Anda di halaman 1dari 68

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU

DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERPONG 1


TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI MARET 2017

PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ikakom 1
pada Kepaniteraan Klinik Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:
Andi M. Usman Assyakir 2010730011
Andikha Budi Hertanto 2013730006
Aghnia Putri M 2013730002
Cinthia Yuniar Laksana Putri 2013730023
Mochamad Badar Wiguna 2013730061
Pasca Rindi Nurdiyanti Putri 2013730083
Shella Arditha 2013730178
Sonia Irene Elsyah 2013730180

KEPANITERAAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERPONG 1
TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI MARET 2017

PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ikakom 1
pada Kepaniteraan Klinik Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:
Andi M. Usman Assyakir 2010730011
Andikha Budi Hertanto 2013730006
Aghnia Putri M 2013730002
Cinthia Yuniar Laksana Putri 2013730023
Mochamad Badar Wiguna 2013730061
Pasca Rindi Nurdiyanti Putri 2013730083
Shella Arditha 2013730178
Sonia Irene Elsyah 2013730180

KEPANITERAAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi ini bukan karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan kami juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka.

Tangerang Selatan, 19 Mei 2017

Tim Peneliti

i
Universitas Muhammadiyah Jakarta
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SERPONG 1 TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI
MARET 2017
Yuniar C, et.al, Mohammad Labib, Yosa Rini.

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Tuberkulosis atau yang sering disebut TB paru adalah
infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis terapinya.
Puskesmas Kecamatan Serpong 1 telah memiliki program pencegahan dan
pengobatan TB yang cukup baik, tetapi jumlah pasien TB setiap tahunnya selalu
meningkat, hal ini menunjukan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya kejadian penyakit tuberkulosis paru selain faktor lingkungan, yaitu
faktor dari karakteristik individu, yang terdiri dari usia, pekerjaan, tempat tinggal,
status gizi dan tingkat pengetahuan.
Tujuan: Mengetahui gambaran karakteristik pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017.
Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan memberikan informasi
akan suatu kejadian melalui gambaran secara sistematik, faktual, dan akurat
mengenai karakteristik pasien tuberkulosis dewasa yang merupakan faktor risiko
dari terjadinya penyakit tuberkulosis.
Hasil & Kesimpulan: dari hasil analisis variable yang paling perpengaruh
dengan kejadian TB paru adalah Usia dewasa, jenis kelamin laki-laki, tinggal di
daerah Serpong, pendidikan menengah, dan pengetahuan yang cukup.
Kata Kunci: Pasien TB Paru, faktor risiko TB Paru.

ii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
THE CHARACTERISTICS OF ADULT TUBERCULOSIS PATIENTS AT
PUSKESMAS SERPONG 1 SOUTH TANGERANG PERIOD JANUARI -
MARCH 2017

Yuniar C, et.al, Mohammad Labib, Yosa Rini.

ABSTRACT

Background: Tuberculosis is an infection disease caused by mycobacterium


tuberculosis that also a society health problem whether mortality or morbidity.
Puskesmas Serpong 1 has a program that focus on preventing and curing already,
but the amount of tb patient is neither increase nor decrease, this shows us that the
risk factors are not only lay on environment factor, but also the individual factor
like characteristics that consist of age, occupation, living house, nutritional status,
amd knowledge.
Aim: To know the characteristic of tuberculosis patient at puskesmas kecamatan
serpong 1 within januari-march 2017 period.
Design and Method: A descriptive study design is used for this research. The
questionnaire and data onto medical record of tuberculosis patients are taken from
41 samples. This research is conducted on April 2017.
Result: Characteristics of tuberculosis patient on this research show the most age
is belong to adult category, the most gender is men, the most occupation is
jobless, the most educational background is middle school and high school, the
most category of knowledge about tuberculosis disease is middle, the most type of
tuberculosis patient is new patient. And the most location of house living is
serpong.
Key word: lung tuberculosis patient, characteristic.

iii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Ujian Penelitian Kepanitraan Klinik


IKAKOM I di Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 26 Mei 2017

Pembimbing Pembimbing PKM

(dr.Mohammad Labib, MPH) (dr.Yosa Rini)

iv
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LEMBAR PERSEMBAHAN

Surely, with hardship comes ease, so when you have


finished (with your immediate task), still strive hard, (then
toil), and to your lord turn (all) your attention.

(Q.s Ash Sharh : 6 8 )

We are dedicating our final work for those who we will always love and have
supported us :

1. To The Greatest One and Only. My Lord, ALLAH SWT for blessing and
loving us endlessly. Thank you for the best power and experiences that made
us stronger, so all our work is done in a great way at the right time and we will
never feel tired to be grateful and thankful for everything that we have gained
in our whole life. our endless love is always for you.
2. To our Prophet, Nabi Muhammad SAW. We are so grateful to know you, to
admire you and to be inspired by you in our life. Thank you for always
inspiring me. My endless love is always for you.
3. To INDONESIA. My Beloved Country.

v
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukut kehadirat ALLAH SWT atas karunia, rahmat, izin, dan keridhoanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul Gambaran
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas
Serpong 1 Tangerang Selatan Periode Januari Maret 2017. Penelitian ini
penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan
klinik stase IKAKOM 1.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, penulis menyadari
bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu diharapkan
adanya saran dan kritik guna perbaikan serta perkembangan lebih lanjut tentang
penilitian ini kedepannya. Proses pembuatan penelitian ini bukanlah sepenuhnya
hasil kerja seorang diri, tetapi merupakan hasil kerja peneliti dengan tim dan
dukungan dari orang orang hebat yang tiada hentinya kami terima. Dengan
selesainya penelitian ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:

1. Kepada Allah SWT atas semua keridhoanNya, rahmat serta izinNya yang
tiada hentinya selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
melalui semua fase dalam meraih cita cita dengan baik, termasuk fase
perjalanan penelitian hingga pembuatan skripsi selesai. Terima kasih atas
segala kasih sayang yang selalu diberikan tanpa henti kepada kami, para
hambaMu .
2. Kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atas semua jasa beliau
dalam menuntun kami untuk keluar dari zaman kegelapan kedalam zaman
yang terang benderang. Penulis sangat bersyukur dapat selalu terinspirasi
akan semua suri tauladan yang beliau selalu berikan kepada kami para
umatnya, sehingga kami bisa menjadi umat muslim yang lebih kuat dan
menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik.

3. Prof. Dr. H. Syaiful Bakhri, S.H., M.H selaku rektor Universitas


Muhammadiyah Jakarta.

4. Dr. dr. Slamet Sudi Santoso, M.Pd.Ked, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

vi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
5. Dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD. M.Kes selaku ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

6. Dr. Rizky Akaputra, Sp.P selaku ketua kepanitraan klinik Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

7. Dra. Raiyan, Apt selaku kepala Puskesmas Kecamatan Serpong 1 yang


telah membimbing kami dan memberikan kami izin untuk melakukan
penelitian.

8. Dr. Yosa Rini selaku pembimbing penelitian di Puskesmas Kecamatan


Serpong 1.

9. Dr. Mohammad Labib, MPH selaku pembimbing utama penelitian di


Puskesmas Kecamatan Serpong 1.

10. Dr. Kemilau selaku penanggung jawab dokter muda Universitas


Muhammadiyah Jakarta di Puskesmas Kecamatan Serpong 1.

11. Dan seluruh pegawai Puskesmas Serpong 1 yang selalu mendukung kami
selama kami belajar yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.

vii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ i


ABSTRAK .............................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.4. Ruang Lingkup ......................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................ 4
1.5.2. Manfaat Bagi Institusi ...................................................................... 5
1.5.3. Manfaat Bagi Pembaca ..................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
2.1. Tuberkulosis Paru ..................................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Tuberkulosis .................................................................... 6
2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis ............................................................... 6
2.1.3. Faktor Risiko ..................................................................................... 7
2.1.4. Cara Penularan ................................................................................ 11
2.1.5. Patofisiologi Tuberkulosis .............................................................. 12
2.1.6. Gejala Klinik Tuberkulosis ............................................................. 13

viii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2.1.7. Pemeriksaan Tuberkulosis .............................................................. 14
2.1.8. Penatalaksanaan Tuberkulosis ........................................................ 15
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 16
2.3 Kerangka Konsep ................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 18
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................. 18
3.3 Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 18
3.4 Populasi dan Sampel. ............................................................................. 20
3.5 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian .................................. 21
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 22
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 22
BAB IV ................................................................................................................. 23
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 23
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 23
4.2.1 Analisis Deskriftif ........................................................................... 23
4.3.1 Hasil Tabulasi Silang Tanpa Korelasi ............................................. 25
BAB V................................................................................................................... 33
5.1 Simpulan ................................................................................................. 33
5.2 Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35

ix
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.19

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi variable independen menurut karakteristik pasien


tuberkulosis paru...23

Tabel 4.2 Tabulasi silang klasifikasi pasien TB dengan usia25

Tabel 4.3 Tabulasi silang klasifikasi pasien TB dengan jenis kelamin26

Tabel 4.4 Tabulasi silang antara klasifikasi pasien TB dengan alamat....27

Tabel 4.5 Tabulasi silang antara klasifikasi pasien TB dengan tingkat


pendidikan..28

Tabel 4.6 Tabulasi silang antara klasifikasi pasien TB dengan tingkat


pengetahuan29

Tabel 4.7 Tabulasi silang antara klasifikasi pasien TB dengan pekerjaan.30

x
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pasien TB di UPT Puskesmas Serpong 1 Tahun 2016....2

xi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran......16

Bagan 2.1 Kerangka Konsep..17

xii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian38

Lampiran 2 Kuesioner penelitian...40

Lampiran 3 Data SPSS..43

xiii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menurut sistem kesehatan nasional
adalah tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk yang ditandai dengan bertempat tinggal di lingkungan
bersih dan berprilaku sehat. 1

Penyakit Tuberkulosis atau yang sering disebut TB paru adalah infeksi


menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
terapinya. Satu orang penderita TB Paru dengan status Basil Tahan Asam
(BTA) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain
dalam 1 tahun. TB Paru akan menular ketika orang tersebut batuk, bersin,
berbicara atau meludah (droplet nuclei).1

Bersama dengan HIV/AIDS, Malaria dan TB Paru merupakan penyakit


yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam program MDGs.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis. 2

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015


menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB Paru di dunia dan 58% kasus terjadi
di daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga Negara dengan insidensi kasus
terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan China (9%).
Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. 3

Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak
176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA positif yang
ditemukan pada tahun 2013 dengan 196.310 kasus. Estimasi prevalensi TB
semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan estimasi insidensi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 25 per 100.000 kematian. 4

Sekitar 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia


produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang penderita
tuberkulosis paru dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4
bulan, hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika meninggal akibat penyakit tuberkulosis paru,
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun, selain merugikan
secara ekonomis, tuberkulosis paru juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial bahkan kadang dikucilkan oleh masyarakat.5

Berdasarkan laporan dari data Riskesdas tahun 2010, tingkat kejadian


penyakit tuberkulosis yang berusia > 15 tahun di Provinsi Banten sebesar
7.356 orang (4,2%). Data dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2012)
Proporsi BTA positif diantara suspek (5-15%), dan tahun 2011 sebesar 10 %.
Sedangkan triwulan 1 tahun 2012 sebesar 12 %. Sedangkan dari 30 besar
penyakit yang ada di setiap Puskesmas Perawatan Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan Tahun 2012 didapatkan kasus TB paru sebanyak 3.545 jiwa. 5,6

Saat ini penderita TB paru yang sedang dirawat di UPT Puskesmas


Serpong 1 sebanyak 63 orang, terdiri dari penderita TB paru baru dan
penderita TB paru lama yang belum sembuh. Penderita TB paru di UPT
Puskesmas Serpong 1 dapat terlihat dalam grafik berikut :

PASIEN TB DI UPT PUSKESMAS SERPONG 1


TAHUN 2016
400 320
300
174 146
200
100 13 8 21 39 24 63
0
suspek tb tb paru baru jumlah seluruh kasus
tb

laki-laki perempuan total

Gambar 1.1. Pasien TB di UPT Puskesmas Serpong 1 Tahun 2016

2
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Target penemuan pasien TB baru yakni sebanyak 28 atau 29 orang,
namun di tahun 2016, pasien TB baru yang ditemukan sebanyak 21 orang,
sehingga tidak memenuhi target. Dari gambar 1.1 terlihat bahwa 21 orang
(11%) dari suspek TB menunjukkan hasil positif menderita TB di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1.

Puskesmas Kecamatan Serpong 1 telah memiliki program


pencegahan dan pengobatan TB yang cukup baik, tetapi jumlah pasien TB
setiap tahun masih menunjukan angka yang tidak sedikit, hal ini
menunjukan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
kejadian penyakit tuberkulosis paru selain faktor lingkungan, yaitu faktor
dari karakteristik individu, yang terdiri dari usia, pekerjaan, tempat tinggal,
status gizi dan tingkat pengetahuan (Ahmadi 2005). Berdasarkan hal
tersebut, peneliti dan tim memiliki ketertarikan untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor risiko yang telah dijelaskan sebelumnya
untuk didapatkan gambaran karakteristik setiap pasien tuberkulosis yang
aktif berobat di Puskesmas Kecamatan Serpong 1.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien tuberkulosis paru di


Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari
Maret 2017 ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
1. Diketahuinya gambaran karakteristik pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode
Januari Maret 2017.

3
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Didapatkannya karakteristik pasien TB dewasa di Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017.
2. Diketahuinya prevalensi usia pasien TB paru di Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode Januari Maret
2017
3. Diketahuinya prevalensi jenis kelamin pasien TB paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode
Januari Maret 2017.
4. Diketahuinya prevalensi lokasi tempat tinggal pasien TB paru di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan periode
Januari Maret 2017.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian mencakup pasien tuberkulosis paru dewasa di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman untuk berhubungan langsung ke
masyarakat.
2. Memahami lebih dalam tentang program penanggulangan
penyakit tuberkulosis di puskesmas.
3. Mengetahui tingkat keberhasilan program penanggulangan
tuberkulosis melalui tingkat kesembuhan dan jumlah penderita
setiap tahun.
4. Memperluas wawasan tentang faktor-faktor risiko yang dapat
mempengaruhi timbulnya kejadian tuberkulosis dan tingkat
kesembuhannya.

4
Universitas Muhammadiyah Jakarta
1.5.2. Manfaat Bagi Institusi
1. Hasil dari penelitian ini dapat di publikasikan dan menjadi bukti
bahwa faktor risiko dari individu seperti karakteristik pasien,
dapat memberikan pengaruh besar dalam timbulnya kejadian
penularan penyakit tuberkulosis dan kesembuhannya.

1.5.3. Manfaat Bagi Pembaca


1. Dapat mengetahui lebih dalam tentang program pencegahan dan
penanggulangan penyakit tuberkulosis di puskesmas.
1. Dapat mengetahui gambaran karakteristik pasien tuberkulosis
paru di Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan
periode Januari Maret 2017
2. Dapat terinspirasi dan termotivasi untuk menciptakan penelitian
lebih dalam tentang tuberkulosis paru.

5
Universitas Muhammadiyah Jakarta
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tuberkulosis Paru


2.1.1. Pengertian Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik
yang menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan terbanyak
adalah paru-paru. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah urban pada
tempat tinggal yang padat penduduknya. 20
Pada tahun 1882 Robert Koch menemukan kuman penyebab
tuberkulosis yaitu semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah
diagnosis secara mikrobiologik dimulai dan penatalaksanaannya lebih
terarah. Apalagi pada tahun 1896, Rontgen menemukan sinar X sebagai
alat bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat. Penyakit ini
kemudian dikenal sebagai tuberkulosis.20
Robert Koch mengidentifikasi bakteri tahan asam (BTA)
Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kalinya sebagai bakteri
penyebab TB dan ia mendemonstrasikan bakteri ini bisa dipindahkan
kepada binatang yang rentan, sehingga memenuhi postulat Koch dan
merupakan prinsip utama dari patogenesis mikrobial.20

2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis


Secara global, terdapat peningkatan angka prevalensi penyakit
Tuberkulosis pada tahun 2014 menjadi 647/100.000 penduduk
dibandingkan tahun sebelumnya dimana terdapat 272/100.000
penduduk. Untuk angka insidensi juga mengalami peningkatan pada
tahun 2014 menjadi 399/100.000 penduduk dari sebelumnya sebesar
183/100.000 penduduk, hal yang sama juga terjadi pada angka
mortalistas yang mengalami peningkatan menjadi 41/100.000 penduduk
pada tahun 2014 dimana sebelumnya pada tahun 2013 angka mortalitas
akibat penyakit Tuberkulosis ialah 25/100.000 penduduk.
Di Indonesia sendiri pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus
tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus, jumlah ini meningkat bila

Universitas Muhammadiyah Jakarta


dibandingkan kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yaitu
sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat
di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut
sebesar 38% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Epidemiologi kasus tuberkulosis di Indonesia berdasarkan jenis
kelamin ialah jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Menurut
kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65%
diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok
umur 35-44 tahun sebesar 17,18%.
Saat ini, Indonesia adalah negara dengan prevalensi tuberkulosis
ke-2 tertinggi di dunia setelah India dan diikuti oleh China (23%, 10%
and 10% dari prevalensi tuberkulosis di seluruh dunia).10
2.1.3. Faktor Risiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan TB menginfeksi
manusia antara lain adalah :
1. Umur
Insiden tertinggi tuberkulosis paru adalah pada usia dewasa muda.
Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru merupakan kelompok
usia produktif yaitu berusia antara 15 sampai 50 tahun.4 Pada usia ini
orang-orang banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk bekerja.
Selain itu orangorang banyak berinteraksi dengan orang lain yang
kemungkinan menderita TB Paru dan meningkatkan risiko terinfeksi
bakteri TB.5 Penelitian Suswati di Kabupaten Jember Tahun 2007
menunjukkan sebanyak 54% dari 200 responden merupakan pasien
dengan usia 15 sampai 35 tahun dan penelitian Bambang dkk dari 91
responden merupakan pasien dengan usia 31 sampai 50 tahun.11,12
Penelitian Hill dkk di Gambia tahun 2006 menunjukkan penderita TB
Paru memiliki umur 15 sampai 75 tahun.13 Penelitian Ogboi S.J. dkk di
Nigeria tahun 2010 menunjukkan sebanyak 39,7% dari 694 responden

7
Universitas Muhammadiyah Jakarta
berusia 20 sampai 29 tahun.14 Penelitian Wildan di Puskesmas Sedati
tahun 2007 menunjukkan sebanyak 81,4% dari 43 responden berusia 20
sampai 54 tahun.15
2. Kepadatan Hunian Kamar Tidur
Luas lantai bangunan berdasarkan standar rumah sehat harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Luas yang tidak sesuai menyebabkan anggota keluarga yang
terinfeksi kuman tuberkulosis mudah menularkan kepada anggota
keluarga yang lain karena satu orang penderita TB Paru dapat
menularkan rata-rata kepada dua sampai tiga orang yang tinggal
serumah.13 Penelitian yang mendukung adalah penelitian Bambang dkk
di Kabupaten Karo tahun 2006 menunjukkan sebanyak 52,7% dari 91
responden memiliki rumah yang padat penghuni.11 Penelitian Hill dkk di
Gambia tahun 2006 menunjukan sebanyak 60,3% dari 300 responden
memiliki penghuni rumah kurang dari empat orang dan kamar tidur
13
digunakan oleh sedikitnya empat orang. Penelitian Sudarso di
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 menunjukkan
hasil perhitungan odd rasio untuk kepadatan hunian adalah 5,07 atau
kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko
TB Paru.16 Penelitian Coker dkk di Rusia tahun 2006 menunjukkan
responden yang memiliki kondisi rumah yang padat akan meningkatkan
risiko terkena tuberkulosis sebesar tiga kali lipat.17
3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Status Gizi
Tingkat sosial ekonomi terutama penghasilan sangat berpengaruh
kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari seseorang dan keluarga.
Penghasilan yang rendah akan membuat kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi terbatas terutama pemenuhan
kebutuhan gizi, lingkungan rumah yang sehat, dan kebutuhan akan
kesehatan. Apabila pemenuhan gizi kurang, maka status gizi buruk akan
menyebabkan kekebalan tubuh menurun sehingga memudahkan
seseorang terkena infeksi TB Paru. Penelitian yang memperkuat adalah
penelitian Wildan di Puskesmas Sedati tahun 2008 yang menunjukkan

8
Universitas Muhammadiyah Jakarta
bahwa sebanyak 58,1% dari 40 responden memiliki status ekonomi
rendah.15 Penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun 2006
menunjukkan sebanyak 71,4% dari 91 responden memiliki status
ekonomi yang rendah.11 Penelitian Ajis di Kabupaten Kuantan Singingi
tahun 2009 menunjukkan status ekonomi yang rendah meningkatkan
risiko terkena TB Paru 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan status
ekonomi tinggi.18
4. Sistem Imun Tubuh
Orang dengan kemampuan imun tubuh yang rendah seperti orang
dengan penyakit HIV/AIDS, memiliki sistem kekebalan tubuh yang
lemah, sehingga meningkatkan risiko terinfeksi oleh M. tuberculosis. 19
5. Frekuensi Kontak Dengan Penderita TB
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Pasien TB Paru dengan dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dibandingkan pasien TB Paru
dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. Annual Risk of
Tuberculosis Infection sebesar 10% berarti 10 orang terinfeksi diantara
1000 penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10% dari yang
terinfeksi yang akan menderita penyakit TB. Annual Risk of
Tuberculosis Infection di Indonesia bervariasi antara satu sampai tiga
persen. 10
6. Jenis kelamin
Tuberkulosis paru tidak menyerang manusia dengan jenis kelamin
tertentu, tetapi pada beberapa penelitian menyatakan bahwa TB Paru
lebih banyak diderita laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
disebabkan lakilaki dituntut untuk bekerja lebih keras untuk mencari
nafkah dan akan berinteraksi dengan banyak orang, sehingga peluangnya
lebih besar untuk tertular kuman TB. Penelitian yang mendukung adalah
penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun 2006 yang

9
Universitas Muhammadiyah Jakarta
menunjukkan sebanyak 60,4% dari 91 responden adalah laki-laki.11
Penelitian Wildan di Puskesmas Sedati menegaskan sebanyak 58,1% dari
43 responden merupakan laki-laki.15 Penelitian Ajis dkk di Kabupaten
Kuantan Singingi tahun 2007 menunjukkan sebanyak 116 dari 218
responden adalah laki-laki.16 Penelitian Ogboi S.J. dkk di Nigeria
menunjukkan sebanyak 58,4% dari 694 responden adalah laki-laki, tetapi
penelitian Suswati di Kabupaten Jember Tahun 2007 menunjukkan
bahwa sebanyak 55% dari 200 responden merupakan wanita.12,14
7. Pendidikan
WHO menyatakan bahwa tuberkulosis paru tidak hanya
menyerang masyarakat pada usia produktif, tetapi juga menyerang
masyarakat dengan pendidikan yang rendah. Hal ini karena tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap informasi mengenai pemenuhan gizi seimbang dan pencegahan
serta pengobatan TB Paru. Tetapi penelitian yang ada berbeda dengan
pernyataan WHO, penelitian ini adalah penelitian Bambang dkk di
Kabupaten Karo tahun 2006 yang menunjukkan sebanyak 51,6% dari 91
responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).16 Penelitian
Wildan di Puskesmas Sedati menegaskan sebanyak 58,1% dari 43
responden, memiliki pendidikan SMA.18 Penelitian Ajis dkk di
Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2007 menunjukkan sebanyak 42
orang (38,53%) dari 109 responden adalah berpendidikan SMA.18
8. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang mempengaruhi terhadap pendapatan
keluarga. Karena pendapatan keluarga akan berdampak terhadap pola
hidup sehari-hari diantaranya konsumsi makanan dan pemeliharaan
kesehatan. Penelitian yang mendukung adalah penelitian Bambang dkk di
Kabupaten Karo tahun 2006 yang menyatakan sebanyak 38 orang
(48,1%) penderita TB Paru memiliki pekerjaan sebagai buruh.11,12
9. Pencahayaan
Cahaya alami atau cahaya matahari dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah, salah satunya adalah bakteri

10
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tuberkulosis. Karena itu rumah harus memiliki minimal 20% luas jendela
dari seluruh luas rumah, supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam
rumah dan membunuh bakteri TB.16 Penelitian yang mendukung peran
cahaya tersebut adalah penelitian Bambang dkk di Kabupaten Karo tahun
2006 menunjukkan bahwa 49,5% dari 91 rumah responden tidak ada
sinar matahari yang masuk ke rumah.11 Selain itu penelitian Sudarso di
Kecamatan Tanggulangi, Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 menyatakan
odd rasio untuk pencahayaan ruangan sebesar 5,06 atau merupakan
faktor risiko terjadinya TB Paru.16
10. Kelembaban Udara
Kelembaban udara dalam ruangan berperan dalam kenyamanan
penghuni, dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan
temperatur kamar 22 sampai 30C. Kelembaban di atas 60% dapat
membuat bakteri tuberkulosis bertahan hidup selama beberapa jam dan
dapat menginfeksi penghuni rumah.16
11. Perilaku
Perilaku seseorang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang mengenai cara penularan,
bahaya, dan cara pengobatan TB Paru akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku seseorang. Karena ketidaktahuan mengenai cara penularan
dan perilaku yang menjadi faktor risiko TB Paru, maka tidak ada
perubahan perilaku untuk mencegah TB Paru. Contoh perilaku yang
menjadi faktor risiko adalah merokok.20

2.1.4. Cara Penularan


Penderita TB Paru dapat menularkan penyakit TB Paru melalui beberapa
cara, yaitu :
1. Sumber penularan adalah pasien TB dengan hasil Basil Tahan Asam
(BTA) positif.
2. Pada waktu bersin atau batuk, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

11
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dengan paparan dahak yang
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi tingkat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan ke udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.10

2.1.5. Patofisiologi Tuberkulosis


2.1.5.1. Patofisiologi Infeksi Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis paru dapat menular apabila kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei di dalam udara
sekitar kita. Partikel ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Kuman dapat bertahan selama berhari-hari
hingga berbulan-bulan dalam keadaan yang mendukung contohnya
suasana lembab dan gelap. Apabila orang sehat menghirup partikel
infeksi ini, maka ia akan menempel pada saluran pernapasan atau
jaringan paru.20
Saat kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh maka akan
segera diatasi oleh mekanisme imunologik tubuh non-spesifik.
Makrofag alveolus langsung melakukan fagositosis dan hal ini
dapat menghancurkan sebagian besar kuman. Pada sebagian kecil
kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman tuberkulosis
dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Kuman tuberkulosis mampu
membelah diri setiap 25-32 jam di dalam makrofag dan tumbuh
selama 2-12 minggu hingga jumlahnya cukup untuk menginduksi

12
Universitas Muhammadiyah Jakarta
respon imun. Lokasi pertama koloni kuman tuberkulosis di jaringan
paru disebut Fokus Primer GOHN.20
Dari fokus primer, kuman menyebar melalui saluran limfe
menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman tuberkulosis hingga terbentuk
kompleks primer disebut sebagai masa inkubasi tuberkulosis.20

2.1.5.2. Patofisiologi Infeksi Tuberkulosis Sekunder


Kuman yang bersifat dormant (tidur) pada tuberkulosis
primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (TB sekunder = TB pasca
primer). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.7
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas tubuh
menurun seperti pada penyakit malnutrisi, Diabetes Melitus,
HIV/AIDS, kanker, gagal ginjal, alkoholism dll.7
Tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi
di regio atas paru. Invasinya ke daerah parenkim paru dan tidak ke
nodus hilus paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel Histiosit dan Datia
Langhans yang dikelilingi sel sel limfosit dan berbagai jaringan
ikat.7
2.1.6. Gejala Klinik Tuberkulosis
Gejala klinik yang ditemukan pada pasien Tuberkulosis dapat
beraneka ragam dan banyak juga ditemukan pasien Tuberkulosis tanpa
keluhan apapun. Diantara beberapa keluhan yang muncul pada pasien
Tuberkulosis ialah sebagai berikut;
1. Demam, biasanya subfebris menyerupai demam influenza tetapi
panas badan kadang-kadang bisa mencapai 40-41C.
2. Maleise, gejala yang sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam dll.

13
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Berat badan turun, biasanya pasien tidak merasakan berat badannya
turun. Sebaiknya kita tanyakan berat badan sekarang dan beberapa
waktu sebelum pasien sakit.
4. Batuk/batuk darah, yang disebabkan oleh iritasi bronkus. Gejala ini
sering ditemukan. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar dari saluran napas bawah. Awalnya penderita
akan mengalami batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan
menjadi batuk produktif atau berdahak dan keadaan lebih lanjut
dapat menjadi batuk darah karna ada pembuluh darah kecil yang
pecah.
5. Sesak nafas, ditemukan pada penyakit tuberkulosis paru yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-
paru.7
2.1.7. Pemeriksaan Tuberkulosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik awal ialah melihat keadaan umum pasien.
Dari bentuk tubuhnya apakah kurus dan berat badannya menurun,
dicek suhu badannya, dilihat konjungtiva matanya atau kulitnya yang
pucat oleh sebab anemia.7
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Pada umumnya lesi berada didaerah apeks paru, tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah bagian inferior atau daerah hilus
menyerupai tumor paru. Pada awal penyakit lesi masih merupakan
sarang-sarang pneumonia dengan gambaran radiologik berupa
bercak berupa awan dan batas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka bayangan akan terlihat berupa bulatan dengan
batas yang tegas. Lesi ini disebut sebagai tuberkuloma.7
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Di awal infeksi, jumlah leukosit di darah tepi akan
sedikit meninggi dan saat dilakukan hitung jenis hasilnya

14
Universitas Muhammadiyah Jakarta
ialah terdapat pergeseran kekiri. Apabila penyakitnya sudah
mulai sembuh maka jumlah leukosit akan kembali norma dan
jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah juga akan
kembali ke arah normal lagi.
Sputum
Sputum adalah pemeriksaan yang penting dilakukan
pada pasien Tuberkulosis untuk menemukan kuman BTA,
jika kuman sudah ditemukan dalam sputum maka diagnosis
tuberkulosis sudah dapat ditegakkan.7
4. Uji Tuberkulin
Biasanya digunakan Tes Mantoux yaitu dengan
menyuntikkan 2 Tuberculin Unit (TU) dalam 0,1 mL PPD-RT23
(Rekomendasi World Health Organization dan International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease secara intrakutan.7

2.1.8. Penatalaksanaan Tuberkulosis


Dalam mencegah resistensi obat, terapi tuberkulosis menggunakan
paduan sedikitnya 2 obat yang bersifat bakterisid. Jenis obat yang saat
ini digunakan terbagi atas dua yaitu;
a. Obat Primer (OAT lini 1), obat ini selalu diberikan pada setiap
pasien tuberkulosis baru atau yang kambuh yaitu INH,
Rifampisin, Pirasinamid, Etambutol dan Streptomisin.
b. Obat Sekunder (OAT lini 2), obat ini diberikan bila sudah
terjadi resistensi terhadap OAT lini 1 yaitu PAS, kanamisin,
kapreomisin, amikasin, protionamid, etionamid, tiasetazon,
ofloksasin, levofloksasin, klofazimin, siprofloksasin,
norfloksasin.
Setelah rifampisin ditemukan, panduan obatnya fase awal dengan
H + R + S atau E dan Z setiap hari selama 1-2 bulan dan diteruskan
dengan H + R + E atau S, 2-3 kali seminggu se;ama 4-7 bulan, sehingga
lama pengobatan keseluruhan mencapai 6-9 bulan.7
Sekarang panduan obat sesuai dengan WHO dan juga sejalan
dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia diberikan paduan 2

15
Universitas Muhammadiyah Jakarta
HRZE di fase awal dan 4 HR atau 4 H3 R3 di fase lanjut. Untuk
tuberkulosis kambuh 2 HRZES/ 1 HRZE/5 HRE.7
2.2 Kerangka Pemikiran
Faktor Risiko TB
paru

Individu Lingkungan

Usia Rumah Tempat


Tinggal dan
sekitarnya
Jenis Kelamin

Pendidikan
Terakhir Riwayat Kontak
dengan Penderita
Sosio- TB
Pekerjaan
ekonomi

Status Gizi Pelayanan


Kesehatan

Tingkat
Pengetahuan
TB

Kejadian TB

TB paru urutan ke-5


di Indonesia

Bagan 2.1 Kerangka pemikiran

16
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2.3 Kerangka Konsep
Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian
dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya,
atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin
diteliti23.

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Pasien :

Usia.
Jenis Kelamin. - Jumlah Pasien Tuberkulosis
Pekerjaan. Paru:
Pendidikan Terakhir. 1. Klasifikasi Pasien TB
paru.
2. Klasifikasi Diagnosa TB
paru.

Tingkat Pengetahuan tentang


pencegahan dan penularan
penyakit tuberkulosis

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

17
Universitas Muhammadiyah Jakarta
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang
Selatan pada bulan April 2017.

3.2 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan memberikan informasi akan suatu
kejadian melalui gambaran secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai
karakteristik pasien tuberkulosis dewasa yang merupakan faktor risiko dari
terjadinya penyakit tuberkulosis.21 Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk
perbaikan dan atau peningkatan program pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis.

3.3 Variabel dan Definisi Operasional


1. Variabel
Sesuai dengan kerangka konsep pada penelitian ini, penulis
mengelompokkan variabel menjadi dua bagian, yaitu :
a. Variabel dependen adalah variabel yang berubah karena
pengaruh dari variabel independen, yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah jumlah pasien penyakit
tuberkulosis paru.
b. Variabel independen adalah variabel yang variasi nilainya
dapat mempengaruhi variabel lain, yang termasuk variabel
independen dalam penelitian ini.
2. Definisi Operasional
Menurut praktiknya, definisi operasional adalah memberikan
(mendeskripsikan) variabel penelitian sedemikian rupa sehingga bersifat
spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur (observable dan
measureable).21

Universitas Muhammadiyah Jakarta


Tabel 3.1 Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI ALAT & KATEGORI SKALA
OPERASIONAL CARA
UKUR
1. Usia Usia responden Kuesioner Kategori2 : Ordinal
yang dihitung 1. Remaja
sejak tahun 2. Dewasa
kelahiran sampai 3. Lansia
pada tahun saat
dilakukan
penelitian.
2. Jenis kelamin Status gender Kuesioner 1. Laki laki Ordinal
yang dapat dilihat 2. Perempuan
secara pisik.

4. Alamat Lokasi tempat Kuesioner 1. Serpong Nominal


responden tinggal 2. Cilenggang
responden.
5. Klasifikasi Jenis pasien Kuesioner 1. Baru. Ordinal
pasien dengan 2. Lama.
tuberculosis tuberculosis paru
paru. di lihat dari lama
pegobatan.
6. Tingkat Suatu bekal ilmu Kuesioner Kategori3: Ordinal
pengetahuan atau pemahaman 1. Kurang : <
tentang TB seseorang 56% benar.
khususnya 2. Cukup : 56-75
tentang % benar.
pencegahan dan 3. Baik : >76%
penularan benar.

19
Universitas Muhammadiyah Jakarta
penyakit
tuberculosis.s
6. Pekerjaan Kegiatan rutin Kuesioner 1. Tidak bekerja Nominal
yang dilakukan 2. Bekerja
orang tua untuk
menambah
penghasilan
keluarga..
7. Tingkat Jenjang Kuesioner 1. Rendah Ordinal
pendidikan pendidikan formal (tidak sekolah
terakhir yang dan SD)
pernah ditempuh. 2. Menengah
(SMP dan
SMA)
3, Tinggi
(diatas SMA)
8. Klasifikasi Jenis pasien Rekam 1. BTA positif. Nominal
diagnosa tuberkulosis paru medik 2. Rontgen
pasien berdasarkan positif.
tuberkulosis diagnosa positif.
paru.

3.4 Populasi dan Sampel.


Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut
adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi ini disebut sampel penelitian.21
1. Populasi penelitian ini adalah seluruh total pasien tuberkulosis paru
di Puskesmas Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan.
2. Sampel penelitian ini adalah pasen tuberkulis di Puskesmas
Kecamatan serpong Taggerang Selatan, yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, dengan menggunakan total sampling, Alasan
pengambilan total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari

20
Universitas Muhammadiyah Jakarta
100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya
(Sugiono, 2007).

Kriteria inklusi :
Penderita tuberkulosis paru dewasa di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Serpong 1, Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang melakukan pengobatan di
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang rutin datang berobat ke
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan setiap bulan.
Kriteria Eklusi :
Penderita tuberkulosis paru anak.
Penderita tuberkulosis paru yang tinggal di luar wilayah kerja
Puskesmas Serpong 1 Tangerang Selatan.
Penderita tuberkulosis paru dewasa yang tidak rutin berobat ke
Puskesmas Serpong 1, Tangerang Selatan setiap bulan.

3.5 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian


Data dari masing-masing variabel merupakan data sekunder dari kuesioner
yang telah diberikan sebelumnya oleh tim peneliti kepada pasien TB paru
dewasa di Puskesmas Kecamatan Serpong 1 Tangerang Selatan, sebagai
formulir isian. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai
karakteristik pasien (pendidikan, pekerjaan, usia dll) dan pengetahuan tentang
pencegahan dan penularan penyakit tuberkulosis. Variabel pengetahuan
tuberkulosis terdiri dari 20 pertanyaan yaitu nomor 1 sampai dengan 20
dengan masing-masing pertanyaan diberi 2 item jawaban dan jika jawaban
benar diberi skor 1, jika jawaban salah diberi skor 0. Dengan begitu hasil ukur
pengetahuan responden dilihat dari banyaknya jumlah skor yang diperoleh
dengan cara sebagai berikut :

Diketahui jumlah soal 20 pertanyaan, nilai maksimum satu soal adalah 20


dan nilai minimum adalah 0, jadi pada variabel pengetahuan pencegahan dan
penularan penyakit tuberkulosis dapat di kategorikan kurang jika jumlah skor

21
Universitas Muhammadiyah Jakarta
< 56% (jika menjawab soal 12 yang benar), cukup jika jumlah skor 56%-
75% (jika menjawab soal dibawah 15 yang benar), dan baik jika jumlah skor
> 76% (jika menjawab soal > 16 yang benar).

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang
dikumpulkan berupa data sekunder, terdiri dari gambaran umum puskesmas
dan jumlah pasien TB paru periode bulan Januri - Maret 2017. Selain itu tim
peneliti juga mengambil hasil kuesioner untuk mendapatkan karakteristik
pasien TB paru dan tingkat pengetahun pasien TB tentang pencegahan dan
penularan penyakit tuberculosis.

3.7 Teknik Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing Data
Merupakan tahap penyuntingan data yang telah dikumpulkan lalu
diperiksa untuk memastikan bahwa data yang dperoleh telah terisi
semua.
b. Coding Data
Kegiatan coding data adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-
jawaban yang ada menurut macamnya, setiap jawaban memiliki
kode tersendiri untuk mempermudah proses pengolahan daa.
c. Entry Data
Proses memasukan data dari kuesioner kedalam computer. Hal ini
untuk mempermudah dalam menganalisa data.
d. Analysis
Analisis menggunakan bantuan fasilitas komputer. Data dianalisis
univariat.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi silang untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan program SpSS 16, menggunakan univariat dan
deskriptif.

22
Universitas Muhammadiyah Jakarta
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
UPT Puskesmas Serpong 1 merupakan puskesmas yang berdiri
sejak tahun 1973, yang lokasinya bersebelahan dengan pasar Serpong yang
juga sudah lama berdiri. Tanah yang ditempati merupakan tanah aset
Universitas Indonesia. Pada awal berdirinya UPT Puskesmas Serpong 1,
pengelolaan Puskesmas berada di bawah naungan dinas kesehatan
kabupaten Tangerang. Dulunya UPT Puskesmas Serpong 1 bernama
Puskesmas Serpong, dan wilayah kerjanya meliputi seluruh kecamatan
Serpong yang meliputi 9 kelurahan. Kemudian setelah tahun 2009 sejak
berdirinya kota Tangerang Selatan, dibangun tiga puskesmas di wilayah
kecamatan Serpong, yakni UPT Puskesmas Serpong 1, UPT Puskesmas
Serpong 2, dan UPT Puskesmas Rawa Buntu. Sejak saat itu, UPT
Puskesmas Serpong 1 wilayah kerjanya hanya meliputi 2 kelurahan saja,
yakni kelurahan Serpong dan kelurahan Cilenggang.
Secara geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Serpong 1 seluas
366,13 hektar yang terdiri dari kelurahan Serpong seluas 198,8 hektar dan
kelurahan Cilenggang 167,33 hektar (Data Profil Kelurahan Serpong dan
Kelurahan Cilenggang tahun 2015). UPT Puskesmas Serpong 1 terletak di
jalan raya Serpong di atas tanah seluas 5000m2 bersebelahan dengan pasar
dan SDN Serpong 1.
Adapun batas wilayah kerja UPT Puskesmas Serpong 1 adalah :
Utara : wilayah kerja Puskesmas Serpong 2
Selatan : wilayah kerja Puskesmas Kranggan
Barat : wilayah kerja Puskesmas Kranggan
Timur : wilayah kerja Puskesmas Rawa Buntu

4.2.1 Analisis Deskriftif


Pada analisis univariat akan ditampilkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen terdiri dari jumlah pasien tuberkulosis paru sedangkan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


variabel independen terdiri dari karakteristik pasien yang terdiri dari usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pengetahuan
pasien tuberkulosis tentang pencegahan dan penularan penyakit
tuberkulosis . Adapun hasil analisis univariat dideskripsikan sebagai
berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Independen Menurut Karakteristik


Pasien tuberkulosis paru

No Variabel Jumlah (n) Persen (%)


1. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 28 68,3
2. Perempuan 13 31,7
2. Usia
1. Remaja ( 17-25th) 3 7,3
2. Dewasa ( 26-54th) 31 75,6
3. Lansia (55th) 7 17,1
3. Pekerjaan
1. Bekerja 17 41,5
2. Tidak Bekerja 24 58,5
4. Tingkat pendidikan
1. Rendah 5 12,2
2. Menengah 30 73,2
3. Tinggi 6 14,6
5. Alamat
1. Serpong 27 65,9
2. Cilenggang 14 34,1
6. Pengetahuan pasien
tuberculosis tentang
pencegahan dan penularan
penyakit tuberculosis. 16 39
1. Kurang 19 46,3
2. Cukup 6 14,6

23
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Baik
7. Klasifikasi pasien tuberkulosis
1. Pasien Baru 39 95,1
2. Pasien lama 2 4,9

1. Jenis Kelamin

Pada tabel 4.1 menunjukan distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis


dewasa di Puskesmas Kecamatan Serpong paling banyak adalah laki-laki
sebesar 68,3% dan perempuan sebesar 31,7%.

2. Usia
Pada tabel 4.1 menunjukan distribusi usia pasien tuberkulosis dewasa
paling banyak adalah kategori dewasa (26 54 tahun) sebesar 75,6%, dan
kategori usia paling sedikit adalah usia kategori lansia (55) sebesar
17,1%.
3. Pekerjaan
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis dewasa
tidak bekerja dengan persentase 58,5% , sedangkan pasien yang bekerja
sebesar 41,5%.
4. Tingkat Pendidikan
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis dewasa
memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu tamat pendidikan terakhir
SMP dan SMA sebesar 73,6%, dan paling sedikit tingkat pendidikan
kategori rendah ( tidak sekolah dan tamat SD) sebesar 12,2%.
5. Alamat
Pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis paru
dewasa bertempat tinggal di daerah wilayah Serpong dengan persentase
65,9%, sedangkan untuk pasien yang bertempat tinggal di daerah
Cilenggang memiliki persentase lebih sedikit yaitu sebesar 34,1%.
6. Tingkat Pengetahuan pasien tuberkulosis.

24
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pada tabel 4.1 menunjukan tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis paru
dewasa dengan persentase terbesar adalah pada kategori cukup dengan
46,3%, kategori kurang 39% dan kategori baik sebesar 14,6%.
7. Tipe pasien tuberkulosis.
Pada table 4.1 menunjukan persentase terbenyak untuk tipe pasien
tuberkulosis paru adalah pasien baru 95,1%, sedangkan persentase pasien
lama sebesar 4,9%.

4.3.1 Hasil Tabulasi Silang Tanpa Korelasi


1. Hasil tabulasi Silang Klasifikasi Pasien Dengan Usia

Tabel 4.2 Tabulasi silang Klasifikasi Pasien TB dengan Usia

Usia
Klasifikasi pasien Remaja Dewasa Lansia Total
Pasien baru 3 30 6 39

7,7% 76,9% 15,4% 100.0%


Pasien lama 0 1 1 2

0% 50% 50% 100.0%

Total 3 31 23 41

7,7% 8.9% 41.1% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tipe pasien baru dengan usia
remaja didapatkan 3 orang (7,7%), usia dewasa didapatkan 30 orang (76,9%) dan
dengan usia lansia didapatkan 6 orang (15,4%), tetapi pasien lama dengan usia
remaja tidak ditemukan (0%), dan pada usia dewasa didapatkan 1 orang (50%),
serta usia lansia ditemukan 1 orang (50%).

Data diatas menunjukan bahwa usia pasien tuberkulosis paling banyak


berada di kategori dewasa, Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jendra F.J Dotulong yang dilakukan di Desa Wori pada Kec.Pori dengan hasil

25
Universitas Muhammadiyah Jakarta
pasien tuberkulosis usia dewasa sebesar 67%.22 Serta Dian wahyu (2015) sebesar
39%. 23 hal ini dikarenakan usia dewasa merupakan usia produktif kerja sehingga
risiko terpaparnya berbagai macam bakteri semakin besar, baik dari lingkungan
kerja maupun dari rekan kerja, serta pada usia ini mayoritas orang banyak
menghabiskan waktu dan tenaganya untuk bekerja, dimana tenaga banyak
terkuras, waktu istirahatnya kurang sehingga daya tahan tubuh menurun, kondisi kerja
yang demikian ini memudahkan seseorang yang berusia produktif lebih mudah
dan lebih banyak menderita tuberkulosis paru21.Tetapi tidak selalu pasien
tuberkulosis berusia dewasa, melihat banyak faktor risiko lain yang juga memiliki
peran dalam terjadinya penularan penyakit tuberkulosis.

2. Hasil tabulasi silang tipe pasien dengan jenis kelamin

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Klasifikasi Pasien TB dengan Jenis


Kelamin

Jenis Kelamin Total


Klasifikasi pasien Laki-laki Perempuan
Pasien baru 26 13 39

66.7% 33.3% 100.0%


Pasien lama 2 0 2

100% 0% 100.0%

Total 28 13 41

68.3% 31.7% 100.0%

Pada tabel diatas menunjukan pasien tuberkulosis baru dengan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 26 orang ( 66.7%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien
tuberkulosis baru dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 13 orang (33.3%).
Sedangkan pada kasus pasien tuberkulosis lama dengan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 2 orang (100%) dan tidak ditemukan pasien tuberkulosis lama dengan
jenis kelamin perempuan.

26
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Hal ini sesuai dengan penelitian lain dimana hasil menunjukan laki-laki
memiliki persentase lebih tinggi dalam kejadian penyakit tuberkulosis
dibandingkan dengan wanita.21,22,23,24, karena laki-laki memang lebih rentan
terkena infeksi M. tuberculosis.Hal ini dapat berkaitan dengan kebiasaan merokok
yang lebih besar pada laki-laki, yang menyebabkan gangguan pada sistem
imunitas saluran pernafasan sehingga menjadi lebih rentan untuk
terinfeksi.Gangguan pada sistem imunitas saluran pernafasan tersebut dapat
berupa kerusakan mukosiliar akibat racun asap rokok serta menurunkan respon
terhadap antigen, sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya tuberkulosis
paru.Selain itu biasanya laki-laki kurang memperhatikan kesehatannya dan
kebiasaan hidupnya sehari-hari yang lebih banyak berada diluar rumah karena
bekerja menimbulkan faktor pemicu terjadinya penyakit tuberkolosis paru. Hal ini
akan berdampak pada rendahnya sistem imunitas dan faktor terpajan yang lebih
besar.25
3. Tabulasi silang antara tipe pasien dengan alamat

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara Klasifikasi Pasien TB dengan


Alamat.

Alamat Total
Klasifikasi pasien Serpong Cilenggang
Pasien baru 25 14 39

64,1% 35,9% 100.0%


Pasien lama 2 0 2

100% 0% 100.0%

Total 27 14 41

65,9% 34,1% 100.0%

Pada tabel diatas menunjukkan pasien tuberkulosis baru yang bertempat tinggal di
daerah Serpong berjumlah 25 orang (64.1%), lebih banyak dibandingkan pasien
tuberkulosis baru yang bertinggal di daerah Cilenggang, Sedangkan pada pasien

27
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tuberkulosis lama yang tempat tinggal di daerah Serpong berjumlah 2 orang
(100%) dan pasien tuberkulosis lama yang tinggal di daerah Cilenggang tidak ada.

Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Serpong lebih banyak dibandingkan


jumlah penduduk di Cilenggang.

4. Tabulasi silang antara tipe pasien dengan tingkat pendidikan

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Klasifikasi Pasien TB dengan Tingkat


Pendidikan

Tingkat pendidikan
Klasifikasi pasien Rendah Menengah Tinggi Total
Pasien baru 5 28 6 39

12,8% 71,8% 15,4% 100.0%


Pasien lama 0 2 0 2

0% 100% 0% 100.0%

Total 5 30 6 41

12,2% 73,2% 14,6% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tipe pasien baru dengan tingkat
pendidikan rendah didapatkan 5 orang (12,8%), kemudian dengan tingkat
pendidikan menengah didapatkan 28 orang (71,8%) dan tingkat pendidikan
tinggi didapatkan 6 orang (15,4%). Pasien lama dengan tingkat pendidikan
rendah tidak ditemukan (0%), tingkat pendidikan tinggi ditemukan 2 orang
(100%) dan dengan pendidikan tinggi tidak ditemukan.

Data diatas menunjukan bahwa pasien-pasien tuberkulosis paru di


Puskesmas Serpong 1 sebagian besar memiliki tingkat pendidikan kategori
menengah sebesar 30%, baik pada pasien baru maupun lama. Hasil data diatas
menunjukan bahwa tingkat pendidikan memiliki peran cukup penting dalam
kejadian penyakit tuberkulosis, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan selalu

28
Universitas Muhammadiyah Jakarta
berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, sehingga pasien dengan tingkat
pendidikan tinggi dianggap memiliki tingkat pengetahuan yang baik, terutama
pada pasien tuberkulosis. Tetapi tidak semua pasien dengan tingkat pendidikan
tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang baik jika individu tersebut tidak
menerapkan ilmu yang dimiliki.

5. Tabulasi silang antara tipe pasien dengan tingkat pengetahuan.

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Klasifikasi Pasien TB dengan


Tingkat Pengetahuan.

Tingkat pengetahuan
Klasifikasi
pasien Kurang Cukup Baik Total
Pasien baru 16 18 5 39

41,0% 46,2% 12,8% 100.0%


Pasien lama 0 1 1 2

0% 50% 50% 100.0%

Total 16 19 6 41

39,0% 46,3% 14,6% 100.0%

Tabel diatas menunjukan pasien tuberkulosis paru tipe baru dengan tingkat
pengetahuan yang kurang berjumlah 16 orang (41%), tingkat pengetahuan cukup
berjumlah 18 orang (46.2%) serta dengan tingkat pengetahuan yang baik
berjumlah 5 orang (12.8%). Sedangkan, pasien tuberkulosis lama dengan tingkat
pengetahuan kurang tidak ada, tingkat pengetahuan yang cukup berjumlah 1 orang
(50%) dan pasien tuberkulosis lama dengan tingkat pengetahuan yang baik
berjumlah 1 orang (50%).

Data diatas menunjukan sebagian besar tingkat pengetahuan pasien


tuberkulosis paru baik tipe baru maupun lama, memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lain, yang menunjukan hasil

29
Universitas Muhammadiyah Jakarta
yang baik pada tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis paru di Puskesmas
Jakarta Timur dan Yogyakarta.26,27

Dalam hal ini peran tingkat pengetahuan memiliki peran penting baik pada
penderita tuberkulosis maupun pasien non-tuberkulosis, karena pengetahuan yang
baik akan memunculkan sikap untuk bereaksi terhadap objek dengan menerima,
memberikan respon, menghargai dan membahasnya dengan orang lain dan
mengajak untuk mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon terhadap
apa yang telah diyakininya28, sehingga pasien tuberkulosis dengan tingkat
pengetahuan yang baik dapat berperan dalam pencegahan dan penanganan
penyebaran kejadian penyakit tuberkulosis. Tim peneliti menganalisa bahwa
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan di Puskesmas
Serpong 1 sudah cukup baik meskipun belum secara maksimal dapat diterapkan
oleh setiap pasien, baik tentang pencegahan maupun penanganan, sehingga tingkat
pengetahuan oleh pasien tuberkulosis dengan kategori cukup sudah menunjukan
suatu hasil yang baik.

6. Tabulasi silang antara tipe pasien dengan pekerjaan

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Klasifikasi Pasien TB dengan


Pekerjaan.

Pekerjaan Total
Klasifikasi pasien Tidak Bekerja Bekerja
Pasien baru 23 16 39

59,0% 41,0% 100.0%


Pasien lama 1 1 2

50% 50% 100.0%

Total 24 17 41

58.5% 41.5% 100.0%

30
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pasien baru yang tidak
bekerja didapatkan 23 orang (59,0%), didapatkan 16 orang (41,0%) untuk pasien
yang bekerja. Pada pasien tuberkulosis tipe lama didapatkan yang tidak bekerja 1
orang (50%) dan bekerja didapatkan 1 orang (50%).

Data diatas menunjukan sebagian besar pasien tuberkulosis tidak bekerja (


58%), Pekerjaan seseorang juga akan mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga
yang akan mempunyai dampak terhadap pola kehidupan sehari-hari antara konsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap
kepemilikan rumah (konstruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai
pendapatan dibawah UMR (Upah Minimum Regional) atau tidak bekerja akan
menkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap
anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan
memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB paru.22

7. Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan tingkat


pengetahuan

Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dengan


Tingkat Pengetahuan Pasien TB Puskesmas Kecamatan Serpong 1

Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pendidikan Kurang Cukup Baik Total
Rendah 4 1 0 5

80% 20% 0% 100.0%


Menengah 10 15 5 30

33.3% 50% 16.7% 100.0%


Tinggi 2 3 1 6

33.3% 50% 16.7% 100%

Total 16 19 6 41

39% 46.3% 14.6% 100.0%

31
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pada tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan rendah dengan tingkat
pengetahuan yang kurang berjumlah 4 orang (80%), tingkat pendidikan rendah
dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 1 orang ( 20%), tingkat pendidikan
rendah dengan tingkat pengetahuan yang baik tidak ada. Sedangkan, tingkat
pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 10
orang (33.3%), tingkat pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan cukup
berjumlah 15 orang ( 50%), tingkat pendidikan menengah dengan tingkat
pengetahuan yang baik berjumlah 5 orang (16.7%). Dan, tingkat pendidikan tinggi
dengan tingkat pengetahuan yang kurang berjumlah 2 orang (33.3%), tingkat
pendidikan tinggi dengan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 3 orang ( 50%),
tingkat pendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan yang baik berjumlah 1
orang (16.7%).

Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan berbanding lurus


dengan tingkat pengetahuan, melihat tingkat pendidikan pasien tuberkulosis
paling banyak pada kategori menengah dan tingkat pengetahuan pasien
tuberkulosis yang berada dalam kategori cukup. Dalam hal ini peran tingkat
pengetahuan memiliki peran penting baik pada penderita tuberkulosis maupun
pasien non-tuberkulosis, karena pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap
untuk bereaksi terhadap objek dengan menerima, memberikan respon, menghargai
dan membahasnya dengan orang lain dan mengajak untuk mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon terhadap apa yang telah diyakininya28,
sehingga pasien tuberkulosis dengan tingkat pengetahuan yang baik dapat
berperan dalam pencegahan dan penanganan penyebaran kejadian penyakit
tuberkulosis.

32
Universitas Muhammadiyah Jakarta
33

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis dewasa di Puskesmas
Kecamatan Serpong paling banyak adalah laki-laki sebesar 68,3% dan
perempuan sebesar 31,7%.
2. Distribusi usia pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah kategori
dewasa (26 54 tahun) sebesar 75,6%, dan kategori usia paling sedikit
adalah usia kategori lansia (55) sebesar 17,1%.
3. Distribusi pekerjaan pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah
tidak bekerja dengan persentase 58,5% , sedangkan pasien yang bekerja
sebesar 41,5%.
4. Distribusi tingkat pendidikan pasien tuberkulosis dewasa paling banyak
adalah pasien tuberkulosis dewasa dengan tingkat pendidikan kategori
menengah ( tamat SMP atau SMA) sebesar 73,6%, dan paling sedikit
tingkat pendidikan kategori rendah ( tidak sekolah dan tamat SD) sebesar
12,2%.
5. Distribusi tempat tinggal pasien tuberkulosis dewasa paling banyak adalah
pasien tuberkulosis paru dewasa yang bertempat tinggal di daerah wilayah
Serpong dengan persentase 65,9%, sedangkan untuk pasien yang
bertempat tinggal di daerah Cilenggang memiliki persentase lebih sedikit
yaitu sebesar 34,1%.
6. Distribusi tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis dewasa tentang
pencegahan dan penanganan penyakit tuberkulosis paling banyak adalah
kategori cukup dengan 46,3%, kategori kurang 39% dan kategori baik
sebesar 14,6%.
7. Distribusi tipe pasien tuberkulosis paru persentase terbanyak adalah pasien
baru 95,1%, sedangkan persentase pasien lama sebesar 4,9%.
8. Pada tabulasi silang didapatkan usia dewasa paling banyak pada tipe
pasien baru dan pasien lama dengan persentase.
9. Pada tabulasi silang didapatkan jenis kelamin laki-laki paling banyak, baik
pada tipe pasien baru maupun pasien lama.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


10. Pada tabulasi silang didapatkan pasien tuberkulosis paru paling banyak
bertempat tinggal di daerah Serpong, baik pada tipe pasien baru maupun
pasien lama.
11. Pada tabulasi silang didapatkan pasien tuberkulosis paru sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan kategori menengah (tamat SMP dan SMA),
baik pada pasien baru maupun lama.
12. Pada tabulasi silang didapatkan tingkat pengetahuan yang cukup pada
pasien tuberkulosis paru baik tipe baru maupun lama.
13. Pada tabulasi silang didapatkan lebih banyak pasien yang tidak bekerja
dibandingkan yang bekerja, baik tipe baru maupun lama.
14. Pada tabulasi silang didapatkan paling banyak pasien dengan tingkat
pendidikan menengah memiliki tingkat pengetahuan tentang pencegahan
dan penanganan penyakit tuberkulosis yang cukup.

5.2 Saran
1. Tim peneliti mengharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat
memberikan inovasi dalam program penanggulangan dan pencegahan
penyakit tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Serpong 1 Tangerang
Selatan.
2. Tim peneliti menyarankan adanya penelitian-penelitian lain yang dapat
digunakan untuk pengembangan tiap program di puskesmas.

34
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

1. Kota DI, selatan T. Epidemiologi Spasial Kejadian Tuberkulosis (TB).


2. Infodatin_tb.pdf.
3. Fakultas Kedokteran Andalas. 2015;0-4
4. Kabupaten K, Tahun T. Kabupaten Tangerang. 2014;(021).
5. Ri DIK, Pengantar K.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) PROVINSI
BANTEN TAHUN 2007.2009;
6. Kesehatan K, Indonesia R. Profil Kesehatan Indonesia
7. Asril Bahar, Zulkifli Amin. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Hal.2230. Jakarta: InternaPublishing; 2015.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015
Hal.160-172; 2016 [diakses 5 April 2017]. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
9. World Health Organization. Global Tuberculosis Report WHO 2015 Chapter
6, Hal. 78; 2015 [diakses 5 April 2017. Diunduh dari
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
10. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. 2007. Edisi 2. Tersedia di 10 April 2017, 17.00 WIB].

11. Soejadi, T.B., Apsari, D.A., Suprapto. Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Kasus Tuberkulosis Paru. Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Depkes Medan. 2006.

12. Suswati, E. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten


Jember.Biomedis. 2007, Vol. 1, No. 1.

13. Hill, P.C., Jackson-Sillah, D., Donkor, S.A., Otu, J., Adegbola, R.A.,
Lienhardt, C. Risk Factors For Pulmonary Tuberculosis: A Clinic-Based Case
Control Study in The Gambia. BMC Public Health. 2006, 6:156.

14. Ogboi S.J., Idris S.H., Olayinka A.T., Junaid, I. Socio-Demographic


Characteristics of Patients Presenting Pulmonary Tuberculosis in Primary
Health Center, Zaria, Nigeria. Jurnal of Medical Laboratory and Diagnosis.
2010, Vol. 1(2) pp. 11-14.

35
Universitas Muhammadiyah Jakarta
15. Wildan, Y., Fatimah, S., Kuspiatiningsih, T., Sumardi. Hubungan Sosial
Ekonomi Dengan Angka Kejadian TB Paru BTA Positif Di Puskesmas Sedati.
Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo; Vol 10, No 2, Juni 2008.

16. Sudarso. Keadaan Lingkungan Fisik Rumah Penderita Tuberkulosis Paru di


Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Infokes STIKES Insan
Unggul Surabaya. 2008.

17. Coker, R., McKee, M., Atun, R., Dimitrova, B., Dodonova, E., Kuznetsov, S.,
Drobniewski, F. Risk Factors For Pulmonary Tuberculosis in Russia: Case
Control Study. BMJ. 2006, Vol. 332.

18. Ajis, E., Mulyani, N.S., Pramono, D. Hubungan Antara Faktor-Faktor


Eksternal Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis pada Balita. Berita
Kedokteran Masyarakat. 2009, Vol. 25, No. 3.

19. Anonymous. Pulmonary Tuberculosis. Pubmedhealth. 2010. Tersedia di :


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001141/ [diakses 10 April
2017, 18.35 WIB].

20. Marsito. Informasi Tentang Tuberkulosis. Balai Pelatihan Kesehatan


Lemhabang. 2010. Tersedia di : http//bapelkes-lemhabang.go.id [diakses 10
April 2017, 19.15 WIB].

21. Mahfuznah I, Gambaran faktor risiko penderita TB paru berdasarkan status gizi dan
pendidikan di RSUD dokter Soedarso. Universitas Tanjungpura Pontianak,
2014

22. Jendra F.J Dotulong, Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa Wori
Kecamatan Wori, Universitas Sam Ratulangi Manado.

23. Dian Wahyu, Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas


Tuminting Manado,Volume 3, Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.

24. Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif yang Ditemukan di
BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 Desember 2012 Eni Yulvia
Susilayanti1, Irvan Medison2, Erkadius3, http://jurnal.fk.unand.ac.id

25. Iskandar. Hubungan karakteristik penderita, lingkungan fisik, rumah dan


wilayah dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Aceh Tenggara tahun
2009 (tesis). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara; 2009.

26. Hubungan Tingkat Pengetahuan Klien Tuberkulosis dengan Kepatuhan


Minum Obat Anti Tuberkulosis Rini Hardiani Noorhizmah, Etty Rekawati

36
Universitas Muhammadiyah Jakarta
27. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keteraturan Minum Obat pada
Pasien TB Paru DI BP4 Yogyakarta, Naskas Publikasi.

28. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :


Rineka Cipta

37
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 1

Surat Ijin Penelitian

38
Universitas Muhammadiyah Jakarta
39
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 2

Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)

Kuesioner Penelitian
Gambaran Karakteristik Pasien Tuberkulosis Dewasa di
Puskesmas Kecamatan Serpong 1Periode januari Maret
2017

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Usia : tahun

Alamat :

No.telepon/ HP :

Bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian yang berjudul

Gambaran Karakteristik Pasien Tuberkulosis Dewasa di Puskesmas

Kecamatan Serpong 1Periode januari Maret 2017 . Prosedur penelitian ini

tidak akan memberikan dampak dan risiko apapun pada responden. Saya telah

diberikan penjelasan mengenai hal tersebut diatas dan saya telah diberikan

kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan telah

mendapatkan jawaban yang jelas dan benar. Dengan ini saya menyatakan secara

sukarela untuk ikut sebagai subjek dalam penelitian ini.

Tangerang, Mei 2017

Responden

40
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Kode responden (diisi peneliti)

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan baik pertanyaan pada setiap soal

2. Jawablah setiap soal dengan memerikan tanda ceklis () pada tempat yang

disediakan sesuai dengan kondisi yang dialami/diketahui bapak/ibu

Pertanyaan :

1. Jenis Kelamin orang tua :

Laki-laki Perempuan

2. Pendidikan terakhir bapak/ibu

SD SMP SMA D.3/Akademi

S.1/S.2 Lain lain

3. Status Pekerjaan :

PNS Swasta Wiraswasta

Ibu rumah tangga Pekerjaan lain.............

41
Universitas Muhammadiyah Jakarta
NO Pertanyaan Benar Salah
1. TBC merupakan penyakit turunan dari orang tua
2. Penyakit TBC disebabkan oleh Bakteri TBC
3. Penyebaran penyakit TBC dapat melaluo
pemakaian sabun yang digunakan bersama-sama
penderita penyakit TBC
4. Batuk, nyeri dada, dan demam merupakan tanda
dan gejala dari penyakit TBC.
5. Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah
dengan penderita TBC memiliki risiko yang besar
terserang atau tertular penyakit TBC
6. Sering begadang dan kurang istirahat merupakan
salah satu faktot penyebab terjangkit TBC
7. Pencegahan penularan TBC dengan menutup mulut
saat bersin dan batuk.
8. TBC bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ
tubuh seperti otak, jantung, ginjal
9. Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat
masuk ke rumah dapat membunuh kuman TBC
10. TBC dapat disebut juga dengan paru-paru basah
11. Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat
kuman TBC yang ada di dalam tubuhnya.
12. Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka
sebaiknya anak balita diberikan imunisasi BCG
13 Membersihkan lingkungan rumah setiap hari
merupakan tindakan efektif dalam pencegahan
TBC
14 Perumahan yang terlalu padat dan kumuh
merupakan kondisi yang tidak dapat menyebabkan
TBC
15 Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang
dapat menyebabkan TBC.
16 Membuka jendela pada siang hari merupakan salah
satu tindakan pencegahan TBC
17 Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan
membuang dahak/ludah disembarang tempat.
18. Meminum obat secara tekun dan teratur bagi
penderita TBC merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah penularan penyakit.
19. Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
tertularnya TBC
20. Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan
menyediakan makanan dengan gizi seimbang
seperti nasi, lauk, sayur dan buah.

42
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lampiran 3

Analisis Univariat

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid REMAJA 3 7.3 7.3 7.3

DEWASA 31 75.6 75.6 82.9

LANSIA 7 17.1 17.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 28 68.3 68.3 68.3

PEREMPUAN 13 31.7 31.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

alamat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SERPONG 27 65.9 65.9 65.9

CILENGGANG 14 34.1 34.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

43
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PASIEN BARU 39 95.1 95.1 95.1

PASIEN LAMA 2 4.9 4.9 100.0

Total 41 100.0 100.0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 24 58.5 58.5 58.5

bekerja 17 41.5 41.5 100.0

Total 41 100.0 100.0

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 1 2.4 2.4 2.4

19 1 2.4 2.4 4.9

22 1 2.4 2.4 7.3

26 2 4.9 4.9 12.2

28 1 2.4 2.4 14.6

29 1 2.4 2.4 17.1

30 2 4.9 4.9 22.0

31 3 7.3 7.3 29.3

32 2 4.9 4.9 34.1

33 1 2.4 2.4 36.6

36 1 2.4 2.4 39.0

37 1 2.4 2.4 41.5

38 1 2.4 2.4 43.9

40 2 4.9 4.9 48.8

41 1 2.4 2.4 51.2

42 2 4.9 4.9 56.1

44
Universitas Muhammadiyah Jakarta
45 1 2.4 2.4 58.5

46 2 4.9 4.9 63.4

47 1 2.4 2.4 65.9

50 2 4.9 4.9 70.7

52 2 4.9 4.9 75.6

53 1 2.4 2.4 78.0

54 1 2.4 2.4 80.5

55 1 2.4 2.4 82.9

56 1 2.4 2.4 85.4

58 1 2.4 2.4 87.8

60 3 7.3 7.3 95.1

81 2 4.9 4.9 100.0

Total 41 100.0 100.0

tingkat_pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 5 12.2 12.2 12.2

menengah 30 73.2 73.2 85.4

tinggi 6 14.6 14.6 100.0

Total 41 100.0 100.0

45
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Tabulasi Silang

klasifikasi_pasien * usia Crosstabulation

usia

REMAJA DEWASA LANSIA Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 3 30 6 39

% within klasifikasi_pasien 7.7% 76.9% 15.4% 100.0%

% within usia 100.0% 96.8% 85.7% 95.1%

% of Total 7.3% 73.2% 14.6% 95.1%

PASIEN LAMA Count 0 1 1 2

% within klasifikasi_pasien .0% 50.0% 50.0% 100.0%

% within usia .0% 3.2% 14.3% 4.9%

% of Total .0% 2.4% 2.4% 4.9%

Total Count 3 31 7 41

% within klasifikasi_pasien 7.3% 75.6% 17.1% 100.0%

% within usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 7.3% 75.6% 17.1% 100.0%

46
Universitas Muhammadiyah Jakarta
tingkat_pendidikan * tingkat_pengetahuan Crosstabulation

tingkat_pengetahuan

kurang cukup baik Total

tingkat_pendidikan rendah Count 4 1 0 5

% within tingkat_pendidikan 80.0% 20.0% .0% 100.0%

% within
25.0% 5.3% .0% 12.2%
tingkat_pengetahuan

% of Total 9.8% 2.4% .0% 12.2%

menengah Count 10 15 5 30

% within tingkat_pendidikan 33.3% 50.0% 16.7% 100.0%

% within
62.5% 78.9% 83.3% 73.2%
tingkat_pengetahuan

% of Total 24.4% 36.6% 12.2% 73.2%

tinggi Count 2 3 1 6

% within tingkat_pendidikan 33.3% 50.0% 16.7% 100.0%

% within
12.5% 15.8% 16.7% 14.6%
tingkat_pengetahuan

% of Total 4.9% 7.3% 2.4% 14.6%

Total Count 16 19 6 41

% within tingkat_pendidikan 39.0% 46.3% 14.6% 100.0%

% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
tingkat_pengetahuan

% of Total 39.0% 46.3% 14.6% 100.0%

47
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * pekerjaan Crosstabulation

pekerjaan

tidak bekerja bekerja Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 23 16 39

% within klasifikasi_pasien 59.0% 41.0% 100.0%

% within pekerjaan 95.8% 94.1% 95.1%

% of Total 56.1% 39.0% 95.1%

PASIEN LAMA Count 1 1 2

% within klasifikasi_pasien 50.0% 50.0% 100.0%

% within pekerjaan 4.2% 5.9% 4.9%

% of Total 2.4% 2.4% 4.9%

Total Count 24 17 41

% within klasifikasi_pasien 58.5% 41.5% 100.0%

% within pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.5% 41.5% 100.0%

48
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * jenis_kelamin Crosstabulation

jenis_kelamin

LAKI-LAKI PEREMPUAN Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 26 13 39

% within klasifikasi_pasien 100.0


66.7% 33.3%
%

% within jenis_kelamin 92.9% 100.0% 95.1%

% of Total 63.4% 31.7% 95.1%

PASIEN LAMA Count 2 0 2

% within klasifikasi_pasien 100.0


100.0% .0%
%

% within jenis_kelamin 7.1% .0% 4.9%

% of Total 4.9% .0% 4.9%

Total Count 28 13 41

% within klasifikasi_pasien 100.0


68.3% 31.7%
%

% within jenis_kelamin 100.0


100.0% 100.0%
%

% of Total 100.0
68.3% 31.7%
%

49
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * tingkat_pengetahuan Crosstabulation

tingkat_pengetahuan

kurang cukup baik Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 16 18 5 39

% within klasifikasi_pasien 41.0% 46.2% 12.8% 100.0%

% within
100.0% 94.7% 83.3% 95.1%
tingkat_pengetahuan

% of Total 39.0% 43.9% 12.2% 95.1%

PASIEN LAMA Count 0 1 1 2

% within klasifikasi_pasien .0% 50.0% 50.0% 100.0%

% within
.0% 5.3% 16.7% 4.9%
tingkat_pengetahuan

% of Total .0% 2.4% 2.4% 4.9%

Total Count 16 19 6 41

% within klasifikasi_pasien 39.0% 46.3% 14.6% 100.0%

% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
tingkat_pengetahuan

% of Total 39.0% 46.3% 14.6% 100.0%

50
Universitas Muhammadiyah Jakarta
klasifikasi_pasien * tingkat_pendidikan Crosstabulation

tingkat_pendidikan

rendah menengah tinggi Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 5 28 6 39

% within klasifikasi_pasien 12.8% 71.8% 15.4% 100.0%

% within tingkat_pendidikan 100.0% 93.3% 100.0% 95.1%

% of Total 12.2% 68.3% 14.6% 95.1%

PASIEN LAMA Count 0 2 0 2

% within klasifikasi_pasien .0% 100.0% .0% 100.0%

% within tingkat_pendidikan .0% 6.7% .0% 4.9%

% of Total .0% 4.9% .0% 4.9%

Total Count 5 30 6 41

% within klasifikasi_pasien 12.2% 73.2% 14.6% 100.0%

% within tingkat_pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.2% 73.2% 14.6% 100.0%

klasifikasi_pasien * alamat Crosstabulation

alamat

SERPONG CILENGGANG Total

klasifikasi_pasien PASIEN BARU Count 25 14 39

% within klasifikasi_pasien 64.1% 35.9% 100.0%

% within alamat 92.6% 100.0% 95.1%

% of Total 61.0% 34.1% 95.1%

PASIEN LAMA Count 2 0 2

% within klasifikasi_pasien 100.0% .0% 100.0%

% within alamat 7.4% .0% 4.9%

% of Total 4.9% .0% 4.9%

Total Count 27 14 41

% within klasifikasi_pasien 65.9% 34.1% 100.0%

% within alamat 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 65.9% 34.1% 100.0%

51
Universitas Muhammadiyah Jakarta
52
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai