Anda di halaman 1dari 128

Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta

Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang


Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG
Jl. A. Yani No. 9 Tangerang
01 Agustus – 30 September 2017

Disusun Oleh :

Antoneta Diana Nifu, S.Farm 1720333574


Bertha, S.Farm 1720333581
Dian Elizabeth Br. Panjaitan, S.Farm 1720333591
Fakhruddin, M.Farm 1720333598
Fitry Anreny, S.Farm 1720333606
Gienah Feriati, S.Farm 1720333608
Maria Imaculata Ida Corebima, S.Farm 1720333635
Nabila Karsan, S.Farm 1720333645
Niken Claudya Ecfrencylie, S.Farm 1720333647
Rizka Maulina, S.Farm 1720333673
Trie Marcory, S.Farm 1720333687
Yunartika Puspitasari, S.Farm 1720333693

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG
Jl. A. Yani No. 9 Tangerang
01 Agustus – 30 September 2017

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker


Pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Surakarta

Disetujui oleh:
Pembimbing PKPA Fakultas Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Universitas Setia Budi Pembimbing Utama

(Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt) (Dra. Didiet Etnawati., M.Si., Apt.)
NIDN. 0605057403 NIP. 1964 1102 1991 03 2 005

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

(Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

ii
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan pada tanggal 01 Agustus 2017
sampai dengan 30 September 2017.
Selama menjalani PKPA, penulis mendapatkan tambahan pengetahuan
yang bermanfaat, pengalaman, informasi, wawasan dan bimbingan dari berbagai
pihak yang berada di lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. drg. Naniek Isnaini L, M.Kes, selaku direktur utama RSU Kabupaten
Tangerang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
melaksanakan PKPA di RSU Kabupaten Tangerang.
2. Dra. Didiet Etnawati, M.Si, Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi RSU
Kabupaten Tangerang yang telah memberikan ijin dan membimbing kami
dalam pelaksanaan PKPA di RSU Kabupaten Tangerang.
3. Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing PKPA di
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.
4. Ibu Supriyani, S.Farm., Apt, selaku pembimbing di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yang telah banyak memberikan bimbingan selama
PKPA dan penyusunan laporan ini.
5. Dr. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi, Surakarta.
6. Prof. Dr. R. A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi, Surakarta.
7. Dewi Ekowati., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.
8. Seluruh staf dan karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta kerjasamanya
selama pelaksanaan PKPA.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

iii
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Penulis menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh


karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Tangerang, September 2017

Penulis

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

iv
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

DAFTAR ISI

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

v
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

DAFTAR GAMBAR

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

vi
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

DAFTAR LAMPIRAN

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

vii
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa,
yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman hidup.
Kesehatan menurut UU No. 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan
merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Salah satu sarana
kesehatan yang mendukung upaya tersebut adalah peran serta Rumah
Sakit. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan mengembangkan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan dapat dilakukan dengan cara
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan dengan cara promosi
tentang kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan baik secara
mental ataupun fisik (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan dilakukan pada fasilitas
pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
(Depkes, 2009). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah
sakit. Menurut Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

1
2

Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta


Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dilaksanakan


oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan dan
bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, terapis wicara dan tenaga keteknisan medis. Salah
satu upaya kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian. Menurut PP 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menjelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah
tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes, 2009).
Menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menjelaskan bahwa pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelanggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas
maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Pelayanan
kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga farmasi terutama
apoteker. Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki
pendidikan, keterampilan, dan keahlian di bidang farmasi, serta memiliki
hak dalam menyelenggarakan pekerjaan kefarmasian. Peran Apoteker
penting dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang ideal dengan
berorientasi kepada pasien (patient oriented). Pelayanan kefarmasian yang

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


3

Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta


Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

baik dapat memberikan dampak yang baik seperti peningkatan mutu


pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku
yang rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan
masyarakat lain.
Salah satu Rumah Sakit Pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
adalah RSU Kabupaten Tangerang. Rumah sakit pendidikan merupakan
rumah sakit yang memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian,
dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan
kesehatan secara multiprofesi. Berdasarkan kurikulum pendidikan profesi
apoteker, mahasiswa profesi apoteker melaksanakan praktek profesi yang
telah didapatkan selama menempuh pendidikan formal untuk
diimplementasikan di dalam dunia kerja sehingga membentuk apoteker
yang berkompeten.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan kegiatan
pendidikan bagi program profesi apoteker dengan melakukan praktek
secara langsung di rumah sakit sebagai salah satu bentuk pengintergrasian
kegiatan di lingkungan kerja dan pendidikan, dengan adanya praktek kerja
profesi mahasiswa dan mahasiswi dapat mencari pengalaman dan
memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya sebelum menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya di Rumah Sakit.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


C. Tujuan Umum
a. Memberikan gambaran mengenai organisasi, struktur, cara, situasi dan
kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan di bidang
farmasi sehingga mendapat gambaran mengenai fungsi, peran dan
tugas seorang apoteker.
b. Mempersiapkan pada calon apoteker untuk menjalani profesinya
secara professional, handal dan mandiri serta mampu menjawab
tantangan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


4

Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta


Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

D. Tujuan Khusus
Menghasilkan apoteker yang profesional dibidang dan tempat
kerjanya masing-masing, berjiwa pancasila, berdedikasi, jujur, dapat
dipercaya, memegang teguh peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan kode etik profesi, kreatif, inovatif, berwawasan penderita
(patient oriented), mampu sebagai sumber informasi mengenai obat
dan mempunyai tekad untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
kemandirian profesi serta citra profesi apoteker.

E. Manfaat
Manfaat kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan
mahasiswa mengenal dan memahami pelayanan farmasi rumah sakit secara
lengkap serta memperoleh pengetahuan tentang peran apoteker dalam situasi
klinis antara lain mampu memahami konsep pharmaceutical care dan mampu
berkomunikasi secara efektif dengan pasien atau tenaga kesehatan lain.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
definisi Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat
darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 39 tahun 2015 tentang
Rumah Sakit Pendidikan :
a) Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi,
pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara
multiprofesi.
b) Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi di bidang kedokteran,
kedokteran gigi, dan/atau kesehatan lain.
c) Perjanjian Kerja Sama adalah dokumen tertulis dalam hal penggunaan
rumah sakit sebagai tempat pendidikan untuk mencapai kompetensi
sebagai tenaga kesehatan.
d) Mahasiswa adalah mahasiswa kedokteran, mahasiswa kedokteran gigi,
atau mahasiswa bidang kesehatan lain sebagai peserta didik pada
pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang menjalankan
pembelajaran klinik di rumah sakit pendidikan.
e) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

5
6
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
f) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
g) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
Pengaturan mengenai Rumah Sakit Pendidikan bertujuan:
a) menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
untuk pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain dengan mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien/klien;
b) memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien/klien,
pemberi pelayanan, Mahasiswa, dosen, subyek penelitian bidang
kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain, peneliti, penyelenggara
Rumah Sakit Pendidikan, serta Institusi Pendidikan.
c) menjamin terselenggaranya pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang
kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan lain yang bermutu.
2. Tugas dan Fungsi rumah Sakit
Menurut Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk
menjalankan tugasnya, Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


7
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi


di bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
C. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan
dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
1. Rumah sakit umum, yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah Sakit Khusus, yaitu memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi rumah
sakit publik dan rumah sakit privat.
1. Rumah Sakit Publik, yaitu dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Rumah Sakit Privat, yaitu dapat dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.Rumah
sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan setelah
memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah
Sakit Pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit
pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan
profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


8
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan


kesehatan pada semua bidang jenis penyakit, yang diklasifikasikan menjadi
Kelas A, B, C dan D. Kriteria, fasilitas, dan kemampuan rumah sakit umum
meliputi Pelayanan Medik Umum (Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik
Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana),
Pelayanan Gawat Darurat 24 jam selama 7 hari, Pelayanan Medik Spesialis
Dasar (Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan
Ginekologi), Pelayanan Spesialis Penunjang Medik (Pelayanan anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi),
Pelayanan Medik Spesialis Lain (sekurang-kurangnya Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit
dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf,
Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik), Pelayanan Medik Spesialis Gigi
Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis (Subspesialis Gigi Mulut terdiri dari
Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti,
Prosthodonti dan Pedodonsi; Subspesialis Bedah Terdiri Dari Bedah Syaraf,
Bedah Plastik, Bedah Onkologi, Bedah Urologi)Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan (pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan), Pelayanan
Penunjang Klinik (Laboratorium, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi
Instrumen, dan Rehab Medik) dan Pelayanan Penunjang Non Klinik
(Laundry/Linen, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam
Kebakaran, dan Penampungan Air Bersih). Adapun penjelasan untuk masing-
masing kelas berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 56 tahun 2014,
terdiri dari:
a) Kelas A
Rumah sakit umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik
Spesialis Lain, dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis. Pelayanan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


9
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan


penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik; dan pelayanan rawat
inap. Rumah sakit Kelas A memiliki tempat tidur minimal 400 buah.
Tenaga medis Rumah Sakit Kelas A meliputi 18 (delapan belas)
dokter umum untuk pelayanan medik dasar; 4 (empat) dokter gigi umum
untuk pelayanan medik gigi mulut; 6 (enam) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar; 3 (tiga) dokter spesialis
untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang; 3 (tiga)
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain; 2
(dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: 1 (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; 5 (lima) apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian; 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu)
apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang
dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu)
apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit; dan 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


10
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b) Kelas B
Rumah sakit umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik
Spesialis Lain, dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar (Subspesialis
Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi,
Periodonti, OrTahunodonti, ProsTahunodonti Dan Pedodonsi;
Subspesialis Bedah Terdiri Dari Bedah Syaraf, Bedah Plastik) (Anonim,
2014a). Pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik; dan
pelayanan rawat inap.
Tenaga medis Rumah Sakit Kelas B meliputi 12 (dua belas) dokter
umum untuk pelayanan medik dasar; 3 (tiga) dokter gigi umum untuk
pelayanan medik gigi mulut; 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis dasar; 2 (dua) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang; 1 (satu) dokter
spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain; 1 (satu)
dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis;
dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut. Rumah sakit Kelas B memiliki tempat tidur minimal
200 buah.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: 1 (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; 4 (empat) apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan)
tenaga teknis kefarmasian; 4 (empat) apoteker di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu)
apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2
(dua) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang
dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu)
apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


11
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau


rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit; dan 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
c) Kelas C
Rumah sakit umum Kelas C harus memiliki fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik (Anonim, 2014a).
Pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik; dan
pelayanan rawat inap. Rumah sakit Kelas C memiliki tempat tidur
minimal 100 buah.
Tenaga medis Rumah Sakit Kelas C meliputi 9 (sembilan) dokter
umum untuk pelayanan medik dasar; 2 (dua) dokter gigi umum untuk
pelayanan medik gigi mulut; 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar; 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis penunjang; 1 (satu) dokter spesialis
untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain; dan 1 (satu) dokter
gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: 1 (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; 2 (dua) apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat)
tenaga teknis kefarmasian; 4 (empat) apoteker di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian; dan 1 (satu)
apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


12
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
d) Kelas D
Rumah sakit umum Kelas D harus memiliki fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis
Dasar. Pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik; dan
pelayanan rawat inap. Rumah sakit Kelas D memiliki tempat tidur
minimal 50 buah.
Tenaga medis Rumah Sakit Kelas D meliputi 4 (empat) dokter
umum untuk pelayanan medik dasar; 1 (satu) dokter gigi umum untuk
pelayanan medik gigi mulut; dan 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis dasar.
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: 1 (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; 1 (satu) apoteker yang
bertugas di rawat jalan dan rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 4
(empat) tenaga teknis kefarmasian; dan 1 (satu) apoteker sebagai
koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
D. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi adalah struktur yang menggambarkan pembagian
tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab Rumah Sakit.
Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup
penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan
bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.
Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi Farmasi Rumah Sakit diatur

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


13
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

menurut kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal
ini menjelaskan bahwa pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
minimal terdiri dari kepala IFRS, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan
farmasi klinik dan manajemen mutu.
Berdasarkan Kemenkes RI Permenkes RI No 1045 Tahun 2006,
struktur organisasi rumah sakit adalah terdiri dari:
1) Rumah Sakit Umum Kelas A
1. RSU Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat.
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang
atau 3 (tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
1. RSU Kelas B Pendidikan
RSU Kelas B ini dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama.
Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang
atau 3 (tiga) Bagian.
Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B non Pendidikan
RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut
Direktur Utama.
Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang
atau 3 (tiga) Bagian.
Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


14
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

3) Rumah Sakit Umum Kelas C


RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1 (satu) Bagian.
Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D.
RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
Masing – masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Masing – masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
E. Akreditasi Rumah Sakit
Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah
diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2004).
Berdasarkan Permenkes RI No 12 Tahun 2012 akreditasi dibedakan
atas dua yaitu :
a. Akreditasi Nasional
Penyelenggara akreditasi nasonal meliputi persiapan akreditasi, bimbingan
akreditasi, pelaksanaan akreditasi dan kegiatan paska akreditasi.
1. Persiapan akreditasi, meliputi pemenuhan standar dan penilaian mandiri
(Self Assesment).
2. Bimbingan akreditasi, merupakan proses pembinaan rumah sakit
dalam rangka meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan survei
akreditasi.
3. Pelaksanaan akreditasi, meliputi survei akreditasi dan penetapan
status akreditasi.
4. Kegiatan paska akreditasi dilakukan dalam bentuk survei verifikasi
yang hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen pelaksanaan
akreditasi. Survei verifikasi bertujuan untuk mempertahankan dan atau

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


15
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan


rekomendasi dari supervisor.
b. Akreditasi Internasional
Rumah sakit yang telah mendapatkan status akreditasi internasional
wajib melaporkan status akreditasinya kepada menteri. Akreditasi
internasional hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang sudah terakreditasi oleh International
society for quality in health care (ISQua).

F. Instalasi Farmasi di Rumah Sakit


1. Peraturan Perundangan Sebagai Dasar Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes RI Nomor 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan farmasi rumah sakit, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
merupakan unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Instalasi farmasi adalah
fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, pemeliharaan
sarana rumah sakit. Sedangkan farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek
kefarmasian yang dilakukan di suatu rumah sakit. Demikian, dapat
dikatakan bahwa IFRS adalah suatu bagian / unit / divisi atau fasilitas di
rumah sakit, tempat penyelenggara semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditunjukkan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
IFRS diatur dalam Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit pada pasal 15 ayat 3 menyatakan bahwa pengelolaan alat
kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di rumah sakit harus
dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. IFRS dipimpin oleh
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten
secara profesional. IFRS bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


16
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi


penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian
distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit,
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan
langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program
rumah sakit secara keseluruhan.
2. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016,
tugas IFRS, meliputi:
1) Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
4) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5) Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;
6) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
pelayanan kefarmasian;
7) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


17
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan


medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku;
d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit;
e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai (apabila sudah
memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat
digunakan;
m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


18
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

2. Pelayanan farmasi klinik


1. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan
obat;
2. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat;
3. Melaksanakan rekonsiliasi obat;
4. memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik
berdasarkan resep maupun obat non resep kepada
pasien/keluarga pasien;
5. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai;
6. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan
lain;
7. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
8. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO);
1. Pemantauan efek terapi Obat
2. Pemantauan efek samping Obat
3. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
9. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. Melaksanakan dispensing sediaan steril;
1. Melakukan pencampuran Obat suntik
2. Menyiapkan nutrisi parenteral
3. Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4. Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak
stabil
11. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga
kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar
Rumah Sakit;
12. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


19
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

3. Susunan Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016,
pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup
penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan
bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga
mutu. Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat menggambarkan
pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi, dan tanggung jawab
Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang
Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit minimal 3 (tiga) tahun. Selain Apoteker Instalasi Farmasi juga harus
memiliki tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan
petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan
Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.
Kepala Instalasi
Farmasi Rumah Sakit

Administrasi IFRS

Pengelolaan Pelayanan Farmasi


Manajemen Mutu
Perbekalan Farmasi Klinik

Gambar 1. Struktur Organisasi Minimal IFRS

G. Manajemen Pendukung
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung
manajemen (management support) yang meliputi organisasi, administrasi dan
keuangan, Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sumber Daya Manusia

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


20
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

(SDM). Setiap tahapan siklus manajemen obat harus selalu didukung oleh
keempat management support tersebut sehingga pengelolaan obat dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

Gambar 2. Siklus Manajemen Obat

H. Panitia Farmasi dan Terapi


1. Tujuan dan Sasaran PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah
sakit dan apoteker sebagai wakil atau sekretaris, serta tenaga kesehatan
lainnya. Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan
Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di
Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta
tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina
hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang
berhubungan/berkaitan dengan penggunaan (Anonim, 2016).
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun
apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter (Anonim,
2016).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


21
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Tujuan dari PFT yaitu:


a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf professional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan (Anonim, 2006).
Sasaran PFT :
a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
c. Mengembangkan standar terapi;
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang
rasional;
f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit (Anonim, 2016).
2. Fungsi PFT
Fungsi Tim Farmasi dan Terapi di rumah sakit antara lain adalah:
a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisi. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara obyektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk
obat yang sama. PFT harus meminimalkan duplikasi dari jenis obat dasar
yang sama, zat aktif yang sama atau sediaan yang sama.
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota
staf medis.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


22
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang


termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
h. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan manfaat
biaya terapi obat.
i. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat merugikan dalam rumah sakit
dan membuat rekomendasi yang tepat untuk mengoptimalkan
penggunaan obat.
j. Membantu IFRS dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan,
ketetapan dan peraturan berkaitan dengan penggunaan obat dalam rumah
sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Siregar, 2004).
3. Susunan Organisasi PFT
Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap
rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat
(Anonim, 2004):
a. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3
(tiga) dokter, apoteker, dan perawat untuk rumah sakit yang besar
tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf
medis fungsional yang ada.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


23
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika
rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka
sebagai ketua adalah Farmakologi, sekretarisnya adalah apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali.
Rapat PFT dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari
luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan
PFT.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh
sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
4. Tugas dan Kewajiban Tim Farmasi dan Terapi
Tugas PFT berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 antara lain:
a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam
formularium Rumah Sakit;
c. Mengembangkan standar terapi;
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang
rasional;
f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di
Rumah Sakit.
Kewajiban Jawab PFT antara lain:
a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


24
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,


formularium rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-
lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan
obat terhadap pihak-pihak yang terkait.
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut
5. Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting
karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan
menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia
ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara baik dan benar, para apoteker
harus secara mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-ilmu
farmakologi, farmakologi klinik, farmako epidemologi, dan farmako
ekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk
memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan
lain di rumah sakit.
6. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris)
b. Menetapkan jadwal pertemuan
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


25
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman


penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas
terapi lain
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan
Panitia Farmasi dan Terapi
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait

I. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
Berdasarkan Permenkes No 72 tahun 2016 tentang pelayanan
kefarmasian menyebutkan bahwa Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan
keamanannya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis
pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
pacu jantung, implan, dan stent.
Tahapan pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang adalah:
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


26
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan
c. Pola penyakit / Evidence based medicine
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
Tujuan dari seleksi obat yaitu:
a. Meningkatkan penggunaan terapi obat yang rasional,
b. Meningkatkan ketepatan suatu obat dalam pengobatan seorang pasien,
c. Meningkatkan ketepatan dosis dan bentuk sediaan untuk pasien,
d. Ketersediaan terapi obat yang diseleksi,
e. Meminimalkan efek dan tindakan yang merugikan,
f. Menghindari interaksi dengan terapi lain, misal dengan makanan, uji
laboratorium dan faktor lingkungan.
Manfaat seleksi obat yaitu:
a. Memudahkan apoteker untuk memantau pemakaian dan evaluasi obat,
b. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran,
c. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran,
d. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat serta koordinasi antara penyedia
anggaran dan pemakai obat,
e. Mengoptimalkan pemanfaatan dana pengadaan obat.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


27
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhnya


kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongna Obat dan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain, konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang disediakan.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a.Anggaran yang tersedia
b.Penetapan prioritas
c.Sisa persediaan
d.Data pemakaia periode yang lalu
e.Waktu tunggu pemesanan
f.Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan netode
pengadaan, pemilihan, pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
antara lain:
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


28
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
b.Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat
baru (recenter paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh
kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


29
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah
Sakit.
D. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
E.Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


30
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan


secara benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup
demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem
informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan
Obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d. Cek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa;
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


31
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

F.Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit
pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat
jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


32
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien.
Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c. Sistem distribusi Unit Dose
Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat
dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan
sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau
Resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
metode sentralisasi atau desentralisasi.
G. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin
edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan
d. Dicabut izin edarnya.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


33
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Tahapan pemusnahan terdiri dari:


a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
H. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian
persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah untuk:
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,kadaluwarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a.Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
c.Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


34
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

I. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan
administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan
dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi
Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester
atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian
secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan.
c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar
dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


35
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

J. Drug Dispensing Cycle


Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau
etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai
disertai sistem dokumentasi (MSH, 2012). Proses Drug Dispensing Cycle
menurut MSH, 2012 dapat dilihat pada gambar 3.
aIctid
sp
n
eR
v
ru
om
h
w
lM
kU
P
L
b
C
F

Gambar 3. Drug management cycle


Berdasarkan gambar, tahap-tahap dalam dispensing cycle meliputi
(MSH, 2012) :
a.Receive and validate prescription
Setelah menerima resep, petugas yang bertanggung jawab harus
mengkonfirmasi nama pasien. Tindakan ini sangat penting ketika apotek
dalam keadaan ramai pasien dan untuk menghindari kesalahan pemberian
obat karena resep yang tertukar. Pemeriksaan silang nama dan identitas
pasien harus dikerjakan saat sedang menyerahkan obat.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


36
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b.Understand and interpret prescription


Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tentang aspek umum dan
administratif meliputi kelengkapan resep; aspek farmasetik (adanya
inkompatibilitas fisika dan kimia, adanya interaksi obat), aspek farmakologi.
Penginterpretasian resep harus dikerjakan oleh asisten apoteker yang
mempunyai kemampuan dalam hal membaca resep, dapat secara benar
menginterpretasikan setiap singkatan yang digunakan oleh penulis resep,
dapat menegaskan bahwa dosis-dosis yang diresepkan ada pada tingkat
normal untuk pasien dengan memperhatikan umur dan jenis kelamin, dapat
dengan benar melakukan setiap perhitungan dosis dan kuantitas obat yang
diresepkan serta dapat mengidentifikasi setiap interaksi yang mungkin terjadi
antara obat-obat yang diresepkan.
c. Prepare and Label Items For Issue
Pengerjaan obat merupakan bagian pokok dari proses dispensing.
Proses ini dimulai sejak resep telah jelas dipahami dan kuantitas telah
dihitung, meliputi mempersiapkan obat yang dipesan (obat jadi maupun obat
racikan) dan memberi label yang benar dan jelas pada etiket. Label harus
sejelas mungkin meliputi nama pasien, dan cara pakai.
d. Make a Final Check
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap resep dan wadah
yang digunakan sebelum diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan dilakukan
dua kali (double checking) dengan orang yang berbeda. Hal ini sangat penting
untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat oleh petugas sebelum
diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan harus mencakup membaca dan
menafsirkan resep sebelum obat diserahkan, memeriksa kesesuaian dosis
yang ditentukan dan memeriksa interaksi obat, memeriksa identitas obat yang
diserahkan, dan memeriksa label.
e. Record action taken
Proses ini meliputi pencatatan data pasien dan obat yang diberikan.
Data tersebut dapat digunakan untuk memverifikasi obat yang digunakan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


37
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

dalam peracikan, dan digunakan untuk melacak masalah dengan obat-obatan


yang diberikan kepada pasien.
f. Issue medicine to patient with clear instructions and advice
Pada tahap ini dilakukan penyerahan obat dan pemberian informasi
kepada pasien dengan jelas dan lengkap untuk memaksimalkan tujuan terapi,
meliputi :
1) Kapan harus meminum obat (khususnya interaksi dengan makanan dan
obat-obatan lain).
2) Bagaimana harus meminum obat (dikunyah, ditelan seluruhnya, diminum
dengan banyak air minum).
3) Bagaimana harus menyimpan dan menjaga obat.
K. Evaluasi Penggunaan Obat
Evalasi Penggunaan Obat (EPO) di rumah sakit adalah suatu proses
jaminan mutu yang berstruktur dan dilaksanakan terus menerus dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat-obat digunakan dengan tepat, aman, dan
efektif. Tujuan atau sasaran EPO antara lain (MSH, 2012):
a. Mengadakan pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terusmenerus.
b. Meningkatkan pengembangan standar penggunaan terapi obat.
c. Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi berkelanjutan.
d. Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan.
e. Mengurangi resiko tuntutan hukum pada rumah sakit.
f. Mengurangi biaya rumah sakit dan perawatan pasien sebagai akibat dosis
yang akurat, efek samping obat yang lebih sedikit, dan waktu
hospitalisasi yang lebih singkat.
Alasan dilakukan pemantauan dan evaluasi obat terus menerus yang
diseleksi antara lain adalah :
a. Didasarkan pada pengalaman klinik, diketahui atau dicurigai bahwa obat
menyebabkan Reaksi Obat Merugikan (ROM) atau berinteraksi dengan
obat lain yang dapat menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


38
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Obat digunakan dalam pengobatan berbagai reaksi, disebabkan umur,


ketidakmampuan, atau karakteristik metabolic yang unik.
c. Obat telah ditetapkan melalui program pengendalian infeksi rumah sakit
atau kegiatan jaminan mutu lain, untuk memantau dan mengevaluasi.
d. Obat adalah salah satu yang paling sering ditulis
Tanggung jawab apoteker dalam suatu program Evaluasi
Penggunaan Obat mencakup hal berikut :
a. Bekerja sama dengan staf medis dan dengan yang lain, mengadakan
koordinasi harian program EPO.
b. Menyediakan data kuantitatif penggunaan obat untuk menetapkan obat
yang akan dievaluasi (data konsumtif terakhir).
c. Menyiapkan konsep criteria penggunaan obat/standar dengan bekerja
sama dengan staf medic dan lain-lain untuk disetujui oleh Tim EPO,
PFT, dan Ketua Komite Medik.
d. Mengumpulkan data penggunaan obat yang akan dievaluasi dan
mengkaji order obat, profil pengobatan pasien (P3), terhadap kriteria
penggunaan obat yang telah ditetapkan.
e. Mengintepretasikan dan melaporkan temuan evaluasi kepada Tim EPO
dan memformulasi rekomendasi tindakan perbaikan yang akan diusulkan
Tim EPO ke pimpinan rumah sakit.
f. Berpartisipasi dalam program tindakan perbaikan, misalnya dalam
edukasi untuk memperbaiki temuan evaluasi.
g. Memantau keefektifan tindakan perbaikan dan membuat laporan tertulis
tentang hasil pemantauan tersebut.
Sifat kualitatif EPO harus difokuskan pada kerasionalan penggunaan
obat (obat yang tepat dengan dosis yang dikonsumsi tepat, kepada pasien
yang tepat, pada waktu yang benar, dan melalui rute yang tepat). Penapisan
kuantitatif (misalnya, penetapan berapa banyak suatu obat digunakan atau
biaya total dari suatu obat yang digunakan) dapat berguna dalam mengetahui
masalah klinik umum atau kepentingan financial (Siregar dan Amalia, 2004).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


39
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

L. Pelayanan Farmasi Klinik


Menurut Permenkes RI No. 73 tahun 2016 pelayanan
farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication
error), bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Apoteker harus melakukan pengkajian
Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
1) Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c. Tanggal Resep; dan
d. Ruangan/unit asal Resep.
2) Persyaratan farmasetik meliputi :
a. Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan Jumlah Obat;
c. Stabilitas; dan
d. aturan dan cara penggunaan.
3) Persyaratan klinis meliputi:

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


40
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;


b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
d. Kontraindikasi; dan
e. Interaksi Obat.
B. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan suatu proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
dengan melihat data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
a. Membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;
b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD);
d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
f. Melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang
digunakan;
h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);
k. Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter; dan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


41
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif


yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan:
a. Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya;
b. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.
Informasi yang harus didapatkan:
a. Nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
b. Reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan
c. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa).
C. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan suatu proses membandingkan
instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication
error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit
ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan
sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien;
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data dan memverifikasi
Obat yang sedang dan akan digunakan pasien. Data yang dikumpulkan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


42
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang
pernah terjadi.
Untuk data alergi dan efek samping Obat harus dicatat tanggal
kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan Obat bisa
didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada
pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang dapat
digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua Obat yang
digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus
dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Koparasi
Komparasi dilakukan dengan membandingkan data Obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan oleh pasien. Discrepancy atau ketidakcocokan
terjadi bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada
rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak disengaja (unintentional)
dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi. Bila terdapat ketidaksesuaian, maka harus menghubungi dokter
dalam waktu kurang dari 24 jam. Beberapa hal lain yang harus dilakukan oleh
Apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja;
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti; dan
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi
Obat.
d. Komunikasi

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


43
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Farmasi melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga


pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
D. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang
dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
a) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
a) Menjawab pertanyaan;
b) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d) Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f) Melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
a) Sumber daya manusia;
b) Tempat; dan
c) Perlengkapan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


44
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

E. Konseling
Konseling merupakan suatu aktivitas pemberian nasihat
atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada
pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat
yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat
dengan penyakitnya;
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat; meningkatkan
kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi;
g. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
h. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat
melalui Three Prime Questions;

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


45
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien


untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat;
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan
f. Dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat:


a. Kriteria Pasien:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui);
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dan lain-lain);
3. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin);
5. Pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
6. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
b. Sarana dan Peralatan:
1. Ruangan atau tempat konseling; dan
2. Alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
Petunjuk teknis mengenai konseling akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal
F.Visite
Visite merupakan suatu kegiatan kunjungan yang
dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan lain kepada pasien rawat inap untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


46
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,


meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi
Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care).
G. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses
yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
a. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan PTO:
a. Pengumpulan data pasien;
b. Identifikasi masalah terkait Obat;
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
d. Pemantauan; dan
e. Tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan:
a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti terkini
dan terpercaya (Evidence Best Medicine);
b. Kerahasiaan informasi; dan
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


47
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Petunjuk teknis mengenai pemantauan terapi Obat akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
H. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan suatu
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Sedangkan
Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.
MESO bertujuan:
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO);
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi;
e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
b. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


48
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

I. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) adalah suatu program
evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;
b. Membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

Kegiatan praktek EPO:


a. Mengevaluasi pengggunaan Obat secara kualitatif; dan
b. Mengevaluasi pengggunaan Obat secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Indikator peresepan;
b. Indikator pelayanan; dan
c. Indikator fasilitas.
J. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril merupakan suatu kegiatan yang
harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat.
Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :
a) Pencampuran Obat Suntik

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


49
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan


pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun
wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan:
1. Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
2. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai;
3. Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Ruangan khusus;
2. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
3. HEPA Filter.
b) Penyiapan Nutrisi Parenteral
Kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan
oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien
dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan
terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus:
1. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk
kebutuhan perorangan; dan
2. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Tim yang terdiri dari dokter, Apoteker, perawat, ahli gizi;
2. Sarana dan peralatan;
3. Ruangan khusus;
4. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
5. Kantong khusus untuk nutrisi parenteral.
c) Penanganan Sediaan Sitostatik
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan Obat kanker
secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga
farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan,

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


50
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan
menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran,
distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan
limbahnya.
Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:
1. Melakukan perhitungan dosis secara akurat;
2. Melarutkan sediaan Obat kanker dengan pelarut yang sesuai;
3. Mencampur sediaan Obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan;
4. Mengemas dalam kemasan tertentu; dan
5. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai;
2. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet;
3. HEPA filter;
4. Alat Pelindung Diri (APD);
5. Sumber daya manusia yang terlatih; dan
6. Cara pemberian Obat kanker.
K. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan
interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
usulan dari Apoteker kepada dokter.
PKOD bertujuan:
a. Mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan PKOD meliputi:
a. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD);
b. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


51
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

c. Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan


memberikan rekomendasi.
L. CSSD (Central Sterilization Supply Department)
1. Tugas dan fungsi CSSD
Instalasi sterilisasi sentral menerima permintaan steril instrument,
linen dan bahan-bahan habis pakai setiap hari kerja kecuali untuk Instalasi
Bedah Central dan Cito. Metode yang digunakan oleh instalasi sterilisasi
sentral yaitu metode sterilisasi uap panas (Dry Stem) dengan menggunakan 2
buah autoklaf dengan suhu 1210 C dan 1350 C. Instrumentasi yang
disterilkan oleh CSSD yaitu linen OK, linen farmasi untuk kemoterapi,
bahan-bahan steril habis pakai, dan alat-alat untuk operasi.
Laundry merupakan salah satu bagian dari instalasi sterilisasi sentral
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Setiap pagi petugas ruangan
mengantar linen-linen kotor seperti laken, stik laken, perlak, gorden, seprei,
dan lain-lain dari seluruh ruang perawatan dan penunjang perawatan dengan
menggunakan kereta dorong ke bagian laundry. Petugas laundry melakukan
pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dan memasukkannya ke
dalam kantong plastik sesuai dengan jenisnya lalu diberi label yang
sebelumnya telah dihitung dan di catat dari ruangan mana linen kotor tersebut
berasal. Linen dipisahkan berdasarkan tingkat kekotorannya. Petugas yang
bekerja dalam pengelolaan laundry linen menggunakan pakaian kerja khusus
dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
B. Peran Apoteker Terhadap Unit CSSD
Peran apoteker dalam unit CSSD yaitu apoteker menyusun pedoman
di rumah sakit agar dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan instalasi
pusat sterilisasi selain itu dengan adanya hal tersebut mampu meningkatkan
mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan sehingga mampu menekan kejadian
infeksi nosocomial di rumah sakit yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pelayanan. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosocomial maka
apoteker yang mempunyai pengalaman dibidang sterilisasi diwajibkan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


52
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

memberikan pengarahan kepada tenaga medis lain agar terbentuk kerjasama


yang baik dan memberikan tugas kepada masing-masing tenaga medis dengan
tujuan untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan pegawai di
rumah sakit. Apoteker mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap
hasil sterilisasi sehingga mampu mengevaluasi hal-hal apa saja yang dirasa
kurang didalam sterilisasi tersebut.
C. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
1. Tugas dan Fungsi PPI
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat
penting untuk dilaksanakan di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya sebagai tempat pelayanan kesehatan disamping sebagai
tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas juga
pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat,
bertugas dan berkunjung ke suatu Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.Perlu diketahui bahwa keberhasilan program PPI di Rumah
Sakit perlu keterlibatan lintas profesional, Klinis, Perawat, Laboratorium,
K3L, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi dan House Keeping sehingga perlu
wadah berupa Komite PPI. Dalam Komite PPI anggotanya saling bekerja
sama dan dukungan dari manajerial untuk terlaksananya program PPI dengan
baik. Bila Program PPI ini terlaksana dengan baik maka mutu pelayanan
Rumah Sakit akan terjamin baik. Komite PPI diharapkan membantu Rumah
Sakit dalam menyiapkan diri menghadapi Emerging Infectious Diseases.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Surat Edaran
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor HK.03.01/III/3744/08
tentang Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit. Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu standar
mutu pelayanan dan penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun
pengunjung rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh semua rumah sakit dan fasilitas

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


53
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

pelayanan kesehatan lainnya untuk melindungi pasien, petugas kesehatan


dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan memperhatikan cost
effectiveness.
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun
agar dapat mencapai visi, misi dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI
dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi
dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat dimanfaatkan
secara optimal. Peran dan fungsi PPI di rumah sakit yaitu bertugas
membuat dan mengevaluasi kebijakan dan pencegahan dan pengendalian
infeksi, melaksanakan sosialisasi kebijakan, membuat SPO, menyusun
dan mengevaluasi program dan pelatihan, bekerjasama dengan dalam
melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa infeksi nosocomial,
memberikan usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi, memberikan usulan kepada kepada
direktur untuk pemakaian antibiotka di RS berdasarkan hasil pantauan
kuman dan resistensinya terhadap antibiotika, memberikan masukan yang
menyangkut konstruksi bangunan, pengadaan alat, bahan kesehatan, renovasi
ruangan, cara pemprosesan alat, penyimpana alat sesuai dengan prinsip PPI.
B. Peran apoteker pada panitia pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI)
Peran apoteker dalam panitia pencegahan dan pengendalian
infeksi adalah:
a. Bekerjasama dengan tim pengendali infeksi nosocomial untuk memantau
produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi, memberikan masukan
dan arahan pada pemakai dilapangan dalam mengatasi atau menurunkan
angka kejadian infeksi di rumah sakit.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


54
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Penetapan kebijakan dan prosedur internal instalasi farmasi dalam


penyiapan sediaan steril. Misalnya penetapan kebijakan pencampuran
dalam laminar air flow cabinet oleh tenaga yang terlatih.
c. Penetapan kebijakan penggunaan sediaan antibiotic steril sekali pakai
(single-dose package) dan penggunaan sediaan steril dosis ganda
(multiple-dose container).
d. Penandaan yang benar termasuk pencantuman tanggal dan jam
kadaluwarsa serta kondisi penyimpanan sediaan antibiotik.
e. Peningkatan kepatuhan terhadap kewaspadaan baku (standard
precaution) oleh tenaga kesehatan, pasien dan petugas lain yang
terlibat dalam perawatan pasien. Dengan cara menjamin ketersediaan
alat kesehatan sekali pakai, antiseptik dan disinfektan.
f. Bekerjasama dalam penyusunan pedoman penilaian resiko paparan,
pengobatan, penggunaan antiseptic dan disinfektan dan pemantauan
terhadap pasien dan tenaga kesehatan yang pernah kontak dengan
pasien penyakit infeksi.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang


Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang merupakan rumah
sakit pemerintah yang berpredikat sebagai rumah sakit tipe B pendidikan.
Rumah sakit ini disebut sebagai rumah sakit pemerintah karena dimiliki dan
diselenggarakan oleh pemerintah daerah tingkat Kabupaten. Rumah sakit ini
dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu oleh tiga orang wakil direktur.
Pelayanan kesehatan spesialis Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang sebanyak 29 macam yakni bedah, penyakit dalam, anak, obgyn,
radiologi, anesthesi, patologi klinik, jiwa, mata, THT, kulit dan kelamin,
jantung, paru, saraf, bedah ortopedi, urologi, patologi anatomi, rehabilitasi
medik, bedah plastik, bedah saraf, gizi, akupuntur, okupasi kerja, bedah
mulut, ortodonti, prostodonti, konservasi gigi, periodonti, penyakit mulut.
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun
1928 dengan kapasitas 12 tempat tidur yang berlokasi di sebuah ruangan BUI
(penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi Mesjid Agung Al-
Ittihad. Pada tahun 1932 RSU Kabupaten Tangerang pindah lokasi ke jalan
Daan Mogot No.3 dengan kapasitas 40 tempat tidur. Tahun 1943 sampai 1946
dipimpin oleh Dr. J. Leimana kemudian diganti oleh Dr.Gembiro dengan
kapasitas 65 tempat tidur.
RSU Kabupaten Tangerang dipindahkan ke Balaraja pada tahun
1946 dan selanjutnya dipimpin oleh Dr. Suparno, Dr. Gembiro, Dr. Satrio, Dr.
Purwo Sudarmo, Dr. Drajat Prawiranegara dan Dr. Djaka Sutadiwirja. Tahun
1950, setelah penerahan kedaulatan RI, RSU Tangerang kembali ke jalan
Daan Mogot Tangerang dan bergabung dengan Rumah Sakit bekas NICA
yang dipimpin oleh Dr. Gusti Hasan dan berfungsi sebagai Rumah Sakit
Umum. Tahun 1955 pengelolaan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
diserahkan kepada Pemerintah Swatantra Kabupaten Tangerang.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

56
57
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Tahun 1959 mulai direncanakan membangun sebuah Rumah Sakit baru yang
sekarang berlokasi di jalan A. Yani No.9 Tangerang, bersebelahan dengan
gedung Sekolah Djuru Rawat (SDK) dan Kementrian Kesehatan.
Tahun 1963 di bangun gedung kantor yang sederhana. Pada
permulaan tahun 1964 Menteri Kesehatan Prof. Dr. Satrio menyerahkan
gedung SDK kepada Pemda Tangerang. Pada tanggal 5 Mei 1964 RSU pindah
dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani No. 9 menggunakan gedung bekas SDK
sebagai tempat perawatan dengan 60 tempat tidur dan penambahan gedung
kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Apotik dan
Laboratorium. Pada tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai hari jadi Rumah
Sakit Umum Tangerang Kabupaten Tangerang dan dipimpin oleh Dr. Willy
Ranti sebagai direktur.
Tanggal 11 September 1969 menjalin kerjasama antara Pemerintah
Daerah Tangerang dengan RS Ciptomangunkusuma / Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, untuk meningkatkan fasilitas pada RSU Kabupaten
Tangerang. Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU Kabupaten Tangerang
mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari APBD TK.II, APBD
TK.1 dan APBD sehingga mempunyai kapasitas perawatan 341 tempat tidur.
Tahun 1976 RSU Kabupaten Tangerang dimanfaat untuk pendidikan
mahasiswa tingkat V dan VI FKUI dari bagian Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah dan Kebidanan /Kandungan. Sejak tahun 1977 dimanfaatkan
untuk pendidikan dokter Spesialis Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah
Umum, Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Sejak tanggal 22 September
1986 telah dijalin pula kerjasama antara Pemda Tangerang dengan Fakultas
Kedokteran Gigi UI dengan tujuan meningkatkan pelayanan RSU Kabupaten
Tangerang serta memanfaatkannya untuk pendidikan.
Tanggal 22 April 1989, Direktur/Pimpinan RSU Kabupaten
Tangerang mengalami pergantian dari Dr. Willy Ranti kepada Dr. H. Syartil
Arfan N.SpA. Pada tanggal 15 Desember 1993 status RSU Kabupaten
Tangerang ditingkatkan dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


58
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

apasitas saat itu sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis
keahlian/spesialis. RSU Kabupaten Tangerang memperoleh Sertifikat
Akreditasi penuh untuk bidang Administrasi Manajemen, Perawatan, Gawat
Darurat dan Pelayanan pada tanggal 21 Januari 1997 sampai tahun 2000. Pada
tanggal 5 Februari 2001 pelantikan Dr. H. Budhi Setiawan, SpP, MARS oleh
Bapak Bupati sebagai Direktur RSU Kabupaten Tangerang menggantikan Dr.
H. Syartil Arfan N.SpA. Tanggal 19 Februari 2001, Menteri Kesehatan RI, Dr.
Ahmad Suyudi meresmikan Instalasi Pengolahan Limah rumah sakit untuk 22
rumah sakit di 5 propinsi di RSU Kabupaten Tangerang.
Tanggal 20 Desember 2005 dikeluarnya PP No.23 Tahun 2005
tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka RSU
Kabupaten Tangerang berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang
No.445/Kep.402-HUK/2005 terhitung mulai tahun 2006 menyelenggarakan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Pada tanggal 22
Desember 2006, mendapat Piagam Penghargaan “Citra Pelayanan Prima”
dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.Atas Keberhasilannya dalam
meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat. Tanggal 21 Maret
2007, Pelantikan Dr. H. MJN. Mamahit, Sp.OG, MARS oleh Bupati
Tangerang sebagai Direktur RSU Kabupaten Tangerang menggantikan Dr. H.
Budhi Setiawan, SpP. MARS yang memasuki masa pension.
Rumah Sakit Umum Tangerang memperoleh Juara II Lomba
Kebersihan. Rumah Sakit se-Kabupaten Tangerang dan Juara I Lomba
Rumah Sakit Sayang Ibu Tingkat Provinsi Banten pada Tahun 2007 Juara II.
Kemudian mendapat pula Piagam Penghargaan Pelaksana Pelayanan
Informasi Obat Terbaik pada Proyek Percontohan PIO Tahun 2008 dari
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 11
November 2010 tercatat sebagai Membersip PERSI. Tahun 2010
Piagam Penghargaan Indonesian Hospital Management Award. Tahun
2011 meraih Predikat Biru pada Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kementerian

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


59
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Lingkungan Hidup. 12 Januari 2012 mendapat sertifikat Akrediatasi 16


Bidang Pelayanan. Tahun 2013 meraih Predikat Biru pada Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Berdasarkan keputusan Bupati Tangerang
No.445/Kep.113-HUK/2008 RSU Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai
penyelenggara Pola Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PKK-BLUD) Kabupaten Tangerang dengan status BLUD penuh.

B. Aspek Umum RSU Kabupaten Tangerang


1. Visi, Misi, Falsafah, Motto Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang
a. Visi
“Rumah Sakit Modern Unggul dan Terpercaya”.
Makna visi tersebut adalah bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, RSU Tangerang diharapkan menjadi
Rumah Sakit yang modern dengan segala fasilitas pelayanan yang
diberikan, dan menjadi yang terdepan dan unggul di setiap pelayanan
kepada masyarakat dan menjadi kepercayaan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di tangerang dan di banten.
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang professional,
santun dan berdaya saing tinggi.
2. Memberikan pelayanan unggulan didukung dengan peralatan
canggih untuk antisipasi tuntunan lingkungan dan perkembangan
penyakit.
3. Mengembangkan kerjasama dengan institusi Pendidikan
kedokteran dan kesehatan untuk mendukung Pendidikan dan
penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.
c. Falsafah
Memberikan Pelayanan Melebihi Harapan pelanggan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


60
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

d. Moto
Kami Ada Untuk Ada
e. Nilai-nilai budaya kerja
“I CARE”
I : Integritas
C : Cakap
A : Akuntabel
R : Responsif
E : Efisien
2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Sistem klasifikasi rumah sakit yang seragam diperlukan untuk
memberi kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang
diberikan, pemilik, dan kapasitas tempat tidur.
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang termasuk Rumah sakit
umum kelas “B Pendidikan” yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas. Tanggal 15 Desember 2013 Status RSU Tangerang ditingkatkan dari
kelas B non Pendidikan menjadi B Pendidikan dengan kapasitas sebanyak
487 tempat tidur dan melayani 27 jenis keahlian/spesialis.
3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Rumah Sakit Umum Kabupaten Kabupaten Tangerang berdasarkan
kepada Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2008 dimana Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang memiliki struktur yang di pimpin oleh seorang
Direktur, dibantu oleh 3 Wadir yaitu Wadir Pelayanan, Wadir Pelayanan
Penunjang dan Wadir Administrasi dan Keuangan, 4 Kepala Bidang, 6
Kepala Sub. Bidang, 9 Kepala Seksi dan 20 Kepala Instalasi.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


61
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Gambar 4. Struktur RSU Kabupaten Tangerang

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


62
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

4. Akreditasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang


Akreditas adalah suatu pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi
Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
Rumah Sakit berhasil memperoleh predikat LULUS dengan tingkat
“PARIPURNA (Bintang Lima)” pada tanggal 8 Agustus 2016 dan berlaku
sampai dengan 25 Juli 2019. Akreditasi tersebut diperoleh setelah dilakukan
survey akreditasi rumah sakit versi 2012 oleh tim surveior dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
5. Nilai BOR dan AVLOS Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Nilai BOR untuk
RSU Kabupaten Tangerang adalah 71,92% sehingga termasuk kedalam
range ideal.
Rumus : 

Jumlah hari perawatan rumah sakit


BOR = ×
( Jumlahtempat tidur × Jumlah hari dalam satu periode)

AVLOS (Average Length of Stay) menurut Depkes RI (2005)


adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Nilai AVLOS untuk RSU
Kabupaten Tangerang adalah 4 hari, walaupun tidak masuk range ideal

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


63
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

tetapi lama tinggal pasien di rumah sakit lebih sedikit. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai AVLOS RSU Kabupaten Tangerang baik.
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) didefenisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara
profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab
atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan
paripurna, yaitu pengelolaan sediaan farmasi yang mencakup seleksi atau
pemilihan; perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi; pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit; dan pelayanan farmasi klinik yang
mencakup pengkajian dan pelayanan resep; dispensing obat berdasarkan resep
bagi penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; pelayanan
farmasi klinik umum dan spesialis yang mencakup pelayanan langsung pada
penderita serta pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan. Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki Instalasi
Farmasi Rumah sakit yang berada di bawah wakil direktur pelayanan
penunjang, hal ini telah sesuai dengan standar Departemen RI. Instalasi
Farmasi Rumah Sakit mempunyai tugas dalam membantu pelayanan obat dan
alat kesehatan yang di butuhkan oleh Rumah Sakit.
1. Falsafah, Visi, Misi, Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang .
a. Falsafah
Falsafah yang di miliki oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
berdasarkan pelayanan kefarmasian yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yaitu
melaksanakan manajemen logistik yang mengacu pada “Sistem Satu
Pintu” serta memberikan pelayanan farmasi klinik.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


64
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b. Visi
Visi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang yaitu ‘’Terwujudnya pelayanan kefarmasian yang bermutu
dan terjangkau berdasarkan Pharmaceutical Care’’.
c. Misi
Misi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang yaitu sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang cepat dan tepat
yang berorientasi kepada peningkatan kualitas hidup pasien.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dimiliki.
3) Meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan pihak ketiga.
4) Mengupayakan penyediaan perbekalan farmasi yang lengkap,
bermutu dan terjangkau.
5) Melaksanakan pelayanan farmasi klinik secara optimal yang
berinteraksi langsung langsung dengan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.
d. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tujuan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
2) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
3) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi.
4) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
dan formularium rumah sakit.
2. Manajemen Pendukung
Adapun manajemen pendukung dalam instalasi farmasi rumah sakit yaitu
sebagai berikut:

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


65
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

a. Struktur Organisasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tangerang selalu mengutamakan
kepentingan dan kepuasaan konsumen, sehingga instalasi farmasi selalu
berusaha membuat perkembangan dan perbaikan disegala sisi untuk
meningkatkan mutu pelayanan.

Gambar 5. Sturuktur Organisasi IFRS Tangerang

b. Sistem Informasi Manajemen (SIM)


SIM yang digunakan di RSU Kabupaten Tangerang
menggunakan SIMRS Farmagitech. SIMRS Instalasi Farmasi RSU
Kabupaten Tangerang meliputi pembelian, pengelolaan, penyimpanan
sampai distribusi dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang ada di Instalasi Farmasi. Data-data yang
harus diinput antara lain :

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


66
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

1) Data Pembelian barang, mencatat barang datang yang telah dicocokkan


dengan surat pesanan (SP). Data yang dimasukkan ke dalam komputer
meliputi jenis, jumlah dan nomor faktur. Data barang disusun sesuai
dengan penggolongan faktur berdasarkan masing-masing distribusi
tersendiri. Data direkapitulasi pada akhir bulan sebagai laporan
pembelian bulanan.
2) Data harga baru dimasukkan ke dalam komputer yang terprogram
khusus untuk pelayanan resep. Kegiatan ini dilakukan oleh bagian
gudang yang memiliki wewenang yang secara tidak langsung
mengubah harga sesuai harga terbaru.
3) Data penyimpanan barang, dari data ini dapat diketahui jumlah stok
yang ada. Jika ada barang yang mengalami penyusutan atau jumlahnya
menipis maka dapat langsung diadakan pemesanan untuk menghindari
kekosongan gudang.
4) Data penjualan obat, secara langsung dimasukkan oleh kasir per resep
yang masuk setiap hari di Instalasi farmasi pusat maupun depo.
5) Data pengeluaran barang dari gudang farmasi pada bon pengeluaran
barang yang menggunakan internal request (IR) disesuaikan dengan
jumlah stok barang yang tercatat pada komputer.

Kegiatan administrasi tersebut dilakukan dengan sistem LAN


(Local Area Network) secara online dapat mengakses ke semua unit
Instalasi Farmasi di RSU Kabupaten Tangerang. Keuntungan sistem LAN
ini meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses administrasi serta
memudahkan dalam hal pengawasan dalam meningkatkan mutu pelayanan
agar lebih efektif dan efisien. Semua data disimpan selama-lamanya
kecuali untuk rekam medik pasien. Data tersebut akan otomatis hilang
setelah disimpan selama 1 tahun.
c. Prosedur Tetap

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


67
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan penyusunan program


IFRS diperlukan prosedur tetap yang disusun dan diusulkan oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.

d. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber Daya Manusia (SDM) Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang berjumlah 62 orang yang terdiri dari:
1) Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi adalah seorang Apoteker yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman di rumah sakit dan dibantu
langsung oleh beberapa Apoteker dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan instalasi farmasi. Kepala Instalasi Farmasi
bertanggung jawab kepada wakil direktur pelayanan penunjang dan
membawahi:
- Gudang obat dan alat kesehatan
- Pelayanan farmasi klinis
- Distribusi
- Perencanaan dan evaluasi
- Pengembangan farmasi
- Tata Usaha Farmasi
2) Apoteker dan Asisten Apoteker

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


68
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang memiliki 16 orang


apoteker dan 30 orang asisten apoteker dengan berbagai macam
jenjang pendidikan diantaranya Sekolah Menengah Farmasi (SMF)
dan Diploma III Farmasi. Secara fungsional tugas utama apoteker di
Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang adalah berkomunikasi
dengan dokter-perawat-pasien dan keluarga pasien, memberikan
informasi yang jelas tentang petunjuk pemakaian obat,
menginformasikan stok obat bulan, serta mempertanggung jawabkan
pemakaian psikotropika dan narkotika.

Secara struktural tugas utama apoteker di IFRS adalah bertanggung


jawab sesuai dengan jabatannya. Tanggung jawab Apoteker di Instalasi
Farmasi RSU Kabupaten Tangerang adalah menyiapkan obat untuk
kebutuhan pelayanan, menyerahkan obat yang sudah disiapkan,
memberikan informasi yang jelas tentang aturan pemakaian obat,
melakukan komunikasi dengan dokter-perawat serta tenaga medis yang
lain apabila diperlukan, memberikan pelayanan yang ramah kepada pasien,
menginformasikan stok obat harian, dan mempertanggung jawabkan
pemakaian psikotropika dan narkotika.
3) Petugas Administrasi/Kasir
Instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang mempunyai 12
orang karyawan sebagai petugas administrasi dan kasir, dimana tugas
utamanya adalah memasukkan data resep ke komputer dan menghitung
harga obat, menginformasikan harga obat kepada pasien atau keluarga
pasien, menerima pembayaran obat dari pasien sesuai yang tertera
pada kuitansi, membuat rekapan piutang pasien, dan menghitung hasil
pendapatan perhari.
4) Petugas Pekarya

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


69
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Petugas pekarya di RSU Kabupaten Tangerang sebanyak 4


orang dengan tingkat pendidikan minimal SMU, dimana tugasnya
adalah membantu dalam memperlancar seluruh kegiatan Instalasi
Farmasi seperti dalam pendistribusian obat, dan alkes dari gudang
menuju depo-depo farmasi apotek IFRS.
3. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang ditangani oleh Instalasi
Farmasi yang meliputi kegiatan seleksi, perencanaan, pengadaan (termasuk
pembelian, produksi, dan hibah), penyimpanan, distribusi hingga penggunaan
obat pada pasien. Tahap pengelolaan obat yang dilakukan di RSU Kabupaten
Tangerang meliputi:
a. Seleksi/Pemilihan
Tahapan awal dalam pengelolahan perbekalan farmasi yaitu
tahap seleksi. Dalam seleksi pemilihan obat dan alat kesehatan mengacu
pada formularium rumah sakit dan formularium nasional. Di dalam
pemilihan obat dan alat kesehatan yang berperan yaitu apoteker dalam dal
Komite Farmasi dan Terapi.
Tujuan di lakukannya tahapan seleksi ini adalah untuk meningkatkan
penggunaan terapi obat yang rasional, meningkatkan ketepatan suatu obat
dalam pengobatan pasien, meningkatkan ketepatan dosis, ketersediaan
terapi yang di seleksi, dan meminimalkan efek serta tindakan yang
merugikan. Proses seleksi di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan dengan
metode bottom up yaitu menerima usulan dari dokter penulis resep dengan
mengacu kepada pedoman terapi dan rasionalisasi obat melalui KSM
(Komite Staf Medik).
b. Perencanaan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


70
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSU Kabupaten


Tangerang dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan metode
epidemiologi yang kemudian dituangkan dalam bentuk RBA (Rencana
Bisnis Anggaran) tahunan. RBA ini kemudian di break down dalam
bentuk SPPB sesuai kebutuhan. Data yang digunakan dalam metode
konsumsi adalah data pemakaian obat 6-12 bulan yang lalu, sedangkan
data yang digunakan dalam metode epidemiologi adalah data penyakit
serta pengobatan yang diberikan.
c. Pengadaan
Pengadaan barang di RSU Kabupaten Tangerang mengacu pada
Perpres No. 70 tahun 2012 dimana didalamnya disebutkan organisasi
pengadaan barang/jasa untuk pengadaan melalui penyedia barang/jasa
yang terdiri atas :
1) Pengguna Anggaran (PA) : Pengguna Anggaran bertanggung jawab
terhadap seluruh anggaran baik yang diterima maupun yang
dikeluarkan untuk proses pengadaan.
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) : Pejabat Pembuat Komitmen
bertanggung jawab terhadap pemilihan metode pengadaan, pembuatan
Surat Perintah Kerja (SPK) dan pembuatan kontrak.
3) Pejabat Pengadaan : Pejabat Pengadaan adalah unit yang bertanggung
jawab dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa dan negosiasi
harga dengan penyedia barang/jasa.
4) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) : Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan (PPHP) adalah panitia yang bertanggung jawab dalam
proses pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
Pengadaan barang (obat dan alat kesehatan) di RSU Kabupaten Tangerang
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Pembelian
Metode Pembelian di Rumah Sakit Umum RSU Kab. Tangerang :

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


71
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

a) Pembelian Langsung
Pembelian langsung pada obat dan bahan medis habis
pakai (BMHP) yang harganya kurang dari satu juta. Panitian
pembuat komitmen (PPK) melakukan pembelian langsung ke
distributor dengan membuat surat pesanan ke PBF. Pembayaran
menggunakan kwitansi. Barang datang diperiksa oleh Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP), disimpan ke gudang dan
disitribusikan ke seluruh depo RSU Kabupaten.
b) Pengadaan langsung
Pengadaan langsung ke satu PBF yang dilakukan untuk
obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang harganya
dibawah 200 juta. Sistem pengadaan dengan cara penunjukkan
langsung memberikan manfaat bagi IFRS, antara lain lebih
mudah dan lebih sederhana, mengurangi resiko terjadinya
penumpukan obat di gudang, menghindari kadaluarsa obat
karena penyimpanan yang lama, dan obat dan sediaan farmasi,
alkes dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan dapat
diperoleh lebih cepat.
Alur pengadaan barang secara penunjukan dan
pengadaan langsung dilakukan dengan cara kepala instalasi
farmasi membuat Surat Permohonan Permintaan Barang
(SPPB) yang dibuat sesuai dengan kebutuhan kepada satu PBF
dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi yang menjadi
dasar untuk membeli barang. SPPB tersebut berisi nama
produk, stok barang yang ada, jumlah yang diminta dan harga
produk. SPPB diberikan ke kepala bidang pelayanan penunjang
medik untuk di pilih dan di cek kesesuaian antara SPPB dengan
RBA. Jika sudah sesuai, maka akan dibuatkan Bon
Permohonan Biaya (BPB).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


72
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

BPB berisi nama barang, jumlah barang yang diminta,


harga satuan dan harga total. Kemudian ditandatangani oleh
kepala bidang. Selanjutnya diberikan ke bagian keuangan
(sebagai pemeriksa) untuk mengecek ada tidaknya anggaran.
Jika sudah sesuai maka akan ditandatangani oleh kepala bagian
keuangan dan BPB diserahkan kembali ke bidang penunjang
medik. Kemudian BPB dibawa ke direktur RSU Kabupaten
Tangerang (sebagai pengguna anggaran) untuk ditandatangani.
Setelah itu, meminta permohonan ke Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Setelah disetujui, maka diserahkan ke PP
untuk dipilihkan penyedianya. Selanjutnya akan dibuat SPPH
(Surat Permohonan Penawaran Harga) yang berisi nama
barang, spesifikasi, satuan, jumlah dan masa berlaku.
Kemudian SPPH ditandatangani oleh PP dan diberikan ke
supplier dimana supplier akan memberikan harga penawaran
dari mereka. Selanjutnya, rincian mengenai harga dari supplier
diperiksa oleh PP terkait juga jumlah barangnya, sediaannya,
spesifikasinya, PPN dan batas waktu penerimaan barang. Harga
penawaran dari supplier dibandingkan dengan harga yang
tertera di SPPB dimana idealnya harga penawaran dari supplier
lebih rendah dari harga yang tertera di SPPB. Setelah itu, PP
membuat Berita Acara Negoisasi yang ditandatangani oleh
supplier dan PP untuk menegoisasi harga produk. Jika sudah
mendapatkan supplier yang sesuai maka PP memberikan
berkas-berkas (SPPB, BPB, SPPH, rincian penawaran harga
dari supplier dan berita acara negoisasi) ke PPK untuk
dibuatkan SPK (Surat Perintah Kerja) yang ditandatangani oleh
PPK dan supplier. SPK kemudian diberikan ke supplier
sehingga barang sudah siap dikirim. Barang yang datang di
terima oleh Panitia Penerima Hasil

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


73
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pekerjaan (PPHP) untuk memeriksa barang yang


datang (sediannya, spesifikasi, jumlahnya, tanggal kadaluarsa)
dengan faktur yang ada. Jika barang sudah sesuai dengan yang
dipesan maka barang diberikan ke gudang untuk diperiksa
kembali. Selanjutnya, PPHP membuat Berita Acara
Penerimaan dan Pemeriksaan Barang. Setelah barang diterima
maka supplier akan melakukan tukar faktur dengan PPK dan
PPK akan memeriksa kelengkapan berkas-berkas seperti
kuitansi, faktur pajak dan berita acara penerimaan barang. Jika
sudah sesuai, maka akan diserahkan ke bagian keuangan untuk
dilakukan pembayaran ke PBF.
2) Lelang (Tender)
Proses lelang dilakukan jika harga/nilai barangnya diatas 200
juta dan dilakukan secara terbuka oleh pemerintah yang dikenal
dengan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Pemilihan PBF
dilakukan oleh Unit Pelayanan atau ULP yang bertugas melakukan
seleksi terhadap distributor dan pemilihan obat dalam rangka
pemenuhan sediaan farmasi, alkes, dan bahan medis habis pakai serta
melakukan pemesanan sediaan farmasi, alkes dan bahan medis pakai
yang dibutuhkan. Dalam memilih distributor, ada beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan antara lain banyaknya kebutuhan akan obat
yang dibeli dan sifat kebutuhan obat yang akan dibeli (cito atau biasa).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


74
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pemilihan sumber pembelian juga dipertimbangkan harga yang


ditawarkan, kecepatan pengiriman, kualitas pengiriman (untuk
menjaga label obat tetap dalam kualitas baik) dan kualitas pelayanan.
Seleksi ini dilakukan oleh pihak RS dengan mencari data distributor
yang legal, berbadan hukum dan memiliki nomor pokok wajib pajak
(NPWP). Distributor yang dipilih adalah yang memberikan jaminan
legalitas dan kualitas barang, baik secara fisik maupun dokumentasi
yang berupa sertifikat analisis atau material safety data sheet (MSDS),
memberikan jaminan kepastian keamanan sediaan farmasi, alkes dan
bahan medis habis pakai, pelayanan dan fasilitas harga terbaik dengan
harga kompetitif, ketersediaan barang lengkap dan pasti (repeat stock).
3) Produksi
Pengadaan barang dengan cara produksi dilakukan oleh RSU
Kabupaten Tangerang dengan tujuan untuk membantu dan
memperlancar permintaan barang. Produksi dilakukan apabila barang
tidak tersedia dipasaran, kemasan lebih kecil dan dosis yang tersedia
dipasaran tidak sesuai kebutuhan, seperti :
a) Produksi antiseptik tangan (Hands Rub) yang lebih murah dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak, karena semua ruangan
diwajibkan menyediakan antiseptik tangan tanpa bilas untuk
mencegah infeksi. Kandungan Hands Rub antara lain: alkohol
70%, H2O2 50%, gliserin, aqua dan essence.
b) Pengenceran dan pencampuran obat-obat sitostatika untuk
kemoterapi serta pengemasan ulang kassa steril untuk keperluan
operasi.
c) Pembuatan Asam Folat 3 mg, dan 5 mg untuk pasien hemodialisa,
thalasemia.
d) Pengenceran Cairan Elektrolit Pekat (KCl).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


75
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Bagian produksi bertanggung jawab atas persediaan


obat-obat yang diperlukan farmasi rawat inap, farmasi rawat jalan
maupun depo-depo farmasi lainnya yang membutuhkan, sehingga
mengurangi waktu tunggu pelayanan obat pasien terutama obat
racikan.
Produksi yang dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang
dilakukan sebagai stok persediaan obat untuk meminimalisasi
masalah-masalah yang mungkin terjadi terkait ketersedian obat.
Produksi di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan sesuai
permintaan dan kebutuhan RSU Kabupaten Tangerang terhadap
sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai yang
diproduksi, sehingga tidak ada periode produksi yang tetap.
4) Sumbangan/Hibah (Dropping)
Pengadaan barang di RSU Kabupaten Tangerang juga ada yang
berasal dari sumbangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupa
obat rutin HIV. Alur permintaan sumbangan obat/hibah dilakukan
dengan cara membuat laporan penggunaan obat ke Kemenkes. Selain
itu, ada sumbangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
berupa obat vaksin dengan cara membuat surat permohonan vaksin ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang mencantumkan jumlah
sisa vaksin dan jumlah yang diminta. Sumbangan obat ini sangat
dibutuhkan untuk peningkatan kualitas pelayanan dan rasional dilihat
dari sisi farmasi.
d. Distribusi
Terdapat beberapa macam sistem distribusi obat yang diterapkan oleh
depo-depo di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, yaitu:
1) Sistem Unit Dose Dispensing (UDD)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


76
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem distribusi UDD di Rumah Sakit Umum Kabupaten


Tangerang diterapkan pada Instalasi Khusus Wijayakusuma (IKW).
Alasan pemilihan tempat ini karena di Instalasi Khusus Wijayakusuma
(IKW) merupakan VIP yang memiliki jumlah ruangan lebih sedikit
dibandingkan dengan depo rawat inap yang lain, sehingga
penanganannya mudah dan tidak banyak membutuhkan tenaga
farmasi. Obat didistribusikan kepada pasien dalam bentuk dosis
tunggal, walaupun system pelayanan ini membutuhkan waktu yang
lama dan tenaga yang lebih banyak tetapi dapat mengurangi
medication error selain itu dapat meningkatkan interaksi antara
farmasis, dokter dan perawat menjadi lebih intensif.
Selain itu pasien diberikan informasi tentang obat yang
dikonsumsi sehingga ada umpan balik antara pasien dengan apoteker
apabila ada hal yang masih jelas mengenai cara penggunaan obat
sehingga kesembuhan pasien dapat optimal dan kondisi pasien akan
terkontrol.
Prosedur pelayanan UDD yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Dokter menulis obat untuk pasien pada CPO (Catatan
Penggunaan Obat) setelah melakukan visite bersama apoteker.
 Apoteker mencatat kebutuhan obat sesuai instruksi dokter di
lembar KIO (Kartu Informasi Obat).
 Apoteker menyiapkan obat, kemudian obat tersebut
dikelompokkan masing-masing dalam 1 kemasan dengan etiket
yang sesuai dengan jadwal minum obat (pagi-siang-sore-
malam) yang tertera pada resep.
 Apoteker melakukan bed konseling ke ruang perawatan untuk
memberikan informasi mengenai jadwal minum obat, dan
informasi lain yang dibutuhkan oleh pasien, serta memantau
kepatuhan pasien.
Kelebihan dari sistem UDD, antara lain :

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


77
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

 Dapat meminimalkan medication error karena adanya sistem


pemeriksaan ganda. Farmasis memeriksa resep dan
menyiapkan obat, kemudian perawat memeriksa kembali obat
pada saat akan diserahkan pada pasien.
 Mengurangi kemungkinan terjadinya pemborosan obat dan
pencurian.
 Meningkatkan efisiensi pemanfaatan tenaga profesional dan
non profesional.
 Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan
penderita membayar hanya obat yang dikonsumsinya saja.
 Meningkatkan pengendalian dan pemantauan penggunaan obat
menyeluruh.
 Apoteker dapat datang ke ruang penderita untuk konsultasi obat
Kelemahannya sistem UDD, antara lain :
 Memerlukan tenaga farmasis yang lebih banyak.
 Administrasi menjadi lebih banyak dan lebih rumit.
 Menambah biaya (kemasan obat).
2) Sistem One Daily Dose (ODD)
Sistem distribusi ODD ini merupakan sistem distribusi obat
kepada pasien dalam dosis terbagi untuk penggunaan selama 24 jam.
Sistem ODD di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang diterapkan
pada depo Farmasi Rawat Inap meliputi Paviliun Mawar, Kenanga,
Seruni, Dahlia, Soka, Kemuning, Flamboyan, ICCU, ICU.
Prosedur pelayanan ODD yang dilakukan adalah:
 Dokter menulis obat untuk pasien pada CPO (Catatan
Penggunaan Obat) setelah melakukan visite bersama apoteker.
 Mencatat kebutuhan obat sesuai instruksi dokter di lembar
KIO.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


78
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

 Apoteker menyiapkan obat, kemudian obat tersebut


dikelompokkan masing-masing dalam 1 kemasan dengan etiket
yang sesuai dengan jadwal minum obat (pagi-siang-sore-
malam) yang tertera pada resep.
 Apoteker melakukan bed konseling ke ruang perawatan untuk
memberikan informasi mengenai jadwal minum obat, dan
informasi lain yang dibutuhkan oleh pasien, serta memantau
kepatuhan pasien.
 Farmasis penanggung jawab lalu menyiapkan obat untuk
penggunaan sehari, kemudian di antar ke masing–masing
paviliun dan obat diserahkan ke perawat. Selanjutnya
penggunaan obat tetap akan dipantau oleh perawat.
Kelebihan dari sistem ODD :
 Mengurangi beban biaya obat.
 Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit.
 Administrasi tidak terlalu rumit.
Kelemahan dari sistem ODD :
 Adanya pemborosan obat
 Dapat menimbulkan medication error.
Solusi untuk mengatasi kendala dari sistem ini antara lain
dengan melakukan pengawasan dalam penggunaan obat oleh pasien.
Pengawasan ini dapat dilakukan pada saat distribusi obat.
Tujuan penggunaan sistem ODD antara lain:
 Pasien membayar obat yang digunakan saja, obat yang tidak
digunakan dapat diretur/ditukar dengan uang, kecuali pada
pasien dengan BPJS, obat langsung menjadi hak instalasi
farmasi tanpa mengembalikan uang kepada pasien.
 Semua obat yang hendak diberikan kepada seluruh pasien di
unit perawat telah disiapkan oleh farmasi sehingga perawat
dapat lebih fokus untuk melakukan asuhan keperawatan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


79
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

 Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan


resep dokter dan membuat profil pengobatan pasien oleh
apoteker dan perawat memeriksa obat yang disediakan oleh
petugas farmasi sebelum dikonsumsikan sehingga sistem ini
mengurangi kesalahan dalam penggunaan obat.
 Menghindari penumpukan obat di ruangan sehingga dapat
mengurangi terjadinya kerusakan dan kehilangan obat di
ruangan serta dapat mengontrol waktu kadaluwarsa obat.
 Memantau dan mengurangi terjadinya masalah yang timbul
dalam penggunaan obat, misalnya interaksi obat yang
digunakan secara bersamaan serta mengatur aturan pakainya.
 Mensosialisasikan peran dan fungsi apoteker. Dengan adanya
ODD, komunitas lain dapat mengenal dan mengetahui seberapa
jauh peran dan fungsi apoteker dalam suatu rumah sakit.
Pemahaman baru ini dapat menciptakan suatu ruang
komunikasi yang baik antar komunitas dalam rumah sakit,
misalnya antar perawat dengan apoteker atau antar dokter
dengan apoteker, sehingga pengobatan yang rasional dapat
secara optimal dicapai oleh rumah sakit.
Peran apoteker dalam sistem ODD, antara lain:
 Pemberian informasi obat kepada pasien, keluarga pasien dan
tenaga kesehatan lainnya.
 Pemberian konseling kepada pasien, pengaturan cara pakai
obat, terutama untuk obat-obat yang memiliki potensial
interaksi.
 Memonitor efek samping obat pada pasien, sebagai mitra
dokter dalam upaya mengoptimalkan pengobatan yang rasional
yang berorientasi pada pasien.
3) Sistem One Daily Dose Dispensing (ODDD)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


80
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem distribusi ODDD ini merupakan sistem distribusi obat


kepada pasien dalam dosis terbagi untuk penggunaan selama 24
jam. Sistem ODDD di RSU Kabupaten Tangerang diterapkan pada
depo meliputi bangsal kenanga, seruni, flamboyan, soka, mawar,
kemuning atas, kemuning bawah, cempaka, edelwais dan dahlia.
Alasan pemilihan bangsal ini karena bangsal-bangsal tersebut
memiliki tenaga farmasi yang minim sedangkan pasien yang di
rawat banyak.
Kegiatan yang dilakukan terkait sistem ODDD yaitu mencatat
stok obat yang ada di lemari penyimpanan obat dan alat kesehatan
di ruang obat pada masing-masing ruangan rawat inap, melakukan
pengecekan sisa obat, cairan dan alat kesehatan yang masih ada
pada pasien umum di semua ruangan rawat inap, menyiapkan
paketan-paketan obat pasien yang telah ditulis oleh dokter dalam
Kartu Instruksi Obat (KIO) pasien, mengantarkan paketan-paketan
obat pasien kepada perawat penanggung jawab masing-masing
ruangan rawat inap, menyerahkan tagihan pembayaran obat kepada
pasien umum.
4) Sistem Individual Prescribing (IP)
Sistem peresepan individual (IP) adalah resep yang ditulis oleh
dokter untuk tiap pasien. Sistem individual prescribing merupakan
sistem distribusi obat dan alat kesehatan kepada pasien secara
individual dengan menggunakan resep yang diberikan oleh dokter
setelah melakukan visite ke pasien. Metode IP di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang diterapkan pada depo Anyelir, depo
rawat jalan, depo IGD dan depo Bougenvil untuk pasien
HIV/AIDS.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


81
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Alasan di terapkannya IP pada depo Anyelir dan depo IGD


karena obatnya bersifat CITO atau segera. Pada depo Rawat jalan
obat diberikan langsung kepada pasien untuk di bawa pulang. Dan
pada depo Bougenvil, untuk pasien HIV/AIDS dilayani dengan IP
karena resep di depo Bougenvil sedikit dan untuk menjaga
kerahasiaan identitas pasien. Pada prakteknya, mahasiswa PKPA
hanya membantu dalam proses pengecekan dan penyiapan obat
untuk pasien. Untuk kegiatan penyerahan dan KIE dilakukan oleh
apoteker penanggung jawab ruangan dan bisa dilakukan oleh
mahasiswa PKPA jika sudah mendapat persetujuan dari apoteker
yang bersangkutan.
Kelebihan dari sistem individual prescribing:
 Memungkinkan farmasis untuk memeriksa langsung semua
pesanan obat.
 Memungkinkan farmasis untuk berinteraksi dengan pasien,
dokter, dan perawat.
 Memungkinkan pengawasan pengelolaan obat yang lebih teliti.
 Memudahkan cara pembayaran obat oleh pasien.
5) Sistem Persediaan Ruangan (Floor Stock)
Sistem ini digunakan untuk memudahkan pelayanan ruangan-
ruangan perawatan pada kondisi emergency yang memerlukan
penanganan cepat. Persediaannya berupa obat atau alat kesehatan
dalam jumLah dan jenis yang terbatas sesuai dengan kebutuhan
setiap ruangan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


82
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, obat yang


disediakan dengan sistem persediaan ruangan adalah obat-obatan
life saving dan alat-alat kesehatan seperti kassa, alkohol, betadin,
spuit injeksi, blood/infuse set dan hypaphix. Obat-obatan ini
dikemas dalam suatu wadah yang diberi check list macam-macam
obat yang ada beserta dosis Selain itu, juga terdapat catatan
farmasis dan catatan perawat tentang nama pasien dan penggunaan
obat tersebut, sehingga dapat diketahui dengan tepat untuk siapa
dan berapa jumLah obat yang digunakan.
Apabila ada obat yang sudah digunakan, maka farmasis akan
melaporkan pada petugas gudang untuk mengganti obat yang
sudah dipakai, sehingga tidak terjadi kekosongan obat tersebut di
ruangan. Penggunaan obat-obatan dengan sistem persediaan
ruangan juga dikontrol oleh seorang petugas yang akan mendatangi
setiap bangsal dan mengecek secara langsung jenis dan jumlah obat
yang ada. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran
penggunaan obat dengan sistem persediaan ruangan.
Kelebihan dari sistem floor stock:
 Selalu ada persediaan obat-obatan yang siap pakai untuk
pasien, terutama obat-obatan yang sifatnya life saving.
 Dapat mengurangi kemungkinan adanya pengembalian obat
yang tidak habis terpakai ke instalasi farmasi.
 Mengurangi jumLah transkrip pesanan obat.
 Mengurangi jumLah personil farmasis yang dibutuhkan.
e. Penyimpanan (Gudang)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


83
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Gudang farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang


terdiri dari 2 yaitu gudang logistik dan gudang distribusi. Gedung Logistik
yang menerima barang dari Perusahaan Besar Farmasi (PBF) dan di
distribusikan ke gudang distribusi. Sedangkan gudanng distribusi farmasi
yang menyalurkan barang ke masing-masing depo seperti depo rawat inap,
depo rawat jalan, depo anyelir, depo IKW. Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang memiliki gudang farmasi untuk menyimpan dan
menyalurkan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya (seperti alkes
habis pakai, pembalut, bahan baku, antiseptik dan gas medis) yang telah
dilakukan pemeriksaan. Untuk perbekalan kesehatan yang digunakan
secara bersamaan oleh pasien di ruang perawatan didistribusikan langsung
dari gudang farmasi ke masing-masing ruangan dan depo farmasi yang ada
(floor stock).
Penyimpanan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
dibawah pengawasan dan tanggung jawab apoteker. Barang yang sudah
diperiksa oleh tim penerima dan pemeriksa barang Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang diserahkan ke petugas dan disimpan di Gudang
IFRS Tangerang. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
di gudang disimpan berdasarkan stabilitas obat, selanjutnya berdasarkan
bentuk sediaan dan alfabetis dengan menggunakan sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


84
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem FIFO yaitu barang yang datang duluan dikeluarkan terlebih


dahulu dan sistem FEFO yaitu barang yang mendekati tanggal kadaluarsa
diletakkan paling depan agar terdistribusi lebih cepat kepada pasien.
Padatnya kegiatan di gudang menyebabkan sistem FIFO dan FEFO belum
terlaksana secara optimal. Tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan
pada gudang losgistik maupun di gudang distribusi di bedakan
berdasarkan bentuk penggunaan obat seperti oral, injeksi, sirup, obat luar,
dan alat kesehatan. Untuk gudang logistik memiliki gudang kecil dan
gudang besar untuk barang-barang yang besar. Sistem pengadaan dan
penerimaan obat/alat kesehatan ke PBF di lakukan tiap harinya dan
langsung di distribusi.
Keuntungan dari sistem ini adalah perbekalan kesehatan yang
dibutuhkan dapat langsung digunakan karena sudah tersedia, sehingga
mempercepat pengerjaan laporan pengeluaran barang di gudang farmasi.
Kerugian sistem ini adalah kemungkinan kehilangan dan kerusakan
persediaan obat dan alkes di ruangan lebih besar sehingga diperlukan
peningkatan pengawasan terhadap perbekalan farmasi. Selain itu
kurangnya informasi obat dari apoteker karena pelayanannya dilakukan
oleh perawat.
Mahasiswa PKPA juga melakukan pelayanan manajemen farmasi
di gudang logistik dan gudang distribusi farmasi.Saat barang datang di
gudang logistik mahasiswa juga membantu untuk menata barang sesuai
dengan tempat penyimpanan dan melakukan stok opname terhadap obat-
obatan yang masih sisa dan juga melakukan barang-barang yang akan di
distribusi ke gedung distribusi farmasi. Begitu pula saat mahasiswa PKPA
berada di gedung distribusi farmasi melakukan penyiapan barang yang
akan di distribusikan ke masing-masing depo sesuai dengan faktur
permintaan obat.
4. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan, Rawat Inap dan Satelit Khusus
a. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


85
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem pendistribusian obat di depo Rawat Jalan yaitu dengan


menggunakan sistem individual prescrebtion (IP). Sistem IP maksudnya
adalah resep diserahkan langsung oleh dokter kepada pasien yang
mendapatkan pengobatan rawat jalan dari dokter poliklinik di RSU
Kabupaten Tangerang.
Resep tersebut selanjutnya dibawa oleh pasien ke depo farmasi rawat
jalan dan diserahkan kepada petugas administrasi atau kasir masing–
masing (umum dan BPJS). Untuk pasien umum akan diberikan nomor
resep dan nomor yang sama juga ditulis di resep asli, kemudian dilakukan
skrining resep, konfirmasi harga obat atau alkes ke pasien. Setelah harga
dikonfirmasikan kepada pasien dan pasien setuju maka obat disiapkan,
diberi etiket, lalu dilakukan pengecekan ulang antara obat dan resep oleh
apoteker, kemudian obat diberikan kepada pasien disertai pemberian
informasi yang diperlukan berkaitan dengan obatnya.
Untuk pasien BPJS akan diberikan nomor resep dan nomor yang
ditulis di resep BPJS, resep akan di skrining lalu dilihat obat yang masuk
daftar jaminan BPJS sesuai diagnosis dan hasil lab pasien, setelah obat
disetujui oleh petugas BPJS maka obat disiapkan, diberi etiket, lalu
dilakukan pengecekan ulang antara obat dan resep oleh apoteker,
kemudian obat diberikan kepada pasien disertai pemberian informasi yang
diperlukan berkaitan dengan obatnya.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


86
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Untuk pasien umum akan diberikan nomor resep dan nomor yang
ditulis di resep umum, resep akan di skrining lalu obat – obat tersebut akan
di entry kemudian disiapkan, diberi etiket, lalu dilakukan pengecekan
ulang antara obat dan resep oleh apoteker, kemudian obat diberikan
kepada pasien disertai pemberian informasi yang diperlukan berkaitan
dengan obatnya. Depo farmasi rawat jalan tidak hanya melayani resep
pasien umum tapi juga pasien BPJS. Depo farmasi obat rawat jalan
menerapkan sistem resep individual dari pasien umum dan BPJS yang
telah berobat di poliklinik. Penebusan obat akan dialihkan ke depo IGD
apabila pasien menebus obat di luar jam bukanya depo tersebut yaitu
setelah pukul 15.30 WIB. Depo Rawat Jalan, Jamkesda dan BPJS
melayani pasien setiap hari Senin-kamis pukul 08.00-15.30 dan Jumat
pukul 08.00-16.00.
Sistem penyimpanan obat dan alat kesehatan di susun berdasarkan
efek farmakologi dan obat generik maupun paten juga di bedakan tempat
penyimpanannya serta penyimpanan alat kesehatan di bedakan tempat
penyimpanannya. Untuk obat-obat yang berada pada suhu dingin di
simpan di lemari pendingin yang telah di sediaan seperti obat-obat insulin,
suppositoria.
Mahasiswa PKPA manajemen juga melakukan kegiatan kefarmasian
di depo rawat jalan. Mahasiswa menyiapkan obat-obatan yang ada dalam
resep dokter. Setelah obat-obat tersebut telah di siapkan, kemudian di
berikan ke bagian pelayanan farmasi klinik untuk di serahkan langsung ke
pasien. Selain itu mahasiswa juga menyiapkan obat-obatan berdasarkan
efek farmakologi dan juga melakukan stok opname saat akhir bulan untuk
mengetahui sisa stok obat atau alat kesehatan.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


87
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Mahasiswa PKPA Juga melakukan kegiatan farmasi klinik seperti


menerimaa resep yang di berikan oleh pasien, setelah itu di lakukan entry
oleh petugas. Setelah selesai di lakukan entry mahasiswa kemudian
menyiapkan obat sesuai dengan resep dokter dan menyerahkannya
langsung ke pasien serta di berikan informasi terkait terapi obat yang di
dapatkan pasien dari resep dokter.
b. Depo Rawat Inap
Depo farmasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang melayani resep di setia pavilun, seperti paviliun cemoaka,
flamboyan, asoka, dahlia, kemuning atas dan bawah, kenanga, mawar,
seruni. Sistem distribusi yang di gunakan yaitu sistem One Daily Dose
(ODD) atau dapat dikatakan pemberian obat dalam dosis perhari. Sistem
distribusi ODD yakni Obat disiapkan oleh asisten apoteker, kemudian
diserahkan kepada perawat dan selanjutnya diberikan kepada pasien yang
bersangkutan. Setiap hari personel dari depo farmasi rawat jalan mengecek
dan mencatat sisa obat dari pasien, agar pasien tidak mendapatkan obat
yang berlebih selain itu bertujuan untuk memastikan dan mengontrol
bahwa dalam sehari pasien telah mengkonsumsi obat sesuai dengan aturan
pakai yang diberikan oleh dokter. Kelebihan sistem ODD adalah
meringankan dan mempermudah beban kerja IFRS karena obat telah
didistribusikan ke depo, meminimalkan pemakaian jumlah obat,
mengurangi kesalahan penggunaan obat. Sedangkan kekurangannya
adalah membutuhkan sumber daya manusia yang lebih banyak, obat yang
ada dalam ruangan persediaan dapat hilang. Jumlah apoteker di depo
Rawat Jalan terdiri dari 5 apoteker.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


88
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Distribusi perbekalan farmasi di depo farmasi rawat inap dilakukan


setiap hari yaitu dengan mencatat permintaan perbekalan farmasi pada
buku permintaan perbekalan farmasi dan kemudian diserahkan kepada
bagian gudang. Penyimpanan perbekalan farmasi di depo farmasi ini
berdasarkan bentuk sediaan, farmakoterapi dan alfabetis. Penyimpanan
obat dan alat kesehatan di simpan berdasarkan efek farmakologi dan
sediaan oral, injeksi, dan alat kesehatanjuga di bedakan.
Mahasiswa PKPA juga melakukan kegiatan kefarmasian di depo
rawat inap, setiap harinya menyapkan obat-obatan yang kosong dan ketika
ada permintaan dari perawat maka di catat dan diberikan kepada apoteker
atau asisten apoteker untuk di entry. Mahasiswa juga membantu asisten
apoteker untuk menyiapkan obat-obatan atau alat kesehatan berdasarkan
KIO (Kartu Informasi Obat) dari setiap paviliun yang telah di tuliskan oleh
apoteker, dan juga menyiapkan setiap resep yang masuk di rawat inap.
c. Satelit Khusus
1) Depo Farmasi IKW (Instalasi Khusus Wijayakusuma)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


89
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Rumah sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki Depo


khusus untuk Wijayakusuma. Instalasi Khusus Wijayakusuma
melakukan sistem unit dose dispensing (UDD) dan resep individual
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Obat langsung diserahkan
oleh personel depo untuk satu hari dikemas dalam satu kali pakai
mulai dari pagi, siang, sore dan malam kemudian diserahkan kekamar
pasien disertai dengan pemberian informasi pemakaian obat.
Keuntungan sistem UDD adalah mengurangi kesalahan penggunaan
obat, pembayaran obat lebih teliti dan meminimalkan kredit,
mengurangi persediaan obat diruangan, serta penggunaan personil
diruangan lebih efisien. Sedangkan kerugian sistem UDD adalah beban
kerja IFRS lebih besar, diperlukan waktu pelayanan IFRS 24 jam,
diperlukan biaya yang lebih besar untuk pembelian obat dalam
kemasan unit dosage dan untuk pengemasan kembali. Sistem
Penyimpanan obat dan alat kesehatan di depo farmasi IKW juga
berdsarkan efek farmakologi.
Alur pelayanan di IKW mulai dari dokter melakukanvisite
bersama dengan perawat dan apoteker untuk melihat perkembangan
terapi pasien lalu dokter menuliskan resep. Apoteker akan mencatat
resep di masing-masing CPO (Catatan Penggunaan Obat) tiap pasien
lalu catatan penggunaan obat tersebut disampaikan kepada petugas
Depo Farmasi di IKW, kemudian apoteker dan TTK akan menyiapkan
obat sesuai CPO dan memasukkan tagihan untuk pemakaian obat pada
hari itu ke kasir. Obat akan diantarkan langsung ke pasien disertai
pemberian informasi (KIE) oleh apoteker atau asisten apoteker. Untuk
obat injeksi diserahkan langsung kepada pasien yang selanjutnya
pasien akan memberikannya ke perawat dan perawat akan
menyuntikkan obat tersebut kepada pasien. Penyimpanan di Depo
IKW sudah sesuai standart, Sistem penyimpanan obat berdasarkan
jenis sediaan, suhu penyimpanan, efek farmakologi dan alfabetis.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


90
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem penyiapan obat di IKW juga telah menggunakan alat


ATDPS yang merupakan alat penyiapan obat tablet dan kapsul yang di
gunakan pasien untuk sekali minum. Obat-obatan yang banyak
menggunakan alat ATDPS karena penggunaan alat tersebut dapat
mempermudah penyiapan obat.
Mahasiswa PKPA juga melakukan kegiatan manajemen farmasi
di depo IKW. Mahasiswa membantu apoteker dan asisten apoteker
dalam menyiapkan obat-obatan dan alat kesehatan. Dan juga
membantu asisten apoteker untuk mengecek sisa obat yang ada di
setiap kamar-kamar pasien. Dan juga mahasiswa di beri kesempatan
untuk dapat belajar menggunakan alat ATDPS yang telah di ajarkan
oleh asisten apoteker.
2) Depo Farmasi Anyelir
Depo farmasi anyelir melayani resep obat dari ruang bersalin
dan juga rawat inap anak dengan sistem resep individual. Depo farmasi
anyelir memberikan pelayanan obat mulai dari jam 08.00–15.30, jika
membutuhkan pelayanan obat maka pasien atau keluarga pasien
menebus obat di depo IGD. Depo farmasi anyelir melayani pasien
yang berada di dalam gedung anyelir diantaranya adalah pasien pra
dan pasca persalinan, anak-anak.
3) Depo Farmasi IGD (Instalasi Gawat Darurat)

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


91
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Sistem pendistribusian yang diterapkan di tempat ini yaitu


sistem resep individual (IP) dan system floor stock. Keuntungan sistem
floor stock yaitu obat tersedia bagi penderita yang harus mendapatkan
pertolongan pertama, dapat meminimalkan jumlah personil IFRS dan
tidak ada pengembalian obat yang tidak terpakai. Sedangkan
kerugiannya adalah kesalahan penggunaan obat meningkat, jumlah
persediaan obat di ruangan meningkat sehingga kerusakan obat juga
meningkat. Setelah kondisi pasien ditangani maka dokter akan
menuliskan resep sesuai dengan perbekalan yang sebelumnya
digunakan. Di mana pasien harus menebus perbekalan kesehatan
tersebut ke depo farmasi IGD, yang setelah resep tersebut ditebus oleh
pasien maka perbekalan kesehatan tersebut diserahkan ke perawat
yang bertugas agar dikembalikan ke tempat alkes dan obat-obatan yang
sebelumnya telah digunakan.
Sistem penyimpanan obat di IGD berdasarkan alfabetis dan obat
paten dan generik di bedakan. Dan juga alat kesehatan dibedakan.
Mahasiswa PKPA melakukan pelayanan kefarmasian di IGD yaitu
mahasiswa menerima resep yang di berikan oleh pasien dan
menyiapkan obat atau alat kesehatan berdasarkan resep dokter.
4) Depo Farmasi Kamar Operasi
Depo Farmasi Kamar Operasi terdiri dari Kamar Operasi Cito
dan Operasi Sentral. Kamar Operasi Cito digunakan untuk operasi
yang bersifat cito (mendadak) dan Kamar Operasi Sentral digunakan
untuk operasi yang bersifat terencana. Depo Farmasi OK menyediakan
obat-obatan dan alat-alat kesehatan. Sistem pendistribusiannya
menggunakan sistem IP. Di depo farmasi ini setiap harinya dilakukan
pemantauan atau pengecekan kelengkapan obat-obatan dan alat
kesehatan agar persediaannya lengkap sehingga tidak mengganggu
jalannya operasi yang dilakukan oleh para dokter.
5) Depo Farmasi OK Cito

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


92
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Depo Farmasi OK depan menyediakan obat-obatan dan alat


kesehatan untuk operasi yang bersifat Cito (harus segara ditangani).
Sistem pendistribusiannya menggunakan sistem individual prescribing,
yang setiap hari dipantau atau dicek kelengkapan obat-obatan dan alat-
alat kesehatan agar persediaan yang disiapkan sudah lengkap sehingga
tidak mengganggu jalannya operasi yang dilakukan oleh para dokter.
Depo Farmasi OK depan ini melayani pasien selama 24 jam. Depo
Farmasi OK cito melayani alat kesehatan dan injeksi yang akan
digunakan dalam operasi, petugas yang bertanggug jawab di depo OK
cito terdiri dari seorang Asisten Apoteker. Obat-obat atau alat
kesehatan yang ada di OK cito merupakan barang yang selalu di
butuhkan untuk penggunaan gawat darurat.
6) Depo Farmasi OK Sentral
Depo Farmasi OK belakang/central menyediakan obat-obatan
dan alat-alat kesehatan untuk operasi yang bersifat terencana atau
terjadwal. Sistem pendistribusiannya menggunakan sistem IP, yang
setiap hari dipantau dan dicek kelengkapan obat-obatan dan alat-alat
kesehatan agar persediaan yang disiapkan sudah lengkap sehingga
tidak mengganggu jalannya operasi yang dilakukan oleh para dokter.
5. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin.
Adapun kegiatan yang di lakukan dalam pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian dan pelayanan resep

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


93
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pengkajian Resep (skrining resep) dilakukan untuk menganalisa


adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan
pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik,
dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pengkajian ini dilakukan pada saat resep diterima dan pada saat mengsisi
form telaah resep. Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
3) Tanggal Resep; dan
4) Ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
2) Dosis dan Jumlah Obat;
3) Aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
2) Duplikasi pengobatan;
3) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
4) Kontraindikasi; dan
5) Interaksi Obat.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep – pemberian
nomer – pengkajian resep – entry data – penulisan etiket – penyiapan dan
peracikan obat – doube check – penyerahan obat kepada pasien oleh
apoteker disertai konseling.
Pemberian nomer dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
A : untuk obat jadi 1 – 3 jenis obat
B : untuk obat jadi > 3 jenis obat
C : untuk obat racikan

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


94
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Mahasiswa PKPA juga diberi kesempatan untuk melakukan


telaah atau skrining resep baik secara administrasi, farmasetik dan
farmakologi terhadap setiap resesp yang di bawa oleh pasien serta mengisi
form telaah resep serta memisahkan resep berdasarkan jenis pembayaran yakni
pasien umum, pasien BPJS ( PBI dan Non PBI) serta pasien Jamkesda. Jika
sesuai, resep kemudian diserahkan kepada petugas untuk kemudian dientry
dalam komputer dan selanjutnya disiapkan obat yang dibutuhkan sesuai resep
lalu diserahkan kepada pasien disertai Pemberian Informasi Obat (PIO).

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
1) Membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan
informasi penggunaan Obat;
2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika
diperlukan;
3) Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan
Obat;
6) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
7) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu
kepatuhan minum Obat (concordance aids);

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


95
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

8) Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa


sepengetahuan dokter; dan
9) Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan:
1) Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya; dan
2) Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.
Informasi yang harus didapatkan:
1) Nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
2) Reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan
3) Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang
tersisa).
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan
obat rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah
sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah
sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya
rekonsiliasi Obat adalah:
1) Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien;
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter; dan
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Pengumpulan data

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


96
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan


digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat
mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi
pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal
kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek
samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Semua Obat yang
digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal
harus dilakukan proses rekonsiliasi.

2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Hal ini untuk mengetahui apakah ada
ketidakcocokan antara obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau
diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak disengaja
(unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan Resep.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi
kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker
adalah:
a) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja;
b) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
c) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.
4) Komunikasi

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


97
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien


atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
Rekonsiliasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang dibagi menjadi 3 bagian:
1) Admisi (saat pasien datang ke IGD, dilakukan perbandingan antara
obat yang dibawa dari rumah dan saat masuk IGD)
2) Transfer (dilakukan perbandingan penggunaan obat saat di IGD dan
setelah pasien dipindahkan ke bangsal atau perpindahan ruangan satu
ke ruangan lain)
3) Pulang (perbandingan obat yang digunakan diruang perawatan dengan
obat yang dibawa pulang)
Mahasiswa PKPA diberi kesempatan untuk melakukan rekonsiliasi
obat pasien dengan melihat data rekam medik pasien serta
membandingkan dengan pengobatan sebelumnya yang diterima pasien
juga rencana pengobatan selanjutnya atau obat pulang pasien sesuai
dengan instruksi pemberian terapi obat dari dokter penanggung jawab
pasien.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen,
akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien
dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
1) Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit;

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


98
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan


dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
1) Menjawab pertanyaan;
2) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
3) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
4) Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap;
5) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
1) Sumber daya manusia;
2) Tempat; dan
3) Perlengkapan.
Mahasiswa PKPA ditugaskan untuk mencatat serta
mendokumentasikan PIO yang diberikan kepada pasien, dimana informasi
yang diberikan harus dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya
sehingga mahasiswa PKPA dituntut untuk mencari jawaban dari berbagai
literatur atau jurnal penelitia sehingga informasi yang disampaikan tidak
bias dan membingungkan pasien. Selain itu, mahasiswa PKPA juga
melakukan kegiatan promosi kesehatan (PROMKES) kepada pasien
terutama pada pasien rawat jalan dengan tema Tubercolosis (TBC) dan
Diabetes Melitus (DM).
e. Konseling

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


99
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau


saran terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan
pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker. Pemberian konseling Obat
bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
Obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus konseling Obat ditujukan
untuk:
 Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
 Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
 Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
 Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya;
 Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
 Mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
 Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi;
 Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan;
 Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:
1) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
2) Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat
melalui Three Prime Questions;

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


100
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

3) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada


pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
4) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat;
5) Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman
pasien; dan
6) Dokumentasi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat yakni kriteria
pasien meliputi:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui);
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dll);
3) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin);
5) Pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
6) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
Konseling yang di lakukan di rumah sakit hampir sebagian besar
dilakukan di depo rawat inap, sedangkan di depo rawat jalan sangat jarang
dilakukan dikarenakan jumlah pasien yang sangat banyak sedangkan
tenaga apotekernya hanya 4 orang. Untuk konseling di depo rawat inap
dilakukan pada bangsal seperti cempaka, flamboyan, dahlia, asoka,
kemuning atas dan bawah, kenanga, dan anyelir oleh apoteker ruangan
terutama pada pasien pulang. Konseling yang dilakukan di depo rawat
jalan terutama pada beberapa obat yang memerlukan tindakan khusus
seperti obat tetes mata, tetes telinga serta pemakaian insulin.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


101
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Selama pelayanan farmasi klinik Mahasiswa PKPA melakukan


kegiatan konseling bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kegiatan
konseling berupa penjelasan mengenai penggunaan obat-obat dengan
teknik khusus seperti insulin, cara penyimpanan obat, lama penggunaan
obat, tujuan pengobatan dan masih banyak lagi guna meningkatkan
pemahamam pasien mengenai terapi obat, efek samping dari pemakaian
obat serta meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
sesuai instruksi dokter penanggung-jawab pasien.
f. Visit
Visit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama dokter
dan perawat atau dapat juga dilakukan sendiri (visit mandiri) dengan
tujuan untuk mengecek kondisi/keadaan dari pasien yang dirawat.
Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visit apoteker yang di lakukan di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang baik secara team bersama dokter, perawat atau
tenaga kesahatan lain, maupun secara mandiri bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pemberian terapi obat, duplikasi terapi, over
dosis ataupun underdose, serta permasalahan lain yang berkaitan dengan
terapi obat. Hal ini selaras dengan tujuan dari pharmaceutical care dimana
pelayanan kefarmasian saat ini berorientasi pada pasien. Visit dilakukan
pada tiap bangsal dimana 1 orang pasien bertanggungjawab terhadap 30
bed/ tempat tidur. Namun hal ini tidak dapat diterapkan pada Rumah Sakit
Umum Tangerang dikarenakan kekurangan tenaga apoteker sehingga
seorang apoteker dapat melayani lebih dari 30 bed/tempat tidur.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


102
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Mahasiswa PKPA dapat mengikuti visit team baik bersama


dokter, apoteker ruangan, perawat serta tenaga kesehatan lain. Selain itu
mahasiswa PKPA melakukan visit sendiri/mandiri untuk pasien-pasien
yang ada di bangsal. Mahasiswa PKPA diberikan kesempatan untuk
mengamati kondisi serta keluhan pasien selama pemakaian obat.
g. Pemantauan Terapi Obat
Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang
tidak dikehendaki. Tahapan yang di lakukan dalam pemantauan terapi obat
sesuai dengan metode SOAP yaitu sebagai berikut :
1) Data subyektif (S): nonreproducible data base interpretasi pasien atau
orang lain meliputi: riwayat penyakit, riwayat sosial, riwayat keluarga,
riwayat pengobatan, riwayat alergi ( obat, makanan), dan keluhan.
2) Data obyektif (O): measurable dan reproducible Physical examination,
hasil lab, uji diagnostic meliputi :
 Vital sign: TD, Suhu, Nadi, RR.
 Kondisi klinik: oedema, asites, inflamasi.
 Data lab: leukosit, Hb, trombosit.
 Hasil foto x-ray, USG.
Informasi data base diperoleh dari medical record, pengamatan klinik,
interview pasien / keluarga
3) Assessment / evaluasi ( A): Evaluasi ini meliputi identifikasi problema
terkait obat/DRP, tujuannya meningkatkan dan atau menjamin
keamanan, efektivitas terapi obat.
4) Plan (P): Tindak lanjut atau rekomendasi terapi terkait DRP dan
evaluasi atas terapi yang diterima pasien.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


103
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Mahasiswa PKPA diberikan kesempatan untuk melakukan


pemantauan terapi obat ke pasien, dimana masing-masing mahasiswa
mengambil satu kasus di setiap bangsal untuk diamati setiap hari (minimal 5
hari) berkaitan dengan terapi obat yang diterima pasien dan menganalisis
penggunaan obat pasien apakah terjadi masalah yang berkaitan dengan
pengobatan pasien yang berhubungan dengan Drug Related Problem (DRP)
serta merekomendasikan penggunaan obat yang tepat berdasarkan literatur.
Kegiatan pemantuan penggunaan terapi obat meliputi:
a) Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi,
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
b) Pemberian rekomendasi penyelesaian terkait obat
c) Pemantauan efektifitas dan efek samping trapi obat
Tahapan melakukan Pemantuan Terapi Obat:
a) Melakukan pengumpuan data pasien meliputi nama, jenis kelamin, usia,
berat badan, kondisi klinis pasien, tanda vital pasien, data laboratorium,
waktu serta cara penggunaan obat.
b) Melakukan identifikasi masalah terkait obat diantaranya dosis yang terlalu
tinggi, dosis terlalu rendah, interaksi obat, duplikasi obat, indikasi yang
tidak ditangani, terapi tanpa indikasi, pemilihan obat yang kurang tepat,
reaksi obat ynag tidak dinginkan.
c) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terait pemantauan terapi
obat.
Dari hasil pemantauan terapi obat diperoleh banyak masalah terkait
interaksi obat yang mana sering kali terjadi dan menimbulkan keluhan-
keluhan baru dari pasien. Selain itu ada juga terapi tanpa indikasi, pemberian
obat dengan dosis yang terlalu rendah sehingga tidak mencapai efek terapi,
juga pemberian terapi obat yang dikontraindikasikan dengan kondisi atau
penyakit yang sedang diderita pasien serta masih banyak lagi. Berbagai
permasalahan diatas, kemudian diidentifikasi serat direkomendasikan
solusinya berdasarkan literatur.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


104
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat
yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. MESO
bertujuan:
1) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
Mahasiswa PKPA ditugaskan untuk melakukan monitoring efek samping
obat setiap hari ketika bertugas di bangsal rawat inap yang bertujuan untuk
dapat secepat mungkin mengetahui efek samping obat yang terjadi terutama
efek serius yang ditimbulkan. Kegiatan MESO meliputi :
 Melihat efek yang muncul atau dirasakan terkait penggunaan obat
oleh pasien
 Menanyakan langsung kepada pasien atau keluarga apakah ada
keluhan/ reaksi efek samping yang dirasakan pasien
 Memberikan rekomendasi atau informasi kepada pasien jika efek
samping muncul ketika penggunaan suatu obat.
i. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi
dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


105
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

1) Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang


dibutuhkan;
2) Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
3) Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
4) Menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :
1) Pencampuran Obat Suntik
Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan pasien
yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah
sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan:
a) Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
b) Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai;
c) Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Ruangan khusus;
b) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
c) HEPA Filter

2) Penyiapan Nutrisi Parenteral


Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan
pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan
kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan dalam
dispensing sediaan khusus:
a) Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral
untuk kebutuhan perorangan; dan
b) Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Tim yang terdiri dari dokter, Apoteker, perawat, ahli gizi;

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


106
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

b) Sarana dan peralatan;


c) Ruangan khusus;
d) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
e) Kantong khusus untuk nutrisi parenteral
3) Penanganan Sediaan Sitostatik
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan Obat
kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan
pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara
operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai
prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:
a) Melakukan perhitungan dosis secara akurat;
b) Melarutkan sediaan Obat kanker dengan pelarut yang sesuai;
c) Mencampur sediaan Obat kanker sesuai dengan protokol
pengobatan;
d) Mengemas dalam kemasan tertentu; dan
e) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a) Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai;
b) Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet;
c) HEPA filter;
d) Alat Pelindung Diri (APD);
e) Sumber daya manusia yang terlatih; dan
f) Cara pemberian Obat kanker.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


107
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara aseptis oleh tenaga


yang terlatih, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti
kontaminasi terhadap produk, paparan sediaan terhadap petugas serta
lingkungan (terutama untuk sediaan sitostatika). Beberapa obat dapat
membahayakan bila tercium atau terhirup Cytotoxic atau cell killer digunakan
untuk menunjuk beberapa senyawa: genotoxic, oncogenic, mutagenic,
teratogenik dan berbahaya.
Ruangan handling cytotoxic terdiri:
1) Ruangan Persiapan
Ruangan yang di gunakan untuk administrasi dan penyiapan
bahan obat (etiket, pelabelan, perhitungan dosis dan volume cairan ).
2) Ruangan ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruangan antara, petugas harus mencuci
tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD).
3) Ruangan antara ( Ante Room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril memalui suatu ruang
antara.
4) Ruangan steril ( Clean room).
Ruangan untuk melakukan handling Handling Cytotoxic.

Gambar 6. Alur pelayanan Handling Handling Cytotoxic

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


108
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Tahap pertama yang di lakukan saat akan melakukan handling sitotoksik


yaitu masuk ke ruangan administrasi untuk pengecekan obat. Di dalam ruangan
pengecekan obat harus di lakukan pengecekan dan kesesuaian antara obat yang di
terima dengan catatan pemberian obat handling, jika telah sesuai obat-obat
tersebut di masukkan ke dalam tempat handling. Setelah itu petugas melakukan
penggantian baju di ruangan pengganti pakaian. Pakaian yang di gunakan ada 2
lapis, sapu tangan 2 lapis, sepatu 2 lapis, masker 3 lapis, memakai penutup kepala
dan memakai kacamata khusus. Prosedur pemakaian baju khusus yaitu pertama
memakai 1 sarung tangan lalu memakai 1 lapisan baju dan celana lalu kemudian
memakai 1 sarung tangan lalu memakai lapisan ke dua pakaian, kemudian
memakai 2 lapis sepatu dan 2 lapis masker, memakai kacamata khusus dan terahir
memakai 1 sarung tangan lagi.
Setelah petugas selesai melakukan penggantian baju, petugas melakukan
penanganan obat sitotoksik. Sebelum melakukan pencampuran petugas
melakukan sterilisasi pencucian tangan namun tidak dilakukan dalam ruangan
steril yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow disebabkan ruangan khusus
penangana sitostatik terbakar beberapa bulan yang lalu, sehingga tindakan
pencampuran yang dilakukan hanya secara aseptis. Hal ini tentu sangat
membahayakan petugas yang melakukan pencampuran obat tersebut juga dampak
negatif terhadap kesehatan petugas serta lingkungan di sekitar, sehingga perlu
disarankan untuk tidak dilakukan lagi dan sebaiknya pasien di rujuk ke Rumah
Sakit lain.
Mahasiswa PKPA tidak terlibat langsung dalam penanganan obat
sitotoksik dikarenakan gudang Farmasi di Rumah Sakit Umum Tangerang
terbakar sehingga alat-alatnya pun ikut terbakar. Jika ada pasien kanker maka
dirujuk ke RS Siloam.
j. Evaluasi Penggunaan Obat

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


109
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang mengevaluasi


penggunaan obat dengan cara pelaporan penggunaan obat. Pelaporan yang
dilakukan di instalasi farmasi terpusat di gudang farmasi. Laporan yang
dibuat berupa laporan nilai persediaan yang dilaporkan setiap bulan
kepada bagian keuangan, laporan jumlah resep dan laporan hasil stock
opname yang dilaporkan setiap bulan kepada bagian keuangan, laporan
penggunaan narkotika dan psikotropika yang dilaporkan setiap bulan
kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Balai Besar POM, laporan
statistika resep dan penggunaan obat generik berlogo yang dilaporkan
setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Balai Besar
POM.
Evaluasi penggunaan obat dilakukan oleh staf medik sebagai
suatu proses yang terus-menerus, terencana dan sistematik, berbasis
kriteria untuk memantau dan mengevaluasi penggunaan obat profilaksis,
terapi dan empirik untuk membantu memastikan bahwa obat- obat tersebut
diberikan dengan tepat, aman dan efektif. Obat yang dievaluasi
berdasarkan kriteria berikut:
1) Didasarkan pada pengalaman klinik, diketahui dan dicurigai bahwa
obat menyebabkan ROTD atau berinteraksi dengan obat lain dalam
suatu cara yang menimbulkan suatu resiko kesehatan yang signifikan.
2) Obat digunakan dalam pengobatan berbagai reaksi, disebabkan umur,
ketidakmampuan, atau karakteristik metabolik yang unik.
3) Obat telah ditetapkan melalui program pengendalian infeksi rumah
sakit atau kegiatan jaminan mutu lain, untuk memantau dan
mengevaluasi.
D. Unit / Komite Interdisipliner
1. KFT

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


110
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki Komite


Farmasi dan Terapi (KFT) yang secara fungsional membantu direktur dan
rumah sakit dalam pengelolahan obat-obatan dan alat kesehatan untuk
memberikan masukan mengenai masalah secara profesional. Tujuan
dibentuknya KFT yaitu untuk mendapatkan penggunaan obat yang
rasional serta mengembangkan hubungan kerjasama antara dokter dan
apoteker dalam menyusun formularium rumah sakit, dimana penyusunan
formularium rumah sakit berdasarkan kesepakatan rapat dari masing-
masing utusan tiap staf medik fungsional yang tujuannya menjadi suatu
acuan rumah sakit dalam menjamin pengunaan obat yang aman dan
rasional. Formularium yang digunakan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang mengacu pada formularium terbaru yaitu formularium tahun
2015 yang merupakan formularium edisi ke-7. Evaluasi formularium
dilakukan secara rutin setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali dan revisi
formularium dilakukan setiap 1 tahun sekali.
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang melakukan seleksi obat
didasarkan pada kebutuhan obat terkait prevalensi penggunaan obat
tertinggi di daerah Tangerang dan sekitarnya, dengan tetap
mempertimbangkan (Efektif, Aman, Rasional, Murah, dan Bermutu), dan
juga berdasarkan pada daftar-daftar obat yang tersedia untuk pasien
dengan jaminan kesehatan yang dilayani di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.
Kepengurusan KFT RSU Kabupaten Tangerang terdiri dari:
Ketua : dr. Pudjo Rahasto, Sp.JP
Sekretaris : Ary Dwi Lestari, M.Farm., Apt
Anggota :
1) dr. Syafrizal Abubakar, Sp.BS
2) dr. Nurman Effendi, Sp.OT
3) dr. I Gede Ray Kossa, Sp.PD
4) dr. Falentina Panjaitan, Sp.A

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


111
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

5) dr. Eddy Toynbee, Sp.OG


6) dr. Muhammad Gafur, Sp.A
7) dr. Melfa Lamria Berliana L.t., Sp.S
8) Dra. Didiet Etnawati, Apt.,M.Si
9) Ns. Sriyatna Rumsari, S.Kep
10) Muhammad Arofah, AMK
2. Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat
Pelayanan Sterilisasi.
Merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap
semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril. Instalasi
CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan sehingga
dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah sakit itu
sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari pembilasan,
pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan,
memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi.
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki CSSD
yang menerima permintaan sterilisasi instrumen, linen dan bahan-bahan
habis pakai setiap hari kerja dari semua instalasi di RSU Kabupaten
Tangerang. Kegiatan pelayanan Instalasi Sterilisasi Sentral dan Laundry
dibagi menjadi 2 shift yaitu shift I dimulai pukul 07.30-14.00 WIB dan
shift II dimulai pukul 14.00-21.00 WIB. Selain permintaan penyeterilan
instrumen, linen dan bahan lainnya, instalasi sterilisasi sentral juga
memproses atau membuat bahan-bahan steril habis pakai terutama yang
diperlukan oleh Instalasi Bedah Sentral, Kamar Bersalin dan OK IGD atau
CITO.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


112
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki CSSD


dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai infeksi, yang mana CSSD
menjadi pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah
sakit yang membutuhkan yaitu instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan,
instalasi rawat darurat dan instalasi bedah sentral.
Tugas utama CSSD di RSU Kabupaten Tangerang antara lain:
a) Menyiapkan peralatan medis (medication set) untuk perawatan pasien
b) Melakukan proses sterilisasi alat dan bahan
c) Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang
perawatan/bangsal, kamar operasi, maupun ruangan lainnya.
d) Berpatisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif
serta bermutu.
e) Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien.
Proses awal dalam alur CSSD yaitu penerimaan alat-alat/ instrumen
medis kotor. Proses serah-terima dilakukan di loket penerimaan barang
dimana terdapat formulir penerimaan yang berisikan nama dan jumlah alat-
alat medis yang dititipkan dari setiap ruangan untuk disterilkan yang harus
ditandatangani oleh petugas baik petugas yang mengantar maupun yang
menerima. Selanjutnya massuk proses dekomtaminasi melalui tahap
pencucian pre-cleaning dan cleaning, perendaman dengan mengunakan zat
kimia tertentu (zat alkazid) yang berguna untuk menghentikan proses
enzimatik pada instrumen serta menggunakan gluteraldehida untuk istrumen
dengan resiko tinggi. Proses pencucian dilakukan secara manual, otomatis dan
secara ultrasonic. Setelah itu dilakukan pembilasan kemudian alat dikeringkan
menggunakan drying kabinet setelah itu dilakukan pengemasan alat dalam
ruang setting dan pengemasan serta indikator eksternal maupun internal
kemudian diberikan label expired date. Setelah pelabelan, dilakukan sterilisasi
menggunakan autoklaf dengan suhu 134°C baik untuk linen ataupun
instrumen (alat-alat medis) selama 60 menit.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


113
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Proses sterilisasi di RSU Kabupaten Tangerang menggunakan 5 alat,


diantaranya suhu rendah dengan ETO (etilent oxide) dan plasma, dry heat,
steam blast dan Suck off. Steam blast merupakan proses pengisian udara dan
terjadi kenaikan suhu dimana sebelumnya terdapat proses vent yaitu proses
pengosongan udara. Suck off merupakan proses pengeluaran udara setelah
proses steam blast. Kedua proses ini akan terjadi secara bergantian sebanyak 6
kali sampai suhu 134°C. Setelah suhu mencapai 134°C, terjadi proses pressure
relief selama 7 menit kemudian dilanjutkan dengan proses drying dan
sterilisasi selesai. Setelah melalui proses sterilisasi alat masuk ke rak
penyimpanan dan siap untuk didistribusikan menggunakan troley ke masing-
masing unit rumah sakit. Penerapan prosedur CSSD sesuai pedoman telah
diterapkan secara maksimal di RSU Kabupaten Tangerang.
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara
suseptibilitas pejamu, agen infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis) serta
cara penularan. Identifikasi faktor risiko pada pejamu dan pengendalian
terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi
(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
Rumah Sakit memiliki strategi dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi seperti:
a) Kebersihan Tangan
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat
kotor atau terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan
handrub berbasis alkohol secara rutin untuk dekontaminasi tangan, jika
tangan tidak terlihat ternoda. Jangan gunakan handrub berbasis alkohol
jika tangan terlihat kotor. Jangan gunakan produk berbasis alkohol
setelah menyentuh kulit yang tidak utuh,seperti darah atau cairan
tubuh.
b) Alat Pelindung Diri
Adapun alat pelindung diri yang di lakukan yaitu :

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


114
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

 Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada
di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang
(barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu
pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
 Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut,
bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta
untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
 Alat Pelindung Mata
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan
tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika
ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata.
 Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka
selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk mentup semua
rambut. Meskipun topi dapat dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya darah atau cairan tubuh yang terpercik
atau menyemprot
 Baju pelindung

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


115
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Baju pelindung digunakan untuk menutupi atau


mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama
adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari
sekresi respirasi.
 Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh
secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, “sandal
jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh
dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan
lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan
bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup
sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


116
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

A. Kesimpulan
1. Rumah Sakit Umum milik Pemerintah kabupaten Tangerang adalah rumah
sakit pendidikan yang memilki akreditasi “B pendidikan”, dan berhasil
meraih predikat LULUS dengan tingkat “PARIPURNA (Bintang Lima)”
pada tanggal 8 Agustus 2016 dan berlaku sampai dengan 25 Juli 2019.
Berdasarkan standar Akreditasi versi 2012, tingkat paripurna merupakan
nilai kelulusan tertinggi yang dapat dicapai oleh rumah sakit dan
dinyatakan telah lulus terhadap 15 penilaian program kerja, diantaranya
adalah kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok
standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit
dan sasaran Millenium Development Goal
2. Nilai BOR dan AVLOS di RSU Kabupaten Tangerang adalah nilai BOR
71,92% dan nilai AVLOS 4 hari (Sumber KARS)
3. Farmasis di RSU Kabupaten Tangerang memiliki fungsi dan peranan
penting baik dalam aspek manajerial dan pelayanan klinis.
4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang merupakan
suatu departemen atau unit pelayanan fungsional di bidang penunjang non
medis yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh pelayanan
kefarmasian.
5. Secara fungsional tugas utama apoteker di IFRS Umum Tangerang adalah
menyediakan kebutuhan obat untuk pasien rawat inap dan rawat jalan,
menyiapkan obat sesuai resep dokter, berkomunikasi bersama dokter dan
perawat serta memberikan informasi yang jelas tentang petunjuk
pemakaian obat kepada pasien dan/atau keluarga pasien, mencatat dan
menginformasikan stok obat perhari serta mempertanggung jawabkan
pemakaian psikotropika dan narkotika.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


117
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

6. Secara struktural tugas utama apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Umum Kabupaten Tangerang adalah bertanggung jawab terhadap fungsi
manajemen yang meliputi usulan perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
apakai serta bertanggung jawab terhadap kegiatan farmasi klinik.
7. Seleksi di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan dengan metode Bottom
up.
8. Evaluasi terhadap proses seleksi dilakukan setiap 1 tahun sekali, meliputi:
 Persentase obat DOEN (formularium)
 Persentase usulan kebijakan yang diterima PFT
 Persentase kepatuhan terhadap formularium
 Persentase kepatuhan terhadap SOP form pengusulan obat baru
9. Perencanaan di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi. Data yang
digunakan dalam metode konsumsi adalah data pemakaian obat 6-12 bulan
yang lalu, sedangkan data yang digunakan dalam metode epidemiologi
adalah data penyakit serta pengobatan yang diberikan.
10. Sistem Informasi Manajemen (SIMRS) yang digunakan di RSU
Kabupaten Tangerang menggunakan SIMRS farmagitech. SIMRS
Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang meliputi pembelian,
pengelolaan, penyimpanan sampai distribusi dan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang ada di Instalasi
Farmasi
11. Pengadaan di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan dengan metode
pembelian meliputi pembelian langsing, pengadaan langsung dan sistem
Tender (E-catalog); Produksi dan Hibah.
12. Penerimaan barang meliputi identifikasi barang, sesuaikan barang dengan
faktur : jenis, jumlah, bentuk sediaan, No batch, tanggal kadaluarsa yang
diilakukan oleh tim PPHP Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang,
pengentrian data dan penyimpanan barang.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


118
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

13. Penyimpanan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dibawah


pengawasan dan tanggung jawab apoteker. Barang yang sudah diperiksa
diserahkan ke petugas dan disimpan di Gudang IFRS Tangerang.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di gudang
disimpan berdasarkan stabilitas obat, selanjutnya berdasarkan bentuk
sediaan dan alfabetis dengan menggunakan sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out).
14. Distribusi
Alur distribusi dimulai dari gudang logistik ke gudang farmasi kemudian
diteruskan ke depo – depo sampai kepada pasien. Distribusi obat dari
gudang ke depo berdasarkan metode Pull system, sedangkan ke pasien
dengan Individual prescribing (IP), UDD, ODDs, dan Floor stock.
15. Gudang Farmasi juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan
farmasi yang kadaluwarsa ataupun yang rusak sesuai perintah Direktur dan
dilakukan oleh panitia pemusnahan dan dibuat berita acara pemusnahan
yang dicatat didalamnya seperti nama obat, jumlah, dan harga, dimana
kegiatan pemusnahan obat di RSU Kabupaten Tangerang bekerjasama
dengan pihak ketiga yaitu pabrik khusus yang mengelola limbah rumah
sakit.
16. Pelaporan narkotik dan psikotropika
Laporan narkotika dan psikotropika dibuat setiap bulan dan harus dikirim
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
17. Pengendalian sediaan farmasi dengan cara Stock Opname setiap 1 bulan
sekali pada akhir bulan oleh gudang dan tiap depo farmasi yang bertujuan
agar persediaan obat dan alkes tetap terkendali.
18. Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
sudah berjalan cukup baik namun masih perlu peningkatan kualitas dan
kuantitas dari apoteker ruangan sehingga dapat berjalan secara optimal.
19. Instalasi Stelirilasi Sentral dan Loundry yang ada di RSU Kabupaten
Tangerang sudah cukup memenuhi standar.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


119
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

B. Saran
1. Perlu penambahan tenaga apoteker agar proses pelayanan kefarmasian
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Penerapan phamaceutical care kedepannya lebih ditingkatkan lagi,
terutama dalam hal komunikasi dan konseling terhadap pasien dengan
memanfaatkan ruangan yang telah tersedia sehingga paradigma patient
oriented lebih dikenal oleh masyarakat.
3. Perlu perluasan ruang tempat penyimpanan obat yang ada di ruangan
sehingga tidak menumpuk dan di terlihat lebih rapi dan teratur.
4. Pengadaan obat perlu ditingkatkan dengan memperhatikan tingkat
kebutuhan obat dari segi peresepan yang sering diberikan untuk mencegah
kekosongan obat.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


120
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004, Standar Pelayanan Kefaarmasian di Rumah Sakit, Dep. Kes.
R1, Jakarta.
Depkes RI, 2004, Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia (UU RI)
No.44/2004 Tentang Rumah Sakit.
Anonim.2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi d Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Jakarta
Anonim. 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim, 2012, Profil RSUD Tangerang Tahun 2011. Tangerang.
Anonim. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58/MENKES/PER/1/2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Depkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


121
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Hariandja, M.T.E. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia:


Pengadaan, Pengembangan, Pengkompesasian dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai, PT Grasindo. Jakarta.
Mohamad T dkk. 2015. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Berbasis Web Studi Kasus : Rumah Sakit TNI AU Lanud Sam Ratulangi.
E-journal Teknik Informatika, volume 6, No. 1.
MSH, 2012, MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies,
Management Sciences for Health, Inc., USA.
Quick, J.D., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes,
M.N.G., Garnett, A., 1997, Managing Drug Supply, Second Edition,
revised and expanded, 4, 14, 33, Kumarian Press, West Harford.
Siregar ,C.J.P, Amalia, 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan. EGC.
Jakarta.

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII


Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta
Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Periode 01 Agustus 2017 – 30 September 2017

Program Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXXIII

63

Anda mungkin juga menyukai