KELAS :A
2018
1
I. PENDAHULUAN
2
sel goblet yang biasanya terdapat pada kulit, saluran pernafasan serta saluran
pencernaan yang berfungsi untuk melapisi bagian luar tubuh. (Asakawa, 1970).
Pada saluran pencernaan, mukus sangat membantu melindungi pencernaan
dan melindungi lapisan luar dari usus, lambung dan organ yang berfili lainnya dari
zat korosif (asam lambung) terhadap infeksi bakteri dan virus. Mukus
mengandung substansi seperti imunoglobulin, lisozym, C-reactive protein
serta lektin. Substansi tersebut sangat penting untuk pertahanan penyakit maupun
lingkungan yang tidak menguntungkan. Bahkan pada organ yang sama, jenis
serta jumlah sel mukus juga dapat berbeda yang disebabkan karena kandungan
glikoprotein penyusun mukusnya tidak sama. (Purbomartono, dkk., 2004)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk
melakukan berkaitan mengenai uji gastroprotektif ekstrak daun widuri (Calotropis
gigantea) pada tikus gastritis yang diinduksi aspirin.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1) Bagaimana gambaran histopatologi lambung yang diberikan ekstrak daun
widuri (Calotropis gigantea) dan diinduksi aspirin terhadap tikus putih (Rattus
norvegicus) ?
1.3 Tujuan
1) Untuk menganalisis gambaran histopatologi nekrosis lambung yang di
berikan ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) dan diinduksi aspirin
pada tikus putih (Rattus norvegicus)
2) Untuk menganalisis gambaran histopatologi degenerasi lambung yang di
berikan ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) dan diinduksi aspirin
pada tikus putih (Rattus norvegicus)
1.4 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat aktivitas gastroprotektif ekstrak daun widuri (Calotropis
gigantea) pada tikus gastritis yang diinduksi aspirin.
H1 : Terdapat aktivitas gastroprotektif ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea)
pada tikus gastritis yang diinduksi aspirin.
3
1.5 Manfaat Penelitian
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Aspirin
Khasiat lain yang dimiliki asetosal pada penggunaan dosis kecil adalah
sebagai anti platelet yang berfungsi mengurangi terjadinya infark miokard
pada orang dengan resiko tinggi misalnya stroke atau ischemia cerebral,
sehingga asetosal diproduksi dengan dosis sediaan 80 dan 160 mg/tablet
dengan aturan pakai 1 tablet/hari. (Annuryanti,2013)
5
Pemakaian aspirin dalam waktu jangka panjang dpat mempengaruhi
cedera mukosa yang lebih rendah, dibandingkan dengan pemakaian akut,
karena mukosa lambung telah beradaptasi dan menjadi lebih resisten
terhadap aspirin. Respons adaptif juga dapat mencakup terjadinya
penurunan infiltrasi sel-sel radang netrofil dan proliferasi epitel yang
luas. Aspirin menginduksi kerusakan mukosa lambung melalui efek
toksiknya yang sangat menurunkan pertahanan mukosa lambung. Secara
fisikokimiawi aspirin diserap dengan cepat dan terakumulasi pada
mukosa sehingga menyebabkan perekat pada mukosa lambung mengalami
kerusakan. (Lintong, 2013)
Efek samping aspirin pada saluran cerna yang sering terjadi adalah
nyeri epigastrium, mual, muntah, dan selalu ada perdarahan mikroskopik.
Kekambuhan gejala ulkus peptikum dan perdarahan saluran cerna dapat
2.2 Lambung
7
berbentuk corong dengan perluasan kerucut, pada sambungan dengan badan
disebut pyloric antrumdan batang corongnya disebut pyloric canal. Bagian akhir
Gambar 2.2 Anatomi eksternal dan internal lambung mamalia. (Tortora dan
Grabowski 1996)
Lambung memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi pencernaan dan fungsi
motorik. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan pencernaan
protein, sintesis dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Selain mengandung sel-sel
yang mensekresi mukus, mukosa lambung juga mengandung dua tipe kelenjar
tubular yang penting yaitu kelenjar oksintik (gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar
oksintik terletak pada bagian corpus dan fundus lambung, meliputi 80% bagian
proksimal lambung. Kelenjar pilorik terletak pada bagian antral lambung. Kelenjar
oksintik bertanggung jawab membentuk asam dengan mensekresikan mukus, asam
8
2.2.3 Penyakit – penyakit Yang Menyerang Lambung
Penyakit lambung adalah salah satu penyakit yang tidak boleh di sepelehkan,
karna jika di biarkan terus – menerus dan tidak di tangani akan mengakibatkan
kematian. Beberapa jemis penyakit yang menyerang lambung, antara lain Gastritis
Akut Erosif, Gastritis Kronis, Dispepsia, Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD). Ulkus Peptikum, Karsinoma/kangker Lambung, dan Hyperacidity.
(Akmal,2014). Pada penelitian ini saya berkeinginan untuk melakukan penelitian
tentang penyakit gastritis
2.2.3.1 Gastritis
9
mudah didapatkan di Indonesia, Filipina, Kamboja, Malaysia, Thailand,
Srilanka, India dan China. Tanaman ini dikenal dengan tanaman obat
dengan kulit akar, bunga, getah dan daun yang memiliki khasiat berbeda
- beda, dan memiliki yang buah berisi serat-serat halus seperti sutera yang
melekat pada setiap bijinya. (Sukardan,2016)
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Magnoliophyta
3. Kelas : Magnoliopsida
4. Order : Gentianales
5. Keluarga : Apocynaceae
6. Genus : Calotropis
7. Jenis : gigantea
8. Nama binomial : Calotropis gigantea (L.) W.T.Aiton
Calotropis gigantea adalah semak besar atau pohon kecil, tingginya sekitar 4–
10m tinggi. Batangnya tegak, hingga 20 cm. Dedaunan berbentuk elips, dengan
ukuran 9 – 20 cm × 6 – 12,5 cm tapi bertangkai pendek. Bunga berdiameter 5 –
12,5 cm. Tangkai bunga adalah 5–12 cm; tangkai dari bunga individu
10
panjangnya 2,5 – 4 cm. Lobus sepal secara luas berbentuk telur dengan
ukuran 4 - 6 mm × 2 - 3 mm. Kelopak 2,5 - 4 cm diameter. Ini memiliki
kelompok bunga lilin yang baik warna putih atau lavender. Setiap bunga terdiri
dari lima kelopak runcing dan "mahkota" kecil dan elegan yang muncul dari atas
pusat, yang memegang benang sari. Tanaman itu berbentuk oval, ringan daun
hijau dan batang susu. Lobus petal secara luas pengukuran segitiga 10–15 mm × 5
– 8 mm; mereka berwarna ungu pucat dan krim yang menuju ke arah ujung.
Tanaman Calotropis ini tahan terhadap kekeringan, toleran garam yang relatif
tinggi derajat, tumbuh liar hingga 900 meter (MSL) sepanjang negara. Tanaman
ini adalah salah satu jenis tanaman yang tidak dikonsumsi oleh hewan
penggembalaan. (Aarti,C, 2014)
11
2.4 Tikus Putih (Rattus norvigicus)
Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih”
adalah hewan yang paling sering digunakan sebagai model atau hewan percobaan
dalam penelitian biomedis. Pemilihan umur hewan coba sangat penting karena
menentukan arah penelitian. (Fitria, 2015)
Dalam penelitian kali ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus), tikus
putih sudah terkenal sebagai hewan percobaan ( hewan model ) karena murah, cepat
berkembang biak, interval kelahiran pendek, jumlah anak per kelahiran tinggi, sifat
anatomisnya dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik, lebih dari 90% dari
semua hewan uji yang digunakan didalam penelitian adalah binatang pengerat,
12
terutama tikus putih (Rattus norvigicus) hal ini di karenakan secara biomedis, genetic
kebutuhan nutrisi, metabolism, biokimianya antara manusia dan tikus putih tersebut
mempunyai banyak sekali kemiripan. (Rahmalia,2011)
Klasifikasi tikus putih dalam susanti (2015), menurut (Mark, 2005), adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentai
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus
Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan
tertentu antara lain galur Sprague-Dawley yang berwarna albino putih, berkepala
kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya; galur wistar ditandai
dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek; dan galur Long Evens yang
lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan dan
tubuh bagian depan (Pramono, 2005).
13
Gambar 2.4 Tikus putih (Rattus novergicus) Animal Spraque Dawley (1980)
Dibawah ini adalah anatomi dan morfologi dari tikus, menurut Suckow (2001)
14
Tikus tidak memiliki apendiks.
15
III. METODE PENELITIAN
16
diletakkan diatas sangkar. Kotoran tikus dibersihkan setiap hari sekali untuk
menghindari stress.
3.3.2.1. Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Federeer yaitu : (t-1) (n-1 )≥ 15
Keterangan :
t = Jumlah Perlakuan
n = Ulangan
kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka untuk
mengeluarkan perkolatnya. Ditambahkan lagi n-heksan sebanyak 300 ml pada
residu dan proses di atas diulang tiga kali hingga perkolat yang keluar tidak
berwarna lagi. Residu dikeluarkan dan dikering-anginkan. Setelah kering
residu dimasukkan ke dalam perkolator yang telah dilapisi kapas bebas lemak,
ditambah dengan metanol 300 ml dan didiamkan selama 24 jam. Perkolat
dikeluarkan lalu metanol sebanyak 200 ml ditambahkan lagi ke dalam
17
perkolator dan proses di atas diulang hingga 3 kali. Semua perkolat yang
diperolah kemudian disatukan dan pelarutnya diuapkan dengan menggunakan
rotary evaporator. Hasil yang diperoleh berupa zat berbentuk pasta berwarna
hitam kecoklatan.
Penyiapan dan aplikasi larutan ekstrak daun Widuri pasta hasil ekstrak
dilarutkan dalam larutan Sandovit dalam akuades (1:50 v/v) karena pasta tidak
larut dalam akuades saja. Sandovit adalah suatu bahan pembasah dan perata
komersial dengan bahan aktif alkilaril poligikol eter. Konsentrasi ekstrak daun
widuri yang disiapkan adalah 5;10;20;40;80;160;320 % yang digunakan
sebagai larutan induk. Larutan ekstrak sebanyak 1 ml dari masingmasing
konsentrasi di atas dicampur dengan 9 ml medium (yakni AKD dengan
dekstrosa diganti sukrosa) steril yang hangat (500C) sehingga didapatkan
konsentrasi akhir ekstrak dalam medium adalah 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 8,0; 16,0;
32,0%. Untuk medium kontrol (tanpa ekstrak) maka hanya akuades atau
larutan Sandovit yang ditambahkan ke medium dengan rasio seperti di atas.
Jadi ada dua medium kontrol, yakni kontrol akuades dan kontrol Sandovit.
(Sulaksono,2002)
18
5) Kelompok ketiga (K3) terdiri dari 5 ekor tikus putih yang diberikan
aspirin dengan dosis 500 Mg/Kg BB selama 5 hari dan dilanjutkan
pemberian ekstrak daun widuri kosentrasi 70% secara peroral selama
5 hari. Dan diberikan diberikan CMC Na 1% dan Sukraflat 1%
peroral
19
bawah mikroskop. Standarisasi pemeriksaan preparat histopatologi organ lambung.
Pemeriksaan preparat histopatologi lambung masing-masing dilakukan 5 lapang
pandang mikroskop, masing-masing pada pembesaran 100x dan 400x. Perubahan
histopatologi yang diamati berupa adanya nekrosis dan infiltrasi sel radang.Variabel
perubahan histopatologi lambung yang diamati kemudian diskoring sebagai berikut :
20
K(0) K(1) K(2) K(3) K(4)
Sampel Organ
Analisis Data
21