Anda di halaman 1dari 3

A.

PENDAHULUAN
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). (Emmy
Sahara: 2011). Aspirin juga merupakan terapi antiplatelet standar untuk penyakit
jantung dan pembuluh darah. (Ema P. Yunita, dkk: 2015).
Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika
terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia. Awal mula penggunaan aspirin
sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan
willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa ini kemudian
dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang
dikenal saat ini. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet.
Sebelumnya, obat ini diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Selain berfungsi
sebagai analgetik, aspirin juga digunakan sebagai antiplatelet untuk terapi stroke.
Aspirin bekerja dengan menghambat pembentukan tromboksan yang merupakan
senyawa yang berperan dalam pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan,
maka terjadi hambatan pembekuan darah. Hambatan dalam proses pembekuan darah
diharapkan dapat melancarkan aliran darah menuju otak yang tersumbat. Untuk terapi
stroke, aspirin diberikan dalam dosis rendah. Hal ini dikarenakan pada pemberian
dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan yang tentunya akan
memperparah kondisi pasien. (Emmy Sahara: 2011).
B. Tujuan Penelitian
Untuk menambah wawasan mengenai aspirin agar dapat di aplikasikan pada
saat praktek mengenai aspirin.
C. Dasar Teori
a. Pengertian Aspirin
Asam asetilsalisilat atau banyak dikenal sebagai aspirin adalah turunan
salisilat yang merupakan prototype obat antiinflamasi non steroid (non steroid
anti-inflammatory drugs = NSAIDs). (Nuzul Wahyuning Diyah, Siswandono:
2014). Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salsilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam, antiinflamasi (peradangan). Aspirin
juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam
tempo lama untuk mencegah serangan jantung. (Emmy Sahara: 2011).
b. Mekanisme Kerja Aspirin
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan daya absorbsi
70% dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi
dalam usus halus bagian atas. Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh. Salisilat segera menyebar ke seluruh tubuh dan
cairan transeluler setelah diabsorbsi. Kecepatan absorbsi tergantung dari
kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung. Salisilat dapat ditemukan dalam cairan sinovial, cairan
spinal, liur dan air susu. Kadar tertingggi dicapai kira-kira 2 jam setelah
pemberian (Wimana, 1995). Sediaan OAINS memiliki aktivitas penghambat
radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin dari asam
arakhidonat melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase (Nadi, 1992).
Berbeda dengan OAINS lainnya, AAS merupakan inhibitor irreversibel
siklooksigenase (COX) (Kartasasmita, 2002).
Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena adanya noksi akan
membebaskan berbagai mediator substansi radang. Asam arakhidonat mulanya
merupakan komponen normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid dan
dibebaskan dari sel penyimpan lipid oleh asil hidrosilase sebagai respon adanya
noksi. Asam arakidonat kemudian mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur
siklooksigenase yang membebaskan prostaglandin, prostasiklin, tromboksan. Alur
lipoksigenase yang membebaskan leukotrien dan berbagai substansi seperti
HPETE (Hydroperoxieicosatetraenoic) (Mansjoer, 2003). Prostaglandin yang
dihasilkan melalui jalur siklooksigenase berperan dalam proses timbulnya nyeri,
demam dan reaksi-reaksi peradangan. Selain itu, prostaglandin juga berperanan
penting pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi
berbagai organ. Pada selaput lendir saluran pencernaan, prostaglandin berefek
protektif dengan meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis,
osmotis, termis atau kimiawi. Karena prostaglandin berperan dalam proses
timbulnya nyeri, demam, dan reaksi peradangan, maka AAS melalui
penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase mampu menekan gejala-gejala
tersebut. Enzim ada dalam dua bentuk (isoform), yaitu siklooksigenase-1(COX-1)
dan siklooksigenase-2(COX-2). COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
mengkatalisis pembentukan prostonoid regulatoris pada berbagai jaringan,
terutama pada selaput lendir saluran pencernaan, ginjal, platelet dan epitel
pembuluh darah. COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat diinduksi, seperti bila ada
stimulasi radang mitogenesis atau onkogenesis terbentuk prostonoid yang
merupakan mediator radang (Mok dan Kwan, 2002 ; Tarnawski dan Caves, 2004).
c. Efek Samping Aspirin
Aspirin merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase secara tidak selektif, sehingga selain menghambat pembekuan
darah, aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah satu faktor
pelindung dinding saluan cerna. Oleh karenanya, aspirin harus diminum sesudah
makan agar tidak mengiritasi lambung dan dihindari penggunaannya pada pasien
dengan tukak lambung berat. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk pasien
dengan penyakit asma karena aspirin mempunyai efek samping bronkospasme
(penyempitan pada saluran pernafasan) yang dapat memperparah asma yang
diderita pasien. Jadi, pasien asma yang mengalami stroke dapat menggunakan
sntiplatelet lain, misalnya klopidogrel, dipiridamol, tiklopidin, atau silostazol
dengan tetap memperhatikan peringatan, kontraindiksi dan efek samping dari
masing-masing obat. (Emmy Sahara: 2011).

Daftar Pustaka:
Ema P. Yunita, dkk, Resistensi Aspirin pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner dengan Hipertensi, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 4 No. 1, 2015.
Nuzul Wahyuning Diyah, Docking Molekul dan Sintesis Turunan Asam
Bezoil, Salisilat Tersubstitusi Klor sebagai Penghambat Siklooksigenase-2,
Berkala Ilmiah Kimia Farmasi, Vol. 3 No. 1, 2014.
Emmy Sahara, Analisis Kuantitatif Aspirin dalam Tablet dengan Titrasi
Asam Basa, Universitas Udayana, 2011.

Anda mungkin juga menyukai