Dispepsia
1. Definisi
Dispepsia berasal dari Bahasa Yunani yaitu dys (bad = buruk) dan peptein
Dispepsia merupakan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa
penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Penyebab
Sindrom atau keluhan didasari oleh berbagai penyakit, termasuk juga didalamnya
penyakit yang mengenai lambung atau yang dikenal sebagai penyakit maag
(Djojodiningrat, 2006).
2. Penatalaksanaan Dispepsia
mengetahui semua gejala dispepsia untuk mengetahui masalah utama yang terjadi
pada pasien. Tujuan dari penatalakasanaan dispepsia ini untuk mengendalikan gejala
tidak hanya mencegah kematian, tetapi juga menolong kehidupan. Pasien dispepsia
3.1.1 Antasid. Mudah didapat dan murah dengan cara kerja menetralisir asam
lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na bikarbonat,
mengurangi rasa nyeri. Dosis yang digunakan 1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari dan
sebelum tidur atau bila diperlukan. Suspensi: 5 mL, 3-4 kali sehari.
3.1.2 Antikolinergik. Kerja obat ini tidak spesifik. Pirenzepin, bersifat agak
sekresi asam lambung 28-43%. Dosis yang diberikan 50 - 150 mg per hari dalam
dosis terbagi. Pada umumnya pada umumnya 50 mg 2 kali sehari, pagi dan malam
organik atau esensial seperti tukak lambung. Adapun contoh obatnya : (a) simetidin
digunkan untuk menangani beberapa kondisi akibat produksi asam lambung yang
antagonist ini juga dapat mengobati iritasi pada lambung yang disebabkan oleh
2 kali sehari (pagi setelah makan dan malam sebelum maka). (b) Ranitidin digunakan
untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan
dan bekerja dengan menurunkan kadar asam berlebihan yang diproduksi oleh
lambung sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung perlahan-lahan akan
3.1.4 Penghambat pompa asam (Proton pumo inhibitor (PPI)). Obat ini
mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung. Adapun contoh obatnya : (a) omeperazol degan dosis yang digunakan 20
mg - 40 mg per hari digunkan untuk mengobati beberapa kondisi, yaitu nyeri ulu hati,
penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD), dan infeksi H.
Pylori yang menyebabkan tukak lambung. (b) lansoprazol 15-60 mg per hari, dapat
digunakan untuk mengatasi gangguan pada sistem pencernaan akibat produksi asam
lambung yang berlebihan serta meredakan gejala akibat naiknya asam lambung
seperti nyeri ulu hati. (c) pantoprazol 15-60 mg bekerja dengan cara menghentikan
produksi asam berlebihan oleh sel-sel yang terdapat di dalam lapisan lambung dan
tukak lambung.
sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. berfungsi
menurunkan kadar asam di dalam lambung. Selain itu, obat ini dapat meningkatkan
kadar lendir dan bikarbonat di dalam lambung. Lendir dan bikarbonat berguna untuk
melindungi lambung dan usus dari asam, dosis yang diginakan 800 mcg sehari (dalam
2-4 dosis terbagi) dengan sarapan pagi dan sebelum tidur malam.
3.1.6 Golongan prokinetik. Domperidon diberikan dosis 10-20 mg tiap 4-8 jam,
dengan berat di bawah 60 kg) 3 kali sehari adalah contoh golongan ini. Keduanya
bersifat cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
3.2.1 Diet memiliki peranan yang terpenting. Pada garis besarnya yang
dipakai adalah cara pemberian diet seperti yang diajukan oleh Sippy 1915 hingga
dikenal pula Sippy Diet. Sekarang lebih dikenal dengan diit lambung yang sudah
disesuaikan dengan masyarakat Indonesia. Dasar diet ialah makan sedikit berulang
kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang
dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang dan kemungkinan dapat
menetralisir asam HCl. Pemberiannya dalam porsi kecil dan berulang kali. Dilarang
3.2.2 Atur pola makan. Mengatur pola makan seteratur mungking dengan tepat
kentang, melon, semangka, dan lain-lain), menghindari makanan yang terlalu pedas,
dan lain-lain).
kebugaran. Olahraga juga merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi
stress. Olahraga juga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme
kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta
stress.
aspirin, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk
dapat membantu mengurangi kecemasan, jaga kondisi tubuh agar tetap sehat, cari
DAFTAR PUSTAKA
Djojoningrat D., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Dispepsia Fungsional,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Djojoningrat, D., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Dispepsia Fungsional,
Jilid I, Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing.
Loyd, R. A., McClellan, D. A., 2011. Update on the Evaluation and Management of
Functional Dyspepsia. American Family Physician, 548- 552.
Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Edisi Ketiga., Jakarta.:
488-491
B. Ulkus Peptikum
1. Definisi
indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum
2009). Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas
di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan otot
dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung
2. Penatalaksana
tergantung pada ukuran ulkus. Ulkus lambung yang besar dan kecil bisa sembuh
dalam waktu yang relatif sama jika terapinya efektif. Ulkus yang besar memerlukan
lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor
H2 pada sel parietal lambung. Bila histamin berikatan dengan H2 maka akan
dihasilkan asam. Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor
digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan. Efek samping obat
golongan ini yaitu diare, sakit kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot dan konstipasi
kerja PPI adalah memblokir kerja enzim KH ATPase yang akan memecah KH ATP
akan menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli
menimbulkan kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor karsinoid pada
disfungsi hati berat, tanpa penyesuaian dosis pada penyakit liverdan penyakit ginjal.
Pantoprazol 40 mg/hr dan Esomeprazol 20-40 mg/hr (Lacyet dkk, 2008). Inhibitor
pompa proton memiliki efek yang sangat besar terhadap produksi asam. Omeprazol
Hoogerwefh, 2008). Efek samping obat golongan ini jarang, meliputi sakit kepala,
diare, konstipasi, muntah, dan ruam merah pada kulit. Ibu hamil dan menyusui
oleh asam, hidrolisis proteinmukosa yang diperantarai oleh pepsin turut berkontribusi
terhadap terjadinya erosi danulserasi mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh
sulkrafat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni stimulasi produksi lokal
Dosis sulkralfat 1gram 4x sehari atau 2gram 2x sehari. Efek samping yang sering
dilaporkan adalah konstipasi, mual dan mulut kering (Berardi dan Lynda, 2005).
membentuk lapisan bersama protein pada dasar ulkus dan melindungi terhadap
rangsangan pepsin dan asam. Dosis obat 2 x 2 tablet sehari. Efek samping, berwarna
penangkal terjadinya ulkus peptikum pada pasien yang menggunakan OAINS. Dosis
4 x 200mg atau 2 x 400 mg pagi dan malam hari. Efek samping diare, mual, muntah,
dan menimbulkan kontraksi otot uterus sehingga tidak dianjurkan pada wanita yang
(kondisi penyakit bertambah parah) pada pasien yang menderita penyakit radang
3.1.5 Antasida. Antasida Pada saat ini antasida digunakan untuk menghilangkan
keluhan nyeri dan obat dispepsia. Mekanisme kerjanya menetralkan asam lambung
3.2 Terapi Farmakologi. Pada ulkus peptik terapi secara non - farmakologi
3.2.1 Istirahat. Istirahat Secara umum pasien ulkus dianjurkan pengobatan rawat
jalan, bila kurangberhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap.
Penyembuhan akan lebih cepatdengan rawat inap walaupun mekanismenya belum
stress dan penggunaan analgesik. Stress dan kecemasan memegang peran dalam
3.2.2 Diet. Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung
susu tidak lebih baik daripada makanan biasa, karena makanan halus akan
asam dapat menimbulkan rasa sakit pada beberapa pasien ulkus dan dispepsia non
mempunyai efek yang merugikan. Air jeruk yang asam, coca-cola, bir, kopi tidak
sekresi asam dan belum jelas dapat menghalangi penyembuhan ulkus dan sebaiknya
Lacy, C.F, dkk. 2009, Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for
I. Jakarta: EGC
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M.,
Syam, A.F., (eds). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
Soll, S.H, Graham D.Y., 2009. Peptic Ulcer Disease. Dalam: Yamada, T., (ed).
Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. , Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Ilmu Dalam Edisi V