PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ikakom 1
pada Kepaniteraan Klinik Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disusun Oleh:
Andi M. Usman Assyakir 2010730011
Andikha Budi Hertanto 2013730006
Aghnia Putri M 2013730002
Cinthia Yuniar Laksana Putri 2013730023
Mochamad Badar Wiguna 2013730061
Pasca Rindi Nurdiyanti Putri 2013730083
Shella Arditha 2013730178
Sonia Irene Elsyah 2013730180
KEPANITERAAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERPONG 1
TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI MARET 2017
PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ikakom 1
pada Kepaniteraan Klinik Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disusun Oleh:
Andi M. Usman Assyakir 2010730011
Andikha Budi Hertanto 2013730006
Aghnia Putri M 2013730002
Cinthia Yuniar Laksana Putri 2013730023
Mochamad Badar Wiguna 2013730061
Pasca Rindi Nurdiyanti Putri 2013730083
Shella Arditha 2013730178
Sonia Irene Elsyah 2013730180
KEPANITERAAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi ini bukan karya yang pernah
sepanjang pengetahuan kami juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
Tim Peneliti
i
Universitas Muhammadiyah Jakarta
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SERPONG 1 TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI
MARET 2017
Yuniar C, et.al, Mohammad Labib, Yosa Rini.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Tuberkulosis atau yang sering disebut TB paru adalah
infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis terapinya.
Puskesmas Kecamatan Serpong 1 telah memiliki program pencegahan dan
pengobatan TB yang cukup baik, tetapi jumlah pasien TB setiap tahunnya selalu
meningkat, hal ini menunjukan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya kejadian penyakit tuberkulosis paru selain faktor lingkungan, yaitu
faktor dari karakteristik individu, yang terdiri dari usia, pekerjaan, tempat tinggal,
status gizi dan tingkat pengetahuan.
Tujuan: Mengetahui gambaran karakteristik pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017.
Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan memberikan informasi
akan suatu kejadian melalui gambaran secara sistematik, faktual, dan akurat
mengenai karakteristik pasien tuberkulosis dewasa yang merupakan faktor risiko
dari terjadinya penyakit tuberkulosis.
Hasil & Kesimpulan: dari hasil analisis variable yang paling perpengaruh
dengan kejadian TB paru adalah Usia dewasa, jenis kelamin laki-laki, tinggal di
daerah Serpong, pendidikan menengah, dan pengetahuan yang cukup.
Kata Kunci: Pasien TB Paru, faktor risiko TB Paru.
ii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
THE CHARACTERISTICS OF ADULT TUBERCULOSIS PATIENTS AT
PUSKESMAS SERPONG 1 SOUTH TANGERANG PERIOD JANUARI -
MARCH 2017
ABSTRACT
iii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LEMBAR PERSEMBAHAN
We are dedicating our final work for those who we will always love and have
supported us :
1. To The Greatest One and Only. My Lord, ALLAH SWT for blessing and
loving us endlessly. Thank you for the best power and experiences that made
us stronger, so all our work is done in a great way at the right time and we will
never feel tired to be grateful and thankful for everything that we have gained
in our whole life. our endless love is always for you.
2. To our Prophet, Nabi Muhammad SAW. We are so grateful to know you, to
admire you and to be inspired by you in our life. Thank you for always
inspiring me. My endless love is always for you.
3. To INDONESIA. My Beloved Country.
v
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukut kehadirat ALLAH SWT atas karunia, rahmat, izin, dan keridhoanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul Gambaran
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas
Serpong 1 Tangerang Selatan Periode Januari Maret 2017. Penelitian ini
penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan
klinik stase IKAKOM 1.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, penulis menyadari
bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu diharapkan
adanya saran dan kritik guna perbaikan serta perkembangan lebih lanjut tentang
penilitian ini kedepannya. Proses pembuatan penelitian ini bukanlah sepenuhnya
hasil kerja seorang diri, tetapi merupakan hasil kerja peneliti dengan tim dan
dukungan dari orang orang hebat yang tiada hentinya kami terima. Dengan
selesainya penelitian ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Kepada Allah SWT atas semua keridhoanNya, rahmat serta izinNya yang
tiada hentinya selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
melalui semua fase dalam meraih cita cita dengan baik, termasuk fase
perjalanan penelitian hingga pembuatan skripsi selesai. Terima kasih atas
segala kasih sayang yang selalu diberikan tanpa henti kepada kami, para
hambaMu .
2. Kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atas semua jasa beliau
dalam menuntun kami untuk keluar dari zaman kegelapan kedalam zaman
yang terang benderang. Penulis sangat bersyukur dapat selalu terinspirasi
akan semua suri tauladan yang beliau selalu berikan kepada kami para
umatnya, sehingga kami bisa menjadi umat muslim yang lebih kuat dan
menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik.
4. Dr. dr. Slamet Sudi Santoso, M.Pd.Ked, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
vi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
5. Dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD. M.Kes selaku ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
6. Dr. Rizky Akaputra, Sp.P selaku ketua kepanitraan klinik Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
11. Dan seluruh pegawai Puskesmas Serpong 1 yang selalu mendukung kami
selama kami belajar yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.
vii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR ISI
viii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2.1.7. Pemeriksaan Tuberkulosis .............................................................. 14
2.1.8. Penatalaksanaan Tuberkulosis ........................................................ 15
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 16
2.3 Kerangka Konsep ................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 18
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................. 18
3.3 Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 18
3.4 Populasi dan Sampel. ............................................................................. 20
3.5 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian .................................. 21
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 22
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 22
BAB IV ................................................................................................................. 23
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 23
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 23
4.2.1 Analisis Deskriftif ........................................................................... 23
4.3.1 Hasil Tabulasi Silang Tanpa Korelasi ............................................. 25
BAB V................................................................................................................... 33
5.1 Simpulan ................................................................................................. 33
5.2 Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
ix
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.19
x
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
xi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran......16
xii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LAMPIRAN
xiii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menurut sistem kesehatan nasional
adalah tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk yang ditandai dengan bertempat tinggal di lingkungan
bersih dan berprilaku sehat. 1
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak
176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA positif yang
ditemukan pada tahun 2013 dengan 196.310 kasus. Estimasi prevalensi TB
semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan estimasi insidensi
2
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Target penemuan pasien TB baru yakni sebanyak 28 atau 29 orang,
namun di tahun 2016, pasien TB baru yang ditemukan sebanyak 21 orang,
sehingga tidak memenuhi target. Dari gambar 1.1 terlihat bahwa 21 orang
(11%) dari suspek TB menunjukkan hasil positif menderita TB di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
3
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Didapatkannya karakteristik pasien TB dewasa di Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017.
2. Diketahuinya prevalensi usia pasien TB paru di Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017
3. Diketahuinya prevalensi jenis kelamin pasien TB paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode
Januari Maret 2017.
4. Diketahuinya prevalensi lokasi tempat tinggal pasien TB paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode
Januari Maret 2017.
4
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1.5.2. Manfaat Bagi Institusi
1. Hasil dari penelitian ini dapat di publikasikan dan menjadi bukti
bahwa faktor risiko dari individu seperti karakteristik pasien,
dapat memberikan pengaruh besar dalam timbulnya kejadian
penularan penyakit tuberkulosis dan kesembuhannya.
5
Universitas Muhammadiyah Jakarta
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
7
Universitas Muhammadiyah Jakarta
berusia 20 sampai 29 tahun.14 Penelitian Wildan di Puskesmas Sedati
tahun 2007 menunjukkan sebanyak 81,4% dari 43 responden berusia 20
sampai 54 tahun.15
2. Kepadatan Hunian Kamar Tidur
Luas lantai bangunan berdasarkan standar rumah sehat harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Luas yang tidak sesuai menyebabkan anggota keluarga yang
terinfeksi kuman tuberkulosis mudah menularkan kepada anggota
keluarga yang lain karena satu orang penderita TB Paru dapat
menularkan rata-rata kepada dua sampai tiga orang yang tinggal
serumah.13 Penelitian yang mendukung adalah penelitian Bambang dkk
di Kabupaten Karo tahun 2006 menunjukkan sebanyak 52,7% dari 91
responden memiliki rumah yang padat penghuni.11 Penelitian Hill dkk di
Gambia tahun 2006 menunjukan sebanyak 60,3% dari 300 responden
memiliki penghuni rumah kurang dari empat orang dan kamar tidur
13
digunakan oleh sedikitnya empat orang. Penelitian Sudarso di
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 menunjukkan
hasil perhitungan odd rasio untuk kepadatan hunian adalah 5,07 atau
kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko
TB Paru.16 Penelitian Coker dkk di Rusia tahun 2006 menunjukkan
responden yang memiliki kondisi rumah yang padat akan meningkatkan
risiko terkena tuberkulosis sebesar tiga kali lipat.17
3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Status Gizi
Tingkat sosial ekonomi terutama penghasilan sangat berpengaruh
kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari seseorang dan keluarga.
Penghasilan yang rendah akan membuat kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi terbatas terutama pemenuhan
kebutuhan gizi, lingkungan rumah yang sehat, dan kebutuhan akan
kesehatan. Apabila pemenuhan gizi kurang, maka status gizi buruk akan
menyebabkan kekebalan tubuh menurun sehingga memudahkan
seseorang terkena infeksi TB Paru. Penelitian yang memperkuat adalah
penelitian Wildan di Puskesmas Sedati tahun 2008 yang menunjukkan
8
Universitas Muhammadiyah Jakarta
bahwa sebanyak 58,1% dari 40 responden memiliki status ekonomi
rendah.15 Penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun 2006
menunjukkan sebanyak 71,4% dari 91 responden memiliki status
ekonomi yang rendah.11 Penelitian Ajis di Kabupaten Kuantan Singingi
tahun 2009 menunjukkan status ekonomi yang rendah meningkatkan
risiko terkena TB Paru 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan status
ekonomi tinggi.18
4. Sistem Imun Tubuh
Orang dengan kemampuan imun tubuh yang rendah seperti orang
dengan penyakit HIV/AIDS, memiliki sistem kekebalan tubuh yang
lemah, sehingga meningkatkan risiko terinfeksi oleh M. tuberculosis. 19
5. Frekuensi Kontak Dengan Penderita TB
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Pasien TB Paru dengan dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dibandingkan pasien TB Paru
dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. Annual Risk of
Tuberculosis Infection sebesar 10% berarti 10 orang terinfeksi diantara
1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10% dari yang
terinfeksi yang akan menderita penyakit TB. Annual Risk of
Tuberculosis Infection di Indonesia bervariasi antara satu sampai tiga
persen. 10
6. Jenis kelamin
Tuberkulosis paru tidak menyerang manusia dengan jenis kelamin
tertentu, tetapi pada beberapa penelitian menyatakan bahwa TB Paru
lebih banyak diderita laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
disebabkan lakilaki dituntut untuk bekerja lebih keras untuk mencari
nafkah dan akan berinteraksi dengan banyak orang, sehingga peluangnya
lebih besar untuk tertular kuman TB. Penelitian yang mendukung adalah
penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun 2006 yang
9
Universitas Muhammadiyah Jakarta
menunjukkan sebanyak 60,4% dari 91 responden adalah laki-laki.11
Penelitian Wildan di Puskesmas Sedati menegaskan sebanyak 58,1% dari
43 responden merupakan laki-laki.15 Penelitian Ajis dkk di Kabupaten
Kuantan Singingi tahun 2007 menunjukkan sebanyak 116 dari 218
responden adalah laki-laki.16 Penelitian Ogboi S.J. dkk di Nigeria
menunjukkan sebanyak 58,4% dari 694 responden adalah laki-laki, tetapi
penelitian Suswati di Kabupaten Jember Tahun 2007 menunjukkan
bahwa sebanyak 55% dari 200 responden merupakan wanita.12,14
7. Pendidikan
WHO menyatakan bahwa tuberkulosis paru tidak hanya
menyerang masyarakat pada usia produktif, tetapi juga menyerang
masyarakat dengan pendidikan yang rendah. Hal ini karena tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap informasi mengenai pemenuhan gizi seimbang dan pencegahan
serta pengobatan TB Paru. Tetapi penelitian yang ada berbeda dengan
pernyataan WHO, penelitian ini adalah penelitian Bambang dkk di
Kabupaten Karo tahun 2006 yang menunjukkan sebanyak 51,6% dari 91
responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).16 Penelitian
Wildan di Puskesmas Sedati menegaskan sebanyak 58,1% dari 43
responden, memiliki pendidikan SMA.18 Penelitian Ajis dkk di
Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2007 menunjukkan sebanyak 42
orang (38,53%) dari 109 responden adalah berpendidikan SMA.18
8. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang mempengaruhi terhadap pendapatan
keluarga. Karena pendapatan keluarga akan berdampak terhadap pola
hidup sehari-hari diantaranya konsumsi makanan dan pemeliharaan
kesehatan. Penelitian yang mendukung adalah penelitian Bambang dkk di
Kabupaten Karo tahun 2006 yang menyatakan sebanyak 38 orang
(48,1%) penderita TB Paru memiliki pekerjaan sebagai buruh.11,12
9. Pencahayaan
Cahaya alami atau cahaya matahari dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah, salah satunya adalah bakteri
10
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tuberkulosis. Karena itu rumah harus memiliki minimal 20% luas jendela
dari seluruh luas rumah, supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam
rumah dan membunuh bakteri TB.16 Penelitian yang mendukung peran
cahaya tersebut adalah penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun
2006 menunjukkan bahwa 49,5% dari 91 rumah responden tidak ada
sinar matahari yang masuk ke rumah.11 Selain itu penelitian Sudarso di
Kecamatan Tanggulangi, Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 menyatakan
odd rasio untuk pencahayaan ruangan sebesar 5,06 atau merupakan
faktor risiko terjadinya TB Paru.16
10. Kelembaban Udara
Kelembaban udara dalam ruangan berperan dalam kenyamanan
penghuni, dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan
temperatur kamar 22 sampai 30C. Kelembaban di atas 60% dapat
membuat bakteri tuberkulosis bertahan hidup selama beberapa jam dan
dapat menginfeksi penghuni rumah.16
11. Perilaku
Perilaku seseorang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang mengenai cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan TB Paru akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku seseorang. Karena ketidaktahuan mengenai cara penularan
dan perilaku yang menjadi faktor risiko TB Paru, maka tidak ada
perubahan perilaku untuk mencegah TB Paru. Contoh perilaku yang
menjadi faktor risiko adalah merokok.20
11
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dengan paparan dahak yang
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi tingkat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan ke udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.10
12
Universitas Muhammadiyah Jakarta
respon imun. Lokasi pertama koloni kuman tuberkulosis di jaringan
paru disebut Fokus Primer GOHN.20
Dari fokus primer, kuman menyebar melalui saluran limfe
menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman tuberkulosis hingga terbentuk
kompleks primer disebut sebagai masa inkubasi tuberkulosis.20
13
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Berat badan turun, biasanya pasien tidak merasakan berat badannya
turun. Sebaiknya kita tanyakan berat badan sekarang dan beberapa
waktu sebelum pasien sakit.
4. Batuk/batuk darah, yang disebabkan oleh iritasi bronkus. Gejala ini
sering ditemukan. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar dari saluran napas bawah. Awalnya penderita
akan mengalami batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan
menjadi batuk produktif atau berdahak dan keadaan lebih lanjut
dapat menjadi batuk darah karna ada pembuluh darah kecil yang
pecah.
5. Sesak nafas, ditemukan pada penyakit tuberkulosis paru yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-
paru.7
2.1.7. Pemeriksaan Tuberkulosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik awal ialah melihat keadaan umum pasien.
Dari bentuk tubuhnya apakah kurus dan berat badannya menurun,
dicek suhu badannya, dilihat konjungtiva matanya atau kulitnya yang
pucat oleh sebab anemia.7
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Pada umumnya lesi berada didaerah apeks paru, tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah bagian inferior atau daerah hilus
menyerupai tumor paru. Pada awal penyakit lesi masih merupakan
sarang-sarang pneumonia dengan gambaran radiologik berupa
bercak berupa awan dan batas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka bayangan akan terlihat berupa bulatan dengan
batas yang tegas. Lesi ini disebut sebagai tuberkuloma.7
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Di awal infeksi, jumlah leukosit di darah tepi akan
sedikit meninggi dan saat dilakukan hitung jenis hasilnya
14
Universitas Muhammadiyah Jakarta
ialah terdapat pergeseran kekiri. Apabila penyakitnya sudah
mulai sembuh maka jumlah leukosit akan kembali norma dan
jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah juga akan
kembali ke arah normal lagi.
Sputum
Sputum adalah pemeriksaan yang penting dilakukan
pada pasien Tuberkulosis untuk menemukan kuman BTA,
jika kuman sudah ditemukan dalam sputum maka diagnosis
tuberkulosis sudah dapat ditegakkan.7
4. Uji Tuberkulin
Biasanya digunakan Tes Mantoux yaitu dengan
menyuntikkan 2 Tuberculin Unit (TU) dalam 0,1 mL PPD-RT23
(Rekomendasi World Health Organization dan International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease secara intrakutan.7
15
Universitas Muhammadiyah Jakarta
HRZE di fase awal dan 4 HR atau 4 H3 R3 di fase lanjut. Untuk
tuberkulosis kambuh 2 HRZES/ 1 HRZE/5 HRE.7
2.2 Kerangka Pemikiran
Faktor Risiko TB
paru
Individu Lingkungan
Pendidikan
Terakhir Riwayat Kontak
dengan Penderita
Sosio- TB
Pekerjaan
ekonomi
Tingkat
Pengetahuan
TB
Kejadian TB
16
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2.3 Kerangka Konsep
Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian
dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya,
atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin
diteliti23.
Karakteristik Pasien :
Usia.
Jenis Kelamin. - Jumlah Pasien Tuberkulosis
Pekerjaan. Paru:
Pendidikan Terakhir. 1. Klasifikasi Pasien TB
paru.
2. Klasifikasi Diagnosa TB
paru.
17
Universitas Muhammadiyah Jakarta
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
Universitas Muhammadiyah Jakarta
penyakit
tuberculosis.s
6. Pekerjaan Kegiatan rutin Kuesioner 1. Tidak bekerja Nominal
yang dilakukan 2. Bekerja
orang tua untuk
menambah
penghasilan
keluarga..
7. Tingkat Jenjang Kuesioner 1. Rendah Ordinal
pendidikan pendidikan formal (tidak sekolah
terakhir yang dan SD)
pernah ditempuh. 2. Menengah
(SMP dan
SMA)
3, Tinggi
(diatas SMA)
8. Klasifikasi Jenis pasien Rekam 1. BTA positif. Nominal
diagnosa tuberkulosis paru medik 2. Rontgen
pasien berdasarkan positif.
tuberkulosis diagnosa positif.
paru.
20
Universitas Muhammadiyah Jakarta
100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya
(Sugiono, 2007).
Kriteria inklusi :
Penderita tuberkulosis paru dewasa di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang melakukan pengobatan di
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang rutin datang berobat ke
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan setiap bulan.
Kriteria Eklusi :
Penderita tuberkulosis paru anak.
Penderita tuberkulosis paru yang tinggal di luar wilayah kerja
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang tidak rutin berobat ke
Puskesmas Serpong 1, Tangerang Selatan setiap bulan.
21
Universitas Muhammadiyah Jakarta
< 56% (jika menjawab soal 12 yang benar), cukup jika jumlah skor 56%-
75% (jika menjawab soal dibawah 15 yang benar), dan baik jika jumlah skor
> 76% (jika menjawab soal > 16 yang benar).
22
Universitas Muhammadiyah Jakarta
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Baik
7. Klasifikasi pasien tuberkulosis
1. Pasien Baru 39 95,1
2. Pasien lama 2 4,9
1. Jenis Kelamin
2. Usia
Pada tabel 4.1 menunjukan distribusi usia pasien tuberkulosis dewasa
paling banyak adalah kategori dewasa (26 54 tahun) sebesar 75,6%, dan
kategori usia paling sedikit adalah usia kategori lansia (55) sebesar
17,1%.
3. Pekerjaan
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis dewasa
tidak bekerja dengan persentase 58,5% , sedangkan pasien yang bekerja
sebesar 41,5%.
4. Tingkat Pendidikan
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis dewasa
memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu tamat pendidikan terakhir
SMP dan SMA sebesar 73,6%, dan paling sedikit tingkat pendidikan
kategori rendah ( tidak sekolah dan tamat SD) sebesar 12,2%.
5. Alamat
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis paru
dewasa bertempat tinggal di daerah wilayah Serpong dengan persentase
65,9%, sedangkan untuk pasien yang bertempat tinggal di daerah
Cilenggang memiliki persentase lebih sedikit yaitu sebesar 34,1%.
6. Tingkat Pengetahuan pasien tuberkulosis.
24
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pada tabel 4.1 menunjukan tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis paru
dewasa dengan persentase terbesar adalah pada kategori cukup dengan
46,3%, kategori kurang 39% dan kategori baik sebesar 14,6%.
7. Tipe pasien tuberkulosis.
Pada table 4.1 menunjukan persentase terbenyak untuk tipe pasien
tuberkulosis paru adalah pasien baru 95,1%, sedangkan persentase pasien
lama sebesar 4,9%.
Usia
Klasifikasi pasien Remaja Dewasa Lansia Total
Pasien baru 3 30 6 39
Total 3 31 23 41
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tipe pasien baru dengan usia
remaja didapatkan 3 orang (7,7%), usia dewasa didapatkan 30 orang (76,9%) dan
dengan usia lansia didapatkan 6 orang (15,4%), tetapi pasien lama dengan usia
remaja tidak ditemukan (0%), dan pada usia dewasa didapatkan 1 orang (50%),
serta usia lansia ditemukan 1 orang (50%).
25
Universitas Muhammadiyah Jakarta
pasien tuberkulosis usia dewasa sebesar 67%.22 Serta Dian wahyu (2015) sebesar
39%. 23 hal ini dikarenakan usia dewasa merupakan usia produktif kerja sehingga
risiko terpaparnya berbagai macam bakteri semakin besar, baik dari lingkungan
kerja maupun dari rekan kerja, serta pada usia ini mayoritas orang banyak
menghabiskan waktu dan tenaganya untuk bekerja, dimana tenaga banyak
terkuras, waktu istirahatnya kurang sehingga daya tahan tubuh menurun, kondisi kerja
yang demikian ini memudahkan seseorang yang berusia produktif lebih mudah
dan lebih banyak menderita tuberkulosis paru21.Tetapi tidak selalu pasien
tuberkulosis berusia dewasa, melihat banyak faktor risiko lain yang juga memiliki
peran dalam terjadinya penularan penyakit tuberkulosis.
100% 0% 100.0%
Total 28 13 41
Pada tabel diatas menunjukan pasien tuberkulosis baru dengan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 26 orang ( 66.7%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien
tuberkulosis baru dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 13 orang (33.3%).
Sedangkan pada kasus pasien tuberkulosis lama dengan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 2 orang (100%) dan tidak ditemukan pasien tuberkulosis lama dengan
jenis kelamin perempuan.
26
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Hal ini sesuai dengan penelitian lain dimana hasil menunjukan laki-laki
memiliki persentase lebih tinggi dalam kejadian penyakit tuberkulosis
dibandingkan dengan wanita.21,22,23,24, karena laki-laki memang lebih rentan
terkena infeksi M. tuberculosis.Hal ini dapat berkaitan dengan kebiasaan merokok
yang lebih besar pada laki-laki, yang menyebabkan gangguan pada sistem
imunitas saluran pernafasan sehingga menjadi lebih rentan untuk
terinfeksi.Gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan tersebut dapat
berupa kerusakan mukosiliar akibat racun asap rokok serta menurunkan respon
terhadap antigen, sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya tuberkulosis
paru.Selain itu biasanya laki-laki kurang memperhatikan kesehatannya dan
kebiasaan hidupnya sehari-hari yang lebih banyak berada diluar rumah karena
bekerja menimbulkan faktor pemicu terjadinya penyakit tuberkolosis paru. Hal ini
akan berdampak pada rendahnya sistem imunitas dan faktor terpajan yang lebih
besar.25
3. Tabulasi silang antara tipe pasien dengan alamat
Alamat Total
Klasifikasi pasien Serpong Cilenggang
Pasien baru 25 14 39
100% 0% 100.0%
Total 27 14 41
Pada tabel diatas menunjukkan pasien tuberkulosis baru yang bertempat tinggal di
daerah Serpong berjumlah 25 orang (64.1%), lebih banyak dibandingkan pasien
tuberkulosis baru yang bertinggal di daerah Cilenggang, Sedangkan pada pasien
27
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tuberkulosis lama yang tempat tinggal di daerah Serpong berjumlah 2 orang
(100%) dan pasien tuberkulosis lama yang tinggal di daerah Cilenggang tidak ada.
Tingkat pendidikan
Klasifikasi pasien Rendah Menengah Tinggi Total
Pasien baru 5 28 6 39
0% 100% 0% 100.0%
Total 5 30 6 41
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tipe pasien baru dengan tingkat
pendidikan rendah didapatkan 5 orang (12,8%), kemudian dengan tingkat
pendidikan menengah didapatkan 28 orang (71,8%) dan tingkat pendidikan
tinggi didapatkan 6 orang (15,4%). Pasien lama dengan tingkat pendidikan
rendah tidak ditemukan (0%), tingkat pendidikan tinggi ditemukan 2 orang
(100%) dan dengan pendidikan tinggi tidak ditemukan.
28
Universitas Muhammadiyah Jakarta
berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, sehingga pasien dengan tingkat
pendidikan tinggi dianggap memiliki tingkat pengetahuan yang baik, terutama
pada pasien tuberkulosis. Tetapi tidak semua pasien dengan tingkat pendidikan
tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang baik jika individu tersebut tidak
menerapkan ilmu yang dimiliki.
Tingkat pengetahuan
Klasifikasi
pasien Kurang Cukup Baik Total
Pasien baru 16 18 5 39
Total 16 19 6 41
Tabel diatas menunjukan pasien tuberkulosis paru tipe baru dengan tingkat
pengetahuan yang kurang berjumlah 16 orang (41%), tingkat pengetahuan cukup
berjumlah 18 orang (46.2%) serta dengan tingkat pengetahuan yang baik
berjumlah 5 orang (12.8%). Sedangkan, pasien tuberkulosis lama dengan tingkat
pengetahuan kurang tidak ada, tingkat pengetahuan yang cukup berjumlah 1 orang
(50%) dan pasien tuberkulosis lama dengan tingkat pengetahuan yang baik
berjumlah 1 orang (50%).
29
Universitas Muhammadiyah Jakarta
yang baik pada tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis paru di Puskesmas
Jakarta Timur dan Yogyakarta.26,27
Dalam hal ini peran tingkat pengetahuan memiliki peran penting baik pada
penderita tuberkulosis maupun pasien non-tuberkulosis, karena pengetahuan yang
baik akan memunculkan sikap untuk bereaksi terhadap objek dengan menerima,
memberikan respon, menghargai dan membahasnya dengan orang lain dan
mengajak untuk mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon terhadap
apa yang telah diyakininya28, sehingga pasien tuberkulosis dengan tingkat
pengetahuan yang baik dapat berperan dalam pencegahan dan penanganan
penyebaran kejadian penyakit tuberkulosis. Tim peneliti menganalisa bahwa
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan di Puskesmas
Serpong 1 sudah cukup baik meskipun belum secara maksimal dapat diterapkan
oleh setiap pasien, baik tentang pencegahan maupun penanganan, sehingga tingkat
pengetahuan oleh pasien tuberkulosis dengan kategori cukup sudah menunjukan
suatu hasil yang baik.
Pekerjaan Total
Klasifikasi pasien Tidak Bekerja Bekerja
Pasien baru 23 16 39
Total 24 17 41
30
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pasien baru yang tidak
bekerja didapatkan 23 orang (59,0%), didapatkan 16 orang (41,0%) untuk pasien
yang bekerja. Pada pasien tuberkulosis tipe lama didapatkan yang tidak bekerja 1
orang (50%) dan bekerja didapatkan 1 orang (50%).
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pendidikan Kurang Cukup Baik Total
Rendah 4 1 0 5
Total 16 19 6 41
31
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pada tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan rendah dengan tingkat
pengetahuan yang kurang berjumlah 4 orang (80%), tingkat pendidikan rendah
dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 1 orang ( 20%), tingkat pendidikan
rendah dengan tingkat pengetahuan yang baik tidak ada. Sedangkan, tingkat
pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 10
orang (33.3%), tingkat pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan cukup
berjumlah 15 orang ( 50%), tingkat pendidikan menengah dengan tingkat
pengetahuan yang baik berjumlah 5 orang (16.7%). Dan, tingkat pendidikan tinggi
dengan tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 2 orang (33.3%), tingkat
pendidikan tinggi dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 3 orang ( 50%),
tingkat pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan yang baik berjumlah 1
orang (16.7%).
32
Universitas Muhammadiyah Jakarta
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis dewasa di Puskesmas
Kecamatan Serpong paling banyak adalah laki-laki sebesar 68,3% dan
perempuan sebesar 31,7%.
2. Distribusi usia pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah kategori
dewasa (26 54 tahun) sebesar 75,6%, dan kategori usia paling sedikit
adalah usia kategori lansia (55) sebesar 17,1%.
3. Distribusi pekerjaan pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah
tidak bekerja dengan persentase 58,5% , sedangkan pasien yang bekerja
sebesar 41,5%.
4. Distribusi tingkat pendidikan pasien tuberkulosis dewasa paling banyak
adalah pasien tuberkulosis dewasa dengan tingkat pendidikan kategori
menengah ( tamat SMP atau SMA) sebesar 73,6%, dan paling sedikit
tingkat pendidikan kategori rendah ( tidak sekolah dan tamat SD) sebesar
12,2%.
5. Distribusi tempat tinggal pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah
pasien tuberkulosis paru dewasa yang bertempat tinggal di daerah wilayah
Serpong dengan persentase 65,9%, sedangkan untuk pasien yang
bertempat tinggal di daerah Cilenggang memiliki persentase lebih sedikit
yaitu sebesar 34,1%.
6. Distribusi tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis dewasa tentang
pencegahan dan penanganan penyakit tuberkulosis paling banyak adalah
kategori cukup dengan 46,3%, kategori kurang 39% dan kategori baik
sebesar 14,6%.
7. Distribusi tipe pasien tuberkulosis paru persentase terbanyak adalah pasien
baru 95,1%, sedangkan persentase pasien lama sebesar 4,9%.
8. Pada tabulasi silang didapatkan usia dewasa paling banyak pada tipe
pasien baru dan pasien lama dengan persentase.
9. Pada tabulasi silang didapatkan jenis kelamin laki-laki paling banyak, baik
pada tipe pasien baru maupun pasien lama.
5.2 Saran
1. Tim peneliti mengharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat
memberikan inovasi dalam program penanggulangan dan pencegahan
penyakit tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Serpong 1 Tangerang
Selatan.
2. Tim peneliti menyarankan adanya penelitian-penelitian lain yang dapat
digunakan untuk pengembangan tiap program di puskesmas.
34
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
13. Hill, P.C., Jackson-Sillah, D., Donkor, S.A., Otu, J., Adegbola, R.A.,
Lienhardt, C. Risk Factors For Pulmonary Tuberculosis: A Clinic-Based Case
Control Study in The Gambia. BMC Public Health. 2006, 6:156.
35
Universitas Muhammadiyah Jakarta
15. Wildan, Y., Fatimah, S., Kuspiatiningsih, T., Sumardi. Hubungan Sosial
Ekonomi Dengan Angka Kejadian TB Paru BTA Positif Di Puskesmas Sedati.
Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo; Vol 10, No 2, Juni 2008.
17. Coker, R., McKee, M., Atun, R., Dimitrova, B., Dodonova, E., Kuznetsov, S.,
Drobniewski, F. Risk Factors For Pulmonary Tuberculosis in Russia: Case
Control Study. BMJ. 2006, Vol. 332.
21. Mahfuznah I, Gambaran faktor risiko penderita TB paru berdasarkan status gizi dan
pendidikan di RSUD dokter Soedarso. Universitas Tanjungpura Pontianak,
2014
22. Jendra F.J Dotulong, Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa Wori
Kecamatan Wori, Universitas Sam Ratulangi Manado.
24. Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif yang Ditemukan di
BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 Desember 2012 Eni Yulvia
Susilayanti1, Irvan Medison2, Erkadius3, http://jurnal.fk.unand.ac.id
36
Universitas Muhammadiyah Jakarta
27. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keteraturan Minum Obat pada
Pasien TB Paru DI BP4 Yogyakarta, Naskas Publikasi.
37
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 1
38
Universitas Muhammadiyah Jakarta
39
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Gambaran Karakteristik Pasien Tuberkulosis Dewasa di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1Periode januari Maret
2017
Nama :
Usia : tahun
Alamat :
No.telepon/ HP :
tidak akan memberikan dampak dan risiko apapun pada responden. Saya telah
diberikan penjelasan mengenai hal tersebut diatas dan saya telah diberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan telah
mendapatkan jawaban yang jelas dan benar. Dengan ini saya menyatakan secara
Responden
40
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
2. Jawablah setiap soal dengan memerikan tanda ceklis () pada tempat yang
Pertanyaan :
Laki-laki Perempuan
3. Status Pekerjaan :
41
Universitas Muhammadiyah Jakarta
NO Pertanyaan Benar Salah
1. TBC merupakan penyakit turunan dari orang tua
2. Penyakit TBC disebabkan oleh Bakteri TBC
3. Penyebaran penyakit TBC dapat melaluo
pemakaian sabun yang digunakan bersama-sama
penderita penyakit TBC
4. Batuk, nyeri dada, dan demam merupakan tanda
dan gejala dari penyakit TBC.
5. Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah
dengan penderita TBC memiliki risiko yang besar
terserang atau tertular penyakit TBC
6. Sering begadang dan kurang istirahat merupakan
salah satu faktot penyebab terjangkit TBC
7. Pencegahan penularan TBC dengan menutup mulut
saat bersin dan batuk.
8. TBC bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ
tubuh seperti otak, jantung, ginjal
9. Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat
masuk ke rumah dapat membunuh kuman TBC
10. TBC dapat disebut juga dengan paru-paru basah
11. Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat
kuman TBC yang ada di dalam tubuhnya.
12. Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka
sebaiknya anak balita diberikan imunisasi BCG
13 Membersihkan lingkungan rumah setiap hari
merupakan tindakan efektif dalam pencegahan
TBC
14 Perumahan yang terlalu padat dan kumuh
merupakan kondisi yang tidak dapat menyebabkan
TBC
15 Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang
dapat menyebabkan TBC.
16 Membuka jendela pada siang hari merupakan salah
satu tindakan pencegahan TBC
17 Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan
membuang dahak/ludah disembarang tempat.
18. Meminum obat secara tekun dan teratur bagi
penderita TBC merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah penularan penyakit.
19. Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
tertularnya TBC
20. Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan
menyediakan makanan dengan gizi seimbang
seperti nasi, lauk, sayur dan buah.
42
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 3
Analisis Univariat
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
alamat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
43
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
44
Universitas Muhammadiyah Jakarta
45 1 2.4 2.4 58.5
tingkat_pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
45
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Tabulasi Silang
usia
Total Count 3 31 7 41
46
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tingkat_pendidikan * tingkat_pengetahuan Crosstabulation
tingkat_pengetahuan
% within
25.0% 5.3% .0% 12.2%
tingkat_pengetahuan
menengah Count 10 15 5 30
% within
62.5% 78.9% 83.3% 73.2%
tingkat_pengetahuan
tinggi Count 2 3 1 6
% within
12.5% 15.8% 16.7% 14.6%
tingkat_pengetahuan
Total Count 16 19 6 41
% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
tingkat_pengetahuan
47
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * pekerjaan Crosstabulation
pekerjaan
Total Count 24 17 41
48
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * jenis_kelamin Crosstabulation
jenis_kelamin
Total Count 28 13 41
% of Total 100.0
68.3% 31.7%
%
49
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * tingkat_pengetahuan Crosstabulation
tingkat_pengetahuan
% within
100.0% 94.7% 83.3% 95.1%
tingkat_pengetahuan
% within
.0% 5.3% 16.7% 4.9%
tingkat_pengetahuan
Total Count 16 19 6 41
% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
tingkat_pengetahuan
50
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * tingkat_pendidikan Crosstabulation
tingkat_pendidikan
Total Count 5 30 6 41
alamat
Total Count 27 14 41
51
Universitas Muhammadiyah Jakarta
52
Universitas Muhammadiyah Jakarta