Anda di halaman 1dari 163

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NY “Z” USIA 20


TAHUN DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III HINGGA PEMAKAIAN
ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TUMPANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
HABSARI PUTRI RIZKITA
NIM.207009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS Dr. SOEPRAOEN
MALANG
2021
PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NY “Z” USIA 20


TAHUN DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III HINGGA PEMAKAIAN
ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TUMPANG

Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Profesi Bidan

Oleh :
HABSARI PUTRI RIZKITA
NIM. 207009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS Dr. SOEPRAOEN
MALANG
2021
PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya sampaikan bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Habsari Putri Rizkita


NIM : 207009
Institusi : Program Studi Profesi Bidan Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
Judul : Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny “Z” Usia 20
Tahun Dengan Kehamilan Trimester III Hingga Pemakaian
Alat Kontrasepsi Di Puskesmas Tumpang
Tahun Angkatan : 2021
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Continuity Of Care yang saya
tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut. Demikian surat pernyataan ini dengan sebenar-benarnya dan tanpa
peksaan dari pihak manapun.
Malang, Maret 2021
Mahasiswa

HABSARI PUTRI RIZKITA


NIM. 207009
LEMBAR PERSETUJUAN LAHAN

Proposal Continuity of Care ini disetujui sebagai tanda bukti bahwa telah
dilaksanakan:

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny “Z” Usia 20 Tahun Dengan


Kehamilan Trimester III Hingga Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Puskesmas
Tumpang

HABSARI PUTRI RIZKITA

NIM. 207009

Menyetujui,

PEMBIMBING LAHAN

(Ida Priyanti, S.ST. Bd.)


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Continuity of Care ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim


Penguji Laporan Asuhan Continuity of Care Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang:

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny “Z” Usia 20 Tahun Dengan


Kehamilan Trimester III Hingga Pemakaian Alat Kontrasepsi
Di Puskesmas Tumpang

HABSARI PUTRI RIZKITA


NIM. 207009

Malang, Maret 2021

Menyetujui,

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(R. Maria Veronika W, S.ST., M.Keb) (Anik Sri Purwanti, S.ST., M.Keb)
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Continuity of Care ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Continuity of Care Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang

Pada Tanggal Maret 2021


ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NY “Z” USIA 20 TAHUN
DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III HINGGA PEMAKAIAN ALAT
KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TUMPANG

HABSARI PUTRI RIZKITA


NIM.207009

Anik Purwati, S.ST., MM., M.Kes.


Maret 2021
Penguji I (…………………)

Raden Maria Veronika Widiatrilupi, S.ST., M.Keb.


Maret 2021
Penguji II (…………………)

Anik Sri Purwanti, S.ST. M.Keb.


Maret 2021
Penguji III (………………….)

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes RS dr. Soepraoen

Raden Maria Veronika Widiatrilupi, S.ST., M.Keb.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama : Habsari Putri Rizkita
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, tanggal lahir : Malang, 10 Oktober 1997
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Alamat : Jl. Raya Codo RT 19 / RW 06 Desa Codo,
Kecamatan Turen,Kabupaten Malang
7. Pendidikan :- TK Taman Indria Turen
(Lulus tahun ajaran 2003 / 2004)
- SDS Taman Muda Turen
(Lulus tahun ajaran 2009 / 2010)
- SMPN 1 Turen
(Lulus tahun ajaran 2012 / 2013)
- SMAN 1 Kepanjen
(Lulus tahun ajaran 2015/2016)

8. Nama Keluarga :
- Ayah
Nama ayah : Koeswantara
Tempat, tanggal lahir: Malang, 4 April 1969
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS

- Ibu
Nama Ibu : Sutari
Tempat, tanggal lahir: Magetan, 20 Juli 1972
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : PNS
- Adik
Nama Adik : Gistha Putri Pinasthika
Tempat, tanggal lahir: Malang, 3 April 2000
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Hormat saya,

Habsari Putri Rizkita

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia–Nya sehingga dapat terselesaikan Laporan Asuhan dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE PADA NY “Z” USIA 20 TAHUN
DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III HINGGA PEMAKAIAN ALAT
KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TUMPANG” sebagai salah satu persyaratan
Akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr Soepraoen Kesdam
V/ Brawijaya Malang.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat :

1. Letkol Ckm Arief Efendi, SMPh., SH., S.Kep., NS., MM., M.Kes selaku
Direktur Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr. Soepraoen
Malang.
2. Raden Maria Veronika Widiatrilupi., S.ST., M.Keb. selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan
RS dr. Soepraoen Malang dan pembimbing I sekaligus penguji II sidang
Continuity of Care.
3. Anik Purwati, S.ST. MM., M.Kes. selaku penguji I sidang Continuity of
Care Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains Dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
4. Anik Sri Purwanti, S.ST., M.Keb. selaku pembimbing II sekaligus penguji
III sidang Continuity of Care Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
5. Ida Priyanti, S.ST.Bd Selaku pembimbing klinik di Puskesmas Tumpang
Kabupaten Malang.
6. Orang tua saya serta teman teman seperjuangan profesi kebidanan dan
semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini berguna
baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Malang, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul Depan................................................................... i
Halaman Judul Dalam................................................................... ii
Lembar Keaslian Penulisan.......................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing................................................ iv
Lembar Pengesahan Penguji........................................................ v
Curriculum Vitae............................................................................ vii
Kata Pengantar.............................................................................. x
Daftar Isi......................................................................................... xi
Daftar Tabel.................................................................................... xiii
Daftar Lampiran............................................................................. xiv
Daftar Singkatan............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ............................................... 3
1.3 Tujuan Penyusunan Continuity of Care..................... 3
1.4 Ruang Lingkup.......................................................... 3
1.5 Manfaat...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan.................................................................. 5
2.2 Persalinan.................................................................. 26
2.3 Nifas.......................................................................... 43
2.4 Bayi Baru Lahir.......................................................... 56
2.5 Keluarga berencana.................................................. 63
2.6Jurnal Inovasi Asuhan Kebidanan.............................. 92
BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN
3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan............... 107
3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan .............. 118
3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas........................ 132
3.4 Manajemen Asuhan Kebidanan BBL ........................ 143
3.5 Manajemen Asuhan Kebidanan KB........................... 151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin Dalam Rahim............. 8
2.2 Perubahan TFU Dalam Kehamilan............................................ 12
2.3 Informasi Penting Dalam Pelaksanaan ANC.............................. 15
2.4 Klasifikasi Nilai IMT.................................................................... 22
2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT................................................ 24
2.6 Diagnosis Kala Dan Fase Persalilan.......................................... 33
2.7 Involusi Uterus........................................................................... 46
2.8 Anamnesis Riwayat Ibu............................................................. 54
2.9 Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas...................................................... 54
2.10 Tindakan Yang Baik Untuk Ibu Nifas....................................... 55
2.11 Penilaian Bayi Dengan APGAR............................................... 59
3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 107
3.2 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 108
3.3 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 117
3.4 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 118
3.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 129
3.6 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 130
3.7 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu...................... 146
3.8 Pola Kebutuhan Sehari - Hari.................................................... 146

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Asuhan Kebidanan
2. Lampiran 2 Informed Consent Klien
3. Lampiran 3 Buku KIA
4. Lampiran 4 KSPR
5. Lampiran 5 Jurnal Inovasi Senam Yophytta
6. Lampiran 6 Jurnal Inovasi Effleurage Massage
7. Lampiran 7 SOP Senam Yophytta
8. Lampiran 8 SOP Effleurage Massage
9. Lampiran 9 Dokumentasi
10. Lampiran 10 Lembar Konsultasi

DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APN : Asuhan Prsalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BBL : Bayi Baru Lahir
COC : Continuity Of Care
DJJ : Denyut Jantung Janin
DX : Diagnosa
HB : Hemoglobin
HPHT : Haid Pertama Hari Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
INC : Intranatal Care
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMT : Indeks Massa Tubuh
KB : Keluarga Berencana
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KF : Kunjungan Nifas
KN : Kunjungan Neonatus
N : Nadi
MAL : Metode Amenorea Laktasi
RI : Republic Indonesia
RR : Respirasi
RS : Rumah Sakit
S : Suhu
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Tixoid
UK : Usia Kehamilan
PNC : Postnatal Care
WHO : World Health Organizion
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu tahapan yang
alamiah pada manusia. Proses tersebut harus tetap diwaspadai jika terjadi
hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI,
2016). Data nasional dari Kemenkes RI (2015) menyebutkan bahwa cakupan
K1 pada ibu hamil mencapai 95,75%, cakupan K4 mencapai 87,48%,
cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN)
mencapai 88,55%, cakupan kunjungan nifas (KF) mencapai 87,06%,
cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 54,11%, cakupan
kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 77,31% (Kemenkes RI, 2016).
Menurut ICM (International Confederation of Midwives), 2010 Continuity
of Care merupakan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan sejak hamil,
bersalin, hingga nifas dan menyusui sehingga terjalin hubungan antara bidan
dan wanita. Pelayanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran sampai enam mingggu
pertama postpartum (Yanti, 2015).
Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara
berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)
sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan
ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan
kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang
mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi
(Maryuani, 2011). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat
semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera
(WHO, 2014).
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di
umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup. Menurut World
Health Organization (WHO) di dunia pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia
sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2016). Menurut Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) tahun 2018 di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
305 per 100.000 jiwa sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
mencapai 15 per 1000 kelahiran. Pada tahun 2017, AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai 91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB sebanyak
23,1 per 1.000 KH (Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2017).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, tidak
terkecuali peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan termasuk bidan. Menurut Kemenkes (2015)
sesuai dengan permenkes nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan masa hamil, persalinan dan sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, peran bidan dalam upaya
peningkatan kualitas dan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak, yaitu
dengan melakukan pendekatan berkelanjutan atau contuinity of care, yaitu
pemberian asuhan kebidanan sejak kehamilan, bersalin, nifas, neonatus
hingga memutuskan menggunakan KB yang bertujuan sebagai upaya untuk
membantu memantau dan mendeteksi adanya kemungkinan timbulnya
komplikasi yang menyertai ibu dan bayi dari masa kehamilan sampai ibu
menggunakan KB (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat laporan asuhan
kebidanan berkelanjutan pada pasien yang dimulai dari masa hamil pada
trimester 3, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan pelayanan kontrasepsi dengan
harapan dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
sehingga ikut berupaya menurunkan AKI dan AKB.
1.2 Pembatasan Masalah
Bedasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan kepada ibu hamil,
melahirkan, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana
(KB), maka pada penyusunan continuty of care ini peneliti membatasi
berdasarkan continuty of care

1.3 Tujuan Penyusunan Continuty of care


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu
hamil trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan trimester III pada Ny. “Z”
usia 20 tahun dengan pendekatan manajemen varney dan SOAP.
b. Melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. “Z” usia 20 tahun
dengan pendekatan manajemen varney dan SOAP.
c. Melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny. “Z” usia 20 tahun
dengan pendekatan manajemen varney dan SOAP.
d. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir (BBL) pada Ny. “Z” usia
20 tahun dengan pendekatan manajemen varney dan SOAP.
e. Melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana (KB) pada Ny. “Z”
usia 20 tahun dengan pendekatan manajemen varney dan SOAP.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Sasaran
Sasaran dalam asuhan yang akan dilakukan adalah ibu hamil .
1.4.2 Tempat
Tempat pelaksanaan asuhan kebidanan secara continuity of care
adalah di Puskesmas Tumpang
1.4.3 Waktu
Waktu pelaksanaan asuhan kebidanan secara continuity of care yaitu
bulan Februari sampai April tahun 2021
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Klien
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mahasiswi dalam
melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, dan alat kontrasepsi KB.
1.5.2 Bagi Penulis
Meningkatkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan mahasiswi dalam
melakukan penelitian serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan
pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan alat kontrasepsi KB.
1.5.3 Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan atau informasi mengenai pengetahuan tentang
asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lair, dan alat kontrasepsi KB.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
1998)
Kehamilan adalah masa dimana dimulai dari konsepsi sampai janin
lahir, lama lahir normal adalah 280 hari dari hari pertama haid terakhir
(Sarwono, 1999).
Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua yaitu dimulai bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2007).

b. Proses Permulaan Kehamilan


Menurut Mochtar (1998) untuk setiap kehamilan harus ada 6 unsur
yang saling berkaitan, yakni :
1. Ovum (sel telur)
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari
indung telur yang ditangkap oleh umbai - umbai dan masuk kedalam
saluran telur. (Sarwono, 2005).
Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) :
Oogonia → Oosit primer (primary oocyte) → Primary ovarian follicle →
Liquor folliculi → Pematangan pertama ovum → Pematangan kedua
ovum pada waktu sperma membuahi ovum.
2. Sel Mani (Spermatozoon)
Berbentuk seperti kecubung, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nukleus), leher yang menghubungkan kepala
dengan bagian tengah, ekor yang dapat bergetar sehingga sperma
dapat bergerak dengan cepat.
Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) :
Spermatogonium membelah dua → Spermatosit pertama membelah
dua → Spermatosit kedua, membelah dua → Spermatid kemudian
tumbuh menjadi → Spermatozoon (sperma)
3. Pembuahan (Konsepsi = Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani
dengan sel telur di tuba falopi. Hanya satu sperma yang telah
mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan
masuk ke vitelus ovum.
Zona pelusida akan mengalami perubahan sehingga tidak dapat
dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan kedua
pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetic dari wanita
dan pria. Beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot
selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi tetap akan
digerakkan ke arah rongga rahim dan tiba di kavum uteri pada tingkat
blastula.
4. Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel
dalam (inner – cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.
Itulah sebabnya, kadang – kadang pada saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda Hortman). Umumnya nidasi
terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus
uteri.
5. Plasentasi dalam mukosa rahim
Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas:
6. Desidua basalis : yang terletak di antara hasil konsepsi dan dinding
rahim, disinilah plasentasi terbentuk
7. Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim
yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena obliterasi
8. Desidua vera (parietalis) : yang meliputi lapisan dalam dinding rahim
lainnya
9. Pertumbuhan Mudigah (Embriogenesis)
Pertumbuhan mudigah (embrio) bermula dari lempeng embrional
(embrionalplate) yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi 3 unsur
lapisan yaitu sel-sel ektodermal, sel-sel mesodermal, sel-sel entodermal.
Ruang amnion akan bertambah pesat mendesak exocoelema
sehingga ruang amnion mendekati korion. Mesoblas di antara ruang
amnion dan mudigah menjadi padat di sebut body stalk yang kelak
menjadi tali pusat.
10. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Perkembangan janin pada kehamilan trimester III menurut
Romauli (2011) yaitu:
a. Minggu ke 24-28
Perkembangan janin:
1) Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan
baik.
2) Rambut menutupi kepala.
3) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan
kerutan kulir berkurang.
4) Testis mengalami penurunan dari abdomen ke dalam
skrotum pada minggu ke-28.
5) Fetus lahir pada akhir masa ini mempunyai angka kematian
atau mortalitas yang tinggi karena gangguan pernapsan atau
respirasi.
b. Minggu ke 28-32
Perkembangan janin:
1) Lanugo mulai berkurang.
2) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak disimpan disana.
3) Testis terus turun.
c. Minggu 32-36
Perkembangan janin:
1) Lanugo sebagian besar besar telah terlepas/rontok tetapi kulit
masih tertutup oleh vernix caseosa.
2) Testis fetus laki-laki terdapat didalam skrotum pada minggu
ke-36
3) Ovarium perempuan masih berada di sekitar cavitas pelvic.
4) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari.
5) Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat abdomen.
d. Minggu 36-40
Perkembangan janin:
1) Penulangan/osifikasi tulang tengkorak masih belum
sempurna, tetapi keadaan ini merupakan keuntungan dan
memudahkan lewatnya fetus melalui jalan lahir.
2) Gerakan pernapasan fetus dapat di identifikasi pada
pemindaian ultrasound. Terdapat cukup jaringan lemak
subkutan, dan berat badan hampir 1 kg pada minggu
tersebut.
Sedangkan menurut Saifuddin (2010), pertumbuhan dan
perkembangan janin pada kehamilan trimester III dapat dicermati
pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin dalam Rahim
Usia gestasi (minggu) Organ

25-28 Saat itu disebut permulaan trimester


ke-3, di mana terdapat perkembangan
otak yang cepat. Sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi
tubuh, mata sudah
membuka. Kelangsungan hidup pada
periode ini sangat
sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan
untuk hidup (50-70 %). Tulang telah
tebentuk sempurna, gerakan nafas
telah reguler, suhu relatif stabil.

33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit


janin (lanugo) mulai berkurang, pada saat
35 minggu paru telah matur. janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.

38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm,


di mana bayi akan memiliki seluruh
uterus. Air ketuban mulai berkurang,
tetapi masih dalam batas normal.

c. Tanda dan Gejala Kehamilan


Menurut Mansjoer (2000) terdapat beberapa tanda dan gejala
kehamilan,antara lain:
1. Tanda dan gejala tidak pasti :
a. Amenorhea, penting untuk mengetahui hari pertama haid terakhir
untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus.
b. Mual dan kadang muntah (nausea dan vomiting), sering terjadi di
pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan disebut morning
sickness
c. Mengidam (ingin makanan khusus)
d. Konstipasi/obstipasi disebabkan penurunan peristaltic usus oleh
hormon steroid
e. Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh
pembesaran uterus
f. Pingsan atau mudah lelah bila berada pada tempat-tempat ramai
g. Anoreksia (tidak ada selera makan)
h. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpai di muka (cloasma gravidarum), areola payudara, leher dan
dinding perut (linea nigra= grisea)
i. Leukore (secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan
hormon progesteron)
j. Perubahan payudara, dimana payudara menjadi tegang dan
membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli payudara.

2. Tanda-tanda kemungkinan hamil


Menurut Mochtar (1998) tanda-tanda kemungknan hamil antara lain sebagai
berikut :
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. Tanda Hegar yakni segmen bawah uterus menjadi lembek pada
perabaan
d. Tanda Chadwick yakni warna selaput lendir vagina dan vulva
menjadi ungu
e. Tanda Piscaseck yakni uterus membesar ke salah satu jurusan
hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut
f. Braxton hicks yakni adanya kontraksi uterus apabila uterus
dirangsang
g. Teraba ballottement. Biasanya pada bulan-bulan ke IV dan V janin
itu kecil dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau
rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau digoyangkan,
maka anak melenting di dalam rahim.
h. Reaksi kehamilan positif
3. Tanda pasti
Tedapat empat tanda pasti hamil menurut Mansjoer (2000), antara lain :
1. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan ballottement serta gerak
janin
2. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ)
3. Dengan USG atau Scanning dapat dilihat gambaran janin
4. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin

d. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Wanita Hamil


Menurut Mochtar (1998) perubahan anatomi dan fisiologi ibu hamil
antara lain :
1. Perubahan Pada System Reproduksi
a. Uterus
1) Ukuran : untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar
akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut –
serabut kolagennya menjadi higroskopik. Endometrium menjadi
desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan : 30 x 25 x 20 cm
dengan kapasitas lebih dari 4000cc.
2) Berat : berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
3) Bentuk dan konsistensi : pada bulan-bulan pertama kehamilan
bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan
bentuk bulat, dan akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim
yang tidak hamil kira-kira sebesar telir ayam, pada kehamilan 2
bulan sebesar telur bebek dan kehamilan 3 bulan sebesar telur
angsa. Pada minggu pertama isthmus rahim mengadakan
hipertrofi dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa
lebih lunak (soft), disebut tanda hegar. Pada kehamilan 5 bulan
rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa
tipis, karena itu bagian-bagian janin dapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim.
4) Posisi rahim dalam kehamilan : pada permulaan kehamilan
dalam letak antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan,
rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu mulai
memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat
mencapai batas hati. Rahim yang hamil biasanya mobil, lebih
mengisi rongga kanan atau kiri.
5) Vaskularisasi : Aa.uterina dan aa.ovarika bertambah besar
dalam diameter, panjang dan anak-anak cabangnya. Pembuluh
darah balik (vena) mengembang dan bertambah.
6) Seviks uteri : serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi
lunak (soft), disebut tanda Goodbel. Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya
menjadi livid, dan ini disebut tanda Chadwick.
7) Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan fisiologis
tinggi fundus uteri (TFU) dengan menggunakan pita
sentimeter Mc. Donalds dan dengan menggunakan
palpasi leopold:

Tabel 2.2 Perubahan TFU dalam Kehamilan


No. Tinggi Tinggi Fundus Uteri (Leopold) UK
Fundus (minggu)
Uteri (cm)
1 12 3 jari atas simfisis 12
2 16 Pertengahan pusat dan 16
simfisis
3 20 3 jari bawah pusat 20
4 24 Sepusat 24
5 28 3 jari atas pusat 28
6 32 Pertengahan pusat 32
danprocessus xifoideus (px)
7 36 1-2 jari bawah px 36
8 40 2-1 jari bawah px 40
Sumber: Sarwono, 2010; Walyani, 2015
b. Indung telur
1) Ovulasi berhenti
2) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
uri yang mengambil alih pengeluaran progesteron dan
estrogen.
c. Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina
dan vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio
serviks disebut tanda Chadwick.
d. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit, sehingga
timbul striae gravidarum. Bila terjadi peregangan yang hebat,
misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi
diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba
bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2. Perubahan Pada System Kardiovaskuler
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak
akhir trimester I. Hematokrit cenderung menurun karena untuk
memenuhi transport O2 yang sangat diperlukan selama kehamilan.
Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar
dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil. Leukosit meningkat
sampai 10.000/cc, begitu pula dengan produksi trombosit. Tekanan
darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua
kemudian naik lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena dalam batas-
batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah
akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-rata 84 per menit.
3. System Pernafasan
Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan pendek napas,
disebabkan usus yang tertekan akibat pembesaran rahim.
Kapasitas paru meningkat selama hamil. Seorang wanita hamil
selalu bernapas lebih dalam, yang lebih menonjol adalah pernapasan
dada (thoracic breathing).
4. Saluran Pencernaan (Traktus Digektivus)
Salivasi meningkat dan pada trimester pertama, mengeluh mual
dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga
motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam sauran makanan.
Resorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala
muntah sering terjadi, biasanya pada pagi hari yang disebut sakit pagi
(morning sickness).
5. Tulang dan Gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-
ligamen melunak (softening). Juga terjadi pelebaran pada ruang sendi.
Bila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium
janin, kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan berkurang
untuk memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak
akan kekurangan kalsium.
6. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu. Pigmentasi disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating
hormone (MSH) yang meningkat. Kadang-kadang terdapat deposit
pimen pada dahi, pipi, hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Di
daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areolla
mamae. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai
linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak,
warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae
lividae. Setelah partus, strae lividae ini berubah warnanya menjadi putih
dan disebut striae albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak
striae lividae bersama strriae albikans (Sarwono, 2005).
7. Kelenjar Endokrin
Kelenjar tiroid dapat membesar sedikit, kelenjar hipofise dapat
membesar sedikit terutama lobus anterior, dan kelenjar adrenal tidak
begitu terpengaruh (Mochtar, 1998).
8. System Imun
Human Chorionic Gonadotropin dapat menurunkan respon imun
terhadap wanita hamil. Selain itu kadar IgG, IgA, dan IgM serum
menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan, hingga mencapai kadar
terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga
term. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan resiko infeksi yang tidak
masuk akal pada wanita hamil (Hadyanto, 2001).
9. Perubahan payudara
Perubahan fisiologi pada payudara menurut Saminem (2009) antara lain :
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan payudara menyiapkan diri untuk memproduksi
makanan pokok untuk bayi setelah lair. Perubahan yang terlihat pada
payudara adalah :
a. Payudara membesar, tegang dan sakit.
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c. Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan puting susu serta muncul
mamae sekunder.
d. Kelenjar montgomery yang terletak didalam aerola mamae
membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar montgomery
engeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembap
dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai kehamilan
16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16
minggu samoai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu
yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir
cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak
mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum
10. Perubahan Psikologis
Menurut teori rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada
trimester I meliputi ambiven, takut, fantasi, dan khawatir. Pada
trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyawa serta
kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin
meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada direi
sendiri. Pada trimester II, perubahan yang terjadi meliputi memiliki
perasaan aneh, sembrono, lebih introvent, dan merefleksiikan
pengalaman masa lalu (Saminem, 2009).
11. Tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar,karena ligamen-ligamen
melunak (softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang
persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi
kebutuhan kalsium janin, kalsium pada tulang- tulang panjang ibu
akan diambil untuk memenuhi kebutuhan tadi. Apabila konsumsi
kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis
kehamilan adalah gangguan yang disebabkan oleh berbagai
faktor, misalnya higiene yang buruk pada rongga mulut.

2.1.2 Asuhan Kebidanan Kehamilan


Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Saifudin,
2009).
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan
informasi yang sangat penting. Tabel dibawah ini memberikan garis-garis
besarnya.
Tabel 2.3.Informasi penting dalam pelaksanaan ANC (Saifuddin, 2010)
Kunjungan Waktu Informasi penting
Trimester Sebelum Membangun hubungan saling percaya
Pertama minggu ke- antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.
14 Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
Mendorong perilaku yang sehat ( gizi, latihan
dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya).
Trimester Sebelum Sama seperti diatas ditambah kewaspadaan
Kedua minggu ke 28 khusus mengenai preeklamsia ( tanya ibu
tentang tentang gejala-gejala preeklamsia,
pantau tekanan darah, evaluasi edema,
periksa untuk mengetahui proteinuria)
Trimester Antara Sama seperti diatas ditambah palpasi
Ketiga minggu abdominal untuk mengetahui apakah adas
28-36 kehamilan ganda.
Trimester Setelah 36 Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak
Ketiga Minggu bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran dirumah sakit.

A. Klasifikasi kehamilan
Menurut Suwigyo, 2010 pembagian waktu kehamilan per trimester :
1. Trimester pertama : 0 – 12 minggu
2. Trimester kedua : 12 – 28 minggu
3. Trimester ketiga : 28 – 40 minggu
Menurut lama kehamilan
1. Kehamilan matur :  40 minggu
2. Kehamilan prematur : 28 - 36 minggu
3. Kehamilan postmatur : > 42 minggu

B. Asuhan Antenatal
1. Tujuan pelayanan kebidanan (WHO) , yaitu :
a. Pengawasan serta penanganan pada wanita hamil dan pada saat
persalinan.
b. Perawatan dan pemeriksaan wanita setelah persalinan.
c. Perawatan neonatus bayi
d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi
b. Kunjungan pertama
Kunjungan pertama ibu hamil bagi bidan adalah untuk mengenal
faktor resiko ibu dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada
pemeriksaan fisik maupun lab. perlu diberi tindakan khusus. Pada
kunjungan pertama dilakukan
a. Anamnesa
1) Pada wanita haid terlambat dan diduga hamil ditanyakan hari
pertama haid terakhirnya (HPHT). Taksiran persalinan dapat
ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur
dengan menggunakan rumus Naegle, bila ibu lupa HPHT
tanyakan tentang gerakan janin, untuk primi 18 minggu dan 16
minggu untuk multi.
2) Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya
serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat
penyakit yang pernah diderita. Disamping itu ditanyakan riwayat
menstruasi.
b. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian
keadaan umum, status gizi, dan tanda-tanda vital, pada mata dinilai
ada tidaknya ikterus pada sclera, konjungtiva, edema dan clousma.
Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi, periksa juga jantung,
paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
c. Pemeriksaan obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum
pemeriksaan kosongkan kandung kemih, kemudia ibu diminta
berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan disisi kanan ibu.
d. Pemeriksaan Luar
Cara pemeriksaan yang umum digunakan adalah cara
Leopold yang dibagi 4 tahap:
1) Leopold I : Untuk menentukan TFU sehingga dapat diketahui
usia kehamilan dan untuk menentukan bagian pada fundus.
2) Leopold II : Untuk menentukan dimana letaknya punggung
anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil.
3) Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
masuk PAP.
4) Leopold IV : Untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah kedalam
rongga panggul.
e. Pemeriksaan Dalam: VT
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui:
1) Bagian bawah janin
2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan
posisi untuk UUB, dagu, hidung, orbita, mulut dan sebagainya.
3) Kalau letak sungsang dapat diraba anus, sacrum dan tuber
ischii.
4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin
5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks dan
panggul.
f. Pelvimetri klinik
Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah
dengan mencoba meraba promontorium, bila teraba batasnya
ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan
diukur. Akan diperoleh konjungtiva diagnosis, bila dikurangi 1,5 cm
diperoleh konjungtiva vera.
g. Pemeriksaan Panggul
1) Panggul luar
a) Distansia Spinarum biasanya 23 – 26 cm
b) Distansia Cristarum biasanya 26 – 29 cm
c) Conjungata Eksterna biasanya 15 – 20 cm
d) Distansia Tuburun biasanya 15 – 11 cm
e) Keliling panggul 80 – 90 cm
Panggul dalam biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
dalam.
1. Kunjungan Ulang
Jadwal kunjungan pada kehamilan 0-28 minggu dilakukan tiap 4
minggu; 28-36 minggu tiap 2 minggu; setelah 36 minggu dilakukan tiap
minggu sampai bayi lahir. Setiap kunjungan dilakukan pengukuran berat
badan ibu, tekanan darah, TFU, Leopold dan dengan DJJ.
Ada beberapa keadaan yang menambah resiko kehamilan, namun
tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Keadaan-
keadaan tersebut dinamakan factor resiko. Faktor resiko pada ibu hamil
diantaranya adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekurang-kurangnya 2
tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
e. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm.
f. Riwayat keluarga yang menderita penyakit kencing manis,
hipertensi dan riwayat cacat congenital
g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi. Resiko tinggi pada kehamilan meliputi:
a. Hb kurang dari 11 gr %
b. Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
c. Oedema yang nyata
d. Eklampsia
e. Perdarahan pervaginam
f. Ketuban pecah dini
g. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
h. Letak sungsang pada primigravida
i. Infeksi berat/sepsis
j. Persalinan premature
k. Kehamilan ganda
l. Janin yang besar
m. Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll
n. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah Caesar dan komplikasi
kehamilan.

C. Standar Pelayanan pada Masa Kehamilan


1. Antenatal Care
a. Pengertian
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi
ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)
b. Tujuan kunjungan
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6) 1Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)
c. Jadwal kunjungan
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika
haidnya terlambat sekurang- kurangnya satu bulan. Pemeriksaan
dilakukan setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu,
pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36 minggu.
Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
1) Satu kali pada trimester pertama
2) Satu kali pada trimester kedua
3) Dua kali pada trimester ketiga. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013).
Kunjungan ANC ( Dainty, 2017) dilakukan minimal 4 x selama kehamilan:
1) Trimester I (sebelum 14 minggu)
Kunjungan pertama :
a) Mencegah masalah, misal tetanus neonatal, anemia,
kebiasaan tradisional yang berbahaya.
b) Membangun hubungan saling percaya
c) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi.
d) Mendorong prilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga,
istirahat, seks, dan sebagainya).
2) Trimester II (14-28 minggu)
Kunjungan kedua :
Sama dengan trimester I ditambah kewaspadaan khusus
terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklampsi,
pantau TD , evaluasi edema, proteunuria).
3) Trimester III (28-36 minggu )
Kunjungan ketiga :
Sama dengan trimester II namun ditambah dengan deteksi
kehamilan ganda.
4) Setelah 36 minggu
Kunjungan keempat :
Sama, ditambah deteksi kelainan letak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di RS.
2. Pelayanan antenatal terpadu
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil
serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama
kehamilannya.
Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat. (Sari, dkk, 2015)

3. Standar asuhan kebidanan


Standar  asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".
a) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg
dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk
ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara
tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk
menghitung IMT anda yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m))2
Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : (Prawirohadjo, 2013)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan
bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III
perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4
kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks
masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan
optimal, yaitu:
1) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
2) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari,
Ulfa, & Daulay, 2015)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.
b) Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui
standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal
110/80 - 120/80 mmHg.

c) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)


Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan
hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama
haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU
yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT.
d) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam
folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah
untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena
pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan
janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume
darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan
pertumbuhan dan perkembangan janin.
e) Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
1) Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan
untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (, 2005).
2) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana
biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan (Depkes RI, 2000).
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat
kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian)Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001 ; Depkes RI, 2000) . (Sari, Ulfa, & Daulay,
2015).
Tabel 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen Interval Lama Perlindungan
perlindungan (%)
TT 1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

TT 5 1 taun setelah TT4 25 99


tahun/seumur
hidup
 Sumber  : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
f) Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis
dan dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan
ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan.
Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia
pada ibu hamil.
g) Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat
2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi,
kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu
hamil kearah preeklampsia.
h) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory  (VDRL)
adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit
menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil
yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc.
Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan
pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin
pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat
menyebabkan premature, cacat bawaan.
i) Pemeriksaan urine reduksi (T9)
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka
perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya
Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu
dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsia,
polihidramnion, bayi besar.
j) Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil,
dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6
Minggu.
k) Senam Hamil ( T11 )
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
l) Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga
kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai
mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat
penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi
abortus, partus prematurus juga anemia.
m) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di
daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh
kembang manusia.
n) Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati & Suryono, 2010).

2.1.3 Lingkup asuhan Kehamilan


Asuhan kehamilan merupakan bagian dari asuhan kebidanan yang terdiri
atas Antenatal Care (ANC), Intranatal Care (INC), Postnatal Care (PNC) dan
Chilbirth Care berdasarkan filosofi kebidanan.
Komponen-komponen dalam asuhan kehamilan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Diagnosis dan manajemen dini kehamilan
b. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan wanita.
c. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan janin.
d. Pengurangan ketidaknyamanan umum pada ibu hamil.
e. Anticipatory Guidance dan instruksi.
f. Skrinning komplikasi maternal dan fetal

2.1 Persalinan
2.1.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir (Hanifa, 2006).
b. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2000).
c. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dar uterus ibu (JNPK-KR. 2007).
d. Persalinan (parus=labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi
yang viable melalui jalan lahir biasa (Mansjoer, 1998).
e. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (POGI, dkk,
2014).
b. Klasifikasi Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
1. Persalinan spontan , bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan dari luar (Manuaba, 1998)
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat badan bayi
yang dilahirkan sebagai berikut :
a. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin
di bawah 500 gram, atau tua kehamilan di bawah 20 minggu
b. Persalinan immaturus kurang dari 28 minggu atau lebih dari 20 minggu
dengan berat janin antara 500-1000 gram
c. Persalinan prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang
dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-
2500 gram atau tuam kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
d. Persalinan aterm
e. Persalinan postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkiraka(Hanifa, 2005).
1. Fisiologi Persalinan Normal
Kehamilan persalinan secara umum ditandai dengan aktivitas otot
polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang
persalinan, otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas kontraksi secara
terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada
periode post partum. Proses fisiologis kehamilan pada manusia yang
menimbulkan partus pada persalinan belum diketahui secara pasti
(Sarwono,2014).
2. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
1. Teori penurunan hormonal : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga akan timbul his bila kadar
progesteron turun
2. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesteron yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
3. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenter
4. Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus (induction of labour). Dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
gagang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drip (Mochtar, 1998).
6. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang
dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dimulai
7. Teori penurunan progesteron. Produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin dan otot
reahim akan mulai berkontraksi pada tingkat penurunan progesteron
tertentu
8. Teori oksitosin internal. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan
maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas
9. Teori prostatglandin. Konsentrasi prostatglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostatglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
10. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis. Teori
menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleg Linggin 1973. Malapar pada tahun 1933 mengangkat
otak (Manuaba, 1998).
3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (kekuatan His)
His atau kontaraksi uterus adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
(Nurasiah,dkk,2012).
2. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir merupakan komponen penting dalam proses persalinan yang
terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak ( Manuaba ,2010 ).
3. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan
presentasinya (Manuaba,2010).
4. Psycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya (Manuaba ,2010).
5. Psycian (Penolong)
Menurut Christina (2001,) menyatakan bahwa peran dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu atau janin.
4. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau "harinya" yang disebut
kala pendahuluan (preparatory of labor). Ini memebrikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau tropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan bagian bawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut "false labor pains"
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bisa
bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 1998).
5. Tanda-Tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan ialah :
1. Kekuatan yang mendorong janin keluar
2. His (kontraksi uterus)
3. Kontraksi otot-otot dinding perut
4. Kotraksi diafragma
5. Ligmentous action terutama lig.rotundum
6. Faktor janin
7. Faktor jalan lahir(Mochtar, 1998)

Tanda-tanda inpartu menurut (POGI, dkk, 2014)


1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2x dalam 10 menit).
3. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
6. Kala Persalinan
Proses persalinan menurut Mochtar (1998) terdiri dari 4 kala yaitu :
Kala I waktu untuk pembukaan serviks menjadi pembukaan lengkap
(10cm)
Kala II kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his
ditambahkekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga
lahir
Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV waktu lahirnya uri selama 1-2 jam

1. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm) (POGI,dkk,2014)
Kala satu persalinan mulai ketika mencapai kontraksi uteruss
dengan frekuesi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan
pendataran dan dilatsi serviks yang progesif. Kala satu persalinan
selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga
memingkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu kala satu persalinan
disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Sarwono, 2014)
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif menurut POGI (2014) pada asuhan persalinan normal.
a. Fase laten
Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,
yang berlangsunghingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
Pada Fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari
1cm hingga 2 cm (multipara). Pada saat ini terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yakni : akselerasi yanki
pembukaan 4-5 cm selama 2 jam, dilatasi maksimal dari
pembukaan 5-9 cm selama 2 jam dan deselerasi dimulai dari
pembukaan 9 sampai lengkap biasanya berlangsung 2 jam.

2. Kala Dua
a. Pengertian
Persalina kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan
disebut juga dengan stadium eksplusi janin (Sarwono,2014).
b. Gejala dan tanda kala dua Persalinan
1) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya
kontraksi.
2) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/vaginanya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
6) Tanda pasti kala dua ditemukan melalui periksa dalam
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihat bagian kepala janin melalui introitus vagina.

c. Persiapan penolong persalinan


a) Persiapan alat
b) Persiapan pasien
c) Persiapan lingkungan
d) Persiapan diri

3. Kala tiga
1. Pengertian
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Kala tiga persalinan dimuali segera setelah bayi lahir, dan
terakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala
tiga persalinan disebut juga dengan stadium pemosahan dan
eksplusi plasenta (Sarwono,2014).
2. Fisiologis persalinan kala tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta.karena tempat perlekapan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta turun kebawah uterus atau
kedalam vagina.
1. Tanda-tanda pelepasan plasenta.
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
3. Manajemen aktif kala tiga
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus lebih efektif, sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah pendarahan dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga antara lain:
a. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manjanemen aktif kala tiga adalah


1. Pemberian oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi
lahir
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3. Masase fundus uteri

4. Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
2 jam setelah itu.
Hal yang dilakukan yakni :
1. Akukan rangsangan taktil uterus.
2. Evaluasi tingg fundus uterus
3. Memperkirakan kehilangan darah
4. Periksa kemungkinan pendarahan dan robekan
5. Evaluasi keadaan umum ibu ( TD dan Nadi pada 1 jam pertama
setiap 15 menit, sedangkan 2 jam kedua setiap 30 menit)
6. Dokumentasian

Tabel 2.6 Diagnosis kala dan fase persalinan


Gejala dan tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan
palsu/belum in

Serviks berdilatasi kurang dari 4cm I Laten


Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif
a. Kecepatan pembukaan 1 cm
atau lebih per jam
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Awal
a. Penurunan kepala berlanjut (nonekspulsif)
b. Belum ada keinginan untuk
Serviks membuka lengkap (10 cm) II Akhir (ekspulsif)
a. Bagian terbawah telah
mencapai dasar panggul
Sumber : Abdul Bari Saifuddin G.H, 2010, Halaman 102
2.2 Nifas
2.2.1 Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sesesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas
(peurperium) berasal dari bahsa latin. Peurperium berasal dari suku kata
peur dan parous. Peur berarti bayi dan perous beratti melahirkan.
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum
atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai
6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Asih dan Risneni, 2016).
Masa nifas ( puerporium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali ssperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 minggu (Sarwono,2007).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum ada keamlan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro,2005).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua aspek pada perawatan post natal dimaksudkan agar pada saat
keluar dari rumah sakit, ibu berada dalam keadaan yang sehat dan
mengetahui cara merawat anaknya.
Mendapatkan cukup istirahat sehingga tubuh dan pikirannya dapat
pulih kembali. setelah menjalani berbagai tugas fisik serta emosional selama
hamil dan bersalin. Menghindari infeksi dapat menghambat kesembuhan
jaringan yang cedera. Dapat melakukan pemberian ASI secara memuaskan
atau memiliki keyakinan dan melaksanakan pemberian susu buatan.
Belajar merawat, menggantikan pakaian, pemberian susu dan
membujuk bayinya ketika rewel atau menagis (Asih dan Risneni, 2016).
3. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum Adapunperan dan tanggung jawab dalam masa nifas menurut Asih
dan Risneni (2016) antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga .
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan perencana progam kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan mengenali tanda- tanda bahaya ,menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosadan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan,mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
8. Memberikan asuhan secara professional.
4. Tahapa Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu :
1. Periode pasca salin segera ( Immediate postpartum) 0-24 jam
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. pada masa ini
sering terdapat banyak masalah seperti atonia uteri.oleh karena itu
tenaga kesehatan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1 minggu
Tenaga kesehatan memastikan involusi uteri, pendarahan, lochea, demam,
makanan dan cairan pada ibu, dan ibu dapat menyusui bayinya dengan
baik.
3. Periode Pasca salin lanjut (Late postpartum) 1 minggu – 6 minggu
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
5. Kunjungan Masa Nifas
Menurut Asih dan Risneni (2016) kunjungan masa nifas dibagi menjadi 3
periode, antara lain :
1. Kunjungan I : 6 – 8 Jam postpartum
Tujuan : memastikan tanda bahaya yang harus dideteksi secara dini yaitu :
atonia uteri, robekan jalan lahir, retensi urine.
2. Kunjungan II : 6 hari postpartum
Tujuan :
a. Mengenali tanda bahaya : mastitis, abces payudara, metritis,
periotitis
b. Memastikan involusi berjalan normal.
c. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan
d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minum, istirahat
e. Memastikan ibu menyusui dengan benar
f. Konseling perawatan bayi baru lahir
3. Kunjungan III : 2 Minggu postpartum
a. Mengenali tanda bahaya : mastitis, abces payudara, metritis,
periotitis
b. Memastikan involusi berjalan normal.
c. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan
d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minum, istirahat
e. Memastikan ibu menyusui dengan benar
f. Konseling perawatan bayi baru lahir
4. Kunjungan Ke IV : 6 minggu Post Partum
a. Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami
b. Memberikan konseling untuk KB
6. Perubahan fisiologis, anatomi, psikologis masa nifas
Perubahan fisiologis, anatomi, psikologi masa kehamilan menurut Asih dan
Risneni (2016), antara lain :
1. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut involusi,
diasamping itu juga terjadi perubahan – perubahan penting lain yaitu
terjadi hemokonsentrasi dan timbul laktasi. Organ dalam sistem
reproduksi yang mengalami perubahan yaitu :
a. Uterus
Faktor katabolisme sebagai besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1) Ischemia Myometrium
Disebakan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat atot atropi
2) Autolisis
Penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Tabel 2.7 involusi uterus
No Waktu TFU Berat Diameter Palpasi
Involusi Uterus Uterus serviks
1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lunak

2 Plasenta Dua jari 750 gr 12, 5 cm Lunak


lahir dibawah
pusat
3 1 minggu Pertengahan 500 gr 7,5 gr 2 cm
pusat dan
sympisis

4 2 minggu Tidak teraba 300 gr 5 cm 1 cm


diatas
simpisis

5 6 minggu Bertambah 50 gr 2,5 cm Menyempit


Kecil

6 8 minggu Sebatas 30 gr 2, 5 cm
Normal

2. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal peurperium.
3. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai
reaksi basa/ alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat.
a. Lochea Rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari ke dua postpartum, warna
merah mengandung darah dari luka pada plasentaa dan serabut
dari decidua dan chorion
b. Lochea Sanguniolenta.
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska
persalinan.
c. Lochea Serosa
Mucul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi
plasenta.
d. Lochea Alba
Sejak 2-6 minggu setelah persalinan persalinan, warna putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
4. Luka Bekas Implantasi Plasenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum
uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
5. Serviks
Setelah mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium uteri eksterna (OUE) dapat dilalui oleh 2 atau 3 jari
tangan, setelah 6 minggu post partum OUE menutup.
6. Vulva Vagina
Setelah mengalami penekanan dan penegangan yang sangat
besar selama proses persalinan, vulva vagina akan tetap mengendur
selama beberapa hari. Setelah 3 minggu vulva vagina akan kembali
normal. Orificium vagina biasanya membuka setelah wanita melahirkan.
7. Perineum
Perineum menjadi kendor. Pada hari ke-5 post partum perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonus otonya.
8. Payudara
Dengan dimulainya laktasi, payudara akan sedikit tegang, nyeri,
lebih besar dan lebih kencang.
9. Psikologis
Pada masa nifas terjadi adaptasi psikologi yang dibagi dalam
beberapa fase, yaitu :
a. Fase “Taking In” (ketergantungan)
Perhatikan ibu terutama terhadap kebutuhan diri sendiri, pasif dan
berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya, tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
b. Fase “Taking Hold” (perpindahan dari ketergantungan ke mandiri)
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuh, misalnya :
BAB, BAK, melakukan aktivitas duduk, jalan dan juga mulai belajar
tentang perawatan anaknya. Sering timbul kurang percaya diri.
c. Fase “Letting Go” (perpindahan dari mandiri ke peran ibu)
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan bayinya.
Merasa bayi terpisah dari dirinya.
10. Hormonal
a. Beberapa jam setelah plasenta terlepas, kadar hormon plasenta
(LH dan HCG) menurun dengan cepat. Dalam 2 hari LH sudah tidak
terdeteksi dalam serum, dan HCG dalam waktu 10 hari juga tidak
dapat terdeteksi.
b. Kadar estrogen dan progesteron dalam serum menurun dalam
waktu 3 hari post partum, dan mencapai kadar normal sebelum
hamil dalam waktu 7 hari post partum.
c. Hormon prolaktin meningkat setelah bayi menyusui
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Pulih dalam keadaan seperti sebelum hamil dalam waktu 2 minggu.
b. Pada 24 jam pertama, beban tambahan pada jantung yang
disebabkan oleh adanya hipovolemik.
c. Penurunan kadar estrogen menyebabkan terjadi diuresis yang
berlebihan dan plasma darah tidak begitu mengandung cairan,
sehingga daya koagulasi meningkat. Hal ini harus dicegah dengan
ambulansi dini.
d. Jumlah sel darah dan hemoglobin akan kembali normal pada kari
ke-
12. Sistem Gastrotestinal
Seringkali terjadi konstipasi karena :
a. Faal usus belum normal, akan kembali normal dalam 3-4 hari.
b. Asupan makanan yang menurun selama proses persalinan dan hari
pertama pasca persalinan.
c. Rasa nyeri pada bagian perineum yang mungkin dapat
menghalangi keinginan BAB
d. Gerakan tubuh berkurang
13. Traktus urinarius
a. Dalam waktu 24 jam pertama kemungkinan terjadi kesulitan BAK,
karena kemungkinan terjadi spasme sfigter dan odema leher buli-
buli, setelah mengalami kompresi oleh kepala janin dengan tulang
symphisis selama proses persalinan.
b. Terjadi diuresis dalam waktu 12-36 jam post partum, karena kadar
etrogen yang bersifat retensi air.
7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap har
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kedada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijaksanaa agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk bejalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah di
perbolehkan bangun dari tempat tidur dalan 24-48 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial
ekonomis).Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early
ambulation tidak mempunyaipengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. Early
ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan
penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,
demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun
dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil(miksi) 6 jam post partum. Jika 8 jam
post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka dilakukan kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu post partum.
1) Berkurangnay tekanan abdominal.
2) Otot-otot perut masih lemah.
3) Edema dan uretra.
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif.
b. Buang air besar
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar(defekasi) setelah
hari kedua post partum. Jika hari ketiga juga belum BAB, maka
perlu di beri obat pencahar per oral atau per rektal. jika setelah
pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka
dilakukan klisma (huknah)
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan kebersiahn seluruh tubuh, terutama perineum.
b. Mengajarkan ibu bagimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci

dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.


d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebulum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau leserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
5. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
3) perdarahan.
4) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat
sebagai berikut ini.
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah
merah berhenti dan iubu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubunagan suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
7. Latihan dan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.
Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas
disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahantubuh
akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu
berusaha untuk memulihakan dan mengencangkan keadaan dinding
perut yang sudaj tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk
tubuh menjadi indah dan langsing seprti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelas pada ibu
tentang beberapa hal berikut ini.
a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali
normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini
juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat
membantu.
1) Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu
ke dada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi
sebanyak 10 kali.
2) Untuk mebuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
lakukanlah latihan keagel.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan
ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latiahan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke enam setelah persalinan ibu harus mengerjakan
setiap gerakan sebanyak 30 kali ( Saleha, Sitti. 2009).

2.3.2 Asuhan Kebidanan Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin, dkk,
2013).
a) Anamnesis
Tabel 2.8 Anamnesis Riwayat Ibu
Anamnesis pada Ibu Riwayat Sosial Ekonomi Riwayat Bayi
Nifas Riwayat Ibu
1. Nama, umur 1. Respon ibu dan keluarga 1. Menyusu
2. Tanggal dan tempat terhadap bayi 2. Keadaan tali
lahir 2. Kehadiran anggota pusat
3. Penolong keluarga untuk membantu 3. Vaksinasi
4. Jenis persalinan ibu dirumah 4. Buang air kecil /
5. Masalah-masalah 3. Para pembuat keputusan besar
selama persalinan dirumah
6. Nyeri 4. Kebiasaan minum, merokok
7. Menyusui atau tidak dan menggunakan obat
8. Keluhan saat ini 5. Kepercayaan dan adat
9. Rencana masa istiadat
datang : kontrasepsi
yang akan
digunakan
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.
b) Pemeriksaan Kondisi Ibu
Tabel 2.9 Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
Pemeriksaan Payudara Perut/Uterus Vulva/Perineum
Fisik pada Ibu
Nifas Umum
1. Suhu tubuh 1. Puting susu : 1. Tinggi fundus 1. Pengeluaran
2. Denyut nadi pecah, pendek, uteri lochia
3. Tekanan rata 2. Kontraksi 2. Luka
darah 2. Nyeri tekan uterus episiotomi
4. Tanda-tanda 3. Abses 3. Kandung 3. Pembengkak
anemia 4. Pembengkakan kemih an
5. Tanda-tanda 5. Pengeluaran ASI 4. Haemoroid
edema/tromb
oflebitis
6. Refleks
7. Varices
8. CVAT
(cortical
vertebral
area
tenderness)

Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.


c) Penanganan
Tabel 2.10 Tindakan yang Baik untuk Masa Nifas
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
Kebersihan diri 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut
setidaknya dua kali sehari.
Istirahat 1. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan
rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk
tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Gizi 1. Ibu menyusui harus:
a) mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b) makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c) minum setidaknya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)

d) pil zat besi harus diminum untuk menambah


zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e) minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayi
melalui ASInya.
Perawatan payudara 1. menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau
ASI yang keluar pada sekitar puting setiap kali
selesai menyusui.

Hubungan perkawinan Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami


istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri.
Keluarga berencana 1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-
kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2. Meskipun beberapa metoda KB mengandung
resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih
aman terutama apabila ibu sudah haid lagi.
3. Sebelum menggunakan metoda KB, hal-hal
berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a) Bagaimana metoda ini dapat mecegah
kehamilan dan efektivitasnya
b) Kelebihan dan keuntungannya
c) Kekurangannya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metoda itu
f) Kapan metoda itu dapat mulai digunakan
untuk wanita pascasalin yang menyusui.
Sumber : Saifuddin, dkk, 2013.

2.4 Bayi Baru Lahir


2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Menurut saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
jam pertama kelahiran.
Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan Rahardjo, 2015).

2. Fisiologi Bayi Baru Lahir


Fisiologi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
pada neonatus. Dibawah ini akan diuraikan beberapa fungsi dan proses vital
neonatus.
1. Sistem Pernapasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali. Dan
proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah
dipersiapkan lama sejak intrauterin.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi. Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya
pada umur kehamilan 24 hari dan pada umur kehamilan 34-36 minggu
struktur peru-peru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli. Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
detik pertama sesudah lahir.
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan
yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba
setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di
dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru-paru untuk
kemudian diabsorbsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta
mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kalinya
(Marmi dan Rahardjo, 2015).
2. Perubahan Peredaran Darah Neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.
Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan
menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah.
Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru
memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang
teroksigensi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan
dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen
ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus
(Marmi dan Rahardjo, 2015).
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang berada pada
unit janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera
setelah tali pusat di klem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah
sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh
darah dan tarikan napas pertama terjadi secara bersamaan. Oksigen dari
napas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah berelaksasi
dan terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah (Marmi
dan Rahardjo, 2015).
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik dan
menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah
dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung
menyebabkan foramen ovale menutup, duktus anteriorsus yang mengalirkan
darah teroksigenasi ke otak janin kini tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam,
duktus ini akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan
kadar prostaglandin E2, yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah
teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus anteriorsus serta
foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi
jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, kemudian dipompakan ke seluruh
bagian tubuh (Marmi dan Rahardjo, 2015).

2.4.2 Asuhan Bayi Baru Lahir


Menurut Patricia, bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan
yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dnegan
berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa ini adalah
memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi
mereka dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi
orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan mantap (Marmi dan
Rahardjo, 2015).
1. Asuhan Bayi Segera Lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-
aspek penting asuhan segera bayi baru lahir :
a. Memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali
(Marmi dan Rahardjo, 2015).
Evaluasi nilai APGAR, yaitu Apperance (Warna kulit), Pulse
(denyut nadi), Grimace (respon refleks), Activity (tonus otot) dan
Respiratory (pernafasan) dilakukan mulai dari menit pertama
sampai 5 menit.Hasil pengamatan masing-masing aspek
dituliskan dalam skala skor 0-2.
Tabel 2.11 Penilaian Bayi dengan Metode APGAR
Aspek Pengamatan Skor
Bayi Baru Lahir 0 1 2
Appearance/warna kulit Seluruh Warna Warna
tubuh bayi kulit tubuh kulit
berwarna normal, seluruh
kebiruan tetapi tubuh
tangan normal
dan kaki
berwarna
kebiruan
Pulse/denyut nadi Denyut nadi Denyut Denyut
tidak ada nadi , 100 nadi > 100
kali/menit kali/menit
Grimace/ respon refleks Tidak ada Wajah Meringis,
respon meringis menarik,
terhadap saat batuk atau
stimulasi distimulasi bersin
saat
distimulasi
Activity/ tonus otot Lemah, Lengan Bergerak
tidak ada dan kaki aktif dan
gerakan dalam spontan
posisi
fleksi
dengan
sedikit
gerakan
Respiratory/pernafasan Tidak Menangis Menangis
bernafas, lemah, kuat,
pernafasan terdengar pernafasa
lambat dan seperti n baik dan
tidak teratur merintih teratur
Sumber : Tandon, N.M. 2016.
b. Jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk
atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut serta
pastikan kepala bayi telah terlindung baik.
c. Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit:
1) Jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi.
2) Jika suhu kurang dari 36,5 derajat C segera hangatkan bayi.
d. Kontak dini dengan bayi
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk :
1) Kehangatan yaitu untuk mempertahankan panas.
2) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
a) Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi
bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan
(Marmi dan Kukuh, 2016).
b) Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, kenakan
topi pada bayi dan bayi diletakkan secara tengkurap di
dada ibu, kontaklangsung antara kulit dada bayi dan kulit
dada ibu. Bayi akan merangkak mencari puting susu ibu
dan menyusu (Gavi, 2015).
e. Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual). Obat mata perlu dibrikan pada jam pertama setelah
persalinan, yang lazim digunakan adalah larutan Perak Nitrat atau
Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah
bayi lahir. (Saifuddin, 2014).
2. Asuhan 24 Jam Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi dan Kukuh (2016) dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak
mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut :
a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktifitas bayi.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi
1) Hindarkan memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya setelah
itu jika tidak terdapat masalah medis serta suhunya 36,5°C
atau lebih.
2) Bungkus bayi dengan kain yang kering/hangat.
3) Kepala bayi harus tertutup.
c. Pemeriksaan fisik bayi
Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir:
1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan sarung
tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
3) Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari kepala
sampai jari-jari kaki.
4) Jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut
jika diperlukan.
5) Rekam hasil pengamatan.
d. Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K pada BBL.
Cara Pemberian Injeksi Vitamin K
1) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1
profilaksis.
2) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10
mg Vitamin K1 per 1 ml.
3) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1
ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri
bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal,
diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
e. Identifikasi bayi.
f. Perawatan lain :
1) Lakukan perawatan tali pusat.
2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi pulang ke
rumah beri imunisai Hepatitis B.
Umur : Mulai umur 0 bulan 
Dosis : 0, 5 cc / pemberian
Cara : Suntikan IM pada bagian luar 
Jumlah suntikan : 3 x 
Efek samping : tidak ada 
3) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.
4) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi.
5) Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.
6) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau
infeksi.
7) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui kurang
baik.
8) Penyuluhan sebelum bayi pulang.
a) Perawatan tali pusat
b) Pemberian ASI
c) Jaga kehangatan bayi
d) Tanda-tanda bahaya
e) Imunisasi
f) Perawatan harian atau rutin
g) Pencegahan infeks
3. Asuhan 2-6 Hari Bayi Baru Lahir
Pada hari ke 2-6 setelah persalinan ada hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi, yaitu:
a. Minum
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika
payudara penuh) dan tentu saja lebih berarti menyusui sesuai
kehendak bayi atau kebutuhan bayi setip 2-3 jam (paling sedikit
setiap 4 jam), bergantian pada payudara kiri dan kanan.
Pemberian ASI saja cukup pada periode usia 0-6 bulan ,
kebutuhan gizi bayi baik kualitas dan kuantitas terpenuhi dari ASI
saja tanpa makanan atau minuman lainnya. Pemberian
makananlain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi
kemampuan bayi menghisap.
b. Buang Air Besar
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya
berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal
dari perncernaan bayi yang dibawa dari kandungan.
Menurut Dr. Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna
feses bayi dapat dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah
dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan
bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tersebut.
1) Feses kuning : normal (ASI penuh yaitu foremilk/ASI depan
dan hindmilk/ASI belakang.
2) Feses hijau : normal (tidak boleh terus-menerus karena bayi
hanya mendapat foremilk saja).
3) Feses merah : disebabkan adanya tetesan darah yang
menyertai.
4) Feses keabu-abuan : waspada (disebabkan gangguan pada
hati)
c. Buang Air Kecil
Bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10 x sehari.Jika urine
pucat, kondisi ini menunjukkan masukan cairan yang cukup.
d. Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16
jam sehari.
e. Kebersihan Kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
f. Keamanan
Jangan sekali-sekali meninggalkan bayi tanpa ada yang
menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI.

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini
dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat
dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati,
Islaely dan Aspuah, 2015).
2. Macam – Macam Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)  secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya.
a. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
1) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif
pemberian ≥ 8 x sehari;
2) Belum haid;
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
4) Efektif sampai 6 bulan
5) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi
lainnya.
b. Cara Kerja
Penundaan/penekanan ovulasi
c. Kelebihan MAL
1) Kelebihan MAL Kelebihan Kontrasepsi
a) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98 % pada 6 bulan paska
persalinan)
b) Segera efektif
c) Tidak mengganggu sanggama
d) Tidak ada efek samping secara sistemik
e) Tidak perlu pengawasan medis
f) Tidak perlu obat atau alat
g) Tanpa biaya
d. Kelebihan Nonkontrasepsi
1) Untuk bayi
a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI)
b) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal
c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,
susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
2) Untuk ibu
a) Mengurangi perdarahan paska persalinan
b) Mengurangi risiko anemia
c) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
e. Kelemahan MAL
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit paska persalinan
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV
dan HIV/AIDS
f. Indikasi MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
g. Kontraindikasi MAL
1) Sudah mendapat haid setelah persalinan
2) Tidak menyusui secara eksklusif
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
2. Kondom
a. Cara Kerja:
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Tujuan
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV
dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
c. Efektivitas 
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap
kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-
12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
d. Manfaat Kontrasepsi:
1) Efektif bila digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5) Murah dan dapat dibeli secara umum.
6) Tidak perlu resp dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda.
e. Manfaat Nonkontrasepsi:   
1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2) Dapat mencegah penularan IMS.
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
5) Saling berinteraksi sesama pasangan
6) Mencegah imuno fertilitas
f. Keterbatasan:
1) Efektivitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom dimpat umum.
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
g. Cara Penggunaan:
1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke
dalam kondom
3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet,
gunting, atau benda tajam lainnya pada saat membuka
kemasan
4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan
ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya
dengan jalan menggeser gulungan tersebut kea rah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi
penis ke vagina.
5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma
pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit
bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vaginaagar tidak terjadi tumpahan
cairan sperma di sekitar vagina.
8) Gunakan kondom hanya untuk satru kali pakai.
9) Buang kondom bekas pakaiu pada tempat yang aman.
10) Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat
menyebabkan kondom menjadi rusak atu robek saat
digunakan.
11) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau
kondom tampak rapuh/kusut
12) Jangan gunakan minyak goring, minyak mineral atau pelumas
dari bahan petrolatum
13) karena akan segera merusak kondom.
h. Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan
kalau ada masalah dalam penggunaan kondom dam kepuasan klien
dalam menggunakannya. Kalau masalah timbul karena kekurang
tahuan dalam cara penggunaan, sebaiknya informasi diulangi lagi
kembali kepada klien dan pasangan. Kalau masalah menyangkut
ketidaknyamanan dan kejemuan dalam menggunakan kondom
sebaiknya dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
3. Macam – Macam Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan
Progesteron)
1. Pil Kombinasi
a. Efektif dan reversible
b. Harus diminum setiap hari
c. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang
d. Efek samping serius sangat jarang terjadi
e. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah
mempunyai anak maupun belum.
f. Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil
g. Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui
h. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
1) Cara Kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
2) Kelebihan
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan.
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
g) Mudah dihentikan setiap saat
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
j) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang
panggul, kelainan jinak pada payudara dan dismenorea
3) Kelemahan
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan
pertama
d) Pusing
e) Nyeri payudara
f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu
kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif
g) Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi
h) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI)
i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan
untuk melakukan hubungan seksual berkurang
j) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga risiko stroke, dan gangguan pembekuan darah
pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia
> 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
k) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV,
HIV/AIDS
4) Indikasi Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil
kombinasi, seperti:
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
c) Gemuk atau kurus
d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI
eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
g) Paska keguguran
h) Anemia karena haid berlebihan
i) Nyeri haid hebat
j) Siklus haid tidak teratur
k) Riwayat kehamilan ektopik
l) Kelainan payudara jinak
m) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh
darah, mata dan saraf.
n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis,
atau tumor ovarium jinak
o) Menderita tuberculosis (kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin)
p) Varises vena
5) Kontraindikasi Pil Kombinasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
d) Penyakit hati akut (hepatitis)
e) Perokok dengan usia > 35 tahun
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >
180/110 mmHg
g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing
manis > 20 tahun
h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
i) Migrain dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat
epilepsi)
j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
6) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau
perempuan tersebut tidak hamil.
b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
c) Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom)
mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil
tersebut.
d) Setelah melahirkan:
e) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
f) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
g) Paska keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
h) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu haid.
3) Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 Depo Medroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan
sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol
Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
a. Cara Kerja Suntikan Kombinasi
1) Menekan ovulasi
2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Kelebihan Kontrasepsi
1) Risiko terhadap kesehatan kecil
2) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4) Jangka panjang
5) Efek samping sangat kecil
6) Klien tidakperlu menyimpan obat suntik
7) Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.
c. Kelebihan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi jumlah perdarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah anemia
4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6) Mencegah kehamilan ektopik
7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang
panggul
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause
d. Kelemahan
1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10
hari
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti
ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan
4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obat-obat epilepsy (Fenitoin dan Barbiturat) atau obat
tuberculosis (Rifampisin)
5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantug, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati
6) Penambahan berat badan
7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
e. Indikasi Suntikan Kombinasi
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
4) Menyusui ASI paska persalinan > 6 bulan
5) Paska persalinan dan tidak menyusui
6) Anemia
7) Nyeri haid hebat
8) Haid teratur
9) Riwayat kehamilan  ektopik
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
f. Kontraindikasi Suntikan Kombinasi
1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui di bawah 6 minggu paska persalinan
3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
5) Usia > 35 tahun yang merokok
6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (>180/110 mmHg)
7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >
20 tahun
8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrainn
9) Keganasan pada payudara
g. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus
haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,
klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
3) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap
saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya
atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa
waktu 7 hari.
4) Bila klien paska persalinan > 6 bulan, menyusui serta belum
haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat
dipastikan tidak hamil.Bila paska persalinan < 6 bulan, dan
menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi
5) Bila paska persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberikan
6) Paska keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan
atau dalam waktu 7 hari
7) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal
yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan
kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi
dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-
ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
8) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan
ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan kobinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
lain.
9) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan
pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut
tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid,
metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus
haid. Cabut segera AKDR.
h. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan IM
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan
perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
i. Instruksi untuk Klien
1) Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan
suntikan kembali setiap 4 minggu
2) Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke
dokter/klinik untuk memastikan hamil atau tidak
3) Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada
penyuntikan dan apa yang harus dilakukan bila hal tersebut
terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala, atau nyeri
payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan
tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada
suntikan ke-2 atau ke -3
4) Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau
obat epilepsy, obat-obat tersebut dapat mengganggu efektivitas
kontrasepsi yang sedang digunakan.
j. Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai pada Penggunaan Suntikan
Kombinasi
1) Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya
bekuan darah di paru, atau serangan jantung.
2) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan
terjadi stroke, hipertensi, atau migrain.
3) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai.
4) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
4. Kontrasepsi Progestin
1. Kontrasepsi suntik progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
IM (di daerah bokong)
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik IM.
a. Cara Kerja
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Kelebihan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6) Sedikit efek samping
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
10)  Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12)  Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
13)  Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang
tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun,
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
c. Kelemahan
Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) Tidak haid sama sekali
5) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan)
6) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
7) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering
8) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
9) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian
10) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena
belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan)
11) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
12) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
d. Indikasi
1) Usia reproduksi
2)  Nulipara dan yang telah memiliki anak
3) Menghendaki kotrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuaiSetelah
melahirkan dan tidak menyusui
5) Setelah abortus atau keguguran
6) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
7) Perokok
8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
9) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturate)
atau obat tuberculosis (rifampisin)
10) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12) Anemia defisiensi besi
13) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
e. Kontraindikasi
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran)
2) Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi
f. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan
setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual
4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara
benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan
ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang
lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai
pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
Bila ibu disuntik setelah hari ke-77 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
7) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai
hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah
hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil
8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu
tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
g. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan
1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik IM dalam daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan
akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan
Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8
minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12
minggu.
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang
dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan.
Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.
4) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan
gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya
bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
5) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan,
sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini
jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.
6) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu
diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan,
atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya
dalam waktu dekat.
7) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid
baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama
tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah
3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid
tersebut.
8) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah
ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum
jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal
yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila
perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
9) Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu
kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan
dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan
dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi
yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai jadwal suntikan
dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
10) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera
diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hami.
2. Minipil
a. Jenis
1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 ug levonorgestrelatau 350 ug
noretindron
2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 ug desogestrel
b. Cara Kerja
1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium (tidak begit kuat)
2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
c. Kelebihan Kontrasepsi
1) Sangat efektif bila digunakan secara benar
2) Tidak mengganggu hubungan seksual
3) Tidak mempengaruhi ASI
4)  Kesuburan cepat kembali
5) Nyaman dan mudah digunakan
6) Sedikit efek samping
7) Dapat dihentikan setiap saat
8) Tidak mengandung estrogen
d. Kelemahan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Menurunkan tingkat anemia
4) Mencegah kanker endometrium
5)  Melindungi dari penyakit radang panggul
6) Tidak meningkatkan pembekuan darah
7) Dapat diberikan pada penderita endometriosis
8) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri
kepala, dan depresi
9) Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala,
perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)
10) Sedikit sekali mengganggu metabolism karbohidrat sehingga
relatif aman diberikan pada perempuan pengidap kencing
manis yang belum mengalami komplikasi.
e. Kelemahan
1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorea)
2) Peningkatan/penurunan berat badan
3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
4) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
6) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan),
tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
perempuan yang tidak menggunakan minipil
7)  Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan
dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy
8) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual (IMS) atau
HIV/AIDS
9) Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka),
tetapi sangat jarang terjadi
f. Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak
3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui
4) Paska persalinan dan tidak menyusui
5) Paska keguguran
6) Perokok segala usia
7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/1110 mmHg)
atau dengan masalah pembekuan darah
8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen
3. Implan
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas
sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih
pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang
mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya
kehamilan (BKKBN, 2006).
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2010) adalah sebagai
berikut:
1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2)  Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg
ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75
mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
a. Cara Kerja
Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara.
Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme
utamanya adalah menebalkan mucus serviks sehingga tidak dapat
dilewati oleh sperma, dan menyebabkan hipotropisme endometrium
sehingga dapat mengganggu proses implantasi.
b. Kelebihan Kontrasepsi
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
10) Implan-2 merupakan salah satu kontrasepsi efektif yang pernah
dibuat. Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per
100 perempuan dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya
1,6. Tidak ada metode kontasepsi lain yang seefektif
kontrasepsi subdermal levonorgestrel atau etonogestrel
c. Kelebihan Nonkontrasepsi:
1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi/memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
pangul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
d. Kelemahan 
Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
1) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
2) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi
dan pengangkatan implant.
3) Biaya Lebih mahal.
4) Sering timbul perubahan pola haid.
5) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya
sendiri.
6)  Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya
karena kurang mengenalnya.
7) Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.

e. Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2010) dapat dilakukan
pada :
1) Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
2) Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun.
3) Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan
jangka panjang.
4) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Perempuan pasca persalinan.
6) Perempuan pasca keguguran.
7) Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak
sterilisasi.
8) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal yang mengandung estrogen.
9) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
f. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2010) menjelaskan bahwa kontra indikasi
implant adalah sebagai berikut:
1) Perempuan hamil atau diduga hamil.
2) Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas
penyababnya.
3) Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid
yang terjadi.
4) Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduktif (Saifuddin, 2010)
1. Jenis – jenis AKDR :
a. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4.
Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan.
Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
logam sampai generasi plastic (polietilen) baik yang diambah
obat maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil,
Multiload,Nova-T
2) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7,
Nova T, ML-Cu 375
2) Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un
Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari
jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkanluasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah
200mm2
a) Kelebihan AKDR Nonhormonal
1. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif
0,6-0,8 kehamilan per 100  perempuan dalam 1 tahun
pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
2. AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan sexual
6. Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut
untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-
380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus
10. Dapat digunakan sampai menopause
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
b. IUD yang mengandung hormonal
1. Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar
benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg progesteron
dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per
hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya
kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified
withdrawal)
2. LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan
pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di Finlandia.
Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100
wanita per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena
persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi
dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.
1) Cara Kerja
Menurut Saefuddin (2010), mekanisme kerja IUD adalah:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam
alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan
sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam
uterus
2) Kelebihan
a) Mengurangi volume darah haid dan mengurangi
disminorrhoe
b) Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh
synechiae(Asherman’s Syndrome)
3) Kelemahan
a) Perubahan siklus haid
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
d) Disaat haid lebih sakit
e) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
f) Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila
pemasangan benar)
g) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
h) Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
i) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
j) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena
fungsi AKDR untuk mencegah  kehamilan normal.
k) Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
l) Harus diganti setelah 18 bulan
m) Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan
perdarahan bercak(spotting)
n) Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
4) Indikasi
a) Usia reproduktif
b) Keadan nullipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan alat
kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f) Resiko rendah dari IMS
g) Tidak menghendaki metode hormonal
h) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i) Perokok
j) Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k) Gemuk ataupun yang kurus
l) Sedang menyusui
m) Penderita tumor jinak payudara
n) Epilepsi
o) Malaria
p) Tekanan darah tinggi
q) Penyakit tiroid
r) Setelah kehamilan ektopik
s) Penderita DM
5) Kontraindikasi
a) Sedang hamil
b) Perdarahan vagina yang tidak diketaui
c) Sedang menderita infeksi genetalia
d) Penyakit trifoblas yang ganas
e) Diketahui menderita TBC velvik
f) Kanker alat genital
g) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
5. Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
1. Tubektomi
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang
dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami  isteri atas
permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela
(Zietraelmart, 2010).
a. Jenis – jenis Tubektomi
1) Laparotomi
2) Minilaparotomi  = Mini-lap
3) Sub-umbilikal/infra-umbilikal: post-partum
4) Supra pubis/Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval
5) Laparoskopi
b. Kelebihan
Menurut Saifuddin (2010; h. MK-79) manfaat kontrasepsi tubektomi
sebagai berikut :
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
3) Tidak bergantung pada faktor senggama
4)  Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi
local
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek
pada produksi hormon ovarium).
8) Berkurangnya resiko kanker ovarium
c. Kelemahan
Kelemahan tubektomi menurut Saifuddin (2010;h. MK-79) adalah :
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan lagi), kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi
umum).
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekology atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi)
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
d. Indikasi
Yang dapat menjalani tubektomi menurut Saifuddin (2010;h. MK-82)
antara lain :
1) Usia lebih dari 26 tahun
2) Paritas lebih dari dua
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
5) Pascapersalinan.
6) Pascakeguguran.
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
e. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2010;h. MK-83) yang tidak boleh melakukan
tubektomi antara lain :
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
b. Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga
harus dievaluasi).
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol).
d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa
depan.
f. Belum memberikan persetujuan tertulis.
g. Kontraindikasi relatif menurut Everett (2008;h.253) adalah:
h. Meminta sterilisasi pada usia muda, misalnya dibawah 25
tahun
i. Obesitas dapat dikontraindikasikan untuk prosedur
laparoskopik
2. Vasektomi
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu
metode kontrasepsi operatif minor pria yang sangat aman, sederhana
dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anestesi umum ( Hartanto, 2004 ; h. 307).
Menurut Saifuddin (2006;h. PK-85) macam- macam vasektomi
ada 2 yaitu:
1. Vasektomi dengan pisau
2. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
2. Kelebihan
1) Efektif
2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi
lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.
8) Metode permanen
9) Efektivitas tinggi
10) Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang
tidak direncanakan.
3. Kelemahan
1) Diperlukan suatu tindakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan
atau infeksi.
3) Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual
mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang
menyangkut sistem reproduksi pria.
4. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana
fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).
5. Kontraindikasi
1) Infeksi kulit lokal, misal Scabies
2) Infeksi traktus genitalia.
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya
4) Varicocele
5) Hydrocele besar
6) Filariasis
7) Hernia inguinalis
8) Orchiopexy
9) Luka parut bekas operasi hernia
10) Scrotum yang sangat tebal
11) Penyakit sistemik
12) Penyakit-penyakit perdarahan
13) Diabetes mellitus
14) Penyakit jantung koroner yang baru
15) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil
2.5.2 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Menurut Arum dan Sujiyatini (2016) tindakan konseling hendaknya
diterapkan 6 langkah yang dikenal dengan kata SATU TUJU yaitu:
SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu beberapa
jenis
kontrasepsi yang paling mungkin.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya.
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
2.6 Inovasi Asuhan Kebidanan
2.6.1 Inovasi Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan Senam Yophytta
Kehamilan juga menimbulkan perubahan psikologis bagi ibu hamil. Hormon
progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat sehingga menyebabkan
timbulnya mual dan muntah, lemah, lelah serta pembesaran payudara. Hal ini
akan menyebabkan ibu merasa tidak sehat dan seringkali merasa cemas karena
kehamilannya (Jannah, 2012). Jenis senam yang bisa dilakukan untuk
menurunkan kecemasan kehamilan , salah satunya metode senam hamil
Yophytta yang diciptakan oleh Arsaningsih pada tahun 2009. Senam ini memiliki
kelebihan dibanding jenis senam hamil lainnya. Senam hamil yophytta materna
merupakan suatu perpaduan gerakan harmonis dari yoga, pilates, hypnoterapy
serta tai chi. Perpaduan gerakan harmonis dari yoga, pilates, hipnoterapi serta tai
chi akan tergabung menjadi senam khusus ibu hamil (Aristantya, 2016).
Kelebihan senam yophytta yaitu menggabungkan latihan fisik, mental, dan
spritual. Bertujuan untuk mendapatkan energi positif. Energi positif tersebut di
harapkan wanita hamil lebih berfikir positif untuk menjaga kestabilan emosi,
menghilangkan stres, mengurangi keluhan selama hamil seperti sakit pinggang,
nyeri sendi, morning sickness dan lain sebagainya (Arsahningsih, 2014).
Saleh (2015) mengatakan bahwa senam hamil metode Yophytta memiliki
perbedaan dengan senam hamil lainnya. Perbedaannya adalah senam hamil
metode Yophytta bisa dilakukan pada usia kehamilan berapa saja setelah ibu
mengetahui kehamilannya tetapi tetap harus dikonsultasikan dengan tenaga
kesehatan. Selain itu senam hamil metode Yophytta juga berfokus dalam
mengatasi emosional ibu hamil. Sedangkan senam hamil lainnya bisa dimulai
pada usia kehamilan 22 minggu dan tidak terfokus pada emosional ibu (Jannah
& Widajaka, 2012).
Senam ini memiliki kelebihan dibanding jenis senam hamil lainnya. Senam
hamil yophytta materna merupakan suatu perpaduan gerakan harmonis dari
yoga, pilates, hypnoterapy serta tai chi. Perpaduan gerakan harmonis dari yoga,
pilates, hipnoterapi serta tai chi akan tergabung menjadi senam khusus ibu hamil
Yophytta materna dan akan terasa efek rileksasi pada diri ibu hamil yang
berguna untuk mengatasi ketegangan yang dirasakan selama masa kehamilan
berlangsung.
Ny. Z merupakan seorang primigravida yang mana cemas dan terkadang
takut untuk menghadapi persalinan. Untuk mengatasi kecemasan ketika hamil
dan untuk persiapan proses persalinan maka diberikan senam hophytta. Senam
hophytta dilakukan ketika tubuh Ny. Z dan janin dalam keadaan baik. Senam
dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu. Melakukan gerakan senam
yophyttass satu hari berkisar 30 - 60 menit jika ibu merasa kelahan ketika
mengikuti senam yophytta boleh di tunda atau ditiadakan sampai keadaan ibu
normal kembali. Keluhan Ny. Z dalam kehamilan yaitu kecemasan yang
kemudian dilakukan seham yophytta pada ibu dalam dua kali seminggu Ny. Z
sudah merasakan keluhan berkurang dan perlahan keluhan menghilang.
Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal
Metode Penelitian : Senam Yophytta Dilkukan pada Hasil penelitian 10 September 2011 Umamah, Yunitasari dan
pra eksperimental dianjurkan untuk kelompok sampel menyebutkan bahwa Santoso. 2011.
design. dilakukan selama ibu hamil pre dan kecemasan yang dialami Yophytta pregnancy
Desain Penelitian : 30-60 menit 2 kali post senam ibu primigravida sebelum gymnastics reduces
One Group Pretest dalam seminggu. yophytta dan sesudah mengikuti anxiety level toward
Posttest Design. Durasi senam senam yophytta, sebelum childbirth moment in
Analisis statistik : hamil juga harus diberikan senam yopytta primigravida at
Wilcoxon Signed memperhatikan mengalami mild anxiety kendangsari woman and
Rank dan kondisi fisik dan (58,33%), anxiety level children hospital
Dependent T-test kehamilan ibu. (25%) severe anxiety (16, Surabaya. Proceeding 1st
Responden : ibu 67%) setelah diberikan International Nursing
hamil trimester III di senam yophytta, (75%) ibu Conference Journal. ISSN
RSIB Kendangsari tidak mengalami 2088-9763
Surabaya kecemasan (normal).
sejumlah 12 orang.
Tehnik Pengmbilan
Sample : Quota
sampling.
Instrumen :Lembar
kuisioner dan SOP
senam yophytta
2.6.2 Jurnal Inovasi Asuhan Kebidanan Nifas dengan Effleurage Massage
Perubahan masa nifas antara lain perubahan adaptasi psikologis,
perubahan pengeluaran lochea, perubahan sistem reproduksi, perubahan
sistem muskoloskeletal dan perubahan sistem endokrin. Salah satu
perubahan masa nifas adalah perubahan adaptasi psikologis. Psikologis
yang tidak baik dapat menjadi penyulit pada masa nifas. Psikologis yang
tidak mendukung antara lain adalah bentuk kecemasan dan stress. Kondisi
ini sebagai bentuk pengembangan reaksi ketakutan sejak kehamilan hingga
persalinan. Keadaan psikologis ini disebut baby blues syndrome, yaitu
perasaan sedih dan gelisah yang dialami wanita setelah melahirkan dan bisa
menjadi lebih buruk dihari keempat atupun hari ketiga menurut Ningrum
(2017).
Dalam kondisi nyeri perineum dan kecemasan postpartum, peran
fisioterapi adalah mengurangi nyeri, meningkatkan elastisitas otot
punggung, menurunkan kecemasan, mengembalikan aktifitas
fungsional dengan menggunakan modalitas terpilih. Hasil penelitian lain
menjelaskan salah satu upaya menurunkan tingkat kelelahan dan
mengurangi depresi tanpa obat adalah massage terapi efflurage menurut
Field, dkk (dalam Kusumasuti dan Astuti et al, 2019). Effleurage massage
yang dilakukan dengan halus dan lembut dapat mengurangi rasa sakit,
menimbulkan rasa nyaman dan mengendorkan ketegangan hingga dapat
membuat penderita sakit tertidur. Treatment massage ini akan
mempengaruhi proses kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan
vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah
bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa
metabolisme semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang
berfungsi memberikan rasa nyaman (Ananto, 2017).
Pada Ny. Z untuk memulihan tubuh pasca bersalin dan mengurangi
kecemasan post partum perlu dilakukan effleurage massage. Menurut Sarli
(2018), dengan effleurage massage di masa nifas, yang dilakukan selama 2
kali seminggu dalam 30 menit, dapat memberikan kenyamanan dan
relaksasi untuk ibu, sehingga mengurangi kadar hormon kortisol, jika ibu
merasa tidak nyaman dengan effleurage massage boleh di tunda atau
ditiadakan sampai keadaan ibu normal kembali.
Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal
Metode Penelitian : Terapi dilakukan 2 Dilkukan pada uji paired t-test didapatkan Bulan Maret 2019 Kusumasuti; Astuti, Dwi
quasi eksperimen kali seminggu kelompok control hasil bahwa pada ibu nifas Puji; Dewi, Adinda Putri
Desain Penelitian : dengan durasi 30 dan kelompok dengan massage Sari. 2019. Efektivitas
Non-equivalent menit terhadap ibu eksperimen untuk terapi effleurage nilai p- Massage Terapi
control group nifas. dibandingkan. value 0,000 dengan taraf Effleurage Guna
design. Analisis signifikansi p < 0,005 Mencegah Kejadian
statistik : Paired T- sedangkan nilai t-hitung Depresi Postpartum Pada
test 2.67080. Dapat Ibu Nifas. Pekalongan.
Responden : ibu disimpulkan bahwa Jurnal Ilmiah Kesehatan
nifas sejumlah massage terapi dengan (JIK) Vol XII, No I.
22 orang. tehnik effleurage pada ibu
Tehnik Pengmbilan nifas mempunyai
Sample : efektivitas 2x lebih tinggi
Consecutive untuk pencegahan depresi
sampling. postpartum pada ibu nifas.
Instrumen :Lembar
kuisioner dan SOP
Effleurage
Massage
89

BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY

 Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan


yang diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat
obstetri dan diagnosa pemeriksaan klien (Varney, dkk., 2007).
 Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penaganan masalah pasien
dapat dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
 Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal
penerimaan pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien
(Gondodiputro, 2007).
 Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan
sebagai bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).

3.1 Asuhan Manajemen Varney Antenatal Care


1) Data Subyektif
a) Biodata klien (Nama klien dan suami)
- Nama :Nama klien dan suami diketahui agar dapat mengenal dan
mempermudah membedakan dengan klien yang lain.
- Umur :Untuk mengetahui usia klien saat ini. Usia ≤ 20 tahun dan
≥ 35 tahun dalam kehamilan tergolong resiko tinggi yang harus
diwaspadai resiko kehamilannya (Ambarwati, 2008)
- Agama :Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien berdoa sesuai
kepercayaannya (Ambarwati, 2008). Memudahkan pendekatan di
dalam asuhan kebidanan (Varney et al., 2007)
- Suku bangsa/ kewarganegaraan: Untuk mengetahui faktor bawaan
atau ras (Nursalam, 2009). Selain itu juga untuk mengetahui adat
istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2008)
- Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pendidikan sehingga
dalam memberikan pendidikan kepada klien sesui dengan tingkat
pendidikannya (Nursalam, 2009).
- Pekerjaan :Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan sehari-
hari oleh klien sehingga dapat memberi informasi agar terhindar
dari factor terjadinya keguguran. Selain itu juga untuk mengetahui
keadaan social ekonomi (Nursalam,2009).
90

- Alamat :Untuk mempermudah kunjungan rumah bila


diperlukan (Ambarwati, 2010)
b) Alasan datang
Alasan kedatangan ke tempat pelayanan kesehatan dapat bersifat
langsung berdasarkan keinginan pribadi, bertujuan untuk mengetahui
apa yang diinginkan pasien. Pada kunjungan pertama dilakukan
pemeriksaan lengkap dan anamnesis menyeluruh.
c) Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan yang membuat klien ingin diperiksa atau
keadaan yang paling mengganggu selama kehamilan. Keluhan yang
sering terjadi karena adanya pembesaran pada uterus dan perubahan
yang lainnya menyebabkan ketidaknyamanan pada trimester 3 seperti
sesak napas, nyeri ulu hati, nyeri punggung bawah,nokturia, konstipasi,
hemoroid, edema dependen, kram tungkai, dan varises (Varney et al.,
2007).
d) Riwayat Pernikahan
Untuk mengetahui klien sudah menikah atau belum. Lama
pernikahan klien dan usia klien pertama kali menikah (usia menikah <20
tahun atau >35 tahun berisiko mengalami gangguan pada masa
kehamilannya) (Ambarwati, 2008).
e) Riwayat Menstruasi
Sehubungan dengan riwayat menstruasi antara lain adalah
menache,siklus mentruasi lamanya,banyaknya, keluhan yang dirasakan
saat haid,menstruasi terakhir. Data yang dibutuhkan untuk menghitung
usia kehamilan dan tafsiran persalinan (Ambarwati, 2008).
f) Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
1) Kehamilan : Risiko preeklamsia terlihat pada wanita dengan
kelahiran prematur berulang. Faktor penyebab PE mungkin bahwa
kedua kondisi tersebut disebabkan oleh peradangan sistemik
umum, yang dapat menyebabkan disfungsi endotel. (Fikadu et al.,
2020).
2) Persalinan : Tanggal persalinan ,Jenis persalinan ,jenis
kelamin bayi,keadaan bayi melliputi PB,BB,penolong
persalinan.Persalinan mengalami kelainan atau tidak.
91

3) Nifas :Apakah terjadi perdarahan ,terinfeksi dan


bagaimana laktasinya.
4) Anak : Jenis kelamin,hidup atau mati, berat badan waktu
lahir,panjang badan,lingkar kepala,lingkar dada (Ambarwati, 2008).
g) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang dan lalu, untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat penyakit seperti :
- Diabetes
Prevalensi kejadian diabetes gestasional di Asia umumnya
berkisar 3-5% dari seluruh kehamilan. Sementara itu prevalensi
diabetes gestasional di Indonesia sebesar 1,9-3,6% pada
kehamilan umumnya (Soewondo & Pramono, 2011). Tingginya
peningkatan berat badan pada kehamilan yang
menyebabkan peningkatan risiko toleransi glukosa hanya terjadi
pada wanita dengan berat badan berlebih. Kenaikan berat badan
yang terlalu berlebihan menyebabkan indeks masa tubuh
bertambah dan menyebabkan obesitas. Obesitas yang terjadi
karena adanya penumpukan lemak ini dapat menghambat
metabolisme glukosa dan memicu resistensi insulin (Rahma, 2018).
Ibu diabetes mellitus gestasional, 4 kali lebih berisiko terjadi
makrosomia, 2,5 kali lebih berisiko besar untuk usia kehamilan, 2
kali lebih berisiko kelahiran prematur, 1,7 kali lebih berisiko skor
Apgar rendah pada menit pertama, dan 2 kali lebih berisiko skor
Apgar rendah pada menit kelima (Muche et al., 2020).
- Hipertensi
Gangguan hipertensi apa pun pada kehamilan dapat menyebabkan
preeklampsia. Ini terjadi pada 35% wanita dengan hipertensi
gestasional dan 25% dari penderita hipertensi kronis (Braunthal &
Brateanu, 2019).
- Asma
Patogenesis asma selama kehamilan berhubungan dengan
perubahan yang disebabkan oleh pembesaran rahim dan efek
langsung atau tidak langsung dari perubahan hormonal selama
kehamilan. Dengan peningkatan tekanan rahim dan perut,
diafragma meningkat 4-5 cm, sudut subkostal meningkat 50% (68 °
92

menjadi 103° dari awal hingga akhir kehamilan), dan diameter


toraks transversal dan anteroposterior meningkat. Untuk wanita
hamil dengan asma, sangat penting untuk memperkuat manajemen
asma selama kehamilan untuk menghindari hipoksia ibu dan
mempertahankan oksigenasi janin yang adekuat (Wang et al.,
2020).
- Hepatitis B
Salah satu penularan yaitu dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi
yang dilahirkan. Penggunaan tato dan tindik yang tidak steril juga
bisa menularkan Hepatitis B. semua ibu hamil diwajibkan untuk uji
hepatitis B di Puskesmas untuk mencegah infeksi (Anandah dkk,
2019). Risiko dari hepatitis B meliputi kemungkinan peningkatan
abortus dan prematuritas, hepatitis neonates, risiko tinggi carrier
pada bayi baru lahir (Varney et al., 2007).
- Tuberkulosis
Meningkatkan risiko abortus, preeklamsia, serta sulitnya persalinan
jika terjadi terjadi pada kehamilan. Pengobatan TBC selama 6-9
bulan semasa kehamilan berisiko 6x lebih besar terjadi kematian
dan berisiko 2x lebih besar terjadi premature, kecil masa kehamilan,
serta BBLR (Warouw dan Suryawan, 2017).
- Infeksi Menular Seksual (IMS)
IMS dapat menyebabkan kehamilan ektopik, aborsi spontan,
kematian janin dalam rahim, prematuritas dan infeksi kongenital dan
perinatal (Krismi dkk, 2015).
- Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui adanya penyakit
menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung serta penyakit
menular seperti TBC, epilepsi, yang dapat mempengarui kehamilan
serta adanya riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2014). Riwayat
a) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa,berapa lama, adakah keluhan selama mengunakan kontrasepsi
(Ambarwati, 2008). Untuk mengetahui apakah kehamilan kali ini memang
direncanakan atau kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk
mempersiapkan KB pasca persalinan (Affandi et al., 2014).
93

b) Pola kebiasaan sehari-hari


Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji meliputi (Saifuddin, 2014; Varney
et al., 2007) :
- Pola Nutrisi
Kebutuhan nutrisi menurut Permenkes No. 28 tahun 2019
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil sebagi berikut:
Nutrisi Wanita tidak hamil Hamil Trimester 3
(19-29 tahun)
Energi (kkal) 2250 + 300
Protein (gr) 60 + 30
Lemak total (gr) 65 + 2,3
Karbohidrat (gr) 360 +40
Serat (gr) 32 +4
Air (mL) 2350 + 300

- Pola istirahat
Pada trimester 3 terjadi gangguan pola tidur karena peningkatan
frekuensi BAK. Hal ini disebabkan adanya perubahan hormon dan
peningkatan aliran darah yang ke ginjal. Beristirahat cukup, minimal 8
jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari (Saifuddin, 2014).
- Pola Seksualitas
Pada kehamilan tua atau Trimester ke-3, hasrat atau hubungan
seks menurun. Dikarenakan adanya faktor fisiologis yang sangat
terlihat. Yaitu kehamilan yang sudah membesar, serta adanya
peningkatan cairan tubuh, akibatnya cairan vagina juga bertambah,
sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan. Kontraksi
akibat organisme, gerakan –gerakan saat berhubungan, dan cairan
sperma ditakutkan dapat memicu kontraksi yang berlebihan hingga
terjadi kelahiran yang terlalu dini (Varney et al., 2007)
- Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung mengeluarkan
banyak keringat. Mengganti pakaian min 2x sehari dan celana dalam
tidak lembab. Karena daerah yang lembab dapat mengundang
94

mikroorganisme yang patogen dan dapat merusak flora normal yang


ada dalam daerah kemaluan. Sebaiknya gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub
dan melakukan vaginal douche (Saifuddin, 2014).
- Merokok
Bukti menunjukkan bahwa merokok telah dikaitkan dengan
pelebaran vaskular yang bergantung pada endotel. Penurunan
mRNA dan ekspresi protein dari aktivitas sintase Nitricoxide dalam
sel endotel adalah mekanisme dari kehamilan preeklampsia Wanita
yang merokok sebelum konsepsi mungkin memiliki kadar oksida
nitrat yang lebih rendah, menyebabkan peningkatan ketegangan
vaskular, merokok dapat bertindak melalui mekanisme ini untuk
meningkatkan risiko preeklamsia (Fikadu et al., 2020).
- Psikologi
Pada trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran
bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar
menanti kehadiran sang bayi. Pergerakan janin dan pembesaran
uterus menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang
keberadaan bayi. Wanita menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai
menghindari keramaian atau seseorang yang dianggap berbahaya.
Ibu mulai merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya
sendiri.
2) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis/ apatis/samnolen.
Tekanan darah : 110/70 – 130/90 mmHg.
Pernapasan : 16-24x/menit
Temperatur : 36,5- 37,50C
Nadi : 60 – 80x/ menit
Jika denyut nadi 100x/menit atau
lebih,mungkin ibu mengalami salah satu atau
lebih keluhan sbb:
a. Tegang, ketakutan atau cemas akibat
95

masalah tertentu.
b. Perdarahan hebat.
c. Anemia
d. Sakit/demam
e. Gangguan jantung
f. Penggunaan obat. ( Doenges, 2001).
Tinggi badan : Normal >145 cm, TB <145 cm kemungkinan
panggul sempit (Rochyati Poeji, 2006).
Lingkar lengan : Normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
atas indicator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang baik/buruk, sehingga ia berisiko untuk
melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan, adakah
benjolan yang abnormal/tidak.
Untuk mengetahui bersih/kotor, warna,
mudah rontok/tidak. Rambut yang mudah
dicabut menandakan kurang gizi/ kelainan
tertentu.
Muka : Untuk mengetahui pucat/tidak oedema atau
tidak
Mata : Untuk mengetahui sclera kuning/tidak,
konjungtivapucat/tidak.Konjungtiva normal
berwarna merah muda, bilapucat
menandakan anemia. Sklera berwarna
putih,bila kuning menandakan terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
conjungtivitis.

Hidung : Simetris/tidak, bersih/tidak, ada polip/tidak,


ada perdarahan yang keluar dari
telinga/tidak, ada secret/tidak.
Telinga : Untuk mengetahui simetris/tidak, ada
scret/tidak, ada serumen/tidak, pendengaran
96

baik/tidak.
Mulut : Bibir pucat/tidak, kering/tidak,
pecah-pecah/tidak,ada stomatitis/tidak, lidah
bersih/tidak, ada gigiberlubang/tidak, ada
caries/tidak.
Bila timbul stomatitis dan gingivitis yang
mengandung pembuluh darah dan mudah
berdarah, maka perlu perawatan mulut agar
terlihat bersih. (Sarwono, 2007).
Ada caries gigi yang menandakan
kekurangan kalsium.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak,ada
pembesaran venajugularis/tidak, ada
pembesaran kelenjar limfe/tidak. Bila
terdapat pembesaran kelenjar limfemungkin
disebabkan oleh berbagai penyakit,
misalnyaperdarahan akut/kronis di kepala,
orofaring, kulitkepala,/daerah leher, selain itu
kemungkinan terjadi TBC, sifilis. (Robert
Priharjo, 2002). Bila terdapatpembendungan
vena jugularis, menandakan adanyakelainan
cardiovaskuler, kemungkinan besar klien
mengidap penyakit jantung.
Dada : simetris/tidak, pernafasan spontan/tidak,
payudara tegang/tidak,
Payudara : Simetris atau tidak, puting susu menonjol/
tidak, pigmentasi kulit
Axila : Pertumbuhan rambut merata/ tidak,
pigmentasi kulit/ tidak
Abdoment : Ada pembesaran abnormal/tidak ada bekas
operasi atau tidak.

Genetalia : Bersih/tidak, ada kelainan/tidak, ada


varises/tidak, oedema/tidak, terdapat fluor
albus/tidak, terdapat condilomata/tidak.
97

Ekstremkita : Simetris/tidak, pergerakan bebas/tidak,


s terdapat oedema/tidak, terdapat udema
Atas /tidak, pucat pada kuku jari/ tidak.
Ekstremitas : Simetris/tidak, pergerakan bebas/tidak, ada
bawah oedema /tidak, terdapat varises / tidak

b. Palpasi
Kepala : Teraba benjolan yang abnormal/tidak.
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tiroid/
tidak,teraba pembesaran kelenjar limfe/ tidak
Payudara : Teraba benjolan abnormal/tidak, ada nyeri
tekan /tidak
Abdomen : Teraba benjolan abnormal atau tidak, nyeri
tekan atau tidak.
Ekstremitas : Ada oedema / tidak, Turgor kulit normal /
atas tidak
Ekstremitas : Ada oedema / tidak, Turgor kulit normal /
bawah tidak

c. Auskultasi
Dada : Terdengar ronchi/tidak, terdengar
wheezing/tidak
Abdomen : Terdengar bising usus/tidak, normal 15-
35x/menit
d. Perkusi
Ada reflek patella/tidak. Normalnya tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon ditekuk Bila reflek patella
negatif, kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
(Pusdiknakes, 2003).
3. Pemeriksaan Labolatorium
Bukan merupakan pemeriksaan rutin, tetapi bila dibutuhkan
dapat diperiksa darah, HB, Golongan darah, dan urin seprti reduksi
dan albumin.
4. Pemeriksaan Dalam
Didapatkan porsio membuka / tidak, teraba jaringan / tidak.
98

I. Identifikasi Diagnosa / Masalah


Diagnosa yang ditentukan harus berdasarkan data subyektif dan data obyektif
yang ditemukan pada klien.
Dx : Ny. “ …...”G….P…..Ab…usia…. dengan .....
Ds : Data berasal dari klien atau pasien yang mendukung diagnosa
Do : Data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Masalah/diagnosa potensial apa saja yang mungkin terjadi. Identifikasi diagnosa
yang diambil yang didukung oleh data subyektif.

III. Identifikasi Kebutuhan Segera.


Menentukan tindakan apa yang harus segera diambil yang didukung oleh data
subyektif.

IV. Intervensi
Dx : Ny ….G….P….Ab… usia… dengan ......
Tujuan : Klien mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan Menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan temuan masalah dan
diagnosa.

V. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Pada langkah ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
perencanaan atau plening, dilaksanakan secara aman dan efisien.

VI. Evaluasi
Menurut Mufdlilah (2015) Metode SOAP merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
99

3.2 Asuhan Manajemen Varney Intranatal Care


3.2.1 Manajemen Varney Kala 1
1. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu datang kerumah sakit/puskesmas/BPS dirujuk atau datang sendiri
dengan alasan-alasan tertentu dan untuk menegakkan diagnosa
serta tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus persalinan, informasi yang
harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa kencang-kencang
dip perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada
pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah
sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah serta pergerakan janin
untuk memastikan kesejahteraannya.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
a.Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik untuk
memperkirakan lama persalinan kali ini.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

Ket
Hamil Umur Ca Hidup Hari Menyusui
Suami Penolong Penyulit Sex BBL H/P/I/A
Ke Kehamilan ra Umur

b.Komplikasi kelahiran sebelumnya untuk mengidentifikasi masalah


potensial pada kelahiran dan postpartum.
c.Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan
keadekuatan panggul untuk kelahian saat ini.
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Berapa kali periksa dan dimana, standar untuk pemeriksaan ANC
minimal 4 x dan harus di tenaga kesehatan.
b. Gerakan janin normalnya 10 kali dalam setiap 10 jam.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan
100

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan gambaran


bagaiman pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai
dengan masa awal persalinan. Data fokus mengenai asupan
makanan pasien adalah sebagai berikut:
1) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan
2) Makanan yang dimakan
3) Jumlah makanan yang dimakan
4) Seandainya saat ini ingin makan, apa yang diinginkan sebelum
masuk pada fase persalinan dimana ia tidak ingin lagi untuk
makan
b. Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat
penting karena akan menentukan kecendrungan terjadinya
dehidrasi. Data yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan intake
cairan adalah sebagai berikut
1) Kapan terakhir kali minum
2) Berapa banyak yang diminum
3) Apa yang diminum
4) Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien akan
sangat memebutuhkan cairan, bukan makanan. Disamping
pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa
sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang
bertambah sehingga memebutuhkan pemasukan cairan
lebih banyak.
c. Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk memepersiapkan
energi menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih
penting lagi jika proses persalinannya mengalami pemanjangan
waktu pada kala I.
Data yang perlu ditanyakan yang berhubungan dengan istirahat
pasien:
1) Kapan terakhir tidur
2) Berapa lama
3) Aktivitas sehari- hari
101

Perlu mengkaji aktivitas sehari- hari pasien karena data ini


memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah. Jika diakhir kehamilannya pasien
melakukan aktivitas yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan
merasa kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit
pada masa bersalin.
d. Personal hygiene
Data ini perlu digali karena akan sangat berkaitan dengan
kenyamanan pasien dalam menjalani proses persalinannya.
Beberapa pertanyaan yang perlu diajukan berhubungan dengan
perawatan kebersihan diri pasien
1)Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi
2)Kapan terakhir ganti baju dan pakayan dalam
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg) tekanan darah pada
ibu inpartu kala I akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15-20 mmHg diastol rata-rata 5-10 mmHg, nyeri, rasa takut,
dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Nadi: Normal (60 – 100 kali/menit) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi
sedikit lebih tinggi dibanding selama priode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yg terjadi selama persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC) Peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1 oC
dianggap normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit) Sedikit peningkatan frekuensi
pernafasan dianggap normal selama persalinan karena meningkatnya
metabolisme, hiperventilasi yg memanjang adalah hal yg abnormal yg
dapat menyebabkan alkolisis.(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
BB bulan lalu: Untuk mengetahui perbedaannya dengan BB sekarang
102

±
BB sekarang: Selama kehamilan TM II dan III pertumbuhan BB 0,5 kg
perminggu. Pertambahan > 0,5 kg perminggu pada TM
II harus di waspadai mengalami preeklamsia. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar 9 - 13,5 Kg.
TB: < 145 cm, ibu hamil dengan TB kurang dari 145 cm kemungkinan
panggulnya sempit.
LILA: > 23,5 cm, bila kurang merupakan indikasi kuat untuk status gizi ibu
yang kurang baik/buruk. Sehingga 12 beresiko untuk melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah :Normalnya pada ibu hamil wajah tidak oedema, tidak pucat,
terdapat cloasma gravidarum.
Mata : Normalnya pada ibu hamil sklera putih, konjungtiva merah
muda, karena kalau pucat dicurigakan ibunya anemis.
Mulut : Normalnya merah muda, lidah tampak bersih, tidak ada
caries pada gigi.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang, hipergmentasi arela
memae, putting susu tampak menonjol.
Abdomen : Normalnya abdomen tampak striae livida, tampak linea nigra,
tampak bekas luka operasi tidak (berkaitan dengan persalinan normal).
Genetalia :Genetalia pada ibu yg inpartu tampak pengeluaran lendir
bercampur darah yg disebabkan oleh adanya his persalinan sehingga
terjadi penipisan dan pembukaan serviks, pembukaan serviks
menyebabkan selaput lendir pd kanalis servikalis terlepas dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah kapiler (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013)
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal,
oedema bisa dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan).
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal,
oedema bisa dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan).
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan colostrum.
103

Abdomen :
Leopold I : TFU pada usia kehamilan 3 jari bawah px dan pada bagian
fundus teraba bulat, besar tidak melenting (bokong janin)
Leopold II : Menentukan punggung janin kanan / kiri
Leopold III: Pada bagian bawa perut ibu teraba keras, melenting,
besar (kepala janin).
Leopold IV: Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun,
kemungkinan bagian terbawah janin (kepala) terlalu besar dibandingkan
dengan diameter pintu atas panggul sehingga patut dicurigai CPD.
TBJ : Normalnya pada usia kehamilan 40 minggu kira-kira 3001 gram
His : Normalnya tidak boleh <20 detik dan>45 detik, lamanya 10 menit
frekuensinya 1- 5 kali
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan bunyi wheezing
Abdomen: Normalnya terdengar bunyi Denyut Jantung Janin dan normal
frekuensinya 120 – 160 kali/menit, serta terdengar jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Hb normal untuk ibu hamil 10,5gr/dl-11,5gr/dl, tidak ada albumin
dan reduksi urine, HIV/AIDS negatif.
b) Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-3 cm
Fase Aktif 4-10 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : UUK (ubun-ubun kecil
Hodge : I – III
Moulage : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang
panggul (0), (1), (2), (3), normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
104

Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan


obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx: G....P…. Ab….Usia Kehamilan 39-40Minggu janin... dengan inpartu
kala I fase...
DS : Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang
ibu rasakan, HPHT, dan kehamilan yang keberapa
DO : Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
BB : Normal pertambahan BB sampai akhir kehamilan
sekitar 9 -13,5 Kg.)
Palpasi Abdomen:
Leopold I : Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 39-40
minggu 26-28cm dan pada bagian fundus
teraba bulat, besar tidak melenting (bokong
janin)
Leopold II : Normalnya letak janin membujur.
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa perut ibu teraba
keras, melenting, besar (kepala janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah turun dan sudah
teraba 2/5-3/5 bagian.His :normlanya tidak boleh
<20 detik dan>45 detik, lamanya 10 menit
frekuensinya 1- 5 kali.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-3 cm
Fase Aktif 4-10 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
105

Bagian terendah : Normalnya kepala


Bagian terdahulu : Normalnya UUK (ubun-ubun kecil)
Hodge : I – III
Moulage : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang
panggul (0), (1), (2), (3), normalnya tidak ada (0)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah kehamilan yang bisa dialami ibu
dalam kehamilannya (Keluhan yang dialami ibu). (Sulistyawati, 2009)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya
hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan
dalam kehamilannya.
V. Intervensi
Dx : G…. P…. Ab… Usia Kehamilan 39-40 Minggu janin... dengan inpartu
kala I fase...
Tujuan : kala I berlangsung normal
Kriteria hasil :
Kemajuan pembukaan 2 cm setiap 1 jam
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan
sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15 mmHg dicurigai
adanya PER.
RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial terjadi
cyanosis
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi shock
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC > 37,5 ºC potensial terjadi infeksi
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
R/ ibu dan keluarga dapat mengerti dan lebih kooperatif.
2. Anjuran ibu untuk tidak menahan kencing.
R/ kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bagian
terbawah janin.
106

3. Lakukan observasi DJJ, HIS, dan TTV.


R/ deteksi dini perubahan yang terjadi sesuai dengan parameter.
4. Ajarkan teknik bernafas saat timbul nyeri.
R/ dengan teknik yang benar maka otot akan berelaksasi dan O 2 dari ibu
ke janin tetap baik.
5. Anjurkan ibu untuk miring kiri.
R/ mempercepat penurunan bagian bawah janin dan tidak menekan
vena cava inferior ibu sehingga aliran darah dari ibu ke janin tetap baik.
6. Beri cukup minum dan nutrisi.
R/ pemenuhan kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
7. Ajari ibu posisi yang benar dalam meneran.
R/Posisi ibu dalam meneran mempengaruhi proses persalinan.
Meningkatkan perfusi plasenta, dan mencegah sindrom hipotesif
telentang. Penelitian menunjukkan posisi ini dapat memperpendek fase
persalinan tanpa meningkatkan ketidaknyamanan atau menimbulkan
efek merugikan pada kesejahteraan janin.
8. Observasi tanda-tanda kala II
R/ Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal terjadi saat
verteks janin turun, menandakan untuk kebutuhan untuk persiapan
kelahiran.
9. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk persiapan
persalinan
R/ Persalinan dapat berjalan dengan lancar.
VI. Implementasi
Tanggal : Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi
terhadap klien yang di berikan asuhan.

3.2.2 Manajemen Varney Kala II


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1) Alasan Datang
107

Ibu datang kerumah sakit/puskesmas/BPS dirujuk atau datang


sendiri dengan alasan-alasan tertentu dan untuk menegakkan
diagnosa serta tindakan yang seharusnya dilakukan.
2) Keluhan Utama
Pada ibu inpartu kala II keluhan normal yang dirasakan ibu adalah
kenceng-kenceng pada perut semakin sering, dorongan ingin meneran
semakin kuat dan terasa tekanan pada anus.
3) Riwayat Kehamilan , Persalinan, Nifas Yang Lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui penyulit kehamilan yang lalu di
kwatirkan akan terjadi lagi di kehamilan yang sekarang.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

Menyusui
Penolong
Hamil Ke

Penyulit

H/P/I/A
Suami

Hidup
Cara

BBL

Hari
4) Riwayat Persalinan Sekarang
a. Pengeluaran dari jalan lahir :
Normalnya lendir bercampur darah
b. Rasa mules:
Normalnya ada dengan frekuensi minimal 3x dalam 10 menit, jika tidak
ada rasa mules dikwatirkan persalinannya tidak tidak maju.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal(100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
108

Genetalia : Normal genetalia tampak keluar lenddir darah, vulva vagina


membuka, tidak tampak varises, tidak tampak oedema, tidak adaflour albus
dan kondiloma.
Anus :Normalnya anus tidak ada hemoroid, perinium menonjol
ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema,
(pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan)
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema,
(pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan)
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan kolostrum.
Abdomen
Leopold I: Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 40 minggu 3 jari dibawah
px dan pada bagian fundus teraba bulat, besar tidak melenting (bokong janin).
Leopold II: Normalnya letak punggung janin teraba bagian kanan atau
disebelah kiri
Leopold III: Normalnya pada bagian bawa perut ibu teraba keras, melenting,
besar (kepala janin).
Leopold IV:Normalnya kepala janin sudah turun dan sudah teraba 0/5-1/5
bagian.
TBJ: Normalnya pada usia kehamilan 40 minggu kira-kira 3000 gram
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
c. Auskultasi
Dada: Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan bunyi wheezing.
Abdomen: Normalnya terdengar bunyi Denyut Jantung Janin dan normal
frekuensinya 120–160 kali/menit, serta terdengar jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina :Pengeluaran blood show
Pembukaan :10cm
109

Effacement :100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu:UUK (ubun-ubun kecil
Hodge : III-IV
Moulage :Tulang kepala memberikan petunjuk tulang panggul (0),
(1),(2), (3), normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G....P…. Ab…. Usia Kehamilan39-40Minggu dengan Inpartu kala II
DS: diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang ibu
rasakan, HPHT, dan kehamilan yang keberapa
DO:
Keadaan Umum :Normal (baik)
Kesadaran:Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi: Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu: Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan: Normal (16 – 24 kali /menit)
Palpasi Abdomen:
Leopold I:Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 40 minggu 3 jari dibawah
px dan pada bagian fundus teraba bulat, besar tidak melenting (bokong janin)
Leopold II: Normalnya letak punggung janin disebelah kanan atau kiri ibu
Leopold III: Normalnya pada bagian bawa perut ibu teraba keras, melenting,
besar (kepala janin).
Leopold IV:Normalnya kepala janin turun dan sudah teraba 0/5 1/5 bagian
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/meniT
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : 10cm
Effacement : 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
110

Bagian terendah : Normalnya kepala


Bagian terdahulu : Normalnya UUK (ubun-ubun kecil)
Hodge : III-IV
Moulage : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang panggul (0), (1), (2),
(3), normalnya tidak ada (0)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah kehamilan yang bisa dialami ibu dalam
kehamilannya yang dibuat dari diagnosa. (Sulistyawati, 2009)
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan dalam kehamilannya
V. Intervensi
DX : G…. P…. Ab… Usia Kehamilan 39-40Minggu dengan inpartu kala II
Tujuan : kala II berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan sistole ≥ 30 mmHg
dan diastole ≥ 15 mmHg dicurigai adanya PER.
RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial terjadi cyanosis.
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi shock.
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC >37,5 ºC potensial terjadi infeksi
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
Intervensi :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
R/Mempersiapkan pertolongan persalinan.
2. Memastikan kelengkapan pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul dan memasukkan suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus
set.
R/Persalinan berjalan lancar.
3. Memakai APD.
R/Mencegah terjadinya infeksi/penullaran.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
111

R/Agar pada saat menolong persalinan tidak mersa terganggu.


5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
R/Perlindungan diri.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan  oksitosin 10 IU dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
R/Persiapan untuk kala III.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari
vulva ke perineum.
R/Mencegah terjadi infeksi pada bayi.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
R/Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% dan  membuka sarung tangan  dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
R/Mencegah terjadinya infeksi .
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan
DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit).
R/Dikhawatirkan terjadinya gawat janin.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
R/Ibu lebih mempersiapkan dirinya dan lebih kooperatif.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan nyaman.
R/Keluarga ikut kooperatif dalam persalinan.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat meneran.
R/Memaju proses persalinan.
14. Mencari posisi yang nyaman kembali.
R/Agar ibu nyaman dalam proses persalinan.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
112

R/Mencegah terjadinya hipotermi.


16. Meletakkan underped 1/3 bagian bawah bokong ibu.
R/Menahan kepala bayi.
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
R/Melakukanpertolongan persalinan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
R/Perlindungan diri dan mencegah terjadinya infeksi.
19. Saat kepala janin terlihat pada  vulva  dengan diameter 5-6  cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu.
R/Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin (tidak ada lilitan).
R/Mencegah bayi akan mengalami hipoksia.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara
spontan
R/Bayi dalam keadaan normal.
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan
kepala ke  arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah  arkus
pubis  dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan bahu
belakang.
R/Bayi dalam keadaan normal.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah  perineum  ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
R/Bayi dalam keadaan normal.
24. Setelah badan dan lengan  lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin).
R/Melindungi bayi.
25. Melakukan penilaian sepintas (APGAR).
R/Mengetahui keadaan umum bayi.
26. Meletakkan bayi diperut ibu dan mengeringkan tubuh bayi.
R/Mencegah terjadinya hipotermi.
113

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
R/Jika tidak ada diteruskan penyuntikan oksitosin.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
R/Agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan  oksitosin 10 unit IM
(intramuscular) di 1/3  paha atas bagian  distal lateral (lakukan  aspirasi  sebelum
menyuntikkan oksitosin).
R/Merangsang plasenta keluar.
30. Setelah 2 menit  pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
R/Memotong tali pusat dengan benar.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut.
R/Tidak salah dam pengguntingan tali pusat.
32. Menjepit tali pusat dengan jepit kusus (navel klem).
R/Mencegah terjadinya infeksi .
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain dan memasang topi di kepala bayi
R/Mencegah terjadinya hipotermi dan terjadinya kontak kulit ibu dan kulit bayi
VI.Implementasi
Tanggal :
Jam:
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan
2.3.2.3 Manajemen Varney Kala III
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan,
capeh, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir walaupun
plasenta belum lahir.
B. Data Obyektif
114

1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu setelah melahirkan wajah tidak oedema,
tidak pucat.
Mata : Normalnya pada ibu setelah melahirkan sklera putih,
konjungtiva merah muda.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang, ASI sudah keluar
Abdomen : Normalnya uterus globuler.
Genetalia : Normalnya tampak semburan darah tiba-tiba, tali pusat
memanjang, perdarahan kurang lebih 250 cc.
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema
Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan ASI.
Abdomen :TFU setinggi pusat, kontarksi uterus baik/keras, kandung kemih
kosong
Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan bunyi wheezing
Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala III
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan, persalinan ke
berapa.
115

DO :
Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
III. Antisispasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan yang bisa dialami ibu
post partum . (Sulistyawati, 2009)

IV.Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan post partum.
V. Intervensi
DX:P…. Ab… dengan kala III
Tujuan: kala III berlangsung normal
Kriteria hasil:
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD: Normal 90/60–130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan sistole ≥ 30 mmHg dan
diastole ≥ 15 mmHg dicurigai adanya PER.
RR: Normal 1 –24 x/ menit >24 x/menit potensial terjadi cyanosis.
Nadi: Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi shock
Suhu: Normal 36,5 – 37,5 ºC > 37,5 ºC potensial terjadi infeksi.
Intervensi
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
R/Melakukan peregangan tali pusat.
2. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di  tepi  simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
R/Melepas plasenta dari rahim.
3. Setelah  uterus  berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial.
R/Mengeluarkan plasenta.
116

2. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta  terlepas,


minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan  arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
R/Plasenta lahir dengan lengkap.
3. Setelah plasenta  tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran  plasenta  dan mencegah robeknya selaput ketuban.
R/plasenta lahir dengan spontan.
4. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus uterus teraba
keras).
R/Agar kontraksi uterus tetap baik/keras.
5. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kortiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap. Dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
R/Memastikan apakah plasenta lahir lengkap.
6. Evaluasi kemungkinanan laserasi pada vagina dan perinium. Melakukan
penjahitan bila laserasi pada vagina menyebabkan perdarahan.
R/Agar tidak terjadinya perdarahan.
7. Memastikan  uterus  berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam aktif.
R/Mencegah terjadinya perdarahan post partum.
8. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
R/Agat terjadinya bounding attachment antara ibu dan bayi.
9. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran  bayi, beri tetes
mata  antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri
anterolateral.
R/Mencegah terjadinya perdarahan.
10. Setelah 1 jam  pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan anterolateral.
R/Untuk kekebalan tubuh bayi.
117

11. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan


pervaginam aktif.
R/Mencegah terjadinya perdarahan.
VI.Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan

3.2.3 Manajemen Varney Kala IV

I. Pengkajian
a. Data Subyektif.
1) Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan, kelelahan,
capeh, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah lahir dan ari-ari lahir
lengkap.
b. Data Obyektif
1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Normal (baik)
Kesadaran :Normal (Composmentis)
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah: Normalnya pada ibu setelah melahirkan wajah tidak oedema, tidak pucat.
Mata:Normalnya pada ibu setelah melahirkan sklera putih, konjungtiva merah
muda.
Dada: Normalnya payudara tampak tegang, ASI sudah keluar
Abdomen: Normalnya pembesaran perut sesaui dengan TFU.
118

Genetalia: Normalnya 50cc


Ekstremitas :
Atas:Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema.
Bawah:Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas, tidak oedema.

b. Palpasi
Dada:Normalnya payudara sudah mengeluarkan ASI
Abdomen:TFU 2 jari dibawah pusat, kontarksi uterus baik/keras, kandung kemih
kosong.
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala IV Post Partum Normal
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan.
DO :
Keadaan Umum : normal (baik)
Kesadaran :normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan yang bisa dialami ibu
post partum. (Sulistyawati, 2009)
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan post partum.
V. Intervensi
DX : P…. Ab… dengan kala IV Post Partum Normal
Tujuan :kala IV berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan sistole ≥ 30
mmHg dan diastole ≥ 15 mmHg dicurigai adanya PER
119

RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial terjadi cyanosis


Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi shock
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC >37,5 ºC potensial terjadi infeksi
Intervensi :
1. Mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
R/Ibu mengetahui kapan uterus itu lembek.
2. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
R/Mengetahui berapa cc perdarahan yang keluar.
3. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua
pascapersalinan.
R/Mengetahui keadaa ibu selam 2 jam post partum.
4. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
R/Bayi dalam keadaan baik-baik saja.
5. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).
R/Pencegahan infeksi
6. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
R/Pencegahan infeksi.
7. Membersihkan  ibu dengan menggunakan air DTT.Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu menggunakan celana dalam
+ pembalut dan jarik.
R/Agar ibu merasa nyaman.
8. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
R/Kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
9. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
R/Pencegahan infeksi.
10. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
R/Pencegahan infeksi.
11. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
R/Pencegahan ainfeksi.
12. Melengkapi partograf dan melanjutkan pemantauan kala IV.
120

R/Sebagai dokumentasi.
VI. Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan  setelah melakukan impelementsi terhadap
klien yang di berikan asuhan.
121

3.3 Asuhan Manajemen Varney Post Natal Care


I. Pengkajian
Tanggal/Jam: Dicantumkan untuk mengetahui kapan mulai dilakukan
pengkajian pada klien
A. Data subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu nifas keluhan normal yang ibu rasakan adalah terasa nyeri pada jalan lahir
jika ada jahitan laserasi, pada ibu primigravida kadang belum bisa merawat bayinya
sendiri.
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 100/70-130/90 mmHg
Nadi: 60 – 100 kali/menit)
Suhu: 36,5 – 37,2oC
Pernafasan: 16 – 24 kali / menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : pada ibu nifas wajah tidak oedema, tidak pucat.
Mata :pada ibu nifas sklera putih, konjungtiva merah muda.
Dada: payudara hiperpigmentasi areola mamae, puting susu menonjol, ASI ( + )
Abdomen: abdomen tampak striae livida, tampak linea nigra.
Genetalia:genetalia tampak pengeluaran darah, nifas hari 1-3 (lochea rubra)
nifas minggu pertama-minggu kedua (lochea sanguilenta), nifas setelah minggu
kedua-minggu keempat (lochea serosa), nifas setelah minggu-sampai minggu
keenam (lochea alba).
Ekstremitas
Atas : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema.
Bawah : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema.
b. Palpasi
Dada : payudara mengeluarkan ASI yang lancar
122

Abdomen : tidak teraba nyeri tekan, nifas hari


pertama-hari ketiga TFU 2 jari di bawah
pusat, nifas hari ketujuh TFU pertengahan
antar pusat dan sympisis, 2 minggu TFU
tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti sebelum hamil dan Kandung kemih :
teraba kosong
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar bunyi ronchi atauwheezing
d. Perkusi
reflek patella ada (+/+)
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx :P Ab nifas hari ke dengan Post Partum Normal
DS:Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang ibu
rasakan, kelahiran anak keberapa.
DO :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
Abdomen : Normalnya tidak teraba nyeri tekan, nifas hari pertama-hari
ketiga TFU 2 jari di bawah pusat, nifa hari ketujuh TFU pertengahan antar pusat
dan sympisis, 2 minggu TFU tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti sebelum
hamil.
Genetalia : Normal genetalia tampak bersih, nifas hari 1-3 (lochea rubra)
nifas minggu pertama-minggu kedua (lochea sanguilenta), nifas setelah minggu
kedua-minggu keempat (lochea serosa), nifas setelah minggu-sampai minggu
keenam (lochea alba)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah masa nifas yang biasa dialami ibu nifas
(keluhan dari ibu nifas) (Varney, 2007)
123

IV.Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan dalam masa nifasnya.
V. Intervensi
DX: P…. Ab… nifas hari ke...dengan Masa Nifas Normal
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa nifas berjalan
normal tanpa disertai komplikasi.
Kriteria hasil:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali/menit
Suhu : 36,5 – 37,2oC
Pernafasan : 16 – 24 kali /menit
Abdomen : Tidak teraba nyeri tekan, nifas hari pertama-hari ketiga TFU 2 jari di
bawah pusat, nifa hari ketujuh TFU pertengahan antar pusat dan
sympisis, 2 minggu TFU tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti
sebelum hamil.
Genetalia : Genetalia tampak pengeluaran darah, nifas hari 1-3 (lochea rubra)
nifas minggu pertama-minggu kedua (lochea sanguilenta), nifas
setelah minggu kedua-minggu keempat (lochea serosa), nifas setelah
minggu-sampai minggu keenam (lochea alba).
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemerikasan.
R/ agar ibu mengerti tentang keadaan dirinya dan bisa lebih kooperatif.
2. Lakukan observasi TTV.
R/Tanda-tanda vital merupakan parameter bagi tubuh ibu jika terdapat suatu
kelainan pada tubuh ibu .
3. Observasi TFU, Kontraksi uterus dan pengeluaran lochea.
R/Untuk mengevaluasi apa melihat apakah ada perdarahan / tidak.
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi.
R/Dengan mobilisasi otot-otot dapat diperkuat termasuk otot uterus sehingga
proses involusi dan pengeluaran lochea berjalan normal .
124

5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.


R/ Istirahat yang cukup dapat membantu dalam pemulihan tenaga.
6. Anjurkan ibu makan makanan bergizi terutama tinggi kalori dan tinggi protein.
R/Dengan diet TKTP dapat membantu pemulihan tenaga ibu dan
mempercepat penyembuhan luka.
7. Anjurkan ibu untuk mobilisasi ditempat tidur atau jalan-jalan disekitar.
R/ menguatkan otot-otot tubuh terutama panggul agar cepat pulih
8. Mengajarkan pada ibu cara meneteki yang benar.
R/Ibu mengerti cara meneteki yang benar dan ibu/bayi ketika menyusui merasa
nyaman.
9. Berikan KIE tentang personal hygiene.
R/Personal hygiene yang buruk dapat memungkinkan
masuknya bakteri/kuman kedalam tubuh yang memungkinkan terjadinya infeksi.
VI.Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impelementasi terhadap
klien yang di berikan asuhan.

3.3 Asuhan Manajemen Varney


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Bayi
Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi
bahwa bayi tersebut adalah benar-
benar anak dari orang tuanya.
Jenis kelamin : untuk perbedaan jenis/gender
Tanggal lahir : untuk mengetahui umur bayi
Anak ke berapa:untuk mengetahui bayi tersebut anak keberapa
b. Biodata Orang Tua
Nama ayah/ibu: untuk mengetahui menyamakan identitas dengan bayi
2. Keluhan Utama
Pada bayi baru lahir normal, tidak ada keluhan
3. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
125

Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi (normalnya diberi ASI setiap 2 jam
sekali), eliminasi (normalnya BAK 4-5 kali, BAB 2-3 kali, istirahat (sebagian besar
waktunya digunakan untuk tidur), aktivitas (normal gerakannya aktif,personal
hygiene (mandi, ganti popok setiap kali basah dan kotor, perawatan tali pusat
denga kasa kering dan bersih).
4. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas kesehatan baik
atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan termasuk
pantang makanan, minum jamu dan kebiasaan berobat jika sakit, berhubungan
dengan kesehatan bayi .
d. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang diyakininya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : normal (baik)
Kesadaran : normal(composmentis)
PB : normal (48 – 52 x/menit)
BBL : normal (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : normal (32 cm)
OF : normal (34 cm)
MO : normal (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)
Nadi : normal (100 – 160 x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Normalnya bersih, tidak tampak benjolan abnormal, tidak ada
cepal hematoma, tidak, ada caput succedaneum.
Wajah : Normalnya tidak pucat.
126

Mata : Normalnya simteris, sclera putih tidak kuning, conjungtiva merah


muda.
Hidung : Normalnya simtris, bersih, tidak ada secret.
Telinga : Normalnya bersih, tidak ada serumen
Mulut : Normalnya bibir lembab, tidak ada labio skizis atau labiopalatoskiziz
Leher : Normalnya tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak tampak
vena jugularis, dan tidak tampak kelenjar limfe.
Dada : Normal simetris, tidak tampak retraksi dada.
Abdomen : Normalnya tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat masih basah,
dan masih terbungkus kasa steril.
Genetalia :
Perempuan:Normalnya bersih, labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki-laki:Normalnya testis sudah turun di skrotum
Ekstremitas :
Atas : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada sindaktil atau polidaktil, kuku
tidak pucat.
Bawah : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada sindaktil atau polidaktil, kuku
tidak pucat.
b. Palpasi
Kepala : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Normalnya tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis,
dan kelenjar limfe.
Dada : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal
Abdomen : Normalnya tidak teraba benjolan anormal, tidak ada pembesaran
hepar.
c. Auskultasi
Dada: Normalnya tidak terdengar suara wheezing dan ronchi.
d. Perkusi
Abdomen Perut tidak kembung.
e. Reflek
Moro : Normalnya+
Rooting : Normalnya +
Reflek menelan : Normalnya+
Reflek menggenggam: Normalnya+
Reflek menghisap : Normlanya+
127

Tonic neck reflek : Normalnya +


Babinsky : Normalnya+
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx: By. Ny. “...“Umur …hari dengan Bayi Baru Lahir Normal
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do :
Keadaan umum : (baik)
Kesadaran : (composmentis)
PB : (48 – 52 x/menit)
BBL : (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : (32 cm)
OF : (34 cm)
MO : (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : (40 – 60 x / menit)
Suhu : (36,5 – 37,5oC)
Nadi : (100 – 160 x/menit)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu di lihat dari kondisi bayi.
(Sondakh, 2013)
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada masalah
potensial yang terjadi .
V. Intervensi
Dx :By. Ny.““Umur ...hari dengan Bayi Baru Lahir Normal
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir diharapkan
tidak terjadi komplikasi.
Intervensi :
1. Bungkus bayi dengan selimut dan lakukan rawat gabung.
R/ Mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tubuh untuk mengurangi
terjadinya hipotermi.
2. Ganti segera pakaian yang basah dengan pakaian yang kering dan bersih.
R/ Mencegah terjadinya penguapan cairan pada kulit bayi.
3. Observasi suhu tubuh bayi dan tanda-tanda vital.
R/Sebagai parameter untuk mendeteksi adanya kegawatdaruratan.
128

4. Pantau intake dan output.


R/Meningkatkan kebutuhan nutrisi, sehingga tidak terjadi penurunan berat badan
bayi.
5. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
6. Beri KIE ibu tentang cara menyusii yang baik dan benar.
R/ Menyusui yang baik dan benar dapat membuat bayi merasa nyaman
VI.Implementasi
Pelaksanaa tindakan dilakukan berdasarkan intevensi dan kondisi bayi
(sondakh,2013)
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang
telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil. (sondakh,2013).

3.4 Asuhan Manajemen Varney Kontrasepsi


A. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai langkah awal dari
mengidentifikasi masalah dan menganalisis masalah (Estiwidani dkk., 2008).
1) Biodata
Biodata mencangkup identitas pasien
Nama : Untuk mengetahui nama pasien
Umur : Untuk menentukan umur pasien
Agama : Untuk memberikan motivasi pasien disesuaikan
agamanya
Suku bangsa : Untuk mengetahui suku kebangsaan pasien
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam bidang
kesehatan
Pekerjaan : Untuk mengetahui penghasilan pasien, dapat mengetahui
stasus gizi pasien
Alamat : Untuk mengetahui alamat, tempat tinggal, dan lingkungan
Pasien (Estiwidani dkk., 2008).
2) Alasan Datang
Untuk mengetahui tujuan kedatangan pasien dengan keluhan yang dirasakan
(Estiwidani dkk, 2008).
129

3) Keluhan Utama pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan peningkatan berat


badan adalah klien merasa terganggu aktivitasnya karena berat badan yang
gemuk dan terasa berat (Harnawatiaj, 2009).
4) Riwayat Kesehatan yang lalu
5) Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya
seperti
a. Penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, IMS.
b. Penyakit keturan seperti jantung, tekanan darah tinggi, ginjal, kencing
manis dll.
c. Penyakit menahun seperti asma, malaria, dll
6) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita ibu seperti
a. Penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, IMS, penyakit menular ini
(HIV/AIDS, Hepatitis) dapat menyebabkan kerusakan pada janin akibat
infeksi virus yg ditransfer melalui plasenta, pada saat persalinan petugas
memerlukan perawatan khusus saat menolong, pada masa nifas ibu tidak
dapat memberikan ASI pada bayinya yg dapat menyebabkan
pembengkakan pada payudara ibu, serta bila ibu menderita penyakit IMS
ibu tidak bisa menggunakan KB IUD.
b. Penyakit keturan seperti jantung, tekanan darah tinggi, ginjal, kencing
manis dll. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan pre-eklamsi
sampai eklamsi pd kehamilan ibu, pd saat proses persalinan dapat
menyebabkan bayi besar yg menulitkan proses persalinan, pada masa
nifas dapat menyebabkan perarahan post partum , pada BBL dapat
menyebabkan hipoglikemi serta merupakan kontraindikasi penggunaan
KB hormonal bila ibu menderita hipertensi.
c. Penyakit menahun seperti asma, malaria, dll penyakit menahun tersebut
harus diwaspadai karena bisa saja terjadi pada saat ibu hamil, saat
proses persalinan, nifas dan pada saat ibu menggunakan KB.
7) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, sifat
darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut
disminorea (Estiwidani dkk., 2008).
8) Riwayat Perkawinan
130

Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia
menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan
sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian
suami kepada istrinya (Estiwidani dkk., 2008).
9) Riwayat kehamilan , persalinan, nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P (para),
A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran,
tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah
gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat
kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan
bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan
(Estiwidani dkk., 2008).
10) Riwayat KB
Untuk mengetahui
a. Apakan ibu mengikuti KB, dan jenis KB yg digunakan.
b. Lama pemakain dan keluhan.
c. Kapan melepas atau berhenti menggunakan KB.
d. Rencana KB selanjutnya.
e. Memberikan gambaran macam-macam dan kegunaan KB jika ibu belum
mengetahui tentang KB
11) Pola Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah peningkatan berat badan atau tidak
pada pasien (Susilawati, 2008). Pada kasus Akseptor KB suntik depo
progestin dengan peningkatan berat badan, hormon progesteron
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya
(Hartanto, 2004).
b) Pola eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK,
apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.(Susilawati, 2008)
c) Pola istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak
nyaman (Susilawati, 2008). Pada kasus Akseptor KB suntik 3 bulan dengan
peningkatan berat badan ibu mengatakan pola istirahat meningkat
(Harnawatiaj, 2009).
131

d) Pola Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang


semakin meningkat berat badannya (Susilawati, 2008). Pada kasus Akseptor
KB suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan ibu mengatakan
terganggu aktivitasnya karena berat badan yang gemuk dan terasa berat
(Harnawatiaj, 2009).
e) Pola hygiene : Kebiasaan mandi setiap hari berapa kali (Susilawati,
2008).
f) Pola Seksualitas: Untuk mengkaji frekuensi dan posisi dalam
berhubungan dan apakah ada keluhan atau tidak (Susilawati, 2008). Pada
kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan ibu
mengatakan terjadi penurunan libido (Sulistyawati, 2008).
12) Riwayat psikologis
Menggunakan pendekatan psikologi kesehatan maka akan diketahui gaya hidup
orang tersebut dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan.
Pada kasus Akseptor KB suntik tricloJem ibu merasa tidak nyaman dengan
keadaannya (UII, 2008).
13) Aktifitas seksual
Data ini perlu dikaji walaupun ini menyangkut dengan privasi pasien karena
kemungkinan ada beberapa keluhan dalam aktivitas seksual yg menganggu
klien. Beberapa hal yang perlu ditanyakan:
a. Frekuensi
Ditanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu.
b. Gangguan
Ditanyakan apakah klien mengalami keluhan selama berhubungan seksual.
Misanya nyeri pada saat berhubungan, adanya ketidak puasan suami,
kurangnya keinginan untuk berhubungan( Sulistiawati, 2014)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.

Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg.
Nadi : 60 – 100 kali/menit.
132

Suhu : 36,5 – 37,2oC.


Pernafasan : 16 – 24 kali / menit.
BB bulan lalu : Ditanyakan untuk mengetahui perbedaannya
dengan BB sekarang.
BB sekarang : Selama kehamilan TM II dan III pertumbuhan
BB ± 0,5 kg perminggu. Hingga akhir
kehamilan pertambahan BB yang normal
sekitar 13 – 15 Kg.
Tinggi Badan : Tinggi badan berkaitan dengan penghitungan
indeks masa tubuh.
Lila : Diukur pada lengan atas pada tangan yg
jarang digunakan beraktiftas lila normal ≥
23,5 cm, bila kurang merupakan indikasi
kuat untuk status gizi ibu yang kurang
baik/buruk. Sehingga beresiko untuk
melahirkan bayi dengan BBLR.
(Sulistyawati, 2014)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi meliputi :
Rambut :Untuk mengetahui kering atau berminyak,
kerontokan, infeksi kulit, kepala, ketombe, kutu
rambut (Varney, 2007)
Muka : Untuk mengetahui bersih/tidak, pucat/tidak, ada
jerawat/ tidak. Hal ini untuk mengetahui hygiene
pada wajah (Varney, 2007).
Mata : Untuk mengetahui penglihatan kabur, bintik
pada pandangan, rabas, kemerahan, rasa
kemerahan (Varney, 2007).
Hidung :Untuk mengetahui kesimetrisan, warna,
oedema, tumor (Varney, 2007).
b. Palpasi meliputi :
Leher : Untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri atau
kekakuan pada leher, keterbatasan gerak leher,
pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening,
kesimetrisan trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya
133

peradangan atau gangguan metabolisme tubuh (Varney,


2007).
Dada :Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran, massa, lesi jaringan
perut pada struktur dan dinding dada. Hal ini untuk mengetahui
apakah ada tumor atau kanker (Varney, 2007).
Abdomen :Untuk mengetahui riwayat penyakit kandungan. Hal ini untuk
mengetahui adanya kelainan pada abdomen (Varney, 2007).
Ekstremitas:Untuk mengetahui ada oedemaƒtidak (Varney, 2007).
c. Auskultasi meliputi :
Jantung :Untuk mengetahui frekuensi, irama, dan kualitas bunyi nafas
pada empat area katup (Varney, 2007).
Paru− paru : Untuk mengetahui bunyi nafas normalƒbunyi tambahan lain
(Varney, 2007).
d. Perkusi meliputi
Ekstremitas : Untuk mengetahui reflek patella kanan dan kiri positifƒtidak
(Varney, 2007).

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan obyektif
sehingga diperoleh diagnosa / masalah. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga dapat ditemukan masalah, diagnosa, dan
masalah spesifik (Estiwidani., 2008).
a. Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).
Menurut Varney (2004):
Diagnosa : Ny.......P......A...... umur..... tahun.... akseptor KB
suntik 3 bulan dengan peningkatan berat badan.
b. Data subyektif :
a) Ibu mengatakan umur.............
b) Ibu mengatakan menjadi akseptor KB sudah 1 tahun.
c) Ibu mengatakan mempunyai orang anak
d) Ibu mengatakan mengalami peningkatan berat badan 1− 5 kg
dalam tahun pertama.
e) Ibu mengatakan nafsu makannya bertambah.
134

f) Ibu mengatakan libidonyaƒkeinginan bersenggama berkurang.


g) Ibu mengatakan aktivitasnya terganggu.
c. Data Obyektif
a) KU baik
b) Kesadaran komposment¡s
c) Vital sign normal (Wartonah, 2006)
d. Masalah
Masalah adalah hal−hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa (Varney, 2004).
Kebutuhan
Merupakan hal−hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnose dan masalah (Varney, 2004).
III. Antisipasi Masalah Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan diagnose
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini mengidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
telah diidentifikasi(Varney, 2007).
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada langkah ini perlu diambil tindakan untuk mengantisipasi diagnosa potensial
yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat
segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul
(Varney, 2007).
V. Intervensi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.realisasi dari perencanaan
sebagian dilakukan oleh bidan,pasien, dan anggota keluarga yang lain. jika bidan
melakukannya sendiri,ia tetapi memikul tanggung jawab atas terlaksananya
seluruh perencanaan.pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan
dokter ,misalkan karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.

VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.realisasi dari perencanaan
sebagian dilakukan oleh bidan,pasien,dan anggota keluarga yang
lain(Sulistyawati, 2012).
135

VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah, N.S., dan Sujiyatini. 2016. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Asih, Yusari dan Hj. Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyususi. Jakarta. Tim

Christina, Y. (2001). Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral


Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Hanifa, Wiknjosastro. (Ed). 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina     pustaka


sarwono prawirohardjo.

JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. www.depkes.go.id


(diakses 03 April 2018)

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta


Selatan : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Mangkuji, B., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.
136

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculapius.

Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid1. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB. ECG.
Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurjasmi, E., dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : PP IBI.

POGI, dkk. 2014. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta. JNPK-KR

Prawiroharjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono


Prawirohardjo

Prawiroharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Jakarta. Bina Pustaka

Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, Siti. 2015. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ramauli S. 2011. Menuju Kelahiran yang alami. Jakarta ECG.

Rukiah, A. Y., Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. (2013). Asuhan


Kebidanan Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Saifudin, A. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Indonesia.

Saminem,Hj. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Buku Kedokteran


137

EGC. Jakarta.

Sari, E.P., dan Rimandini, K.D. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal
Care). Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

LAMPIRAN
138

LAMPIRAN 1 JADWAL ASUHAN KEBIDANAN

JADWAL ASUHAN KEBIDANAN

NO ASUHAN KETERANGAN

1. ANC I Tgl : 23 Februari 2021, Jam 10.00 Wib,


Uk 34-36 Minggu Di Puskesmas Tumpang.

2. ANC II Tgl: 11 Maret 2021, Jam 10.00 Wib,


Uk 36-37 Minggu Di Puskesmas Tumpang.
139

LAMPIRAN 2 INFORM CONSENT CLIENT

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah membaca lembar permohonan persetujuan asuhan kebidanan


dan mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat asuhan yang
berjudul “Continuity Of Care
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek
pelaksanaan asuhan kebidanan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan
dirahasiakan. Informasi mengenai Indentitas saya tidak akan ditulis pada
instrumen penelitian dan akan disimpan secara terpisah serta terjamin
kerahasiaannya.
Saya mengerti saya berhak menolak untuk berperan atau mengundurkan
diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak – hak
saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai peran serta saya
dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya
secara sukarela dan sadar menyatakan bersedia berperan serta dengan
menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Subyek Continuity Of Care.

Malang, Maret 2020

Mahasiswa Subjek Penelitian


140

HABSARI PUTRI R. (……………………)

LAMPIRAN 3 BUKU KIA


141

LAMPIRAN 4 KSPR
142

LAMPIRAN 5 JURNAL INOVASI SENAM YOPYTTA


143

LAMPIRAN 6 JURNAL INOVASI EFFLEURAGE MASSAGE


144

LAMPIRAN 7 SOP SENAM YOPHYTTA


145

NO KEGIATAN SKALA
1 2 3
1 Menyiapkan alat-alat matras dan bantal
2 Menyiapkan ibu ,posisi ibu dan tempat yang akan digunakan
3  Menjelaskan pada ibu mengenai prosedur yang akan
dilakukan. jelaskan tujuan dan manfaat prosedur yang
dilakukan dalam senam yophytta( informed consent )
4 GERAKAN PERTAMA
Mengangkat ujung kaki
mengangkat ujung kaki secara berulang ulang secara
hitungan yang diberikan (8x hitungan)
5 Menekukkan telapak kaki
tekukkan telapak kaki keatas sepenuhnya begitu juga
kebawah (8x hitungan)
6 Cara tidur yang nyaman
Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut. Masing-masing 8x.
7 Duduk bersila
Dengan posisi seperti ini, tundukan kepala dan angkat kepala
sambil menarik nafas, kemudian mengembuskannya.
Lanjutkan dengan menaikan bahu kemudian menurunkannya
kembali.Lakukan gerakan 8x hitungan.
8 PERTEMUAN KEDUA
Duduk bersila
dilakukan gerakan pemanasan dengan menggerakan kepala
menengok kekanan dan kekiri, miring kekanan dan kekiri.
Sesudah itu tundukan kepala dan angkat kepala sambil
menarik nafas, kemudian mengembuskannya. Lanjutkan
dengan menaikan bahu kemudian menurunkannya kembali.
Lakukan gerakan 8x hitungan.
9 Memutar Lengan Dan Mengencangkan Payudara
Letakan jari-tangan dibahu. Meletakan dua lengan mejepit :
Kedua payudara dan mengangkat payudara ke atas dengan
kedua
siku tersebut. Lakukan gerakan ini dengan memutar lengan.
Lepas perlahan-lahan kemudian lanjutkan dengan
mengangkat kedua siku keatas dan kembali ke posisi 
semula lakukan gerakan 8x.
10 Gerakan Relaksasi 
Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut.
Lakukan gerakan dengan mengangkat kaki atas setinggi
pinggul, kemudian turunkan, lanjutkan dengan mengangkat
146

kaki atas, tekuk ke arah perut dengan kaki bawah sejajar,


luruskan dan kembali keposisi semula, ulangi semua gerakan
dengan posisi miring kekiri masing-masing 8x.
11 Gerakan Pergerakan Kaki Dan Menganyuh 
Posisi tubuh terlentang. Kedua kaki lurus tekanlah jari-jari
kaki lurus ke
 bawah dan tekuk keatas kembali. Putar pergelangan kaki
dari arah kanan kekiri dan sebaliknya. Lanjutkan pergerakan
dengan kaki seolah-olah mengayuh sepeda dengan kedua
tangan disisi samping untuk menahan. Lakukan gerakan
masing-masing 8x.
12  Mengangkat Panggul 
Posisi tidur terlentang dengan kedua kaki ditekuk. Kedua
tangan diletakan disamping untuk menahan badan. Tarik
napas, tahan sambil mengencangkan otot panggul, tahan
beberapa detik, lalu kembali keposisi semula sambil
menghembuskan napas. Lakukan gerakan 8x.
13 Latihan Membran 
Posisi tidur terlentang, rangkul paha dengan tangan sampai
siku. Lakukan dengan posisi miring kekiri dan kenan
lanjutkan dengan posisi terlentang dan merangkul kedua
paha dengan lengan sampai siku. Sambil menarik napas
angkat kepala, pandangan keperut lalu hembuskan napas
lanjutkan dengan pergelangan kaki. Lakukan 8x.
14 Melenturkan Punggung 
Posisi merangkak, bahu sejajar dengan kedua lengan dibuka
sejajar. Dengan membuka kaki, angkat punggung dan
tundukan kepala, sambil menarik napas tahan beberapa
detik kemudian kembali ke posisi semula, pada posisi
kembali otot punggung rileks. Ulangi gerakan sampai 8x
15 Gerakan Anti Sungsang 
Posisi menungging. Tangan rileks disamping tubuh dan
kedua kaki terbuka, ditekuk sejajar bahu. Letakan kepala
dikedua tangan, turunkan dada perlahan-lahan sampai
menyentuh kasur, kepala menolek ke samping kiri atau
kanan. Letakan siku diatas kasur, geser sejauh mungkin dan
tubuh kesamping. Ulangi gerakan sampai 8x.
16 Konseling
Anjurkan ibu melakukan senam hamil di rumah dan
memakan makanan begizi serta minum susu ibu hamil
 TOTAL NILAI
147

LAMPIRAN 8SOP EFFLEURAGE MASSAGE

KEGIATAN URAIAN

Keterangan
No Kegiatan Prosedur
Ya Tidak
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk
Persiapan bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
1
Klien 3. klien.
4. Siapkan peralatan yang diperlukan.
5. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.

1. Minyak / lotion untuk masase


2. Tisu
Persiapan
2 3. Handuk mandi yang besar
alat
4. Satu buah handuk kecil
5. Sebuah bantal, guling kecil dan selimut

3 Cara Kerja 1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.
Pastikan klien telah melepas bagian atasnya.
2. Periksa tanda vital klien sebelum memulai remedial
massage efflourage pada punggung.
3. Berbaringkan dengan telungkup. Pastikan anda dapat
mencapai seluruh punggungnya.
4. Whole Hand Effleurage
Panaskan derngan minyak pija / lotion di tangan anda,
dan oleskan sedikit (lihat tips, di atas) dengan seluruh
tangan "effleurage" (definisi - sapuan berirama halus):
Gunakan seluruh permukaan kedua tangan. Stroke
dengan kuat ke atas dari punggung bawah hingga
leher, lalu (tekanan lebih lembut), putar dan kembali ke
daerah punggung bawah (5 hingga 10 menit).

5. Effleurage using Heel of the Hand


Ada area kontak yang lebih kecil, sehingga tekanannya
lebih dalam. Kedua tangan bekerja dalam lingkaran -
mulai dari punggung bawah. Bergerak dalam lingkaran,
pertama ke luar, lalu ke atas dan kembali ke tengah.
Secara bertahap maju ke punggung atas (5 menit).
148

6. Effleurage using reinforced Fingers


Berdirilah di sisi yang berlawanan dengan yang sedang
anda kerjakan. Saya sarankan anda berdiri di sisi kanan
terlebih dahulu. Dorong dengan rata jari-jari anda (satu
tangan di atas yang lain) menjauh dari garis tengah,
kemudian meluncur kembali ke arah tulang belakang.
Mulai dari punggung bawah, dan naik ke punggung atas
(5 menit).

7. Finishing with Effleurage


Oleskan effleurage (gerakan mengelus) dengan jari
yang didukung (teknik 3 di atas), kemudian effleurage
dengan tumit tangan (teknik 2 di atas), kemudian
effleurage dengan tangan penuh (teknik 1 di atas). Ini
akan meningkatkan kebaikan yang telah Anda lakukan
dengan stripping dan rilis trigger point (lima menit)
Kemudian diamkan pasien selama beberapa menit.

8. Bersihkan sisa minyak atau lotion pada punggung klien


dengan handuk.
9. Rapikan klien ke posisi semula.
10. Beritahu bahwa tindakan telah selesai
11. Bereskan alat-alat yang telah digunakan
149

12. Cuci tangan.

LAMPIRAN 9 DOKUMENTASI
150

LAMPIRAN 10 LEMBAR KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai