Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PEMERIKSAAN URETROGRAPHY PADA KASUS SUSPEK RUPTUR

URETRA PARSIAL DI UNIT RADIOLOGI RSU KERTHA USADHA SINGARAJA

Laporan Kasus
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 2 (PKL 2)
Pembimbing Praktek : I Wayan Sariana, AMR

Disusun oleh :

1. Febry Ivone Mamun (012114003)


2. Gabriel Injelika Manurip (012114026)
3. Junangsi Torsina Huan (012114028)
4. Genoveva Adventania Niron (012114031)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI BALI
TAHUN AJARAN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas laporan Praktek Kerja Lapangan 2 dan
sebagai nilai mata kuliah Teknik Radiografi jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi,
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali (ATRO BALI). Nama :
1. Febry Ivone Mamun (012114003)
2. Gabriel Injelika Manurip (012114026)
3. Junangsi Torsina Huan (012114028)
4. Genoveva Adventania Niron (012114031)

Judul : TEKNIK PEMERIKSAAN URETROGRAPHY PADA KASUS SUSPEK


RUPTUR URETRA PARSIAL DI UNIT RADIOLOGI RSU KERTHA USADHA
SINGARAJA

Singaraja, 13 April 2023

Mengetahui Mengetahui
Koordinator Pelayanan Koordinator Pembimbing
RSU Kertha Usadha Singarja RSU Kertha Usadha Singarja

I Wayan Sariana, AMR Ketut Arya Permadi, Amd.Rad


NIP NIP

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul " Teknik
Pemeriksaan Uretrography pada Kasus Suspek Ruptur Uretra Parsial di Unit Radiologi
RSU Kertha Usada Singaraja ".
Pemeriksaan menggunakan media kontras seperti Uretrography pada kasus Suspek
Ruptur Uretra Parsial sudah jarang dilakukan terutama di Unit Radiologi RSU Kertha Usadha
Singaraja, maka dari itu penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai Teknik pemeriksaan
tersebut. Adapun penyusunan laporan kasus ini juga dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada
Praktek Kerja Lapangan 2 Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO Bali yang
dilakukan di RSU Kertha Usada Singaraja yang berlangsung dari tanggal 6 Maret 2023 sampai
dengan 13 April 2023 .

Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. I Wayan Sariana, AMR
2. IGA Putu Boni Mahayoni, Amd.Rad
3. Nyoman Sugiarta, Amd.Rad
4. Gede Pramana Putra, Amd.Rad
5. Ketut Arya Permadi, Amd.Rad
6. Made Abiyoga Ivan p., Amd.Rad
7. Putu Dendi Agus P., Amd. Kes
8. Kadek Candra Libriani, Amd.Kes
9. Komang Triana Wulandari, Amd.Kes

kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa
yang akan datang.

iii
DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESHAN ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 3

2.1 Definisi Urethrograpy ........................................................................................................ 3


2.2 Anatomi System Urinaria .................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ....................................................................................................................... 5
2.4 Teknik Pemeriksaan Urethtograpy .................................................................................. 6
2.5 Proteksi Rasiasi ............................................................................................................... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 12

3.1 Definisi Urthrograpy ........................................................................................................ 12


3.2 Hasil Penelitian ................................................................................................................ 12
3.3 Teknik Pemeriksaan ....................................................................................................... 12
3.4 Teknik Pemeriksaan Urethrography di Unit Radiologi RSU Kertha Ushada .......... 14

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 19

4.2 Saran ................................................................................................................................ 20

LAMPIRAN ........................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Radiologi adalah cabang ilmu kedoteran untuk mengetahui dan mendiagnosis bagian
dalam tubuh manusia dengan menggunakan teknologi pencitraan, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Radiologi adalah salah satu jenis
pemeriksaan penunjang yang penting di rumah sakit. Radiologi memanfaatkan Sinar X
yang digunakan untuk mengambil foto yang disebut radiograf.
Salah satu pemanfaatan sinar X dalam radiologi adalah Teknik pemeriksaan Uretrografi
dengan klinis Suspek rupture uretra parsial. Uretrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk
uretra dengan menggunakan media kontras positif yang diinjeksi ke uretra proksimal secara
retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada saluran kencing
laki laki.
Sedangkan partial uretra rupture adalah merupakan diskontinuitas jaringan uretra, yang
umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan ruptur uretra dapat
disebabkan oleh trauma tumpul (misalnya akibat jatuh), fraktur pelvis, trauma tembus
akibat tembakan, ataupun iatrogenik akibat pemasangan kateter serta pembedahan.. Gejala
dari kondisi ini meliputi nyeri yang parah di area punggung atau samping tubuh, darah
dalam urine, dan kesulitan buang air kecil. Pada beberapa kasus, mungkin tidak ada gejala
sama sekali.
Pengobatan untuk partial uretra rupture akan tergantung pada tingkat keparahan cedera.
Pada kasus yang lebih ringan, istirahat dan pengelolaan nyeri mungkin sudah cukup untuk
memulihkan kondisi. Namun, pada kasus yang lebih parah, operasi mungkin diperlukan
untuk memperbaiki uretra dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada sistem kemih. Jika
Anda mengalami gejala partial uretra rupture seperti nyeri parah di area punggung atau
samping tubuh, darah dalam urine, atau kesulitan buang air kecil, segera cari perawatan
medis untuk mencegah terjadinya komplikasi serius seperti infeksi atau kerusakan ginjal.
Media kontras yang digunakan yaitu media kontras positif berupa lopamidol. Media
kontras adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk
membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih
radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa, Bahan kontras

1
merupakan senyawa senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility)
struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras dipakai
pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attemasi sinar-X (bahan kontras
positif). Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat
terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentuk
anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi
organ yang diperiksa. Secara terperinci fungsi dari kontras media antara lain :
a. Visualisasi saluran kemih (ginjal, vesika dan saluran kemih).
b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal).
c. Visualisasi saluran empedu (kandung empedu dan saluran esipedu).
d. Visualisasi saluran cerna (lambung dan usus)

1.2 RUMUSAN MASALAH1


1. Bagaimana Teknik pemeriksaan Uretrography di Unit Radiologi RSU Kertha Usada
Singaraja ?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan Uretrography yang dilakukan di
Unit Radiologi RSU Kertha Usada Singaraja?

1.3 MANFAAT PENULISAN

Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :


1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan yaitu untuk memberikan informasi tentang prosedur
pemeriksaan Teknik pemeriksaan Uretrograpy

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Urthrograpy


Uretrografi retrograde atau ascending urethrography merupakan pemeriksaan radiologi
yang menggunakan zat kontras, untuk menilai keadaan uretra pada pria. Zat kontras
diinjeksikan secara retrograde dari uretra bagian distal ke bagian proksimal
(Ristaniah,2014).
Pemeriksaan uretrografi pada pria bertujuan untuk memperlihatkan keseluruhan bagian
uretra. Kateter khusus dimasukkan ke dalam uretra distal dan media kontras diberikan
melalui spuit. Penyuntikan media kontras menggunakan alat khusus yaitu brodney clamp
yang dipasang pada penis bagian distal.

2.2 Anatomi System Urinaria


System urinaria adalah serangakian organ tubuh yang berfungsi sebagai pembentukan
sekreksi berupa urine. yang meliputi ginjal, kandung kemih, ureter, dan uretra.

a. ginjal
ginjal merupakan bagian dari system urinaria yang terletak pada ruang retroperitoneal
pada bidang belakang abdomen, berdasarkan letaknya, ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kanan karena adanya hepar. posisi ginjal berada pada abdomen posterior setinggi
L3. ginjal dibungkus oleh jaringan (kapsula fibrosa) yang melekat pada parenkim
ginjal.

3
fungsi ginjal :
1) menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme dan toxin dalam tubuh
2) pengatur keseimbangan ion kalsium dan vitamin dalam tubuh
3) sebagai organ yang mengatur kadar air dalam tubuh

b. ureter
ureter adalah organ yang membentang dari peritoneum, kedepan psoas, melewati
posterior sacral wing, dan berakhir pada kandung kemih. ureter berfungsi sebagai jalur
sekresi dari ginjal menuju kandung kemih.

c. kandung kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis otot detrusor
yang saling berlawanan. Lapisan paling dalam disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri
dari otot polos, dan lapisan paling luar adalah jaringan fibrosa. Kandung kemih dalam
sistem urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah
dproduksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Letak posisi
kandung kemih berada pada anterior abdomen.

4
d. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran keluaran urine
yang tertampung dari vesika urinaria. Secara anatomis uretra dibagi menjadi
dua bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior.

2.3 Patofisiologi
1. Striktur
Striktur uretra adalah penyempitan pada uretra. Adapuun, uretra merupakan saluran
yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis. Urine kemudian dialirkan
keluar tubuh melalui meatus uretra (lubang di ujung penis) saat buang air kecil.
2. Retensi Urine
Urinary retention atau retensi urine adalah kondisi medis ketika kandung kemih tidak
dapat kosong sepenuhnya walaupun telah buang air kecil.
3. Kelainan Kongenital
4. Fistula
Fistula ani adalah suatu saluran abnormal yang menghubungkan ujung akhir usus besar
dengan permukaan kulit di sekitar anus.
5. Tumor
Tumor adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang abnormal. Sel merupakan unit terkecil
yang menyusun jaringan tubuh manusia. Masing-masing sel mengandung gen yang
berfungsi untuk menentukan pertumbuhan, perkembangan, atau perbaikan yang terjadi
dalam tubuh

5
6. Batu Uretra
Batu saluran kemih adalah batu yang tersangkut di saluran kemih, baik itu di ginjal,
ureter, maupun uretra. Ini merupakan salah satu penyakit pada sistem urologi manusia

7. Suspek Ruptur Uretra


Ruptur uretra merupakan diskontinuitas jaringan uretra, baik parsial/inkomplit maupun
komplit, yang umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan ruptur
uretra dapat disebabkan oleh trauma tumpul (misalnya akibat jatuh), fraktur pelvis,
trauma tembus akibat tembakan, ataupun iatrogenik akibat pemasangan kateter
serta pembedahan.

2.4 Teknik Pemeriksaan Uretrograpy

2.4.1 Persiapan Pasien

Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien disuruh kencing
sebelum pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak bercampur dengan urine yang
menyebabkan densitas tinggi, kontras rendah menyebabkan gambaran lusent sehingga
kandung kemih tidak dapat dinilai (Bontrager, 2001)

2.4.2 Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan untuk pemeriksaan uretrografi retrograde yang harus
dipersiapkan antara lain : Pesawat sinar x, kaset dan film, grid, marker, tensi meter,
tabung oksigen, baju pasien.
Pada pemeriksaan uretrografi retrograde perlu dipersiapkan alat untuk
memasukkan media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang
diperlukan antara lain ; spuit 20 cc, kassa, kapas alkohol, anti histamine, kateter,
gliserin. Sedangkan alat bantu non steril antara lain : bengkok, plester dan sarung tangan
(Bontrager, 2001).
Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif iodine water souluble.
Media kontras dicampur larutan fisiologis dengan perbandingan 1 : 1.

6
2.4.3 Teknik Pemeriksaan Uretrografi
Menurut Bontrager, (2001) teknik pemeriksaan uretrografi adalah sebagai berikut

1. Foto Pendahuluan (Polos)


Dilakukan sebelum media kontras dimasukkan dengan tujuan untuk mengetahui
persiapan pasien, mengetahui struktur keseluruhan organ sebelum dimasukkan
media kontras, mengetahui ketepatan posisi dan menentukan faktor eksposi
selanjutnya.

Posisi Pasien : Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan dengan MSP
diatur tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan, dua kaki lurus dan kedua
tangan disamping tubuh. Posisi Objek batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah
kaset sympisis pubis.
Kaset : ukuran kaset 24×30 cm Arah sinar tegak lurus dengan kaset. Titik bidik 5
cm diatas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi dilakukan
pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran dari
tulang pelvis.

Setelah dilakukan foto pendahuluan (polos) , langkah selanjutnya yang


dilakukan adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras
dimasukkan kandung kemih dengan menggunakan kateter yang telah terpasang
melalui uretra kemudian media kontras dimasukkan perlahan dengan spuit.
Pengambilan radiograf dilakukan pada saat bersamaan media kontras dimasukkan
ke uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP (antero posterior), oblik kanan dan
kiri.

7
2. Proyeksi AP
Tujuan dari proyeksi AP adalah untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian
uretra dari pandangan anterior.

Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tepat diatas garis tengah
pemeriksaan. Posisi objek batas atas kaset krista iliaka, batas bawah kaset sympisis
pubis.
Kaset : ukuran 24 x 30 cm, dengan arah sinar tegak lurus kaset atau film, titik pusat
sinar 5 cm di atas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis.
Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih dan uretra yang terisi media kontras
dengan kandung kemih tidak superposisi dengan symphisis pubis.

8
3. Proyeksi Oblik kanan dan kiri
Tujuan dari proyeksi oblik kanan atau kiri adalah untuk menilai bagian uretra dan
kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.

Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan daerah panggul
diatur miring kira-kira 35–40 derajat, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi oblik
yang dimaksud. Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di
tempatkan menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Batas atas
kaset pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah simpisis pubis.

Kaset : ukuran 24 x 30 cm dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset. Titik bidik
2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang menghubungkan kedua
SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar dengan border symphisis pubis.
Jarak fokus ke film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

9
2.5 Proteksi Radiasi
Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar-x mempunyai daya tembus yang besar
sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi, oleh karena itu
perlu adanya proteksi radiasi.
Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturaturan
peraturan maupun pedoman kerja yang ditetapkan oleh BATAN.
1. Tujuan Proteksi Radiasi
Sesuai dengan rekomendasi ICRP (International Council of Radiation
Protection) atau NCRP (National Council of Radiation Protection), maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
a. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin
sesuai dengan ketentuan klinik.
b. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil
mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.
c. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berada pada
batas normal.
d. Pengawasan, penyimpanan, dan penggunaan sumber radiasi harus mendapat
perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan transportasi
zat radioaktif.
2. Usaha Proteksi Radiasi
a. Proteksi radiasi terhadap pasien
1) Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
2) Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.
3) Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien
dengan tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.
b. Proteksi radiasi terhadap petugas
1) Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.
2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.
3) Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area penyinaran.
4) Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.
5) Petugas menggunakan alat ukur personal radiasi (film badge) sewaktu
bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK guna memonitor dosis
radiasi yang diterima oleh petugas.

10
c. Tiga prinsip proteksi radiasi untuk petugas radiasi
1) Prinsip jarak
Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X seorang petugas
radiasi harus senantiasa berada pada jarak yang jauh dari sumber radiasi.
2) Prinsip waktu
Pada pemotretan menggunakan sinar-X, petugas radiasi harus senantiasa
berusaha menggunakan waktu yang singkat pada saat melakukan
penyinaran.
3) Prinsip perisai
Saat pemotretan, petugas radiasi harus senantiasa menggunakan perisai
radiasi.
d. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :
1) Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di
daerah radiasi.
2) Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan selalu ditutup.
3) Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman.
4) Perawat atau keluarga yang terpaksa berada di dalam ruang pemeriksaan
sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHSAN

3.1 Hasil Penelitian


Pada Tanggal 27 maret 2023 pasien dari ruangan Kresna dengan klinis Suspek Ruptur
Ureter Parsial dibawa ke instalasi radiologi RS Kertha Usada untuk di lakukan Tindakan
pemeriksaan Urethrography dengan identitas pasien sebagai berikut :
Nama : Tn .X
Umur :X
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 2XXXXX
diagnose Klinis : Suspek Ruptur Uretra Parsial
Pemeriksaan : Urethrography

3.2 Teknik Pemeriksaan


a. Persiapan Pasien
Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien disuruh kencing sebelum
pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak bercampur dengan urine yang
menyebabkan densitas tinggi, kontras rendah menyebabkan gambaran lusent sehingga
kandung kemih tidak dapat dinilai.

b. Persiapan Alat dan Bahan


1. Pesawat Sinar-X
2. Kaset + Film + Grid
3. Media Kontras 6. Spoit Uk 25cc

ket : Lopamiro 370 (37 g of lodine )


Kontras yang digunakan sebanyak 12,5 cc

12
4. Near Beken 7. Kateter

5. Jelly 8. kassa

5. Nacl 10. Handscoon

Nacl yang digunakan 12,5 cc

13
3.3 Teknik Pemeriksaan Uretrography di Unit Radiologi RSU Kertha Usadha Singaraja
Proyeksi yang digunak?an dalam pemeriksaan Uretrografi adalah AP (anterior-posterior)
dan Oblique kanan

3.3.1 Foto Plain/Foto Polos (AP)


Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tetap diatas garis
tengah pemeriksaan dengan ibu jari kaki saling menempel agar proximal femur bisa
terlihat true AP dan kedua tangan dijadikan bantalan agar tidak menutupi objek
pemeriksaan
Posisi objek : Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan Usahakan
atur posisi pasien sebaik mungkin agar tidak ada rotasi pada Crista Illiaca agar gambar
yang dihasilkan terlihat simetris dan jelas
Kaset : 30 x 40 cm + grid
Central Ray : Vertikal tegak lurus kaset.
Central Poin : 7,5 cm dibawah SIAS
FFD : 100 cm
Kolimasi : Atur kolimasi seluas objek yang akan diperiksa, dengan batas
atas pada crista illiaca, dan batas bawah 2 cm dibawah symphysis pubis ekspose pada
saat pasien tidak bergerak.

Gambar foto plain (AP)

Kriteria Gambar : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra, dan gambaran
dari tulang pelvis.

14
3.3.2 Proyeksi AP

Posisi pasien :Supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tetap diatas garis tengah
pemeriksaan dengan ibu jari kaki saling menempel agar proximal femur bisa terlihat
true AP dan kedua tangan dijadikan bantalan agar tidak menutupi objek pemeriksaan

Posisi objek : Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan Usahakan atur
posisi pasien sebaik mungkin agar tidak ada rotasi pada Crista Illiaca agar gambar
yang dihasilkan terlihat simetris dan jelas

Kaset : 30 x 40 cm + grid

Central Ray : Vertikal tegak lurus kaset


Central Poin : 7,5 cm dibawah SIAS
FFD : 100 cm
Kolimasi : Atur kolimasi seluas objek yang akan diperiksa, dengan batas atas pada
crista illiaca, dan bata s bawah 2 cm dibawah symphysis pubis ekspose pada saat
pasien tidak bergerak. Faktor eksposi : kV : 75, mAs :200, Sec : 6,3

Gambar Proyeksi AP

Kriteria gambar : Tampak tulang Pelvis, ilium, ischium, sacrum, dan shympishys
pubis. Tampak rongga pelvis, Vesika urinary, Terlihat kontras terisis sampai posterior
uretra
Setelah dilakukan foto plain, selanjutnya yang dilakukan adalah memasukan
media kontras yaitu dengan cara kontras dimasukan ke uretra sampai masuk ke

15
kandung kemih dengan menggunakan kateter yang telah terpasang melalui uretra.
Kemudian media kontras dimasukan ke uretra
Atur kolimasi seluas objek yanga akan diperiksa dan di ekspose Ketika kontras di
masukan ke uretra dan mengalami back flow

3.3.3 Proyeksi Oblique Kanan

Posisi pasien :
Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, daerah panggul diatur miring 35- 40
derajat ke kanan. Salah satu tangan berada disamping tubuh, dengan posisi lengan
lainnya ditempatkan menyilangsambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan untuk
menopang tubuh selama pemeriksaan berlangsung.

Posisi Objek :
Bagian panggul pasien miring 35-40 derajat. dengan mengatur batas atas kaset diatas
Crista Illiaca, batas bawah kaset di symphysis pubis. Usahakan atur posisi pasien
sebaik mungkin agar tidak ada rotasi pada Crista Illiaca agar gambar yang dihasilkan
terlihat simetris dan jelas.

Kaset : 30 x 40 + Grid

Central Ray : Vertikal tegak lurus kaset

Centarl Point : 5 cm kearah lateral kanan dari pertengahan garis yang menghubungkan
kedua SIAS

FFD : 100 cm

Kolimasi : Atur kolimasi seluas objek yang akan diperiksa, dengan batas atas pada crista
illiaca, dan bata s bawah 2 cm dibawah symphysis pubis ekspose pada saat pasien tidak
bergerak

16
Gambar Proyeksi Oblique kanan

Kriteria gambar :
Tampak tulang panggul, ilium, iskium, sacrum, dan simpisis pubis saling superposisi,
tampak uretra yang terisis media kontras sampai bagian posterior uretra dan simpisis
pubih yang superposisi dengan vesika urinary.

Hasil Bacaan

1. Pre Kontras : tidak tampak batu radioopak proyeksi buli dan urethra, tulang- tulang
intak, tidak tampak fraktur.
2. Uretrography: Kontras water soluble diencerkan 1:1 sebanyak 25 cc, dimasukan
melalui meatus urethra eksterna dengan foley cateter 16Fr, tampak backflow
3. Tampak kontras mengisis uretra pars bulbosa
4. Mukosa urethra regular, tidak tampak filling defect/ additional shadow

Kesan

Ruptur parsial urethra pars bulbosa

Kelebihan

1. Pemeriksaan yang dilakukan dapat membantu dokter untuk menegakan diagnose


2. Dari pemeriksaan yang dilakukan sudah menampakan anatomi pada sekitar objek
pemeriksaan

17
Kekurangan

Dalam pemeriksaan ini masih menggunakan pesawat sinar X konvensiaonal, belum


menggunakan flouroskopy

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Proyeksi yang digunakan:
a. Foto plain/ foto polos (AP)
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persiapan pasien, mengetahui struktur
keseluruhan organ sebelum dimasukkan media kontras, mengetahui ketepatan
posisi dan menentukan faktor eksposi
b. Proyeksi AP
Tujuan dari proyeksi AP untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian uretra
dari pandangan anterior
c. Proyeksi Oblik kanan
Tujuan dari proyeksi oblik kanan adalah untuk menilai bagian uretra dan kandung
kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.
2. Kemudian dilakukan pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras
dimasukkan kandung kemih dengan menggunakan kateter yang dipasang melalui uretra
secara retrograde atau berlawana dengan arah system urinaria.
3. Dari pemeriksaan yang dilakukan:
a. Pre Kontras : tidak tampak batu radioopak proyeksi buli dan urethra, tulang- tulang
intak, tidak tampak fraktur.
b. Uretrography: Kontras water soluble diencerkan 1:1 sebanyak 25 cc, dimasukan
melalui meatus urethra eksterna dengan foley cateter 16 Fr, tampak backflow
c. Tampak kontras mengisis uretra pars bulbosa
d. Mukosa urethra regular, tidak tampak filling defect/ additional shadow
4. Dari hasil bacaan diatas kesan yang di dapat yaitu Ruptur parsial urethra pars
bulbosa,kondisi dimana terjadi robekan atau atau pecah pada ureter, yang merupakan
tabung yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Cedera ini dapat terjadi
akibat trauma, seperti kecelakaan mobil atau jatuh, atau dapat disebabkan oleh prosedur
medis, seperti operasi. Gejala partial ureter rupture dapat meliputi nyeri parah di
punggung atau samping, darah dalam urine, dan kesulitan buang air kecil.

19
4.2 SARAN
Diharapkan meningkatkan proteksi radiasi kepada radiographer yang bekerja, untuk
meminimalisir paparan radiasi yang diterima

20
LAMPIRAN

21
22
DAFTAR PUSTAKA
https://bocahradiography.wordpress.com/2012/06/28/teknik-pemeriksaan-uretrografi/
https://www.scribd.com/doc/211104143/URETROGRAFI-ANNISA-radiologi
https://www.scribd.com/document/356762860/Teknik-Pemeriksaan-Uretrografi
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%201%20P1337430116035.pdf
http://digilib.unisayogya.ac.id/5999/1/Rachma%20Riadicha%20Millenia_1810505034_N
askah%20Publikasi%20-%20Rachma%20Millenia.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai