Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN PIRDOT (Saurauia vulcani, Korth.

) TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS (Rattus norvegicus)
DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Fitria1)*, Erlintan Sinaga2)

1 Mahasiswa Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V,
Medan Estate, Medan, Indonesia, 20221
2 Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V, Medan

Estate, Medan, Indonesia, 20221


*E-mail: Fitria211996@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ektrak etanol daun
pirdot (Saurauia vulcani, Korth.) (EES) terhadap berat badan dan kadar glukosa darah tikus (Rattus
norvegicus) diabetes dengan induksi aloksan. Jenis penelitian ini merupakan rancangan acak lengkap
dengan lama perlakuan 28 hari. 25 ekor tikus jantan dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol
negatif, kontrol positif (aloksan 30 mg/ekor), aloksan 30 mg/ekor + EES 16,5 ekor, aloksan 30 mg/ekor +
EES 33 mg/ekor, dan aloksan 30 mg/ekor + EES 66 mg/ekor. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
rata-rata berat badan pada kelompok dosis 16,5 mg/ekor dan 33 mg/ekor berbeda signifikan dengan
kelompok kontrol kontrol positif. Sedangkan pada dosis 66 mg/ekor tidak berbeda signifikan dengan
kelompok kontrol positif. Sedangkan rata-rata kadar glukosa darah terjadi penurunan yang jauh lebih
besar pada dosis EES 16,5 mg/ekor.

Kata kunci: Diabetes, Aloksan, Estrak Etanol Saurauia vulcani, Korth., Kadar Glukosa Darah

ABSTRACT

The purpose of this research to determine the effect of Saurauia vulcani, Korth ethanol extract
(EES) to the weight and blood glucose level of rats (Rattus novergicus) diabetic. This research was
complete random design for 28 days treatment. 25 of male rats grouped into 5 groups that is negative
control, positive control (alloxan 30 mg/rat), alloxan 30 mg/rat + EES 16,5 mg/rat, alloxan 30 mg/rat +
EES 33 mg/rat, alloxan 30 mg/rat + EES 66 mg/rat. Based on data analysis result showed that average
weight at dose 16,5 mg/rat and 33 mg/rat was significantly different with positive control group. At dose
66 mg/rat was not significantly different with positive control group. While average blood glucose level
was effective decline at dose EES 16,5 mg/rat.

Keywords: Diabetic, alloxan, Extract Ethanol of Saurauia vulcani, Korth, Blood Glucose Level

PENDAHULUAN melitus berjumlah 150 juta dan


diperkirakan pada tahun 2025 jumlah itu
Diabetes Melitus (DM) adalah akan bertambah hingga 300 juta orang.
penyakit yang ditandai dengan terjadinya Indonesia menempati posisi keempat
hiperglikemia dan gangguan metabolisme peringkat dunia. Penderita diabetes di
karbohidrat, lemak, dan protein yang Indonesia diperkirakan sebanyak 8,4 juta
dihubungkan dengan kekurangan secara orang pada 2000 dan diperkirakan akan
absolut atau relatif dari kerja dan atau mengalami penambahan pada tahun 2030
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada menjadi 21,3 juta orang (Ajie, 2015).
penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, Diabetes Mellitus disebut dengan the silent
poliuria, polifagia, penurunan berat badan, killer karena penyakit ini dapat mengenai
kesemutan (Fatimah, 2015). semua organ tubuh dan menimbulkan
Diabetes merupakan ancaman umat berbagai macam keluhan. Penyakit yang
manusia pada abad 21 dan merupakan akan ditimbulkan antara lain gangguan
penyebab kematian ketujuh di dunia. WHO penglihatan mata, katarak, penyakit
membuat perkiraan bahwa pada tahun jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
2000, jumlah pengidap penyakit diabetes sulit sembuh dan membusuk/gangren,

1
infeksi paru-paru, gangguan pembuluh dari famili Actinidiaceae. Beberapa senyawa
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, metabolit sekunder yang terkandung dalam
penderita DM yang sudah parah menjalani daun pirdot yaitu flavonoid, tanin, glikosida,
amputasi anggota tubuh karena terjadi saponin, dan steroid. Flavonoid dapat
pembusukan (Fatimah, 2015). menurunkan kadar glukosa darah dengan
Faktor lingkungan dan gaya hidup kemampuannya sebagai zat anti oksidan.
yang tidak sehat, seperti makanan Flavonoid bersifat protektif terhadap
berlebihan, berlemak, dan kurang aktivitas kerusakan sel β sebagai penghasil insulin
fisik, dan stress berperan besar sebagai serta dapat meningkatkan sensitivitas
pemicu diabetes. Tapi, diabetes juga bisa insulin. Antioksidan dapat menekan
muncul karena faktor keturunan. Faktor apoptosis sel beta tanpa mengubah
keturunan memang tidak dapat dicegah, proliferasi dari sel beta pankreas.
namun gaya hidup dapat diubah yaitu Antioksidan dapat mengikat radikal bebas
menjaga tubuh agar tidak terlalu gemuk yang telah dibuktikan dalam penelitian ruhe
(obesitas), tidak banyak mengkonsumsi dkk sehingga dapat mengurangi resistensi
makanan berlemak dan manis, selain itu insulin (Ajie, 2015).
dianjurkan pula untuk rutin berolah raga Penelitian mengenai khasiat dari
(Shadine, 2010). daun pirdot (Saurauia vulcani, Korth.)
Beberapa penanganan yang sebagai obat antidiabetes masih jarang
dilakukan untuk pengobatan penyakit dilakukan dan mengingat potensi daun
diabetes melitus antara lain dengan cara pirdot ini sangat besar, maka peneliti ingin
terapi tanpa obat yaitu melalui pengaturan mengkaji bagaimana pengaruh ekstrak
diet, dengan cara mengkonsumsi makanan etanol daun pirdot (Saurauia vulcani,
dengan komposisi seimbang dalam hal Korth.) dalam menurunkan kadar glukosa
karbohidrat, protein dan lemak. Selanjutnya darah dan berat badan pada tikus putih
yaitu dengan cara olah raga secara teratur. (Rattus novergicus) diabetes.
Cara penanganan lain yaitu dengan terapi Tujuan penelitian ini adalah untuk
obat, baik dalam bentuk obat hipoglikemik mengetahui pengaruh pemberian ektrak
oral, terapi insulin, atau kombinasi etanol daun pirdot (Saurauia vulcani,
keduanya. Contohnya adalah terapi insulin, Korth.) (EES) terhadap berat badan dan
konsumsi obat-obatan hipoglikemik oral. kadar glukosa darah tikus (Rattus
Terdapat 5 golongan antidiabetik oral yang norvegicus) diabetes dengan induksi
dapat digunakan untuk diabetes melitus aloksan.
dan telah dipasarkan di Indonesia yakni
golongan: Sulfonilurea, Meglitinida, METODE PENELITIAN
Biguanida, Penghambat α-glikosidase, dan Tempat dan Waktu Penelitian
Tiazolidinedion (Muchid, 2005). Penelitian ini telah dilaksanakan di
Mahalnya pengobatan secara medis Laboratorium Biologi, Rumah Hewan,
membuat masyarakat semakin sadar akan Laboratorium Kimia Fakultas Matematika
pentingnya kembali ke alam (back to dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
nature) yakni dengan memanfaatkan obat- Negeri Medan. Hewan uji tikus putih (Rattus
obat alami yang dapat dijangkau oleh novergicus) dipelihara dan diberi perlakuan
masyarakat serta memiliki efek samping di Rumah Hewan. Pengamatan pasca
minimal dibandingkan pengobatan kimia perlakuan dilakukan di Laboratorium
(Djauhariyah, 2004). Biologi UNIMED. Penelitian ini telah di
Salah satu tumbuhan yang laksanakan selama kurun waktu Januari
berkhasiat sebagai obat tradisional, 2018 sampai dengan Juni 2018.
khususnya yang mempunyai efek
antidiabetes yang telah banyak digunakan Populasi dan Sampel
oleh masyarakat sekitar Danau Toba Populasi dalam penelitian ini adalah
sebagai obat alternatif, dan secara empiris tikus putih (Rattus novergicus) berjenis
memberikan hasil yang memuaskan adalah kelamin jantan, berusia 2-3 bulan, memiliki
daun pirdot (Saurauia vulcani, Korth.) berat badan 150-250 gram dan dalam
(Sitorus, 2015). Pirdot merupakan spesies kondisi sehat yang diperoleh dari kandang

2
Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas sekam kayu/padi dengan ketebalan kira-
Sumatera Utara (USU). Sampel yang kira 2 cm yang diganti setiap dua hari
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sekali.
25 ekor tikus putih (Rattus novergicus)
jantan yang akan dibagi menjadi 5 Aklimatisasi Tikus Putih
kelompok. Aklimatisasi hewan uji dilakukan
selama 21 hari sebelum dilakukan
Alat dan Bahan Penelitian perlakuan. Tikus putih diberi pakan bentuk
Alat yang digunakan dalam pellet jenis 202 C. Jumlah pakan yang
penelitian ini adalah bak plastik, botol diberikan per ekor dengan kisaran sebesar
minum, kawat kasa, rotary evaporator, 10% dari bobot tikus. Sedangkan minum
beaker glass, erlenmeyer, blender, botol diberikan secara ad libitum.
gelap, spuid dan jarum suntik, spuid dan
sonde lambung, glukometer beserta Penyiapan Bahan Tanaman
stripnya, timbangan analitik, oven. Bahan Dilakukan pengumpulan daun
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pirdot sebanyak 8 kg yang sudah
25 tikus putih (Rattus novergicus) jantan dipisahkan dari Selanjutnya dilakukan
dengan berat 150-250 gram, pakan bentuk pencucian dengan air mengalir dan
pelet, sekam kayu atau padi, daun pirdot dikeringkan pada suhu ruangan hingga
yang berasal dari Desa Pakpak Bharat, kering. Pengeringan selesai apabila karakter
aloksan, kertas saring jenis whattman, daun sudah dapat diremukkan oleh tangan
tissue, CMC, Akuades. dan menunjukkan warna coklat kering.
Setelah kering, kembali dilakukan sortasi
Metode dan Desain Penelitian untuk memastikan simplisia bebas dari
Jenis penelitian ini merupakan pengotor. Tahap selanjutnya yaitu simplisia
rancangan acak lengkap (RAL) yaitu hewan ditimbang dan diblender hingga menjadi
uji akan dibagi ke dalam 5 kelompok yakni serbuk. Setelah mendapat serbuk daun
kelompok kontrol negative (KN) (pakan dan pirdot selanjutnya disimpan dalam wadah
minum), kelompok kontrol positif plastik (Kulsum, 2016).
(diinduksi aloksan) (KP) dan tiga kelompok
Pembuatan Ekstrak Daun Pirdot
perlakuan pemberian EES (Ekstrak Etanol
Serbuk kering (simplisia) kemudian
Saurauia vulcani, Korth.) dengan dosis yang
dimaserasi menggunakan pelarut etanol
berbeda yaitu 16.5 mg/ekor (P1), 33 mg/
96%, dengan cara sebanyak serbuk kering
ekor (P2), dan 66 mg/ ekor (P3). Masing-
yang telah dihasilkan sebelumnya
masing kelompok dilakukan dengan 5 kali
dimasukkan ke dalam wadah maserasi,
pengulangan. Hewan uji diaklimatisasi
ditambahkan larutan penyari (etanol)
selama 21 hari. Hari pertama setelah
hingga serbuk terendam dengan
aklimatisasi dilakukan pengukuran kadar
perbandingan antara serbuk dan larutan
glukosa darah awal yang sebelumnya
adalah 1 : 10 kemudian diaduk. Maserasi
dipuasakan selama 12 jam kemudian
dilakukan selama 5 hari dengan dua kali
kelompok kontrol positif dan kelompok
penyaringan dalam kondisi tertutup dengan
perlakuan diinduksi aloksan sebanyak 30
pengadukan setiap hari. Setelah dua hari
mg/ekor. Hari ke-0 (setelah tikus
maserat disaring dari ampas dengan kertas
dianyatakan diabetes) dilakukan pemberian
saring, ampas hasil penyaringan pertama
ekstrak daun pirdot pada kelompok
dimaserasi kembali selama dua hari,
perlakuan setiap 24 jam selama 28 hari
lakukan seperti penyaringan pertama.
(Suarsana dkk, 2010).
Selanjutnya maserat dipisahkan dari
Prosedur Kerja endapan secara hati-hati. Maserat hasil dari
Penyediaan Kandang penyaringan pertama dan kedua
Kandang yang digunakan terbuat dihomogenkan. Uapkan kandungan etanol
dari bak plastik yang berukuran 30 x 20 x maserat dengan menggunakan rotary
10 cm, digunakan kawat kasa sebagai evaporator dengan suhu 60 - 65°C hingga
penutup bak. Sebagai alas bak diisi dengan diperoleh ekstrak kental (Suherman, 2017).

3
Penetapan Dosis Ekstrak Etanol Daun Setelah 4 hari induksi aloksan, kadar
Pirdot glukosa darah tikus diukur dengan
Dosis ekstrak daun pirdot yang glukometer untuk mengetahui tikus sudah
diberikan pada hewan uji berdasarkan dosis mengalami hiperglikemia atau belum.
penelitian dari Sitorus (2015), yaitu 4 Apabila terjadi kenaikan kadar glukosa
mg/20gr BB pada mencit yang terbukti darah tikus menjadi > 200 mg/dl, maka
efektif dalam menurunkan kadar glukosa tikus dinyatakan diabetes (Fahri dkk, 2005).
darah mencit dalam waktu 10 hari. Hasil
ekstraksi daun pirdot 700 g simplisia Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pirdot
serbuk kering didapatkan ekstrak kental (Saurauia vulcani, Korth.)
sebanyak 58 g. Untuk penetapan daun Pemberian Ekstrak Etanol Daun
pirdot yakni dihubungkan dengan Pirdot (EES) dilakukan setelah tikus
tumbuhan umbi sarang semut (Myrmecodia dinyatakan diabetes dengan induksi
archboldiana Merr. & L.M. Perry) yang aloksan. Pemberian EES pada tikus
dilihat dari tiga faktor penentu; faktor dilakukan setiap hari selama 28 hari. Tikus
konversi, faktor rendemen, dan faktor yang diberikan EES yaitu pada kelompok P1
farmakokinetik (Hendarsula, 2011). Untuk sebanyak 16,5 mg/ekor, kelompok P2
ketetapan faktor farmakokinetik dikalikan sebanyak 33 mg/ekor, dan kelompok P3
dengan 10. Dosis efektif penggunaan daun sebanyak 66 mg/ekor. Pemberian EES
pirdot pada mencit adalah 4 mg. Faktor dilakukan secara oral menggunakan sonde
konversi mancit ke tikus adalah 7,0. Faktor lambung. EES dilarutkan terlebih dahulu
farmakokinetik adalah 10, dan faktor dalam larutan CMC 1% sebanyak 1 ml.
rendemen ekstrak adalah 5,8 %. Dosis
sediaan uji tikus didapatkan dengan Pengukuran Berat Badan
mengalikan faktor-faktor tersebut dengan Berat badan tikus diukur dengan
dosis untuk mencit 4 mg/20gr BB . Dosis I menggunakan timbangan analitik dengan
adalah dosis yang digunakan untuk ketelitian 0,1 g. Penimbangan berat badan
manusia, dosis II adalah adalah dosis yang tikus dilakukan secara tiga tahap. Tahap
kelipatan dari dosis I, dan dosis III adalah pertama penimbangan berat badan sebelum
kelipatan dua dari dosis II dilakukan induksi diabetes dengan aloksan
(Hendarsula,2011). (berat badan awal). Tahap kedua yaitu
Sehingga untuk mendapatkan dosis penimbangan berat badan setelah induksi
yang tepat harus menggunakan ketiga diabetes dengan aloksan. Tahap ketiga yaitu
faktor tersebut dengan rumus berikut: penimbangan berat badan tikus setelah
pemberian ekstrak etanol daun pirdot.
Dosis = berat ekstrak x faktor konversi x Selanjutnya penimbangan berat badan tikus
faktor rendemen x faktor farmakokinetik dilakukan setiap 4 hari sekali selama 28
Dosis : 4 mg x 7,0 x 5,8 % x 10 = 16,24 mg hari.
Dosis I = 16,5 mg/ekor
Dosis II = 16,5 mg/ ekor x 2 Pengukuran Kadar Glukosa Darah
= 33 mg/ ekor Pengukuran kadar glukosa darah
Dosis III = 33 mg/ ekor x 2 dilakukan dengan menggunakan alat
= 66 mg/ ekor glukometer (Easy touch GCU) dan strip test
(Easy touch GCU strip test). Pengukuran
Induksi Diabetes pada Tikus dengan kadar glukosa darah dilakukan sebanyak
Aloksan tiga tahap. Pengukuran kadar glukosa darah
Induksi diabetes pada tikus yang pertama yaitu dilakukan sebelum
dilakukan dengan menginjeksikan aloksan induksi diabetes dengan aloksan.
sebanyak 30 mg/ekor secara oral. Aloksan Pengukuran kadar glukosa darah yang
diberikan menggunakan sonde lambung kedua dilakukan setelah induksi diabetes
setelah terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 dengan aloksan. Pengukuran kadar glukosa
ml aquadest. Sebelum diinduksi aloksan darah yang ketiga dilakukan setelah
tikus dipuasakan selama 12 jam. Induksi perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol
aloksan dilakukan sebanyak satu kali. daun pirdot. Pada tahap ini pengukuran

4
kadar glukosa darah dilakukan setiap 4 hari badan tikus diukur setiap 4 hari sekali.
sekali selama 28 hari. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari
terakhir pengamatan menunjukkan bahwa
Teknik Analisis Data terjadinya penurunan berat badan pada
Data berat badan dan kadar glukosa kelompok kontrol positif. Hal ini
darah yang diperoleh dianalisis dikarenakan pada kelompok tersebut
menggunakan uji ANOVA satu jalur dengan diinduksi aloksan tetapi tidak diberi EES.
SPSS tipe 22.0. Selanjutnya akan dilanjutkan Sedangkan pada kelompok P1, P2, dan P3
dengan Uji Post Hoc Tukey untuk terlihat berat badan tikus mengalami
mengetahui kelompok mana yang berbeda. kenaikan setelah pemberian EES. Data
Bila terdapat perbedaan bermakna dengan pengukuran berat badan diakhir penelitian
nilai p < 0,05 pada Uji one-way Anova. (hari ke-28) dapat dilihat pada Tabel 3.

HASIL PENELITIAN Tabel 3. Berat badan tikus pada hari ke- 28


Berat Badan Tikus Ulangan
Sebelum tikus diinduksi diabetes Perlakuan 1 2 3 4 5
dengan aloksan terlebih dahulu dilakukan K Negatif 306 292 283 281 295
pengukuran berat badan awal. Hasil yang K Positif 220 217 216 205 202
diperoleh dari penimbangan berat badan P1 306 290 298 298 323
awal dapat dilihat pada Tabel 1. P2 261 294 316 274 281
P3 304 260 255 239 270
Tabel 1. Berat Badan Tikus Sebelum Induksi
Aloksan
Untuk melihat perbedaan berat
Ulangan badan tikus sebelum diinduksi aloksan
Perlakuan 1 2 3 4 5 dengan berat badan setelah diinduksi
K Negatif 232 215 209 225 222 aloksan dan berat badan akhir setelah
K Positif 215 217 208 215 200 pemberian EES dapat dilihat pada Gambar
P1 230 225 212 206 210 1.
P2 190 196 215 195 187
P3 222 211 201 183 204
300
Setelah dilakukan pengukuran berat
250
badan awal selanjutnya tikus diinduksi
Berat Badan (g)

Berat Badan
dengan aloksan. Berat badan tikus setelah 200 Awal
diinduksi aloksan pada kelompok kontrol 150 BB Setelah
positif, P1, P2, dan P3 tidak menunjukkan Induksi
100
adanya penurunan. Data penimbangan Aloksan
berat badan setelah diinduksi aloksan dapat 50 Berat badan
akhir
dilihat pada Tabel 2. 0
Tabel 2. Berat Badan Tikus Setelah Induksi KN KP P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan
Aloksan
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Gambar 1. Grafik berat badan tikus sebelum
K Negatif 246 225 215 240 243 diinduksi aloksan, setelah
K Positif 235 238 220 228 211 diinduksi aloksan, dan berat
P1 243 234 225 217 225 badan akhir.
P2 200 210 230 202 200
P3 239 216 218 200 214 Berdasarkan gambar diatas dapat
dilihat pada kelompok kontrol positif yang
Tikus pada kelompok kontrol positif, diinduksi aloksan tetapi tidak diberi EES
P1, P2, dan P3, setelah dinyatakan diabetes mengalami penurunan diakhir pengukuran.
selanjutnya diberi ekstrak etanol daun Kelompok kontrol negatif berat badan terus
pirdot selama 28 hari. Kemudian berat meningkat hingga akhir pengukuran karena

5
tidak diberi aloksan. Pada kelompok P1, P2 Untuk melihat rata-rata hasil
dan P3 berat badan juga mengalami penimbangan berat badan tikus setiap 4
peningkatan di akhir pengukuran karena hari sekali selama 28 hari penelitian dapat
kelompok ini diberikan EES. dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat badan tikus selama 7 kali pengukuran

Ulangan Berat Badan (gram) Total Rata-rata


1 2 3 4 5 BB BB
Kelompok (gram) (gram)
Kontrol Negatif
281,71 273,28 274,71 284,14 263 1376 275,36
Kontrol Positif
224,14 225,85 216 214,85 204,71 1085 217,1
P1
283,85 283,14 283,57 284,57 287,57 1422 284,54
P2
246,85 278 294,42 262,71 273,14 1355 271,02
P3
286 245 236,57 238 258,57 1264 252,82

Untuk melihat perbedaan berat badan antar menggunakan tukey dapat dilihat pada
kelompok maka dilakukan uji tukey. Untuk Gambar 2.
lebih jelasnya mengenai uji lanjut

Gambar 2. Pengaruh EES terhadap berat badan tikus diabetes induksi aloksan (huruf yang
berbeda pada tiap perlakuan menandakan berbeda signifikan)

Keterangan:
KN = Kontrol Negatif/Normal (pakan + minum)
KP = Kontrol Positif/Diabetes (aloksan 30 mg/ekor)
P1 = Aloksan 30 mg/ekor + EES 16.5 mg/ekor
P2 = Aloksan 30 mg/ekor EES 33 mg/ekor
P3 = Aloksan 30 mg/ekor EES 66 mg/ekor

Dari hasil uji tersebut dapat berbeda berat badan tikus pada kelompok
dijelaskan bahwa, terdapat perbedaan rata- kontrol negatif signifikan dengan kelompok
rata berat badan antar kelompok yaitu KN kontrol positif. Kelompok kontrol positif
(275.37 g ± 17.049), KP (217.37 g ± 4.879), berbeda signifikan dengan kelompok
P1 (284.54 g ± 20.299), P2 (271.03 g ± kontrol negatif, P1, P2, dan P3. Kelompok P1
18.737) dan P3 (252.83 g ± 12.454). Hasil berbeda signifikan dengan kelompok
uji tukey tersebut menunjukkan rata-rata kontrol positif dan P3. Kelompok P2

6
berbeda signifikan dengan kelompok kelompok manapun. Kelompok kontrol
kontrol positif. Kelompok P3 berbeda positif berbeda signifikan dengan kelompok
signifikan dengan kontrol positif dan P1. P1. kelompok P1 berbeda signifikan dengan
Untuk melihat signifikansi kelompok kontrol positif dan P3. Kelompok
perbedaan berat badan tikus per 4 hari P2 tidak berbeda signifikan dengan
pengukuran selama 28 hari pemberian EES kelompok manapun. Kelompok P3 berbeda
maka dilakukan pula uji tukey. Berdasarkan signifikan dengan kelompok P1. Untuk lebih
uji tersebut Dapat diketahui bahwa pada jelasnya hasil uji tukey tersebut dapat
hari keempat berat badan kelompok kontrol dilihat pada Gambar 3.
negatif tidak berbeda signifikan dengan

Gambar 3. Pengukuran berat badan setiap 4 hari sekali selama 28 hari (Huruf yang berbeda di
waktu (hari) pengamatan yang sama pada diagram menunjukkan berbeda
nyata/signifikan (Uji Tukey).

Pada hari kedelapan dapat dilihat kontrol positif dan P3. Kelompok P2
adanya penurunan berat badan pada berbeda signifikan dengan kelompok
kelompok kontrol positif yang diinduksi kontrol positif. Kelompok P3 berbeda
aloksan. Sedangkan kelompok lainnya signifikan dengan kelompok kontrol positif
mengalami kenaikan. Kelompok kontrol dan P1.
negatif berbeda signifikan dengan Berat badan pada kelompok kontrol
kelompok kontrol positif. Kelompok kontrol positif terus mengalami penurunan hingga
positif berbeda signifikan dengan kelompok di hari terakhir pengukuran. Sedangkan
kontrol negatif, P1, P2, P3. Kelompok P1 pada kelompok lainnya tetap mengalami
berbeda signifikan dengan kelompok pertumbuhan yang fluktuatif. Jika
kontrol positif dan P3. Kelompok P2 dibandingkan berat bedan awal sampai
berbeda signifikan dengan kelompok berat badan akhir pada semua kelompok
kontrol positif. Kelompok P3 berbeda kecuali kelompok kontrol positif
signifikan dengan kelompok kontrol positif pertumbuhan berat badan terus mengalami
dan P1. peningkatan.
Pada hari ke-12 berat badan
kelompok kontrol positif terus mengalami Kadar Glukosa Darah
penurunan. Sedangkan pada kelompok Sebelum tikus diinduksi diabetes
lainnya berat badan terus mengalami dengan aloksan terlebih dahulu dilakukan
kenaikan. Kelompok kontrol negatif pengukuran kadar glukosa darah awal.
berbeda signifikan dengan kelompok Hasil yang diperoleh dari pengukuran kadar
kontrol negatif. Kelompok kontrol positif glukosa darah awal dapat dilihat pada Tabel
berbeda signifikan dengan kelompok 5.
kontrol negatif, P1, P2, P3. Kelompok P1
berbeda signifikan dengan kelompok

7
Tabel 5. Kadar Glukosa Darah Tikus Selanjutnya tikus diberikan ekstrak
Sebelum Induksi Aloksan etanol daun pirdot selama 28 hari.
Ulangan Kemudian kadar glukosa darah diukur
Perlakuan 1 2 3 4 5 setiap 4 hari sekali. Data pengukuran kadar
K Negatif 81 95 91 90 91 glukosa darah diakhir penelitian (hari ke-
K Positif 85 91 101 87 85 28) dapat dilihat pada Tabel 7.
P1 96 91 88 92 99
P2 104 87 90 111 92 Tabel 7. Kadar glukosa darah tikus pada
P3 89 91 91 96 113 hari ke- 28
Ulangan
Setelah dilakukan pengukuran kadar Perlakuan 1 2 3 4 5
glukosa darah awal selanjutnya tikus K Negatif 91 101 92 99 91
diinduksi dengan aloksan. K Positif 302 309 310 315 315
P1 230 220 225 205 220
Tabel 6. Kadar Glukosa Darah Tikus Setelah P2 262 240 245 240 235
Induksi Aloksan P3 259 260 274 275 260
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Untuk melihat perbedaan kadar
K Negatif 98 91 95 99 91 glukosa darah tikus sebelum diinduksi
K Positif 280 295 300 290 310 aloksan dengan kadar glukosa darah setelah
P1 325 330 291 295 325 diinduksi aloksan dan kadar glukosa darah
P2 330 320 315 335 335 akhir setelah pemberian EES dapat dilihat
P3 309 299 325 330 325 pada Gambar 4. Berdasarkan gambar
tersebut dapat dilihat bahwa pada
Berdasarkan data di atas kadar kelompok kontrol positif yang diinduksi
glukosa darah tikus pada kelompok kontrol aloksan tetapi tidak diberi EES KGD
positif, P1, P2, dan P3 setelah diinduksi mengalami peningkatan hingga diakhir
aloksan telah melampaui batas normal. pengukuran. Kelompok kontrol negatif KGD
Kadar glukosa tersebut menunjukkan tetap normal hingga akhir pengukuran
bahwa tikus telah diabetes. Sebab menurut karena tidak diberi aloksan. Pada kelompok
Fahri dkk, apabila kadar glukosa darah tikus P1, P2 dan P3 KGD juga mengalami
>200 mg/dl maka tikus dinyatakan penurunan di akhir pengukuran karena
diabetes. kelompok ini diberikan EES.

350
Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

300

250
KGD awal
200
KGD setelah
150 diinduksi aloksan
KGD akhir
100

50

0
KN KP P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan

Gambar 4. Grafik kadar glukosa darah tikus sebelum diinduksi aloksan, setelah diinduksi
aloksan, dan berat badan akhir.

8
Untuk melihat rata-rata hasil setiap 4 hari sekali selama 28 hari
pengukuran kadar glukosa darah tikus penelitian dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata kadar glukosa darah tikus selama 28 hari perlakuan

Ulangan Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Total Rata-


KGD rata
(mg/dl) KGD
Kelompok 1 2 3 4 5 (mg/dl)
Kontrol Negatif 97.57 95 94.57 100.42 95.14 482.7 96.54
Kontrol Positif 296.42 305.42 308.71 311.42 311.42 1533.39 306.67
P1 275.71 267.85 251.71 244.28 267.85 1307.4 261.48
P2 292.71 273.57 276.57 273.57 265.57 1381.99 276.39
P3 280.85 275.28 295 296.85 284.28 1432.26 286.45

Untuk melihat perbedaan kadar signifikan dengan kelompok kontrol positif,


glukosa darah antar kelompok maka P1, P2, dan P3. Kelompok kontrol positif
dilakukan uji tukey. Dari hasil uji tersebut berbeda signifikan dengan kelompok
dapat dijelaskan bahwa, terdapat kontrol negative, P1, P2 dan P3. Kelompok
perbedaan rata-rata kadar glukosa darah P1 berbeda signifikan dengan kelompok
antar kelompok yaitu KN (96.54 g ± 4.003), kontrol negatif, kontrol positif, P2, dan P3.
KP (306.69 g ± 7.112), P1 (261.49 g ± Kelompok P2 berbeda signifikan dengan
29.843), P2 (279.26 g ± 31.023) dan P3 kelompok kontrol negatif, kontrol positif,
(286.46 g ± 16.711). dan P1. Kelompok P3 berbeda signifikan
Hasil uji tukey tersebut dengan kelompok P2. Untuk lebih jelasnya
menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah mengenai uji lanjut menggunakan tukey
tikus kelompok kontrol negatif berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh EES terhadap kadar glukosa darah tikus diabetes induksi aloksan (huruf
yang berbeda pada tiap perlakuan menandakan berbeda signifikan).

9
Keterangan:
KN = Kontrol Negatif/Normal (pakan + minum)
KP = Kontrol Positif/Diabetes (aloksan 30 mg/ekor)
P1 = Aloksan 30 mg/ekor + EES 16.5 mg/ekor
P2 = Aloksan 30 mg/ekor EES 33 mg/ekor
P3 = Aloksan 30 mg/ekor EES 66 mg/ekor

Untuk melihat signifikansi perbedaan Kadar gula darah kelompok kontrol negatif
kadar glukosa darah tikus per 4 hari terlihat relatif stabil selama masa
pengamatan selama 28 hari perlakuan maka perlakuan. Pada kelompok kontrol positif
digunakan juga uji tukey yang akan kadar gula darah tetap mengalami kenaikan
disajikan pada Gambar 6. hingga akhir perlakuan setelah sebelumnya
Berdasarkan uji tersebut dapat mengalami kenaikan akibat induksi aloksan.
diketahui bahwa pada hari keempat KGD Berbeda dengan kelompok perlakuan (P1,
kelompok kontrol negatif berbeda P2, dan P3) yang terus mengalami
signifikan dengan kontrol positif, P1, P2, penurunan KGD setiap dilakukannya
dan P3.. Kelompok kontrol positif berbeda pengecekan sejak awal pemberian EES
signifikan dengan kelompok kontrol negatif. hingga 28 hari. Penurunan yang lebih jelas
kelompok P1 berbeda signifikan dengan terlihat yaitu pada kelompok P1 yang kadar
kelompok kontrol negatif. Kelompok P2 gula darahnya mengalami penurunan yang
berbeda signifikan dengan kelompok lebih besar dibandingkan kelompok P2 da
kontrol negatif. Kelompok P3 berbeda P3.
signifikan dengan kelompok kontrol negatif.

Gambar 6. Perubahan kadar glukosa darah pada tikus perlakuan setiap 4 hari pengukuran.
Huruf yang berbeda di waktu (hari) pengamatan yang sama pada diagram
menunjukkan berbeda nyata/signifikan (Uji Tukey).

PEMBAHASAN diakibatkan adanya induksi aloksan.


Pengaruh EES Terhadap Berat Badan sehingga ketika glukosa yang digunakan
Tikus sebagai energi utama dalam tubuh tersebut
Kelompok tikus kontrol positif terbuang dan tidak masuk ke dalam sel. Hal
mengalami penurunan berat badan karena ini menyebabkan badan menggunakan
turunnya produksi insulin ataupun cadangan lemak dan protein sebagai energi.
resistensi insulin yang meningkat Penekanan penggunaan glukosa ini

10
selanjutnya akan mengurangi sintesis pertumbuhan tumor. Tanin juga mempunyai
lemak, mempermudah mobilisasi lemak dari aktivitas hipoglikemik yaitu dengan
jaringan dan meningkatkan penggunaan meningkatkan glikogenesis. Selain itu, tanin
lemak (Dyahnugra dan Widjanarko, 2015). juga berfungsi sebagai astringent atau
Pada kelompok perlakuan dengan pengkhelat yang dapat mengerutkan
pemberian ekstrak etanol daun Saurauia membran epitel usus halus sehingga
vulcani, Korth. (EES) (P1 = 16.5 mg/ekor, P2 mengurangi penyerapan sari makanan dan
= 33 mg/ekor, P3 = 66 mg/ekor) rata-rata sebagai akibatnya menghambat asupan gula
berat badan tidak berbeda signifikan dan laju peningkatan gula darah tidak
dengan kelompok negatif. Hal ini diduga terlalu tinggi (Prameswari dan Widjanarko,
karena adanya kandungan senyawa 2014).
metabolit seperti flavonoid. Flavonoid Flavonoid dapat mencegah
merupakan senyawa fenolik alam yang komplikasi atau progresifitas diabetes
memiliki potensi sebagai antioksidan dan mellitus dengan cara membersihkan radikal
biokaktifasi sebagai obat. Flavonoid bebas yang berlebihan, memutuskan rantai
berfungsi dalam menghambat enzim reaksi radikal bebas, mengikat ion logam
glukosidase dan alfa amylase sehingga (chelating), dan memblokade jalur poliol
pemecahan karbohidrat menjadi gagal dan dengan menghambat enzim aldose
glukosa tidak dapat diserap oleh usus. reduktase. Flavonoid juga memiliki efek
Ketersediaan insulin yang cukup penghambatan terhadap enzim alfa
bahkan berlebih akan menambah gukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan
persediaan glukosa pada sel yang akan substitusi pada cincin β. Prinsip
menghambat penggunaan lemak dan penghambatan ini serupa dengan acarbose
meningkatkan sintesis lemak. Insulin akan yang selama ini digunakan sebagai obat
langsung menambah pemasukan asam untuk penanganan diabetes mellitus, yaitu
lemak yang secara langsung meningkatkan dengan menghasilkan penundaan hidrolisis
cadangan lemak disamping mengurangi karbohidrat dan disakarida dan absorpsi
penggunaan lemak untuk energi glukosa serta menghambat metabolisme
(Dyahnugra dan Widjanarko, 2015). sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
(Prameswari dan Widjanarko, 2014).
Pengaruh EES Terhadap Kadar Glukosa Tingkat penurunan kadar glukosa
Darah Tikus darah yang lebih besar ditunjukkan pada
Penurunan kadar glukosa darah kelompok P1 (16.5 mg/ekor) jika
dengan pemberian ekstrak etanol Saurauia dibandingkan dengan kelompok P2 (33
vulcani, Korth. (EES) diduga karena adanya mg/ekor), dan P3 (66 mg/ekor). Hal ini
senyawa metabolit yang terkandung pada kemungkinan diakibatkan oleh adanya
daun pirdot (Saurauia vulcani, Korth.). kandungan metabolit sekunder berupa
diantara senyawa metabolit yang glikosida pada Saurauia vulcani, Korth.
terkandung dalam daun tersebut yaitu Glikosida merupakan senyawa yang terdiri
saponin, tanin dan flavonoid. Saponin atas gabungan dari dua senyawa yaitu gula
termasuk senyawa fitokimia yang dapat dan bukan gula. Salah satu fungsi dari
menghambat peningkatan kadar glukosa senyawa glikosida adalah sebagai cadangan
darah dengan cara menghambat gula. Jika ditinjau dari fungsi tersebut
penyerapan glukosa di usus halus dan peningkatan dosis EES yang diberikan maka
menghambat pengosongan lambung. senyawa glikosida semakin tinggi pula.
Dengan melambatnya pengosongan Sehingga proses penurunan glukosa darah
lambung, maka absorpsi makanan akan oleh flavonoid, saponin, tanin akan
semakin lama dan kadar glukosa darah akan berlawanan dengan cara kerja glikosida.
mengalami perbaikan (Minarno, 2016). Oleh karena itu dosis yang dianjurkan untuk
Tanin diketahui dapat memacu digunakan adalah dosis 16.5 mg/ekor.
metabolisme glukosa dan lemak sehingga Pada kelompok kontrol positif (KP)
timbunan kedua sumber kalori ini dalam yaitu dengan penginduksian aloksan
darah dapat dihindari. Tanin mempunyai menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah
aktivitas antioksidan dan menghambat yang stabil sejak awal penginduksian hingga

11
akhir penelitian. Hal ini mengindikasikan DAFTAR PUSTAKA
keberhasilan aloksan dalam menyebabkan
diabetes pada tikus. Mekanisme toksisitas Ajie, B.R., (2015), White Dragon Fruit
aloksan diawali dengan masuknya aloksan (Hylocereus Undatus) Potential As
ke dalam sel-sel beta pankreas dan Diabetes Mellitus Treatment, J
kecepatan pengambilan akan menentukan Majority 4(1): 69-72.
sifat diabetogenik aloksan. Kerusakan pada
Djauhariyah, E., (2004), Gulma Berkhasiat
sel-sel β terjadi melalui beberapa proses
Obat, Seri Agri Sehat, Jakarta.
secara bersamaan, yaitu melalui oksidasi
gugus sulfidril dan pembentukan radikal
Dyahnugra, A.A., Widjanarko, B.S., (2015),
bebas. Mekanisme kerja aloksan
Pemberian Ekstrak Bubuk Simplisia
menghasilkan kerusakan pada sel-sel β
Kulit Manggis (Garcinia mangostana
pankreas terutama menyerang senyawa-
L.) Menurunkan Kadar Glukosa
senyawa seluler yang mengandung gugus
Darah Pada Tikus Putih (Rattus
sulfidril, asam-asam amino sistein dan
norvegicus) Strain Wistar Jantan
protein yang berikatan dengan gugus SH
Kondisi Hiperglikemik, J Pangan dan
(termasuk enzim yang mengandung gugus
Agroindustri 3(1): 113-123.
SH). Aloksan bereaksi dengan dua gugus SH
yang berikatan pada bagian sisi dari protein Fahri, C., Sutarno., Shanti, L., (2005), Kadar
atau asam amino membentuk ikatan Glukosa Dan Kolesterol Total Darah
disulfida sehingga menginaktifkan protein Tikus (Rattus novergicus)
yang berakibat pada gangguan fungsi Hiperglikemik Setelah Pemberian
protein tersebut. Induksi aloksan pada dosis Ekstrak Metanol Akar Meniran
125 mg/kg bb secara intraperotoneal (Phyllanthus Niruri), Jurnal
mampu meningkatkan kadar glukosa darah Biofarmasi 3(1): 1-6.
dan kerusakan pada sel β pankreas tikus
(Prameswari dan Widjanarko, 2014). Fatimah, N.R., (2015), Diabetes Melitus Tipe
2, J Majority 4(5): 93-101.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah Hendarsula, S.A., (2011), Ujiaktivits
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan, immunostimulan ekstrak etanol umbi
yaitu : Pemberian ekstrak etanol Saurauia sarang semut Myrmecodia
vulcani, Korth. (EES) berpengaruh terhadap archboldiana Merr. & L.M. Perry pada
peningkatan berat badan tikus pada tikus putih jantan. Skripi, Universitas
kelompok dosis 16,5 mg/ekor dan 33 Iindonesia, Depok.
mg/ekor.
Pemberian ekstrak etanol Saurauia Kulsum, umi., (2016), Uji Efek
vulcani, Korth. (EES) berpengaruh dalam Antihiperglikemia Ekstrak Etanol
menurunkan kadar glukosa darah pada 95% Daun Kembang Bulan (Tithonia
tikus (Rattus novergicus) diabetes pada diversifolia (Hemsl.) A. Gray)
dosis 16,5 mg/ekor, sedangkan pada dosis Terhadap Tikus Sprague-Dawley
33 mg/ekor dan 66 mg/ekor kurang Jantan dengan Metode Induksi
berpengaruh. Aloksan Secara in Vivo. Skripsi, FKIK,
Pada pengamatan histopatologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
dengan pemberian ekstrak etanol Saurauia
vulcani, Korth. (EES) terlihat adanya Minarno, B.E., (2016), Analisis Kandungan
perbaikan pada pulau langerhans. Hal ini Saponin Pada Daun Dan Tangkai
dapat dilihat dari berkurangnya sel-sel yang Daun Carica pubescens Lenne & K.
mengalami pembengkakan (cloudy Koch, J El Hayah 5(4): 143-152.
swelling).
Muchid, Abdul., (2005), Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Diabetes Melitus,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik.

12
Prameswari, M.O., Widjanarko, B.S., (2014), Mice, International Journal of
Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan ChemTech Research, 8(6): 203-215.
Wangi Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Dan Histopatologi Suarsana, N.I., Priosoeryanto, P.B., Bintang,
Tikus Diabetes Mellitus, J Pangan dan M., Wresdiyati, T., (2010), Profil
Agroindustri 2(2): 16-27. Glukosa Darah dan Ultrastruktur Sel
Beta Pankreas Tikus yang Diinduksi
Shadine M., (2010), Mengenal Penyakit Senyawa Aloksan, JITV 15(2): 118-
Hipertensi, Diabetes, Stroke dan 123.
Serangan Jantung, Keenbooks.
Suherman, R.F., (2017), Uji Aktivitas
Sitorus, Panal., (2015), Characterization Antidiabetik Ekstrak Etanol Daun
Simplisia and Ethanolic Extract of Bosi-Bosi (Timonius flavescens (Jacq.)
Pirdot (Saurauia Vulcani, Korth) Baker Terhadap Tikus (Rattus
Leaves and Study of Antidiabetic novergicus) Diabetes, Skripsi, FMIPA,
Effect in Alloxan Induced Diabetic Unimed, Medan.

13

Anda mungkin juga menyukai