot (kelainan jantung bawaan) adalah penyakit jantung


kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada
sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis
karena terdapat kelainan VSD (Defek Septum Ventrikel), stenosis pulmonal
(penyempitan pada pulmonalis), hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot
ventrikel kanan), dan overiding aorta (katup aorta membesar) (Wong, 2010).
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan
yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak
dijumpai. dimana tetralogi of fallot menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum
atrium dan duktus arteriosus persisten, atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh
penyakit jantung bawaan, diantarapenyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi
fallot merupakan 2/3 nya.
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
seringditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya
piraukanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta
kegawatanyang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka
sebagaiseorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatandan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Di Amerika Serikat, 10% kasus penyakit jantung kongenitaladalah
Tetralogy of Fallot (TOF), sedikit lebih banyak laki-lakidibandingkan
perempuan. Seiring dengan meningkatnya angkakelahiran di Indonesia,
jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantungjuga meningkat. Dua per tiga
kasus penyakit jantung bawaan diIndonesia memperlihatkan gejala pada masa
neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang

1
memperlihatkan gejalapada masa neonatus meninggal pada bulan pertama
usianya jika tanpapenanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak
diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40%
meninggalsampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan
95%meninggal sampai usia 40 tahun. Sehingga deteksi dini penyakit inipada
anak–anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yanglebih parah
terjadi.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa TOF
merupakan kasus yang mematikan dan membutuhkan penatalaksanaan yang
tepat. Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU
RSUD Arifin Achmad”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini ialah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Tetralogy of
Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin Achmad?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini ialah untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan pada Pasien Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU
RSUD Arifin Achmad.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran terkait pengkajian pada pasien dengan
Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin Achmad.
b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin Achmad.
c. Mengetahui gambaran rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin
Achmad.

2
d. Mengetahui gambaran tindakan keperawatan pada pasien dengan
Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin Achmad.
e. Mengetahui gambaran evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Tetralogy of Fallot (TOF) Di Ruang PICU RSUD Arifin Achmad.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
pengalaman praktik mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Tetralogy of Fallot (TOF) melalui pendekatan proses
keperawatan yang dilakukan secara sistematis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber pengetahuan
dan gambaran bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan keperawatan
Universitas Riau dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Tetralogy of Fallot (TOF).
3. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan gambaran bagi
perawat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien
dengan Tetralogy of Fallot (TOF) menggunakan proses keperawatan
dengan melibatkan pasien dan keluarga sehingga dapat diperoleh
kepuasan dan kesembuhan penyakit pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tetralogy of Fallot (TOF)


Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif dan semakin lama semakin berat (Black
& Hawks, 2014).
TOF adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang
terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis
Infundibulum ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi
ventrikel kanan, dan Overriding aorta (Guyton, A. C, Hall, 2014).
B. Etiologi Tetralogy of Fallot (TOF)
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya TOF adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
2. Gizi yang buruk
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung
oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu

4
kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di
kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena
menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu.
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter.
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella.
d. Pajanan terhadap sinar x.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai (Yuniadi, Dony, & Bambang, 2017).
C. Patofisiologi Tetralogy of Fallot (TOF)
Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya
penyakit, adalah stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai
sangat berat, bahkan dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini
bersifat progresif, semakin lama semakin berat. Tekanan yang meningkat
akibat stenosis pulmonal menyebabkan darah yang terdeoksigenasi (yang
berasal dari vena) keluar dari ventrikel kanan menuju ventrikel kiri melalui
defek septum ventrikel dan ke sirkulasi sistemik melalui aorta, menyebabkan

5
hipoksemia sistemik dan sianosis. Bila stenosis pulmonal semakin berat, maka
semakin banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta.
Pada stenosis pulmonal yang ringan, darah dari ventrikel kanan
menuju ke paru, dan hanya pada aktivitas fisik akan terjadi pirau dari kanan
ke kiri. Semakin bertambahnya usia, maka infundibulum akan semakin
hipertrofik, sehingga pasien akan semakin sianotik. Obstruksi pada jalan
keluar ventrikel kanan ini menyebabkan kurangnya aliran darah ke paru yang
menyebabkan hipoksia, maka kompensasi untuk hipoksia adalah terjadinya
polisitemia dan dibentuknya sirkulasi kolateral (jangka panjang) (Udjianti,
2010).
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu:
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, sehingga menerima darah dari kedua
ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah
tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75%
darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel
kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan, 2010).

6
D. Klasifikasi Tetralogy of Fallot (TOF)
Menurut (Sastroasmoro & Mardiyono, 2014) TOF dibagi dalam 4
derajat:
1. Derajat I: Tidak sianosis, kemampuan kerja normal, sering disebut sebagai
pink fallot.
2. Derajat II: Sianosis saat aktivitas, kemampuan aktivitas berkurang.
3. Derajat III: Sianosis waktu istirahat, terlihat clubbing finger atau jari
tabuh, sianosis bertambah saat aktivitas, ada dispneu.
4. Derajat IV: Sianosis dan dispneu saat istirahat, ada dispneu.
E. Manifestasi KlinisTetralogy of Fallot (TOF)
Menurut Wong, dkk (2010), tanda dan gejala TOF antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Murmur Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut
jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar
setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata,
mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin
mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin
terdapat suatu gagal jantung kongesif.
3. Dispneu Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan
anakanak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu
singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak
akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan
dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut
dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.

7
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan noksia “biru”).
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi
bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Seranganserangan
demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Yang tidak tumbuh dan berkembang
secara tidak normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot
berat yang tidak diobati. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di
bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan
lunak dan masa pubertas juga terlambat.
6. Biasanya Denyut Pembuluh Darah Normal Seperti halnya tekanan darah
arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung
biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu
gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang
dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
7. Bising Sistolik Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar,
bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada
tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar
ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan
pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan
ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut
dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang
melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap (Wong,
2010).
F. KomplikasiTetralogy of Fallot (TOF)
Menurut Wong (2010), komplikasi yang mungkin muncul pada anak
dengan TOF adalah sebagai berikut:

8
1. Trombosis Serebri Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus
duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering ditemukan pada
polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih
sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada penderita ini paling
sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin dan
hematokrit dalam batas-batas normal.
2. Abses Otak Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2
tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai demam
berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada
kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit dapat
meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi, tandatanda
neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran abses
tersebut.
3. Endokarditis Bakterialis Terjadi pada penderita yang tidak mengalami
pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan prosedur
pembuatan pintasan selama masa bayi.
4. Gagal Jantung Kongestif Dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan
aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa pengecualian,
akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan
penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang menurun (Wong,
2010).
5. Hipoksia Keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis
pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin
dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan

9
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi besi.
2. Radiologis Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung. gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke
kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai
P pulmonal.
4. Ekokardiografi Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
H. Penatalaksanaan Tetralogy of Fallot (TOF)
Tatalaksana terhadap pasien terdiri dari perawatan medis serta tindakan
bedah. Kedua cara terapi ini seyogyanya tidak dipertentangkan, namun justru
saling menunjang; tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk persiapan
prabedah dan perawatan pascabedah.
1. Tatalaksana medis:
Pada serangan sianotik akut:
a. Pasien diletakkan dalam knee – chest position.
b. Diberikan O2 masker 5 – 8 liter / menit.
c. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mg /kgBB/subkutan (sebagian ahli
menyarankan intramuscular).
d. Diberikan sodium bikarbonat 1 meq/kgBB/IV untuk koreksiasidosis.
e. Diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin <15 g/dl, jumlah

10
darah rata – rata yang diberikan adalah 5 ml/kgBB.
f. Diberikan propanolol 0,1 mg/kgBB/IV secara bolus.
g. Jangan memberikan Digoxin pada saat pasien menderita serangan
sianotik karena akan memperburuk keadaan.
h. Apabila tidak segera dilakukan operasi, dapat diberikan propranolol
rumat dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Bila pasien
mengalami serangan sianotik disertai dengan anemia relatif, maka
diperlukan preparat Fe. Dengan Fe ini akan terjadi retikulosistosis
dan kadar hemoglobin meningkat.
i. Hiegene mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber
infeksi untuk terjadi endocarditis infektif atau abses otak.
j. Terjadinya dehidrasi harus dicegah khususnya pada infeksi
interkuren.
k. Orang tua perlu diedukasi atau diajarkan untuk mengenali serangan
sianotik dan penanganannya.
2. Tatalaksana intervensi non bedah:
a. Dilatasi alur keluar ventrikel kanan dan katup pulmonal dengan balon,
kadang dilakukan untuk megalami gejala berat.
b. Pemasangan pada duktus arteriosus stent persisten bisa juga dikerjakan
bila stenosis pulmonal berat atau atretik.
3. Tatalaksana Bedah Tatalaksana bedah terdiri dari 2 jenis, yakni operasi
paliatif untuk menambah aliran darah baru, dan bedah korektif. Bedah
paliatif bertujuan meningkatkan aliran darah pulmoner, dilakukan pada:
a. Neonatus tetraogi Fallot berat / atresia pulmonar dengan hipoksia
berat.
b. Bayi tetraogi Fallot denga annulus pulmonary atau arteri pulmonalis
hipoplastik.
c. Bayi tetralogi Fallot dengan usia < 3-4 bulan dengan spell berulang
yang gagal diterapi.

11
d. Bayi tetralogi Fallot dengan berat < 2,5 kg.
e. Anak tetralogi Fallot dengan hipoplastik cabang – cabang arteri
pulmonalis (diameter dibawah ukuran tengah yang dibuat oleh
Kirklin).
f. Anomali arteri koroner yang melintang di depan alur keluar ventrikel
kanan.
Jenis terapi bedah paliatif yang dikenal:
a. Anastomosis ujung ke sisi (end to side anastomosis) arteri subklavia
dengan arteri pulmonalis proksimal ipsilateral. Tindakan ini disebut
prosedur Blalock-Taussig atau BT shunt.
b. Prosedur Waterston, yaitu anastomosis antara aorta asendens dengan
arteri pulmonalis kanan.
c. Prosedur Glenn, yaitu anastomosis antara vena kava superior dengan
arteri pulmonalis kanan.
d. Bedah korektif dilakukan pada kasus yang ideal, pada usia yang cukup
aman sesuai kemampuan tiap–tiap institusi. Dilakukan penutupan
VSD dan eksisi infundibulum, pelebaran annulus pulmonar dan arteri
pulmonalis dengan patch bila perlu.

12
I. PathwayTetralogy of Fallot (TOF)

13
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
identifikasi nama pasien, usia, pekerjaan, agama, dan data pribadi pasien
hingga keluarga pasien. Selanjutnya perawat melakukan anamnesa dan
pemeriksaan head to toe, serta pengkajian pada aspek biologis,
psikososial, sosial maupun spiritual pasien (Maharani, 2020).
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin.
b. Pemeriksaan fisik
Meliputi TB, BB, lingkar kepala diukur pada neonatus dan
anak dibawah 2 tahun, suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, kepala,
mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, perut, punggung,
ekstremitas, kulit dan kuku, ginekologi, anorektal, dan neurologi.
c. Riwayat kelahiran
Berapa APGAR pasien, anak ke, jumlah saudara, UG diisi
dengan usia gestasi infant, UK diisi dengan usia koreksi infant yaitu
usia gestasi ditambah usia neonatus saat ini.
d. Riwayat kesehatan
1) Menanyakan alergi makanan atau alergi obat pada pasien jika ada.
2) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit diisi dengan riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien dalam 6 bulan terakhir, serta penyakit kronis yang
diderita pasien seperti DM, penyakit jantung, SN, dll.
3) Diagnosa medis pasien
4) Ringkasan masuk pasien
5) Riwayat keluarga
Diisi dengan penyakit yang pernah diderita baik penyakit akut
maupun kronis seperti TBC, Hepatitis, DM, dll.

14
e. Data khusus
1) Pola Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur. Tanyakan bagaimana
pola tidur sebelum dirawat dan setelah dirawat.
2) Pola Makan
Tanyakan bagaimana pola makan pasien sebelum dan setelah
dirawat.
3) Pola Eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,
warna, dan bau.
4) Pola Perilaku
Tanyakan tentang bagaima perilaku pasien sebelum dan
sesudah dirawat, seperti periang, ceria, murung dll.
f. Nutrisi dan Cairan
1) Intake per berapa lama pengkajian.
2) Input, seperti makanan, minuman, infus.
3) Output, seperti urine, BAB, keringat (IWL), muntah, pendarahan.
g. Pemeriksaan penunjang, terapi obat apa yang diterima pasien,
intervensi apa yang telah dan sedang diterima pasien, rencana tindakan
medis atau tindakan penunjang apa yang diterima pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Penurunan curah jantung
c. Gangguan pertukaran gas
3. Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan
pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari

15
tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat
kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan
berdasarkan SMART,yaitu:
S: Spesific(tidak menimbulkan arti ganda).
M: Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun
dibau).
A:Achievable (dapat dicapai)
R: Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah)
T: Time (punya batasan waktu yang jelas)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen peningkatan
perfusi jaringan tindakan keperawatan tekanan intrakranial
serebral selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perfusi - Identifikasi penyebab
jaringan serebral pasien peningkatan TIK (misalnya
membaik dengan kriteria lesi, gangguan
hasil: metabolisme, edema
 Tekanan darah sistol serebral)
dan diastol dalam - Monitor tanda/gejala
rentang normal peningkatan TIK (misalnya
 Pupil seimbang dan tekanan darah meningkat,
reaktif tekanan nadi melebar,
 Bebas dari aktivitas bradikardia, pola napas
kejang ireguler, kesadaran
 Tingkat kesadaran menurun)
meningkat - Monitor MAP (Mean
Arterial Pressure)
- Monitor status pernapasan
Terapeutik
- Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
(head up 30°)
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan

16
IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung
jantung intervensi keperawatan Obeservasi
selama 3 x 24 jam - Identifikasi tanda/gejala
diharapkan curah jantung primer penurunan curah
meningkat dengan kriteria jantung (mis. Dipsnea,
hasil: kelelahan, edema, ortopnea,
 Edema menurun proxysmal nocturnal
 Pucat/sianosis dypsnea, peningkatan CVP)
menurun - Identifikasi tanda/gejala
 Tanda vital dalam skunder penurunan curah
rentang normal jantung (mis. Peningkatan
 Penurunan berat badan, hepatomegali,
kesadaran distensi vena jugularis,
berkurang palpitasi, ronkhi basah,
oligurua, batuk, kulit pucat)
 AGD dalam batas
normal - Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor EKG 12 sedapan
- Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboraturium
jantung 9mis. Elektrolit,
enzim jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
- Monitor fungsi alat jantung
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah pemberian obat

17
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi setres,
jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan spritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anti
aritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
3 Gangguan Tujuan : setelah Pemantauan Respirasi
pertukaran gas dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 - Monitor pola nafas,
jam diharapkan monitor saturasi oksigen
karbondioksida pada - Monitor frekuensi, irama,
membran alveolus-kapiler kedalaman dan upaya napas
dalam batas normal - Monitor adanya sumbatan
dengan kriteria hasil:
jalan nafas
 Pucat berkurang Terapeutik
 Takikardi
- Atur Interval pemantauan
menurun
respirasi sesuai kondisi
 Pola nafas pasien
membaik Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

18
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah
disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan
dua intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner
(NANDA, 2015). Tujuan dari implementasi antara lain adalah:
melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan yang
berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien
(Asmadi, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas
tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap
langkah dalam proses keperawatan, serta rencana perawatan yang telah
dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat
dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008).

19
BAB III
KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
1. Identitas Umum
Nama : An. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal Lahir : Meranti, 25 Juni 2013
Usia : 9 tahun 10 bulan
Agama : Budha
Suku: Akit
Alamat : JL. Kuala Parit, Bungur, Kep. Meranti
Diagnosa medis : Abses cerebri, TOF
Ruang perawatan: PICU
2. Ringkasan masuk
An. Y usia 9 tahun 10 bulan dibawa oleh orang tuanya ke IGD
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada hari Sabtu, 01 April 2023.
Pasien dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas, bengkak pada seluruh
tubuh, kulit kaki tangan melepuh dan tampak pucat. Pasien sebelumnya
dirawat di RSUD Meranti dengan keluhan saat masuk mengalami
penurunan kesadaran sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga merasakan
sakit kepala yang semakin memberat sejak 4 minggu yang lalu, nyeri
kepala hilang timbul, kejang dengan durasi selama 20 menit, terdapat
demam. Lalu dilakukan CT scan dikepala dicurigai ada cairan dan nanah
diotak dan karena alasan fasilitas akhirnya dirujuk ke RSUD Arifin
Achmad.
3. Keluhan saat ini
An. Y dirawat sekarang diruang PICU RSUD Arifin Achmad
dengan keluhan penurunan kesadaran, kesadaran sopor coma GCS E:2

20
M:1 V: ETT, pasien tampak lemah, clubbing finger diektremitas atas dan
bawah, oedem pada kedua punggung tangan, saat pengkajian tanggal 4
april pasien terpasang intubasi dan NGT, sebelumnya pada tanggal 3 april
pasien hanya terpasang nasal kanul dan NGT.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama atau penyakit kronik lainnya.
5. Pola tidur
Sebelum dirawat: pasien tidur nyenyak 8 jam sehari
Setelah dirawat: pasien tidak sadar
6. Pola makan
Sebelum dirawat: makan porsi normal, 3 kali sehari
Setelah dirawat: terpasang NGT, susu pediasure usia 0-10 tahun
30cc/3jam
7. Pola eliminasi
Sebelum dirawat: BAB 1 kali sehari dan BAK normal
Setelah dirawat: BAB menggunakan pampers dengan berat 80gr/24 jam,
BAK terpasang kateter dengan urine 300cc/7jam
8. Perilaku
Sebelum dirawat: aktivitas sehari-hari kurang karena proses penyakit
Setelah dirawat: pasien tidak sadar
9. Nutrisi dan cairan
Intake: 7/jam
Oral: NGT 30cc/3jam (dipuasakan, masuk jam 12 siang sebanyak 30cc)
Infus: 208,52ml
 KA-EN MG 3: 105ml
 Drip fentanyl:0,7ml
 Drip Dobutamine 1 ampul+Ns 0,9% 25ml: 11,72ml

21
 Ephinephrine 2mg+Ns 0,9% 25ml: 8,6ml
 Metronidazole: 35ml
 KCL 3,5ml/jam (3jam):10,5ml
 Manitol: 30ml
 Ceftriaxone:6ml
Total: 238,52ml
Output: 7/jam
Urine: 300ml/7jam
IWL:15ml/Jam 105ml/7jam
Feces: belum ada BAB saat pengkajian
Drainase:-
Total:405cc
Balance cairan: 238,52-405: -116,48cc
10. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran : Coma
b. GCS : E = 1 M = 2 V = ETT
c. Tanda-tanda vital
TD :93/64 mmHg
Nadi :111 x/menit
MAP: 69 mmHg
Suhu :32
RR :20 x/menit
SPO2: 91
BB :18 kg
TB : 118 cm
IMT :12,93 (underweight)
LILA: 20CM
d. Kepala: bentuk simetris, rambut hitam, tipis, rontok(-), luka(-)

22
e. Mata: simetris, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik (-) reflek
cahaya -/-, pupil 4/4
f. Telinga: simetris, serumen (-)
g. Hidung: simetris, terpasang NGT
h. Mulut: Simetris, terpasang intubasi, membram mukosa kering,
pucat
i. Leher: luka(-) pembengkakan kelenjar tiroid (-)
j. Dada: simetris, massa(-), sonor, vesikuler, bunyi jantung: murmur
ictus cordis teraba
k. Perut:simetris, ascites (-), luka (-), massa (-), peristaltic (+)
l. Punggung: simetris, luka (-), massa (-)
m. Ekstremitas; jumlah jari tangan dan kaki lengkap, edema di
punggung tangan, terpasang infus dikaki sebelah kanan dan tangan
sebelah kiri
n. Kulit dan kuku: turgor kulit elastis, rash (-), pucat, clubbing
finger(+), decubitus (-), luka(-)
o. Ginekology: tidak ada masalah
p. Anorectal: tidak ada masalah
q. Neurology: penurunan kesadaran, kejang spastik
11. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Darah Lengkap (01/04/2023)
Hemoglobin 19,1 12,0 – 16,0
Leukosit 10,67 4, 80 – 10, 80
Trombosit 192 150 – 450
Eritrosit 8,62 3, 70 – 6, 50
Hematokrit 60,0 37, 0 – 47,0

23
Hitung jenis
Basofil 0,2 % 0-1
Eosinofil 0,0 % 1, 0 – 3,0
Neutrofil 86,1 % 40,0 – 70, 0
Limfosit 10,3 % 20,0 – 40,0
Monosit 3,4 % 2,0 – 8,0
Kimia klinik
CRP kuantitatif 30,1 mg/L 0,0-5,0
Albumin 2,9 g/dL 3,8-5,4
AST 23 U/L 10-40
ALT 13 U/l 10-40
Ureum 6,0 mg/dL 10.7-38,0
Kreatinin 0,30 mg/dL 0,52-0,69
Gula darah sewaktu 112 mg/dL < 100 bukan DM
100 belum pasti DM
Analisa Gas Darah
(04/04/2023) 7,518 7,53-7,45
pH 27,3 mmHg 34-45
PCO2 34 mmHg 80-100
PO2 22,2 mmol/L 22-26
HCO3 23 mmol/L 24-30
TCO2 -1 mmol/L (-2) – (+2)
BEecf 73% > 95
sO2
Elektrolit
Na+ 129 mmol/L 135-145
K+ <2 mmol/L 3,5-5,5
Calcium 1,03 mmol/L 0,90-1,08

24
b. Radiologi dan lainnya
1) CT Scan kepala
Multiple abses frontalis sinistra, temporalis dextra, ganglia basalis
dextra, dan parietalis bilateral dengan edem perifokal yang
menyebabkan mid line shif sejauh 0,4 cm ke sinistra.
2) Rontgent Thorax
Terpasang ett dengan ujung distal setinggi VTH 3-4
Cor: besar normal, apex terangkat, pinggang jantung mencekung
Pulmo: corakan bronkovaskular normal, infiltrat (-)
Diafragma dan sinus kostofrenikus normal.
Kesan
Cor: curiga TOF
Pulmo: tidak tampak kelainan
3) Ekokardiogram
Atrial situs solitus, normal PV and systemic venous drainage,
intact IAS , large VSD, malalignment with overriding aorta,
severePS, PG 67 mmHg, well contracting ventricles, left aortic
arc, no Coa.
12. Obat-obatan
Terapi Dosis Rute pemberian Tanggal
Nebulizer extra 1 ampul Inhalasi 4/4/2023
vantolin 3x175 mg Injeksi
Vancomycin 3x2,5 mg Injeksi
Dexamethasone 2x900 mg Infus
Ceftriaxone 2x20 mg Injeksi
Omeprazole 2x100 mg Injeksi
Phenytoin 3x175 mg Infus
Metronidazole 3x30 cc Infus

25
Mannitol 200 mg (k/p) Infus
Paracetamol 3x5 mg Oral
Propranolol 3x1 gr Oral
Capsul garam 1x5 ml Oral
Syrup lactulat

13. Rencana tindakan medis


Intubasi (04/04/2023) : no ETT 5,5 + cuff dengan batas bibir 17 cm (tanpa
sedasi). O2 via ventilator dengan modus PC-AC FiO2 80% Pip 12 peep 5
trigger +2 Ti 1,00 I:E 1:2 SPO2 50-60%.
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds: TOF Ketidakefektifan perfusi
Keluarga pasien jaringan serebral
mengatakan bahwa pasien Obstruksi ventrikel
kejang saat dibawa
pertama kerumah sakit, hipertrofi terus-
mulut kaku dan tidak bisa menerus pada
berbicara. ventrikel
Do:
 Penurunan penyempitan eksterm
kesadaran jalan keluar ventrikel
 GCS : E = 1 M = 2 kanan
V = ETT
kontraktivitas kerja
 reflek cahaya -/-, jantung berat
 pupil 4/4
 Hasil CT scan neurologis
kepala: Multiple
abses frontalis thrombosis pada
sinistra, temporalis pembuluh darah otak
dextra, ganglia
basalis dextra, dan abses otak
parietalis bilateral

26
dengan edem Ketidakefektifan
perifokal yang perfusi jaringan
menyebabkan mid serebral
line shif sejauh 0,4
cm ke sinistra.

Ds: TOF Penurunan curah


Keluarga pasien jantung
mengatakan saat Obstruksi ventrikel
beraktivitas sering
mengalamikelemahan dan hipertrofi terus-
ekstremitas membiru mennerus pada
Do: ventrikel
 Riwayat penyakit
jantung bawaan penyempitan eksterm
siaontik TOF jalan keluar ventrikel
 Clubbing finger kanan
 Bibir pucat
 Ektremitas pucat kontraktivitas kerja
 bunyi jantung: jantung berat
murmur
 TD : 93/64 mmHg sianosis pada daerah
perifer
 Nadi : 111 x/menit
 MAP: 69 mmHg
bibir pucat, clubbing
 Hasil finger,kaku, sianosis
ekokardiogram:
Atrial situs solitus, penurunan curah
normal PV and jantung
systemic venous
drainage, intact
IAS , large VSD,
malalignment with
overriding aorta,
severePS, PG 67
mmHg, well
contracting

27
ventricles, left
aortic arc, no Coa.
 Hasil rontgen
thorax
Cor: besar normal,
apex terangkat,
pinggang jantung
mencekung
Pulmo: corakan
bronkovaskular
normal, infiltrat (-)
Diafragma dan
sinus
kostofrenikus
normal.
Kesan
Cor: curiga TOF
Pulmo: tidak
tampak kelainan
Ds: TOF Gangguan pertukaran
- gas
Do: Obstruksi ventrikel
 RR : 20 x/menit
 SPO2: 91 hipertrofi terus-
 Membran mukosa menerus pada
pucat ventrikel
 Perifer pucat
 Terpasang penyempitan eksterm
ventilator dengan jalan keluar ventrikel
modus PC-AC kanan
FiO2 80% Pip 12
peep 5 trigger +2 kontraktivitas kerja
Ti 1,00 I:E 1:2 jantung berat
SPO2 50-60%.
 pH: 7,518 pencampuran darah
kaya o2 dan co2
 PCO2: 27,3

28
mmHg hipoksemia
 HCO3 23 mmol/L
 PO2: 34 mmHg sesak nafas dan
kelelahan tubuh

Gangguan
pertukaran gas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya
abses di otak
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit jantung bawaan
3. Gangguan pertukaran ga sberhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi

29
D. Intervensi
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
perfusi jaringan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam diharapkan tekanan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (misalnya lesi,
serebral
intracranial membaik dengan gangguan metabolisme, edema serebral)
kriteria hasil: - Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya
 Tekanan darah sistol dan tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
diastol dalam rentang bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
normal - Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
 Pupil seimbang dan - Monitor status pernapasan
reaktif Terapeutik
 Bebas dari aktivitas - Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
kejang yang tenang
 Tingkat kesadaran - Berikan posisi semi fowler (head up 30°)
meningkat - Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu

30
Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Perawatan jantung
jantung keperawatan selama 3 x 24 jam Obeservasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
diharapkan curah jantung
jantung (mis. Dipsnea, kelelahan, edema, ortopnea,
meningkat dengan kriteria hasil: proxysmal nocturnal dypsnea, peningkatan CVP)
 Edema menurun - Identifikasi tanda/gejala skunder penurunan curah
jantung (mis. Peningkatan berat badan, hepatomegali,
 Pucat/sianosis menurun
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
 Tanda vital dalam oligurua, batuk, kulit pucat)
rentang normal - Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
 Penurunan kesadaran
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
berkurang - Monitor saturasi oksigen
 AGD dalam batas normal - Monitor EKG 12 sedapan
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboraturium jantung 9mis. Elektrolit,
enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
- Monitor fungsi alat jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah pemberian obat
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman

31
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi setres, jika
perlu
- Berikan dukungan emosional dan spritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas tindakan keperawatan selama Observasi
- Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
3x24 jam diharapkan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
karbondioksida pada membran - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
alveolus-kapiler dalam batas Terapeutik
normal dengan kriteria hasil: - Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
 Pucat berkurang Edukasi
 Takikardi menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Pola nafas membaik - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

32
E. Implementasi
Hari/Tanggal/Jam No. Implementasi Keperawatan Evaluasi SOAP TTD
Diagnosa
03-04-2023/10.00 1 Observasi S :-
- Mengidentifikasi penyebab O : TD 84/60, kesadaran
peningkatan TIK (misalnya lesi, menurun, MAP: 69 mmHg,
gangguan metabolisme, edema terpasang nasal kanul 4L/m,
serebral) RR: 37/m, injeksi phenytoin
- Memonitor tanda/gejala 200mg
peningkatan TIK (misalnya A : Masalah belum teratasi
tekanan darah meningkat, tekanan P : lanjutkan intervensi
nadi melebar, bradikardia, pola
napas ireguler, kesadaran
menurun)
- Memonitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
- Memonitor status pernapasan
Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang
tenang
- Memberikan posisi semi fowler
(head up 30°)
- Menghindari maneuver valsava
- Mencegah terjadinya kejang

33
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
03-04-2023/10.00 2 - Mengidentifikasi tanda/gejala S:-
primer penurunan curah jantung O : N 128x/I, BB 18 kg, ekg
(mis. Dipsnea, kelelahan, edema, sinus takikardi, TD 84/60,
ortopnea, proxysmal nocturnal
balance cairan -164,2cc,
dypsnea, peningkatan CVP)
- Mengidentifikasi tanda/gejala spo2 97%, elektrolit: na+
skunder penurunan curah jantung 124, K+ 3,2, chlorida 100,
(mis. Peningkatan berat badan,
A : Masalah belum teratasi
hepatomegali, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, P : lanjutkan intervensi
oligurua, batuk, kulit pucat)
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor intake dan output
cairan
- Memonitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
- Memonitor saturasi oksigen
- Memonitor EKG 12 sedapan
- Memonitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
- Memonitor nilai laboraturium
jantung 9mis. Elektrolit, enzim

34
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
- Memonitor fungsi alat jantung
- Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah pemberian obat
Terapeutik
- Memosisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
- Memberikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
- Memberikan terapi relaksasi
untuk mengurangi setres (Knee
chest position)
- Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Kolaborasi
- Mengkolaborasikan pemberian
obat jantung (injeksi

35
propanolol3x5 mg, infus
mannitol 30cc/8jam)
04-04-2023 10.00 1 Observasi S:
- Memonitor tanda/gejala O : Penurunan kesadaran,
peningkatan TIK (misalnya GCS : E = 1 M = 2 V =
tekanan darah meningkat, tekanan ETT, TD : 93/64 mmHg,
nadi melebar, bradikardia, pola Nadi : 111 x/menit, MAP:
napas ireguler, kesadaran 69 mmHg, Suhu : 32, RR:
menurun) 21
- Memonitor MAP (Mean Arterial A : Masalah belum teratasi
Pressure) P : lanjutkan intervensi
- Memonitor status pernapasan
Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang
tenang
- Memberikan posisi semi fowler
(head up 30°)
- Melakukan pencegahan
terjadinya kejang (infus
phenytoin 3x175mg, infus
metronidazole 30cc)
- Mempertahankan suhu tubuh
04-04-2023 10.00 2 - Memonitor tekanan darah S:
- Memonitor intake dan output O :
cairan  Clubbing finger

36
- Memonitor berat badan setiap  Bibir pucat
hari pada waktu yang sama  Ektremitas pucat
- Memonitor saturasi oksigen  bunyi jantung:
- Memonitor aritmia (kelainan murmur
irama dan frekuensi)  TD : 93/64 mmHg
- Memonitor nilai laboraturium  Nadi : 111 x/menit
jantung 9 mis. Elektrolit, enzim  MAP: 69 mmHg
jantung, BNP, Ntpro-BNP)  Hasil
- Memonitor fungsi alat jantung ekokardiogram:
- Memeriksa tekanan darah dan Atrial situs solitus,
frekuensi nadi sebelum dan normal PV and
sesudah pemberian obat systemic venous
Terapeutik drainage, intact IAS ,
- Memosisikan pasien semi-fowler large VSD,
atau fowler dengan kaki kebawah malalignment with
atau posisi nyaman overriding aorta,
- Memberikan terapi relaksasi severePS, PG 67
untuk mengurangi setres (Knee mmHg, well
chest position) contracting
- Memberikan oksigen untuk ventricles, left aortic
mempertahankan saturasi oksigen arc, no Coa.
>94%  Hasil rontgen thorax
Kolaborasi Cor: besar normal,
Mengkolaborasikan pemberian obat apex terangkat,
jantung ((injeksi propanolol3x5 mg, pinggang jantung

37
infus mannitol 30cc/8jam)) mencekung
Pulmo: corakan
bronkovaskular
normal, infiltrat (-)
Diafragma dan sinus
kostofrenikus
normal.
Kesan
Cor: curiga TOF
Pulmo: tidak tampak
kelainan
04-04-2023 10.00 3 Observasi S:
- Memonitor pola nafas, monitor O : pasien terpasang
saturasi oksigen ventilator dengan modus
- Memonitor frekuensi, irama, PC-AC FiO2 80% Pip 12
kedalaman dan upaya napas peep 5 trigger +2 Ti 1,00 I:E
- Memonitor adanya sumbatan 1:2 SPO2 50-60%., pH:
jalan nafas 7,518, PCO2: 27,3 mmHg,
Terapeutik HCO3 23 mmol/L, PO2: 34
- Mengatur Interval pemantauan mmHg
respirasi sesuai kondisi pasien A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

05-04-2023 14.30 1 Observasi S:


- Memonitor MAP (Mean Arterial O : Kesadaran : coma , GCS
: E1M1Vett , Pupil isokor

38
Pressure) 5/4 , Rc - / - , 02 via
- Memonitor status pernapasan ventilator modus PC - AC
Terapeutik dg Fio2 90 % RR 20 Pip 12
- Menyediakan lingkungan yang peep 5 Trigger +2 Ti 1,00 I :
tenang E 1 : 2 . Kejang spastik tidak
- Memberikan posisi semi fowler ada , Sesak tidak ada ,
(head up 30°) retraksi dada minimal , akral
- Melakukan pencegahan dinin , demam tidak ada .
terjadinya kejang (infus Slem ( - ) , reflek suction
phenytoin 3x175mg, infus ( - ) , reflek batuk tidak ada ,
metronidazole 30cc) clubbing finger ada . Infus
- Mempertahankan suhu tubuh terpasang di tangan kiri ,
kaki kanan dan kaki kiri ,
tetesan infus lancar , tidak
ada tanda - tanda plebitis ,
infus terpasang KAEN MG3
= > 20 ml / jam , terpasang
Drip Dobutamin 250 mg +
25 ml Ns 0,9 % ( 15 micro )
== 1,62 cc / jam . Drip
Epinefrin 2 mg + 25 ml Ns
0,9 % ( 0.25 micro ) == >
3,37 cc / jam . NGT ( + ) utk
obat oral . BAK via DC
produksi urine ada , warna
kuning . Oedema pada

39
kedua punggung tangan ,
kulit tampak kering .
Hemodinamik TD : 82/59
mmHg HR : 115x / menit
RR : 20 x / menit T : 35,6 °
C . SpO2 : 81 % , terpasang
blanket
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
(pasien meninggal jam
15.00)

40
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. Y dengan
diagnosa medis abses cerebri dan TOF di ruang PICU RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau, Pada pembahasan kasus ini peneliti akan kegiatan yang dilakukan meliputi
pengkajian keperawatan, penegakkan diagnosa keperawatan, menyusun
intervensi keperawatan, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
pertama kali dilakukan berupa mengumpulkan data yang akurat pada pasien
agar dapat mengetahui masalah kesehatan yang dialami pasien. Fase
pengkajian ini merupakan fase yang sangat penting dalam proses
keperawatan. Apabila data yang dikumpulkan tidak akurat, maka proses
keperawatan akan tidak mencapai keberhasilan yang maksimal (Prabowo,
2017).
Hasil pengkajian pada kasus ini didapatkan bahwa An. Y adalah
seorang anak laki-laki berusia 9 Tahun 10 Bulan, dengan alasan masuk ialah
awalnya An. Y dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas, bengkak pada
seluruh tubuh, kulit kaki tangan melepuh dan tampak pucat. An. Y
sebelumnya dirawat di RSUD Meranti dengan keluhan saat masuk mengalami
penurunan kesadaran sejak 1 minggu yang lalu, An. Y juga merasakan sakit
kepala yang semakin memberat sejak 4 minggu yang lalu, nyeri kepala hilang
timbul, kejang dengan durasi selama 20 menit, terdapat demam. Lalu
dilakukan CT scan dikepala dicurigai ada cairan dan nanah diotak dan karena
alasan fasilitas akhirnya dirujuk ke RSUD Arifin Achmad.

41
Riwayat kesehatan keluarga yaitu keluarga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit
kronik lainnya. Saat Ners Muda melakukan pengkajian, An.Y mengalami
penurunan kesadaran, kesadaran sopor coma GCS E:2 M:1 V: ETT, tampak
lemah, clubbing finger diektremitas atas dan bawah, oedem pada kedua
punggung tangan, saat pengkajian tanggal 4 april pasien terpasang intubasi
dan NGT, sebelumnya pada tanggal 3 april pasien hanya terpasang nasal
kanul dan NGT.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana
tindakan asuhan keperawatan.Diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan
pada pasien An. Y adalah Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan adanya abses di otak. Dari hasil pengkajian yang
didapatkan An. Y tampak menurunan kesadaran, GCS : E = 1 M = 2 V =
ETT, reflek cahaya -/-, pupil 4/4, dan hasil CT scan kepala: Multiple abses
frontalis sinistra, temporalis dextra, ganglia basalis dextra, dan parietalis
bilateral dengan edem perifokal yang menyebabkan mid line shif sejauh 0,4
cm ke sinistra. Berdasarkan teori Tarwoto (2012), peningkatan salah satu otak
akan menyebabkan jaringan otak tidak dapat membesar karena tidak ada
aliran cairan otak dan sirkulasi pada otak, sehingga lesi yang terjadi
menggeser dan mendorong jaringan otak. Bila tekanan terus meningkat, maka
aliran darah dalam otak menurun terjadilah perfusi jaringan yang tidak
adekuat.
Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat adalah penurunan curah
jantung berhubungan dengan penyakit jantung bawaan. Hasil pengkajian
didapatkan bahwa An. Y memiliki riwayat penyakit jantung bawaan siaontik
TOF, terdapat clubbing finger, bibir dan ekstremitas tampak pucat, bunyi
jantung: murmur. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu: TD : 93/64
mmHg, Nadi : 111 x/menit, MAP: 69 mmHg. An. Y juga melakukan

42
pemeriksaan ekokardiogram dan rontgen thorax. Adapun hasil
ekokardiogram: Atrial situs solitus, normal PV and systemic venous drainage,
intact IAS , large VSD, malalignment with overriding aorta, severePS, PG 67
mmHg, well contracting ventricles, left aortic arc, no Coa. Sedangkan hasil
rontgen thorax Cor: besar normal, apex terangkat, pinggang jantung
mencekung, pulmo: corakan bronkovaskular normal, infiltrat (-), diafragma
dan sinus kostofrenikus normal. Menurut SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia), Penegakkan diagnosa didasarkan pada data mayor
dan minor.
Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat adalah gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi. Dari hasil
pengkajian didapatkan data bahwa An.Y tampak terpasang Terpasang
ventilator dengan modus PC-AC FiO2 80% Pip 12 peep 5 trigger +2 Ti 1,00
I:E 1:2 SPO2 50-60%, membrane mukosa dan perifer tampak pucat, dan hasil
pernafasan An. Y yaitu 20 x/m. Adapun hasil pemeriksaan analisis gas darah
yaitu, pH: 7,518 PCO2: 27,3 mmHg, PO2: 34 mmHg, dan HCO3: 22.2
mmol/L.
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalahtahapan proses keperawatan yang
telahdisusun dan direncanakansehinggamembantu pasien dalam mencegah,
mengurangi, menghilangkandampak dan respon yang diakibatkanolehmasalah
keperawatan (Prabowo, 2017). Perencanaan pada diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan kriteria hasil yang
diharapkan adalah tingkat kesadaran meningkat, kognitif meningkat, tekanan
arteri rata-rata membaik, tekanan intracranial membaik, TD sistolik dan
diastolic membaik, serta reflex saraf membaik. Rencana keperawatan yang
dilakukan adalah identifikasi penyebab peningkatan TIK, monitor tanda/gejala
peningkatan TIK, monitor MAP (Mean Arterial Pressure), monitor status
pernapasan, minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang

43
tenang, berikan posisi semi fowler (head up 30°), hindari maneuver valsava,
cegah terjadinya kejang, hindari pemberian cairan IV hipotonik, pertahankan
suhu tubuh normal, kolaborasi pemberian sedasi, anti konvulsan, dan diuretic
osmosis jikaperlu
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien
denganpenurunancurahjantungyaitusetelahdilakukantindakan keperawatan
kekuatannadiperifermeningkat, EF meningkat, tekanan darah membaik.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukanyaituidentifikasitanda/gejala
primer penurunan curah jantung, identifikasi tanda/gejala skunder penurunan
curah jantung, monitor tekanan darah, monitor intake dan output cairan,
monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama, monitor saturasi
oksigen, monitor EKG 12 sedapan, monitor aritmia, monitor nilai
laboraturium jantung, monitor fungsi alat jantung, periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas, periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah pemberian obat, posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman, berikan diet
jantung yang sesuai, berikan terapi relaksasi untuk mengurangi setres, jika
perlu, berikan dukungan emosional dan spritual, berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%, anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi, anjurkan aktivitas fisik secara bertahap, kolaborasi pemberian anti
aritmia, jika perlu, dan rujukke program rehabilitasijantung
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien
dengangangguanpertukaran gas yaitusetelahdilakukantindakan keperawatan
diharapkantingkatkesadaranmeningkat, dyspnea menurun, PCO2 dan PO2
membaik, pH arterimembaik, sianosismembaik, dan warna kulitmembaik.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukanyaitumonitor pola nafas, monitor
saturasi oksigen, monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas,
monitor adanya sumbatan jalan nafas, atur Interval pemantauan respirasi

44
sesuai kondisi pasien, jelaskan tujuan dan prosedurpemantauan,
informasikanhasilpemantauan, jikaperlu
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Nursalam, 2015). Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.
1. Pada masalah keperawatan yang pertama yaitu gangguan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Implementasi yang
dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK,
memonitor tanda/gejala peningkatan TIK, memonitor MAP (Mean
Arterial Pressure), memonitor status pernapasan, menyediakan
lingkungan yang tenang, memberikan posisi semi fowler (head up
30°), menghindari maneuver valsava, mencegah terjadinya kejang,
hindari pemberian cairan IV hipotonik, dan mertahankan suhu
tubuh normal. Evaluasi yang didapatkan dari implementasi adalah
S: -, O : TD 84/60, kesadaran menurun, MAP: 69 mmHg,
terpasang nasal kanul 4L/m, RR: 37/m, injeksi phenytoin 200mg,
A : Masalah belum teratasi, P : lanjutkan intervensi.
2. Pada masalah keperawatan yang kedua yaitu penurunan curah
jantung. Implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi
tanda/gejala primer penurunan curah jantung, mengidentifikasi
tanda/gejala skunder penurunan curah jantung, memonitor tekanan
darah, memonitor intake dan output cairan, memonitor berat badan
setiap hari pada waktu yang sama, memonitor saturasi oksigen,
memonitor EKG 12 sedapan, memonitor aritmia (kelainan irama

45
dan frekuensi), memonitor nilai laboraturium jantung, memonitor
fungsi alat jantung, memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas, memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah pemberian obat, memosisikan
pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman, memberikan diet jantung yang sesuai, memberikan terapi
relaksasi untuk mengurangi stres (Knee chest position),
memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%, mengkolaborasikan pemberian obat jantung (injeksi
propanolol3x5 mg, infus mannitol 30cc/8jam). Hasil evaluasi pada
masalah keperawatan tersebut adalahS :-, O : N 128x/I, BB 18 kg,
ekg sinus takikardi, TD 84/60, balance cairan -164,2cc, spo2 97%,
elektrolit: na+ 124, K+ 3,2, chlorida 100, A : Masalah belum
teratasi, P : lanjutkan intervensi.
3. Pada masalah keperawatan yang ketiga yaitu gangguan pertukaran
gas. Implementasi yang dapat dilakukan adalah memonitor pola
nafas, memonitor saturasi oksigen, memonitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas, memonitor adanya sumbatan jalan
nafas, dan mengatur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien. Hasil evaluasi pada masalah tersebut yaitu S: - , O : pasien
terpasang ventilator dengan modus PC-AC FiO2 80% Pip 12 peep
5 trigger +2 Ti 1,00 I:E 1:2 SPO2 50-60%., pH: 7,518, PCO2: 27,3
mmHg, HCO3 23 mmol/L, PO2: 34 mmHg, A : Masalah belum
teratasi, P : lanjutkan intervensi

46
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan
gangguansianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang
abnormalmeliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overridingaorta,
dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyakit TOF juga sangat mempengaruhi
terhadap tumbuh kembang anak, sehingga akan didapatkan body image yang
tidak normal pada anak.
Maka dari itu perlu diterapkan asuhan keperawatan untuk
mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal.Dalam hal ini peran
perawat sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti yang sangat
komprehensif dari aspek bio, psiko, sosio, spititual. Data yang didapatkan
oleh penulis antara tanda dan gejala, penyebab serta pemeriksaan penunjang
sesuai dengan teori yang ada, dan penulis mendapatkan diagnosa yaitu :
1. Gangguan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan pertukaran gas
B. Saran
1. Bagi Penulis
Hasil studi kasus yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan
menjadi bahan pembanding pada studi kasus selanjutnya dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan TOF
2. Bagi Perawat Ruangan
Perawat ruangan diharapkan dapat meningkatkan motivasi pada pasien
dalam menjalani perawatan di ruang PICU dan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang efesien kepada pasien.

47
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah
keluasan ilmu keperawatan dan menjadi bahan perbandingan bagi penulis
selanjutnya dalam melakukan askep pada pasien anak dengan TOF.

48
DAFTAR PUSTAKA
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C, Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th ed.).
Jakarta: EGC.
Sastroasmoro, S., & Mardiyono, B. (2014). Penyakit Jantung Bawaan.
(Kardiologi Anak, Ed.). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Udjianti, W. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika.
Wong, D. L. (2010). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (6th ed.). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Yayan, A. I. (2010). Leukemia. Riau: FK Universitas Riau.
Yuniadi, Y., Dony, Y., & Bambang, B. (2017). Buku Ajar Kardiovaskular.
(Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UI, Ed.) (Jilid 2).
Jakarta: Sagung Seto.

49

Anda mungkin juga menyukai