Anda di halaman 1dari 33

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN


DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Oleh :
Kelompok I

Risha Risna Dewi (P1337420923010)


Monica Elenia Christiani P (P1337420923014)
Rini Andika (P1337420923026)
Mawaddah Raudhatul Jannah (P1337420923030)
Umar Syarif (P1337420923035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas karunia-Nya Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) dengan judul “Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Gangguan
Rasa Nyaman Di Ruang Cempaka RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih
meskipun tak sebanding dengan apa yang diterima oleh penulis kepada :
1. Wagiyo, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat. selaku Pembimbing Akademik praktik klinik di
Semarang Stase Keperawatan Maternitas.
2. Ns. Widya Warastuti, M.Kes., selaku Pembimbing Akademik praktik klinik di
Palangka Raya Stase Keperawatan Maternitas.
3. Lidya A, S.Kep., Ns., selaku Clinical Instructor praktik klinik stase Keperawatan
Maternitas.
4. Semua rekan yang mengikuti praktik klinik stase keperawatan maternitas.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, segala kesalahan hanya milik
penulis semata. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palangka Raya, 16 Oktober 2023

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
WOC.......................................................................................................................... 3
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian...................................................................................................... 4
B. Daftar masalah............................................................................................... 9
C. Rencana Keperawatan.................................................................................... 10
D. Tindakan Keperawatan................................................................................... 13
E. Catatan Perkembangan Keperawatan............................................................. 14
BAB IV METODOLOGI
A. Topik.............................................................................................................. 15
B. Sub Topik....................................................................................................... 15
C. Tujuan............................................................................................................ 15
D. Waktu............................................................................................................. 15
E. Tempat............................................................................................................ 15
F. Setting............................................................................................................ 15
G. Media.............................................................................................................. 16
H. Prosedur Operasional..................................................................................... 16
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus................................................................................................. 19
B. Analisis Intervensi Keperawatan.................................................................... 19
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan
merupakan suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar
melalui vagina sebagai akibat dari kegagalan ligamen dan fasia yang dalam keadaan
normal menyangganya.
Prolapsus organ panggul merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi dan
mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan dan berusia di atas 50 tahun.3
Prolapsus uteri menempati urutan kedua tersering setelah cystourethrocele (bladder and
urethral prolapse). Pada studi Women’s Health Initiative (WHI) Amerika, 41 % wanita
usia 50-79 tahun mengalami Prolapsus Organ Panggul (POP), diantaranya 34%
mengalami cystocele, 19% mengalami rectocele dan 14% mengalami prolapsus uteri
Prolapsus terjadi di Amerika sebanyak 52% setelah wanita melahirkan anak
pertama, sedangkan di Indonesia prolapsus terjadi sebanyak 3,4-56,4% pada wanita yang
telah melahirkan. Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan setiap tahun
terdapat 47- 67 kasus prolapsus, dan sebanyak 260 kasus pada tahun 2005-2010
mendapat tindakan operasi.
Penyebab terjadinya prolapsus belum diketahui secara pasti. Namun, secara
hipotetik disebutkan penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi
aterm. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa persalinan pervaginam dan penuaan
adalah dua faktor risiko utama untuk pengembangan prolapsus.
Prolapsus uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi. Wanita dengan
prolapsus uteri dapat mengalami masalah fisik dan psiko-sosial. Masalah atau gangguan
fisik tersebut merupakan salah satu kontributor utama yang mempengaruhi rendahnya
kesehatan reproduksi. Meskipun prolapsus uteri jarang menyebabkan mortalitas atau
morbiditas berat, tetapi dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup
wanita.10 Wanita dengan segala usia dapat mengalami prolapsus uteri, namun prolapsus
lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih tua.
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, khususnya wanita di Indonesia
maka jumlah wanita usia lanjut akan meningkat sehingga dikhawatirkan kasus prolapsus
1
2

uteri juga akan semakin bertambah. Bagi pasien-pasien yang sudah mengalami prolapse
uteri akan banyak masalah ketidaknyamanan yang terjadi dimana salah satunya adalah
untuk mengurangi nyeri abdomen dan mengurangi rasa tidak nyaman. Oleh sebab itu
penulis tertarik menerapkan teknik relaksasi genggan jari pada pasien dengan Prolaps
Uteri.
B. Tujuan
Tujuan untuk memberikan gagasan penerapan terapi relaksasi genggam jari terhadap
peningkatan rasa nyaman pasien Prolaps Uteri.
C. Manfaat
1. Bagi Klien
Diharapkan sebagai terapi komplementer atau pendamping bagi pasien prolaps
uteri untuk meningkatkan rasa nyaman.
2. Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan kajian untuk menyiapkan pasien prolapse uteri.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing practice
pada pasien prolapse uteri.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Web of Caution Prolaps Uteri


DEFINISI ETIOLOGI
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain
mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan (Bobak (Hanifa, 2007):
 Faktor bawaan : Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam
LM; 2002; 1270)
keluarga mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis mengalami masalah yang sama.
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan  Exercise : Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan
melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang
otot dasar panggul yang menyokong uterus.
memegang kemaluan dan rahim.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum  Usia/Menopause : Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai natural yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat
prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis pembedahan oleh karena penyakit seperti pengangkatan ovari dapat
menyebabkan hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan
kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
otot dan ligamen peranakan.
 Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
 Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di
KLASIFIKASI perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan dll.
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan
ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
 Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian PENATALAKSANAAN

prolapsus masih di atas introitus vagina. a.Pencegahan

 Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi 1) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan

korpus uteri belum melelahkan gizi cukup


2) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak
 Tingkat III apabila embrio: masa pre embryonic, masa
mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu
embryonic, masa fetat
lama, Kandung kemih kosongkan), episiotomi agar

KOMPLIKASI dijahit dengan baik, Episiolomi jika ada indikasi,

Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri, Dekubitus, Bantu kala II dengan FE atau VE

Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli, Gangguan miksi dan b.Pengobatan

stress inkontinensia, Infeksi saluran kencing, Infertilitas, 1) Pengobatan Tanpa Operasi

Gangguan partus, Hemoroid, Inkarserasi usus. a) Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara
pada prolapsus uteri ringan, ingin punya anak lagi,
menolak untuk dioperasi, Keadaan umum pasien
tak mengizinkan untuk dioperasi
b) Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi
otot dasar panggul dengan alat listrik, Pemasangan
pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari
cincin plastik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2) Pengobatan dengan Operasi

a.Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain:

pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai a) Operasi Manchester/Manchester-Fothergill

introitus vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari b) Histeraktomi vaginal

vagina. c) Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)

b.Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya d) Operasi-operasi lainnya

serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi

dinamakan Elongasio kolli.


c.Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek DAFTAR PUSTAKA
dan tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita Winkjosastro H.dr. Ilmu Kandungan. Kelainan letak-letak alat-
mengejan. Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter alat genital. Edisi kedua. Yayasan Bina
logam,kateter itu diarahkan kedalam sitokel,dapat diraba kateter Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2007.
tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya Hal. 421.
lebih kebawah dari sistokel,dekat pada oue. Suheimi K.H.dr., 2008. Penyakit dan Kelainan Alat
d.Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum Kandungan. Prolapsus Uteri
kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
lonjong, memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
nyeri. Jakarta: DPP PPNI
e.Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari Jakarta: DPP PPNI
retrokel.Pada pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
benjolan ke vagina terdapat di atas rectum. dan Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Nyeri akut (SDKI D.0077)


Nyeri akut merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Tingkat nyeri (SLKI L.08066)
Tingkat nyeri menurun berarti pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat, dan berintensitas ringan hingga berat Risiko infeksi (SDKI D.0142)
dan konstan menurun. Risiko infeksi merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan
Tujuan : sebagai berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Tingkat nyeri ekspektasi menurun Risiko infeksi (SLKI L.14137)
Manajemen nyeri (SIKI I.08238) Tingkat infeksi menurun berarti menurunnya derajat infeksi berdasarkan
Manajemen nyeri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola observasi atau sumber informasi.
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan Tujuan :
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan. Tingkat infeksi menurun
Observasi Pencegahan infeksi (SIKI I.14539)
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Pencegahan infeksi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
 Identifikasi skala nyeri mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme patogenik.
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal Observasi
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Terapeutik
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri  Batasi jumlah pengunjung
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup  Berikan perawatan kulit pada area edem
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik  Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
bermain)  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)  Ajarkan etika batuk
 Fasilitasi istirahat dan tidur  Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Edukasi  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Kolaborasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri  Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4

BAB III
LAPORAN KASUS

Lampiran 7

FORMAT PENGKAJIAN ANTENATAL KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa: KELOMPOK 1 NIM: KELOMPOK 1


Tempat Prakik: Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Tgl: 16 Oktober 2023

A. DATA UMUM KLIEN


1. Initial Klien : Ny. D

2. Usia : 73 tahun

3. Status Perkawinan : Kawin

4. Pekerjaan : IRT

5. Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah

B. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU


No Tahun Jenis Penolong Keadaan Bayi Masalah
persalinan Saat Lahir kehamilan

1 1978 Spontan DK/Bidan Baik Tidak ada

2 - Abortus - - -

3 1976 Spontan DK/Bidan Baik Tidak ada

4 1980 Spontan DK/Bidan Baik Tidak ada

5 1982 Spontan DK/Bidan Baik Tidak ada

C. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah Ginekologi : Pasien mengatakan keluar keputihan dan ada benjolan di area vagina
2. Riwayat KB : Pasien mengatakan menggunakan IUD selama 10 tahun
D. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI
pg. 4
5

1. HPHT :-
2. Taksiran Partus :-

3. BB sebelum hamil: 42 kg
4. TB sebelum hamil: 165 cm

Tgl TD TB/BB TFU Presentasi DJJ Usia Keluhan Data


Janin Gestasi Lain
- - - - - - - - -

E. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Status Obstetri :
G:5 P:4 A:1 Hamil: - mg
2. Keadaan Umum : Pasien tampak lemas, tampak tidak nyaman, terlihat berbaring
ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga, terpasang infus Nacl 20 tpm dilengan kiri,
pasien tampak lemah dan posisi badan semi fowler.
3. Kesadaran : Composmentis BB: 42 Kg TB: 165 cm
4. Tanda-Tanda Vital :
TD : 126/78 mmHg Nadi : 73x/menit Suhu : 36,6°C RR : 19x/menit
Spo2 : 98%
5. Kepala dan Leher:
a Kepala : Kepala bersih, saat dilakukan palpasi tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan.
b Mata : simetris, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan.

c Hidung : simetris, tidak polip, tidak ada nyeri tekan.

d Mulut : cukup bersih, tidak ada sariawan, ada gigi berlubang.

e Telinga : Cukup bersih, ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

f Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak kelainan.


6. Dada:
a Jantung : Bunyi jantung lup dup, tidak ada gangguan/kelainan.
b Paru : Bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan.
pg. 5
6

c Payudara : simetris, perbesaran payudara normal, tidak ada kelainan.

d Putting susu : warna coklat kehitaman, tidak ada kelainan.

e Pengeluaran ASI : Tidak ada


7. Eliminasi
a Urin : Pasien mengatakan urin yang keluar berwarna kuning.
b Kebiasaan : Tidak ada
c BAK : Pasien mengatakan BAK normal, tidak ada keluhan saat miksi.
d BAB : Pasien mengatakan BAB normal, tidak ada konstipasi, tidak ada
keluhan saat defekasi.
e Kebiasaan BAB : Tidak ada
8. Istirahat dan kenyamanan
a Pola tidur :
b Kebiasaan tidur pasien mengatakan tidur pukul 21.00 malam dan bangun pukul
05.00 WIB lama: 8 jam, frekuensi: 1x sehari
c Pola tidur saat ini: Pasien mengatakan pola tidur tidak ada masalah selama di rs
d Keluhan ketidaknyamanan: Ya/ Tidak, lokasi :.......................
e Sifat: Tidak ada Intensitas : Tidak ada
9. Mobilisasi dan latihan

a Tingkat mobilisasi : pasien dibantu oleh keluarga saat melakukan aktivitas.

b Latihan Senam : pasien mengatakan tidak ada kebiasaan senam dirumah


10. Nutrisi dan Cairan

a Asupan nutrisi : Pasien mengatakan makan 3x sehari Napsu makan: baik

b Asupan cairan : Pasien mengatakan minum air putih ±1,5 liter/hari Cukup
11. Keadaan mental

a Adaptasi psikologis : Baik

b Penerimaan thd kehamilan : Pasien sedang tidak hamil


12. Abdomen
a Uterus
1) Tingkat Fundus Uteri :-
2) Kontraksi :-
3) Leopold I :-
4) Leopold II :-
5) Leopold III :-
6) Leopold IV :-
Kesimpulan Leopold : ......................................................................................
b Pigmentasi
1) Linea Nigra :-
pg. 6
7

2) Striae :-
f Fungsi pencernaan : Baik, tidak ada keluhan.
13. Perineum dan Genital
a. Vagina : Ada keluar keputihan
b. Kebersihan : Bersih
c. Keputihan : Tidak Normal
1) Jenis/warna : Putih
2) Konsistensi : keruh dan kental
3) Bau : Berbau tidak sedap, busuk, amis
4) Hemorrhoid : Ada
14. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
1) Edema : Ya/tidak, lokasi………………………………
2) Varises : Ya/tidak, lokasi………………………………
b. Ekstremitas bawah
1) Edema : Ya/tidak, lokasi ………………………………
2) Varises : Ya/tidak, lokasi ………………………………
3) Reflex patella : +/-, jika ada: +1, +2, +3
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 11/10/2023
Parameter Hasil Normal/Nilai Rujukan
Hemoglobin 6,4 11,5-16,0 g%
Leukosit 4,350 4,500-11,000/mm3
Trombosit 380.000 150.000-400.000/mm3
Hematocrit 24 37-48%
MCV 66 80-100 fL
MCH 17 27-34 fg
MCHC 25 32-36 g/dl
ANTI HIV HASIL I NON REAKTIF NON REAKTIF
HBsAg NEGATIF Negatif
Glukosa sewaktu 191 <200 mg/dl
Ureum 31 21-53 mg/dl
Kreatinin 0,76 0,17-1,5 mg/dl
SGOT/AST 14 <31 U/L
SGPT/ALT 10 32 U/L

Tanggal 17/10/2023
Parameter Hasil Normal
WBC 3.05 4.00-11.00
HGB 10,5 12,0-15,0
HCT 35,5 26,00-50,00
pg. 7
8

PLT 103 150-400

Nama Obat Dosis Indikasi


infus Nacl 20 tpm untuk mengganti cairan, misalnya pada kasus dehidrasi berat,
syok hipovolemia, perdarahan, sepsis, dan alkalosis metabolik
dengan deplesi cairan
Inj. Ceftriaxone 2x1 Indikasi ceftriaxone adalah untuk mengatasi infeksi bakteri
gram negatif maupun gram positif
P/O Candesartan 1x1 16 mg Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi

G. KESIMPULAN
Px mengalami gangguan rasa nyaman karena gejala penyakit yang dialaminya

pg. 8
9

H. DAFTAR MASALAH
No Tanggal / Data Fokus Etiologi Masalah
Jam Keperawatan
Gangguan rasa
1 16 DS : Gejala penyakit
nyaman
Oktober (prolaps uteri)
 Pasien mengeluh tidak nyaman (SDKI.0074,
2023 /
hal 166)
13.00  Pasien mengatakan keluar
WIB keputihan dari vagina
berwarna putih kental dan
berbau busuk

DO :
 Pasien terlihat lemas
 Terlihat gelisah
 Tampak tidak rileks
 Pasien tampak dgn posisi semi
fowler
 Kesadaran composmentis
 TTV
 TD : 126/78 mmHg
 N : 73 x/mnt
 RR : 19 x/mnt
 S : 36,6 °C
 SpO2 : 98%

Kelemahan
2 16 DS : Intoleransi
Oktober aktivitas
 Pasien mengeluh lelah
2023 / (SDKI.0056,
13.00  Pasien mengatakan merasa hal 128)
WIB tidak nyaman beraktivitas
 Pasien mengeluh merasa
cemas saat bergerak
DO :
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah
 TTV

pg. 9
10

 TD : 126/78 mmHg
 N : 73 x/mnt
 RR : 19 x/mnt
 S : 36,6 °C
 SpO2 : 98%

I. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal / No Diagnosa Tujuan / Intervensi TTD
Jam Keperawatan Kriteria Hasil perawat

16 Oktober 1 Gangguan Status Terapi relaksasi (SIKI.09326,


2023 / rasa nyaman kenyamanan hal 436)
13.15 WIB b.d Gejala (SLKI.08064,
penyakit hal 110) Observasi
(prolaps uteri) Setelah
 Identifikasi penurunan
(SDKI.0074, dilakukan
tingkat energi,
hal 166) tindakan
ketidakmampuan
keperawatan 1
berkonsentrasi, atau
x 7 jam, KELOMPOK
gejala lain yang
diharapkan 1
mengganggu kemampuan
status
kognitif
kenyamanan
ekspektasi  Identifikasi Teknik
meningkat relaksasi yang pernah
dengan kh : efektif digunakan
 Keluhan  Identifikasi kesediaan,
tidak kemampuan, dan
nyaman penggunaan Teknik
menurun sebelumnya
(5)  Periksa ketegangan otot,
 Gelisah frekuensi nadi, tekanan
menurun darah, dan suhu sebelum
(5) dan sesudah Latihan
 Perawatan  Monitor respons terhadap
sesuai terapi relaksasi
kebutuhan Terapeutik
meningkat
(5)  Ciptakan lingkungan
 Rileks tenang dan tanpa
meningkat gangguan dengan
(5) pencahayaan dan suhu

pg. 10
11

ruang nyaman, jika


memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat,


Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
(mis: musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi
otot progresif)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih
Teknik relaksasi (mis:
napas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

16 Oktober 2 Intoleransi Toleransi Manajemen energi


2023 / aktivitas b.d aktivitas (SIKI.05178, hal 176)
13.15 WIB kelemahan (SLKI.05047,
(SDKI.0056, hal 149) Observasi
hal 128) Setelah  Identifikasi gangguan
dilakukan fungsi tubuh yang
tindakan mengakibatkan kelelahan

pg. 11
12

keperawatan 1  Monitor kelelahan fisik


x 7 jam, dan emosional
diharapkan  Monitor pola dan jam
toleransi tidur
aktivitas  Monitor lokasi dan KELOMPOK
ekspektasi ketidaknyamanan selama 1
meningkat melakukan aktivitas
dengan kh :
 Keluhan Terapeutik
lelah
menurun  Sediakan lingkungan
(5) nyaman dan rendah
 Kemudaha stimulus (mis: cahaya,
n dalam suara, kunjungan)
melakukan  Lakukan latihan rentang
aktivitas gerak pasif dan/atau aktif
sehari-hari  Berikan aktivitas distraksi
meningkat yang menenangkan
(5)  Fasilitasi duduk di sisi
 Gerakan tempat tidur, jika tidak
tidak dapat berpindah atau
terkoordina berjalan
si menurun Edukasi
(5)
 Gerakan  Anjurkan tirah baring
terbatas  Anjurkan melakukan
menurun aktivitas secara bertahap
(5)  Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

pg. 12
13

J. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal / Kode Diagnosa Tindakan Respon Tindakan TTD perawat
Jam Keperawatan Keperawatan
16 Oktober Gangguan rasa  Mengidentifikasi Pasien mengatakan
2023 / 14.45 nyaman b.d Gejala penurunan masih tidak nyaman
WIB penyakit (prolaps tingkat energi, karena keputihan masih
uteri) (SDKI.0074, ketidakmampuan keluar dari vagina KELOMPOK
hal 166) berkonsentrasi, 1
atau gejala lain
yang
mengganggu
kemampuan
kognitif
 Menciptakan
lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
 Menganjurkan
mengambil
posisi nyaman
16 Oktober Intoleransi  Mengidentifikasi Pasien mengatakan
2023 / 14.45 aktivitas b.d gangguan fungsi aktivitas masih dibantu
WIB kelemahan tubuh yang oleh keluarga
(SDKI.0056, hal mengakibatkan KELOMPOK
128) kelelahan 1
 Menyediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis: cahaya,
suara,
kunjungan)
 Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

pg. 13
14

K. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal / Kode Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment , Planning Ttd perawat


jam Keperawatan
SOAP
17 Oktober Gangguan rasa nyaman S:
2023 / 21.00 b.d Gejala penyakit Pasien mengatakan masih tidak nyaman
WIB (prolaps uteri) dengan keputihan yang dialaminya KELOMPOK
(SDKI.0074, hal 166) O: 1
Pasien terlihat cukup gelisah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
 Mengidentifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Menciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
17 Oktober Intoleransi aktivitas b.d S :
2023 / 21.00 kelemahan (SDKI.0056, Pasien mengatakan tubuh masih lemah
WIB hal 128) O: KELOMPOK
Pasien tampak masih berbaring ditempat 1
tidur
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
 Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
 Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
 Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

pg. 14
15

pg. 15
15

BAB IV
METODOLOG
I

A. TOPIK
Inovasi Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk Peningkatan
Rasa Nyaman

B. SUB TOPIK
Intervensi Penerapan Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari

C. TUJUAN
1. Memberikan rasa nyaman pada pasien dengan gangguan rasa nyaman

D. WAKTU
Hari/Tanggal : Jum’at, 20 Oktober 2023
Jam : 08.00 WIB

E. TEMPAT
Di ruang Cempaka, RSUD Doris Sylvanus Palangka raya.

F. SETTING
Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman pada
klien, maka akan dilakukan desain inovatif berupa intervensi pemberian teknik
relaksasi genggam jari pada klien gangguan rasa nyaman kemudian akan dilihat
kembali keadaan klien setelah diberikan intervensi. Intervensi dilakukan dengan klien
sadar penuh, di tempat tidur serta lingkungan diatur tenang dan nyaman.
16

G. MEDIA
Poster

H. PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN YANG DILAKUKAN


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GENGGAM


JARI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
RASA NYAMAN

PROFESI NERS SEMARANG


PROSEDUR TETAP

1. PENGERTIAN Relaksasi adalah tindakan relaksasi otot rangka yang


dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merileksasikan
ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri /gangguan rasa
nyaman.

2. TUJUAN 1. Sebagai terapi non farmakologis yang bertujuan untuk


meningkatkan efek analgetik sebagai pereda nyeri
/gangguan rasa nyaman.
2. Mempersingkat rasa nyeri /gangguan rasa nyaman. yang
berlangsung beberapa menit atau detik
3. Cara efektif dalam mengurangi rasa nyeri /gangguan rasa
nyaman.
17

3. KRITERIA INKLUSI 1. Klien pre/post operasi


2. Klien dengan tingkat kesadaran Compos Mentis
3. Klien yang mampu melakukan gerakan genggam jari
mandiri
4. Klien tanpa alergi makanan dan obat-obatan

4. PERSIAPAN KLIEN 1. Kontrak waktu, topik dan tempat


2. Klien diberi penjelasan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan
3. Jaga privasi klien
4. Atur posisi posisi duduk atau fowler
5. PERSIAPAN ALAT 1. Lembar persetujuan
2. Alat tulis (pulpen)
3. Bed

6. PROSEDUR 1. Persiapkan kursi untuk tempat duduk edukator


disamping bed pasien
2. Persiapkan diri dengan cuci tangan 6 langkah
3. Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
4. Langkah-langkah teknik relaksasi genggam jari
5. Perkenalkan diri kepada pasien, jelaskan tujuan dari
tindakan yang akan kita lakukan
6. Observasi kuantitas rasa nyeri pasien /gangguan rasa
nyaman.
7. Posisikan pasien berbaring lurus dan pastikan pasien
nyaman dengan posisinya
8. Pasien diminta untuk untuk mengatur nafasnya dengan
teratur
9. Relaksi dimulai dengan genggam ibu jari tangan
dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa
khawatir yang berlebihan, genggam jari telunjuk
dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa takut
yang berlebihan, genggam jari tengah dengan telapak
tangan sebelahnya apabila merasa marah berlebihan,
genggam jari manis dengan telapak tangan sebelahnya
18

apabila merasa sedih berlebihan, dan genggam jari


kelingking dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa stress berlebihan
10. Tutup mata, tarik nafas perlahan dari hidung, lalu
hembuskan dari mulut
11. Katakan “semakin rileks”, “semakin rileks”, “semakin
rileks”, sampai benar-benar rileks
12. Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan
hipnopuntur yang diinginkan seperti, “saya ingin sakit
saya segera hilang”. Gunakan perintah sebaliknya
untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
13. Lepas genggaman jari dan usahakan rileks.
19

BAB V
PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS
Pada kasus Ny. D dengan diagnosa medis Prolapsus uteri. Prolapsus uteri adalah suatu
kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau keluar melalui vagina. Hal tersebut
dikarenakan dukungan yang tidak adekuat dari ligamentum kardinal dan uterosakral serta
struktur penyangga pelvis mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang
lain juga ikut turun.
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di RS. Pasien juga
mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung,
hipertensi, DM, dan TB Paru. Pasien dan keluarga mengatakan keluarga mereka tidak
ada yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien.
Pasien mengatakan menderita keputihan sejak ±20 tahun yang lalu dan riwayat
pendarahan, ada benjolan di area vagina sejak ±15 tahun yang lalu, benjolan dan
pendaharan timbul saat kelelahan dan banyak melakukan aktivitas berat.
Pasien di rujuk dari poli kandungan tanggal 13 oktober 2023 dan di rawat di ruang
cempaka kamar 2A, pasien dijadwalkan untuk tindakan kuretase pada tanggal 16 oktober
2023. 16 oktober 2023 pukul 08.00 WIB dilakukan pengkajian dan didapatkan keluhan
utama Gangguan Rasa Nyaman (D.0074). Gangguan rasa nyaman merupakan diagnosis
keperawatan yang didefinisikan sebagai perasaan kurang senang, lega, dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial.

B. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN


Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan dari keluhan utama dan diagnosa
yang ditegakan yaitu pada kasus ini Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala
penyakit (prolaps uteri) dengan intervensi Terapi relaksasi (SIKI.09326, hal 436)
Tujuan asuhan keperawatan ini adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 7
jam, diharapkan status kenyamanan ekspektasi meningkat dengan kriteria hasil :
 Keluhan tidak nyaman menurun (5)
 Gelisah menurun (5)
 Perawatan sesuai kebutuhan meningkat (5)
 Rileks meningkat (5)
Sehingga intervensi yang dapat dilakukan yaitu:
20

Observasi

 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain


yang mengganggu kemampuan kognitif
 Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
Latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik

 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Menajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan baik secara farmakologis maupun


non farmakologis. Kelompok menggunakan design inovatif berdasarkan Evidence Based
Practice yaitu Relaksasi genggam jari untuk meringankan nyeri. Penggunaan intervensi
keperawatan dengan relaksasi gengam jari sebagai sebuah cara sederhana untuk
meringankan rasa nyeri.
Relaksasi gengam jari dapat mengendali dan mengembalikan emosi yang akan
membuat tubuh menjadi rileks.
21

Sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan dan respon yang didapatkan yaitu :

Tindakan keperawatan Respon


1. Mengidentifikasi penurunan tingkat 1. Pasien mengatakan masih tidak nyaman
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, karena keputihan masih keluar dari
atau gejala lain yang mengganggu vagina
kemampuan kognitif
2. Menciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
3. Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Observasi kuantitas rasa nyeri pasien
/gangguan rasa nyaman.
5. Posisikan pasien berbaring lurus dan
pastikan pasien nyaman dengan
posisinya
6. Pasien diminta untuk untuk mengatur
nafasnya dengan teratur
7. Relaksi dimulai dengan genggam ibu
jari tangan dengan telapak tangan
sebelahnya apabila merasa khawatir
yang berlebihan, genggam jari telunjuk
dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa takut yang berlebihan,
genggam jari tengah dengan telapak
tangan sebelahnya apabila merasa
marah berlebihan, genggam
8. jari manis dengan telapak tangan
sebelahnya apabila merasa sedih
berlebihan, dan genggam jari kelingking
dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa stress berlebihan
9. Tutup mata, tarik nafas perlahan dari
hidung, lalu hembuskan dari mulut
10. Katakan “semakin rileks”, “semakin
rileks”, “semakin rileks”, sampai benar-
benar rileks
11. Apabila sudah dalam keadaan rileks,
lakukan hipnopuntur yang diinginkan
seperti, “saya ingin sakit saya segera
hilang”. Gunakan perintah sebaliknya
untuk menormalkan pikiran bawah
sadar.
12. Lepas genggaman jari dan usahakan
rileks.
22

Tanggal / Kode Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment , Planning Ttd perawat


jam Keperawatan
SOAP
17 Oktober Gangguan rasa nyaman S:
2023 / 21.00 b.d Gejala penyakit Pasien mengatakan masih tidak nyaman
WIB (prolaps uteri) dengan keputihan yang dialaminya KELOMPOK
(SDKI.0074, hal 166) O: 1
Pasien terlihat cukup gelisah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
 Mengidentifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Menciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Menganjurkan mengambil posisi
nyaman

Teknik relaksasi menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non-

nosiseptor. Serabut non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga

stimulus pada kortek sebri dihambat atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi

genggam jari sehingga intensitas nyeri dan ketidaknyamanan akan berubah atau

mengalami modulasi akibat stimulasirelaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan

lebih banyak mencapai otak ( P i n a n d i t a , 2 0 1 2 )


23

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari tindakan Desain Inovasi peningkatan rasa nyaman pada pasien Prolaps
uteri, dengan intervensi teknik relaksasi genggam jari dapat disimpulkan terbukti
efektif meningkatkan rasa nyaman. Sebelum diberikan tindakan pasien merasa gelisah
dan takut dengan keadaannya. Namun setelah pemberian intervensi, pasien merasa
lebih rileks dan nyaman. Keluhan tidak nyaman dan perilaku gelisah tampak
berkurang.

B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan serta kebijakan dalam proses keperawatan khususnya bagi pasien
dengan masalah gangguan rasa nyaman.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil implementasi dapat digunakan sebagai sumber informasi kepada
institusi untuk dijadikan dokumentasi dan menjadi bahan untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Bromley, Debbie. (2014). Abdominasl Massage In The Management of Chronic


Constipastion for Children with disability. Community Practitioner; Dec
2014; 87, 12
Claudina I, Pangestuti DR, Kartini A. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Cairan
dengan Kejadian Konstipasi Fungsional pada Remaja di SMA Kesatrian 1 Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2018; 6 (1): 486–495Denny A, Stanner S.
Preconception Health:The Role of Nutrition. Clincal Focus Nutr. 2008:52– 4
El Sharkawy, A. M., & Lobo, D. N. (2015). Acute and chronic effects of hydration status on
health. Nutrients, 7(9), 97-109.DOI: 10.3390/nu7090977
Ginting, D. B., Waluyo, A., & Sukmarini, L. (2015). Mengatasi Konstipasi Pasien Stroke
dengan Masase Abdomen dan Minum Air Putih Hangat. Jurnal Keperawatan Indonesia,
18(1), 23–30. https://doi.org/10.7454/jki.v18i1.394

Hamidin, A. (2012). Keampuhan terapi air putih: Untuk penyembuhan, diet, kehamilan dan
kecantikan. Yogyakarta: Media Presindo.Mardalena, Ida. (2017). Dasar-Dasar Ilmu
Gizi Dalam Keperawatan Konsep danPenerapan Pada Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kasiati, Rosmalawati, Dwi W. (2016). Kebutuhan dasar manusia 1.Jakarta :Pusdik
SDM Kesehatan diperoleh dari bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/.../Kebutuhan-
dasar-manusia-komprehensif. pdf
Rui X, Zhang Q, Huang J, Li W, Chen X, Jiang M, Dong M. Does Lactic
Fermentation Influence Soy Yogurt Protein Digestibility: A Comparative Study
Between Soymilk and Soy Yogurt at Different pH. J Sci Food Agric.2019; 99 (2):
861–867.
Salmean YA, Zello GA, Dahl WJ. Foods with Added Fiber Improve Stool Frequency in
Individuals with Chronic Kidney Disease with No Impact on Appetite or Overall
Quality of Life. BMC Res Not. 2013; 6 (1): 510-515.
Saputri, M. A. D. (2018). HUBUNGAN KONSUMSI AIR PUTIH DENGAN KEJADIAN
KONSTIPASI PADA LANSIA DI DUSUN SIDOREJO DESA KARAS KECAMATAN
KARAS KABUPATEN MAGETAN.

Shima T, Amamoto R, Kaga C, Kado Y, Sasai T, Watanabe O, et al. Association of Life


Habits and Fermented Milk Intake with Stool Frequency, Defecatory Symptoms, and
Intestinal Microbiota in Healthy Japanese Adults. Benef Microbes. 2019;10 (8): 841–
854.
Mardalena, Ida. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan Pada Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Oktariyani, 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Pada Bapak B Dengan Masalah Konstipasi Di Wisma Bungur Sasana Tresna
Werdha Karya Bhakti Cibubur .Depok . Universitas Indonesia
Rui X, Zhang Q, Huang J, Li W, Chen X, Jiang M, Dong M. Does Lactic
Fermentation Influence Soy Yogurt Protein Digestibility: A Comparative Study
Between Soymilk and Soy Yogurt at Different pH. J Sci Food Agric.2019; 99 (2):
861–867.
Shima T, Amamoto R, Kaga C, Kado Y, Sasai T, Watanabe O, et al. Association of Life
Habits and Fermented Milk Intake with Stool Frequency, Defecatory Symptoms, and
Intestinal Microbiota in Healthy Japanese Adults. Benef Microbes. 2019;10 (8): 841–
854.
Pei M, Wei L, Hu S, Yang B, Si J, Yang H, Zhai J. Probiotics, Prebiotics and Synbiotics for
Chronic Kidney Disease : Protocol for A Systematic Review and Meta-Analysis. BMJ
Open. 2018; 8: e020863
L

N
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai