Oleh :
HABSARI PUTRI RIZKITA
NIM.207009
Oleh :
HABSARI PUTRI RIZKITA
NIM. 207009
Dengan ini saya sampaikan bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:
Proposal Continuity of Care ini disetujui sebagai tanda bukti bahwa telah
dilaksanakan:
NIM. 207009
Menyetujui,
PEMBIMBING LAHAN
Menyetujui,
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
(R. Maria Veronika W, S.ST., M.Keb) (Anik Sri Purwanti, S.ST., M.Keb)
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Continuity of Care ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Continuity of Care Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes RS dr. Soepraoen
8. Nama Keluarga :
- Ayah
Nama ayah : Koeswantara
Tempat, tanggal lahir: Malang, 4 April 1969
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS
- Ibu
Nama Ibu : Sutari
Tempat, tanggal lahir: Magetan, 20 Juli 1972
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS
- Adik
Nama Adik : Gistha Putri Pinasthika
Tempat, tanggal lahir: Malang, 3 April 2000
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Hormat saya,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia–Nya sehingga dapat terselesaikan Laporan Asuhan dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NY “Z” USIA 20 TAHUN
DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III HINGGA PEMAKAIAN ALAT
KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TUMPANG” sebagai salah satu persyaratan
Akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr Soepraoen Kesdam
V/ Brawijaya Malang.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat :
1. Letkol Ckm Arief Efendi, SMPh., SH., S.Kep., NS., MM., M.Kes selaku
Direktur Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr. Soepraoen
Malang.
2. Raden Maria Veronika Widiatrilupi., S.ST., M.Keb. selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan
RS dr. Soepraoen Malang dan pembimbing I sekaligus penguji II sidang
Continuity of Care.
3. Anik Purwati, S.ST. MM., M.Kes. selaku penguji I sidang Continuity of
Care Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
4. Anik Sri Purwanti, S.ST., M.Keb. selaku pembimbing II sekaligus penguji
III sidang Continuity of Care Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
5. Ida Priyanti, S.ST.Bd Selaku pembimbing klinik di Puskesmas Tumpang
Kabupaten Malang.
6. Orang tua saya serta teman teman seperjuangan profesi kebidanan dan
semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini berguna
baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Malang, Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul Depan................................................................... i
Halaman Judul Dalam................................................................... ii
Lembar Keaslian Penulisan.......................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing................................................ iv
Lembar Pengesahan Penguji........................................................ v
Curriculum Vitae............................................................................ vii
Kata Pengantar.............................................................................. x
Daftar Isi......................................................................................... xi
Daftar Tabel.................................................................................... xiii
Daftar Lampiran............................................................................. xiv
Daftar Singkatan............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ............................................... 3
1.3 Tujuan Penyusunan Continuity of Care..................... 3
1.4 Ruang Lingkup.......................................................... 3
1.5 Manfaat...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan.................................................................. 5
2.2 Persalinan.................................................................. 26
2.3 Nifas.......................................................................... 43
2.4 Bayi Baru Lahir.......................................................... 56
2.5 Keluarga berencana.................................................. 63
2.6Jurnal Inovasi Asuhan Kebidanan.............................. 92
BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN
3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan............... 107
3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan .............. 118
3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas........................ 132
3.4 Manajemen Asuhan Kebidanan BBL ........................ 143
3.5 Manajemen Asuhan Kebidanan KB........................... 151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin Dalam Rahim............. 8
2.2 Perubahan TFU Dalam Kehamilan............................................ 12
2.3 Informasi Penting Dalam Pelaksanaan ANC.............................. 15
2.4 Klasifikasi Nilai IMT.................................................................... 22
2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT................................................ 24
2.6 Diagnosis Kala Dan Fase Persalilan.......................................... 33
2.7 Involusi Uterus........................................................................... 46
2.8 Anamnesis Riwayat Ibu............................................................. 54
2.9 Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas...................................................... 54
2.10 Tindakan Yang Baik Untuk Ibu Nifas....................................... 55
2.11 Penilaian Bayi Dengan APGAR............................................... 59
3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 107
3.2 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 108
3.3 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 117
3.4 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 118
3.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 129
3.6 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 130
3.7 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 146
3.8 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 146
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Asuhan Kebidanan
2. Lampiran 2 Informed Consent Klien
3. Lampiran 3 Buku KIA
4. Lampiran 4 KSPR
5. Lampiran 5 Jurnal Inovasi Senam Yophytta
6. Lampiran 6 Jurnal Inovasi Effleurage Massage
7. Lampiran 7 SOP Senam Yophytta
8. Lampiran 8 SOP Effleurage Massage
9. Lampiran 9 Dokumentasi
10. Lampiran 10 Lembar Konsultasi
DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APN : Asuhan Prsalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BBL : Bayi Baru Lahir
COC : Continuity Of Care
DJJ : Denyut Jantung Janin
DX : Diagnosa
HB : Hemoglobin
HPHT : Haid Pertama Hari Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
INC : Intranatal Care
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMT : Indeks Massa Tubuh
KB : Keluarga Berencana
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KF : Kunjungan Nifas
KN : Kunjungan Neonatus
N : Nadi
MAL : Metode Amenorea Laktasi
RI : Republic Indonesia
RR : Respirasi
RS : Rumah Sakit
S : Suhu
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Tixoid
UK : Usia Kehamilan
PNC : Postnatal Care
WHO : World Health Organizion
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
1998)
Kehamilan adalah masa dimana dimulai dari konsepsi sampai janin
lahir, lama lahir normal adalah 280 hari dari hari pertama haid terakhir
(Sarwono, 1999).
Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua yaitu dimulai bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2007).
A. Klasifikasi kehamilan
Menurut Suwigyo, 2010 pembagian waktu kehamilan per trimester :
1. Trimester pertama : 0 – 12 minggu
2. Trimester kedua : 12 – 28 minggu
3. Trimester ketiga : 28 – 40 minggu
Menurut lama kehamilan
1. Kehamilan matur : 40 minggu
2. Kehamilan prematur : 28 - 36 minggu
3. Kehamilan postmatur : > 42 minggu
B. Asuhan Antenatal
1. Tujuan pelayanan kebidanan (WHO) , yaitu :
a. Pengawasan serta penanganan pada wanita hamil dan pada saat
persalinan.
b. Perawatan dan pemeriksaan wanita setelah persalinan.
c. Perawatan neonatus bayi
d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi
b. Kunjungan pertama
Kunjungan pertama ibu hamil bagi bidan adalah untuk mengenal
faktor resiko ibu dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada
pemeriksaan fisik maupun lab. perlu diberi tindakan khusus. Pada
kunjungan pertama dilakukan
a. Anamnesa
1) Pada wanita haid terlambat dan diduga hamil ditanyakan hari
pertama haid terakhirnya (HPHT). Taksiran persalinan dapat
ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur
dengan menggunakan rumus Naegle, bila ibu lupa HPHT
tanyakan tentang gerakan janin, untuk primi 18 minggu dan 16
minggu untuk multi.
2) Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya
serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat
penyakit yang pernah diderita. Disamping itu ditanyakan riwayat
menstruasi.
b. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian
keadaan umum, status gizi, dan tanda-tanda vital, pada mata dinilai
ada tidaknya ikterus pada sclera, konjungtiva, edema dan clousma.
Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi, periksa juga jantung,
paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
c. Pemeriksaan obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum
pemeriksaan kosongkan kandung kemih, kemudia ibu diminta
berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan disisi kanan ibu.
d. Pemeriksaan Luar
Cara pemeriksaan yang umum digunakan adalah cara
Leopold yang dibagi 4 tahap:
1) Leopold I : Untuk menentukan TFU sehingga dapat diketahui
usia kehamilan dan untuk menentukan bagian pada fundus.
2) Leopold II : Untuk menentukan dimana letaknya punggung
anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil.
3) Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
masuk PAP.
4) Leopold IV : Untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah kedalam
rongga panggul.
e. Pemeriksaan Dalam: VT
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui:
1) Bagian bawah janin
2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan
posisi untuk UUB, dagu, hidung, orbita, mulut dan sebagainya.
3) Kalau letak sungsang dapat diraba anus, sacrum dan tuber
ischii.
4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin
5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks dan
panggul.
f. Pelvimetri klinik
Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah
dengan mencoba meraba promontorium, bila teraba batasnya
ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan
diukur. Akan diperoleh konjungtiva diagnosis, bila dikurangi 1,5 cm
diperoleh konjungtiva vera.
g. Pemeriksaan Panggul
1) Panggul luar
a) Distansia Spinarum biasanya 23 – 26 cm
b) Distansia Cristarum biasanya 26 – 29 cm
c) Conjungata Eksterna biasanya 15 – 20 cm
d) Distansia Tuburun biasanya 15 – 11 cm
e) Keliling panggul 80 – 90 cm
Panggul dalam biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
dalam.
1. Kunjungan Ulang
Jadwal kunjungan pada kehamilan 0-28 minggu dilakukan tiap 4
minggu; 28-36 minggu tiap 2 minggu; setelah 36 minggu dilakukan tiap
minggu sampai bayi lahir. Setiap kunjungan dilakukan pengukuran berat
badan ibu, tekanan darah, TFU, Leopold dan dengan DJJ.
Ada beberapa keadaan yang menambah resiko kehamilan, namun
tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Keadaan-
keadaan tersebut dinamakan factor resiko. Faktor resiko pada ibu hamil
diantaranya adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekurang-kurangnya 2
tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
e. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm.
f. Riwayat keluarga yang menderita penyakit kencing manis,
hipertensi dan riwayat cacat congenital
g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi. Resiko tinggi pada kehamilan meliputi:
a. Hb kurang dari 11 gr %
b. Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
c. Oedema yang nyata
d. Eklampsia
e. Perdarahan pervaginam
f. Ketuban pecah dini
g. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
h. Letak sungsang pada primigravida
i. Infeksi berat/sepsis
j. Persalinan premature
k. Kehamilan ganda
l. Janin yang besar
m. Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll
n. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah Caesar dan komplikasi
kehamilan.
2.1 Persalinan
2.1.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir (Hanifa, 2006).
b. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000).
c. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dar uterus ibu (JNPK-KR. 2007).
d. Persalinan (parus=labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi
yang viable melalui jalan lahir biasa (Mansjoer, 1998).
e. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (POGI, dkk,
2014).
b. Klasifikasi Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
1. Persalinan spontan , bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan dari luar (Manuaba, 1998)
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat badan bayi
yang dilahirkan sebagai berikut :
a. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin
di bawah 500 gram, atau tua kehamilan di bawah 20 minggu
b. Persalinan immaturus kurang dari 28 minggu atau lebih dari 20 minggu
dengan berat janin antara 500-1000 gram
c. Persalinan prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang
dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-
2500 gram atau tuam kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
d. Persalinan aterm
e. Persalinan postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkiraka(Hanifa, 2005).
1. Fisiologi Persalinan Normal
Kehamilan persalinan secara umum ditandai dengan aktivitas otot
polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang
persalinan, otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas kontraksi secara
terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada
periode post partum. Proses fisiologis kehamilan pada manusia yang
menimbulkan partus pada persalinan belum diketahui secara pasti
(Sarwono,2014).
2. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
1. Teori penurunan hormonal : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga akan timbul his bila kadar
progesteron turun
2. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesteron yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
3. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenter
4. Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus (induction of labour). Dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
gagang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drip (Mochtar, 1998).
6. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang
dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dimulai
7. Teori penurunan progesteron. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin dan otot
reahim akan mulai berkontraksi pada tingkat penurunan progesteron
tertentu
8. Teori oksitosin internal. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan
maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas
9. Teori prostatglandin. Konsentrasi prostatglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostatglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
10. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis. Teori
menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleg Linggin 1973. Malapar pada tahun 1933 mengangkat
otak (Manuaba, 1998).
3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (kekuatan His)
His atau kontaraksi uterus adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
(Nurasiah,dkk,2012).
2. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir merupakan komponen penting dalam proses persalinan yang
terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak ( Manuaba ,2010 ).
3. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan
presentasinya (Manuaba,2010).
4. Psycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya (Manuaba ,2010).
5. Psycian (Penolong)
Menurut Christina (2001,) menyatakan bahwa peran dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu atau janin.
4. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau "harinya" yang disebut
kala pendahuluan (preparatory of labor). Ini memebrikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau tropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan bagian bawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut "false labor pains"
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bisa
bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 1998).
5. Tanda-Tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan ialah :
1. Kekuatan yang mendorong janin keluar
2. His (kontraksi uterus)
3. Kontraksi otot-otot dinding perut
4. Kotraksi diafragma
5. Ligmentous action terutama lig.rotundum
6. Faktor janin
7. Faktor jalan lahir(Mochtar, 1998)
1. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm) (POGI,dkk,2014)
Kala satu persalinan mulai ketika mencapai kontraksi uteruss
dengan frekuesi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan
pendataran dan dilatsi serviks yang progesif. Kala satu persalinan
selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga
memingkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu kala satu persalinan
disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Sarwono, 2014)
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif menurut POGI (2014) pada asuhan persalinan normal.
a. Fase laten
Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,
yang berlangsunghingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
Pada Fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari
1cm hingga 2 cm (multipara). Pada saat ini terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yakni : akselerasi yanki
pembukaan 4-5 cm selama 2 jam, dilatasi maksimal dari
pembukaan 5-9 cm selama 2 jam dan deselerasi dimulai dari
pembukaan 9 sampai lengkap biasanya berlangsung 2 jam.
2. Kala Dua
a. Pengertian
Persalina kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan
disebut juga dengan stadium eksplusi janin (Sarwono,2014).
b. Gejala dan tanda kala dua Persalinan
1) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya
kontraksi.
2) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/vaginanya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
6) Tanda pasti kala dua ditemukan melalui periksa dalam
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihat bagian kepala janin melalui introitus vagina.
3. Kala tiga
1. Pengertian
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Kala tiga persalinan dimuali segera setelah bayi lahir, dan
terakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala
tiga persalinan disebut juga dengan stadium pemosahan dan
eksplusi plasenta (Sarwono,2014).
2. Fisiologis persalinan kala tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta.karena tempat perlekapan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta turun kebawah uterus atau
kedalam vagina.
1. Tanda-tanda pelepasan plasenta.
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
3. Manajemen aktif kala tiga
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus lebih efektif, sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah pendarahan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga antara lain:
a. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
4. Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
2 jam setelah itu.
Hal yang dilakukan yakni :
1. Akukan rangsangan taktil uterus.
2. Evaluasi tingg fundus uterus
3. Memperkirakan kehilangan darah
4. Periksa kemungkinan pendarahan dan robekan
5. Evaluasi keadaan umum ibu ( TD dan Nadi pada 1 jam pertama
setiap 15 menit, sedangkan 2 jam kedua setiap 30 menit)
6. Dokumentasian
6 8 minggu Sebatas 30 gr 2, 5 cm
Normal
2. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal peurperium.
3. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai
reaksi basa/ alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat.
a. Lochea Rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari ke dua postpartum, warna
merah mengandung darah dari luka pada plasentaa dan serabut
dari decidua dan chorion
b. Lochea Sanguniolenta.
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska
persalinan.
c. Lochea Serosa
Mucul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi
plasenta.
d. Lochea Alba
Sejak 2-6 minggu setelah persalinan persalinan, warna putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
4. Luka Bekas Implantasi Plasenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum
uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
5. Serviks
Setelah mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna (OUE) dapat dilalui oleh 2 atau 3 jari
tangan, setelah 6 minggu post partum OUE menutup.
6. Vulva Vagina
Setelah mengalami penekanan dan penegangan yang sangat
besar selama proses persalinan, vulva vagina akan tetap mengendur
selama beberapa hari. Setelah 3 minggu vulva vagina akan kembali
normal. Orificium vagina biasanya membuka setelah wanita melahirkan.
7. Perineum
Perineum menjadi kendor. Pada hari ke-5 post partum perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonus otonya.
8. Payudara
Dengan dimulainya laktasi, payudara akan sedikit tegang, nyeri,
lebih besar dan lebih kencang.
9. Psikologis
Pada masa nifas terjadi adaptasi psikologi yang dibagi dalam
beberapa fase, yaitu :
a. Fase “Taking In” (ketergantungan)
Perhatikan ibu terutama terhadap kebutuhan diri sendiri, pasif dan
berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya, tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
b. Fase “Taking Hold” (perpindahan dari ketergantungan ke mandiri)
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuh, misalnya :
BAB, BAK, melakukan aktivitas duduk, jalan dan juga mulai belajar
tentang perawatan anaknya. Sering timbul kurang percaya diri.
c. Fase “Letting Go” (perpindahan dari mandiri ke peran ibu)
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan bayinya.
Merasa bayi terpisah dari dirinya.
10. Hormonal
a. Beberapa jam setelah plasenta terlepas, kadar hormon plasenta
(LH dan HCG) menurun dengan cepat. Dalam 2 hari LH sudah tidak
terdeteksi dalam serum, dan HCG dalam waktu 10 hari juga tidak
dapat terdeteksi.
b. Kadar estrogen dan progesteron dalam serum menurun dalam
waktu 3 hari post partum, dan mencapai kadar normal sebelum
hamil dalam waktu 7 hari post partum.
c. Hormon prolaktin meningkat setelah bayi menyusui
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Pulih dalam keadaan seperti sebelum hamil dalam waktu 2 minggu.
b. Pada 24 jam pertama, beban tambahan pada jantung yang
disebabkan oleh adanya hipovolemik.
c. Penurunan kadar estrogen menyebabkan terjadi diuresis yang
berlebihan dan plasma darah tidak begitu mengandung cairan,
sehingga daya koagulasi meningkat. Hal ini harus dicegah dengan
ambulansi dini.
d. Jumlah sel darah dan hemoglobin akan kembali normal pada kari
ke-
12. Sistem Gastrotestinal
Seringkali terjadi konstipasi karena :
a. Faal usus belum normal, akan kembali normal dalam 3-4 hari.
b. Asupan makanan yang menurun selama proses persalinan dan hari
pertama pasca persalinan.
c. Rasa nyeri pada bagian perineum yang mungkin dapat
menghalangi keinginan BAB
d. Gerakan tubuh berkurang
13. Traktus urinarius
a. Dalam waktu 24 jam pertama kemungkinan terjadi kesulitan BAK,
karena kemungkinan terjadi spasme sfigter dan odema leher buli-
buli, setelah mengalami kompresi oleh kepala janin dengan tulang
symphisis selama proses persalinan.
b. Terjadi diuresis dalam waktu 12-36 jam post partum, karena kadar
etrogen yang bersifat retensi air.
7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap har
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kedada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijaksanaa agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk bejalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah di
perbolehkan bangun dari tempat tidur dalan 24-48 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial
ekonomis).Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early
ambulation tidak mempunyaipengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. Early
ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan
penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,
demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun
dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil(miksi) 6 jam post partum. Jika 8 jam
post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka dilakukan kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu post partum.
1) Berkurangnay tekanan abdominal.
2) Otot-otot perut masih lemah.
3) Edema dan uretra.
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif.
b. Buang air besar
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar(defekasi) setelah
hari kedua post partum. Jika hari ketiga juga belum BAB, maka
perlu di beri obat pencahar per oral atau per rektal. jika setelah
pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka
dilakukan klisma (huknah)
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan kebersiahn seluruh tubuh, terutama perineum.
b. Mengajarkan ibu bagimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
e. Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2010) dapat dilakukan
pada :
1) Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
2) Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun.
3) Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan
jangka panjang.
4) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Perempuan pasca persalinan.
6) Perempuan pasca keguguran.
7) Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak
sterilisasi.
8) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal yang mengandung estrogen.
9) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
f. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2010) menjelaskan bahwa kontra indikasi
implant adalah sebagai berikut:
1) Perempuan hamil atau diduga hamil.
2) Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas
penyababnya.
3) Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid
yang terjadi.
4) Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduktif (Saifuddin, 2010)
1. Jenis – jenis AKDR :
a. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4.
Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan.
Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
logam sampai generasi plastic (polietilen) baik yang diambah
obat maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil,
Multiload,Nova-T
2) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7,
Nova T, ML-Cu 375
2) Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un
Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari
jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkanluasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah
200mm2
a) Kelebihan AKDR Nonhormonal
1. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif
0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
2. AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan sexual
6. Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut
untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-
380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus
10. Dapat digunakan sampai menopause
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
b. IUD yang mengandung hormonal
1. Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar
benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg progesteron
dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per
hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya
kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified
withdrawal)
2. LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan
pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di Finlandia.
Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100
wanita per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena
persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi
dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.
1) Cara Kerja
Menurut Saefuddin (2010), mekanisme kerja IUD adalah:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan
sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam
uterus
2) Kelebihan
a) Mengurangi volume darah haid dan mengurangi
disminorrhoe
b) Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh
synechiae(Asherman’s Syndrome)
3) Kelemahan
a) Perubahan siklus haid
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
d) Disaat haid lebih sakit
e) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
f) Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila
pemasangan benar)
g) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
h) Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
i) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
j) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena
fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
k) Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
l) Harus diganti setelah 18 bulan
m) Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan
perdarahan bercak(spotting)
n) Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
4) Indikasi
a) Usia reproduktif
b) Keadan nullipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan alat
kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f) Resiko rendah dari IMS
g) Tidak menghendaki metode hormonal
h) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i) Perokok
j) Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k) Gemuk ataupun yang kurus
l) Sedang menyusui
m) Penderita tumor jinak payudara
n) Epilepsi
o) Malaria
p) Tekanan darah tinggi
q) Penyakit tiroid
r) Setelah kehamilan ektopik
s) Penderita DM
5) Kontraindikasi
a) Sedang hamil
b) Perdarahan vagina yang tidak diketaui
c) Sedang menderita infeksi genetalia
d) Penyakit trifoblas yang ganas
e) Diketahui menderita TBC velvik
f) Kanker alat genital
g) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
5. Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
1. Tubektomi
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang
dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas
permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela
(Zietraelmart, 2010).
a. Jenis – jenis Tubektomi
1) Laparotomi
2) Minilaparotomi = Mini-lap
3) Sub-umbilikal/infra-umbilikal: post-partum
4) Supra pubis/Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval
5) Laparoskopi
b. Kelebihan
Menurut Saifuddin (2010; h. MK-79) manfaat kontrasepsi tubektomi
sebagai berikut :
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
3) Tidak bergantung pada faktor senggama
4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi
local
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek
pada produksi hormon ovarium).
8) Berkurangnya resiko kanker ovarium
c. Kelemahan
Kelemahan tubektomi menurut Saifuddin (2010;h. MK-79) adalah :
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan lagi), kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi
umum).
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekology atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi)
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
d. Indikasi
Yang dapat menjalani tubektomi menurut Saifuddin (2010;h. MK-82)
antara lain :
1) Usia lebih dari 26 tahun
2) Paritas lebih dari dua
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
5) Pascapersalinan.
6) Pascakeguguran.
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
e. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2010;h. MK-83) yang tidak boleh melakukan
tubektomi antara lain :
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
b. Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga
harus dievaluasi).
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol).
d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa
depan.
f. Belum memberikan persetujuan tertulis.
g. Kontraindikasi relatif menurut Everett (2008;h.253) adalah:
h. Meminta sterilisasi pada usia muda, misalnya dibawah 25
tahun
i. Obesitas dapat dikontraindikasikan untuk prosedur
laparoskopik
2. Vasektomi
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu
metode kontrasepsi operatif minor pria yang sangat aman, sederhana
dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anestesi umum ( Hartanto, 2004 ; h. 307).
Menurut Saifuddin (2006;h. PK-85) macam- macam vasektomi
ada 2 yaitu:
1. Vasektomi dengan pisau
2. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
2. Kelebihan
1) Efektif
2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi
lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.
8) Metode permanen
9) Efektivitas tinggi
10) Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang
tidak direncanakan.
3. Kelemahan
1) Diperlukan suatu tindakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan
atau infeksi.
3) Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual
mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang
menyangkut sistem reproduksi pria.
4. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana
fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).
5. Kontraindikasi
1) Infeksi kulit lokal, misal Scabies
2) Infeksi traktus genitalia.
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya
4) Varicocele
5) Hydrocele besar
6) Filariasis
7) Hernia inguinalis
8) Orchiopexy
9) Luka parut bekas operasi hernia
10) Scrotum yang sangat tebal
11) Penyakit sistemik
12) Penyakit-penyakit perdarahan
13) Diabetes mellitus
14) Penyakit jantung koroner yang baru
15) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil
2.5.2 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Menurut Arum dan Sujiyatini (2016) tindakan konseling hendaknya
diterapkan 6 langkah yang dikenal dengan kata SATU TUJU yaitu:
SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu beberapa
jenis
kontrasepsi yang paling mungkin.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya.
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
2.6 Inovasi Asuhan Kebidanan
2.6.1 Inovasi Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan Senam Yophytta
Kehamilan juga menimbulkan perubahan psikologis bagi ibu hamil. Hormon
progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat sehingga menyebabkan
timbulnya mual dan muntah, lemah, lelah serta pembesaran payudara. Hal ini
akan menyebabkan ibu merasa tidak sehat dan seringkali merasa cemas karena
kehamilannya (Jannah, 2012). Jenis senam yang bisa dilakukan untuk
menurunkan kecemasan kehamilan , salah satunya metode senam hamil
Yophytta yang diciptakan oleh Arsaningsih pada tahun 2009. Senam ini memiliki
kelebihan dibanding jenis senam hamil lainnya. Senam hamil yophytta materna
merupakan suatu perpaduan gerakan harmonis dari yoga, pilates, hypnoterapy
serta tai chi. Perpaduan gerakan harmonis dari yoga, pilates, hipnoterapi serta tai
chi akan tergabung menjadi senam khusus ibu hamil (Aristantya, 2016).
Kelebihan senam yophytta yaitu menggabungkan latihan fisik, mental, dan
spritual. Bertujuan untuk mendapatkan energi positif. Energi positif tersebut di
harapkan wanita hamil lebih berfikir positif untuk menjaga kestabilan emosi,
menghilangkan stres, mengurangi keluhan selama hamil seperti sakit pinggang,
nyeri sendi, morning sickness dan lain sebagainya (Arsahningsih, 2014).
Saleh (2015) mengatakan bahwa senam hamil metode Yophytta memiliki
perbedaan dengan senam hamil lainnya. Perbedaannya adalah senam hamil
metode Yophytta bisa dilakukan pada usia kehamilan berapa saja setelah ibu
mengetahui kehamilannya tetapi tetap harus dikonsultasikan dengan tenaga
kesehatan. Selain itu senam hamil metode Yophytta juga berfokus dalam
mengatasi emosional ibu hamil. Sedangkan senam hamil lainnya bisa dimulai
pada usia kehamilan 22 minggu dan tidak terfokus pada emosional ibu (Jannah
& Widajaka, 2012).
Senam ini memiliki kelebihan dibanding jenis senam hamil lainnya. Senam
hamil yophytta materna merupakan suatu perpaduan gerakan harmonis dari
yoga, pilates, hypnoterapy serta tai chi. Perpaduan gerakan harmonis dari yoga,
pilates, hipnoterapi serta tai chi akan tergabung menjadi senam khusus ibu hamil
Yophytta materna dan akan terasa efek rileksasi pada diri ibu hamil yang
berguna untuk mengatasi ketegangan yang dirasakan selama masa kehamilan
berlangsung.
Ny. Z merupakan seorang primigravida yang mana cemas dan terkadang
takut untuk menghadapi persalinan. Untuk mengatasi kecemasan ketika hamil
dan untuk persiapan proses persalinan maka diberikan senam hophytta. Senam
hophytta dilakukan ketika tubuh Ny. Z dan janin dalam keadaan baik. Senam
dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu. Melakukan gerakan senam
yophyttass satu hari berkisar 30 - 60 menit jika ibu merasa kelahan ketika
mengikuti senam yophytta boleh di tunda atau ditiadakan sampai keadaan ibu
normal kembali. Keluhan Ny. Z dalam kehamilan yaitu kecemasan yang
kemudian dilakukan seham yophytta pada ibu dalam dua kali seminggu Ny. Z
sudah merasakan keluhan berkurang dan perlahan keluhan menghilang.
Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal
Metode Penelitian : Senam Yophytta Dilkukan pada Hasil penelitian 10 September 2011 Umamah, Yunitasari dan
pra eksperimental dianjurkan untuk kelompok sampel menyebutkan bahwa Santoso. 2011.
design. dilakukan selama ibu hamil pre dan kecemasan yang dialami Yophytta pregnancy
Desain Penelitian : 30-60 menit 2 kali post senam ibu primigravida sebelum gymnastics reduces
One Group Pretest dalam seminggu. yophytta dan sesudah mengikuti anxiety level toward
Posttest Design. Durasi senam senam yophytta, sebelum childbirth moment in
Analisis statistik : hamil juga harus diberikan senam yopytta primigravida at
Wilcoxon Signed memperhatikan mengalami mild anxiety kendangsari woman and
Rank dan kondisi fisik dan (58,33%), anxiety level children hospital
Dependent T-test kehamilan ibu. (25%) severe anxiety (16, Surabaya. Proceeding 1st
Responden : ibu 67%) setelah diberikan International Nursing
hamil trimester III di senam yophytta, (75%) ibu Conference Journal. ISSN
RSIB Kendangsari tidak mengalami 2088-9763
Surabaya kecemasan (normal).
sejumlah 12 orang.
Tehnik Pengmbilan
Sample : Quota
sampling.
Instrumen :Lembar
kuisioner dan SOP
senam yophytta
2.6.2 Jurnal Inovasi Asuhan Kebidanan Nifas dengan Effleurage Massage
Perubahan masa nifas antara lain perubahan adaptasi psikologis,
perubahan pengeluaran lochea, perubahan sistem reproduksi, perubahan
sistem muskoloskeletal dan perubahan sistem endokrin. Salah satu
perubahan masa nifas adalah perubahan adaptasi psikologis. Psikologis
yang tidak baik dapat menjadi penyulit pada masa nifas. Psikologis yang
tidak mendukung antara lain adalah bentuk kecemasan dan stress. Kondisi
ini sebagai bentuk pengembangan reaksi ketakutan sejak kehamilan hingga
persalinan. Keadaan psikologis ini disebut baby blues syndrome, yaitu
perasaan sedih dan gelisah yang dialami wanita setelah melahirkan dan bisa
menjadi lebih buruk dihari keempat atupun hari ketiga menurut Ningrum
(2017).
Dalam kondisi nyeri perineum dan kecemasan postpartum, peran
fisioterapi adalah mengurangi nyeri, meningkatkan elastisitas otot
punggung, menurunkan kecemasan, mengembalikan aktifitas
fungsional dengan menggunakan modalitas terpilih. Hasil penelitian lain
menjelaskan salah satu upaya menurunkan tingkat kelelahan dan
mengurangi depresi tanpa obat adalah massage terapi efflurage menurut
Field, dkk (dalam Kusumasuti dan Astuti et al, 2019). Effleurage massage
yang dilakukan dengan halus dan lembut dapat mengurangi rasa sakit,
menimbulkan rasa nyaman dan mengendorkan ketegangan hingga dapat
membuat penderita sakit tertidur. Treatment massage ini akan
mempengaruhi proses kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan
vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah
bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa
metabolisme semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang
berfungsi memberikan rasa nyaman (Ananto, 2017).
Pada Ny. Z untuk memulihan tubuh pasca bersalin dan mengurangi
kecemasan post partum perlu dilakukan effleurage massage. Menurut Sarli
(2018), dengan effleurage massage di masa nifas, yang dilakukan selama 2
kali seminggu dalam 30 menit, dapat memberikan kenyamanan dan
relaksasi untuk ibu, sehingga mengurangi kadar hormon kortisol, jika ibu
merasa tidak nyaman dengan effleurage massage boleh di tunda atau
ditiadakan sampai keadaan ibu normal kembali.
Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal
Metode Penelitian : Terapi dilakukan 2 Dilkukan pada uji paired t-test didapatkan Bulan Maret 2019 Kusumasuti; Astuti, Dwi
quasi eksperimen kali seminggu kelompok control hasil bahwa pada ibu nifas Puji; Dewi, Adinda Putri
Desain Penelitian : dengan durasi 30 dan kelompok dengan massage Sari. 2019. Efektivitas
Non-equivalent menit terhadap ibu eksperimen untuk terapi effleurage nilai p- Massage Terapi
control group nifas. dibandingkan. value 0,000 dengan taraf Effleurage Guna
design. Analisis signifikansi p < 0,005 Mencegah Kejadian
statistik : Paired T- sedangkan nilai t-hitung Depresi Postpartum Pada
test 2.67080. Dapat Ibu Nifas. Pekalongan.
Responden : ibu disimpulkan bahwa Jurnal Ilmiah Kesehatan
nifas sejumlah massage terapi dengan (JIK) Vol XII, No I.
22 orang. tehnik effleurage pada ibu
Tehnik Pengmbilan nifas mempunyai
Sample : efektivitas 2x lebih tinggi
Consecutive untuk pencegahan depresi
sampling. postpartum pada ibu nifas.
Instrumen :Lembar
kuisioner dan SOP
Effleurage
Massage
89
BAB III
- Pola istirahat
Pada trimester 3 terjadi gangguan pola tidur karena peningkatan
frekuensi BAK. Hal ini disebabkan adanya perubahan hormon dan
peningkatan aliran darah yang ke ginjal. Beristirahat cukup, minimal 8
jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari (Saifuddin, 2014).
- Pola Seksualitas
Pada kehamilan tua atau Trimester ke-3, hasrat atau hubungan
seks menurun. Dikarenakan adanya faktor fisiologis yang sangat
terlihat. Yaitu kehamilan yang sudah membesar, serta adanya
peningkatan cairan tubuh, akibatnya cairan vagina juga bertambah,
sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan. Kontraksi
akibat organisme, gerakan –gerakan saat berhubungan, dan cairan
sperma ditakutkan dapat memicu kontraksi yang berlebihan hingga
terjadi kelahiran yang terlalu dini (Varney et al., 2007)
- Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung mengeluarkan
banyak keringat. Mengganti pakaian min 2x sehari dan celana dalam
tidak lembab. Karena daerah yang lembab dapat mengundang
94
masalah tertentu.
b. Perdarahan hebat.
c. Anemia
d. Sakit/demam
e. Gangguan jantung
f. Penggunaan obat. ( Doenges, 2001).
Tinggi badan : Normal >145 cm, TB <145 cm kemungkinan
panggul sempit (Rochyati Poeji, 2006).
Lingkar lengan : Normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
atas indicator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang baik/buruk, sehingga ia berisiko untuk
melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan, adakah
benjolan yang abnormal/tidak.
Untuk mengetahui bersih/kotor, warna,
mudah rontok/tidak. Rambut yang mudah
dicabut menandakan kurang gizi/ kelainan
tertentu.
Muka : Untuk mengetahui pucat/tidak oedema atau
tidak
Mata : Untuk mengetahui sclera kuning/tidak,
konjungtivapucat/tidak.Konjungtiva normal
berwarna merah muda, bilapucat
menandakan anemia. Sklera berwarna
putih,bila kuning menandakan terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
conjungtivitis.
baik/tidak.
Mulut : Bibir pucat/tidak, kering/tidak,
pecah-pecah/tidak,ada stomatitis/tidak, lidah
bersih/tidak, ada gigiberlubang/tidak, ada
caries/tidak.
Bila timbul stomatitis dan gingivitis yang
mengandung pembuluh darah dan mudah
berdarah, maka perlu perawatan mulut agar
terlihat bersih. (Sarwono, 2007).
Ada caries gigi yang menandakan
kekurangan kalsium.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak,ada
pembesaran venajugularis/tidak, ada
pembesaran kelenjar limfe/tidak. Bila
terdapat pembesaran kelenjar limfemungkin
disebabkan oleh berbagai penyakit,
misalnyaperdarahan akut/kronis di kepala,
orofaring, kulitkepala,/daerah leher, selain itu
kemungkinan terjadi TBC, sifilis. (Robert
Priharjo, 2002). Bila terdapatpembendungan
vena jugularis, menandakan adanyakelainan
cardiovaskuler, kemungkinan besar klien
mengidap penyakit jantung.
Dada : simetris/tidak, pernafasan spontan/tidak,
payudara tegang/tidak,
Payudara : Simetris atau tidak, puting susu menonjol/
tidak, pigmentasi kulit
Axila : Pertumbuhan rambut merata/ tidak,
pigmentasi kulit/ tidak
Abdoment : Ada pembesaran abnormal/tidak ada bekas
operasi atau tidak.
b. Palpasi
Kepala : Teraba benjolan yang abnormal/tidak.
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tiroid/
tidak,teraba pembesaran kelenjar limfe/ tidak
Payudara : Teraba benjolan abnormal/tidak, ada nyeri
tekan /tidak
Abdomen : Teraba benjolan abnormal atau tidak, nyeri
tekan atau tidak.
Ekstremitas : Ada oedema / tidak, Turgor kulit normal /
atas tidak
Ekstremitas : Ada oedema / tidak, Turgor kulit normal /
bawah tidak
c. Auskultasi
Dada : Terdengar ronchi/tidak, terdengar
wheezing/tidak
Abdomen : Terdengar bising usus/tidak, normal 15-
35x/menit
d. Perkusi
Ada reflek patella/tidak. Normalnya tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon ditekuk Bila reflek patella
negatif, kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
(Pusdiknakes, 2003).
3. Pemeriksaan Labolatorium
Bukan merupakan pemeriksaan rutin, tetapi bila dibutuhkan
dapat diperiksa darah, HB, Golongan darah, dan urin seprti reduksi
dan albumin.
4. Pemeriksaan Dalam
Didapatkan porsio membuka / tidak, teraba jaringan / tidak.
98
IV. Intervensi
Dx : Ny ….G….P….Ab… usia… dengan ......
Tujuan : Klien mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan Menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan temuan masalah dan
diagnosa.
V. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Pada langkah ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
perencanaan atau plening, dilaksanakan secara aman dan efisien.
VI. Evaluasi
Menurut Mufdlilah (2015) Metode SOAP merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
99
Ket
Hamil Umur Ca Hidup Hari Menyusui
Suami Penolong Penyulit Sex BBL H/P/I/A
Ke Kehamilan ra Umur
±
BB sekarang: Selama kehamilan TM II dan III pertumbuhan BB 0,5 kg
perminggu. Pertambahan > 0,5 kg perminggu pada TM
II harus di waspadai mengalami preeklamsia. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar 9 - 13,5 Kg.
TB: < 145 cm, ibu hamil dengan TB kurang dari 145 cm kemungkinan
panggulnya sempit.
LILA: > 23,5 cm, bila kurang merupakan indikasi kuat untuk status gizi ibu
yang kurang baik/buruk. Sehingga 12 beresiko untuk melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah :Normalnya pada ibu hamil wajah tidak oedema, tidak pucat,
terdapat cloasma gravidarum.
Mata : Normalnya pada ibu hamil sklera putih, konjungtiva merah
muda, karena kalau pucat dicurigakan ibunya anemis.
Mulut : Normalnya merah muda, lidah tampak bersih, tidak ada
caries pada gigi.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang, hipergmentasi arela
memae, putting susu tampak menonjol.
Abdomen : Normalnya abdomen tampak striae livida, tampak linea nigra,
tampak bekas luka operasi tidak (berkaitan dengan persalinan normal).
Genetalia :Genetalia pada ibu yg inpartu tampak pengeluaran lendir
bercampur darah yg disebabkan oleh adanya his persalinan sehingga
terjadi penipisan dan pembukaan serviks, pembukaan serviks
menyebabkan selaput lendir pd kanalis servikalis terlepas dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah kapiler (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013)
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal,
oedema bisa dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan).
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal,
oedema bisa dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan).
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan colostrum.
103
Abdomen :
Leopold I : TFU pada usia kehamilan 3 jari bawah px dan pada bagian
fundus teraba bulat, besar tidak melenting (bokong janin)
Leopold II : Menentukan punggung janin kanan / kiri
Leopold III: Pada bagian bawa perut ibu teraba keras, melenting,
besar (kepala janin).
Leopold IV: Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun,
kemungkinan bagian terbawah janin (kepala) terlalu besar dibandingkan
dengan diameter pintu atas panggul sehingga patut dicurigai CPD.
TBJ : Normalnya pada usia kehamilan 40 minggu kira-kira 3001 gram
His : Normalnya tidak boleh <20 detik dan>45 detik, lamanya 10 menit
frekuensinya 1- 5 kali
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan bunyi wheezing
Abdomen: Normalnya terdengar bunyi Denyut Jantung Janin dan normal
frekuensinya 120 – 160 kali/menit, serta terdengar jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Hb normal untuk ibu hamil 10,5gr/dl-11,5gr/dl, tidak ada albumin
dan reduksi urine, HIV/AIDS negatif.
b) Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-3 cm
Fase Aktif 4-10 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : UUK (ubun-ubun kecil
Hodge : I – III
Moulage : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang
panggul (0), (1), (2), (3), normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
104
Menyusui
Penolong
Hamil Ke
Penyulit
H/P/I/A
Suami
Hidup
Cara
BBL
Hari
4) Riwayat Persalinan Sekarang
a. Pengeluaran dari jalan lahir :
Normalnya lendir bercampur darah
b. Rasa mules:
Normalnya ada dengan frekuensi minimal 3x dalam 10 menit, jika tidak
ada rasa mules dikwatirkan persalinannya tidak tidak maju.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal(100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
108
Effacement :100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu:UUK (ubun-ubun kecil
Hodge : III-IV
Moulage :Tulang kepala memberikan petunjuk tulang panggul (0),
(1),(2), (3), normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G....P…. Ab…. Usia Kehamilan39-40Minggu dengan Inpartu kala II
DS: diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang ibu
rasakan, HPHT, dan kehamilan yang keberapa
DO:
Keadaan Umum :Normal (baik)
Kesadaran:Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi: Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu: Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan: Normal (16 – 24 kali /menit)
Palpasi Abdomen:
Leopold I:Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 40 minggu 3 jari dibawah
px dan pada bagian fundus teraba bulat, besar tidak melenting (bokong janin)
Leopold II: Normalnya letak punggung janin disebelah kanan atau kiri ibu
Leopold III: Normalnya pada bagian bawa perut ibu teraba keras, melenting,
besar (kepala janin).
Leopold IV:Normalnya kepala janin turun dan sudah teraba 0/5 1/5 bagian
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/meniT
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : 10cm
Effacement : 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
110
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
R/Jika tidak ada diteruskan penyuntikan oksitosin.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
R/Agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
R/Merangsang plasenta keluar.
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
R/Memotong tali pusat dengan benar.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut.
R/Tidak salah dam pengguntingan tali pusat.
32. Menjepit tali pusat dengan jepit kusus (navel klem).
R/Mencegah terjadinya infeksi .
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain dan memasang topi di kepala bayi
R/Mencegah terjadinya hipotermi dan terjadinya kontak kulit ibu dan kulit bayi
VI.Implementasi
Tanggal :
Jam:
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan
2.3.2.3 Manajemen Varney Kala III
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan,
capeh, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir walaupun
plasenta belum lahir.
B. Data Obyektif
114
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu setelah melahirkan wajah tidak oedema,
tidak pucat.
Mata : Normalnya pada ibu setelah melahirkan sklera putih,
konjungtiva merah muda.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang, ASI sudah keluar
Abdomen : Normalnya uterus globuler.
Genetalia : Normalnya tampak semburan darah tiba-tiba, tali pusat
memanjang, perdarahan kurang lebih 250 cc.
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema
Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan ASI.
Abdomen :TFU setinggi pusat, kontarksi uterus baik/keras, kandung kemih
kosong
Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan bunyi wheezing
Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala III
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan, persalinan ke
berapa.
115
DO :
Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
III. Antisispasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan yang bisa dialami ibu
post partum . (Sulistyawati, 2009)
I. Pengkajian
a. Data Subyektif.
1) Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan,
capeh, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir dan ari-ari lahir
lengkap.
b. Data Obyektif
1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Normal (baik)
Kesadaran :Normal (Composmentis)
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah: Normalnya pada ibu setelah melahirkan wajah tidak oedema, tidak pucat.
Mata:Normalnya pada ibu setelah melahirkan sklera putih, konjungtiva merah
muda.
Dada: Normalnya payudara tampak tegang, ASI sudah keluar
Abdomen: Normalnya pembesaran perut sesaui dengan TFU.
118
b. Palpasi
Dada:Normalnya payudara sudah mengeluarkan ASI
Abdomen:TFU 2 jari dibawah pusat, kontarksi uterus baik/keras, kandung kemih
kosong.
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala IV Post Partum Normal
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan.
DO :
Keadaan Umum : normal (baik)
Kesadaran :normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan yang bisa dialami ibu
post partum. (Sulistyawati, 2009)
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan post partum.
V. Intervensi
DX : P…. Ab… dengan kala IV Post Partum Normal
Tujuan :kala IV berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan sistole ≥ 30
mmHg dan diastole ≥ 15 mmHg dicurigai adanya PER
119
R/Sebagai dokumentasi.
VI. Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementsi terhadap
klien yang di berikan asuhan.
121
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi (normalnya diberi ASI setiap 2 jam
sekali), eliminasi (normalnya BAK 4-5 kali, BAB 2-3 kali, istirahat (sebagian besar
waktunya digunakan untuk tidur), aktivitas (normal gerakannya aktif,personal
hygiene (mandi, ganti popok setiap kali basah dan kotor, perawatan tali pusat
denga kasa kering dan bersih).
4. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas kesehatan baik
atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan termasuk
pantang makanan, minum jamu dan kebiasaan berobat jika sakit, berhubungan
dengan kesehatan bayi .
d. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang diyakininya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : normal (baik)
Kesadaran : normal(composmentis)
PB : normal (48 – 52 x/menit)
BBL : normal (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : normal (32 cm)
OF : normal (34 cm)
MO : normal (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)
Nadi : normal (100 – 160 x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Normalnya bersih, tidak tampak benjolan abnormal, tidak ada
cepal hematoma, tidak, ada caput succedaneum.
Wajah : Normalnya tidak pucat.
126
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia
menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan
sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian
suami kepada istrinya (Estiwidani dkk., 2008).
9) Riwayat kehamilan , persalinan, nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P (para),
A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran,
tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah
gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat
kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan
bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan
(Estiwidani dkk., 2008).
10) Riwayat KB
Untuk mengetahui
a. Apakan ibu mengikuti KB, dan jenis KB yg digunakan.
b. Lama pemakain dan keluhan.
c. Kapan melepas atau berhenti menggunakan KB.
d. Rencana KB selanjutnya.
e. Memberikan gambaran macam-macam dan kegunaan KB jika ibu belum
mengetahui tentang KB
11) Pola Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah peningkatan berat badan atau tidak
pada pasien (Susilawati, 2008). Pada kasus Akseptor KB suntik depo
progestin dengan peningkatan berat badan, hormon progesteron
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya
(Hartanto, 2004).
b) Pola eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK,
apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.(Susilawati, 2008)
c) Pola istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak
nyaman (Susilawati, 2008). Pada kasus Akseptor KB suntik 3 bulan dengan
peningkatan berat badan ibu mengatakan pola istirahat meningkat
(Harnawatiaj, 2009).
131
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg.
Nadi : 60 – 100 kali/menit.
132
VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.realisasi dari perencanaan
sebagian dilakukan oleh bidan,pasien,dan anggota keluarga yang
lain(Sulistyawati, 2012).
135
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Dyah, N.S., dan Sujiyatini. 2016. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Asih, Yusari dan Hj. Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyususi. Jakarta. Tim
Mangkuji, B., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.
136
Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid1. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB. ECG.
Jakarta
Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurjasmi, E., dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : PP IBI.
Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, Siti. 2015. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
EGC. Jakarta.
Sari, E.P., dan Rimandini, K.D. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal
Care). Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
LAMPIRAN
138
NO ASUHAN KETERANGAN
LAMPIRAN 4 KSPR
142
NO KEGIATAN SKALA
1 2 3
1 Menyiapkan alat-alat matras dan bantal
2 Menyiapkan ibu ,posisi ibu dan tempat yang akan digunakan
3 Menjelaskan pada ibu mengenai prosedur yang akan
dilakukan. jelaskan tujuan dan manfaat prosedur yang
dilakukan dalam senam yophytta( informed consent )
4 GERAKAN PERTAMA
Mengangkat ujung kaki
mengangkat ujung kaki secara berulang ulang secara
hitungan yang diberikan (8x hitungan)
5 Menekukkan telapak kaki
tekukkan telapak kaki keatas sepenuhnya begitu juga
kebawah (8x hitungan)
6 Cara tidur yang nyaman
Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut. Masing-masing 8x.
7 Duduk bersila
Dengan posisi seperti ini, tundukan kepala dan angkat kepala
sambil menarik nafas, kemudian mengembuskannya.
Lanjutkan dengan menaikan bahu kemudian menurunkannya
kembali.Lakukan gerakan 8x hitungan.
8 PERTEMUAN KEDUA
Duduk bersila
dilakukan gerakan pemanasan dengan menggerakan kepala
menengok kekanan dan kekiri, miring kekanan dan kekiri.
Sesudah itu tundukan kepala dan angkat kepala sambil
menarik nafas, kemudian mengembuskannya. Lanjutkan
dengan menaikan bahu kemudian menurunkannya kembali.
Lakukan gerakan 8x hitungan.
9 Memutar Lengan Dan Mengencangkan Payudara
Letakan jari-tangan dibahu. Meletakan dua lengan mejepit :
Kedua payudara dan mengangkat payudara ke atas dengan
kedua
siku tersebut. Lakukan gerakan ini dengan memutar lengan.
Lepas perlahan-lahan kemudian lanjutkan dengan
mengangkat kedua siku keatas dan kembali ke posisi
semula lakukan gerakan 8x.
10 Gerakan Relaksasi
Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut.
Lakukan gerakan dengan mengangkat kaki atas setinggi
pinggul, kemudian turunkan, lanjutkan dengan mengangkat
146
KEGIATAN URAIAN
Keterangan
No Kegiatan Prosedur
Ya Tidak
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk
Persiapan bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
1
Klien 3. klien.
4. Siapkan peralatan yang diperlukan.
5. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
3 Cara Kerja 1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.
Pastikan klien telah melepas bagian atasnya.
2. Periksa tanda vital klien sebelum memulai remedial
massage efflourage pada punggung.
3. Berbaringkan dengan telungkup. Pastikan anda dapat
mencapai seluruh punggungnya.
4. Whole Hand Effleurage
Panaskan derngan minyak pija / lotion di tangan anda,
dan oleskan sedikit (lihat tips, di atas) dengan seluruh
tangan "effleurage" (definisi - sapuan berirama halus):
Gunakan seluruh permukaan kedua tangan. Stroke
dengan kuat ke atas dari punggung bawah hingga
leher, lalu (tekanan lebih lembut), putar dan kembali ke
daerah punggung bawah (5 hingga 10 menit).
LAMPIRAN 9 DOKUMENTASI
150