Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang dikenal juga

dengan sebutan penyakit gula atau kencing manis. Penyakit diabetes mellitus

disebabkan akibat kekurangan insulin atau defisiensi sekresi insulin, aktivitas

insulin, atau keduanya. Insulin merupakan hormon yang dikeluarkan pankreas

yang berfungsi untuk memasukkan glukosa ke dalam sel untuk dijadikan bahan

utama penghasil energi pada orang yang normal (non-DM), glukosa akan tetap

berada di dalam pembuluh darah apabila insulin tidak ada atau berkurang

(Muhammad, 2013).

Manifestasi klinis yang bisa dijumpai pada penderita diabetes mellitus

adalah polyuria (peningkatan pengeluaran urin), polydipsia (peningkatan rasa

haus), polyphagia (peningkatan rasa lapar), rasa lelah dan kelemahan otot, pada

diabetes tipe 1 mungkin disertai mual dan muntah yang parah dan sering terjadi

penurunan berat badan tanpa terapi (Corwin, 2009). Sedangkan keluhan lainnya

yaitu penglihatan menjadi kabur, bekurangnya ketahan tubuh selama melakukan

olahraga., dan timbul rasa pusing, mual. Selain itu, penderita yang gula darahnya

tidak terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Lakshinta, 2012).

Penderita DM rentan terkena komplikasi penyakit lain. Komplikasi

muncul bila kendali gula darahnya tidak atau kurang baik. Faktor kadar gula

darah tinggi akan menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Selain itu,

bila penyakit DM tidak segera ditangani dengan tepat bisa menyebabkan

1
2

berbagai komplikasi. DM merupakan penyakit yang dapat menyebabkan

berbagai risiko morbiditas dan kematian yang signifikan. Komplikasi DM dapat

muncul secara akut dan kronik yang timbul beberapa bulan atau beberapa

tahun setelah menderita DM. Komplikasi akut DM yang paling sering adalah

koma diabetik dan hipoglikemia (Susilo dan Wulandari, 2011).

Penyakit diabetes mellitus juga berdampak pada ekonomi penderitanya yang

jumlahnya tidak sedikit, terlebih lagi jika penderita diabetes mellitus mengalami

komplikasi. Apabila penyakit diabetes mellitus ini tidak ditangani dengan baik,

diabetes akan menyerang berbagai organ dalam tubuh penderitanya, bahkan

bisa menimbulkan kematian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO

di India pada tahun 2006, penderita diabetes mengalami peningkatan

pengeluaran sebanyak 25%. Begitu juga dengan negara-negara di Pasifik Barat

(termasuk Indonesia), sebanyak 16% biaya pengobatan atau perawatan di

rumah sakit dikeluarkan oleh pasien diabetes. Selain itu pasien harus

menanggung dampak sosial dan ekonomi lainnya karena tidak mampu bekerja

dan sebagainya. Hal tersebut menimbulkan beban yang sangat besar dan harus

menjadi perhatian semua orang (Tandra, 2007).

Data WHO tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes

mellitus di seluruh dunia 346 juta orang dan diprediksi akan terus bertambah

hingga 366 juta orang pada tahun 2030 (Setyadi, 2013). Di Amerika Serikat,

18,2 juta individu mengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir satu pertiga

tidak menyadari bahwa mereka memiliki diabetes (Corwin, 2009). Menurut data

WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dengan penderita

diabetes mellitus. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia

yang mengidap diabetes mellitus. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah
3

penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang,

dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar

30% yang datang berobat (Fauzi, 2014). Badan Kesehatan Dunia (WHO)

bahkan memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia meningkat

tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada tahun 2010 mencapai 21,3 juta orang,

awalnya tahun 2000 jumlah penderita hanya 8,4 juta orang (Susilo dan

Wulandari, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tahun 2014 di Kota

Malang, angka kejadian diabetes mellitus baik DM tipe I dan tipe II berjumlah

20.330 penderita yang tersebar di 15 puskesmas, hampir 90% (19.167 jiwa) dari

jumlah tersebut adalah penderita diabetes mellitus tipe II, penderita diabetes mellitus

tertinggi berada di puskesmas Molyorejo sebanyak 3.534 penderita yang terdiri

dari 1.748 laki-laki dan 1.786 perempuan (Dinkes Malang, 2013).

Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari perencanaan diet, olahraga,

dan intervensi farmakologis. Regimen diet biasanya dihitung perindividu,

tergantung kebutuhan pertumbuhan, penurunan berat badan yang diinginkan,

dan tingkat aktivitas. Pembagian kalori biasanya 50 sampai 60% dari

karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak (Corwin, 2009).

Jenis makanan yang dianjurkan untuk mencegah atau mengobati diabetes

diantaranya : sumber karbohidrat (seperti nasi beras merah, roti tawar, sagu,

sereal, kentang, gandum, ubi, dan singkong), apel, kayu manis, jeruk, ikan

salmon, makanan kaya serat, kacang-kacangan (seperti kacang panjang, kacang

tanah, dan sebagainya), mengonsumsi air putih, teh hijau, bayam, coklat,

bawang merah, bawang putih, kemangi, kacang buncis, dan lainnya (Istiany dan

Rusliati, 2013).
4

Air sebagai salah satu zat gizi mikro mempunyai fungsi dalam berbagai

proses penting dalam tubuh manusia, seperti metabolisme, pengangkutan dan

sirkulasi zat gizi dan nongizi, pengaturan keseimbangan elektrolit, proses

pembuangan zat tak berguna dari tubuh, kontraksi otot, transmisi impuls saraf,

serta pengendalian suhu tubuh. Hal pertama yang diinginkan ketika kondisi

tubuh letih adalah air putih. Hal tersebut merupakan cara alam untuk

mempertahankan kondisi tubuh secara otomatis. Mencegah atau mengobati

penyakit dengan air merupakan cara yang termurah saat ini. Terapi ini sangat

sederhana dan tidak memerlukan pengawasan dari para ahli. Tidak perlu

menunggu lama untuk dapat merasakan manfaatnya. Air dapat menjaga kulit

agar tetap sehat dan bersinar. Air dapat membantu detoksifikasi tubuh melalui

keringat dan urin (Rosalina, 2013).

Air merupakan kebutuhan yang perlu dipenuhi manusia melalui asupan

air yang cukup karena tubuh tidak dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan

akan air. Sebagian masyarakat masih mengkonsumsi air dalam jumlah yang

kurang dibangdingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh The Indonesian Hydration Regional Study (THIRS) mengungkapkan

bahwa 46,1% responden yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia

ringan. Faktor terjadinya hipovolemia ini adalah ketidaktahuan kebutuhan air

minum sekitar 2 liter sehari dan kesulitan akses secara fisik dan ekonomi dalam

memperoleh air minum (Soraya (2014).

Infused water merupakan alternatif lain dalam mengkonsumsi air putih.

Rasa alami dari buah akan bercampur bersama air dan juga kandungan nutrisi

dan vitaminnya. Infused water adalah minuman yang terdiri dari air putih yang

dicampurkan dengan potongan buah-buahan dan herbal, kemudian direndam


5

selama beberapa waktu sehingga sari buah dan herbal tercampur dengan air.

Buah-buahan yang dicampurkan bersama air adalah buah-buahan yang

memiliki khasiat untuk menurunkan kadar gula darah. Infused water disebut juga

dengan Spa Water atau Sassy water yang diambil dari seorang pakar diet yang

telah menulis banyak resep tentang minuman ini dalam buku yang berjudul The

Flat Belly Diet, yaitu Cynthia Sass yang berasal dari Amerika (Murtie dan

Yahya, 2014).

Adapun buah-buahan seperti apel, jeruk nipis, semangka, dan stroberi

memiliki kandungan senyawa seperti polifenol, flavonoid, quersetin, kalium,

magnesium, dan agrinin yang berkhasiat untuk menurunkan kadar gula darah.

Kadungan polifenol dalam apel dapat mempengaruhi pencernaan dimana apel

dapat menurunkan tingkat penyerapan glukosa dari saluran cerna sehingga akan

mengurangi beban gula dalam aliran darah, selain itu stimulasi pankreas akan

mengeluarkan lebih banyak insulin. Sedangkan kandungan kalium dan magnesium

dalam semangka dapat meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh sehingga

dapat menurunkan kadar gula darah, selain itu kandungan agrinin dalam

semangka juga memiliki efek positif terhadap kerja insulin di dalam tubuh.

Menurut American Diabetes Assosiation, jeruk nipis merupakan makanan super

untuk penderita diabetes. Kadar serat yang tinggi yang terkandung dalam jeruk

nipis berkhasiat dalam mengatur penyerapan gula ke dalam aliran darah dan

mengurangi terjadinya peningkatan kadar gula darah Banyak orang terutama di

kota-kota besar di Indonesia telah mengkonsumsi infused water secara teratur

bahkan dijadikan sebagai rutinitas kesehariannya. Adapun hasil yang didapat,

banyak diantaranya merasa lebih sehat dan bugar, bahkan tidak sedikit yang

dapat terhindar dari penyakit (Rosalina, 2014).


6

Atas dasar pertimbangan inilah peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas terapi infused water terhadap penurunan

kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita diabetes mellitus tipe 2”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “Apakah terapi infused water efektif dalam menurunkan kadar gula

darah 2 jam post pradial pada penderita diabetes mellitus tipe 2”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi infused

water terhadap penurunan kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita

diabetes mellitus tipe 2.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi karakteristik penderita diabetes mellitus tipe 2.

2. Mengetahui kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita diabetes mellitus

tipe 2 sebelum terapi infused water pada kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol.

3. Mengetahui kadar gula darah penderita 2 jam post pradial pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 setelah terapi infused water pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol.

4. Mengetahui perbedaan kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan setelah terapi infused water pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap

khasanah keilmuan, khususnya bidang ilmu keperawatan yang terkait dengan

tatalaksana pada penderita diabetes mellitus.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui efektivitas terapi infused

water terhadap penurunan kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita

diabetes mellitus tipe 2, serta untuk dapat mengaplikasikan riset penelitian ini

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo,

sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan peneliti dalam

memecahkan masalah secara ilmiah dan analitik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi

pendidikan untuk bisa dijadikan suatu referensi dan menambah wawasan

serta pengetahuan tentang perbedaan kadar gula darah 2 jam post pradial

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan setelah mengonsumsi

infused water.

3. Bagi Perawat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakan

dalam salah satu cara menurunkan kadar gula darah dengan terapi infused

water.
8

4. Bagi Masyarakat (Penderita Diabetes)

Penderita diabetes mellitus dapat menurunkan kadar gula darah atau

mengontrol gula darah dengan mengkonsumsi Infused water.

5. Bagi Puskesmas Mulyorejo

Setalah dilakukan penelitian diharapakan petugas kesehatan atau

kader kesehatan dapat memotivasi masyarakat agar dapat penerapkan salah

satu metode pengobatan nonfarmakologi dengan mengonsumsi infused water

untuk salah satu cara menurunkan kadar gula darah atau mengontrol kadar

gula darah tetap stabil.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Menurut hasil penelitian Teti Yuniarti (2011) yang berjudul “Pengaruh

terapi air putih terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe

2 di Poli klinik khusus endokrin RSUP DR. M Djamil, Padang 2011”.

Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan control

group design with pretest and posttest. Dengan teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah non probability sampling dengan pendekatan purposive

sampling. Total responden adalah 27 orang, 15 responden untuk kelompok

kontrol dan 12 orang untuk kelompok intervensi. Analisa yang dilakukan

analisa univariat dan bivariat. Dengan nilai kelompok intervensi diperoleh

mean = 89, SD = 55,288 mg/dl. Hasil penelitian didapatkan menggunakan

uji statistik independent sample t-test (pooled t test), diperoleh (p=0,00).

Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna rata–rata kadar gula darah

sesaat antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sesudah

dilakukan intervensi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapi air

putih berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah sesaat pada pasien
9

DM Tipe 2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah

variabel dan tempat penelitiannya, penelitian ini menggunakan teknik

perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (terapi air

putih) sedangkan penelitian diatas menggunakan teknik perlakuan antara

kelompok kontrol (terapi OHO) dengan kelompok intervensi yang diberi

terapi infused water dan OHO pada penderita diabetes tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Mulyorejo.

2. Menurut hasil penelitian Elmatris Sy, Esy Afrianti, Nelwati Bahri, Yuniarti

(2012) yang berjudul “Efek hidroterapi pada penurunan kadar gula darah

sesaat terhadap penderita diabetes melitus tipe 2”. Metode penelitian ini

adalah quasi eksperimen dengan pendekatan control group design with pretest

and posttest dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non

probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Total responden

adalah 27 orang, 15 responden untuk kelompok kontrol dan 12 orang

kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurang dari

separuh (40%) responden yang mengalami penurunan kadar gula darah

sesaat (KGDS) setelah pemberian terapi oral, dan didapatkan semua

responden (100%) mengalami penurunan KGDS setelah diberikan terapi

oral dan hidroterapi. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

hidroterapi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang diberi terapi oral,

ini terlihat terdapatnya perbedaan yang signifikan dengan p = 0,00 (p<0,05)

dari rata-rata kadar gula darah sesaat (KGDS) antara kelompok intervensi

(pemberian terapi oral dan hidfroterapi) dan kelompok kontrol (hanya

pemberian terapi oral). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas

adalah variabel dan tempat penelitiannya. Penelitian ini menggunakan


10

teknik perlakuan antara kelompok kontrol (terapi oral) dengan kelompok

intervensi (terapi oral dan hidroterapi), sedangkan penelitian diatas

menggunakan teknik perlakuan antara kelompok kontrol (terapi OHO)

dengan kelompok intervensi yang diberi terapi infused water dan OHO pada

penderita diabetes tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo.

3. Penelitian Elisnawati Ambarita (2011) yang berjudul efektivitas minum air

putih setiap pagi terhadap konstipasi pada pasien stroke di ruang RA4

RSUP H. Adam Malik Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien stroke yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan

jumlah sampel 26 orang (13 orang untuk masing-masing kelompok).

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Juli sampai dengan 8 Oktober

2010. Desain penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan pengambilan

sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpul dengan

menggunakan kuesioner demografi dan observasi konstipasi menggunakan

instrumen konstipasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan

menggunakan uji Independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan konstipasi yang signifikan antara kelompok terapi

air putih dengan kelompok yang tidak diberikan terapi air putih (p = 0,08 ;

p > 0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah variabel

dependen dan tempat penelitiannya. Variabel dependen penelitian di atas

adalah kadar gula darah penderita diabetes mellitus dan tempat penelitiannya

di wilayah kerja Pusekesmas Mulyorejo.

4. Berdasarkan tesis Lindawati Farida Tampubolon (2008) yang berjudul

pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RS

Sembiring Delitua Deliserdang. Penelitian menggunakan desain quasy


11

experimental dengan post-test only with control group. Responden berjumlah 50

orang (25 orang untuk masing-masing kelompok). Kelompok intervensi

mendapat terapi air melalui pemberian minum 1,5 liter air putih pada pagi

hari segera setelah bangun tidur, dilanjutkan dengan minum sesuai

kebutuhan cairan per hari (50cc/kg/BB), waktunya sesuai dengan keinginan

pasien. Kelompok kontrol tidak mendapatkan terapi air 1,5 liter, tetapi

diberi minum seperti biasa sesuai keinginan pasien dengan jumlah masukan

cairan minimal per hari sebanyak 50cc/kg/BB. Hasil penelitian

menunjukkan terapi air berpengaruh terhadap frekuensi defekasi pasien

konstipasi dan waktu terjadinya defekasi. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian di atas adalah variabel dependen dan tempat penelitiannya.

Variable dependent penelitian di atas adalah kadar gula darah penderita diabetes

mellitus dan tempat penelitiannya di wilayah kerja Pusekesmas Mulyorejo.

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diah Indriastuti (2008) yang

berjudul hubungan antara terapi minum air putih dengan penurunan nyeri

dysmenorrhea pada remaja putri di Panti Asuhan Nurul Huda Az-Zuhdi

Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang. Metode penelitian yang

digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan quasy experiment terangkai

dengan design one group pre and post test design without group control. Responden

didapatkan menggunakan teknik purposive sampling. Responden terbanyak

adalah usia remaja pertengahan sejumlah 54,4%. Nyeri sedang memiliki

jumlah responden terbesar sebanyak 45,45% sebelum diberikan terapi

minum air putih. Setelah diberikan terapi minum air putih, karakteristik

tidak nyeri adalah jumlah terbanyak sebesar 59,1%. Analisa Run-Test

membuktikan bahwa terapi minum air putih berhubungan dengan


12

penurunan skala nyeri dysmenorrhea dengan p value 0,05 dan nilai z kritis

0,0885. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel

dependen dan tempat penelitiannya. Variable dependent penelitian di atas

adalah kadar gula darah penderita diabetes mellitus dan tempat penelitiannya

di wilayah kerja Pusekesmas Mulyorejo.

1.6 Batasan Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis efektivitas terapi infused water terhadap

penurunan kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita diabetes mellitus tipe

2. Batasan penelitiannya yaitu :

1. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besar diderita.

Sekitar 90% hingga 95% penderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling

sering diderita oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan

cenderung semakin parah secara bertahap. Responden penelitian ini adalah

penderita diabetes mellitus tipe 2 yang bersedia menjadi responden dan sudah

menandatangi surat persetujuan (inform consent).

2. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan responden di wilayah kerja

Puskesmas Mulyorejo.

3. Penelitian ini adalah efektivitas terapi infused water terhadap penurunan

kadar gula darah 2 jam post pradial pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai