KEPERAWATAN MATERNITAS
Pembimbing:
Disusun oleh:
KELOMPOK 4 (GELOMBANG 2)
Puji sukur kami panjatkan kehairat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA
Makalah ini kami buat sebagai materi seminar praktik profesi ners keperawatan
akademik dan pembimbing rumah sakit yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah seminar ini dengan baik.
Kami sangat sadar bahwa makalah seminar ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan penulisan............................................................................................... 2
C. Manfaat penulisan............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
A. Prolaps uteri.................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN KASUS.............................................................................. 26
A. Gambaran kasus................................................................................................ 26
B. Hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, laboratorium & diagnostik.................... 26
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................ 39
A. Pengkajian........................................................................................................ 39
B. Diagnosa keperawatan...................................................................................... 40
C. Intervensi keperawatan..................................................................................... 40
D. Implementasi.................................................................................................... 41
E. Evaluasi............................................................................................................ 41
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 46
A. Kesimpulan....................................................................................................... 46
B. Saran................................................................................................................. 47
Daftar pustaka............................................................................................................... 48
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prolaps uteri terjadi karena adanya kerusakan pada otot dasar panggul. Kerusakan
tersebut dapat disebabkan oleh proses persalinan yang mengakibat-kan regangan dan
robekan pada fascia endopelvic, musculus levator dan perineal body. Namun, prolaps uteri
juga dapat terjadi pada wanita dengan peningkatan tekanan intraabdomen dan kelainan
Prolaps uteri terjadi pada hampir setengah dari seluruh wanita.Walaupun hampir
setengah dari wanita yang pernah melahirkan memiliki prolaps organ pelvik melalui
pemeriksaan fisik, namun hanya 5-20% yang simtomatik. Prevalensi prolaps organ
panggul meningkat sekitar 40% tiap penambahan 1 dekade usia seorang wanita. Derajat
POP yang berat ditemukan pada wanita dengan usia yang lebih tua, yaitu 28%-32,3%
Prolaps uteri diakibatkan oleh kelemahan jaringan penyokong panggul, meliputi otot,
ligament, dan fasia. Umumnya, kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma obstetrik dan
laserasi selama persalinan. Proses persalinan vaginal menyebabkan peregangan pada dasar
panggul, dan hal ini merupakan penyebab paling signifikan dari prolaps uteri. Seiring proses
prevalensi prolaps uteri tanpa gejala cukup tinggi. Diperkirakan 50% multipara
1
menderita prolapsus uteri genetalia. Kasus prolapsus uteri akan meningkat jumlahnya
seiring dengan meningkatnya usia hidup wanita. Prolaps uteri ditemukan paling sedikit
pada 14 % perempuan di atas 30 tahun. Sedangkan menurut data dari American Medical
System (AMS), pada perempuan antara 18 sampai 44 tahun, prevalensinya adalah 24%
(Abrams, 2014). Selain itu penyebab yang dapay menyebabkan prolasp uteri adalah
persalinan pervaginam.
Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor resiko
untuk terjadinya prolaps uteri contohnya tarikan pada janin pada pembukaan belum
lengkap, prasat Crede yang berlebihan, laserasi dinding vagina bagian bawah pada kala
II dan reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Jadi, tidaklah mengherankan bila
prolaps genitalia terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas. Faktor resiko
prolaps uteri meningkat menjadi 1,2 kali lipat pada persalinan pervaginam
(Winkjosastro, 2007).
yang paling sering dialami oleh pasien prolaps uteri adalah keluhan merasa penuh di vagina
(51,6%) dan teraba benjolan di jalan lahir (54,8%). Derajat prolaps uteri yang paling
Tata laksana prolaps organ panggul ada 3 yaitu pencegahan, konservatif dan operatif.
Indikasi untuk melakukan operasi prolaps organ panggul tergantung dari beberapa faktor
seperti umur penderita, keinginannya untuk masih mendapatkan anak atau untuk
mempertahankan uterus, tingkat prolapsus dan jenis keluhan. Jenis operasi yang paling
dibandingkan histerektomi abdominal yaitu waktu rawat di RS lebih singkat, lebih cepat
2
kembali menjalani aktivitas normal dan lebih sedikit kejadian infeksi atau demam.
Keuntungan yang lain adalah pada saat yang sama dapat dilakukan operasi prolaps dinding
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hamimah dan pangastuti (2017)
Penatalaksanaan prolaps uteri dari 30 kasus dibagi menjadi 2 macam yaitu konservatif dan
operatif. Terapi konservatif dibagi lagi menjadi latihan Kegel (7%) dan pasang pessarium
(3%). Terapi operatif diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu histerektomi vaginal total
(HVT) dengan kolporafi anterior dan posterior (53,3%), kolpokleisis saja (16,7%), HVT
Prolaps uteri tentu saja sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang seiring
bertambahnya usia harapan hidup. Berbagai dampak dapat timbul antara lain dampak
sosial dan dampak ekonomi. Dampak sosial yaitu kehilangan pekerjaan, bahkan ada
biaya untuk mengurangi keluhan dan meningkatkan kualitas hidup (Hendrix et al.
B. Rumusan Masalah
3
7. Bagaimana prosedur penatalaksanaan pada prolaps uteri?
C. Tujuan Masalah
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari tempat biasa, oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis akan jadi longgar dan
organ pelvis akan turun ke dalamnya (Winkjosastro, 2008). Prolaps uteri terjadi
karena adanya kerusakan pada otot dasar panggul. Kerusakan tersebut dapat disebabkan
oleh proses persalinan yang mengakibat-kan regangan dan robekan pada fascia
endopelvic, musculus levator dan perineal body. Namun, prolaps uteri juga dapat terjadi
pada wanita dengan peningkatan tekanan intraabdomen dan kelainan jaringan ikat. Hal
Prinsip terjadinya prolapsus uteri adalah terjadinya defek pada dasar pelvis
yang disebabkan oleh proses melahirkan, akibat regangan dan robekan fasia
endopelvik, muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial
pudenda juga terlibat dalam proses persalinan. Sehingga wanita multipara sangat
ligamentum transversal dapat dilihat pada nulipara dimana terjadi elongatio colli
disertai prolapsus uteri. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,
5
reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Pada menopause, hormon estrogen telah
berkurang (Hipoestrogen) sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
(Prawirohardjo, 2014).
Prolaps uteri sering terjadi pada wanita multipara tetapi seringkali tidak
struktur penunjang panggul termasuk ligamentum, fasia, otot dan suplai sarafnya.
Lebih banyak kerusakan disebabkan oleh persalinan lama, kepala bayi atau bahu
yang besar dan ketika tindakan dengan forsep yang sulit diperlukan untuk melahirkan
1. Faktor Resiko
a. Pekerjaan
mengejan sehingga terdapat tekanan pada uterus. Pada saat itu otot- otot
panggul ikut teregang yang mengakibatkan otot-otot akan lemah pada ligamen
prolaps uteri.
b. Berat badan
Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada menopause, hal ini
Pada orang gemuk otot-otot panggul yang dimiliki kurang bagus, mudah terjadi
Hal ini dapat terjadi apabila ibu berusaha mengeluarkan janin sebelum
serviks membuka lengkap, meneran lama pada persalinan kala dua. Dalam hal
6
ini ligamentum kardinale dapat mengendor, sehingga prolaps uteri dapat
terjadi.
mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa
mengalami penurunan.
teregang dan kemudian saat itu juga dikerahkan tenaga yang sangat besar untuk
f. Menopause
pada rahim.
C. Manifestasi Klinis
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps uteri ringan mempunyai banyak
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.
7
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk dan
mengejan. Akdang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar
sekali.
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dan vagina.
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
b. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
D. Klasifikasi
praktik klinis dan penelitian, sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) lebih
pada penurunan maksimal dari prolaps relatif terhadap hymen pada 1 atau lebih
8
kompartemen. Pengklasifikasian derajat prolaps organ pelvis berdasarkan sistem POP-
1. Prolaps uteri tingkat I, yaitu serviks tetap di dalam vagina. Pada sebagian pasien
2. Prolaps uteri tingkat II, yaitu porsio kelihatan di introitus (pintu masuk) vagina,
gejala yang dirasakan pasien adalah punggung bagian bawah terasa nyeri dan ada
perasaan yang mengganjal pada vagina, bahkan pada sebagian wanita keadaan ini
3. Prolaps uteri tingkat III, disebut juga prosidensia uteri (seluruh rahim keluar dari
vulva), dikarenakan otot dasar panggul sangat lemah dan kendor sehingga tidak
mampu menopang uterus. Pada kasus ini prolapsus uteri dapat disertai sistokel,
E. Patofisiologi
Prolaps uteri terbagi dalam berbagai tingkat dari yang paling ringan sampai
9
fasia endopelvik dan otot-otot serta fasiafasia dasar panggul. Juga dalam keadaan
tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus, terutama apabila tonus-tonus otot melemah seperti pada penderita dalam
menopause.
Serviks uteri terletak di luar vagina akan tergesek oleh pakaian wanita
tersebut dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika
fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya terjadi trauma obstetrik, ia
depan vagina ke belakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya
hanya ringan saja, dapatmenjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang
Kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau
Enterokel adalah hernia dari kavum douglas. Dinding vagina bagian belakang turun
dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum. Semua
10
11
F. Komplikasi
Winkjosastro (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada prolapse uteri yaitu sebagai berikut:
1. Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitus
3. Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli
4. Kemandulan
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Operatif
Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih
ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau
dengan cara latihan-latihan otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan alat
Tujuan dari terapi konservatif (non operatif) adalah untuk mencegah prolaps
panggul. Pelatihan otot dasar panggul pertama kali diperkenalkan oleh Arnold
keuntungan dari cari ini adalah mudah untuk dikerjakan, tidak beresiko, tidak
mengeluarkan biaya, dapat dikerjakan dimana saja dan terbukti efektif jika
dikerjakan secara rutin, selain itu cara tersebut juga berguna untuk mencegah
Selain cara di atas, terapi non bedah lainnya adalah dengan penggunaan
pesarium. Pesarium adalah suatu alat yang terbuat dari silikon, dipasang di
12
bawah atau di sekeliling serviks. Alat ini membantu menahan uterus untuk
wanita dengan prolapsus tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari prolapses
(Cipta, 2015).
2. Terapi Operatif
terapi konservatif tetapi gagal maupun tidak merasa puas dengan hasilnya, atau
pada pasien yang tidak ingin menjalankan terapi konservatif. Pada saat ini
III dan IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah
1. Pengkajian
a. Anamnesis. Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat
13
penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
1) Keluhan Utama
1) Kepala
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
2) Leher: tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
3) Dada
Inspeksi: simetris
14
4) Cardiac
Perkusi: pekak
5) Abdomen
Palpasi: hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri
tekan (-)
Perkusi: tympani
6) Genetalia
c. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
massa uterus
3. Intervensi Keperawatan
15
Kriteria Hasil: 1. Skala nyeri pasien berkurang, TTV dalam batas normal,
Intervensi:
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10, serta dilengkapi dengan
pengkajian PQRST
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
Dx: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka oleh pergeseran
massa uterus.
teratasi dengan
Kriteria hasil: Nilai leukosit dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
Intervensi:
16
Daftar Pustaka
Asih, A & Darto. (2013). Prolaps uteri grade iv, sistokel grade iv dan rektokel grade iii
dengan giant vesicolithiasis dan prolaps rekti.
Dwi, C. R. S & Denny, A. Gambaran faktor risiko prolaps organ panggul pasca
persalinan vaginal. Daerah Istimewa Yogyakarta
Khalilullah, S., Masnawati., Saputra, Ramadhan, W., & Hayati, M. (2011). Prolapsus
Uteri pada Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Indonesia Selama
2007 sampai 2010. Penelitian Deskriptif Retrospektif, 17 Februari 2011. Departemen
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiahkuala.
NANDA Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2013). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu kandungan edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
17