Disusun oleh :
KELAS 2D/KELOMPOK 2
Page | i
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan artikel Teknik Radiografi 4 yang berjudul
“Artikel Pemeriksaan Radiografi Fistula (Fistulografi) Dengan Kasus Fistel Urethro Cutan Di
Instalasi Radiologi Rsud Dr. Soetomo Surabaya”.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Agung Nugroho Setiawan, S.ST. selaku dosen pengampu Teknik Radiografi 4,
khususnya pengampu teori Fistulografi.
2. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa dengan tulus.
3. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
4. Semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan artikel ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan artikel ini. Akhir kata, penulis berharap semoga artikel ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Page | ii
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
ARTIKEL FISTULOGRAFI.....................................................................................................1
A. Pendahuluan....................................................................................................................1
1. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Profil Kasus.....................................................................................................................2
1. Jenis & jumlah pemeriksaan dengan media kontras dalam waktu 4 bulan terakhir....2
1. Persiapan Pemeriksaan................................................................................................4
2. Teknik Positioning.......................................................................................................4
D. Hasil Pemeriksaan...........................................................................................................8
1. Hasil Radiograf............................................................................................................8
E. Penutup............................................................................................................................9
1. Kesimpulan..................................................................................................................9
2. Saran............................................................................................................................9
F. Daftar Pustaka...............................................................................................................10
Page | iii
G. Lampiran.......................................................................................................................10
Page | iv
ARTIKEL FISTULOGRAFI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara
radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di
dalam tubuh yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata secara langsung serta
mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang mungkin dijumpai
pada organ-organ yang akan diperiksa.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat
diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan media kontras yang berguna
memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil
sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara
garis besar dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan
pemeriksaan radiologi dengan kontras.
Dalam Artikel ini penulis menyajikan salah satu pemeriksaan radiologi yang
menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan Fistulografi . Pemeriksaan
Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan bahan kontras positif
yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk
memvisualisasikan keadaan fistel dan muara dari saluran fistel tersebut yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui lubang-lubang fistel.
Penyebab terjadinya fistula masih belum diketahui dengan jelas meskipun
secara umum disebabkan karena faktor teknis dan dapat dihindari, ada banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya fistula, yaitu infeksi lokal, iskemia lokal, prosedur
yang tidak adekuat, penyembuhan jaringan yang jelek, obstruksi distal karena meatal
stenosis/ encrustasi (Shehata, 2011).
Menurut Yildiz et al, (2013), masih banyak perdebatan mengenai faktor usia
saat operasi menjadi salah satu faktor risiko terjadinya fistula uretrokutan. Kejadian
komplikasi fistula uretrokutan lebih sering pada usia 10-14 tahun disbanding usia
yang lebih muda.
2. Tujuan Penulisan Artikel
a. Mengetahui teknik pemeriksaan Fistulografi pada kasus Fistel Urethra Cutan di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo
Page | 1
b. Mengetahui apakah dengan pemeriksaan Fistulografi dengan kasus Fistel Urethra
Cutan sudah dapat menegakkan diagnosa
B. Profil Kasus
Pada bab ini akan diuraikan tentang pemeriksaan urethografi dengan kasus Batu
Ureter di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya:
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 12725378
Tanggal Pemeriksaan : 20 Februari 2019
Permintaan Pemeriksaan : Fistulografi
Diagnosa : Fistel Urethro Cutan
Anamnesa :
1. Jenis & jumlah pemeriksaan dengan media kontras dalam waktu 4 bulan
terakhir
Page | 2
4. Anatomi & fisiologi fistel urethro cutan
a. Urethra
Page | 3
1) Urethra Posterior, dibagi menjadi:
a) Pars prostatika : dengan panjang sekitar 2,5 cm, berjalan melalui
kelenjar prostate.
b) Pars membranacea : dengan panjang sekitar 2 cm, berjalan melalui
diafragma urogenital antara prostate dan penis
2) Urethra Anterior, dibagi menjadi:
a) Pars bulbaris : terletak di proksimal,merupakan bagian uretra yang
melewati bulbus penis.
b) Pars pendulum /cavernosa/spongiosa: dengan panjang sekitar 15 cm,
berjalan melalui penis (berfungsi juga sebagai transport semen).
c) Pars glandis: bagian uretra di gland penis. Uretra ini sangat pendek dan
epitelnya sangat berupa squamosa (squamous compleks
noncornificatum)
Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandung kemih ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kemih hingga lubang air. (Pearce,1999).
Page | 4
Gambar 2. Posisi pasien plain foto posisi AP (Bontrager, 2014)
2) Posisi objek
a) MSP tubuh di tengah meja pemeriksaan
b) Kedua tangan diletakkan di samping tubuh
c) Daerah pelvis dan urethra ditempatkan persis di pertengahan meja
pemeriksaan serta kedua kaki direnggangkan
d) Batas bawah : tampak urethra
3) Pengaturan sinar dan eksposi
a) Arah sinar/central ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset
b) Titik bidik/central pint (CP) : 5 cm diatas symphysis pubis
c) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d) Film dan kaset : 24 x 30 cm
e) Eksposi : ekspirasi tahan napas
4) Kriteria radiograf
Tampak gambaran tulang pelvis, kandung kemih dan urethra.
b. Proyeksi AP
1) Posisi pasien
Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan
2) Posisi objek
Page | 5
a) MSP tubuh di tengah meja pemeriksaan
b) Kedua tangan diletakkan di samping tubuh
c) Daerah pelvis dan urethra ditempatkan persis di pertengahan meja
pemeriksaan serta kedua kaki direnggangkan
d) Batas bawah : tampak urethra
3) Pengaturan sinar dan eksposi
a) Arah sinar/central ray (CR) : 10o – 15o caudad
b) Titik bidik/central pint (CP) : 5 cm diatas symphysis pubis
c) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d) Film dan kaset : 24 x 30 cm
e) Eksposi : ekspirasi tahan napas
4) Kriteria radiograf
Tampak pelvis tidak rotasi, daerah proksimal femur, trokhanter mayor
dan minor, sakrum dan kogsigis segaris dengan simpisis pubis, foramen
obturatorium simetris, kedua spina iliaka sejajar
c. Proyeksi Oblik (RPO)
1) Posisi pasien
Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan dan daerah panggul
dimiringkan 35 – 40o.
2) Posisi objek
a) Daerah panggul diatur miring kira-kira 35 – 40 o ke kanan dengan kaki
kiri ditekuk sebagai tumpuan namun tidak menutupi gambaran.
b) Daerah pelvis dan urethra ditempatkan persis di pertengahan meja
pemeriksaan.
3) Pengaturan sinar dan eksposi
Page | 6
a) Arah sinar/central ray (CR) : vertical tegak lurus kaset
b) Titik bidik/central pint (CP) : 5 cm di atas symphysis pubis dan 5 cm
ke arah medial dari SIAS
c) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d) Film dan kaset : 24 x 30 cm
e) Eksposi : ekspirasi tahan napas
4) Kriteria radiograf
Tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak berjarak
sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris, sakrum dan kogsigis
tidak segaris dengan simpisis pubis
d. Proyeksi Lateral (Optional)
1) Posisi pasien
Pasien tidur miring di salah satu sisi
2) Posisi objek
a) Kedua lutut ditekuk sebagai fiksasi dan kedua lutut diberi bantalan
b) Daerah pelvis berada tepat pada pertengahan meja pemeriksaan
3) Pengaturan sinar dan eksposi
a) Arah sinar/central ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset
b) Titik bidik/central pint (CP) : 5 cm diatas menuju ke belakang
symphysis pubis
c) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d) Ukuran film dan kaset : 24 x 30 cm
e) Eksposi : ekspirasi tahan napas
Page | 7
4) Kriteria radiograf
Tampak pelvis dan daerah proksimal femur, sakrum dan kogsigis,
bagian belakang ischium dan illium saling superposisi, lingkar fossa yang
besar berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil
D. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Radiograf
Page | 8
- Tampak terpasang 3 buah marker:
1) Marker berbentuk segitiga di fistul scrotal
2) Marker berbentuk bulat di anus
3) Marker 1 cm di DUE
- Tulang-tulang tampak baik
b. Contrast Study:
- Pasien diposisikan litotomi kemudian dimasukkan abocath no. 22 untuk
mencari lubang fistula
- Kontras water soluble sebanyak +/- 2 cc dimasukkan lewat abocath ke dalam
lubang fistula scrotal, tampak kontras back flow
- Kemudian pasien diposisikan lateral, dicoba dimasukkan kembali kontras
sebanyak +/- 1cc, tampak cutaneus fistel sepanjang +/- 2,2 cm dari kapas
marker fistula di subscrotal, setelah itu tampak kontras back flow.
- Tak tampak kontras track fistulasi ke organ sekitar
- Tak tampak penyempitan/filling defect/aditional shadow
c. Kesan
Fistula cutaneus sepanjang +/- 2,2 cm di sub scrotal
3. Analisis terhadap jalannya pemeriksaan
Pada pemeriksaan fistulografi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soetomo
tidak memerlukan periapan khusus, hanya didaerah fistula terbebas dari benda-benda
yang dapat menganggu radiograf. Dan sangat perlu dikakukan komunikasi dengan
pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.
Kendara pemeriksaannya yaitu Fistel yang tidak terlihat (bukan fistel cutan)
& posisi pemeriksaan harus menyesuaikan letak fistel karenya tracknya yang tidak
jelas.
Pemeriksaan Fistulografi pada Tn.S sudah dapat menegakkan diagnosa
dimana pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan klinis pasin yaitu terdapat
fistula cutaneus sepanjang +/- 2,2 cm di sub scrotal.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Page | 9
a. Pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan persiapan pasien secara khusus, hanya
hanya saja didaerah fistula harus terbebas dari benda-benda yang dapat
menganggu radiograf.
b. Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan Fistulografi di Rumah Sakit Dr.
Soetomo yaitu Plain AP, AP Post Kontras, Oblique post kontras, dan lateral post
kontras
c. Pada saat pemasukan media kontras, kontras water soluble sebanyak +/- 2 cc
dimasukkan lewat abocath ke dalam lubang fistula scrotal, tampak kontras back
flow, kemudian pasien diposisikan lateral, dicoba dimasukkan kembali kontras
sebanyak +/- 1cc, tampak cutaneus fistel sepanjang +/- 2,2 cm dari kapas marker
fistula di subscrotal, setelah itu tampak kontras back flow.
d. Pemeriksaan fistulografi pada pasien Tn.S, yaitu tampak Fistula cutaneus
sepanjang +/- 2,2 cm di sub scrotal
2. Saran
F. Daftar Pustaka
Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbox of Radiographic Position and Related anatomi
seventh edition, Mosby: United State of America
Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
G. Lampiran
Page | 10
Page | 11