Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRAKTIKUM

COMPOUNDING AND DISPENSING


“SWAMEDIKASI”

Disusun oleh:
Profesi Apoteker XXXIII
KELOMPOK 1-B

MERISA SETYARA (1720333643)


MORIS RAHMAT A. (1720333644)
NABILA KARSAN (1720333645)
NADYA AGUSTINA (1720333646)
NIKEN CLAUDYA E. (1720333647)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam


penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu
agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai
salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi
(drug informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif
aman digunakan untuk pengobatan sendiri (Anonim, 2006).
Menurut Ikatan Apoteker Indonesia (2010), swamedikasi adalah usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya terkait sediaan farmasi,
yang mana di dalam menentukan keputusannya dilakukan sendiri atau dengan
bantuan orang lain. Dalam membantu penentuan keputusan agar jalannya
swamedikasi berjalan optimal, apoteker harus melakukan tindakan profesi yang
dinamakan konseling yang melibatkan evidence based practice.
Mengoptimalkan pengunaan obat pada swamedikasi ditujukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dengan resiko yang paling ringan, dengan tetap
melibatkan kaidah-kaidah layanan yang profesionalisme. Swamedikasi yang
optimal adalah swamedikasi yang menggunakan sediaan farmasi secukupnya dan
tidak berlebihan, sehingga rasio manfaat dibanding kerugian yang ditimbulkan
akibat swamedikasi sangat besar, juga yang merupakan hal penting adalah tidak
mengganggu diagnosa bila pasien dirujuk.
Pada umumnya terdapat 4 tepat 1 waspada pada pengobatan rasional, yaitu
tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap efek
samping obat. Pada penerapan Evidence Based Practice Farmasi pada
swamedikasi setidaknya ditambah dengan waspada terhadap bahaya
perkembangan penyakit. Dengan lebih waspada terhadap bahaya perkembangan
penyakit, diharapkan semua resiko dapat diantisipasi dengan baik. Tindakan
swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional. Penggunaan
obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang tepat dengan

1
keadaan kliniknya, dalam dosis yang sesuai dengan keadaan individunya, pada
waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau bagi pasien dan komunitasnya.

A. Definisi
Gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung,
yang bisa disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Di dalam lambung
terdapat enzim-enzim pencernaan seperti pepsin, asam lambung dan mucus
untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi ketidakseimbangan
diantara faktor tersebut misal asam yang berlebih atau mucus yang berkurang,
maka dapat mengiritasi dinding lambung sehingga terjadi proses peradangan
(Gastritis).
Seperti kita ketahui, lambung adalah organ pencernaan dalam tubuh
manusia yang berfungsi untuk menyimpan makanan, mencerna dan kemudian
mengalirkan ke usus kecil. Pada kasus akut, gejala yang sering muncul
biasanya adalah nyeri di ulu hati, mual, muntah, tidak nafsu makan, kembung,
penurunan berat badan, perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas
yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan. Sedangkan yang
kronis biasanya tanpa gejala kalaupun ada hanya sakit yang ringan pada perut
bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
Maag adalah kelebihan kadar asam lambung hingga menyebabkan
perasaan terbakar di ulu hati. Ini sering kali terjadi akibat makan makanan
berlemak atau akibat terlalu banyak minum alkohol. Keadaan ini
menyebabkan lambung menghasilkan asam lambung yang berlebihan, yang
menimbulkan rasa tidak enak (rasa penuh dan sebah) pada bagian lambung
atau bagian tengah dada. Kelebihan asam lambung yang berlarut-larut atau
berulang-ulang merupakan tanda peringatan untuk luka lambung atau usus.
Luka lambung atau usus sendiri merupakan luka menahun pada lambung
atau usus halus. Penyakit ini dapat diketahui dengan adanya rasa nyeri yang
menahun dang kadang-kadang menusuk pada ulu hati. Sering kali rasa nyeri
berkurang setelah penderita makan atau minum susu. Namun jika penderita
terlambat makan 2 atau 3 jam, makan makanan berlemak dan pedas, atau
meminum alkohol, serangan nyeri akan menghebat.

2
B. Penyebab Gastritis
Adapun faktor penyebab penyakit maag yaitu :
 Pola makan yang tidak teratur
 Faktor jenis makanan seperti makanan yang asam dan pedas
 Adanya penyakit seperti luka bakar, pembedahan gagal ginjal, dan lain-lain
 Alkohol dan rokok
 Serangan bakteri
 Konsumsi obat sembarangan
 Kafein
 Minuman bersoda
 Coklat
Adapun faktor pencetus lain terjadinya gastritis adalah :
 Jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan
dapat mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding
mukosa lambung.
 Stress dapat mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang dapat
merangsang sel dalam lambung yang berlebihan.
 Makanan yang teksturnya keras dan di makan dalam keadaan panas
 Mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh,
makanan pedas, makanan asam dan makanan yang mengandung gas secara
berlebih

C. Gejala Gejala Gastritis


 Mual dan sering muntah
 Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu
hati) adalah gejala penyakit maag yang sering terjadi.
 Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin.
 Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar
 Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut akibat
penyakit maag
 Kepala terasa pusing. Dan pada radang lambung dapat terjadi pendarahan.

3
D. Penatalaksanaan gastritis pada pelayanan primer
1. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya
keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi
kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau
perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
2. Konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor risiko
terjadinya gastritis.
3. Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain:
a. H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali,
Simetidin 400-800 mg/kali). Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan.
b. PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali, Lansoprazole 30 mg/kali).
Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan.
c. Antasida dosis 3x500-1000 mg/hari. Dikonsumsi 30-60 menit sebelum
makan.
4. Lama pengobatan selama 5 hari, bila dalam 5 hari tidak ada perbaikan
klinis maka harus dirujuk.

STUDI KASUS SWAMEDIKASI GASTRITIS

Bapak Santoso mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan
terbakar. Bapak Santoso mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika
epigastrium ditekan. Bapak Santoso mengeluh sering merasa mual dan muntah.
Bapak Santoso mengatakan kalau hilang selera makan dan sering merasa
kenyang. Obat apa yang bisa anda sarankan sebagai seorang farmasis.

Penyelesaian Kasus
Obat ini tersedia dalam dua bentuk, yaitu Polysilane tablet dan Polysilane
syrup suspensi. Keduanya memiliki komposisi bahan aktif yang sama untuk setiap
tablet kunyah setara dengan 5 ml (1 sedok takar) sirup suspensi yang
mengandung: Dimetilpolisiloksan 80mg, Magnesium Hidroksida (Mg(OH) 2)
200mg Aluminium Hidroksida (Al(OH)3) 200mg.
Dimetilpolisiloksan merupakan zat aktif yang bertugas untuk mengurangi
gas dalam saluran cerna. Gas-gas di lambung dan usus bisa terbentuk akibat asam

4
lambung yang tinggi, intoleransi makanan, makanan tidak tercerna sempurna,
ataupun pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Jika dibiarkan begitu saja gas yang
terkumpul akan menyebabkan kembung dan perut terasa penuh.
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida merupakan kombinasi
pas yang sering disebut sebagai antasida. Sesuai dengan namanya antasida berarti
(anti acid atau asam) yang menetralkan asam lambung yang sudah terbentuk
sehingga mampu meringankan atau bahkan mengatasi rasa sakit ulu hati akibat
iritasi asam lambung dan pepsin pada lapisan lambung. Kombinasi keduanya
memiliki efek menguntungkan, karena magnesium hidroksida memiliki efek
laksatif yang dapat mengurangi efek konstipasi aluminium hidroksida.

POLYSILANE

Indikasi : Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan


dengan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak
usus dua belas jari, dengan gejala-gejala seperti mual,
nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dengan perasan
penuh pada lambung.
Komposisi :
Dimetilpolisiloksan 80mg, Magnesium Hidroksida
(Mg(OH)2) 200mg, Aluminium Hidroksida (Al(OH) 3)
200mg / tablet, setara dengan 5 ml (1 sendok takar).
Dosis :
 Anak usia 6 -12 tahun: 3-4 kali sehari, 1/2 – 1 tablet.
Pada anak-anak lebih direkomendasikan Polysilane
syrup 1/2 – 1 sendok takar.
 Dewasa : Digunakan 3-4 kali sehari, 1-2 tablet atau
setara dengan Polysilane syrup 1 – 2 sendok takar.

5
Efek samping :  Magnesium dalam antasida dapat menyebabkan diare.
Namun efek samping ini dapat diminimalisir dengan
kandungan aluminium di dalamnya.
 Aluminium dalam obat ini berpotensi menyebabkan
sembelit. Namun hal ini dapat diminimalisir dengan
kandungan Magnesium, dengan minum banyak cairan
dan olahraga.

Kontraindikasi :  Aluminium juga dapat mengikat fosfat di dalam usus.


Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kadar fosfat
dalam tubuh, terutama pada penggunaan dosis besar dan
dalam waktu yang lama
Tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi terhadap
komponen obat. Tidak dianjurkan pemberian pada
penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, jika
dipaksakan berpotensi menimbulkan hipermagnesia
atau tingginya kadar magnesium (Mg) dalam tubuh.
Tidak direkomendasikan untuk anak-anak di bawah usia
6 tahun, kecuali dokter menganjurkannya

SWAMEDIKASI APOTEKER DAN PASIEN


Disuatu siang yang cerah dengan terik matahari yang panas, datanglah
seorang bapak dengan wajah tanpa ekspresi karena menahan sakit yang
dideritanya. Bapak tersebut datang ke Apotek Setia Farma untuk membeli obat,
dengan keluhan ulu hatinya yang terasa panas dan terbakar, nyeri yang
dirasakannya sering hilang timbul, jika perutnya ditekan. Selain itu sering merasa
mual dan muntah, hilang selera makan, dan sering merasa kenyang.
Apoteker : Selamat siang Bapak, perkenalkan saya apoteker disini. Ada yg
bisa saya bantu ?
Pasien : Siang mbak, mbak ada obat untuk nyeri ulu hati gak ?
Apoteker : Nyeri ulu hati ? iya ada pak. Maaf sebelumnya pak, kalau boleh
tahu siapa yang sakit ya pak ?

6
Pasien : Saya sendiri yang sakit. Ulu hatiku rasa panas dan terbakar mbak.
Apoteker : Kalau boleh saya tahu sakitnya bapak sudah berapa lama?
Apakah bapak sudah mengkonsumi obat sebelumnya ?
Pasien : Sudah sakit 3 hari belakangan ini sih. Kemarin itu perut saya
terasa kembung dan nyeri diperut seperti ditusuk, jadi saya dikasih
obat Gazero dan tolak angina dari anak saya. Tapi sakitnya itu
hilang terus muncul lagi. Sampai sekarang saya merasa mual dan
muntah. Setiap kali saya makan baru sedikit perut saya sudah rasa
kenyang, saya merasa mual kadang sampai muntah juga. (sambil
memegang perutnya)
Apoteker : Walah, bapak sebelum sakit apa sering makannya telat? Atau
bapak sering stress?
Bapak : Iya stress mbak gara-gara anak saya belum ada yang nikah. Jadi
di bawah pikiran terus. Gak tahu apa yang mereka mau, disuruh
nikah gak mau semuanya. Gak ada selera makan juga. Makan
malam saja sih.
Apoteker : Oh pantesan, bapak stress ditambah dengan makannya sekali
sehari makanya asam lambungnya bapak naik. Asam lambung
yang tinggi itu bisa membuat nyeri diperut, ditambah mual muntah
juga. Jadi ini saya berikan obat untuk menurunkan asam
lambungnya yaa.
Pasien : Iya mbak, obat apa itu ?
Apoteker : Ini obat Polysilane sirup harganya Rp. 19.500. Gimana pak, mau?
Pasien : Iya mbak, saya beli itu aja. Ini uangnya mbak.
Apoteker : Iya pak, ini obatnya diminum 3 kali sehari 1 sendok makan,
sebaiknya diminum ½ jam sebelum makan yaa pak.
Pasien : Harus yaa mbak diminum sebelum makan ?
Apoteker : Iya bapak, obat ini diminum sebelum makan, Biasanya pada saat
sebelum makan itu asam lambungnya naik pak, sehingga obatnya
diminum sebelum makan biar obatnya bisa menurunkan asam
lambungnya bapak agar pada saat bapak makan, bapak tidak
merasa mual apalagi muntah dan nyeri diperut. Kalau diminum

7
setelah makan bisa juga sih pak, tapi ditakutkan nanti makanan
yang bapak makan bisa keluar kembali (muntah). Jadi lebih baik
diminum 30 menit sebelum bapak makan yaa.
Pasien : Oh begitu yaa. Pulang saya langsung minum saja, udah gak tahan
sakitnya mbak.
Apoteker : Iya pak, boleh. Yang penting diminum sebelum makan yaa pak.
Bapak juga hindari stress yang berlebihan, santai aja pak. Hindari
makanan yang pedes-pedes yaa pak, jangan telat makan juga,
walaupun makannya sedikit, yang penting diisi terus biar perutnya
gak kosong. Insya Allah pasti sembuh gak sakit lagi pak.
Pasien : Iya mbak. Makasih banyak yaa.
Apoteker : Iya pak sama-sama. Semoga lekas sembuh yaa pak.
Pasien : Iya mbak. Saya permisi dulu.
Pasien pulang dengan membawa obat Polysilane.

Anda mungkin juga menyukai