Anda di halaman 1dari 51

SKRIPSI 2014

KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS


BULUKUMBA
KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

OLEH :

Nama : Danny Pilia


Nim : C111 12 377

PEMBIMBING:
dr. Muh.Ikhsan Madjid, MS.PKK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar hasil di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan Judul :

“KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN


DI PUSKESMAS BORONG RAPPOA
KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JANUARI – DESEMBER 2013”

Hari/Tanggal : Selasa, 1 April 2014

Pukul : 09.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar PB.622 IKM & IKK FK-UNHAS

Makassar, April 2014

Pembimbing,

dr. Muh.Ikhsan Madjid, MS. PKK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi

“KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN


DI PUSKESMAS BORONG RAPPOA
KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JANUARI – DESEMBER 2013”

Makassar, April 2014

Pembimbing,

dr. Muh. Ikhsan Madjid, MS. PKK


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah atas junjungan kita Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam
sebagai suritauladan dalam kehidupan ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima
kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta H.Arfah HS dan Ibunda tercinta Hj. Nuraena, yang telah dengan sabar,
tabah dan penuh kasih sayang serta selalu memanjatkan doa dan dukungannya selama masa
studi penulis sekalipun terpisah oleh jarak;
2. dr. M. Ikhsan Madjid, MS, PKK, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan bimbingannya tahap demi tahap
penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan merupakan kesempatan berharga bagi
penulis untuk belajar;
3. Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Unhas yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjalani
kepaniteraan klinik dan penelitian;
4. Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc., selaku Ketua Bagian IKM-IKK FK Unhas yang telah
memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis menjalani kepaniteraan klinik dan
penelitian;
5. Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Wakil Dekan, staf pengajar, dan seluruh karyawan yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti kepaniteraan
klinik di FK Unhas;
6. Pihak Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, yaitu Kepala
Puskesmas, Bapak , Ibu, dan kakak-kakak tenaga kesehatan di Puskesmas yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
7. Rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak memberikan bantuan selama
penulis melakukan penelitian serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan skripsi ini
ada manfaatnya. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Amin.

Makassar, 1 April 2014

Penulis
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERISTAS HASANUDDIN
April, 2014

Nurfitrianti, C11109300
dr. Muhammad Ikhsan Madjid, MS, PKK
KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS BORONG
RAPPOA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA PERIODE
JANUARI – DESEMBER 2013
(viii + 40 halaman +4 tabel+ 1 lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang : Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama dan ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia berperan penting dalam upaya pencapaian visi Indonesia
Sehat. Tingginya angka kejadian menular di Indonesia menjadi suatu tantangan bagi Puskesmas
untuk mengatasi masalah tersebut.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan memperoleh
karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong Rappoa periode Januari –
Desember 2013. Karakteristik yang diteliti adalah jenis kelamin dan umur.
Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh jumlah sampel sebanyak 18.910 sampel yang terdistribusi.
Dengan penyakit terbanyak pada perempuan adalah myalgia sebanyak 14,03 %, dan yang
terbanyak untuk laki-laki adalah batuk sebanyak 14,37 %. Untuk kelompok umur diperoleh data
pada golongan umur <1 tahun , penyakit yang terbanyak adalah dermatitis atopi sebanyak 51,28
% dari 195 kasus yang ditemukan. Pada golongan umur 1-4 tahun, penyakit terbanyak adalah diare
sebanyak 25,78 % dari 1.350 kasus. Pada golongan umur 5-14 tahun, penyakit terbanyak adalah
demam yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 21,98 % dari 3.157 kasus. Pada golongan
umur 15-44 tahun , penyakit terbanyak adalah gastritis sebanyak 14,35 % dari 7.870 kasus. Pada
golongan umur 45-54 tahun, penyakit yang terbanyak adalah myalgia sebanyak 19,83 % dari 3.066
kasus. Pada golongan umur 55-64 tahun, penyakit yang terbanyak adalah myalgia sebanyak 23,16
% dari 1.622 kasus. Pada golongan umur ≥65 tahun, penyakit terbanyak adalah hipertensi
sebanyak 30,98 % dari 1.643 kasus
Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh data penyakit yang terbanyak untuk semua kelompok umur
dan jenis kelamin adalah myalgia sebanyak 13,68 % dari 18.910 kasus.
Kata Kunci: Jenis kelamin, umur, Puskesmas Borong Rappoa, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba
Daftar Pustaka: 23
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
APRIL, 2014

Nurfitrianti, C11109300
dr. Muhammad Ikhsan Madjid, MS, PKK
CHARACTERISTICS OF DISEASE OUTPATIENT IN HEALTH CENTER BORONG
RAPPOA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA PERIOD JANUARY
- DECEMBER 2013
(viii + 40 pages +4 tables+ 1 attachment)

ABSTRACT

Background : Health centers as the first level implementation units and spearhead health
development in Indonesia plays an important role in achieving the vision of Healthy Indonesia.
The high incidence of infectious in Indonesia has become a challenge for health centers to address
the problem.
Method : This type of research is descriptive research that aims to obtain the characteristic disease
patients in outpatient health center Borong Rappoa the period January to December 2013. The
characteristics studied were age and sex.
Results : The results were obtained a total sample of 18.910 samples were distributed . With most
diseases in women are as much as 14.03 % myalgia , and that most of the male is coughing as
much as 14.37 % . For the age group obtained data on age groups < 1 year , most diseases are
atopic dermatitis as much as 51.28 % of the 195 cases were found . In the age group 1-4 years ,
most diseases are diarrhea as much as 25.78 % of the 1.350 cases . In the age group 5-14 years ,
most diseases are fever of unknown cause as much as 21.98 % of the 3.157 cases . In the age group
15-44 years , most diseases are gastritis as much as 14.35 % of the 7,870 cases . In the age group
45-54 years , most diseases are as much as 19.83 % myalgia of 3.066 cases . In the age group 55-
64 years , most diseases are as much as 23.16 % myalgia of 1.622 cases . In the age group ≥ 65
years , most diseases are hypertension as much as 30.98 % of the 1.643 cases.
Conclusion: The result showed that most disease data for all age groups and genders were myalgia
much as 13.68% of the 18.910 cases.
Keywords: Gender, age, health center Borong rappoa, Kecamatan Kindang, Kabupaten
Bulukumba
References: 23
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN CETAK .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4


A. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas ......................................................... 4
1. Pengertian Puskesmas .......................................................................... 4
2. Visi dan Misi Puskesmas ...................................................................... 4
3. Tujuan dan Fungsi Puskesmas ............................................................. 4
4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan Puskesmas .................................... 5
B. Tinjauan Umum Tentang Penyakit ............................................................ 7
1. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit ........................................... 7
2. Pengertian Penyakit ............................................................................. 7
C. Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit ....................................................... 10
1. Proses Perkembangan Penyakit ........................................................... 10
2. Pola Penyebaran Penyakit .................................................................... 10
3. Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit .................................................... 11
4. Manfaat Mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit ................................ 11
D. Klasifikasi Penyakit ................................................................................... 12
E. Tinjauan Umum Beberapa Penyakit .......................................................... 13
1. Saluran Pernapasan (Sistem Respirasi) .................................................. 13
2. Saluran Pencernaan (Traktus Gastrointestinalis) ................................... 13
3. Saluran Pernapasan (Sistem Respirasi) .................................................. 15
4.Penyakit Kulit ......................................................................................... 16
5. Penyakit Infeksi Lainnya ....................................................................... 16
F. Pencegahan Penyakit ................................................................................. 18

BAB III KERANGKA KONSEP ........................................................................ 19


A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ..................................................... 19
B. Definisi Operasional .................................................................................. 19
1. Jenis Kelamin ....................................................................................... 19
2. Umur .................................................................................................... 19
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 19

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 21


A. Desain Penelitian ....................................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 21
C. Metode Penelitian ...................................................................................... 21
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 21
E. Besar Sampel ............................................................................................. 21
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..................................................................... 21
G. Manajemen dan Analisis data .................................................................... 22
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 22

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................... 23


A. Keadaan Geografis ..................................................................................... 23
B. Keadaan Demografi ................................................................................... 23
C. Sarana dan Tenaga Kesehatan ................................................................... 23

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................


A. Hasil ........................................................................................................... 25
B. Pembahasan ................................................................................................ 35

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 37


A. Kesimpulan ................................................................................................ 37
B. Saran .......................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 6.1 Distribusi Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan
Kindang Kabupaten Bulukumba Periode Januari – Desember2013 Berdasarkan
Klasifikasi ICD X ................................................................................... 26

Tabel 6.2 Karakteristik Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas


Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
Periode Januari – Desember 2013 Untuk Semua Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin ........................................................................ 28

Tabel 6.3 Karakteristik Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas


Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
Periode Januari – Desember 2013 Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 30

Tabel 6.2 Karakteristik Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas


Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
Periode Januari – Desember 2013 Berdasarkan Umur .......................... 32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknlogi pengobatan dan ditemukannya berbagai macam obat memiliki
kecenderungan yang mendorong orang untuk mempertahankan kesehatannya dengan
menggantungkan diri pada obat hingga pola hidup “sehat” seolah-olah dilupakan dan baru
setelah Perang Dunia konsep “sehat” mendapatkan perhatian dan dikembangkan hingga
saat ini.1
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu ialah “seseorang dikatakan sehat bila
semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis
kelamin”. Kesulitan yang dihadapi oleh konsep ini adalah “normal” masih belum dapat
dibakukan.1
Karena adanya perbedaan dalam sudut pandang tersebut, maka hingga kini belum
terdapat batasan “sehat” yang memuaskan. Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai
Negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1984).1
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka diselenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, murah dan dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat serta dengan melibatkan peranan aktif masyarakat. Upaya
kesehatan yang telah dijabarkan oleh Sistem Kesehatan Nasional dipengaruhi oleh
lingkungan, social budaya, termasuk ekonomi, lingkungan fisik, biologis yang bersifat
dinamis, kompleks serta saling mempengaruhi satu sama lain.2,3
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui riset kesehatan dasar 2007 yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melaporkan bahwa
terdapat sepuluh jenis penyakit menular yang umumnya terjadi di Indonesia antara lain
Filiriasis (0,11%), Demam Berdarah Dengue (0,62%), Malaria (2,85%), penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (25,50%), Pneumonia (2,13%), Tuberkulosis Paru (0,99%),
Campak (1,18%), Demam Tifoid (1,60%), Hepatitis (0,60%), dan Diare (9,00%). Selain
itu dilaporkan pula mengenai prevalensi penyakit tidak menular yang umumnya terdapat
di Indonesia. Setidaknya diperoleh 13 jenis penyakit tidak menular yang menonjol di
seluruh Indonesia antara lain penyakit musculoskeletal (30,3 %), hipertensi (29,8 %),
stroke (0,8 %), penyakit jantung (7,2 %), diabetes mellitus (1,1 %), tumor/kanker (0,4 %),
asma (4 %), dermatitis (6,8 %), rhinitis (2,4 %), gangguan mental emosional (11,6 %),
gangguan penglihatan (4,8 %), katarak (1,8 %), dan hemofilia (0,7 %) .4
Berdasarkan laporan tahunan Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2006, terdapat sepuluh jenis penyakit
yang menonjol dari 26 jenis penyakit yang dilaporkan, seperti influenza yang menduduki
urutan pertama dengan porsi mencapai 51,84%, kemudian diare dengan porsi 31,52 %,
tifus perut klinis dengan porsi mencapai 4,01%, penyakit lainnya (tersangka TBC Paru,
diare berdarah, pneumonia, TBC Paru BTA +, malaria klinis, campak, dan Demam
Berdarah Dengue) dengan porsi di bawah 4%. Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan
penyakit berbasis Puskesmas melalui Sistem Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Masalah
kesehatan masyarakat inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian
tentang karakteristik penyakit pasien di Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba periode Januari-Desember 2013.5
Tersedianya data yang lengkap dan akurat tentang penyebaran penyakit yang terdapat
dalam masyarakat dapat membantu kita untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat
serta meminimalkan kemungkinan terjadinya ledakan penyakit dalam masyarakat yang
tidak dapat dideteksi. Dengan demikian tersedianya data tersebut dapat menekan angka
kesakitan dan kematian. Seperti yang kita ketahui, dana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pencegahan dini suatu penyakit tidaklah sebesar dana yang dibutuhkan
untuk pengobatan sehingga perlu diketahui pola distribusi penyakit yang ada di
masyarakat. Hal ini dapat menjadi acuan bagi pihak pemerintah dan kesehatan dalam
melakukan usaha-usaha pencegahan, perencanaan, dan penanggulangan terhadap masalah
kesehatan tersebut.6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong rappoa
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari- Desember 2013 ditinjau dari
segi jenis kelamin?
2. Bagaimana karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong rappoa
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari- Desember 2013 ditinjau dari
segi umur ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Untuk mendapatkan data tentang karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di
Puskesmas Borong rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari-
Desember 2013.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas
Borong rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba ditinjau dari segi jenis
kelamin
b. Untuk mengetahui karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas
Borong rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba ditinjau dari segi umur

D. Manfaat Penelitian
1. Dengan diketahuinya karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas
Borong rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber informasi bagi Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi
Sulawesi Selatan
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber informasi dan bahan bacaan
untuk peneliti berikutnya
3. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM TENTANG PUSKESMAS
1. Pengertian puskesmas
Pengertian puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.7
2. Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin
dicapai mencakup empat indicator utama, yaitu (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3)
cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas yakni terwujudnya Kecamata Sehat, yang harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.7
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: (1)
menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, (2) mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, (3) memelihara
dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, serta (4) memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.7
3. Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
rangka memujudkan Indonesia sehat. Selain tujuan, puskesmas juga memiliki fungsi, yaitu (1)
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat,
(3) pusat pelayanan kesehatan perorangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat.7
4. Upaya dan Azas Penyelenggaran Puskesmas
Untuk mewujudkan visi pembangunan melalui puskesmas yaitu terwujudnya
Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:7
a. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan
oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut terdiri dari:
1) Upaya promosi kesehatan
2) Upaya kesehatan lingkungan
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4) Upaya perbaikan gizi masyarakat
5) Upaya pencegahan dan pemeberantasan penyakit menular
6) Upaya pengobatan
b. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada yaitu:
1) Upaya kesehatan sekolah
2) Upaya kesehatan olahraga
3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4) Upaya kesehatan kerja
5) Upaya kesehatan gigi dan mulut
6) Upaya kesehatan jiwa
7) Upaya kesehatan mata
8) Upaya kesehatan usia lanjut
9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Pelaksanaan kedua upaya kesehatan tersebut harus menerapkan azas penyelenggaran
puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaran puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
fungsi puskesmas. Azas penyelenggaran puskesmas tersebut adalah:7
a. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas ini memberikan pengertian bahawa puskesmas bertanggungjawab meningkatakan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Dilaksanakannya
upaya kesehatan srata pertama oleh puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa
serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya pada dasarnya merupakan
realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
b. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Oleh karena itu, berbagai potensi
masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan badan penyantun puskesmas (BPP).
c. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,
pelaksanaan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam
keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Keterpaduan lintas program, misalnya manajemen terpadu balita sakit, upaya kesehatan
sekolah, puskesmas keliling, dan posyandu
2) Keterpaduan lintas sector, misalnya upaya kesehatan sekolah yang dipadukan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
d. Azas rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
puskesmas terbatas, padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Oleh karena itu, pelaksanaan setiap upaya puskesmas
harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit yang
dilaksanakan secara timbal balik, baik secara vertical dalam arti dari satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua jenis rujukan sesuai
dengan jenis upaya kesehatan puskesmas, yaitu:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan, terdiri dari rujukan kasus untuk keperluan
diagnostik, rujukan pemeriksaan laboratorium, dan rujukan ilmu pengetahuan.
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat, terdiri dari rujukan sarana dan logistik, rujukan
tenaga, dan rujukan operasional.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PENYAKIT


1. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
Penyakit merupakan salah satu bentuk kehidupan manusia yang telah dikenal dahulu.
Pada mulanya, konsep terjadinya penyakit didasarkan oleh adanya makhluk halus oleh
kemurkaan dari Yang Maha Pencipta.8
Pada masa berikutnya, Hipocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya
penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, uadara, tanah, cuaca, dan
lain sebagainya. Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa-sisa
makhluk hidup yang mengalami pembusukan sehingga menyebabkan pengotoran uadara
sekitarnya.8
2. Pengertian Penyakit
Ditinjau dari sudut epidemiologi, konsep mengenai arti penyakit digambarkan sebagai
mal-adjustment atau manusia tidak mampu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
dan merupakan fenomena social di mana penyakit dapat timbul setiap saat pada seluruh bagian
masyarakat di atas permukaaan bumi ini tanpa ada penegecualian.8
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit pada manusia,
yaitu:
a. Pejamu (Host)
Yang dimaksud dengan pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia
yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit. Faktor-faktor tersebut banyak
macamnya antara lain umur, seks, ras, genetic, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat
istiadat, gaya hidup, dan psikis.1,8
Unsur pejamu terutama manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok sifat utama, yakni sifat
yang erat hubungannnya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan sifat manusia sebagai
makhluk sosial.1,8
1) Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu seperti:
a) Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
b) Bentuk anatomis tubuh
c) Fungsi fisiologis tubuh
d) Keadaan imunitas serta reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari
dalam tubuh sendiri
e) Kemampuan interaksi antara pejamu dengan penyebab secara biologis
f) Status gizi dan kesehatan secara umum
2) Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat khusus seperti:
a) Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta
hubungan sosial kemasyarakatan
b) Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.
Karakteristik Host:1,8
1) Resistensi: kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi
2) Imunitas: kesanggupan host untuk menegembangkan suatu respon imunologis, dapat
secara alamiah maupun diperoleh sehingga kebal terhadap suatu penyakit
3) Infectiosness: potensi host yang terinfeksi untuk menularkan kuman yang berada dalam
tubuh manusia yang dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
b. Bibit penyakit (Agent)
Yang dimaksud bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen tertentu yang
keadaannya atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit. Substansi atau elemen yang dimaksud banyak macamnya yang sederhana dapat
dikelompokkan ke dalam lima macam, yaitu:1,8,10
1) Agen biologis: virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba
2) Agen nutrient: protein, lemak, karbohidrat
3) Agen fisik: panas, dingin, kelembapan, tekanan
4) Agen kimia: dapat bersifat endogen seperti asidosis, hiperglikemia, uremia, dan eksogen,
seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain
5) Agen mekanis: gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh.
Karakteristik Agent:1,8,10
1) Infektifitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan host untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan
host
2) Patogenitas: kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus
yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang
3) Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang
berat yang mugkin menyebabkan kematian
4) Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia untuk toksis oleh
substansi kimia yang dibuatnya
5) Invasitas: kesanggupan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah
memasuki jaringan
6) Antigenitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam host
c. Lingkungan (Environment)
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara
umum lingkungan ini dibedakan atas:1,8
1) Lingkungan fisik : bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, panas, sinar radiasi, dan lain-lain
2) Lingkungan biologis : bersifat biotic atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,
virus, bakteri, jamur, parasit, serangga yang dapat berfungsi sebagai agent penyakit dan
hospes intermediate
3) Lingkungan sosial : berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standard dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi social dan
politik

C. RIWAYAT ALAMIAH PERJALANAN PENYAKIT


1. Proses Perkembangan Penyakit
Dalam menegakkan diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah tentang
riwayat alamiah penyakit. Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa
campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung
secara natural. Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai
berikut :8,9
a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini, individu berada dalam keadaan normal atau sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu agen penyakit. Pada tahap ini, telah terjadi
infeksi antara pejamu dengan bibit penyakit, interaksi ini masih di luar tubuh, dalam arti
bibit penyakit masih ada di luar tubuh pejamu. Jika keadaan pejamu tidak stabil atau bibit
penyakit menjadi ganas atau lingkungan member kondisi yang kurang menguntungkan
pejamu, maka keadaan ini memasuki fase berikutnya (tahap patogenesis).
b. Tahap patogenesis
Tahap ini meliputi subtahap, yaitu:
1) Tahap inkubasi, merupakan waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang
peka terhadap penyebab penyakit sampai timbulnya gejala penyakit.
2) Tahap penyakit dini, dimulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sering menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis.
3) Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit memerlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
4) Tahap penyakit akhir, berakhirnya perjalanan dapat berada dalam lima keadaan yaitu
sembuh sempurna , sembuh dengan cacat, carier, penyakit tetap berlangsung secara kronik
dan diakhiri dengan kematian.
2. Pola peneyebaran penyakit
Bibit penyakit yang akan masuk ke adalam tubuh akan masuk melalui pintu tertentu yang
disebut Portal Of Entry dan bila akan berpindah tempat dalam hal ini penderita baru akan
keluar melalui pintu keluar tertentu juga (Portal Of Exit).8,9
Kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau saluran kemih adalah “pintu” tubuh
tempat masuk dan keluarnya kuman atau bibit penyakit. Dalam memilih pintu masuk dan
keluar ini, setiap jenis kuman mempunyai jalan masuk dan keluar melalui dubur (sistem
pencernaan) seperti yang dilakukan oleh kebanyakan cacing Anchilostoma.8,9
Pengetahuan tentang jalan masuk ini penting untuk epidemiologi karena dapat dilakukan
penghalauan perjalanan kuman masuk dalam tubuh manusia. Cacing yang ingin masuk melalui
mulut dicegah dengan upaya cuci tangan sebelum makan. Pengetahuan tentang jalan keluar
bermanfaat untuk menemukan kuman itu untuk tujuan identifikasi dan diagnosis. 8,9
3. Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit
Dengan mengetahui riwayat alamiah penyakit, beberapa informasi penting yang
diperoleh antara lain: 8,9
a. Masa inkubasi atau masa laten
b. Kelengkapan keluhan untuk menegakkan diagnosis
c. Lamanya dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita
d. Mengetahui kejadian penyakit menurut musim
e. Lokasi geografis penyakit untuk dideteksi lokasi kemungkinan kejadian penyakit
f. Sifat-sifat biologis kuman pathogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit maupun pembunuhan kuman
4. Manfaat Mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit8,9
a. Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit
b. Untuk pencegahan : dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan
penyakit serta riwayat alamiah penyakit, dapat diketahui perlangsungan penyakit (akut atau
kronik) sehingga upaya pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan perlangsungan
penyakit
c. Untuk terapi : biasanya diarahkan ke fase paling awal karena terapi yang tepat pada awal
perjalanan penyakit akan lebih baik.

D. KLASIFIKASI PENYAKIT
Klasifikasi penyakit merupakan upaya untuk meningkatkan akuransi diagnosis setelah
mempergunakan hasil-hasil dari pemeriksaan gejala, tanda, tes, dan pembuatan kriteria
diagnosis. Dikenal berbagai macam pengklasifikasian penyakit berdasarkan pengelompokan
tertentu:
Salah satu bentuk klasifikasi penyakit yaitu menurut ICD (Klasifikasi Penyakit
Internasional). Sejak tahun 1984 WHO telah menerbitkan buku klasifikasi penyakit untuk
menjadi pedoman dalam mengklasifikasi penyakit dan nomor kode untuk setiap penyakit.
Menurut International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th
Revision Version 2010 ada 22 kelompok penyakit, yaitu:10
I. A00-B99 Penyakit Infeksi dan Parasit
II. C00-D48 Neoplasma
III. D50-D89 Penyakit Darah dan Organ Pembentuk Darah dan Gangguan Imunitas
IV. E00-E90 Penyakit Endokrin, Nutrisi, dan Metabolik
V. F00-F99 Kelainan Mental dan Perilaku
VI. G00-G99 Penyakit Sistem Saraf
VII. H00-H59 Penyakit Mata dan Adneksa
VIII. H60-H95 Penyakit Telinga dan Processus Mastoideus
IX. I00-I99 Penyakit Pada SItem Sirkulasi
X. J00-I99 Penyakit Pada Sistem Pernapasan
XI. K00-K93 Penyakit Pada Sistem Pencernaan
XII. L00-L99 Penyakit Pada Kulit dan Jaringan Subkutan
XIII. M00-M99 Penyakit Pada Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Penyambung
(Konektif)
XIV. N00-N99 Penyakit Pada Sistem Genitourinaria
XV. O00-O99 Komplikasi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
XVI. P00-P99 Keadaan Tertentu yang Berasal dari Masa Perinatal
XVII. Q00-Q99 Kelainan Kongenital, Deformitas, dan Abnormalitas Kromosom
XVIII. R00-R99 Gejala, Tanda dan Gejala Klinik, Pemeriksaan Laboratorium yang Tidak
Dapat Diklasifikasikan
XIX. S00-T98 Cedera dan Keracunan
XX. V01-Y98 Peneyebab Lain yang Menyebabkan Kecacatan dan Kematian
XXI. Z00-Z99 Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Hubungannya dengan
Pelayanan Kesehatan
XXII. Kode Kegunaan Khusus
E. TINJAUAN UMUM BEBERAPA PENYAKIT
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, dan
infeksi lain termasuk penyakit terbanyak di Sulawesi Selatan.5
1. Saluran Pernapasan (Sistem Respirasi)
Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang tinggi di seluruh dunia. Di negara-negara berkembang, frekuensi penyakit ini masih
menjadi penyebab kematian pada anak. Penyakit ini erat hubungannya dengan rumah yang
kurang sehat. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan
infeksi pada sistem organ tubuh lain dan berkisar flu biasa sampai pneumonia berat. Umumnya
hal ini disebabkan oleh infeksi virus selanjutnya mengalami infeksi sekunder. Gejala yang
paling dini ialah batuk, pilek dan demam. Pada anak-anak, penyakit ini timbul akibat kontak
dengan penderita dewasa. Pengobatan yang diberikan umumnya hanya bersifat simptomatis,
kecuali dicurigai adanya infeksi sekunder, maka antibiotk mutlak diberikan.12,13
a. Influenza
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang ditandai oleh
demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, dan sering disertai pilek, sakit tenggorokan, dan
batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.
Penyakit ini dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Serangan penyakit ini
tercatat paling tinggi pada musim dingin di Negara beriklim dingin dan pada waktu musim
hujan di negara tropis. Saat ini, telah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemic
oleh influenza 2-3 tahun sekali. Penyebaran penyakit ini adalah melalui media tetesan air
(droplet) pada waktu batuk dan melalui partikel yang berasal dari sekret hidung atau
tenggorokan yang melayang di udara (airborne) terutama di ruangan-ruangan yang tertutup
dan sesak dipenuhi oleh manusia.14

b. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia merupakan bentuk infeksi
saluran napas bawah akut di parenkim paru yang sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia
(lansia) dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktis kronis (PPOK). Selain itu, juga dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus, payah jantung, penyakit
arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik.
Untuk mengetahui factor predisposisinya, juga perlu diteliti mengenai factor lingkungannya
khususnya tempat tinggal misalnya di rumah jompo, penggunaan antibiotic dan obat suntik
intravena, serta keadaan alkoholik yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman gram
negatif.16
c. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang jaringan paru. Sebagian besar dari kasus
TB ini (95%) dan kematiannnya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Sekitar 75% diantaranya berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.
Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi, maka lebih dari 65% dari kasus-kasus
yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.16
Indonesia adalah Negara dengan prevalensi tuberculosis paru ke-3 tertinggi di dunia
setelah Cina dan India. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan
nasional tahun 2001, penyakit ini menempati rangking nomor 3 sebagai penyebab kematian
tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%.16
Gejala-gejala klinis dari tuberkulosis paru adalah demam, batuk/batuk darah, sesak
napas, nyeri dada, dan malaise. Tuberkulosis paru sulit dibedakan dengan pneumonia biasa
secara anamnesis dan pemeriksaan fisis. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti dari
Tuberkulosis paru.16
d. Asma
Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik : (1) obstruksi saluran napas yang
reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan maupun dengan
pengobatan; (2) inflamasi saluran napas; (3) peningkatan respons aluran napas terhadap
berbagai rangsangan (hiperaktivitas). Obstruksi saluran napas ini memberikan gejala-gejala
asma seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Penyempatan saluran napas dapat terjadi secara
bertahap, perlahan-lahan, dan menetap dengan pengobatan, tetapi dapat pula terjadi secara
mendadak sehingga menimbulkan kesulitan bernapas yang akut.17
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jenis kelamin, umur pasien,
status atopi, keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak, ditemukan prevalensi
anak laki-laki berbanding anak perempuan 1,5:1. Namun, menejelang dewasa perbandingan
tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak daripada laki-
laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada juga yang
melaporkan sebaliknya. Di Indonesia, prevalensi asma berkisar antara 5-7%.17
Penatalaksanaan asma dapat dilakukan dengan car mengurangi respons saluran napas
dengan jalan meredam inflamasi saluran napas, mencegah ikatan allergen dengan IgE,
mencegah pelepasan mediator kimia, dan mereleksasi otot-otot polos bronkus dengan
bronkodilator.17
2. Saluran pencernaan (Traktus Gastrointestinal)
Saluran cerna terutama rentan terhadap serangan penyakit mendadak dengan gejala
yang ganas, tetapi penyakit semacam ini umumnya akan mereda dalam waktu singkat dan tidak
meninggalkan efek sisa. Gangguan semacam ini tidak diragukan lagi merupakan gangguan
yang disebabkan oleh menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri atau
berbagai senyawa kimia lain.13
Diare
Diare masih merupakan penyebab kematian nomor dua di negara-negara berkembang.
Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-
3 kali dibandingkan negara maju. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan
kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia tersebut rentan
terhadap dehidrasi sedang-berat.12,14
Diare adalah berak-berak encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari dengan
konsistensi encer dapat/tanpa disertai lender dan darah. Penyakit ini erat hubungannya dengan
sanitasi air bersih dan hygiene yang rendah. Penyebabnya sangat bervariasi, dapat bersifat akut
maupun kronik. Penanggulangannya dilakukan dengan rehidrasi oral untuk menggantikan
cairan yang hilang, seperti larutan gula garam, air tajin, dan lain-lain. Bia tidak berhasil,
diperlukan penanganan lebih intensif di Puskesmas dan rumah sakit.12,14
3. Penyakit Kulit
Penyakit ini erat hubungannya dengan hygiene seseorang yang buruk dan sanitasi air
bersih yang tidak memadai. Pioderma dan skabies merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan pada daerah yang padat penduduknya. Pioderma merupakan penyakit yang
memberikan gejala utama antara lain bisul-bisusl. Terapi yang dianjurkan adalah antibiotik
baik local maupun sistemik.18
4. Penyakit infeksi lainnya
Beberapa penyakit lainnya yang sering terjadi di Indonesia adalah demam berdarah
dengue (DBD), malaria, dan demam tifoid.
a. Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Indonesia
merupakan endemis demam berdarah dengue dengan sebaran di seluruh wilayahnya. Insiden
demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia berkisar antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada tahun 1998. Peningkatan kasus setiap tahunnya berhubungan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana
yang berisi air bersih.19
Hingga saat ini, tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah dengue.
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam
penanganan kasus demam berdarah dengue (DBD). Bila asupan cairan oral pasien tidak
mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melaui intravena untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.19
b. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Gejala
klinis malaria adalah demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Infeksi malaria tersebar
pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan) dan daerah Oceania
dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan
morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. P.falciparum P.malariae
umumnya dijumpai pada semua negara dengan malaria. Indonesia kawasan timur mulai dari
Kalimantan, Sulawesi tengah sampai ke Utara, Maluku, Papua, dan dari Lombok sampai Nusa
Tenggara Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax.
Beberapa daerah di Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam, kasus malaria
cenderung meningkat.19
Secara global, WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART)
telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten
dengan pengobatan dan membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit.
Selain itu, pemberian cairan dan nutrisi juga perlu diperhatikan dalam penanganan malaria.19
c. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi
yang menyerang saluran pencernaan manusia. Penyakit ini masih tergolong penyakit endemik
di Indonesia. Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Menurut Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian
demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi
peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk.19
Insidens demam tifoid bervariasi di setiap daerah dan biasanya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air
bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang
kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Case fatality rate (CFR) demam tifoid pada
tahun 1996 sebesar 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia.19
Gejala-gejala klinis dari demam tifoid sangat bervariasi dari ringan sampai dengan
berat, seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Sifat demam adalah meningkat perlahan-
lahan terutama pada sore hingga malam hari. Penatalaksanaan demam tifoid terdiri dari tiga
hal, yaitu (1) istirahat dan perawatan, (2) diet dan terapi penunjang, dan (3) pemberian
antimikroba.19

F. PENCEGAHAN PENYAKIT
Ada empat tingkat utama pencegahan penyakit antara lain :
1. Premordial Prevention
Bertujuan menghindari terbentuknya pola hidup social ekonomi dan kultural yang
mendorong peningkatan risiko penyakit, terutama ditujukan kepada masalah penyakit tidak
menular.8,9
2. Primary Prevention
Sasaran pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (Health
Promotion) yang juga disebut pencegahan umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat resiko
terjadinya penyakit, serta meningkatkan lingkungan yang sehat. Pencegahan khusus (Spesific
Prevention) ditujukan pada pejamu dan atau penyebab untuk meningkatkan daya tahan
maupun untuk mengurangi resiko penyakit tertentu.8,9
3. Secondary Prevention
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit melalui diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment).8,9
4. Tertiary Prevention
Upaya ini dilakukan pasca sakit seperti rehabilitasi dan rumah perawatan usia
lanjut/jompo (Rehabilitation).8,9

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti


Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu dari anggota kelompok tersebut
memiliki derajat keterpaparan atau resiko yang berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka
yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tersebut, secara
sama pula pada suatu penyakit dipengaruhi oleh factor-faktor seperti umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan lingkungan yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki berbeda dibandingkan dengan perempuan karena ada
penyakit tertentu seperti kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita dan hiperplasia prostat
yang hanya terjadi pada pria.
2. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik yang paling utama yang menyebabkan
adanya perbedaan jenis penyakit yang diderita, seperti penyakit infeksi pada anak-anak,
penyakit hipertensi pada usia pertengahan, dan penyakit osteoarthritis pada usia lanjut.
B. Defenisi Operasional
1. Jenis kelamin
Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah perbedaan biologis dan fisiologis manusia
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Kriteria objektif:
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Umur
Yang dimaksud dengan umur pada penelitian ini adalah lamanya hidup seseorang mulai
dari lahir hingga saat ini sesuai yang tercatat pada kartu kunjungan pasien di Puskesmas
Borong rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.
Kriteria objektif:
a. < 1 tahun
b. 1-4 tahun
c. 5-14 tahun
d. 15-44 tahun
e. 45-54 tahun
f. 55-64 tahun
g. ≥65 tahun
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan dasar pemikiran menurut variabel yang diteliti seperti tersebut diatas,
maka dapat disusun pola piker variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

Jenis Kelamin

Jenis Penyakit Umur


Pekerjaan

Lingkungan

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk
mendeskripsikan data sebagaimana adanya dan hasil yang diperoleh selanjutnya digambarkan
berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai.

B. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Borong rappoa Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27 Januari- 5 April 2014 (Jadwal penelitian terlampir)

C. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan
pendekatan deskriptif.

D. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong
rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari-Desember 2013.
Sampel penelitian adalah seluruh pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong rappoa
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba yang telah terdiagnosis.

E. Besar Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong
rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari-Desember 2013.

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi:
1. Terdaftar sebagai pasien yang datang berobat jalan di Puskesmas Borong rappoa
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
2. Memiliki rekam medik yang dapat dievaluasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti
Kriteria eksklusi
Terdapat variabel yang tidak lengkap/terisi dalam rekam medik pasien

G. Manajemen dan Analisis Data


1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil data
yang ditetapkan oleh dokter dan tercatat dalam rekam medis di Puskesmas Borong Rappoa
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.
2. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan metode komputerisasi, disajikan
dalam bentuk tabel secara deskriptif dan dikelompokkan sesuai tujuan penelitian.

H. Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah dan puskesmas
sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian sehingga diharapkan tidak ada pihak yang
merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis
Puskesmas Borong Rappoa adalah salah satu puskesmas dari 19 puskesmas yang
ada di Kabupaten Bulukumba, yang terletak ± 30 km2 dari ibu kota kabupaten tepatnya
di Kelurahan Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba yang berada
pada ketinggian 650 kaki atau 1950 meter dari permukaan laut dengan batas-batas
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai
- Sebelah Barat : Kecamatan Bulukumpa
- Sebelah Selatan : Kecamatan Gantarang dan Kab. Bantaeng
- Sebelah Timur : Kebupaten Gowa
Luas wilayah kerja Puskesmas Borong Rappoa yaitu 94,87 km2, yang secara
administratif pemerintahan terbagi atas 5 desa dan 1 Kelurahan. Puskesmas Borong
Rappoa ini membawahi 2 buah pustu dan 5 Poskesdes dengan 7 orang bidan desa yang
bertanggung jawab penuh pada wilayah kerja masing-masing.

B. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Borong Rappoa dari hasil Hasil
Pendataan Data Dasar Puskesmas Borong Rappoa adalah sebanyak 14.735 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 7.167 jiwa dan perempuan 7.568 jiwa.

C. Sarana dan Tenaga Kesehatan


Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba memiliki
19 orang tenaga kesehatan dengan rincian sebagai berikut:
1. Dokter umum 1 orang
2. Dokter gigi 1 orang
3. Bidan 7 orang
4. Perawat 4 orang
5. Perawat gigi 2 orang
6. Gizi 1 orang
7. Asisten apoteker 1 orang
8. Sanitarian 1 orang
9. Laboran 1 orang
Kondisi Fasilitas / sarana kesehatan

 Puskesmas : 1 buah
 Puskesmas Pembantu : 2 buah
 Polindes : 1 buah
 Poskesdes : 5 buah
 Puskesmas Keliling : 1 buah
 Kendaraan roda dua : 6 buah

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Borong Rappoa Kecematan Kindang
Kabupaten Bulukumba dengan pengumpulan data dari tanggal 24 Februari – 8 Maret 2014.
Dari hasil penelitian diperoleh jumlah sampel sebanyak 18.910 sampel yang terdistribusi.
Dari total sampel diperoleh, jumlah sampel:
1. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 7564 orang dan perempuan sebanyak 11.346 orang.
2. Umur <1 tahun 195 kasus, 1-4 tahun 1.350 kasus, 5-14 tahun 3.157 kasus, 15-44 tahun
7.870 kasus, 45-54 tahun 3.076 kasus, 55-64 tahun 1.622 kasus, ≥65 tahun 1643 kasus.
Dari hasil penelitian, data yang diperoleh setelah diolah disajikan pada tabel- tabel
sebagai berikut:

TABEL 6.1 DISTRIBUSI PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI


PUSKESMAS BORONG RAPPOA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN
BULUKUMBA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2013 BERDASARKAN
KLASIFIKASI ICD X

No Kode Jumla
. Penyakit ICD X h %
1. Penyakit parasit dan infeksi tertentu A00-B99 1897 10,20
2. Neoplasma C00-D48 0 0,00
3. Penyakit kelainan darah dan organ pembentuk D50-D89 559 3,00
sel darah dan penyakit tertentu
yang melibatkan sistem imunitas
4. Penyakit metabolik, nutrisi, dan endokrin E00-E90 90 0,48
5. Gangguan mental dan perilaku F00-F99 0 0,00
6. Penyakit sistem saraf G00-G99 4 0,02
7. Penyakit mata dan adneksa H00-H59 185 0,99
8. Penyakit telinga dan prosessus mastoideus H60-H95 35 0,19
9. Penyakit sistem peredaran darah I00-I99 1674 9,00
10. Penyakit sistem pernapasan J00-J99 2364 12,71
11. Penyakit sistem pencernaan K00-K93 2759 14,83
12. Penyakit kulit dan jaringan subkutan L00-L99 444 2,39
M00-
13. Penyakit sistem muskuloskeletal dan M99 2709 14,56
jaringan ikat
14. Penyakit sistem urogenitalia N00-N99 76 0,41
15. Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas O00-O99 0 0,00
16. Berbagai kejadian tertentu yang berlangsung P00-P96 0 0,00
selama perinatal
17. Kelainan kongenital, deformasi dan kelainan Q00-Q99 0 0,00
Kromosom
18. Gejala, tanda, dan temuan klinis serta R00-R99 5775 31,04
laboratorium abnormal yang tidak dapat
Diklasifikasikan
19. Cedera, keracunan, dan berbagai akibat yang S00-T98 0 0,00
disebabkan dari luar
20. Penyebab luar yang mempengaruhi V01-Y98 35 0,19
morbiditas dan mortalitas
21. Faktor-faktor yang mempengaruhi status Z00-Z99 0 0,00
kesehatan dan hubungan dengan pelayanan
kesehatan dan hubungan dengan pelayanan
22. Kode-kode lainnya untuk tujuan khusus U00-U99 0 0,00
100,0
Total 18606 0
Sumber: Rekam Medik Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba 2013

Dari tabel 6.1 (Distribusi penyakit pasien yang rawat jalan di Puskesmas Borong
Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari – Desember 2013
berdasarkan klasifikasi ICD X), diperoleh kelompok penyakit yang terbanyak adalah
kelompok penyakit Gejala, tanda, dan temuan klinis serta laboratorium abnormal yang
tidak dapat diklasifikasikan sebanyak 5.775 kasus (31,04 %) dari 18.910 sampel yang
terdistribusi. Kelompok penyakit kedua yang terbanyak adalah kelompok penyakit sistem
pencernaan sebanyak 2.967 (14,83 %) kasus dan kelompok penyakit ketiga yang terbanyak
terbanyak adalah kelompok penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat sebanyak
2.709 kasus (14,56 %).

TABEL 6.2 KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI


PUSKESMAS BORONG RAPPOA KECAMATAN KINDANG
KABUPATEN BULUKUMBA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2013
UNTUK SEMUA KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN

No ICD X Diagnosa n %
1 2 3 4 5
1 M79.1 Myalgia 2587 13,68
2 R05 Batuk 2481 13,12
3 R50 Demam yang tidak diketahui penyebabnya 2115 11,18
4 K29.0 Gastritis 1750 9,25
5 J00 Common cold 1706 9,02
6 I10 Hipertensi 1668 8,82
7 A09 Diare 1378 7,29
8 R51 Chepalgia 1155 6,11
9 D64.8 Anemia 559 2,96
10 K08 Sakit gigi 459 2,43
11 L30.8 Dermatitis Atopi 440 2,33
12 K30 Dispepsia 400 2,12
13 J06.9 ISPA 285 1,51
14 K04.0 Pulpitis 208 1,10
15 J10 Influenza 181 0,96
16 H10.9 Conjunctivitis 175 0,93
17 B86 Skabies 166 0,88
18 A01.0 Tifoid 150 0,79
19 K12 Stomatitis 132 0,70
20 T78.4 Alergi 97 0,51
21 E14 Diabetes Melitus Tidak Spesifik 90 0,48
22 J45 Asma 87 0,46
23 N39.0 ISK 76 0,40
24 J02.9 Faringitis 70 0,37
25 A91 DBD 70 0,37
26 B83.9 Helminthiasis 60 0,32
27 M05 Reumatik 53 0,28
28 M00.8 Artritis 38 0,20
29 V29.9 KLL 35 0,19
30 H66.9 Otitis 35 0,19
31 J03.9 Tonsilitis 32 0,17
32 M10 Gout 31 0,16
33 R68 Gejala dan tanda umum lainnya 24 0,13
34 B35 Tinea versicolor 20 0,11
Bersambung
1 2 3 4 5
35 B01.9 Varicella 20 0,11
36 B05.9 Campak 11 0,06
37 H16.9 Keratitis 10 0,05
38 B79 Tricuriasis 10 0,05
39 K01 Impaksi 9 0,05
40 K02 Caries 7 0,04
41 I84.9 Hemorroid 6 0,03
42 A16 TB 5 0,03
43 G40.9 Epilepsi 4 0,02
44 A06 Disentri 4 0,02
45 L01 Impetigo 4 0,02
46 J20 Bronchitis 2 0,01
47 A54 Gonorhea 2 0,01
48 K46.9 Hernia 1 0,01
49 J04.9 Laryngitis 1 0,01
50 B54 Malaria 1 0,01
Total 18910 100,00
Sumber: Rekam Medik Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba 2013

Dari tabel 6.2 (Karakteristik penyakit pasien yang rawat jalan di puskesmas Borong
Rappoa Kecamatan Kindang kabupaten Bulukumba unutuk semua kelompok umur dan
jenis kelamin) diperoleh data, bahwa jenis penyakit yang terbanyak untuk semua kelompok
umur dan jenis kelamin adalah myalgia sebanyak 2.587 (13,68 %) dari 18.910 kasus, yang
kedua adalah batuk sebanyak 2481 (13,12 %), dan yang ketiga adalah demam yang tidak
diketahui penyebabnya sebanyak 2115 (11,18 %).

TABEL 6.3 KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS


BORONG RAPPOA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA PERIODE
JANUARI - DESEMBER 2013 BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No ICD X Diagnosa Jenis Kelamin Total


Laki-laki Perempuan
n % n % n %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 M79.1 Myalgia 995 13,15 1592 14,03 2587 13,68
2 R05 Batuk 1087 14,37 1394 12,29 2481 13,12
Demam yang tidak diketahui
R50
3 penyebabnya 788 10,42 1327 11,70 2115 11,18
4 K29.0 Gastritis 629 8,32 1121 9,88 1750 9,25
5 J00 Common cold 791 10,46 915 8,06 1706 9,02
6 I10 Hipertensi 683 9,03 985 8,68 1668 8,82
7 A09 Diare 550 7,27 828 7,30 1378 7,29
8 R51 Chepalgia 374 4,94 781 6,88 1155 6,11
9 D64.8 Anemia 276 3,65 283 2,49 559 2,96
10 K04.0 Pulpitis 150 1,98 309 2,72 459 2,43
11 L30.8 Dermatitis Atopi 200 2,64 240 2,12 440 2,33
12 K30 Dispepsia 119 1,57 281 2,48 400 2,12
13 J06.9 ISPA 107 1,41 178 1,57 285 1,51
14 K04.0 Pulpitis 89 1,18 119 1,05 208 1,10
15 J10 Influenza 86 1,14 95 0,84 181 0,96
16 H10.9 Conjunctivitis 93 1,23 82 0,72 175 0,93
17 B86 Skabies 82 1,08 84 0,74 166 0,88
18 A01.0 Tifoid 42 0,56 108 0,95 150 0,79
19 K12 Stomatitis 57 0,75 75 0,66 132 0,70
20 T78.4 Alergi 47 0,62 50 0,44 97 0,51
21 E14 Diabetes Melitus Tidak Spesifik 14 0,19 76 0,67 90 0,48
22 J45 Asma 49 0,65 38 0,33 87 0,46
23 N39.0 ISK 20 0,26 56 0,49 76 0,40
24 J02.9 Faringitis 28 0,37 42 0,37 70 0,37
25 A91 DBD 36 0,48 34 0,30 70 0,37
26 B83.9 Helminthiasis 24 0,32 36 0,32 60 0,32
27 M05 Reumatik 16 0,21 37 0,33 53 0,28
28 M00.8 Artritis 17 0,22 21 0,19 38 0,20
29 V29.9 KLL 27 0,36 8 0,07 35 0,19
30 H66.9 Otitis media 14 0,19 21 0,19 35 0,19
31 J03.9 Tonsilitis 7 0,09 25 0,22 32 0,17
32 M10 Gout 9 0,12 22 0,19 31 0,16
Bersambung
1 2 3 4 5 6 7 8 9
33 R68 Gejala dan tanda umum lainnya 11 0,15 13 0,11 24 0,13
34 B35 Tinea 5 0,07 15 0,13 20 0,11
35 B01.9 Varicella 6 0,08 14 0,12 20 0,11
36 B05.9 Campak 4 0,05 7 0,06 11 0,06
37 H16.9 Keratitis 3 0,04 7 0,06 10 0,05
38 B79 Tricuriasis 6 0,08 4 0,04 10 0,05
39 K01 Impaksi 4 0,05 5 0,04 9 0,05
40 K02 Caries 5 0,07 2 0,02 7 0,04
41 I84.9 Hemorroid 2 0,03 4 0,04 6 0,03
42 A16 TB 1 0,01 4 0,04 5 0,03
43 G40.9 Epilepsi 3 0,04 1 0,01 4 0,02
44 A06 Disentri 2 0,03 2 0,02 4 0,02
45 L01 Impetigo 2 0,03 2 0,02 4 0,02
46 J20 Bronchitis 0 0,00 2 0,02 2 0,01
47 A54 Gonorhea 2 0,03 0 0,00 2 0,01
48 K46.9 Hernia 1 0,01 0 0,00 1 0,01
49 J04.9 Laryngitis 0 0,00 1 0,01 1 0,01
50 B54 Malaria 1 0,01 0 0,00 1 0,01
Total 7564 100,00 11346 100,00 18910 100,00
Sumber: Rekam Medik Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba 2013

Dari tabel 6.3 (Karaktersitik penyakit pasien yang rawaj jalan di Puskesmas Borong
rppoa Kecamatan kindang Kabupaten Bulukumba Periode Januari – Desember 2013
berdasarkan jenis kelamin) menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pada jenis kelamin
laki-laki adalah batuk sebanyak 1.087 kasus (14,37 %) dari 7.564 kasus, yang kedua adalah
myalgia sebanyak 995 kasus (13,15 %), dan yang ketiga adalah common cold sebanyak
791 kasus (10,46 %).
Sedangkan pada perempuan, penyakit terbanyak adalah myalgia sebanyak 1592 kasus
(14,03 %) dari 11.346 kasus, yang kedua adalah batuk sebanyak 1394 kasus (12,29 %),
yang ketiga adalah demam yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 1.327 kasus (11,70
%).
TABEL 6.4 KARAKTERISTIK PENYAKIT PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS BORONG RAPPOA KECAMATAN KINDANG KABUPATEN
BULUKUMBA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2013 BERDASARKAN UMUR

<1 thn 1-4 thn 5-14 thn 15-44 thn 45-54 thn 55-64 thn ≥65thn
No ICD X Diagnosa
n % n % n % n % N % n % n %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 M79.1 Myalgia 0 0,00 0 0,00 5 0,16 1190 15,12 610 19,83 374 23,10 408 24,83
2 R05 Batuk 10 5,13 149 11,04 472 14,95 1069 13,58 452 14,69 262 16,18 67 4,08
Demam yang tidak
3 R50 35 17,95 279 20,67 694 21,98 758 9,63 219 7,12 92 5,68 38 2,31
diketahui penyebabnya
4 K29.0 Gastritis 0 0,00 3 0,22 88 2,79 1129 14,35 285 9,27 134 8,28 111 6,76
5 J00 Common cold 23 11,79 231 17,11 498 15,77 598 7,60 211 6,86 87 5,37 58 3,53
6 I10 Hipertensi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 427 5,43 450 14,63 282 17,42 509 30,98
7 A09 Diare 11 5,64 348 25,78 426 13,49 484 6,15 67 2,18 14 0,86 28 1,70
8 R51 Chepalgia 0 0,00 4 0,30 150 4,75 581 7,38 221 7,18 105 6,49 94 5,72
9 D64.8 Anemia 0 0,00 1 0,07 20 0,63 300 3,81 129 4,19 55 3,40 54 3,29
10 K08 Sakit gigi 0 0,00 14 1,04 110 3,48 194 2,47 69 2,24 27 1,67 45 2,74
11 L30.8 Dermatitis Atopi 100 51,28 86 6,37 69 2,19 50 0,64 54 1,76 50 3,09 31 1,89
12 K30 Dispepsia 1 0,51 30 2,22 108 3,42 144 1,83 74 2,41 26 1,61 17 1,03
13 J06.9 ISPA 12 6,15 86 6,37 141 4,47 40 0,51 2 0,07 0 0,00 4 0,24
14 J10 Influenza 1 0,51 13 0,96 60 1,90 80 1,02 16 0,52 5 0,31 6 0,37
15 H10.9 Conjunctivitis 0 0,00 4 0,30 16 0,51 87 1,11 25 0,81 21 1,30 22 1,34
16 B86 Skabies 0 0,00 9 0,67 50 1,58 81 1,03 15 0,49 3 0,19 8 0,49
17 A01.0 Tifoid 0 0,00 10 0,74 46 1,46 76 0,97 11 0,36 2 0,12 5 0,30
18 K12 Stomatitis 0 0,00 9 0,67 15 0,48 71 0,90 14 0,46 6 0,37 17 1,03
19 T78.4 Alergi 0 0,00 2 0,15 15 0,48 52 0,66 12 0,39 7 0,43 9 0,55
Diabetes Melitus Tidak
20 E14 0 0,00 0 0,00 0 0,00 45 0,57 22 0,72 11 0,68 12 0,73
Spesifik
21 J45 Asma 1 0,51 6 0,44 1 0,03 25 0,32 15 0,49 18 1,11 21 1,28
Bersambung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
22 N39.0 ISK 0 0,00 1 0,07 2 0,06 46 0,58 17 0,55 2 0,12 8 0,49
23 J02.9 Faringitis 0 0,00 4 0,30 26 0,82 32 0,41 4 0,13 3 0,19 1 0,06
24 A91 DBD 0 0,00 9 0,67 13 0,41 32 0,41 10 0,33 2 0,12 4 0,24
25 B83.9 Helminthiasis 0 0,00 22 1,63 29 0,92 4 0,05 3 0,10 0 0,00 2 0,12
26 M05 Reumatik 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 0,06 14 0,46 14 0,86 20 1,22
27 M00.8 Artritis 0 0,00 0 0,00 0 0,00 15 0,19 7 0,23 1 0,06 15 0,91
28 V29.9 KLL 0 0,00 0 0,00 3 0,10 20 0,25 6 0,20 3 0,19 3 0,18
29 H66.9 Otitis 0 0,00 1 0,07 7 0,22 16 0,20 7 0,23 0 0,00 4 0,24
30 J03.9 Tonsilitis 0 0,00 1 0,07 22 9,00 9 0,11 0 0,00 0 0,00 0 0,00
31 M10 Gout 0 0,00 0 0,00 0 0,00 9 0,11 11 0,36 3 0,19 8 0,49
Gejala dan tanda umum
32 R68 0 0,00 0 0,00 4 0,13 17 0,22 2 0,07 0 0,00 1 0,06
lainnya
33 B35 Tinea 0 0,00 0 0,00 1 0,03 14 0,18 3 0,10 0 0,00 2 0,12
34 B01.9 Varicella 0 0,00 0 0,00 14 0,44 6 0,08 0 0,00 0 0,00 0 0,00
35 B05.9 Campak 0 0,00 3 0,22 7 0,22 1 0,01 0 0,00 0 0,00 0 0,00
36 H16.9 Keratitis 0 0,00 0 0,00 1 0,03 6 0,08 2 0,07 0 0,00 1 0,06
37 B79 Tricuriasis 0 0,00 5 0,37 1 0,03 1 0,01 0 0,00 1 0,06 2 0,12
38 K01 Impaksi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 0,08 3 0,10 0 0,00 0 0,00
39 K02 Caries 0 0,00 0 0,00 2 0,06 3 0,04 2 0,07 0 0,00 0 0,00
40 I84.9 Hemorroid 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 0,05 1 0,03 0 0,00 1 0,06
41 A16 TB 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 0,05 0 0,00 0 0,00 1 0,06
42 G40.9 Epilepsi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 0,05 0 0,00 0 0,00 0 0,00
43 A06 Disentri 0 0,00 2 0,15 1 0,03 0 0,00 0 0,00 1 0,06 0 0,00
44 L01 Impetigo 1 0,51 2 0,15 0 0,00 1 0,01 0 0,00 0 0,00 0 0,00
45 J20 Bronchitis 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,01 1 0,03 0 0,00 0 0,00
46 A54 Gonorhea 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 0,03 0 0,00 0 0,00 0 0,00
47 K46.9 Hernia 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,06 0 0,00
48 J04.9 Laryngitis 0 0,00 0 0,00 1 0,03 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Bersambung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
49 B54 Malaria 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,06
50 K04.0 Pulpitis 0 0,00 16 1,19 39 1,24 131 1,66 10 0,33 7 0,43 5 0,30
Total 195 100,00 1350 100,00 3157 108,30 7870 100,00 3076 100,00 1619 100,00 1643 100,00
Sumber: Rekam Medik Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba 2013
Tabel 6.4 (Karakteristik Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Borong
Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba Periode Januari –
Desember 2013 berdasarkan umur) diperoleh data pada golongan umur <1
tahun , penyakit yang terbanyak adalah dermatitis atopi sebanyak 100 kasus
(51,28 %) dari 195 kasus yang ditemukan. Pada golongan umur 1-4 tahun,
penyakit terbanyak adalah diare sebanyak 348 kasus (25,78 %) dari 1.350
kasus. Pada golongan umur 5-14 tahun, penyakit terbanyak adalah demam yang
tidak diketahui penyebabnya sebanyak 694 kasus (21,98 %) dari 3157 kasus.
Pada golongan umur 15-44 tahun , penyakit terbanyak adalah gastritis sebanyak
1.129 kasus (14,35 %) dari 7.870 kasus. Pada golongan umur 45-54 tahun,
penyakit yang terbanyak adalah myalgia sebanyak 610 kasus (19,83 %) dari
3.066 kasus. Pada golongan umur 55-64 tahun, penyakit yang terbanyak adalah
myalgia sebanyak 374 kasus (23,16 %) dari 1.622 kasus. Pada golongan umur
≥65 tahun, penyakit terbanyak adalah hipertensi sebanyak 509 kasus (30,98 %)
dari 1.643 kasus.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian mengenai karakteristik penyakit pasien rawat jalan
di Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
periode Januari – Desember 2013 diperoleh 18.910 kasus yang selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan klasifikasi ICD X diperoleh data distribusi
penyakit yang terbanyak untuk semua kelompok umur dan jenis kelamin adalah
myalgia sebanyak 2.587 (13,68 %). Hal ini sejalan dengan riset kesehatan dasar
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 yang menunjukkan
bahwa 13 jenis penyakit yang menonjol di di seluruh Indonesia salah satu
diantaranya adalah penyakit musculoskeletal dengan prevalensi (30,3%). Dari
data yang telah diolah dapat diperoleh sepuluh jenis penyakit yang terbanyak
di Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba
dengan urutan terbanyak yang pertama adalah myalgia sebanyak 2.587 kasus,
urutan kedua adalah batuk sebanyak 2.481 kasus (13,12 %), urutan ketiga
adalah demam yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 2.115 kasus (11,18
%), yang keempat adalah gastritis 1.750 kasus (9,25 %), yang kelima common
cold sebanyak 1.706 kasus (9,02 %), yang keenam hipertensi 1.668 kasus (8,82
%), ketujuh adalah diare sebanyak 1.378 kasus (7,29 %), kedelapan chepalgia
sebanyak 1.155 kasus (6,11 %), kesembilan anemia sebanyak 559 kasus (2,96
%), kesepuluh adalah sakit gigi sebanyak 459 kasus (2,43 %) dari total kasus
18.910 kasus.
Sementara berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa perempuan
lebih banyak terkena penyakit yaitu sebanyak 11.346 kasus dibanding laki-laki
sebanyak 7.564 kasus. Dengan penyakit terbanyak pada perempuan adalah
myalgia sebanyak 1.592 (14,03 %), dan yang terbanyak untuk laki-laki adalah
batuk sebanyak 1.087 (14,37 %). Bila dibandingkan dengan hasil penelitian
lainnya hal ini berbeda dengan hasil penelitian Yusuf Husain dan Nurhayati di
Puskesmas Kota Makassar tahun 2006 yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan oleh laki-laki di daerah Borong Rappoa yang lebih banyak bekerja
di luar rumah dibandingkan dengan perempuan sehingga lebih banyak waktu
bagi perempuan, khususnya para ibu rumah tangga, untuk memeriksakan diri
mereka sehingga data yang tercatat pada rekam medik puskesmas menunjukkan
bahwa penyakit lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki.
Untuk kelompok umur diperoleh data pada golongan umur <1 tahun ,
penyakit yang terbanyak adalah dermatitis atopi sebanyak 100 kasus (51,28 %)
dari 195 kasus yang ditemukan. Pada golongan umur 1-4 tahun, penyakit
terbanyak adalah diare sebanyak 348 kasus (25,78 %) dari 1.350 kasus. Pada
golongan umur 5-14 tahun, penyakit terbanyak adalah demam yang tidak
diketahui penyebabnya sebanyak 694 kasus (21,98 %) dari 3157 kasus. Pada
golongan umur 15-44 tahun , penyakit terbanyak adalah gastritis sebanyak
1.129 kasus (14,35 %) dari 7.870 kasus. Pada golongan umur 45-54 tahun,
penyakit yang terbanyak adalah myalgia sebanyak 610 kasus (19,83 %) dari
3.066 kasus. Pada golongan umur 55-64 tahun, penyakit yang terbanyak adalah
myalgia sebanyak 374 kasus (23,16 %) dari 1.622 kasus. Pada golongan umur
≥65 tahun, penyakit terbanyak adalah hipertensi sebanyak 509 kasus (30,98 %)
dari 1.643 kasus.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Borong
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba periode Januari- Desember 2013,
diperoleh:
1. Penyakit terbanyak adalah myalgia sebanyak 13,68 % dari 18.910 kasus.
2. Berdasarkan distribusi jenis kelamin
a. Laki-laki
Penyakit terbanyak adalah batuk sebanyak 14,37 % dari 7.564 kasus.
b. Perempuan
Penyakit terbanyak adalah myalgia sebanyak 14,03 % dari 11.346
kasus.
3. Berdasarkan distribusi umur:
a. < 1 tahun
Penyakit terbanyak adalah dermatitis atopi sebanyak 51,28 % dari 195
kasus.
b. 1-4 tahun
Penyakit terbanyak adalah diare sebanyak 25,78 % dari 1.350 kasus.
c. 5-14 tahun
Penyakit terbanyak adalah demam yang tidak diketahui penyebabnya
sebanyak 21,98 % dari 3157 kasus.
d. 15-44 tahun
Penyakit terbanyak adalah gastritis sebanyak 14,35 % dari 7.870 kasus.
e. 45-54 tahun
Penyakit terbanyak adalah myalgia sebanyak 19,83 % dari 3.066 kasus.
f. 55-64 tahun
Penyakit terbanyak adalah myalgia sebanyak 23,16 % dari 1.622 kasus.
g. ≥65 tahun
Penyakit terbanyak adalah hipertensi sebanyak 30,98 % dari 1.643
kasus.
B. Saran
1. Identitas pasien sangat penting dalam menegakkan diagnosis sehingga
diperlukan pencatatan pengarsipan rekam medik yang baik dan tidak
membingungkan.
2. Tingginya angka kejadian penyakit dengan gejala, tanda dan temuan klinis
serta laboratorium abnormal yang tidak dapat diklasifikasikan diharapkan
dapat menjadi perhatian dari pihak pemerintah dan pihak lainnya yang
terkait untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan penyakit sehingga
mengurangi angka risiko mortalitas yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiarto E., Anggraeni D. Pengantar Epidemiologi Edisi Kedua. Jakarta: EGC;
2002
2. Depkes.go.id. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; [2003 Aug 21; 2014 Feb
13]. Available from : http://www.depkes.go.id

3. Ditjenkesmes.go.id. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat;


[2004 Feb 11 ; 2014 Feb 13]. Available from :

4. Soendoro, Triono. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 2008

5. Manguluang, M. Profil dan Laporan Tahunan Sub Dinas Pencegahan dan


Pemberantasan Penyakit Tahun 2006. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Selatan. Makassar. 2007

6. Monalisa dan Indah. Gambaran Penyakit dan Keluhan Utama Pasien di


Puskesmas Lumpue Kotamadya Pare-Pare Periode 1 Januari-31 Desember
2006. Bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar. 2008

7. Trihono. ARRIMES Manajemen Puskesmas. Jakarta : Sagung Seto; 2005; 8-26

8. Notoadmojo S. Epidemiologi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta : Rineka Cipta; 2009; 39-53

9. Noor, NN. Konsep Penyebab Penyakit. Dalam : Dasar Epidemiologi. Jakarta :


Rineka Cipta; 1997

10. International Statistical Classification of Desease and Related Health Problems


10th Revision Version for 2010. Available from URL :
http://apps.who.int/classification/apps/icd

11. Noor, NN. Komponen Proses Penyakit Menular. Dalam : Pengantar


Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta; 2006

12. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius; 2000; 34,470,478

13. Suyono S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001; 89-93, 795-796
14. Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III. Dalam :
Influenza dan Pencegahannya. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006; 1729

15. Price SA. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Patofisiologi Edisi 4. Jakarta
; EGC; 1995

16. Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid II. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006; 974, 998-999

17. Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid I. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006; 245-247, 408

18. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2005; 303, 310

19. Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III. Dalam :
Tropik Infeksi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006;
1731-1733, 1734, 1762, 1774-1775

20. Husaini, Y. dan Nurhayati. Gambaran Keluhan Utama Pasien di Puskesmas


Kota Makassar Periode 1 Januari-31 Desember 2004. Bagian IKM-IKK
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2006

21. Shuhada, N. dan Ifdiana, S. Pola Penyakit Pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Periode 1 Juli-31 Desember 2006.
Bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
2007

22. Jamaluddin, K. Gambaran Penyakit Pasien di Puskesmas Moncongloe


Kabupaten Maros Periode 1 Januari-31 Juni 2008. Bagian IKM-IKK Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2008

23. Thamrin, H dan Sriyanti. Pola Penyakit Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
Gilireng Kabupaten Wajo dan di Poliklinik Energyequi Epic (Sengkang) PTY.
LTD. Periode 1 Januari-31 Desember 2004. Bagian IKM-IKK Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2005

Anda mungkin juga menyukai