Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Kuning (Curcubita

moscata) Terhadap Penurunan Glukosa Darah

Pada Tikus yang Telah Diinduksi Sterptozotocin

Penelitian di Fakultas Kedokteran UNISSULA 

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
Mohammad Khusni Mubarok
30101607686

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif dimana

terdapat kerusakan di sel beta pankreas ataupun reseptor yang menerima

insulin sehingga terjadi hiperglikemia(Dr, fauzi arasz

et.al.,2014).Hiperglikemia sendiri bisa menimbulkan berbagai manifestasi

penyakit pada organ organ tubuh yang lain seperti pada mata, ginjal, jantung,

saraf dan pembuluh darah(Suci MJ Amir et.al.,2015).Sekarang ini banyak

masyarakat yang melakukan gaya hidup yang tidak sehat sehingga bisa

menimbulkan obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit

diabetes melitus (Novarianti M et.al.,2017).Menurut World Health

Organization(WHO) prevalensi DM akan meningkat sampai 370 juta lebih

pada tahun 2030.Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, kejadian

Diabetes melitus mengalami peningkatan dari 2011 yang mulanya 1.1%

menjadi 2,1% pada tahun 2013.Saat ini ada banyak cara yang digunakan untuk

mengendalikan gula darah yang berlebihan seperti memberi obat antidiabetic,

pemberian insulin dan lain sebagainya.Karena mahalnya pengobatan dan

pengendalian diabetes melitus, maka para peneliti banyak melakukan

penelitian tanaman tanaman obat yang bisa digunakan sebagai pengganti obat
antidiabetic(Huijin et.al.,2013) seperti bengkuang(Pachirizus erosus)(Suci Mj

A et.al.,2015) dan labu kuning(Curcubita moscata)(Huijin et.al.,2013).

Di afrika selatan, sebanyak 80-85% penduduk bangsa kulit hitam

menggunakan obat tradisional karena kurangnya akses terhadap fasilitas

kesehatan modern, kepercayaan masyarakat terhadap obat tradisional dan

panjangnya antrian di fasilitas kesehatan modern( Indah yulia ningsih, 2015).

WHO fact sheet memperkirakan sebanyak 80% warga asia menggunakan obat

obatan tradisional sebagai pengobatan utamanya karena dalam segi

penggunaannya itu mudah dijangkau, mudah diakses, dan diterima oleh

budaya masyarakat secara luas(WHO, 2008).

Labu kuning(Curcubita moscata) merupakan salah satu tanaman yang bisa

dijadikan tanaman obat untuk antidiabetic(Saba R et.al.,2015) dikarenakan

kandungan dari ekstrak labu kuning sendiri terdapat carotenoid seperti alfa-

karoten, beta karoten, lutein(Norshazila S et.al.,2015) serta flavonoid dan

vitamin c. Kandungan yang ada didalam ekstrak labu kuning juga bisa

berperan sebagai antioksidant yang dapat mengurangi jumlah radikal bebas

yang diakibatkan oleh adanya hiperglikemia pada diabetes melitus(Fu Cl

et.al.,2010).Selain kedua hal itu labu kuning juga memiliki manfaat sebagai

anticancer, antimicroba dan anti hiperlipidemia(Novarianti M et.al.,2017).

Didalam peneletian lain yaitu penggunaan daun salam terhadap efek

antidiabetic menjelaskan, bahwa terdapat banyak senyawa polivenol

didalamnya yang memiliki efek meningkatkan sensitifitas insulin, uptake

glukosa dan antioksidan sehingga gula darah bisa menurun. Karena terdapat
kandungan yang sama di dalam ekstrak labu kuning dengan daun salam yaitu

senyawa polivenol diharapkan bisa meningkatkan sensitivitas insulin, uptake

glukosa dan antioksidan sehingga gula darah bisa menurun(Nita P, 2016)

Hasil penelitian saat ini menunjukan adanya penurunan gula darah pada

tikus yang diabetes akibat pemberian dari ekstrak labu kuning dengan dosis

tertentu(Novarianti M et.al.,2017).Hal yang dinilai dalam penelitian ini adalah

penurunan dari gula darah terhadap mencit yang dibuat diabetes dengan

diinduksi streptozotocin

1.2 Perumusan masalah

Apakah ada pengeruh pemberian ekstrak labu kuning(latin) terhadap

penurunan gula darah mencit yang telah diinduksi streptozotocin?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Umum
Mengetahui efek dari pemberian ekstrak labu kuning terhadap

penurunan gula darah mencit yang telah diinduksi streptozocin


1.3.2 Khusus
1. Mengetahui efek pemberian ekstrak labu kuning(dosis

pemberian) terhadap jumlah penurunan gula darah mencit

yang normal
2. Menegetahui efek pemberian ekstrak labu kuning (dosis

pemberian)terhadap jumlah penurunan gula darah mencit

yang diinduksi streptozocin


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Labu kuning selain menjadi antioxidant, anticancer, antimicroba, dan

antihiperlipidemia juga berperan sebagai anti diabetic.


1.4.2 Manfaat praktis
Bisa menurunkan gula darah mencit yang telah diinduksi

streptozotocin(harus ada jurnal yang menyebutkannya).

Tata cara penulisan halaman


Pemberian dosis pada mencit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif dimana

terdapat kerusakan di sel beta pankreas ataupun reseptor yang menerima

insulin sehingga terjadi hiperglikemia(Dr. Fauzi arasz et.al.,2014).

Hiperglikemia sendiri bisa menimbulkan berbagai manifestasi penyakit

pada organ organ tubuh yang lain seperti pada mata, ginjal, jantung, saraf

dan pembuluh darah.(Suci MJ Amir et.al.,2015). Diabetes melitus

merupakan suatu keadaan hiperglikemia disebabkan karena kurangnya

sekresi hormon insulin oleh sel beta di dalam pulau langerhans

pankreas(Guyton, 2012). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit

metabolik yang disebabkan karena penurunan produksi insulin, kerja

insulin yang berkurang ataupun bisa keduanya yang menyebabkan

peningkatan gula darah dalam pembuluh darah (American Diabetes

Association, 2012).

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa diabetes melitus

merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia karena

adanya penurunan produksi atau sensitivitas insulin dan kerusakan dari sel

beta pankreas sehingga tidak terjadi penyimpanan gula darah ke dalam

organ organ tubuh manusia.

2.1.2 Klasifikasi
Diabetes melitus ada beberapa tipenya, yaitu diabetes melitus tipe

1(dependen-insulin, atau awitan-anak) hal ini disebabkan karena sel

pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup sehingga butuh

pasokan insulin dari luar. Biasanya terjadi akibat penyakit autoimun

yang menyerang sel beta pankreas oleh limfosit T aktif. Diabetes

melitus tipe 2(non-dependen-insulin, atau awitan-dewasa) disebabkan

karena adanya penurunan sensitivitas reseptor insulin yang ada di

dalam sel tubuh dan produksi insulinnya masih normal. Hal ini terjadi

karena ada beberapa faktor risiko yang bisa menurunkan sensitivitas

insulin seperti obesitas, obesitas central, kadar trigliserid tinggi, kadar

hdl rendah dan lain lain(laurale S, 2014). Pola makan berlebihan juga

bisa menyebabkan DM tipe 2 karena konsumsi karbohidrat yang

terlalu banyak bisa menyebabkan ketidak seimbangan ikatan insulin

dan karbohidrat dalam darah. Diabetes tipe lain disebabkan karena

adanya penyakit lain, misalnya cacat genetik pada fungsi sel beta

pankreas, cacat genetik kerja insulin, akibat efek pengobatan penyakit

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ. Yang terakhir adalah

diabetes melitus kehamilan dimana gula darahnya meningkat hanya

pada masa kehamilan saja. Gula darah penderita akan menurun sendiri

dengan sendirinya ketika masa kelahiran sudah selesai (American

diabetes associaton, 2014).

2.1.3 Patofisiologi
2.2 Labu kuning
Labu kuning (Curcubita moschata) merupakan salah satu buah yang

memiliki beberapa komponen nutrisi sangat banyak seperti polisakarida,

protein, asam amino esensial, karotenoid dan mineral sehingga bisa

disebut sebagai makanan yang bergizi tinggi. Karakteristik

pertumbuhannya bercabang dan menjalar. Morfologinya yang pertama

adalah memiliki sistem akar tunggang, batangnya herbaceus dan berongga

dengan sisi-sisi menyudut membentuk segi tiga, daun berlobus 5 dengan

variasi ornamen warna permukaan hijau polos hingga hijau bertotol putih,

bunga monoceous uniseksual berwarna kuning (suwanto et.,al 2015).


2.2.1 Taksonomi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita moschata Duch.
2.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder. Flavonoid juga

termasuk senyawa yang bersifat fenolik alam yang memiliki khasiat

sebagai anti oksidan dan memiliki bioaktivitas obat. Selain itu ada banyak

manfaat dari flavonoid yaitu melindungi struktur sel, meningkatkan

efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan

sebagai antibiotik. Flavonoid berupa zat warna merahm ungu dan biru dan

sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Kerangka dasar dari

falvonoid adalah 2 cincin benzene (C6) terikat pad 1 propanone (C3)

sehingga membentuk C6-C3-C6(Resi A et al.,2009).


Salah satu contoh dari jenis flavonoid adalah anthocyanin dimana

dia merupakan isoform dari GLUT-4, nanti akan mempengaruhi uptake

glucosa pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin. Hal ini akan

mempengaruhi dari jaringan pankreas, otot skelet dan hepar yang nantinya

menimbulkan beberapa efek seperti antioxidan, cega apoptosis pankreas,

menurunkan gula darah, meningkatkan sekresi dan sensitivitas insulin dan

meningkatakan ekspresi GLUT 4 (fatemeh H et.al)


2.4 Kerangka Teori

Ekstrak labu
kuning

Flavonoid

Meningkatkan
uptake gula
darah

Menurunkan
glukosa darah
2.5 Kerangka Konsep

Ekstrak labu Penurunan


kuning glukosa

2.6 Hipotesis
Ekstrak labu kuning berpengaruh dalam penurunan glukosa tikus yang
telah diinduksi streptozotosin

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan


pendekatan pre test post test control group design.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional


3.2.1 Variabel Penelitian

3.2.1.1 Variabel Bebas


Variabel bebas adalah ekstrak labu kuning.(

3.2.1.2 Variabel Terikat


Variabel terikat adalah kadar gula darah tikus.

3.2.1.3 Variabel Prakondisi


Variabel prakondisi adalah induksi streptozotocin pada
tikus.

3.2.2 Definisi Operasional

3.2.2.1 Pemberian ekstrak labu kuning


Labu kuning yang diekstrak dengan metode maserasi akan
diberikan kepada tikus dengan dosis 56 mg/200Grbb/hari
per oral selama 14 hari.
(proses pembuatan ekstrak

3.2.2.2 Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus


Alat untuk mengukur kadar gula darah mencit meruoakan
alat pengukur gula darah dengan test strip. Cara
pengambilan darah mencit yaitu dengan desinfeksi ekor
mencit dengan ethanol 70% kemudian gunting ujung ekor
mencit, buang tetes darah pertama terus teteskan darah
mencit ke strip tersebut. Tunggu 15 detik dan akhirnya
tertera pada layar kadar gula darah mencit dengan satuan
mg/dl.
(cara pengambilan darah) gak boleh menyakiti
Berapa mili harus jelas
Skala : Numerik

Surat mengurus etika penelitian(namanya


3.3 Subyek Penelitian dan Besar Sampel
3.3.1 Subyek Penelitian
Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus
jantan galur wistar (Rattus Norvegicus) dengan umur 6-11
minggu dengan berat badan kurang lebih 150-200 gr.
Apabila terdapat luka, cacat fisik dan tikus yang sakit maka
tidak diikutsertakan dalam penelitian.

3.3.2 Besar sampel


Menurut WHO besar sampel hewan coba minimal dalam
tiap kelompok penelitian eksperimental yaitu 5 dengan
tambahan 1 sampel untuk menghindari lost follow up
sehingga jumlah total sampel tiap kelompok itu 6.
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Total sampel tikus yang dipakai dalam penelitan ini adalah
18 tikus dengan tiap kelompok sampel terdiri dari 6 tikus
jadi totalnya terdapat 3 kelompok. Dalam pengambilan
sampel menggunakan metode randomisasi sehingga tiap
tikus memiliki kesempatan untuk di uji.

3.4 Instrumen dan Bahan Penelitian


3.4.1 Instrumen
Kandang tikus lengkap dengan tempat makan dan minum,
timbangan tikus wistar, timbangan obat, sarung tangan,
pinset, pipet, masker, alat pengukur gula darah, dan
gunting.

3.4.2 Bahan Penelitian


Ethanol 70%, ekstrak labu kuning, pakan standar tikus,
streptozotocin, NaCl fisiologis 0,9%

3.5 Cara Kerja


3.5.1 Persiapan Hewan Coba
Pertama, hewan coba diadaptasikan di tempat
tinggal barunya selama 1 minggu dengan pakan standar
tikus, setelah itu dibagi 2 kelompok tikus, 1 kelompok di
beri perlakuan dengan diinduksi streptozotocin(yang
terlarut dalam 5 mmol/l buffer citrate, ph 4,5) untuk
menjadi tikus yang DM, yang kelompok ke 2 tidak di
induksi streptozotocin. Dosis yang dipakai untuk
streptozotocin adalah 30mg/kg BB 3 kali intraperitoneal
selama 7 hari.
Setelah itu di cek apakah dalam tikusnya telah
terjadi peningkatan gula darah yang signifikan. Dibagi 3
kelompok perlakuan yaitu P0(perlakuan positif), P1(dikasih
ekstrak labu kuning dosis 56mg/200grBB/oral) dan
P2(ekstrak labu kuning dengan dosis 112mg/200grBB/oral).
3.5.2 Pembuatan Ekstrak
Buah labu kuning dicuci dan dipotong kecil kecil,
kemudian ditimbang dengan teliti sebanyak 100g, di
blender dan dimasukan ke dalam wadah maserasi, kemudia
nekstraksi dengan 100 ml aseton selama kurang lebih 3
hari, setelah itu disaring menggunakan kain putih untuk
memisahkan ampas dan ekstrak. Ampas dibuang dan
ekstrak aseton disimpan untuk dilakukan perlakuan lebih
lanjut.
Ekstrak aseton yang diperoleh diekstraksi dengan
petroleum eter sebanyak 3x25 ml dengan cara ekstrak
aseton dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan
petroleum eter sebanyak 25 ml dikocok searah dengan
sesekali tutup corong pisah dibuka. Lapisan petroleum eter
dikumpulkan dan ekstrak kemudian disaponifikasi dengan
menambahkan larutan KOH 15% dalam metanol sebanyak
5 ml, dikocok dan didiamkan semalam.
Hasil saponifikasi tersebut diekstraksi kembali
dengan petroleum eter sebanyak 3x25 ml seperti cara
ekstraksi sebelumnya, lalu dicuci dengan air suling sampai
bebas basa yang dilakukan dalam corpis ditambahkan air
sedikit demi sedikit dan kemudian di cek PH sampai PH
netral dengan menggunakan kertas PH indikator, lalu
keringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan disaring, lalu
dicukupkan volumenya hingga 100ml dengan petrolum
eter.

3.5.3 Perhitungan Dosis


Kusumawati (2004) menyatakan bahwa faktor konversi dari
manusia (70kg) ke tikus (200gr) adalah 0,018. Untuk 1 gr
sampel yang dikonversikan pada tikus(200gr) 0,018x 1gr =
18mg/200gr BB.

3.5.4 Pemberian Perlakuan


Kelompok kontrol :sebanyak 6 tikus tidak diberi perlakuan
apa-apa, hanya dikasih makan dan minum seperti biasa.

P1 : 6 tikus diberi ekstrak labu kuning dengan dosis


56mg/200gr BB/oral setelah dikasih streptozotocin sampai
hari ke 28.
P2 : tikus diberi ekstrak labu kuning dengan dosis
112mg/200grBB/oral setelah dikasih streptozotocin sampai
hari ke 28.
3.5.5 Penghitungan gula darah
Tiap kelompok setelah hari ke 42 dicek gula darahnya
18 Tikus Jantan Galur Wistar
masing masing dengan glukotest, kemudian dibandingkan
jumlah penurunan kadar gula darah masing masing tikus
Randomisasi 3 kelompok @ 6 ekor
tersebut.

3.6 Tempat dan waktu penelitian


3.6.1 Adaptasi selama 7 hari
Tempat Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di laboratorium
biologi dan laboratorium patologi klinik fakultas

Kontrol kedokteran Unissula. P2


positif 3.6.2 Waktu P1
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan desember 2018-
januari 2019.
tikus wistar di induksi Streptozotocin
3.7 Analisis Data 30mg/ekor selama 7 hari
Data yang sudah didapat akan dimasukkan ke dalam SPSS versi 1.6 yang
memiliki fiture editing(memeriksa kebenaran data yang diperoleh),
P1
Coding(pemberian kode sebelum data dilanjut), dan Data
(Pemberian ekstrak P2(ekstrak labu kuning dengan
entry(memasukkan data yang telah
labu kuning dikumpulkan
dosis ke dalam
112 database hari ke-
mg/ekor/hari)
14 sampai hari ke-42
komputer). 56mg/ekor/hari) hari ke
14 sampai hari ke-42
3.8 Alur kerja penelitian

Pengambilan sampel darah pada hari ke-42(dijelaskan pengambilan


sampel)

Cek dengan glukotest

Analisa data

Anda mungkin juga menyukai