Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil ‘alamiin, puji dan syukur kami limpahkan kehadirat


Allah SWT, karena atas pertolongan Allah dengan limpahan rahmat, hidayah dan
ridha-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “KANKER
SERVIKS”.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Patologi.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki kami. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Akhir kata, kami berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, Agustus 2012

Penyusun

P a ge |i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................... 2
C. Metode Penulisan .................................................. 2
D. Sistematika Penulisan.............................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.................................................................... 4
B. Etiologi ................................................................... 4
C. Patofisiologi ........................................................... 5
D. Klasifikasi ............................................................... 7
E. Manifestasi Klinis................................................... 9
F. Pemeriksaan Diagnostik.......................................... 9
G. Penatalaksanaan...................................................... 10
H. Manajemen Terapeutik............................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................. 12
B. Saran ....................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

P a g e | ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis,
dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim
yang dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari
jaringan leher rahim yang normal. Pada kasus keganasan secara obyektif
masih belum bisa diketahui secara pasti akibat belum akuratnya data-data
penunjang untuk dapat ditegakkanya suatu diagnose kanker serviks. Adanya
tanda-tanda keganasan yang diketahui dari hasil Pap smear bukan merupakan
tanda pasti dari kanker serviks sehingga penegakan diagnose harus ditunjang
dengan hasil biopsi. Kondisi ini dipersulit oleh karena derajat kanker klien
masih tahap dini sehingga secara makroskopis penegakan diagnosenya masih
belum akurat.
Jika dilihat dari etiologi terjadinya kanker leher rahim, pada kasus ini
tidak ditemukan kecurigaan keterlibatan salah satu faktor secara dominan,
seperti perilaku seksual klien maupun pasangan, faktor karsinogenik dari
lingkungan maupun penyakit yang bisa menjadi predisposisi timbulnya kanker
serviks. Penelusuran terhadap keturunan sebagai upaya penemuan faktor
genetika, juga tidak mampu dijadikan pedoman faktor yang terlibat dalam
terjadinya kanker pada klien.
Kebiasaan penggunaan pembersih vagina (Lab. Ilmu Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Soetomo, 1994), dapat menjadi predisposisi timbulnya
vaginitis maupun infeksi jamur lainnya. Dengan demikian dapat diasumsikan
bahwa bisa saja kontak dengan pembersih vagina ini menjadi faktor pencetus
gangguan keseimbangan asam¬ basa dalam vagina yang dapat mempermudah
timbulnya infeksi 1ntravgina baik oleh bakteri maupun virus yang pada
akhirnya dapat menyebabkan iritasi dan tanda-tanda keganasan.

P a ge |1
Kanker serviks masih merupakan momok bagi semua wanita dan
merupakan masalah besar dalam upaya pengembangan kesehatan di Indonesia
sehingga penatalaksanaannya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari
semua pihak termasuk profesi keperawatan

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanan asuhan
keperawatan klien dengan kanker serviks.
2. Tujuan khusus
Mempreoleh gambaran nyata tentang :
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan kanker serviks
b. Rumusan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien
dengan kanker serviks.
c. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa pada klien
dengan kanker serviks.
d. Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks
e. Evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks

C. Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan metode deskritptif yaitu asuhan
keperawatan dilaksanakan secara langsung dan didokumentasikan secara
sistematis dalam bentuk laporan kasus. Adapun penyusunan makalah ini
dilakukan melalui study kepustakaan yaitu penelusuran berbagai sumber buku
atau kepustakaan yang berhubungan dengan konsep biomedis dan asuhan
gastritis dan study kasus yaitu melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah klien dengan menggunakan proses keperawatan yang dimulai dengan
pengkajian sampai dengan evaluasi.

P a ge |2
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 4 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka yang terdiri dari Konsep dasar teori..
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
E.

P a ge |3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain yang tidak
sampai melibatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut displasia.
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-
sel squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun,
tetapi dapat pada usia dini, yaitu 18 tahun.
Kanker servik atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina) sebagai akibat dari adanya pertumbuhan yang tidak
terkontrol (Winkjosastro, 1999).
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990)

B. Etiologi
Menurut (Winkjosastro, 1999) Penyebab terjadinya kelainan pada sel-el
serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker servik yaitu:
1. HPV (Human Papiloma virus) adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kondiloma akuminota) yang ditularkan melalui hubungan seksual, varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45 dan 56.
2. Merokok; tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.

P a ge |4
5. Jumlah kehamilan dan partus; kanker serviks terbanyak dijumpai pada
wanita yang sering partus semakin besar kemungkinan mendapat
karsinoma serviks
6. AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim); Pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari erosi serviks yang
kemudian menjadi ineksi yang berupa radang yang terus menerus.
7. Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamida menahun.
8. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mapu melaksanakan pupsmear
secara rutin) erat kaitanya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perorangan.

C. Patofisiologi
Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda
dan keluhan, pada pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebagai porsio yang
erosif (Metaplasia Squamora) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat
tumbuh:
1. Eksofilik, mulai dari squamo – columnar (SCJ) ke arah lumen vagina
sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma servik dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dengan melibatkan awal fornless vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Servik yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio)
akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi, dengan
masuknya mutagen yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik
berubah menjadi patologik (diplastik – diskoriotik) melalui tingkatan NIS – I,
II, III dan KIS yang akhirnya menjadi karsinoma invasive dan proses
keganasan akan berjalan terus. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20
tahun (rata-rata 5-10 tahun). Histopatologik sebagian besar (95-97%) berupa
epidermoid atau squamor cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell
carsinoma / mesonephroid carsinoma dan yang paling jarang adalah sarkoma.

P a ge |5
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah
bening menuju 3 arah : ke arah fornless dan dinding vagina, ke arah corpus
uterus dan ke arah parametrium. Pada tingkat lanjut dapat menginfiltrasi
septum rektovaginal dan kendung kemih.

P a ge |6
D. Klasifikasi
Tingkat keganasan klinik menurut FIGO, 1978 dikutip oleh Wiknjosastro,
1999
O : Karsinoma Insitu (KIS) atau karsinoma intraepitel, membrana basalis
masih utuh
I : Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membrana kasalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stroma tidak lebih dari 1 mm, dan sel tumor tidak
terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah
Ib.occ (Ib occult = tersembunyi) : secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma tetapi pada pemeriksaan histopatalogik ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
Ib : secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi ke dalam stroma serviks uteri
II : proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
IIa : penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat
tumor
IIb : penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding
panggul
III : penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai dinding panggul
IIIa : penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina sedang ke parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul
IIIb : penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau
proses pada tingkat klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal
IV : proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rectum dan atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah
terjadi metastase keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh

P a ge |7
IVa : proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rectum dan atau kandung kemih
IVb : telah terjadi penyebaran jauh
Sedangkan pembagian tingkat keganasan menurut sistem TNM
T : tak ditemukan tumor primer
T1S : karsinoma pra-invasif, ialah KIS (karsinoma insitu)
T1 : karsinoma terbatas pada serviks (walaupun adanya perluasan ke korpus
uteri)
T1a : pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan dengan
pemeriksaan histologik
T1b : secara klinis jelas karsinoma yang invasive
T2 : karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai
dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi belum
sampai 1/3 bagian distal
T2a : karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b : karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 : karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah mencapai
dinding panggul
T4 : karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau kandung kemih atau
meluas sampai di luar panggul
T4a : karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan
secara histologik
T4b : karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
Nx : bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfe regional. Tanda
-/+ ditambahkan untuk ada / tidaknya informasi mengenai pemeriksaan
histologik, jadi : NZ + atau NX-
N0 : tidak ada deformite kelenjar limfe pada limfografi.
N1 : kelenjar limfe regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh
cara-cara diagnostik yang tersedia (misal : limfografi, CT-Scan panggul)
N2 : teron massa padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas
infiltra dan diantara masa ini dengan tumor.

P a ge |8
M0 : tidak ada metastase berjarak jauh.
M1 : terdapat metastase berjarak jauh, termasuk kelenjar limfe di atas
biforkosia arteri ilioka komunis.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari karsinoma servik meliputi:
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
4. Pedarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan spontan pervaginam.
6. Anemi akibat perdarahan berulang
7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi / pap smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikbat yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna
coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Fotoskopi
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsi.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada squamea columner juction dan intraservikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan (pop smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

P a ge |9
5. Biopsi
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng serta kelenjarnya. Dilakukan bila hasil sitologi dan pada
servik tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas

G. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim kanker /
tim onkologi.
a. Pada Tingkat Klinis (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi,
elektrofigerasi, bedah krio atau dengan sinar laser, kecuali bila yang
menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan penderinta masih muda dan
belum mempunyai anak. Jika penderitanya telah cukup anak dan cukup tua
dilakukan histerektomi sederhana. Jika operasi merupakan suatu
kontraindikasi aplikasi radium dengan dosis 6500 – 7000 rads/c by dititik
A tanpa penambahan penyinaran luar.
b. Pada tingkat klinik Ia penanganannya seperti pada KIS
c. Pada tingkat klinik Ib, Ib OCC dan IIa dilakukan histerektomi medical
dengan limfatenektomi panggul, pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan
penyinaran, tergantung ada / tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe
regional yang diangkat.
d. Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,
tindakan primer adalah radioterapi.
e. Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif,
pemberian kematherapi dapat dipertimbangkan.

P a g e | 10
H. Manajemen Terapeutik
Terapi karsinoma serviks dilakukan jika diagnosis telah dipastikan dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan reliabilitasi dan pengamatan lanjutan.
Pada tingkat klinis tidak dilakukan elektrokoagulasi atau elektrofulgerasi,
bedah krio (cryosurgery) atau dengan sinar laser, kecuali bila yang menangani
seorang ahli dalam kolposkopi dan kliennya masih mudah serta belum
mempunyai anak. Denga biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk
diagnostik, sering kali menjadi terapeutik. Ostium uterus internum tidak rusak
karenanya. Bila klien telah cukup atau tua sudah mempunyai anak, uterus
tidak perlu ditinggalkan agar penyakit tidak kambuh (relapse) dapat dilakukan
histerektomi sederhana.
Penahanan klinis memberikan keparahan penyakit, sehingga pengobatan dapat
direncanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat diprediksikan kanker
serviks ini, khususnya memberi pengaruh tidak baik terhadap kehamilan,
begitu juga sebaliknya. Pengaruh kanker rahim pada reproduksi dapat
menyebabkan kemandulan dan abortus.

P a g e | 11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak
normal pada leher rahim. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara
lain adalah:
 Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
 Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
 Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
 Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau
bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.

B. Saran
 Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu
adanya keluhan
 Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.
 Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter.
Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat
kesembuhannya hampir 100%.

P a g e | 12
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad.1993. Ginekologi. Elstar. Bandung

Carpenito, Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC.
Jakarta

Friedman, Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan


Ginekologi. Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta

Galle, Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.


EGC. Jakarta.

Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks, Leher Rahim & Masalah Skrining Di
Indonesia. Kursus Pra Kongres KOGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5
No.2 Me] 2001

............... 2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA: 2000/2001


PSIK.FK. Unair,Surabaya.

Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo &
JNKKR -POGI, Jakarta.

P a g e | 13

Anda mungkin juga menyukai