Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh:

Nurus Sa’adah

196051 AJ

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLTEKKES RS DR. SOEPRAOEN

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah,
rahmat dan ijin-Nya, makalah tertulis ini dapat terselesaikan.
Makalah tertulis ini disusun dalam rangka mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan terselesaikannya gagasan tertulis ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yeni Agus Safitri S.ST,. M. Keb selaku dosen pendamping Mata Kuliah
Asuhan Komplementer di Politeknik Kesehatan RS dr.Soepraoen.
2. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya gagasan
tertulis ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun tugas tertulis yang telah kami buat, baik dalam hal isi maupun
penulisannya.
Akhir kata, kami berharap semoga gagasan kecil ini dapat bermanfaat
sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di
lingkup kampus maupun lingkungan masyarakat.

Malang, 30 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Manajemen
2.1.1. Pengertian Manajemen
2.1.2. Peran Manajemen dalam Organisasi Efektif dan Efisien
2.1.3. Manajemen Secara Fungsional dan Operasional
2.2 Konsep Dasar kepemimpinan
2.2.1 Definisi Kepemimpinan
2.2.2 Ciri Kepemimpinan
2.2.3 Unsur Kepemimpinan
2.2.4 Kriteria kepemimpinan
2.2.5 Tipe-tipe Kepemimpinan
2.2.6 Fungsi Pemimpin
2.2.7 Membangun visi dan Intuisi Pemimpin
2.3 Pencegahan Umum Covid-19 dalam Kebidanan
2.3.1 Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil,
Bersalin dan Nifas
2.3.2 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Hamil
2.3.3 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Bersalin
2.3.4 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir
2.4 Rekomendasi Penanganan Utama Covid-19 dalam Kebidanan
2.4.1 Rekomendasi Utama Untuk Tenaga Kesehatan Yang Menangani
Pasien COVID-19 Khususnya Ibu Hamil, Bersalin Dan Nifas
2.4.2 Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan saat antenatal care
2.4.3 Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pertolongan
Persalinan
2.4.4 Rekomendasi bagi Tenaga Kesehatan terkait Pelayanan Pasca
Persalinan untuk Ibu dan Bayi Baru Lahir
2.4.5 Rekomendasi terkait Menyusui bagi Tenaga Kesehatan dan Ibu
Menyusui

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease
2019 (COVID-19) adalah penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh
dunia saat ini, dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-COV2). Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei,
Tiongkok yang melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak
diketahui penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret 2010
didapatkan kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total kematian 3112 orang.
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di
seluruh dunia sebesar 2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan
provinsi Hubei sebesar 3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada
sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6
orang dan menjadi negara ke 65 yang positif konfirmasi COVID-19. Secara
keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika dibandingkan
dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu Severe Acute
Respiratory Syndrome-coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory
Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan 40%.
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam
hubungannya dengan kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada
rekomendasi spesifik untuk penanganan ibu hamil dengan COVID-19.
Berdasarkan data yang terbatas tersebut dan beberapa contoh kasus pada
penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan MERS-CoV) dan
beberapa kasus COVID-19, dipercaya bahwa ibu hamil memiliki risiko lebih
tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas
dibandingkan dengan populasi umum. Efek samping pada janin berupa
persalinan preterm juga dilaporkan pada ibu hamil dengan infeksi COVID-19.
Akan tetapi informasi ini sangat terbatas dan belum jelas apakah komplikasi ini
mempunyai hubungan dengan infeksi pada ibu. Dalam dua laporan yang
menguraikan 18 kehamilan dengan COVID-19, semua terinfeksi pada trimester
ketiga didapatkan temuan klinis pada ibu hamil mirip dengan orang dewasa yang
tidak hamil. Gawat janin dan persalinan prematur ditemukan pada beberapa
kasus. Pada dua kasus dilakukan persalinan sesar dan pengujian untuk SARS-
CoV-2 ditemukan negatif pada semua bayi yang diperiksa.
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat
melewati rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan
dimana bayi pada pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya
virus beberapa saat setelah lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi lebih lanjut
tentang transmisi ini apakah terjadi di dalam kandungan atau di postnatal. Saat
ini tidak ada data yang mengarahkan untuk peningkatan risiko keguguran yang
berhubungan dengan COVID-19. Laporan kasus dari studi sebelumnya dengan
SARS dan MERS tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan antara infeksi
dengan risiko keguguran atau kematian janin di trimester dua.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah konsep dasar dari manajemen?
2. Bagaimanakah konsep dasar dari kepemimpinan?
3. Bagaimanakah Pencegahan Umum Covid-19 dalam kebidanan?
4. Bagaimanakah rekomendasi penanganan utama Covid-19 dalam
kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari manajemen
2. Untuk mengetahui konsep dasar dari kepemimpinan
3. Untuk mengetahui pencegahan umum Covid-19 dalam Kebidanan
4. Untuk mengetahui rekomendasi penanganan utama Covid-19 dalam
kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Manajemen


2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen  berasal dari bahasa italia (1561) manggiare yang
berarti “mengendalikan” pengertian manajemen  menurut Mary Parker  Follet
(1997) manajemen is the  art of getting thing done through people, manajemen
adalah seni menyelesaikan sesuatu melalui  orang lain. Misalnya sesuatu di seni
adalah segala sesuatu yang perlu di lakukan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Manajemen berasal dari kata tomanage (bahasa inggris) yang berarti 
mengelola atau mengurus. Jika kita mempelajari literature manajemen, maka
akan tampak istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai kolektifitas manajemen
c. Dan manajemen sebagai suatu seni dan ilmu
Proses penyelesaian atas sesuatu memerlukan tahapan- tahapan.  Bagi
sebuiah organisasi bisnis, tahapan-tahapan tersebut bisa berupa perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian.
Berdasarkan tahapan-tahapan ini, maka di kenal pengertian lain dari manejemen
yaitu sebagai mana di kemukakan oleh Nickless, Mchugh (1997) The Procces
Used To Accomplish Organizational Goals Throught Planning, Organizing,
Directing, and Controlling People And Other Organizational Resource.
Manajemen sebuah proses yang di lakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian orang-orang atau sumber daya organisasi lainnya.

2.1.2 Peran Manajemen dalam Organisasi Efektif dan Efisien


Manajemen sangat di perlukan agar tujuan dari organisasi dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Menurut Pater F. Drucker adalah “mengerjakan
pekerjaan yang benar“ (Doing Righ Thing). Sedangkan efisien menurutnya
adalah “mengerjakan pekerjaan yang tepat“ (Doing Right Things).

2.1.3 Manajemen Secara Fungsional dan Operasional


Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang di jalankan
dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masung dalam mengikuti satu
tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen,
sebagaimana diterangkan oleh Nickels McHugh (1997 ) terdiri dari empat fungsi,
yaitu :
a. Perencanaan atau planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang
di lakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan
datang dan pembantukan strategi dan teknik yang tetap untuk
mewujudkan target atau organisasi. Yaitu, bagaimana merencanakan
bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis
yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.
b. Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan teknik yang telah di rumuskan dalam
perencanaan di desaian dalam sebuah struktur organisasi yang cepat dan
tangguh, system dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisabekerja secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
c. Pengimplementasikan atau Directing, yaitu proses implementasi program 
agar bisa di jalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan penuh kesadaran dengan produktivitas yang tinggi.
d. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang di
lakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah di
rencanakan, di organisasikan, di implementasikan bisa berjalan sesuai
dengan target yang di harapkan sekalipun sebagai perubahan terjadi
dalam lingkungan bisnis yang terjadi.
Griffin mengemukakan fungsi manajemen adalah perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling). Pendapat Griffin ini sejalan dengan James AF Stoner yang
menempatkan fungsi leading sebagai ganti dari directing. Berikut pendapat para
ahli manajemen dalam mengemukakan fungsi-fungsi manajemen :
Kegiatan-Kegiatan dalam Fungsi Manajemen :
1. Fungsi Perencanaan (Planing)
a. Menetapkan tujuan dalam target bisnis
b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
c. Menenetukan sumber daya yang diperlukan
d. Menetapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan
dan target bisnis
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapka tugas dan
prosedur yang di perlukan 
b. Menetapkan struktur ortganisasi yang menunjukan adanya garis
kewenangan dan tanggung jawab
c. Kegiatan pengrekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan SDM
d. Kegiatan penetapan SDM pada posisi yang paling cepat
3. Fungsi Pengimplementasian (Directing)
a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
b. Membari tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
c. Menjelaskan kebijakan yang di tetapkan
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
a. Mengevalusi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dalam target bisnis
sesuai dengan indicator yang telah di tetapkan
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi penyimpangan yang mungkin di
temukan
c. Melakukan berbagai alternatif solusi dari berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.

2.2 Konsep Dasar Kepemimpinan


2.2.1 Definisi Kepemimpinan
Robbins dan Coulter (1999) mendefinisikan pemimpin adalah orang yang
mampu mempengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manajerial. Oleh
karena itu, kepemimpinan oleh mereka didefinisikan sebagai kemampuan
mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Siagian (1985) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah orang yang
memiliki bawahan. Sukses atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang
telah ditentukan tergantung atas cara-cara memimpin yang dipraktekkan oleh
orang-orang “atasan” itu. Sebaliknya, sukses tidaknya seorang pemimpin
melaksanakan tugas kepemimpinannya, tidak terutama ditentukan oleh tingkat
keterampilan teknis (technical skills) yang dimilikinya, akan tetapi lebih banyak
ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik
(managerial skills).
Sementara itu Stoner (1992) mendefinisikan kepemimpinan manajerial
sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan
dengan tugas anggota kelompok.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, kepemimpinan menunjukkan
beberapa hal :
a) Melibatkan orang lain, dalam hal ini adalah bawahan atau pengikut.
Kesediaan bawahan atau pengikut menerima pengarahan dari pemimpin,
berarti para anggota kelompok telah membantu menentukan status
pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan
semua kualitas kepemimpinan tidak ada artinya.
b) Kepemimpinan melibatkan distribusi yang tidak merata dari kekuasaan di
antara pemimpin dan anggotan kelompok. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok,
yang tidak dapat secraa serupa mengarahkan kegiatan pemimpin. Namun
demikian, anggoata kelompok tetap akan mempengaruhi kegiatan itu dalam
beberapa cara.
c) Selain secara sah, dapat mengarahkan bawahan atau pengikut mereka,
pemimpin juga dapat mempunyai pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin
tidak hanya dapat mengatakan kepada bawahan mereka apa yang harus
dikerjakan tetapi juga dapat mepengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintah pemimpin.

2.2.2 Ciri Kepemimpinan


Mengingat betapa besar dan berat tugas seorang pemimpin, maka seorang
pemimpin harus memiliki ciri-ciri sebagaimana disampaikan Siagian (1985) :
a) Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. Tugas yang
berbeda menuntut ciri fisik yang berbeda pula. Misalnya pemimpin yang
berkacamata tidak diperkenankann bagi pemimpin di pesawat
terbang.Berpengetahuan luas. Pengetahuan yang luas tidak selalu
berpendidikan tinggi. Banyak pemimpin yang pendidikannya tinggi tetapi
pengetahuannya masih terbatas pada bidangnya saja. Sebaliknya, juga ada
pemimpin yang pendidikannya tidak tinggi tetapi pengetahuannya luas
karena pengalamannya.
b) Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan
yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya. Kepercayaa
pada diri sendiri merupakan modal yang sangat besar dan penting artinya
bagi seorang pemimpin. Tanpa itu dalam segala tindakannya akan terlihat
ragu.
c) Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari pada tujuan
yang hendak dicapai. Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi
semakin rumit pula sifat dan ruang lingkup tujuan yang hendak dicapai dan
semakin kompleks pula kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan itu.
d) Memiliki stamina dan antusiasme yang besar. Pekerjaan seorang pemimpin
pada dasarnya memerlukan waktu yang lebih dari kettika dia datang ke
tempat kerja hingga pulang dari tempat kerja. Frustasi yang dihadapi
seorang pemimpin jauh lebih besar dibanding dengan anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, stamina kerja bagi seorang pemimpin
sangatlah penting.
e) Gemar dan cepat mengambil keputusan. Karena tugas terpenting dari
seorang pemimpin adalah untuk mengambil keputusan tentang apa yang
harus dilaksanakan oleh orang lain, maka ia harus memiliki keberanian
mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan darurat yang
tidak dapat menunggu. Penundaan pengambilan keputusan pada
hakekatnya merupakan suatu kelemahan yang tidak boleh dimiliki oleh
seorang pemimpin yang baik.
f) Obyektif, dalam arti bahwa pemimpin harus dpaat menguasai emosi dan
lebih banyak mempergunakan rasio. Seorang pemimpin yang emosional
akan kehilangan obyektivitasnya karena tindakannya tidak didasarkan lagi
pada akar sehat, akan tetapi lebih sering didasarkan atas pertimbangan
“personal likes and 5  dislikes”, baik terhadap seseorang maupun terhadap
penggunaan alat-alat yang diperlukan.
g) Adil dalam memperlakukan bawahan. Dalam hal ini pemimpin dituntut
memperlakukan bawahan atas dasar kapasitas kerja bawahan itu, terlepas
dari pandangan-pandangan kedaerahan, kesukuan, kepartaian, ikatan
keluarga, dan sebagainya. Adil di sini juga termasuk kesanggupan untuk
mengenal mengkompensasikan pelaksanaan tugas yang baik oleh
bawahan dan kemapuan memberikan koreksi dan bimbingan kepada
bawahan yang kurang cakap.
h) Menguasai prinsip-prinsip human relations. Human relations sesungguhnya
merupakan inti dari kepemimpinan, oleh karena itu seorang pemimpin harus
memusatkan perhatian, tindakan dan kebijaksanaanya, kepada pembinaan
teamwork yang intim dan harmonis.
i) Menguasai teknik-teknik berkomunikasi. Berkomunikasi dengan pihak lain
baik tertulis maupun lisan sangat penting karena melalui saluran-saluran
komunikasi lah intruksi, nasehat, saran, ide, berita, informasi, dan
bimbingan disampaikan. Termasuk juga di sini berarti harus menguasai
bahasa-bahasa yang biasa dipergunakan dalam organisasi.
j) Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap
bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi. Dalam
hubungan ini harus diperhatikan pula sifat-sifat bawahan yang dihadapi.
k) Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan
organisasi. Seorang pemimpin yang baik tidak boleh menganakemaskan
sesuatu bagian di dalam organisasi dan menganaktirikan yang lain. Hal ini
berarti pemimpin harus generalist.

2.2.3 Unsur Kepemimpinan


Unsur Kepemimpinan mempunyai 3 dasar, yaitu :
a) Adanya kelompok manusia
b) Adanya tujuan kelompok
c) Adanya diferensiasi fungsi dan tanggung jawab

2.2.4 Kriteria Kepemimpinan


Pemimpin sendiri adalah seseorang yang bertanggung jawab atas suatu
organisasi dalam mencapai tujuan tertentu. Pimpinan yang dapat dikatakan
sebagai pemimpin yang baik setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
a) Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang
yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
b) Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain
karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain
menghargai keberadaannya.
c) Wewenang : Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam
melaksanakan suatu hal/kebijakan.
d) Pengikut : Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power,
dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak
memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan
mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin.
Dalam hal ini pemimpin pun harus memiliki pengetahuan yang luas dan
berpendidikan, Bertanggung jawab, dapat dipercaya, tertib dan teratur, dapat
mengatur waktunya dengan baik, keputusan dan dapat memberi contoh terhadap
suatu golongan atau organisasi tertentu dikarenakan adanya kekuasaan untuk
mencapai suatu tujuan bersama.

2.2.5 Tipe-Tipe Kepemimpinan


Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok digolongkan
menjadi 5 :
a) Tipe Otoriter
Seorang pemimpin yang otoraktis memiliki ciri-ciri :
1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2. Mementingkan tujuan pribadi daripada tujuan organisasi
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
4. Tidak mau menerima kritik saran dan pendapat
5. Dalam tindakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
unsur pemaksaan.
b) Tipe Militeritis
Pemimpin dari tipe ini tidak selalu harus dari organisasi militer. Tetapi
seseorang yang mempunyai ciri-ciri:
1. Dalam menggerakan bawahan lebih sering menggunakan  sistem
perintah
2. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dengan bawahan
3. Sukar menerima kritik dari bawahan
4. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan
c) Tipe Paternalitis
Seorang pemimpin ini berciri-ciri :
1. Bersikap terlalu melindungi
2. Sering bersikap maha tahu
d) Tipe Kharismatis
Seorang pemimpin yang mempunyai daya tarik yang amat besar oleh karena
itu pada umumnya ia memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para
pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pimpinan tersebut.
e) Tipe Demokratis
1. Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan organisasi dari pada tujuan
pribadi
2. Senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya
3. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari dirinya
sendiri
4. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang
pemimpin

2.2.6 Fungsi-Fungsi Pemimpin


Fungsi serta peranan pemimpin dalam organisasi perusahaan kerap kali
spesifikasinya berbeda dengan bidang kerja atau organisasi lain (misalnya
organisasi lembaga pendidikan atau rumah sakit yang bergerak bukan untuk
mencari keuntungan). Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal,
antara lain adalah macam organisasi, situasi sosial dalam organisasi, dan jumlah
anggota kelompok (Ghiselli and Brown, 1955).
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin.
Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-
fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya agar kelompoknya dapat
berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama :
a) Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan
masalah.
b) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group minetenence) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian cara penyelesaian, informasi, dan
pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penegakan
pendapat, dan sebagainya. Stoner mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan
adalah agar seseorang beroperasi secara efektif, kelompok memerlukan
seseorang untuk melakukan dua hal fungsi utama :
1) berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah,
2) memelihara kelompok atau sosial.
Dengan adanya kenyataan bahwa fungsi dan peran seorang pemimpin
yang demikian kompleks, maka tidaklah dapat dipungkiri bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin perlu memilik syarat-syarat tertentu yang cukup banyak agar
seseorang yang akan menduduki jabatan pemimpin dapat melaksanakan fungsi,
tugas dan peranannya secara efektif. Efektifitas seorang pemimpin banyak
kemungkinan didukung dengan adanya persyaratan yang lebih tinggi dari rata-
rata bawahannya, antara lain:
1) Memiliki kecerdasan yang cukup tinggi
2) Memiliki kemampuan berbicara
3) Memiliki kepercayaan diri
4) Memiliki inisiatif
5) Memiliki motivasi berprestasi
6) Memiliki ambisi

2.2.7 Membangun Visi dan Intuisi Pemimpin


Visi merupakan sebuah impian yang ingin diwujudkan yang mencerminkan
ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat dan keadaan atau perwujudan ideal di
masa depan. Visi akan menjadikan pedoman bagi setiap karyawan untuk
bertindak dan mengambil keputusan sehingga mengarahkan organisasi pada
perubahan yang ideal di masa depan. Visi mengandung tantangan yang besar
yang harus dihadapi oleh organisasi,dan dianggap sebagi bintang petunjuk
(guiding star) yang mengarahkan langkah setiap orang untuk mewujudkannya.
Tanpa adanya visi yang jelas maka organisasi tersebut akn bergerak dengan
setengah-setengah atau ragu-ragudan mudah terombang-ambingkan oleh
tekanan eksternal. Akibatnya, setiap orang di dalam organisasi akan kehilangan
komitmen dan lebih banyak bergerak untuk mencapai tujuan-tujuan yang sepele.
Selain itu, organisasi akan berjalan dengan lambat dan tidak akan pernah
menghasilkan perubahan yang signifikan dan berharga.
Seorang pemimpin merupakan seseorang yang mampu mempengaruhi
dan mempunyai visi yang jelas. Serta dalam mengelola organisasi dengan cara
yang manusiawi dan berkompeten. Maka diperlukan seorang pemimpin yang
membangun visi dan intuisinya dengan baik. Visi penting untuk seorang
pemimpin. Visi memiliki peran dalam melukiskan saran, memicu serta membakar
semangat dan mendorong untuk maju, serta berusaha mencapai tujuan-
tujuannya. Visi timbul dalam diri seorang pemimpin dari pengalaman atau sejarah
masa lalu, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seorang
pemimpin. Selain itu, dengan visi seorang pemimpin dapat memberikan petunjuk
mengenai kemana orangorang yang 10  dipimpinnya harus melangkah. Dengan
demikian, semua tindakan yang dilakukan anggota-anggota organisasi haruslah
merupakan cerminan atau turunan dari visi tersebut. Terdapat berbagai
pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan, sebagai
pendekatan untuk merespon suatu fenomena, dan sebagai suatu proses berfikir.
Taylor and Francis Group (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu
proses berfikir. Group tersebut menyatakan bahwa input dan proses dikelola
dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran
yang lama dan telah diakumulasikan dalam memori. Pengelolaan input tersebut
merupakan proses otomatis dengan tanpa menggunakan pikiran sadar. Dari
input dan proses tersebut diperoleh output berupa perasaan (feeling) sebagai
dasar untuk mengembangkan intuisi. Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai
perasaan untuk mengenali sesuatu dengan tanpa penjelasan, tetapi intuisi bukan
sesuatu yang mesterius. Inilah yang membuat intuisi menjadi menarik untuk
dipelajari. Berdasarkan pengertian di atas, maka intuisi dibentuk dari proses yang
panjang, otomatis, tidak menggunakan pikiran sadar, dan tidak dapat dijelaskan
asal usulnya. Intuisi dikembangkan dari pengetahuan yang telah lama diperoleh
dan diakumulasikan di dalam memori. Bagi seorang pemimpin, intuisi ini
sangatlah dibutuhkan. Dalam kondisi tertentu, khususnya ketika seorang
pemimpin harus menentukan sikap di tengah-tengah kondisi yang tidak kondusif.
Intuisi pemimpin biasanya akan muncul apabila terjadi hal-hal yang kritis
dan membutuhkan penanganan yang segera dari seorang pemimpin. Berbekal
kecerdasan intelektual dan pengalaman empirik yang dialaminya, seorang
pemimpin tentu akan memiliki naluri dalam membaca isyarat-isyarat jaman yang
tengah bergulir. Para pemimpin melihat segala sesuatu dengan cara yang
berbeda dari orang lain. Mereka mengevaluasi segala sesuatu berdasarkan
intuisi kepemimpinan. Mereka memiliki intusisi kepemimpinan yang mengarahkan
segala sesuatu yang mereka kerjakan. Itu merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari diri mereka.
Pemimpin yang baik intuisinya dapat merasakan apa yang sedang terjadi di
antara orang-orangnya dan saat itu juga dapat merasakan apa yang menjadi
pengharapan mereka, ketakutan mereka, serta keprihatinan mereka. Maka dari
itu diperlukannya membangun visi dan intuisi seorang pemimpin. Karena visi
adalah tujuan jelas dari seorang pemimpin dan intuisi adalah hal yang harus ada
dalam seorang pemimpin. Pemimpin, visi, dan intuisi adalah 3 hal yang berkaitan
untuk kemajuan suatu organisasi.

2.3 Pencegahan Umum Covid-19 dalam Kebidanan


2.3.1 Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil,
Bersalin dan Nifas :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik.Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan.
b. Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah
memegang bayi dan sebelum menyusui.
c. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
d. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

e. Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
f. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk
sesuai etika batuk.
g. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
h. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan
masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker
harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
i. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan
lain yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
j. Cara penggunaan masker medis yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker
dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
 Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.
k. Menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada
tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
l. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
m. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai
SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
n. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak
untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau
praktisi kesehatan terkait.
o. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.

2.3.2 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Hamil:


a. Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan dokter agar tidak
menunggu lama. Selama perjalanan ke fasyankes tetap melakukan
pencegahan penularan COVID-19 secara umum.
b. Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
c. Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya.
Jika terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika tidak terdapat tanda-tanda
bahaya, pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.
e. Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia
kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 gerakan per 2 jam).
f. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap
mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil / yoga / pilates /
aerobic / peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap bugar dan
sehat.

g. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
h. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi bebas dari
pandemik COVID-19.

2.3.3 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Bersalin:


a. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

b. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas


kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
c. Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana
persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.
d. Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2.3.4 Upaya Pencegahan Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir:
a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke
tenaga kesehatan.
b. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
2. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
3. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pasca persalinan;
4. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pasca persalinan.
c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media
online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan
melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari
petugas, ibu dan keluarga.
d. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas.
e. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0
– 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi menyusu
dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik dan
pemberian imunisasi hepatitis B.
f. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,
pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan.

g. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan Neonatal (KN)


tetap dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan COVID-19
baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal
yaitu :
1. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) jam setelah lahir;
2. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah
lahir;
3. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari setelah lahir.
h. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI ekslusif
dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum
pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir,
segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau
permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.

2.4 Rekomendasi Penanganan Utama Covid-19 dalam Kebidanan


2.4.1 Rekomendasi Utama Untuk Tenaga Kesehatan Yang Menangani
Pasien COVID-19 Khususnya Ibu Hamil, Bersalin Dan Nifas:
a. Tenaga kesehatan tetap melakukan pencegahan penularan COVID 19, jaga
jarak minimal 1 meter jika tidak diperlukan tindakan.
b. Tenaga kesehatan harus segera memberi tahu tenaga penanggung jawab
infeksi di tempatnya bekerja (Komite PPI) apabila kedatangan ibu hamil
yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
c. Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) dalam ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi
airborne) yang sudah disiapkan sebelumnya apabila rumah sakit tersebut
sudah siap sebagai pusat rujukan pasien COVID-19. Jika ruangan khusus
ini tidak ada, pasien harus sesegera mungkin dirujuk ke tempat yang ada
fasilitas ruangan khusus tersebut. Perawatan maternal dilakukan diruang
isolasi khusus ini termasuk saat persalinan dan nifas.

d. Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19, dianggap sebagai
Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan bayi harus ditempatkan di ruangan
isolasi sesuai dengan Panduan Pencegahan Infeksi pada Pasien Dalam
Pengawasan (PDP).
e. Untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi, harus disiapkan fasilitas
untuk perawatan terpisah pada ibu yang telah terkonfirmasi COVID-19 atau
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari bayinya sampai batas risiko
transmisi sudah dilewati.
f. Pemulangan pasien postpartum harus sesuai dengan rekomendasi.

2.4.2 Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan saat antenatal care:


a. Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19
harus segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID-19). Pasien dengan COVID-19 yang
diketahui atau diduga harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit.
Apabila rumah sakit tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi
syarat Airborne Infection Isolation Room (AIIR), pasien harus ditransfer
secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia.
b. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan
c. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan
infeksi terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode
isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko
tinggi.
d. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan
analisis risk benefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan
keamanan bagi janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh
FDA untuk pengobatan COVID-19, walaupun antivirus spektrum luas
digunakan pada hewan model MERS sedang dievaluasi untuk aktivitas
terhadap SARS-CoV-2
e. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila
pasien dinyatakan sembuh.

f. Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan


pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak
ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin (IUGR) akibat COVID-19,
didapatkan bahwa dua pertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR
dan solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut
ultrasonografi diperlukan.
g. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter
spesialis penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang
bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan
pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus
didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut.
h. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel
advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran
luas SARS-CoV-2.
i. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19.

2.4.3 Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pertolongan


Persalinan:
a. Jika seorang wanita dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi di ruang
bersalin, dilakukan penanganan tim multi-disiplin yang terkait yang meliputi
dokter paru / penyakit dalam, dokter kandungan, anestesi, bidan, dokter
neonatologis dan perawat neonatal.
b. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota staf yang
memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan lokal yang menetapkan
personil yang ikut dalam perawatan. Hanya satu orang (pasangan/anggota
keluarga) yang dapat menemani pasien. Orang yang menemani harus
diinformasikan mengenai risiko penularan dan mereka harus memakai APD
yang sesuai saat menemani pasien.
c. Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar,
dengan penambahan saturasi oksigen yang bertujuan untuk menjaga
saturasi oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi.
d. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan kasus
di Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan pemantauan janin secara
kontinyu selama persalinan.
e. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah satu
cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan masalah
gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa SC maupun
tindakan operatif pervaginam.
f. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau keadaan
akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman, induksi persalinan
dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan pasca persalinannya.
g. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan sampai
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak
dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan
infeksi sesuai standar APD lengkap.
h. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar.
i. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala, dipertimbangkan
keadaan secara individual untuk melanjutkan observasi persalinan atau
dilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini akan memperbaiki usaha
resusitasi ibu.

j. Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif


pervaginam untuk mempercepat kala II pada ibu dengan gejala kelelahan
ibu atau ada tanda hipoksia.
k. Perimortem cesarian section dilakukan sesuai standar apabila ibu dengan
kegagalan resusitasi tetapi janin masih viable.
l. Ruang operasi kebidanan :
 Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus dijadwalkan terakhir.
 Pasca operasi ruang operasi harus dilakukan pembersihan penuh ruang
operasi sesuai standar.
 Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan menggunakan
alat perlindungan diri sesuai standar.
m. Penjepitan tali pusat ditunda beberapa saat setelah persalinan masih bisa
dilakukan, asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan
dan dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih belum dipotong.
n. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar
Contact dan Droplet Precautions termasuk menggunakan APD yang sesuai
dengan panduan PPI.
o. Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.
p. Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Jika
diperlukan histologi, jaringan harus diserahkan ke laboratorium, dan
laboratorium harus diberitahu bahwa sampel berasal dari pasien suspek
atau terkonfirmasi COVID-19.
q. Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan menghindari
anestesi umum kecuali benar-benar diperlukan.
r. Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi dari
ibu yang terkena COVID-19 jauh sebelumnya.
2.4.4 Rekomendasi bagi Tenaga Kesehatan terkait Pelayanan Pasca
Persalinan untuk Ibu dan Bayi Baru Lahir :
a. Semua bayi baru lahir dilayani sesuai dengan protokol perawatan bayi baru
lahir. Alat perlindungan diri diterapkan sesuai protokol. Kunjungan neonatal
dapat dilakukan melalui kunjungan rumah sesuai prosedur. Perawatan bayi
baru lahir termasuk Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) dan imunisasi
tetap dilakukan. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai
perawatan bayi baru lahir dan tanda bahaya. Lakukan komunikasi dan
pemantauan kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara online/digital.

b. Untuk pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital, pengambilan spesimen


tetap dilakukan sesuai prosedur. Tata cara penyimpanan dan pengiriman
spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila
terkendala dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi pandemik
COVID-19, spesimen dapat disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu
kamar.
c. Untuk bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 atau masuk dalam
kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dikarenakan informasi mengenai
virus baru ini terbatas dan tidak ada profilaksis atau pengobatan yang
tersedia, pilihan untuk perawatan bayi harus didiskusikan dengan keluarga
pasien dan tim kesehatan yang terkait.
d. Ibu diberikan konseling tentang adanya referensi dari Cina yang
menyarankan isolasi terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya selama
14 hari. Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi kontak antara
ibu dan bayi.
e. Bila seorang ibu menunjukkan bahwa ia ingin merawat bayi sendiri, maka
segala upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa ia telah menerima
informasi lengkap dan memahami potensi risiko terhadap bayi.

f. Sampai saat ini data terbatas untuk memandu manajemen postnatal bayi
dari ibu yang dites positif COVID-19 pada trimester ke tiga kehamilan.
Sampai saat ini tidak ada bukti transmisi vertikal (antenatal).
g. Semua bayi yang lahir dari ibu dengan PDP atau dikonfirmasi COVID-19
juga perlu diperiksa untuk COVID-19.
h. Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu dan bayi harus
diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite selama dirawat di
rumah sakit. Tindakan pencegahan tambahan yang disarankan adalah
sebagai berikut:
i. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam ruangan.
 Ketika bayi berada di luar inkubator dan ibu menyusui, mandi, merawat,
memeluk atau berada dalam jarak 1 meter dari bayi, ibu disarankan untuk
mengenakan APD yang sesuai dengan pedoman PPI dan diajarkan
mengenai etiket batuk.
 Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada prosedur yang
menghasilkan aerosol yang harus dilakukan di dalam ruangan.
 Pemulangan untuk ibu postpartum harus mengikuti rekomendasi
pemulangan pasien COVID-19.

2.4.5 Rekomendasi terkait Menyusui bagi Tenaga Kesehatan dan Ibu


Menyusui
a. Ibu sebaiknya diberikan konseling tentang pemberian ASI. Sebuah
penelitian terbatas pada dalam enam kasus persalinan di Cina yang
dilakukan pemeriksaan ASI didapatkan negatif untuk COVID-19. Namun
mengingat jumlah kasus yang sedikit, bukti ini harus ditafsirkan dengan hati-
hati.
b. Risiko utama untuk bayi menyusu adalah kontak dekat dengan ibu, yang
cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara.
c. Petugas kesehatan sebaiknya menyarankan bahwa manfaat menyusui
melebihi potensi risiko penularan virus melalui ASI. Risiko dan manfaat
menyusui, termasuk risiko menggendong bayi dalam jarak dekat dengan
ibu, harus didiskusikan. Ibu sebaiknya juga diberikan konseling bahwa
panduan ini dapat berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Keputusan untuk menyusui atau kapan akan menyusui kembali (bagi yang
tidak menyusui) sebaiknya dilakukan komunikasi tentang risiko kontak dan
manfaat menyusui oleh dokter yang merawatnya.
e. Untuk wanita yang ingin menyusui, tindakan pencegahan harus diambil
untuk membatasi penyebaran virus ke bayi:
 Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, pompa payudara atau botol.
 Mengenakan masker untuk menyusui.
 Lakukan pembersihan pompa ASI segera setelah penggunaan.
 Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang
sehat untuk memberi ASI.
 Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik), sehingga
bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga persediaan ASI
agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan
kembali. Jika memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus
dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.
 Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi penyimpanan
harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi penyimpanan
harus sesuai dengan kebijakan dan kantong ASI harus ditandai dengan
jelas dan disimpan dalam kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong
ASI dari pasien lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kebidanan terdapat materi manajemen kebidanan dan kepemimpinan
dalam kebidanan. Pengertian manajemen sendiri yaitu Proses penyelesaian atas
sesuatu memerlukan tahapan- tahapan.  Bagi sebuiah organisasi bisnis,
tahapan-tahapan tersebut bisa berupa perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian. Dan pengertian
kepemimpinan yaitu kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dalam mengatasi pandemi virus covid-19 para tenaga kesehatan khususnya
dalam kebidanan sendiri mempunyai pemimpin yang akan melakukan tahapan
tahapan seperti yang ada pada dari pengertian manajemen. Dalam hal ini para
tenaga kesehatan khususnya di bidang kebidanan mempunyai cara pencegahan
umum Covid-19 mulai dari bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi
baru lahir.
Selain itu, dalam bidang kebidanan mempunyai rekomendasi penanganan
utama Covid-19 yang ditujukan untuk tenaga kesehatan dan juga pasien,
rekomendasi tersebut dimulai dari penanganan utama Covid-19 bagi ibu hamil,
ibu bersalin, ibu menyusui dan juga bayi baru lahir.

3.2 Saran
Setelah merebaknya pandemi virus Covid-19 diharapkan pada seluruh warga
indonesia, bukan hanya untuk ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui
dan juga bayi baru lahir. Melainkan untuk seluruh warga indonesia agar tetap
menjaga kesehatannya, mendukung program pemerintah dalam mencegah
merebaknya virus covid-19. Sebisa mungkin untuk melakukan pencegahan
pencegahan agar terhindar dan terpapar dari virus Covid-19. Bagi warga yang
merasa pernah terpapar dengan orang yang menderita virus covid-19 diharapkan
segera emeriksakan dirinya ke petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai