Laporan Kasus
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 2 (PKL 2)
Pembimbing Praktek : I Wayan Sariana, AMR
Disusun oleh :
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas laporan Praktek Kerja Lapangan 2 dan
sebagai nilai mata kuliah Teknik Radiografi jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi,
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali (ATRO BALI). Nama :
1. Febry Ivone Mamun (012114003)
2. Gabriel Injelika Manurip (012114026)
3. Junangsi Torsina Huan (012114028)
4. Genoveva Adventania Niron (012114031)
Mengetahui Mengetahui
Koordinator Pelayanan Koordinator Pembimbing
RSU Kertha Usadha Singarja RSU Kertha Usadha Singarja
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul " Teknik
Pemeriksaan Uretrography pada Kasus Suspek Ruptur Uretra Parsial di Unit Radiologi
RSU Kertha Usada Singaraja ".
Pemeriksaan menggunakan media kontras seperti Uretrography pada kasus Suspek
Ruptur Uretra Parsial sudah jarang dilakukan terutama di Unit Radiologi RSU Kertha Usadha
Singaraja, maka dari itu penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai Teknik pemeriksaan
tersebut. Adapun penyusunan laporan kasus ini juga dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada
Praktek Kerja Lapangan 2 Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO Bali yang
dilakukan di RSU Kertha Usada Singaraja yang berlangsung dari tanggal 6 Maret 2023 sampai
dengan 13 April 2023 .
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. I Wayan Sariana, AMR
2. IGA Putu Boni Mahayoni, Amd.Rad
3. Nyoman Sugiarta, Amd.Rad
4. Gede Pramana Putra, Amd.Rad
5. Ketut Arya Permadi, Amd.Rad
6. Made Abiyoga Ivan p., Amd.Rad
7. Putu Dendi Agus P., Amd. Kes
8. Kadek Candra Libriani, Amd.Kes
9. Komang Triana Wulandari, Amd.Kes
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa
yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
JUDUL
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
merupakan senyawa senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility)
struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras dipakai
pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attemasi sinar-X (bahan kontras
positif). Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat
terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentuk
anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi
organ yang diperiksa. Secara terperinci fungsi dari kontras media antara lain :
a. Visualisasi saluran kemih (ginjal, vesika dan saluran kemih).
b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal).
c. Visualisasi saluran empedu (kandung empedu dan saluran esipedu).
d. Visualisasi saluran cerna (lambung dan usus)
2
BAB II
LANDASAN TEORI
a. ginjal
ginjal merupakan bagian dari system urinaria yang terletak pada ruang retroperitoneal
pada bidang belakang abdomen, berdasarkan letaknya, ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kanan karena adanya hepar. posisi ginjal berada pada abdomen posterior setinggi
L3. ginjal dibungkus oleh jaringan (kapsula fibrosa) yang melekat pada parenkim
ginjal.
3
fungsi ginjal :
1) menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme dan toxin dalam tubuh
2) pengatur keseimbangan ion kalsium dan vitamin dalam tubuh
3) sebagai organ yang mengatur kadar air dalam tubuh
b. ureter
ureter adalah organ yang membentang dari peritoneum, kedepan psoas, melewati
posterior sacral wing, dan berakhir pada kandung kemih. ureter berfungsi sebagai jalur
sekresi dari ginjal menuju kandung kemih.
c. kandung kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis otot detrusor
yang saling berlawanan. Lapisan paling dalam disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri
dari otot polos, dan lapisan paling luar adalah jaringan fibrosa. Kandung kemih dalam
sistem urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah
dproduksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Letak posisi
kandung kemih berada pada anterior abdomen.
4
d. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran keluaran urine
yang tertampung dari vesika urinaria. Secara anatomis uretra dibagi menjadi
dua bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior.
2.3 Patofisiologi
1. Striktur
Striktur uretra adalah penyempitan pada uretra. Adapuun, uretra merupakan saluran
yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis. Urine kemudian dialirkan
keluar tubuh melalui meatus uretra (lubang di ujung penis) saat buang air kecil.
2. Retensi Urine
Urinary retention atau retensi urine adalah kondisi medis ketika kandung kemih tidak
dapat kosong sepenuhnya walaupun telah buang air kecil.
3. Kelainan Kongenital
4. Fistula
Fistula ani adalah suatu saluran abnormal yang menghubungkan ujung akhir usus besar
dengan permukaan kulit di sekitar anus.
5. Tumor
Tumor adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang abnormal. Sel merupakan unit terkecil
yang menyusun jaringan tubuh manusia. Masing-masing sel mengandung gen yang
berfungsi untuk menentukan pertumbuhan, perkembangan, atau perbaikan yang terjadi
dalam tubuh
5
6. Batu Uretra
Batu saluran kemih adalah batu yang tersangkut di saluran kemih, baik itu di ginjal,
ureter, maupun uretra. Ini merupakan salah satu penyakit pada sistem urologi manusia
Pada dasarnya tidak ada persiapan khusus hanya saja pasien disuruh kencing
sebelum pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak bercampur dengan urine yang
menyebabkan densitas tinggi, kontras rendah menyebabkan gambaran lusent sehingga
kandung kemih tidak dapat dinilai (Bontrager, 2001)
6
2.4.3 Teknik Pemeriksaan Uretrografi
Menurut Bontrager, (2001) teknik pemeriksaan uretrografi adalah sebagai berikut
Posisi Pasien : Tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan dengan MSP
diatur tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan, dua kaki lurus dan kedua
tangan disamping tubuh. Posisi Objek batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah
kaset sympisis pubis.
Kaset : ukuran kaset 24×30 cm Arah sinar tegak lurus dengan kaset. Titik bidik 5
cm diatas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi dilakukan
pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran dari
tulang pelvis.
7
2. Proyeksi AP
Tujuan dari proyeksi AP adalah untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian
uretra dari pandangan anterior.
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tepat diatas garis tengah
pemeriksaan. Posisi objek batas atas kaset krista iliaka, batas bawah kaset sympisis
pubis.
Kaset : ukuran 24 x 30 cm, dengan arah sinar tegak lurus kaset atau film, titik pusat
sinar 5 cm di atas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis.
Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih dan uretra yang terisi media kontras
dengan kandung kemih tidak superposisi dengan symphisis pubis.
8
3. Proyeksi Oblik kanan dan kiri
Tujuan dari proyeksi oblik kanan atau kiri adalah untuk menilai bagian uretra dan
kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.
Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan daerah panggul
diatur miring kira-kira 35–40 derajat, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi oblik
yang dimaksud. Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di
tempatkan menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Batas atas
kaset pada krista iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah simpisis pubis.
Kaset : ukuran 24 x 30 cm dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset. Titik bidik
2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang menghubungkan kedua
SIAS dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar dengan border symphisis pubis.
Jarak fokus ke film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
9
2.5 Proteksi Radiasi
Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar-x mempunyai daya tembus yang besar
sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi, oleh karena itu
perlu adanya proteksi radiasi.
Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturaturan
peraturan maupun pedoman kerja yang ditetapkan oleh BATAN.
1. Tujuan Proteksi Radiasi
Sesuai dengan rekomendasi ICRP (International Council of Radiation
Protection) atau NCRP (National Council of Radiation Protection), maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
a. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin
sesuai dengan ketentuan klinik.
b. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil
mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.
c. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berada pada
batas normal.
d. Pengawasan, penyimpanan, dan penggunaan sumber radiasi harus mendapat
perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan transportasi
zat radioaktif.
2. Usaha Proteksi Radiasi
a. Proteksi radiasi terhadap pasien
1) Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
2) Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.
3) Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien
dengan tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.
b. Proteksi radiasi terhadap petugas
1) Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.
2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.
3) Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area penyinaran.
4) Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.
5) Petugas menggunakan alat ukur personal radiasi (film badge) sewaktu
bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK guna memonitor dosis
radiasi yang diterima oleh petugas.
10
c. Tiga prinsip proteksi radiasi untuk petugas radiasi
1) Prinsip jarak
Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X seorang petugas
radiasi harus senantiasa berada pada jarak yang jauh dari sumber radiasi.
2) Prinsip waktu
Pada pemotretan menggunakan sinar-X, petugas radiasi harus senantiasa
berusaha menggunakan waktu yang singkat pada saat melakukan
penyinaran.
3) Prinsip perisai
Saat pemotretan, petugas radiasi harus senantiasa menggunakan perisai
radiasi.
d. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :
1) Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di
daerah radiasi.
2) Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan selalu ditutup.
3) Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman.
4) Perawat atau keluarga yang terpaksa berada di dalam ruang pemeriksaan
sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.
11
BAB III
12
4. Near Beken 7. Kateter
5. Jelly 8. kassa
13
3.3 Teknik Pemeriksaan Uretrography di Unit Radiologi RSU Kertha Usadha Singaraja
Proyeksi yang digunak?an dalam pemeriksaan Uretrografi adalah AP (anterior-posterior)
dan Oblique kanan
Kriteria Gambar : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra, dan gambaran
dari tulang pelvis.
14
3.3.2 Proyeksi AP
Posisi pasien :Supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tetap diatas garis tengah
pemeriksaan dengan ibu jari kaki saling menempel agar proximal femur bisa terlihat
true AP dan kedua tangan dijadikan bantalan agar tidak menutupi objek pemeriksaan
Posisi objek : Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan Usahakan atur
posisi pasien sebaik mungkin agar tidak ada rotasi pada Crista Illiaca agar gambar
yang dihasilkan terlihat simetris dan jelas
Kaset : 30 x 40 cm + grid
Gambar Proyeksi AP
Kriteria gambar : Tampak tulang Pelvis, ilium, ischium, sacrum, dan shympishys
pubis. Tampak rongga pelvis, Vesika urinary, Terlihat kontras terisis sampai posterior
uretra
Setelah dilakukan foto plain, selanjutnya yang dilakukan adalah memasukan
media kontras yaitu dengan cara kontras dimasukan ke uretra sampai masuk ke
15
kandung kemih dengan menggunakan kateter yang telah terpasang melalui uretra.
Kemudian media kontras dimasukan ke uretra
Atur kolimasi seluas objek yanga akan diperiksa dan di ekspose Ketika kontras di
masukan ke uretra dan mengalami back flow
Posisi pasien :
Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan, daerah panggul diatur miring 35- 40
derajat ke kanan. Salah satu tangan berada disamping tubuh, dengan posisi lengan
lainnya ditempatkan menyilangsambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan untuk
menopang tubuh selama pemeriksaan berlangsung.
Posisi Objek :
Bagian panggul pasien miring 35-40 derajat. dengan mengatur batas atas kaset diatas
Crista Illiaca, batas bawah kaset di symphysis pubis. Usahakan atur posisi pasien
sebaik mungkin agar tidak ada rotasi pada Crista Illiaca agar gambar yang dihasilkan
terlihat simetris dan jelas.
Kaset : 30 x 40 + Grid
Centarl Point : 5 cm kearah lateral kanan dari pertengahan garis yang menghubungkan
kedua SIAS
FFD : 100 cm
Kolimasi : Atur kolimasi seluas objek yang akan diperiksa, dengan batas atas pada crista
illiaca, dan bata s bawah 2 cm dibawah symphysis pubis ekspose pada saat pasien tidak
bergerak
16
Gambar Proyeksi Oblique kanan
Kriteria gambar :
Tampak tulang panggul, ilium, iskium, sacrum, dan simpisis pubis saling superposisi,
tampak uretra yang terisis media kontras sampai bagian posterior uretra dan simpisis
pubih yang superposisi dengan vesika urinary.
Hasil Bacaan
1. Pre Kontras : tidak tampak batu radioopak proyeksi buli dan urethra, tulang- tulang
intak, tidak tampak fraktur.
2. Uretrography: Kontras water soluble diencerkan 1:1 sebanyak 25 cc, dimasukan
melalui meatus urethra eksterna dengan foley cateter 16Fr, tampak backflow
3. Tampak kontras mengisis uretra pars bulbosa
4. Mukosa urethra regular, tidak tampak filling defect/ additional shadow
Kesan
Kelebihan
17
Kekurangan
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Proyeksi yang digunakan:
a. Foto plain/ foto polos (AP)
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persiapan pasien, mengetahui struktur
keseluruhan organ sebelum dimasukkan media kontras, mengetahui ketepatan
posisi dan menentukan faktor eksposi
b. Proyeksi AP
Tujuan dari proyeksi AP untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian uretra
dari pandangan anterior
c. Proyeksi Oblik kanan
Tujuan dari proyeksi oblik kanan adalah untuk menilai bagian uretra dan kandung
kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.
2. Kemudian dilakukan pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras
dimasukkan kandung kemih dengan menggunakan kateter yang dipasang melalui uretra
secara retrograde atau berlawana dengan arah system urinaria.
3. Dari pemeriksaan yang dilakukan:
a. Pre Kontras : tidak tampak batu radioopak proyeksi buli dan urethra, tulang- tulang
intak, tidak tampak fraktur.
b. Uretrography: Kontras water soluble diencerkan 1:1 sebanyak 25 cc, dimasukan
melalui meatus urethra eksterna dengan foley cateter 16 Fr, tampak backflow
c. Tampak kontras mengisis uretra pars bulbosa
d. Mukosa urethra regular, tidak tampak filling defect/ additional shadow
4. Dari hasil bacaan diatas kesan yang di dapat yaitu Ruptur parsial urethra pars
bulbosa,kondisi dimana terjadi robekan atau atau pecah pada ureter, yang merupakan
tabung yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Cedera ini dapat terjadi
akibat trauma, seperti kecelakaan mobil atau jatuh, atau dapat disebabkan oleh prosedur
medis, seperti operasi. Gejala partial ureter rupture dapat meliputi nyeri parah di
punggung atau samping, darah dalam urine, dan kesulitan buang air kecil.
19
4.2 SARAN
Diharapkan meningkatkan proteksi radiasi kepada radiographer yang bekerja, untuk
meminimalisir paparan radiasi yang diterima
20
LAMPIRAN
21
22
DAFTAR PUSTAKA
https://bocahradiography.wordpress.com/2012/06/28/teknik-pemeriksaan-uretrografi/
https://www.scribd.com/doc/211104143/URETROGRAFI-ANNISA-radiologi
https://www.scribd.com/document/356762860/Teknik-Pemeriksaan-Uretrografi
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB%201%20P1337430116035.pdf
http://digilib.unisayogya.ac.id/5999/1/Rachma%20Riadicha%20Millenia_1810505034_N
askah%20Publikasi%20-%20Rachma%20Millenia.pdf
24