DISERTASI
Oleh :
Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Oleh:
Promotor
Mengetahui
(SUDAH ADA)
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan
Penulisan disertasi ini selesai atas dukungan dari Promotor dan Ko-
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Prof. Dr. H. Nursalam, M.Nurs (Hons)
selaku Promotor dan Dr. Merryana Adriani, SKM, M.Kes, selaku Ko-Promotor 1
serta Dr. Ahsan, SKp, M,Kes selaku Ko-Promotor 2 dengan penuh kesabaran dan
ini.
Penyelesaian disertasi ini juga didukung oleh berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini pula perkenankanlah saya menghaturkan ucapan terima kasih yang
1. Prof. Dr. Fasich, Apt, selaku Rektor Universitas Airlangga periode 2011-2015
arahan, dan motivasi mulai dari awal studi sampai tahap penyelesaian studi.
4. Prof. Dr. Stefanus Supriyanto, dr., MS, dan Dr. Tri Johan, A.Y.,SKp,M.Kep
selaku dosen mata kuliah penunjang disertasi dan sekaligus selaku penguji
5. Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., selaku konsultan statistik dan penguji yang
telah memberi arahan dan bimbingan sehingga disertasi ini bisa diselesaikan.
6. Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., MOH., SpOK, yang bersedia menjadi penguji
dan telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian disertasi ini.
7. drg. Febria Rachmanita, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang
memberikan ilmunya.
disertasi ini.
11. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
dan dukungan kepada saya untuk mengikuti pendidikan program Doktor pada
12. H. Moh. Najib, SKp, MSc selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
beserta staf yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada saya selama
13. Orang tua tercinta Bapak H.Fauzi (Alm), Ibu Hj. Juariyah (Almh) dan
mertua Bapak Suwarno (Alm), Ibu Sri Winartin (Almh), atas do’a, kasih
sayang, dan motivasi beliau yang tulus dan ihklas semasa hidup adalah
dorongan dan penyemangat yang paling besar bagi saya untuk terus
14. Kakak-kakaku tercinta, Hj. Sugiarti, SPd., MPd dan H.M.Arifin, Hj. Sri
Hariyanti dan H.Moh.Nurizal, Siti Sholihatun, Dra. dan Supri Handoko, Drs,
M.M, Lettu Laut (P) Iwan Navianto Wibrata dan Sri Mukti, serta adik-adik
iparku dan semua anak-anak keponakan yang telah memberikan motivasi dan
dan kedua anakku tersayang Firmansyah Fariz Prasaja dan Dwifa Nashita
kesempurnaan, untuk itu mohon kritik dan saran yang lebih bermanfaat demi
kesempurnaan disertasi ini. Akhirnya, semoga disertasi ini dapat bermanfaat untuk
keperawatan keluarga.
Penulis
RINGKASAN
Introduction: Family nursing care is a form of performance of nurses that had not
been implemented optimally. The purpose of this study was to design a model of
family nursing care based on nursing relational capital (NRC) improved the
independence of the family hypertension. Method: The studied consisted of two
stages.The first phase was conducted to analyze the variables that influenced
establishes of the model using analytical observation. The sample was the nurses
at the health center working area of Surabaya Health Agency chosen through
multistage sampling, consisting of 110 people. Variable study included nursing
structural capital, nursing human capital, client, family, nursing relational capital
and performance. The second phase of this research was quasy experiments to test
the model. The samples were families hypertension consisting of 30 families
taken by simple random sampling. Research variables are the independence of the
family providied care of hypertension. The instrument used in this research was
questionnaire. Data analysis was conducted using descriptive analysis and
software testing of models with Partial Least Square (PLS). Result: Research
results obtained from the testing phase of the structural model (outer model)
showed all indicators nursing structural capital, nursing human capital, client,
family, nursing relational capital and performance explained the variable
constructs. Analysis of the path diagram on all exogenous variables had a
significant influence on the performance, except for nursing structural capital on
nursing relational capital. The results of second phase research indicates the
influence of simulation models for 0.504, means the improvement of average
independent value is 50.4% higher than the previous average. Discussion &
Conclusion: New scientific findings from this dissertation researched was the
established of family nursing care models based on nursing relational capital
(NRC) by integrated the theory of goal attainment which consists of personal
interaction, interpersonal and interprofessional collaboration increased the
independence of the family hypertension. The conclusion that the independence
of the family hypertension can be increased by applied the family nursing care
models based on NRC. This model can improved collaboration, the ability of
nurses and structural capital. This model also enhanced the ability of clients and
families so that they can participate in the treatment of hypertension in the home.
Recommendation for further research needs applied this model in other chronic
cases, so that these models can be developed to increased the independence of
families with chronic diseases.
PENDAHULUAN
Perawat memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan asuhan keperawatan
keperawatan keluarga merupakan bentuk kinerja perawat yang mempunyai daya ungkit
optimal. Data hasil evaluasi peran dan fungsi perawat kesehatan masyarakat di
Puskesmas daerah terpencil dan tidak terpencil di 10 provinsi tahun 2005 didapatkan
asuhan keperawatan keluarga belum dilaksanakan secara optimal (Kemenkes R.I, 2010).
Hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) Nasional tahun 2011 menunjukkan persentase
Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di tingkat Provinsi Jawa Timur dan Kota
Surabaya juga belum optimal. Laporan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
22 %
1 2012 46
2 2013 63 % 24 %
22-24%.
kesehatan masyarakat akan menurun, karena keluarga adalah unit terkecil di masyarakat
yang diberikan lebih banyak di dalam gedung dan bersifat kuratif, sedangkan
2012). Hasil penelitian kualitatif dari Kholifah, S.N., (2015) tentang persepsi
kemampuan perawat.
dinyatakan sebagai hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg (Savitri S., 2014).
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 prevalensi hipertensi melalui
pengukuran tekanan darah pada umur > 18 tahun sebesar 25,8%. Di Jawa Timur,
berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit tahun 2012 didapatkan data pasien
rawat jalan pada 24 rumah sakit tipe B terbanyak adalah hipertensi (112583
kasus). Seperti halnya pada rumah sakit tipe B, pasien rawat jalan rumah sakit tipe
peringkat kedua untuk penyakit tidak menular terbanyak tahun 2015 (Dinkes Kota
Surabaya, 2016).
hipertensi adalah stroke. Apabila sudah terjadi komplikasi, biaya yang akan
keluarga sebagai klien. Teori yang digunakan adalah family centered nursing.
Kelemahan
teori ini belum memperhatikan faktor perawat dan interaksinya dalam
meningkatkan kinerja perawat. Model ini dibangun dari teori Nursing Intellectual Capital
(NIC), teori Goal Attainment dan Family Centered Nursing (FCN). Kinerja perawat ini
keluarga yang sakit hipertensi. Teori pertama yang diintegrasikan adalah teori
intellectual capital. Teori ini terdiri dari tiga domain yaitu modal manusia (Human
Capital) (Bontis, Choo, 2002). Teori ini secara efektif menggunakan sumber daya
masalah keperawatan yang dialami oleh klien yang bersifat personal dan unik
intellectual capital yang dikembangkan oleh Covell tahun 2011. Hasil penelitian
pelayanan keperawatan dan retensi perawat teregistrasi (Covell, 2011). Perbedaan dengan
intellectual capital, teori ini menggunakan dua domain yaitu nursing human capital dan
terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Modal manusia dalam hal ini adalah
lingkungan internal dan eksternalnya. Modal hubungan ini dipengaruhi oleh modal
manusia dan struktur. Di area keperawatan modal hubungan ini diartikan sebagai
interaksi yang dibangun oleh perawat dengan klien dan tim kerjanya. Interaksi
yang terjadi antara perawat dan klien dimulai pada tahap pengumpulan data sampai
keperawatan keluarga adalah faktor klien dalam hal ini adalah anggota keluarga
yang sakit hipertensi. Kondisi kesehatan fisik dan psikologis seperti tekanan darah,
keluhan yang dirasakan dan kondisi stres mempengaruhi bagaimana klien berespon
terhadap perawat. Selain faktor klien, faktor keluarga juga mempengaruhi interaksi
Interaksi yang dibangun dari beberapa faktor yaitu perawat, struktural, klien dan
diartikan sebagai perwujudan proses interaksi berupa tindakan yang dilakukan oleh
perawat dengan keluarga dan tim kerja dalam mengatasi masalah kesehatan.
Ketika
transaksi sudah terjadi maka perawat akan mampu meningkatkan kinerjanya (King, 1981
keluarga ini berdampak pada peningkatan kemandirian klien dan keluarga dalam
belum optimal. Model yang digunakan selama ini adalah family centered nursing.
Model ini berorientasi pada klien dan keluarga. Tetapi hasilnya belum sesuai
karena baru mencapai 24%, sehingga perlu dikembangkan model baru untuk
Subramanian, & Snell, 2004). Covell (2011) juga menjelaskan bahwa nursing
capital. Modal manusia keperawatan yang dimaksud dalam teori ini adalah
Bontis-Fitz-enz, Jack, 2002). Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa faktor yang
Modal manusia ini mempengaruhi modal struktural yaitu berupa sarana yang
(Kamukama, Ahiauzu, Ntayi, 2010). Pentingnya interaksi ini tidak sejalan dengan
penelitian dari Covell (2011) yang tidak memasukkan domain nursing relational
tahun 2014 adalah rangkaian proses interaksi antara perawat dengan klien dan
perawat dengan tim kesehatan dan klien serta lingkungannya (King, 1981 dalam
collaboration) merupakan proses komunikasi dan interaksi antar tim dalam pengambilan
et.al, 2011). Teori goal attainment dari King diintegrasikan untuk mengembangkan
nursing relational capital (NRC) dengan tujuan memperjelas proses interaksi yang
terjadi.
Interaksi pada sistem personal diartikan sebagai interaksi perawat dengan dirinya
sendiri. Dimensi personal merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi kinerja
perawat (Riggio, Shelby, 2000). Dimensi interpersonal merupakan sistem interaksi yang
dibangun oleh perawat dengan klien, keluarga dan antar perawat. Interaksi interpersonal
komunikasi juga berpengaruh terhadap kinerja. Hasil penelitian lain didapatkan interaksi
karena perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi dalam keluarga (Friedman,
et.al, 2003). Teori family centered nursing perlu diintegrasikan bersama teori nursing
intellectual capital dan teori goal attainment karena faktor keluarga mempengaruhi
perilaku dalam mengendalikan hipertensi (Reni Z., 2006; Delima, 2012). Faktor keluarga
yang perlu dikaji pada teori ini adalah struktur, fungsi dan koping keluarga. Friedman
et.al (2003) menjelaskan bahwa struktur, fungsi dan koping keluarga menggambarkan
interaksi dalam keluarga dan lingkungannya. Struktur keluarga meliputi pola komunikasi,
peran, dan nilai-nilai dalam keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif,
upaya keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi terkait dengan perawatan
dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain untuk mencapai tujuan. Frey (2003)
keluarga melalui proses transaksi. Kinerja perawat yang baik dalam melaksanakan
di bawah ini :
Uraian kajian masalah penelitian di atas dapat digambarkan pada skema
di bawah ini :
Human Capital (Modal Manusia) :
1. Pengetahuan
2. Motivasi
Masalah
3. Komitmen penelitian
4. Clinical judgment (Penilaian klinis)
Klien :
1. Kondisi fisik
2. Kondisi psikologis
Keluarga :
1. Struktur keluarga
2. Fungsi keluarga
3. Koping keluarga
sebagai berikut:
2. Adakah pengaruh nursing structural capital, nursing human capital, klien dan
1.4Tujuan Penelitian
family centered nursing untuk melaksanakan asuhan keperawatan keluarga. Model ini
dapat meningkatkan kinerja perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya terutama
(NRC). Model ini juga memperkaya body of knowledge keperawatan terutama dibidang
manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kinerja perawat. Model ini
menjadi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang berkualitas dengan
mengoptimalkan hubungan kerjasama antar tim serta melibatkan klien dan keluarga,
mengembangkan kemampuan diri, dan sarana prasarana. Model ini dapat meningkatkan
keluarga. Selain itu klien dan keluarga juga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
tentang perawatan hipertensi. Kemampuan yang meningkat dan prasarana yang lengkap
pada anggota keluarga yang sakit hipertensi sehingga dapat meningkatkan derajat
TINJAUAN PUSTAKA
pada modal yang tidak berwujud (Intangible) yang terkait dengan pengetahuan
dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan (Stewart, 1997 dalam
adalah kombinasi dari pengetahuan kolektif individu dan struktur dalam suatu
15
organisasi disebarkan melalui penggunaan jaringan sosial organisasi (Seibert,
Scott, Kraimer, & Michael, 2001). Jaringan sosial melibatkan hubungan pribadi
dan interaksi sosial antar individu. Hal ini diyakini bahwa jaringan sosial di antara
Modal intelektual terdiri dari tiga domain yaitu modal manusia, modal
struktural dan modal hubungan (Stewart, 1997 dalam Covell, 2011). Sejalan
dengan pernyataan tersebut, Bontis & Choo (2002) juga membagi intellectual
capital (IC) menjadi 3 (Tiga) bagian yaitu human capital (HC), structural capital
(SC) dan relational capital (RC). Hasil penelitian yang berbeda dari Chen, Zhu
dan Xie (2004), membagi elemen IC menjadi 4 (Empat) yaitu human capital,
organisasi. Innovation capital dapat dibentuk dari kerjasama yang baik antara
Aseiaei dan Jusoh (2014) menjelaskan bahwa intellectual capital terdiri dari
empat komponen yaitu human capital, structural capital, relational capital dan
social capital. Penelitian ini merujuk pada pembagian IC menjadi tiga yaitu
human capital, structural capital dan relational capital dimana semua bagian
Human capital merupakan dasar dari intellectual capital dan elemen pertama
karyawannya (Zhu, Chen, Xie, 2004; Bontis, Choo, 2002). Human capital
seluruh non human store house of knowledge dalam organisasi, terdiri dari data
sesuatu yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya.
Relational capital adalah hubungan yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak
luar. Kerjasama yang sudah dijalin dapat memberikan keuntungan pada kedua
belah pihak sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan (Bontis,
Choo, 2002).
intellectual capital hasil penelitian dari Covell tahun 2011. Nursing Intellectual
karena terdiri dari sejumlah konsep dan proposisi yang dapat diukur dan diuji
dalam konteks yang berbeda. Intellectual capital sebagai aset organisasi yang
struktur organisasi yang ada didalamnya berisi informasi tentang proses pelayanan
hasil yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan kualitas perawatan
seperti pengurangan efek samping, adanya infeksi nosokomial, pasien jatuh dan
kesalahan pengobatan.
pada pasien dan berasosiasi dengan rekruitmen dan retensi perawat teregistrasi
(Covell, 2011). Sejalan dengan penelitian ini, penelitian lain dari Kamukama,
keuangan mikro, hasilnya terdapat dampak yang signifikan dari human capital,
structural capital, dan relational capital terhadap kinerja keuangan di lembaga
keuangan mikro.
Konsep yang dijelaskan dalam nursing intellectual capital theory terdiri dari
2 (dua) komponen yaitu nursing human capital dan nursing structural capital
(Covell, 2011). Nursing human capital (modal manusia keperawatan) terdiri dari
kepuasan, motivasi dan komitmen. Penelitian dari Yossa dan Zunaidah (2013)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
Descrates menjelaskan bahwa pengetahuan manusia bersumber dari akal budi atau
rasio. Francis Bacon dan Hobbes berpendapat lain, bahwa sumber pengetahuan
dari pengalaman inderawi. Mereka menyatakan bahwa ide atau konsep manusia
ide dan konsep manusia bersifat apriori, sehingga ada kebenaran apriori, tetapi ide
dan konsep tersebut dapat diaplikasikan apabila ada pengalaman (Supriyanto,
motivasi yang tinggi dalam bekerja. Hasil penelitian dari Hendarni (2009)
prestasi, peluang untuk maju, dan pekerjaannya sendiri. Hygiene factors adalah
gaji, hubungan antar teman, kondisi tempat kerja, supervisi dan kebijakan
pimpinan (Wibowo, 2014). Ada hubungan antara motivasi dan komitmen kerja
(Fanidia, 2014).
Komitmen adalah kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan perilaku
bertahan pada organisasi tersebut (Meyer dan Allen, 1991, dalam Soekidjan,
2009). Komitmen dipengaruhi oleh faktor personal, situasional dan posisi. Faktor
personal terdiri dari tipe kepribadian, usia, pendidikan, jenis kelamin, status
perkawinan, dan masa kerja. Faktor situasional terdiri dari value tempat kerja,
dipengaruhi oleh masa kerja dan tingkat pendidikan (Dyne dan Graham, 2005,
dalam Muchlas, 2008). Meyer dan Allen (1991 dalam Soekidjan, 2009) membagi
ditanggung jika tidak bergabung dengan organisasi. Komitmen pada jenis ini
tetap bekerja karena merasa hutang budi dan terjadi internalisasi norma-norma.
dilakukan benar atau salah. Sedangkan kata klinis, berkaitan dengan tempat
perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, yang
dibedakan antara konsep teori dan eksperimental; dan terdiri atas tanda-tanda
klinis dari suatu masalah kesehatan. Penilaian klinis merupakan suatu proses
termasuk perangkat lunak, paten, dan merek dagang (Stewart,1997 dalam Covell,
2011).
Modal struktural dalam keperawatan adalah sumber daya struktural yang
informasi, dan teknologi informasi seperti perangkat yang digunakan untuk tujuan
dasar dan informasi disaat memberikan perawatan (Doran & Mylopoulos, 2008
dalam Covell, 2011). Modal struktural keperawatan dalam penelitian ini adalah,
keperawatan keluarga serta acuan dalam sistem pencatatan dan pelaporan pada
pelayanan keperawatan keluarga (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2011). Pedoman ini
bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan. Tujuan dari
SOP diantaranya adalah agar perawat dapat menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja, memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari perawat,
Sub variabel ketiga dari modal struktural keperawatan dalam penelitian ini
pengkajian atau pengumpulan data baik pada klien maupun keluarga. Selain untuk
pengkajian data, kolom yang tersedia pada format adalah kolom diagnosis
kepentingan internal dan eksternal dipengaruhi oleh manusia serta struktur modal
organisasi (Bontis,Fitz-en, 2002). Definisi lain dari modal hubungan adalah nilai
dimaksud adalah kerjasama yang bermanfaat untuk bisnis (Navaro et.al., 2008).
Penelitian dari Navaro, et.al. (2008) menjelaskan bahwa relational capital
dengan hasil penelitian tersebut, Bontis, Fitz-Enz dan Jack, (2002) menjelaskan
sumber daya manusia dan meningkatkan kinerja tiap karyawan dalam suatu
perusahaan. Hubungan yang dibangun antara perawat, klien dan keluarga serta
perawat dengan klien dipengaruhi oleh rasa saling percaya, memahami hak
Faktor fisik dapat mempengaruhi komunikasi verbal dan non verbal antara
tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar,
karena ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal
daripada non verbal. Komunikan (baik klien maupun perawat) dapat lebih mudah
(2009) menjelaskan faktor psikologis dipengaruhi oleh nilai dan emosi. Nilai
terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang dapat mempengaruhi
klien dalam berkomunikasi dengan perawat. Perawat perlu mengkaji emosi klien
dengan benar, sehingga mampu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi
dengan klien.
Griffin & Mc Keever (2000) menjelaskan bahwa hubungan antara perawat dan
keluarga ada 4 (empat) tipe yang berbeda tetapi saling berhubungan, yaitu :
pekerja, hubungan antara manajer dan pekerja, dan hubungan antara perawat dan
1. Nurse-helper relationship
dan keluarga mempunyai posisi yang sama yaitu sebagai sebagai pekerja. Hampir
sulit. Pada tipe ini sering terjadi konflik karena peran yang membingungkan dari
Hubungan pada tipe ini perawat sebagai manajer, keluarga sebagai pekerja.
keluarganya yang sakit, namun tidak semua keluarga merasa puas dengan tipe
hubungan ini. Keluarga merasa bingung dan sedih karena waktu mereka untuk
4. Nurse-patient relationship
Tipe ini perawat sebagai perawat dan keluarga pemberi pelayanan sebagai
fisik dan emosi, isolasi sosial dan ketegangan.Tujuan dari intervensi keperawatan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Tipe ini hampir sama seperti
sebagai pasien tidak ada keluhan dari keluarga, karena keluarga akan mendapat
yang diberikan. Hubungan koordinasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat
ditetapkan. Kolaborasi perawat dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain
komunitas.
keperawatan pada pasien kritis. Kolaborasi ini terjadi transisi dari rumah sakit
shared knowledge dan mutual respect (Gittel et.al., 2013). Johnson (2011)
dan perbedaan antar tim, memperhatikan peran yang unik dan tanggungjawab
antar tim, komunikasi dengan pasien, keluarga dan komunitas serta tim kesehatan
terutama pada kasus hipertensi adalah kolaborasi antara perawat, dokter dan ahli
gizi yang ada di Puskesmas. Kolaborasi perawat dengan dokter terkait dengan
terapi medis yang diberikan pada klien. Kolaborasi dengan ahli gizi berkaitan
dua komponen yaitu nursing human capital dan nursing structural capital dalam
a. persiapan akademik
b. status sertifikasi khusus
c. Jam pendidikan berkelanjutan yang
dihadiri
d. Pengalaman profesional
e. Pengalaman khusus klinis
Modal struktural adalah pengetahuan Modal struktural keperawatana adalah
organisasi yang ada dalam organisasi sumber daya struktural yang mengandung
pengajuan, database, dan rutinitas (Edvinsson pengetahuan keperawatan dan digunakan
& Malone, 1997). Modal struktural untuk mendukung perawat teregistrasi dalam
mendukung penggunaan sumber daya manusia
organisasi (Bontis, 2002). penerapan pengetahuan dan keterampilan
dalam pemberian perawatan pasien. Hal ini
dioperasionalkan pada:
Investasi sumber daya manusia adalah investasi Dukungan dari pemilik modal untuk melanjutkan
oleh organisasi dalam pengembangan pengetahuan pengembangan profesional perawat adalah
dan keterampilan karyawan melalui pelatihan dan investasi oleh organisasi dalam pengembangan
pengembangan inisiatif (Bontis & Fitz- enz, 2002).
pengetahuan dan keterampilan perawat teregistrasi
melalui kegiatan pengembangan profesional
lanjutan.
Deplesi modal manusia adalah hilangnya Perawat staf adalah ketersediaan perawat
karyawan dengan pengetahuan dan keterampilan teregistrasi yang memiliki pengetahuan,
yang bernilai bagi organisasi (Bontis & Fitz-enz, keterampilan dan pengalaman yang kompeten
2002).
dalam memenuhi kebutuhan perawatan pasien di
unit (ANA, 2002). Hal ini dioperasionalkan
menjadi:
Gambar 2.1 Middle Range Nursing Intellectual Capital Theory (Covell, 2011).
Penelitian yang sudah dilakukan di bidang bisnis seperti perusahaan Fortune 500,
manusia pada perawat yang bekerja sukarela di rumah sakit. Penelitian dilakukan
Penelitian yang dilakukan oleh Covell dan Sidani (2013) berusaha untuk
mengukur modal intelektual yang sebenarnya tersedia dalam rumah sakit dengan
menggunakan data dari rumah sakit dan database departemen. Peneliti dibatasi
oleh jenis data yang tersedia dalam rumah sakit yang berpartisipasi dalam
dapat digunakan untuk melakukan studi perbandingan validitas dari dua jenis data
yaitu jawaban kuesioner terhadap indikator yang relevan dan dari database rumah
sakit. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi metode yang paling akurat dan
keperawatan yang sensitif seperti risiko pasien jatuh dan manajemen gejala.
modal manusia mempengaruhi kualitas perawatan pasien yang lebih baik dan
sertifikasi khusus dan berpengalaman. Manajer perawat dapat mencapai tujuan ini
dalam beberapa cara, pertama, untuk meningkatkan persiapan akademik pada staf,
proporsi yang lebih besar dari sarjana muda untuk disiapkan menjadi perawat
manusia lebih tinggi dan memiliki kualitas yang lebih baik untuk perawatan
dipengaruhi oleh komponen dari perawat dan sarana yang dibutuhkan dimana
dalam keperawatan sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja
perawat.
pencapaian tujuan). Pengembangan teori ini diawali dengan studi literatur dalam
Derivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat-klien terdiri dari:
2. Tujuan, kebutuhan dan nilai dari perawat serta klien mempengaruhi proses
interaksi.
kesehatan masyarakat.
pelayanan kesehatannya.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
berbeda.
3. Perawat dalam posisinya, membantu apa yang mereka ketahui dan pikirkan,
PERSEPTION
NURSE
JUDGMENT
ACTION
TRANSACTION
REACTION INTERACTION
PATIENT ACTION
JUDGMENT
PERSEPTION
FEED BACK
suatu aksi. Aksi dari perawat maupun klien bereaksi ketika klien mengalami
menyelesaikan masalah. Reaksi tersebut menjadi suatu interaksi dimana pada saat
terjadi interaksi inilah perawat dan klien menetapkan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan. Interaksi akan terjadi transaksi ketika perawat dan klien
merupakan proses interaksi antara perawat dan klien dengan melibatkan proses
interpersonal dari tindakan, reaksi dan interaksi yang dipengaruhi oleh persepsi
terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan dynamic interacting systems,
Interpersonal systems merupakan elemen utama dari teori pencapaian tujuan dari
King, dimana dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada
tujuan keperawatan.
verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan (Alligood, M.R., 2014). Arti
interaksi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal saling melakukan
adalah sistem personal (sistem terbuka). Konsep yang relevan dari sistem personal
adalah persepsi, diri, pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, dan waktu.
1. Sistem Personal
terbuka). Sistem personal pada manusia dapat dijelaskan dengan konsep yang
(growth & development), citra diri (body image), ruang (space), waktu (time).
a. Persepsi (perception)
kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke orang lain dan hal ini tergantung
dari pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetahuan dan status emosi.
Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selektif untuk
semua orang, dan subyektif atau personal (King, 1981 dalam Alligood, M.A,
2014).
b. Diri (self)
King menjelaskan bahwa diri adalah gabungan dari pikiran dan perasaan
yang merupakan kesadaran seseorang tentang siapa dan apa dia. Diri antara
lain, sistem ide, sikap, nilai-nilai, dan komitmen. Diri adalah total lingkungan
dari dunia luar. Diri adalah individu ketika kita mengatakan "AKU" (King,
manusia. Perubahan terjadi dengan cara yang tertib, dapat diprediksi walaupun
individu itu bervariasi. Perubahan juga dapat dipengaruhi oleh fungsi genetik,
e. Ruang (space)
Ruang yang dimaksud adalah ruang yang ada di semua arah, ada dimana-
mana dan didefinisikan oleh area fisik yang dikenal sebagai "wilayah" sesuai
dengan perilakunya.
f. Waktu (time)
peristiwa lainnya sebagai hal unik yang dialami oleh setiap manusia, dan
2. Sistem Interpersonal
antar manusia. Interaksi antar dua orang disebut dyad, tiga orang disebut
triad, dan empat orang disebut group. Konsep yang relevan dengan sistem
a. Interaksi
dan lingkungan, orang dan orang yang ditunjukkan oleh perilaku verbal dan
b. Komunikasi
diberikan dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung,
dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide satu orang
ke orang lain. Aspek perilaku non verbal yang sangat penting adalah sentuhan.
Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik
c. Transaksi
mereka.
d. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu
saat sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai penerima. Tiga elemen utama
peran yaitu, perilaku yang diharapkan pada orang yang menduduki posisi di
sistem sosial, prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara dua
orang atau lebih berinteraksi untuk mencapai tujuan pada situasi khusus.
e. Stres
Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis
mengatur stressor. Stres adalah suatu yang dinamis pada sistem terbuka secara
3. Sistem Sosial
M.A,
2014). Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi, otoritas,
a. Organisasi
yang berhubungan dengan pengaturan formal dan informal pada seseorang dan
b. Otoritas
aktif, proses transaksi yang timbal balik dimana latar belakang, persepsi, nilai-
nilai dari pemegang mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di
c. Kekuasaan
organisasi untuk mencapai tujuan. Kekuasaan adalah proses dimana satu atau
mencapai tujuan, terjadi disemua aspek kehidupan dan setiap orang memiliki
potensi daya ditentukan oleh sumber daya individu dan kekuatan lingkungan
d. Pembuatan keputusan
dimana pilihan diarahkan pada tujuan yang dibuat dan ditindaklanjuti oleh
e. Status
antara perawat dan pasien/klien. Hubungan perawat dan klien merupakan sarana
Penelitian dari Riggio, Shelby (2000) menyatakan bahwa dimensi personal dan
Sistem personal perawat terdiri dari empati, kesadaran diri dan persepsi yang
pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perawat dan
klien.
Perawat dipengaruhi oleh faktor personal, afeksi dan interaksi. Model konseptual
King dapat digunakan pula untuk menjelaskan hubungan antara orang tua,
keluarga, anak dan kesehatan. King menekankan pada interaksi antara lingkungan
dan kesehatan yang berfokus pada praktik dan penelitian keperawatan (Frey,
2003).
berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini
membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (body of knowledge) yang
1. Teori keperawatan dari Imogene King dapat dikembangkan dan diuji melalui
riset.
spesifik.
4. Sebagai pendekatan untuk seleksi dan pemilihan konsep yang dijadikan dasar
menyesuaikan pada setiap perubahan, sosial, ekonomi dan politik, karena sistem
ini terbuka dan dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa
yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat, contohnya: kondisi koma, dan
keluarga didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk
perawatan individu dari anggota keluarga dan unit yang lebih luas. Keluarga
didefiniskan sebagai perspektif sistem yaitu sebuah sistem sosial kecil yang
terbuka dan terdiri atas suatu rangkaian yang saling bergantung serta dipengaruhi
Definisi keluarga dari perspektif tradisional menurut U.S Bureau of the Cesus
dalam Friedman, et.al (2003) menjelaskan keluarga adalah terdiri dari individu
yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal
dalam satu rumah tangga yang sama. UU No. 10 tahun 1992 menjelaskan bahwa
keluarga adalah unit terkecil di masyarakat, terdiri dari suami istri, atau suami
istri dan anak, atau ayah ibu dan anak. Konteks pembangunan Indonesia tujuan
berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan dengan
masyarakat. Definisi keluarga dalam penelitian ini adalah kumpulan individu yang
tinggal dalam satu rumah karena ikatan perkawinan, pertalian darah dan adopsi
faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan
masyarakat, untuk menentukan risiko gangguan akibat pengaruh gaya hidup dan
lingkungan. Potensi dan keterlibatan keluarga menjadi makin besar, ketika salah
didasarkan pada perspektif bahwa keluarga unit dasar untuk keperawatan individu
internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang terdiri dari efeksi,
mencegah terjadinya penularan penyakit pada anggota keluarga yang lain, dan
2003).
Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga memandirikan keluarga dalam
Keluarga merupakan suatu sistem, dimana jika salah satu anggota keluarga
keluarga dengan melibatkan secara aktif anggota keluarga lain (Maglaya S.A.,
2009). Keluarga sehat terbentuk dari hasil interaksi internal dan pertukaran
et.al, 2003).
a. Pengkajian
Asumsi yang mendasari model pengkajian keluarga ini adalah :1) Keluarga
dengan norma dan nilai yang dipelajari dalam sosialisasi dalam keluarga.
Data yang dikaji pada model family centered nursing ini adalah
keluarga, bahasa di rumah yang digunakan, asal daerah, aktivitas agama, sosial,
2) Data Lingkungan
Data lingkungan yang dikaji adalah lingkungan dalam dan luar rumah,
3) Struktur keluarga
et.al, 2003). Data struktur keluarga adalah pola komunikasi terdiri dari
positif atau keduanya. Data berikutnya yang dikaji adalah peran formal dan
Peran formal terdiri dari provider, pengurus rumah tangga, pengasuh anak,
seksual. Sedangkan peran informal bersifat implisit, sering tidak tampak dan
Peran informal terdiri dari peran pendorong adalah peran dalam hal
atau perubahan; negosiator adalah peran untuk menawarkan jalan tengah pada
yang lebih cenderung untuk menerima ide secara pasif, sebagai pendengar
dalam diskusi; pencari pengakuan adalah peran untuk mencoba denga cara
apapun yang mungkin untuk mencari perhatian terhadap diri dan keinginan;
mempertimbangkan akibatnya.
4) Nilai-nilai keluarga
tentang nilai suatu hal atau konsep secara sadar maupun tidak sadar mengikat
anggota keluarga karena pengaruh kebudayaan (Parad & Kaplan, 1965 dalam
Friedman, et.al, 2003). Data nilai keluarga yang dikaji adalah siapa yang
masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi
keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai subsistem
apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana
5) Fungsi Keluarga
berikut:
kemampuan menjalin secara lebih akrab dan harga diri. Data yang dikaji adalah
perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama
keluarganya.
seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-
peran sosial (Gegas, 1979 dalam Friedman, et.al, 2003). Data yang dikaji
usia.
menambah sumber daya manusia. Data yang dikaji adalah jumlah anak, alat
dan papan.
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan. Data yang dikaji adalah
keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk kesehatan terdiri dari: Bagaimana
Praktik diet keluarga yang dikaji pada fungsi ini adalah apakah keluarga
komposisi makanan yang dikonsumsi oleh keluarga sehari, apakah ada batas
dan jadual makan. Kebiasaan tidur dan istirahat: Apakah jumlah jam tidur
anggota keluarga sesuai dengan perkembangan, apakah ada jadual tidur tertentu
yang harus diikuti oleh anggota keluarga, fasilitas tidur anggota keluarga. Olah
raga dan latihan: Bagaimana kebiasaan olah raga anggota keluarga, persepsi
keluarga dan anggota keluarga yang lain dalam satu keturunan, apakah ada
Pelayanan kesehatan yang diterima dari praktisi kesehatan, apakah ada tenaga
6) Koping Keluarga
serta sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi
dampak peristiwa hidup penuh stress (Lazarus, Averill & Opton, 1974;
McCubbin, 1979 dalam Friedman, et.al, 2003). Data yang dikaji untuk stresor
memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah keluarga dapat
penuh dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga,
b. Diagnosis keperawatan
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya dianalisis dan
keluarga ada empat jenis, yaitu aktual, risiko, promosi kesehatan dan sejahtera
c. Perencanaan
dari, penetapan tujuan, kriteria hasil yang spesifik, dan rencana tindakan
keperawatan. Keluarga berhak dan bertanggungjawab untuk membuat
d. Intervensi
untuk individu, keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk membantu klien,
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat yang
didasari atas seberapa efektif intervensi oleh perawat dan keluarga serta tim
obat, diet, aktifitas dan istirahat, manajemen stres dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
Kerangka konsep model family centered nursing adalah sebagai berikut:
Identifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu
Diagnosis keperawatan
Rencana keperawatan
Susun tujuan, identifikasi sumber daya,
definisikan pendekatn alternatif, pilih
intervensi keperawatan, susun prioritas
Evaluasi keperawatan
kewajiban suatu intense atau niat (to discharge of fulfill), (3) melaksanakan atau
(4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is
cerminan pekerjaan seseorang atau kelompok baik proses maupun hasil yang
dicapai.
Indikator untuk mengukur kinerja terdiri dari tujuh komponen (Wibowo, 2014) :
1. Tujuan
2. Standar
Standar mempunyai arti penting untuk menunjukkan kapan suatu tujuan dapat
3. Umpan balik
kinerja dan pencapaian tujuan. Umpan balik menilai kinerja dan hasilnya dapat
5. Kompetensi
6. Motif
7. Peluang
1. Produktivitas
output.
2. Kualitas
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dapat diukur dengan hasil produksi yang dapat dicapai,
produk yang lain dan memaksimalkan waktu yang tersedia untuk kegiatan-
kegiatan lain.
4. Cycle time
Cycle time menunjukkan waktu yang digunakan dari satu proses ke proses
berikutnya.
5. Pemanfaatan sumberdaya
6. Biaya
kinerja saat ini menuju pada kinerja yang lebih baik dimasa mendatang. Perbaikan
kinerja dilakukan ketika prestasi kerja yang dicapai tidak seperti yang diharapkan
dan apabila organisasi telah mampu mencapai prestasi kerja yaitu dengan
menetapkan target kuantitatif yang lebih tinggi. Perbaikan kinerja dapat membuka
peluang bagi individu, kelompok dan organisasi untuk mengembangkan diri dan
1. Desire (keinginan)
3. Climate (iklim)
bantuan. Orang mungkin takut untuk mencoba sesuatu yang baru, sehingga
2.5.1 Pengertian
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
keperawatan adalah proses atau rangkaian interaksi perawat dengan klien dan
keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh, dan keluarga sebagai bagian dari
2.5.2 Tujuan
adalah keluarga sehat, keluarga risiko tinggi, keluarga rawan kesehatan dan
R.I., 2010).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan bagian integral dari pelayanan
sesuai.
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain. Tindakan yang dilakukan mengacu
pada SPO yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan yang
infeksi.
keluarganya tentang cara kerja dan efek samping obat, pemberian obat,
1. Pengetahuan (knowledge)
a. Tahu (know)
ketika klien dan keluarga sudah bisa menjawab pertanyaan tentang tanda
b. Memahami (comprehension)
sendiri.
c. Aplikasi (aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Contoh: Klien sudah mampu
d. Analisis (analysis)
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contonya : Klien dan
stroke.
a. Persepsi (perception)
akan diambil.
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh.
c. Mekanisme (mechanism)
Seseorang yang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah dilakukan dengan baik, mampu
tersebut.
4. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
yang diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin mengubah perilakunya
dilakukan.
autonomy (Steinberg, dalam Hendriani, A., 2006). Istilah tersebut memiliki arti
yang sama yakni kemandirian, tetapi secara konseptual kedua istilah tersebut
atas keputusannya.
1. Emotional autonomy, tidak bergantung pada orang lain dan mampu membuat
pertimbangan sendiri
penting dan tidak penting, keyakinan pada prinsip ideologi, keyakinan pada
nilai-nilai sendiri.
mengambil keputusan secara mandiri dan mampu menerima akibat dari keputusan
secara mandiri, serta memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik (TDS) > 140
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Untuk Usia Diatas 18 Tahun menurut JNC
(Joint National Commite)-7
jenis hipertensi ini. Beberapa penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan
bagi penderita hipertensi primer. Hipertensi sekunder dapat diketahui antara lain
mimisan (jarang), sulit tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan
a. Manajemen Diet
kualitas hidup dan memperbaiki kesehatan klien. Kondisi tersebut dapat dicapai
Penghitungan jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan tubuh per hari adalah
dengan cara rule of the tumb: 25-30 kal/Kg BB (Berat Badan). Apabila
Asupan kalium yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Bahan makanan
sumber kalium adalah sayur dan buah. Sesuai dengan anjuran WHO: Konsumsi
sayur dan buah lima porsi atau lebih per hari (Satu porsi sayuran adalah
1 mangkok sayur segar atau setengah mangkok sayur masak. Satu porsi buah
adalah satu potongan sedang atau dua potongan kecil atau satu mangkok buah
4) Konsumsi hasil olahan susu rendah lemak, membatasi asupan lemak jenuh dan
lemak total.
asam lemaknya yaitu asam lemak jenuh/saturated fatty acid (SFA), asam
lemak tak jenuh tunggal/mono unsaturated fatty acid (MUFA) dan asam lemak
tak jenuh ganda /poly unsaturated fatty acid (PUFA). Contoh bahan makanan
yang tinggi SFA nya adalah lemak mentega, lemak daging, minyak kelapa
sawit dan minyak kelapa. MUFA terdapat dalam jenis makanan utamanya
minyak kacang, olive oil, alpukat dan minyak zaitun. PUFA terdapat pada
PUFA terdiri dari lemak omega-3 dan omega-6/linoleat yang disebut asam
lemak esensial. Di dalam tubuh asam lemak lioleat akan diubah menjadi EPA
terdapat pada ikan dan minyak ikan. Berbagai hasil penelitian menjelaskan
bahwa minyak ikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
dkk, (2010) dan Linda R., (2011) menjelaskan bahwa terjadi penurunan darah
yang bermakna baik sistolik maupun diastolik (p=0,00) setelah pemberian diet
b. Olahraga
dua hal yaitu jumlah darah yang dipompakan jantung per detik dan hambatan
Latihan aerobik secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan tubuh mencegah
hipertensi. Gerakan yang tepat dalam melakukan olah raga selama 30-45 menit 3-
4 kali per minggu, dapat menurunkan tekanan darah10 mmHg dan menurunkan
berat badan serta mengurangi stress (Savitri, S., 2014). Penelitian lain
menjelaskan bahwa berolahraga dengan senam jantung sehat secara teratur dan
penderita hipertensi.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2,9 ± 5,9 mmHg dan tekanan darah
menggunakan tiga tahapan yang saling menunjang, melalui tahap pemanasan yang
jantung dan paru agar siap bekerja lebih cepat, memperlancar peredaran darah,
meningkatkan suhu tubuh, dan mencegah terjadinya cedera otot serta tulang sendi.
Tahap latihan atau gerakan inti dilakukan sekitar 15-20 menit, dilakukan untuk
tekanan darah. Latihan pada tahap ini dilakukan sampai berkeringat dan nafas
menjadi cepat tanpa sesak nafas. Tahap terakhir adalah pendinginan selama 5-10
c. Manajemen stres
secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional
yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres adalah
memperbaiki kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik (Dadang H., 2013).
Manajemen stres terdiri dari beberapa pendekatan (Dadang H., 2013) :
1) Fisik (somatik)
a) Makanan
b) Tidur
Jadual tidur secara teratur, lama tidur 7-8 jam dalam semalam, atau
paling tidak 4 malam dalam seminggu seseorang tidur dalam jangka waktu
tubuh.
c) Olah raga
Olah raga dilaksanakan secara teratur 30-45 menit perhari. Olah raga
secara teratur akan meningkatkan daya tahan tubuh baik secara fisik
maupun mental.
d) Tidak Merokok
Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
g) Menjaga pergaulan
2) Psikologik
a) Psikoterapi supportif
hipertensi percaya diri dan tidak putus asa serta mampu mengatasi stresor
b) Psikoterapi kognitif
c) Psikoterapi keluarga
3) Psikoreligius
Terapi untuk melakukan kegiatan keagamaan secara teratur dapat
d. Pengobatan
(farmakologis).
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas sebagai upaya untuk
a) Diuretik
b) Penghambat Simpatetik
c) Betabloker
d) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Contoh : Prasosin, Hidralasin. Efek samping
yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
Nursing structural
capital berhubungan
dengan kualitas
pelayanan pasien.
Jurnal :
International Journal of
Business and Social Science
Vol.5 No.2
February 2014
@Emerald Group
Publishing Limited
1469-1930
penting dalam
memperatahankan
orang-orang kunci
di perusahaan,
pengetahuan dan
kinerja perusahaan.
Judul: - Nursing Mentoring dapat - Intellectual capital
Intellectua meningkatkan percaya Terdiri dari 2
The preservation of l capital diri dengan model (Dua) faktor yaitu
intellectual capital of peran positif dan kerja human capital dan
nurses working in the sama tim. Mentoring structural capital
community hospital menghasilkan
- Analisis dari
keuntungan finansial
produktivitas dalam
karena komitmen dan
keperawatan adalah
Penulis: retensi perawat.
berapa jam dalam
Gloria Reidinger memberikan
Kesuksesan dalam
pelayanan langsung,
perencanaan
keluar masuknya
merupakan investasi
perawat, perawat
dari organisasi dan
yang tidak masuk,
kesuksesan dari human
Jurnal : kesalahan perawat
capital.
dan kepuasan
Olivet pasien.
Nazarene university,
greiding@olivet.edu Tidak ada perbedaan -Keberhasilan
yang signifikan perencanaan
http://digitalcommons.oli merupakan proses
aktifitas organisasi dan
vet.edu/edd_diss identifikasi dan
pendidikan persiapan individu
tahun
yang mempunyai
2013 asumsi positif, dan
posisi staf
merupakan posisi
Social support and -Kings - Social support orang -Model konseptual
health: A Theoritical Theory tua berhubungan King dapat
formulation derived dengan kesehatan digunakan untuk
-Social menjelaskan
from Kings conseptual keluarga hubungan antara
suppor
framework orang tua, keluarga,
t - Social support orang anak dan
tua berhubungan kesehatan.
dengan kesehatan anak -King menekankan
Penulis: pada interaksi antara
lingkungan dan
Maureen A. Frey kesehatan yang
berfokus pada
Judul Penelitian Teori Hasil Penelitian Kesimpulan
Jurnal :
Nursing Science
Quarterly tahun 2003.p:
138-145
Kualitas pelayanan
keperawatan
A Dissertation for dipengaruhi oleh Sistem interpersonal
Doctor Philosophy interaksi perawat
Judul Penelitian Teori Hasil Penelitian Kesimpulan
Klien: Keluarga :
89
Keterangan :
structural capital, dan nursing human capital (Reidinger. G.,2013; Covell, 2011;
Diane R. Bridges, et.al, 2011; King, 1981 dalam Tomey, 2006; Youndt, M.A.,
Subramaniam M., & Snell, S.A., 2004). Nursing structural capital terdiri dari
judgment (Covell, 2013; Thomson, et.al, 2013; Kamukama, et.al, 2010; Margot
B.,2014; Khasefi Ali, et.al., 2013). Nursing structural capital dan nursing human
Nursing relational capital juga dipengaruhi oleh faktor klien dan keluarga
(Frey, 2003; Friedman, et.al., 2003; Griffin & Mc Keever, 2000). Faktor klien
adalah anggota keluarga yang menderita hipertensi terdiri dari kondisi fisik dan
dari struktur keluarga, fungsi dan koping keluarga berpengaruh terhadap nursing
relationl capital (Friedman, et.al., 2003; Frey, 2003 Griffin & Mc Keever, 2000).
of goal attainment dari King (1981) dalam nursing relational capital yang
terdiri dari interaksi personal, interpersonal dan kerjasa dengan tim kesehatan lain
terjadi interaksi maka akan terjadi transaksi (King, 1986 dalam Gonzalo, 2011;
capital, klien dan keluarga diprediksi menjadi model yang dapat meningkatkan
kinerja perawat (Y1), proses ini dilakukan pada penelitian tahap 1. Model asuhan
tahap 2.
3.2 Hipotesis
H1= Ada pengaruh nursing structural capital terhadap nursing human capital.
(Chris A., 2016; Van Paemel, Kathy, 2011; Covell, 2011; Douglas,H.,
2003;Bontis, 2002).
H2= Ada pengaruh nursing structural capital terhadap nursing relational capital.
H4= Ada pengaruh nursing human capital terhadap nursing relational capital.
(Kholifah, S.N, et.al., 2016; Eman S.T., 2014; Covell; Sidani, 2013; Gittel,
et.al, 2013; Thomson, et.al, 2013; Diane R. Bridges, et.al., 2001; Naylor,
(Ferris, K., 2016; Kholifah, S.N., et.al., 2016; Posner B.,2014; Kashefi, dkk,
2013; Covell, Sidani, 2013; Thomson, et.al., 2013; Roseanne, CM., Daniel,
J.P., 2012; Covell, 2011; Morgot P., 2008; Nick Bontis, Fitz-enz, 2002).
H8= Ada pengaruh nursing relational capital terhadap transaksi (kinerja perawat).
(Reidinger. G.,2013; Naylor, Mary. D., 2011; King, 1986 dalam Gonzalo,
2011; Naylor, 2011; Johnson, 2011; Kamukama, et.al, 2010; Navaro et.al.,
2008; Nick Bontis, Fitz-enz, 2002; Gunther, 2001; Riggio, Shelby, 2000).
H9= Ada pengaruh model asuhan keperawatan keluarga berbasis NRC terhadap
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama menggunakan metode
dengan hipertensi.
dimana seluruh variabel diukur dalam waktu yang bersamaan atau menggunakan
pendekatan snapshot (Kuntoro, 2011). Populasi penelitian pada tahap ini adalah
175 orang. Besar sampel menggunakan rule of the thumb dalam SEM,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Wijanto (2008) dan Kusnedi (2008) bahwa
93
minimal 100-150 responden, atau sebesar lima kali indikator-indikator (Observed
variables) yang ada dalam model. Apabila menggunakan kaidah SEM, besar
Pemilihan sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam arti sampel yang
terpilih tidak didasarkan pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Kuntoro, 2010).
setiap wilayah Surabaya Utara, Barat, Timur, Selatan dan Tengah, sehingga
keseluruhan adalah 351 Orang yang terdiri dari 116 orang tenaga kontrak dan 235
Orang pegawai negeri sipil (PNS) dengan pendidikan SPK, D III dan S1
jumlahnya 175 orang. Jumlah responden tiap Puskesmas = 110:30= 3,67 atau
Tahap kedua, setiap Puskesmas yang terpilih, dipilih lagi secara acak 3-4
ini:
Surabaya Utara Surabaya Barat Surabaya Selatan Surabaya Pusat Surabaya Timur
dan kesesuaian dari data yang telah diperoleh; 2) coding, mengklasifikasi jawaban
berdasarkan kode tertentu; 3) entry data, daftar pertanyaan yang telah dilengkapi
dengan pengkodean jawaban, selanjutnya diproses dengan komputer sehingga
menghitung frekuensi dan persentase dari aspek yang diukur. Deskripsi setiap
yang diusulkan dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah
variance atau component based SEM, yang terkenal disebut Partial Least Square
rumit secara simultan. Model analisis jalur semua variabel dalam PLS terdiri atas
weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa
item (indikator) tunggal (Hair et. al., 2010). Penelitian ini menggunakan model
struktural yang dianalisis memenuhi model rekursif dan semua indikator dari
variabel penelitian yakni: faktor nursing structural capital ( X1), faktor nursing
human capital (X2), faktor klien (X3), faktor keluarga (X4), faktor nursing
relational capital (X5), kinerja perawat (Y1) dan kemandirian keluarga (Y2).
PLS merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala
data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya tidak harus besar,
direkomendasikan berkisar dari 30-100 kasus (Ghozali, 2008) atau kurang dari 30
observasi (Hair et. al., 2010). Penelitian tahap 1 ini memiliki unit analisis adalah
untuk maksud eksplorasi (Hair et. al., 2010; Ghozali, 2008). Penegasan Secara
X5 Y1
X4
X3
Keterangan :
Penelitian tahap kedua adalah melakukan uji coba model asuhan keperawatan
keluarga berbasis NRC pada perawat Puskesmas yang terpilih. Uji coba
dilakukan setelah modul tersusun dan perawat sudah diberikan pelatihan tentang
Sampel pada penelitian tahap kedua adalah keluarga dengan anggota keluarga
anggota BPJS).
dengan teknik two stage sampling yaitu memilih secara acak penderita hipertensi
dahulu (pre test) dan setelahnya dilakukan penilaian kemandirian (post test).
Desain yang digunakan adalah pre-test dan post test design. Analisis perbedaan
kemandirian pre test dan post test menggunakan rumus t-test dan membandingkan
ke dua mean dengan alpha 0,05. Selain itu juga dilakukan analisis dengan model
persamaan struktural berbasis variance yaitu Partial Least Square (PLS) untuk
(Arikunto, S, 2013)
a. Kurang: <
Persiapan, 27
b. Pelaksanaan
Ordinal
Motivasi (X2.2) Dorongan atau minat Kuesioner dengan skala
perawat untuk likert yaitu sangat setuju,
melaksanakan asuhan setuju, tidak Setuju, sangat
keperawatan keluarga tidak setuju.
dengan hipertensi yang
dipengaruhi oleh :
a. Kriteria
Tanggungjawab
b. Pengakuan penilaian: Baik
c. Peluang untuk
maju : 36-48
d.
Cukup : 35-
No. Faktor/Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Kurang: < 24
(Arikunto, S, 2013)
Kurang: <12
Keputusan klinis Kemampuan perawat Kuesioner dengan skala Ordinal
(Clinical dalam mengambil likert dilakukan, tidak
judgment) (X2.4) keputusan klinis terdiri dilakukan, modifikasi
dari:
Kriteria
a. Keputusan klinik
dalam menentukan penilaian: Baik :
masalah klien
b. Keputusan klinis 12 -16
dalam
menentukan Cukup :8 -
tindakan keperawatan 11
Kurang: < 8
3 Klien Faktor klien
dengan (Arikunto, S,
(X3) hipertensi dalam asuhan
keperawatan keluarga
yang diduga
mempengaruhi nursing
relational capital terdiri
dari kondisi fisik dan
kondisi psikologis klien.
Ordinal
Kondisi fisik klien Keadaan fisik klien Kuesioner dengan skala
(X3.1) hipertensi, terdiri dari likert yaitu tidak
tekanan darah, pernah, jarang,
No. Faktor/Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Kurang: < 12
Kurang: < 15
(Arikunto, S,
2013)
Kurang: < 12
(Arikunto, S,
penilaian: Baik :
20-25
Cukup : 15-
19
Kurang: < 15
Ordinal
Interaksi perawat Kerjasama perawat Kuesioner dengan skala
dengan klien, dengan perawat lain, klien likert.
No. Faktor/Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
penilaian: Baik :
16-20
Cukup : 12-
15
Kriteria penilaian:
Baik : 28-35
Cukup : 21-27
Kurang: < 21
(Arikunto, S,
2013)
Cukup : 27-
35
Kurang: <27
(Arikunto, S,
7 Kemandirian Kemampuan klien
keluarga (Y2) dan 2013)
keluarga secara mandiri
dalam melakukan
perawatan hipertensi
terdiri dari kemandirian
dalam minum obat, diet
rendah garam, aktifitas
dan istirahat,
manajemen stres dan
kontrol ke pelayanan
kesehatan.
Minum obat Kemampuan klien secara Kuesioner dengan skala Nominal
mandiri dalam minum dikotomi
No. Faktor/Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
(Arikunto, S, 2013)
median
(Arikunto, S, 2013)
median
(Arikunto, S,dengan
2013) Nominal
Manajemen stres Kemampuan klien dan Kuesioner skala
keluarga secara mandiri dikotomi
No. Faktor/Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
2. Tidak
Kriteria penilaian:
Mandiri = >
median
menjadi responden.
9. Tahapan simulasi model pada perawat yang telah dilatih melakukan asuhan
hipertensi.
pernyataan.
dikalikan 4, hasil perkalian dibagi tiga berdasarkan katagori penilaian baik, cukup
dan kurang. Kisi-kisi instrumen secara rinci dapat dijelaskan pada tabel di bawah
ini :
dan skala likert. Kuesioner ini dibagi menjadi empat katagori yaitu kuesioner
tanggapan adalah sangat tidak setuju = 1, tidak setuju= 2, setuju =3, sangat
setuju=4. Katagori penilaiannya adalah baik, cukup dan kurang. Secara rinci
W.S, 2012). Kuesioner terdiri dari kondis fisik dan psikologis klien. Penilaian
berdasarkan pernyataan tertutup dengan menggunakan skala likert (TP= Tidak
jumlah 9 pernyataan. Secara rinci dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :
2003). Kuesioner dibagi tiga kategori yaitu struktur keluarga, fungsi keluarga dan
pernyataan.
Selalu). Katagori penilaian baik, cukup dan kurang. Secara rinci dapat dijelaskan
dengan skala berjenjang. Pilihan jawaban pada pernyataan yang dipilih terdiri dari
tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Kuesioner dibagi 3 kategori yaitu interaksi
keluarga dan perawat lain terdiri dari 9 pernyataan dan kerjasama dengan
H., (2014) . Kuesioner terdiri dari dua kategori yaitu pendidikan kesehatan dan
pernyataan.
hipertensi dari Savitri S., (2014) dan Ari W.S., (2012). Kuesioner terdiri dari lima
kategori yaitu minum obat, diet rendah garam, aktifitas dan istirahat, manajemen
kriteria tetapi tidak terpilih menjadi responden dari Puskesmas yang berbeda.
Tujuannya agar dapat diperoleh data yang valid serta memiliki konsistensi yang
tinggi (reliabel).
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk
(construct validity) dan validitas isi (content validity). Upaya untuk mendapatkan
c. Mengujicobakan kuesioner
correlation) dengan batas validitas hasil koefisien korelasi (r) adalah 0,25-0,30.
Setelah dilakukan uji validitas ditemukan 3 item pertanyaan yang tidak valid.
Ketiga item soal tersebut adalah sebagai berikut, dari 10 soal standar prosedur
operasional ditemukan item pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan no. 6.
Dua item pertanyaan yang tidak valid lainnya dari pertanyaan komitmen, yaitu
2. Uji Reliabilitas
1 (satu) menunjukkan reliabel sempurna dan nilai 0 (nol) tidak reliabel. Instrumen
dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha > 0,6. Reliabilitas dari instrumen
Kerangka operasional penelitian seperti tertulis pada gambar 4.3 dibawah ini :
Penelitian Tahap 1
Mengidentifikasi faktor-faktor :
1. Nursing structural capital (pedoman pelayanan
asuhan keperawatan keluarga, SPO (Standar
Prosedur
Operasional), format dokumentasi asuhan
asuhan keperawatan keluarga
2. Nursing Human Capital (pengetahuan,
motivasi, komitmen, clinical judgment) Analisis faktor
3. Nursing relational capital (interaksi perawat secara secara empiris
personal, interaksi perawat dengan klien,
keluarga),
kerjasama perawat dengan tim kesehatan lain
4. Faktor klien (Kondisi fisik dan psikologis)
5. Faktor keluarga (Fungsi keluarga, struktur dan Issue strategis
koping keluarga)
6. Transaksi (Kinerja Perawat).
Penelitian Tahap 2
Keterangan :
theory. Setelah tersusun model yang merupakan integrasi dari teori Nursing
Intellectual Capital Theory (NIC), teori of Goal Attainment dan Family Centered
Puskesmas.
dengan metode alternatif PLS. Setelah diperoleh model yang fit, kemudian
Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Kegiatan diskusi
membahas model yang telah dibuat dipandang dari berbagai sudut keahlian
Penelitian tahap 2 dilaksanakan untuk uji coba model. Uji coba ini
Dilakukan setelah rancangan model selesai. Uji coba model bertujuan untuk
mengetahui apakah model yang dibuat layak digunakan. Uji coba model juga
melihat sejauh mana model yang telah dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Uji coba model dilakukan terbatas terhadap kelompok kecil (simulasi) sebagai
tanpa komplikasi yang sudah dipilih sesuai kriteria yang ditetapkan. Sebelum uji
coba dilakukan, perawat dilatih dengan menggunakan modul yang telah disusun.
Uji coba ini diharapkan dapat menguji secara empiris model yang dikembangkan
dilakukan perbaikan model. Tahap akhir pada penelitian tahap 2 adalah adalah
penetapan model.
BAB 5
penelitian dibagi 2 yaitu hasil penelitian tahap 1 dan tahap 2. Hasil penelitian
Tahun 2011 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Surabaya
ekonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan. Visi Dinas Kesehatan Kota
Surabaya adalah terwujudnya masyarakat kota Surabaya yang sehat, cerdas dan
mandiri.
120
Misi Dinas Kesehatan Kota Surabaya adalah sebagai berikut :
kesehatan.
manusia kesehatan.
kesehatan
8. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan
Puskesmas induk.
Program ini bertujuan meningkatkan kesehatan ibu hamil, bayi dan balita.
kunjunagn ibu hamil K4, kunjungan bayi serta perawatan balita gizi buruk.
Tahun 2015, Puskesmas di Kota Surabaya berjumlah 62 Puskesmas, yaitu
Puskesmas rawat jalan maupun rawat inap melaksanakan program pokok dan
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, perbaikan gizi
Emergensi Dasar), dan Pelayanan kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Tidak semua
terdiri dari: tenaga medis (dokter spesialis, dokter gigi dan dokter umum), tenaga
perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga gizi, sanitasi dan teknisi medis serta tenaga
rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta sarana kesehatan lainnya.
pada balita, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual (IMS), diare, kusta, demam
tetanus, tetanus neonatorum, polio dan hepatitis B), dan PTM (penyakit tidak
menular terdiri dari hipertensi, diabetes mellitus, kanker, jantung koroner dan
Asetat (IVA) untuk deteksi kanker serviks dan pengukuran berat badan untuk
Gundih, 4459 orang; Puskesmas Tambak Rejo, 2472 orang; Puskesmas Dukuh
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110 perawat yang tersebar
kriteria sampel.
Penelitian tahap I dilakukan selama tiga bulan sejak bulan April –Juni 2016
usia produktif berkisar 31-40 tahun. Jenis kelamin sebagian besar adalah
telah bekerja selama kurang dari 10 tahun. Lama kerja minimal adalah 2 tahun.
dalam penelitian ini melingkupi faktor nursing structural capital (X1), faktor
nursing human capital (X2), faktor nursing relational capital (X3), klien (X4),
keluarga (X5), faktor kinerja (Y1) dan faktor kemandirian keluarga (Y2).
SPO, dan format dokumentasi asuhan keperawatan keluarga. Hasil analisis secara
deskriptif pada konstruk faktor nursing structural capital dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Kategori
Total
No. Indikator
Baik Cuk Kurang
up
n % n % n % n %
1. Pedoman
pelayanan askep 23 20,9 62 56,4 25 22,7 110 100
keluarga
2. SPO 40 36,4 64 58,2 6 5,5 110 100
katagori cukup. Katagori baik yang tertinggi adalah standar operasional prosedur
faktor pengetahuan (X2.1), faktor motivasi (X2.2), faktor komitmen (X2.3) dan
Kategori
Total
No. Indikator Baik Cukup Kurang
N % n % n % n %
1. Pengetahuan 22 20 64 58,2 24 21,8 110 100
2. Motivasi 82 74,5 28 25,5 0 0 110 100
3. Komitmen 74 67,3 36 32,7 0 0 110 100
4. Keputusan 92 83,6 15 13,6 3 2,7 110 100
Klinis
Tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa indikator nursing human capital
sebagian besar berkatagori baik secara berurutan adalah pada indikator keputusan
cukup.
3. Klien (X3)
Faktor klien dikonstruksikan oleh dua indikator yaitu kondisi fisik (X3.1)
perawat selama kunjungan rumah 3 (Tiga) bulan terakhir baik kondisi fisik
4. Keluarga (X4)
keluarga (X4.2) dan koping Keluarga (X4.3). Hasil analisis secara deskriptif dapat
Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa indikator fungsi keluarga, struktur keluarga
dan koping keluarga yang ditemukan perawat selama kunjungan rumah 3 (tiga)
yaitu interaksi personal perawat (X5.1.), interaksi perawat dengan klien keluarga
dan perawat lainnya (X5.2.) dan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya (X5.3.).
Hasil analisis secara deskriptif pada konstruk faktor nursing relational capital
analisis secara deskriptif pada konstruk faktor kinerja perawat dapat dilihat pada
dilakukan yaitu pengujian model pengukuran (outer model) dan pengujian model
memastikan bahwa indikator yang mengukur variabel laten adalah valid dan
faktor eksogen terhadap endogen, sehingga akan didapatkan model yang tepat.
validitas konstruk dan reliabilitas konstruk. Tujuan uji validitas konstruk adalah
nilai loading faktor dari indikator ke variabel laten dan uji pengaruh signifikansi
menjelaskan bahwa nilai loading factor dari indikator > 0,5 dan semua indikator
eksogen terhadap faktor endogen. Nilai yang digunakan sebagai acuan adalah nilai
apabila nilai T-statistik lebih besar dari nilai tabel dengan toleransi kesalahan (α)
Tabel 5.9 Hasil Uji Signifikansi Pada Model Struktural (Inner Model)
capital
terhadap nursing relational capital tidak signifikan. Selanjutnya pada gambar 5.1
X1 X2
X5
Y1
X4
X3
Keterangan :
X1= Nursing structural capital (NSC)
X2= Nursing human capital (NHC)
X3= Klien
X4= Keluarga
X5= Nursing relational capital (NRP)
Y1= Kinerja Perawat
Gambar 5.1 menjelaskan bahwa tidak semua nilai T-statistik pada diagram
jalur (hubungan faktor eksogen terhadap faktor endogen) mempunyai nilai lebih
besar dari nilai t-tabel = 1.96 yaitu jalur nursing structural capital (X1) ke
Nilai pengaruh koefisien parameter jalur (path coefficient) pada tabel 5.9
Nursing
Nursing
Structural 0,277 Nursing
Capital (X1) Human 0,270
capital (X2)
0,136 0,334
Nursing
KINERJA
Relasional PERAWAT (Y1)
0,268
Capital (X5)
0,808
-0,215
Klien Keluarga
(X3) (X4)
pengaruh langsung dan tidak langsung serta total pengaruh antara variabel laten
eksogen ke variabel laten endogen. Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung
serta total pengaruh dari variabel laten eksogen ke variabel laten endogen terdapat
Tabel 5.10 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, Total Pengaruh dari Variabel
Laten Eksogen ke Laten Endogen dan Koefisien Parameternya
pengaruh variabel laten eksogen ke endogen dalam diagram jalur, sebagai berikut:
1. Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung nursing structural capital (X1)
(Y1) lebih besar nilai langsungnya, dimana nilai pengaruh langsung sebesar
0,268.
4. Berdasarkan nilai pengaruh langsung, apabila akan meningkatkan kinerja
5. Nilai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja perawat adalah klien (X3)
dan keluarga (X4) melalui nursing relational capital (X5), dimana keluarga
mempunyai nilai pengaruh tidak langsung lebih tinggi yaitu sebesar 0,216
kinerja perawat yang paling tinggi adalah antara keluarga (X4) ke nursing
7. Diketahui total pengaruh paling tinggi pada kinerja perawat adalah jalur
tidak langsung dari variabel laten eksogen ke laten endogen yaitu dari nursing
human capital (X2) ke nursing relational capital (X5) ke kinerja (Y1) dengan
Nilai pengaruh antara faktor eksogen terhadap endogen dalam diagram jalur
terdapat pada nilai R-square. Data persentase pengaruh dalam diagram path (R-
berikut :
1. Nilai R-square variabel endogen nursing human capital=0,075. Hal ini berarti
bahwa variasi faktor nursing human capital terkait dengan kinerja perawat
yang dijelaskan oleh faktor nursing structural capital sebesar 7,5%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat didalam model
bahwa faktor nursing relational capital mampu dijelaskan oleh faktor nursing
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat didalam model penelitian
3. Nilai R-square variabel endogen kinerja perawat =0,429. Data ini berarti
nursing human capital dan nursing relational capital sebesar 42,9%. Sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat didalam model penelitian
prediksi.
5.1.4.3 Penilaian Kekuatan Prediksi dari Model
dapat dihitung nilai rata-rata communallities sebesar 0,598 sedangkan nilai rata-
rata sebesar 0,354; sehingga dapat dihitung besarnya nilai GoF model prediksi
sebagai berikut (Cohen,1988) :
Berdasarkan nilai GoF di atas sebesar 0,460 merupakan ukuran GoF besar
sehingga bisa dikatakan model prediksi tersebut dalam penelitian ini sangat kuat
besar.
keluarga.
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nursing structural capital tidak berpengaruh
(T-statistik < 1,96), H 1 ditolak berarti tidak ada pengaruh secara langsung
perawat.
relational capital.
perawat.
capital.
capital.
perawat.
Kota Surabaya, dan Kasie Program Pelayanan Khusus dilakukan setelah model
dilaksanakan dan model asuhan keperawatan keluarga berbasis NRC yang telah
dikembangkan. Masukan dari hasil diskusi ini dijadikan bahan dalam menyusun
modul.
Juli 2016.
Kemungkinan Penyebab:
1. Keterbatasan jumlah pedoman, SOP dan format dokumentasi keperawatan
keluarga
2. Pemahaman perawat terhadap pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga yang masih berbeda-beda
Hasil Diskusi:
1. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga sudah ada
namun definisi operasionalnya masih menimbulkan pemahaman yang
No Issue strategis, Kemungkinan penyebab, Hasil diskusi, Telaah peneliti
berbeda-beda.
2. Pedoman pelaksanaan keperawatan keluarga sudah dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sudah dibagikan kepada
seluruh Puskesmas, penanggungjawab Perkesmas di Puskesmas juga sudah
dilakukan pelatihan, tetapi sosialisasi kepada tim perawat belum berjalan dengan
baik. Banyak perawat yang belum tahu pedoman pelayanan keperawatan
keluarga.
3. SPO kunjungan rumah dibuat oleh masing-masing Puskesmas, sehingga
berbeda-beda pemahamannya.
4. Format dokumentasi keperawatan sudah ada standar dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, tetapi kendalanya adalah pada penggandaan format
dokumentasi keperawatan yang belum terpenuhi oleh kabupaten/kota untuk
semua perawat.
5. Di Kota Surabaya format dokumentasi sudah terpenuhi jumlahnya, tetapi masih
ada perawat yang belum paham tentang pengisiannya sehingga tidak
mendokumentasikan askep keluarga yang telah dilaksanakan.
Telaah Peneliti:
1. Peningkatan pemahaman perawat tentang pedoman pelaksanaan
pelayanan keperawatan keluarga dan pengisian format dokumentasi
keperawatan keluarga
2. SPO kunjungan rumah perlu disusun bersama seluruh Puskesmas di bawah
koordinasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
2 Issue strategis :
Nursing human capital dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dalam
katagori baik.
Kemungkinan penyebab:
1. Pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan keluarga belum optimal
2. Keterbatasan jumlah perawat tiap Puskesmas
Hasil diskusi:
1. Kemampuan perawat secara khusus untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga belum mendapat perhatian khusus untuk selalu di update.
2. Pelatihan perawat tentang pelaksanaan pelayanan keperawatan keluarga sudah
dilaksanakan terbatas pada penanggungjawab programnya saja, harapannya
penanggungjawab program mensosialisasikan kepada seluruh perawat di
Puskesmasnya masing-masing, tetapi belum berjalan pada semua Puskesmas,
sehingga pengetahuan perawat masih kurang.
3. Ada dana dari BOK dan APBD untuk pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga. Di Kota Surabaya tiap kali kunjungan 100 rb dipotong pajak.
4. Perawat yang tidak melakukan asuhan keperawatan keluarga mendapatkan
teguran dari Kepala Puskesmas, apabila teguran dari kepala Puskesmas tidak
direspon, akan dilaporkan di Dinkes Kota Surabaya, tetapi selama ini belum
pernah ada teguran sampai ke Dinkes.
No Issue strategis, Kemungkinan penyebab, Hasil diskusi, Telaah peneliti
5. Perawat melaksanakan kunjungan ke tiap keluarga minimal 4 kali sesuai
dengan pedoman pelaksanaan pelayanan keperawatan keluarga, atau sampai
tercapai kemandirian tingkat 4. Tetapi juga melihat kasusnya, ada yang 2 kali
sudah KM 4.
6. Secara konsep berapa kali frekuensi kunjungan rumah belum ada, yang ada
dalam bukunya Friedman adalah waktu kunjungan rumah dilakukan perminggu.
7. Dukungan kepala Puskesmas untuk pelaksanaan asuhan keperawatan juga
besar, terutama untuk pembagian tugas. Karena jumlah perawat terbatas, kalau
pembagian tugas kurang jelas, waktu perawat habis untuk melaksanaan
pelayanan dalam gedung.
8. Sewaktu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus mampu
mengambil keputusan tentang perawatan klien di rumah. Kadang-kadang
ada perawat yang tidak percaya diri untuk mengambil keputusan karena
kemampuan dan pengalaman yang kurang, biasanya terjadi pada perawat
kontrak.
Telaah peneliti:
1. Peningkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga.
2. Peningkatan dukungan dari Kepala Puskesmas untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga.
3 Issue strategis :
Nursing relational capital dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
sudah baik.
Kemungkinan penyebab:
1. Banyaknya program Puskesmas yang harus dilaksanakan oleh perawat
2. Perawat harus melaksanakan kerjasama lintas program
3. Kerjasama dengan klien
Hasil diskusi :
1. Pelaksanaan program pelayanan keperawatan keluarga seharusnya
dilakukan melalui kerjasama lintas program.
2. Di Jatim, ada pelaksanaan kunjungan rumah yang sudah di SK kan
timnya yaitu Kota Kediri. Tim tergantung dari kasus nya, misalnya kasus DM
timnya perawat, dokter, ahli gizi.
3. Di Surabaya kerjasama lintas program untuk pelaksaaan asuhan
keperawaan belum berjalan pada semua kasus. Kerjasama tim sudah berjalan untuk
kasus paliatif.
4. Kerjasama tim disini juga berkaitan dengan pelaksanaan program.
Misalnya program P2M (TB Paru). Tetapi yang masih menjadi masalah
sistem pencatatan dan pelaporannya masih sendiri-sendiri. Jadi pada saat kunjungan
rumah dengan TB Paru, perawat harus membuat dua laporan, laporan untuk askep
keluarganya dan laporan untuk program TB Parunya.
No Issue strategis, Kemungkinan penyebab, Hasil diskusi, Telaah peneliti
Telaah peneliti :
1. Peningkatan koordinasi lintas program yang melibatkan perawat sebagai
pelaksananya
2. Peningkatan kerjasama lintas program dengan sistem pencatatam dan
pelaporan yang terpadu
4 Issue strategis
Faktor kondisi klien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga masih kurang.
Kemungkinan penyebab :
1. Respon psikologis klien masih kurang
2. Kemampuan koping keluarga yang masih kurang
Hasil diskusi :
1. Besar dan sifat masalah yang dimiliki keluarga sangat beragam. Pada beberapa
kondisi atau wilayah tertentu, pelayanan keperawatan keluarga masih fokus
pada tindakan keperawatan individu. Keluarga lebih banyak berfungsi sebagai
sistem pendukung.
2. Kesediaan atau kemampuan keluarga untuk berubah dan menerima intervensi
keperawatan dipengaruhi oleh budaya, status sosial ekonomi, pemahaman terhadap
informasi.
Telaah peneliti :
Peningkatan pemahaman keluarga tentang perannya dalam merawat anggota
keluarga yang sakit
5 Issue strategis
Kinerja perawat dalam melaksanakan pendidikan kesehatan dan tindakan
keperawatan keluarga sudah baik tetapi belum memenuhi target.
Kemungkinan penyebab :
Pendidikan minimal perawat sebagai responden adalah D III Keperawatan
Adanya dasar hukum pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga.
Hasil diskusi :
1. Ada beberapa dasar hukum dimana sebagian perawat sudah tahu kalau
perawat harus melaksanakan asuhan keperawatan keluarga. Kalau sekarang sudah
ada keputusan menteri kesehatan tentang pelayanan keperawatan keluarga lebih
memantapkan perawat untuk melakukan askep keluarga, tetapi masalahnya
kadang-kadang mereka sudah melaksanakan tetapi tidak didokumentasikan,
sehingga buktinya tidak ada. Hal ini berpengaruh pada persentase capaian
program. Di Kota Surabaya tahun 2015 adalah 43%.
2. Secara konsep, otonomi dan akuntabilitas perawat dalam melaksanakan
askep keluarga sangat kuat. Pada kondisi nyata, perawat banyak memiliki
No Issue strategis, Kemungkinan penyebab, Hasil diskusi, Telaah peneliti
tugas non keperawatan. Mis. seringkali perawat menggantikan tugas dokter
di BP, menjadi bendahara BPJS atau BOK, PJ untuk beberapa program kesehatan
di Puskesmas yang menyita banyak waktu untuk pencatatan dan pelaporannya.
Akibatnya perawat memiliki waktu yang terbatas untuk memberikan intervensi
keperawatan.
Telaah peneliti :
Peningkatan persentase capaian program perawatan kesehatan masyarakat
melalui peningkatan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga.
sudah dilaksanakan di Kota Surabaya tetapi belum optimal. Hal ini disebabkan
tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat. Kerjasama antar perawat masih
berjalan denga baik, demikian juga kerjasama lintas program dengan profesi yang
lain juga belum dilaksanakan pada semua kasus penyakit di masyarakat. Jumlah
tenaga perawat yang terbatas dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan
berikut :
secara resmi namun perlu didefinisikan secara operasional agar bentuk dan
jenis pelayanan yang dapat diberikan menjadi lebih jelas dan kompetensi
berikut :
secara umum sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan untuk beberapa
Relational Capital.
kerjasama dengan klien dan keluarga serta interaksi personal perawat yang kurang
keluarga.
yang berfokus pada kerjasama antar perawat, kerjasama dengan tim kesehatan
lain, kerjasama dengan klien dan keluarga dan interaksi perawat dengan dirinya
sendiri. Nursing relational capital dipengaruhi oleh nursing human capital yang
dalam mengambil keputusan klinis. Selain itu, faktor klien dan keluarga juga
nursing relational capital secara langsung juga dipengaruhi oleh nursing human
keluarga berbasis NRC tersusun. Penelitian pada tahap ini diawali dengan pemilihan
lokasi uji coba model yaitu Puskesmas Gundih Surabaya. Tahap berikutnya adalah
memilih perawat Puskesmas yang akan dilatih dengan kriteria lokasi Puskesmas
tempat kerja Perawat tidak jauh dari Puskesmas Gundih Surabaya yaitu Puskesmas
Gundih sendiri. Perawat yang dilatih berjumlah 15 orang. Adapun data karakteristik
usia produktif berkisar 31-40 tahun. Jenis kelamin sebagian besar adalah
telah bekerja selama kurang dari 10 tahun. Lama kerja minimal adalah 5 tahun.
Sebelum dilakukan uji coba model, perawat di latih terlebih dahulu dengan
menggunakan modul yang telah tersusun. Sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan
Tabel 5.15 Nilai Pre-Post Test Pengetahuan Perawat Tentang Modul Asuhan
Keperawatan Keluarga Berbasis NRC
tinggi dari sebelum pelatihan, nilai yang dicapai oleh perawat sesudah pelatihan
keluarga berbasis NRC mulai tanggal 20 Juli - 9 September 2016. Simulasi model
asuhan keperawatan keluarga berbasis NRC ini adalah interaksi perawat dengan
yang dilakukan, kerjasama perawat dengan perawat lain, tim kesehatan, klien dan
dan sesudah pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis NRC adalah sebagai berikut:
Hasil uji statistik paired t-test (p>0,05) untuk mengetahui perbedaan sebelum
dan sesudah dilakukan ujicoba model asuhan keperawatan keluarga berbasis NRC
Tabel 5.17 Uji Beda Parametrik Rata-Rata Nilai Kemandirian Sebelum dan
Sesudah Uji Coba Model Asuhan Keperawatan Keluarga Berbasis NRC
Paired Differences
Mean Std. Std. 95% Confidence T df Sig.
Deviation Error Interval of The (2-tailed)
Mean Difference
Lower Upper
P1_a- P2_a 1.39333 .65069 .11880 -1.63631 -1.15036 -11.728 29 .000
Perlakuan (2.20 –
Rata-Rata 3.67)
Sebelum
Sesudah
Diketahui dari Tabel 5.17 data diatas bahwa rata-rata nilai kemandirian
sebelum dan sesudah uji coba model mengalami perbedaan yang signifikan pada
taraf kepercayaan signfikansi 5%. Besarnya perbedaan rata-rata pada uji coba ini
sebesar 2.20 – 3.67 satuan dari perlakuan awal sebelum diberikan asuhan
berbasis NRC terhadap kemandirian keluarga dengan hipertensi melalui uji coba
Hal ini memperkuat asumsi bahwa indikator yang ada membentuk konstruk secara
valid dan reliabel dalam penelitian ini. Hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai
kemandirian keluarga sangat erat kaitannya dengan kelima indikator yang disusun
dapat diketahui bahwa nilai loading dari indikator lebih dari 0,7 dan atau
memiliki nilai kurang dari 0.7 tetapi tetap mempunyai nilai T-statistik > 1,96
dengan menggunakan ukuran total effect. Hasil yang diukur dalam tabel korelasi
dengan nilai parameter pengaruh sebesar 0.504. Nilai ini memberikan interpretasi
bahwa pada klien yang sama yang telah diberikan penilaian kemandirian keluarga
sebelum perlakuan dan diukur kembali setelah perlakuan maka akan terjadi
Penelitian tahap 2 ini menjawab hipotesis 9 yaitu ada pengaruh model asuhan
hipertensi.
BAB 6
PEMBAHASAN
Perpaduan antara teori dan hasil analisis menghasilkan opini dari peneliti.
memenuhi kontinuitas dan ekuitas di tempat kerja. Pedoman yang disusun dapat
yang berlaku sehingga dapat bekerja dengan baik. Pedoman kerja berisi
158
pelaporan absensi, jam kerja dan pengaturannya. Pedoman asuhan keperawatan
keluarga yang dikeluarkan oleh Dinkes Provinsi Jawa Timur disusun secara rinci
keperawatan keluarga, artinya SPO belum diterapkan secara optimal oleh perawat.
Secara konsep, SPO memudahkan perawat dalam melakukan kegiatan rutin. SPO
berlangsung input menjadi output, dan umpan balik yang diperlukan untuk
(Plan, Do, Check, Act). Plan digunakan untuk menjelaskan persiapan klien, alat
dan lingkungan sebelum melakukan tindakan dan tujuan dari tindakan yang akan
besar dalam katagori cukup dan sebagan kecil katagori baik. Format asuhan
keperawatan keluarga. Format ini merupakan modal struktural sebagai bukti dari
keperawatan.
keperawatan yang baik pula. Hasil penelitian lain yang sama adalah penelitian
keperawatan. Unsur tenaga yang dimaksudkan adalah jumlah tenaga dan pelatihan
yang telah diikuti. Berkaitan dengan jumlah tenaga, perawat tiap Puskesmas di
keperawatan keluarga.
berpendidikan tinggi lebih rasional, kreatif dan terbuka pada pembaharuan dan
Standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan secara resmi oleh organisasi
untuk memantau perkembangan kondisi klien, sebagai alat komunikasi antar tim
pengisiannya dan dapat dimengerti oleh semua tim tidak hanya perawat, sehingga
format ini akan menjadi alat komunikasi yang efektif bagi perawat dan tim
kesehatan lain.
dengan hasil penelitian dari Eman Salman T., (2014) menjelaskan bahwa
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sistem informasi, prosedur kerja yang
karyawan. Hubungan yang terjalin antar karyawan melalui sistem informasi yang
tersedia dalam modal struktural. Penelitian dari Bontis, Fitz-en (2002) juga
capital dalam penelitian ini dikarenakan nursing structural capital yang tersedia
belum digunakan sebagai alat komunikasi antar tim kesehatan. Tiap profesi
untuk perawat, tetapi untuk seluruh tim kesehatan yang ada di Puskesmas.
Dinkes Provinsi Jawa Timur hanya dipegang oleh penanggungjawab program dan
pedoman yang disusun berisi tentang ruang lingkup, tujuan, konsep dasar dan
Selain buku pedoman, SPO kunjungan rumah yang disusun oleh masing-
tim. Fungsi SPO diantaranya adalah memperlancar tugas perawat atau tim,
mengarahkan perawat dan tim untuk sama-sama disiplin dalam bekerja dan
sebagai alat komunikasi antara perawat dengan klien dan keluarga serta tim
akurat dan lengkap membantu koordinasi perawat dan tim kesehatan lain,
mencegah informasi yang berulang kepada klien dan keluarga dari anggota tim
keluarga.
sarana tersebut sebagai alat dalam membangun sistem interaksi dengan klien,
keluarga dan tim kesehatan lain. Hasil diskusi pakar didapatkan data bahwa
pada klien TB Paru maka pencatatan dan pelaporannya ada 2 (dua), pencatatan
tim.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam koordinasi penulisan
dilaksanakan. Perawat yang tidak berada 24 jam dengan klien dan keluarga dapat
melihat catatan dari klien dan keluarga. Dokumentasi yang dilaksanakan secara
terpadu selain meningkatkan koordinasi antar tim, juga mendapatkan data yang
kegiatan proses keperawatan. Data yang didapatkan ini dapat digunakan sebagai
lain yang sependapat dari Covell dan Sidani (2013) menjelaskan bahwa nursing
perawat mengacu pada SPO yang berlaku. Jenis tindakan keperawatan yang
2010).
perawat dan tim agar dapat menjalankan peran sesuai dengan kewenangan
mencegah terjadinya kelalaian dan alat komunikasi antar tim untuk mengkoordinir
tindakan keperawatan keluarga. Perawat akan memiliki arah yang jelas dalam
dari Kholifah, S.N. et.al. (2016) terhadap 122 perawat mendapatkan hasil bahwa
kerjasama yang terjalin dengan baik antar tim kesehatan dapat meningkatkan
membutuhkan orang lain sebagai tim kerja. Hubungan perawat dengan tim
kesehatan lain seperti dokter dan ahli gizi dalam melaksanakan asuhan
Naylor dan Johnson (2011) menjelaskan bahwa kerjasama antara perawat dengan
sumberdaya manusia.
Gittel, et.al. (2013) menyatakan berbagi pengetahuan dan keterampilan
dapat terjadi selama proses kolaborasi dengan tim. Perawat akan mendapatkan
kemampuan perawat merupakan peluang untuk maju menjadi lebih baik. Peluang
ini menurut teori Herzberg adalah motivator bagi perawat untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan baik pula. Kompleknya masalah kesehatan yang ada
tim kesehatan (lintas program) tetapi juga dengan lintas sektor seperti aparat
kebutuhan klien dan keluarga (Soekidjan, 2009). Perawat yang telah berkomitmen
terjadi dalam proses interaksi yaitu komunikasi timbal balik dengan proses sebab
akibat atau aksi reaksi. Ketika berkomunikasi inilah terjadi pertukaran informasi
klinis. Penilaian klinis yang dilakukan oleh perawat dimulai ketika menentukan
melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Margot P.,
relational capital terhadap nursing human capital yang belum diteliti dalam
penelitian ini.
kegiatan rujukan, tetapi kegiatan kunjungan rumah bersama-sama secara tim agar
keluarga dan pendidikan kesehatan. Kinerja perawat ini diartikan sebagai apa
yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan hasil yang dicapai dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (Wibowo, 2014). Covell dan Sidani (2013)
menjelaskan bahwa nursing human capital mempengaruhi kualitas pelayanan
(2014) menjelaskan salah satu indikator kinerja yang bisa diukur adalah
keluarga. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian Riezky D.E (2013)
tindakan keperawatan klien pasca operasi di Ruang Pemulihan RSD Dr. Subandi
Jember. Hasil penelitian lain dari Ace Sudrajat dkk (2014) juga menjelaskan
2010).
Pelaksanaan intervensi keperawatan baik mandiri maupun kolaboratif
baik akan meningkatkan kinerjanya. Roseanne C.M dan Daniel J.P (2006)
perawat akan berpengaruh pada hasil perawatan yang dilakukannya pada klien.
Penelitian lain yang sependapat dari Windy A.M dan Gunasti H. (2012)
(Nursalam, 2011).
artinya perawat memperoleh kesempatan untuk mencapai hasil yang baik atau
kemungkinan perawat dapat maju dalam pekerjaannya, dan pekerjaan itu sendiri
(job it self), artinya memang pekerjaan yang dilakukan itu sesuai dan
menyenangkan bagi perawat (Nursalam, 2011). Hasil penelitian Tyas H.S. (2014)
kinerja di Bank BTN Surabaya. Penjelasan lebih lanjut dikatakan bahwa dari
5 (lima) motivasi intrinsik yang mempunyai nilai siginikansi paling tinggi adalah
Motivasi juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yaitu gaji (salary) yang
diterima, hubungan antar pribadi dengan teman sejawat, atasan atau bawahan
gaji, kebijakan, rekan kerja, kondisi lingkungan kerja dan supervisi. Motivasi
kerja perawat yang baik maka komitmen perawat akan baik pula.
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hasil penelitian Kholifah, S.N. et.al.
(2016) terhadap 117 perawat di Jawa Timur mendapatkan hasil bahwa komitmen
penelitian lain yang sependapat dari Ferris, K. (2016) yang menjelaskan bahwa
affective commitment (Allen & Meyer, 1997 dalam Soekidjan, 2009). Pendapat ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Kholifah, S.N. et.al. (2016) menyatakan bahwa
biologis, psikologis dan sosiokultural. Faktor biologis salah satunya adalah umur
perawat.
mayoritas 5-10 tahun. Sunar (2012) menjelaskan bahwa semakin produktif usia
mendukung kearah sikap yang lebih positif. Posner (2014) juga menyatakan
bahwa pengembangan diri perawat sangat ditentukan oleh pendidikan, usia, jenis
kelamin, suku, ras, dan sistem regulasi yang berlaku. Lebih lanjut Putri A. Dan
Prismata Medan. Berdasarkan lama kerja, semakin lama masa kerja maka semakin
tinggi komitmen karyawan pada organisasi (Martha.I.H., Diah K. & Tri M.I.,
2013).
Perawat yang memiliki komitmen tinggi memiliki kemauan untuk
waktu kerja seoptimal mungkin. Perawat agar mempunyai komitmen tinggi perlu
dengan evaluasi. Perawat dapat menetapkan masalah keperawatan pada klien dan
klinis dalam menetapkan diagnosis keperawatan dengan tipenya yang tepat untuk
langsung terhadap kinerja yang terbesar. Artinya modal manusia keperawatan ini
adalah komponen terpenting secara langsung yang dapat meningkatkan kinerja
Faktor klien yang baik tidak diikuti peningkatan nursing relational capital.
Data penelitian didapatkan bahwa sebagain besar kondisi fisik dan psikologis
klien dalam katagori kurang. Kondisi fisik adalah suatu kondisi yang tampak atau
dapat diamati dengan indera. Kondisi fisik mempengaruhi komunikasi (Perry &
Potter, 2009). Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika tekanan darah meningkat
akan menyebabkan klien merasa tidak nyaman, sehingga akan berpengaruh pada
respon terhadap orang lain. Klien hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan
darah akan mengeluh nyeri kepala dan mudah lelah. Keluhan ini mempengaruhi
proses komunikasi klien dengan perawat. Pengiriman pesan dari perawat kepada
(Perry & Potter, 2009). Komponen psikologis yang dimaksud adalah nilai dan
emosi. Nilai merupakan standar dari perilaku klien. Perbedaan nilai tersebut
bila tidak ada keluhan tidak perlu minum obat, yang penting tidak makan yang
asin-asin, sementara nilai yang ditanamkan oleh perawat bahwa klien hipertensi
harus minum obat dengan teratur meskipun tidak ada gejala yang dirasakan.
subyektif seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi klien dalam merespon
hubungan dengan orang lain termasuk dengan tim kesehatan. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dengan benar, sehingga mampu memilih waktu yang tepat
untuk berkomunikasi.
capital. King menyatakan bahwa interaksi antara lingkungan dan kesehatan yang
darah naik maka semua tim kesehatan akan mengevaluasi penyebab dari
kenaikan darahnya. Tim medis akan mengevaluasi obat yang diberikan, perawat
memantau obat diminum rutin atau tidak, ahli gizi akan memantau diit hipertensi
yang dijalankan, perawat mengevaluasi olah raga dan manajemen stres yang
meningkat ini dilakukan agar kondisi klien yang menurun menjadi lebih baik.
memiliki nilai t-statistik dan nilai koefisien parameter jalur yang tertinggi. Berarti
capital. Faktor keluarga dapat diukur dengan 3 (tiga) indikator yaitu fungsi
keluarga, struktur keluarga dan koping keluarga, dimana ketiga indikator ini
keluarga, hasil penelitian Rahmawati (2014) pada 210 lansia didapatkan adanya
penelitian lain dari Laksmi W.A (2013) menjelaskan bahwa fungsi perawatan
keluarga yang sakit. Perawatan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga dan
upaya pencegahan sakit pada tiap anggota keluarga merupakan bagian yang paling
relevan dari fungsi perawatan kesehatan. Keluarga merupakan komponen utama
Gastrell, 2003).
perawat dan tim kesehatan lain. Sependapat dengan Griffin & Mc Keever (2000)
menjelaskan bahwa hubungan antara perawat dan keluarga ada 4 (empat) tipe
yang berbeda tetapi saling berhubungan, yaitu : Hubungan antara perawat dan
relationship).
Tipe yang digunakan oleh perawat saat ini cenderung pada tipe nurse-
patient relationship. Penerapan tipe pada keluarga adalah perawat sebagai perawat
dan keluarga pemberi pelayanan sebagai klien. Keluarga diposisikan sebagai klien
keperawatan yang dilakukan pada anggota keluarganya yang sakit. Keluarga akan
melakukan instruksi dari perawat selama perawat tidak ada di keluarga. Perawat
yang akan dilakukan pada anggota keluarganya, tetapi ada batas yang jelas antara
peran perawat dan keluarga sebagai pengasuh (Griffin & Mc Keever, 2000).
ditunjukkan dengan fungsi keluarga yang sudah berjalan, struktur keluarga yang
baik dan koping yang efektif dalam melakukan perawatan pada anggota keluarga
menyatakan bahwa social support orang tua berpengaruh pada kesehatan anak.
Faktor keluarga sebagai faktor yang berpengaruh pada nursing relational capital
sehingga keluarga dapat memberikan penguatan pada anggota keluarga yang sakit
perawat dan tim kesehatan lain. Interaksi keluarga dengan perawat dan tim
rumah.
1981 dalam Alligood, M.R., 2014). Interaksi antara perawat dan klien
capital terdiri dari hubungan kerjasama internal dan eksternal merupakan salah
yang kedua-duanya unik dan memiliki nilai yang saling berbagi didalam interaksi-
oleh Covell tahun 2011. Teori ini terdiri 2 (Dua) komponen yaitu nursing human
capital dan nursing structural capital. Nursing relational capital dibangun dengan
interpersonal perawat dengan klien, keluarga dan perawat lainnya serta kerjasama
dengan tim kesehatan lain. Gunther (2011) menjelaskan bahwa sistem personal
yang terdiri dari empati, kesadaran diri dan persepsi merupakan pedoman
perawat sebagai karakteristik konseptual dari sistem sosial yang lebih besar.
2014). Interaksi personal adalah interaksi dengan diri sendiri. Interaksi ini
perkembangan (growth & development), citra diri (body image), ruang (space),
waktu (time) (King, 1981 dalam Alligood, M.A, 2014). Penafsiran perawat
terhadap suatu stimulus yang masuk terkait cara pandangnya terhadap suatu objek
tertentu berbeda-beda. Objek yang diamati oleh perawat sehari-hari adalah klien
dan keluarga yang memerlukan bantuan karena salah satu anggota keluarganya
mengalami masalah kesehatan. Objek inilah yang dapat menjadi stimulus bagi
perawat mengenai alat indra perawat dan langsung bekerja sebagai reseptor yang
oleh semua, selektif untuk semua orang, dan subyektif atau personal (King, 1981
dalam Alligood, M.A, 2014). Oleh karenanya interaksi personal sangat perlu
yang berpengaruh pada kinerja adalah interaksi antar perawat, klien dan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh tidak langsung faktor klien dan keluarga
melalui nursing relational capital terhadap kinerja. Jalur yang terbesar adalah dari
efisiensi kerja pada PT. Mitha Samudera Wijaya Medan. Kerjasama tim
goals, shared knowledge dan mutual respect (Naylor, 2011). Kolaborasi tim
kesehatan untuk klien hipertensi dilakukan antar perawat, perawat dengan dokter
serta ahli gizi. Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan
pelayanan yang tepat. Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu
memperhatikan keragaman budaya dan perbedaan antar tim, peran yang unik dan
merupakan kolaborasi dimana setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab
dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama, (2) Partially Integrated Major,
adalah bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama, (3) Joint Program Office
adalah bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan
lainnya, (5) Joint Partnership for Issue Advocacy adalah bentuk kolaborasi yang
memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak
Jenis kolaborasi tim ada 12 (dua belas) yaitu perawatan reproduktif primer
(misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca persalinan, dan perawatan bayi baru lahir);
pengasuhan.
care adalah prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan klien.
satu sama lain, (3) Physician as the clinical leader, merupakan pemimpin
yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus yang bersifat
darurat, (4) Mutual respect and trust,adalah saling percaya dengan memahami
kolaborasi tim kesehatan yaitu pastikan semua anggota tim dapat bertemu secara
semua tim kesehatan terlibat dalam setiap rencana, saling mengenal antar anggota
tim agar dapat berkontribusi dengan baik, komunikasi harus terjalin dengan baik
evaluasi secara berkala untuk memperbaiki keadaan dimasa yang akan datang dan
menghargai setiap pendapat dan kontribusi semua anggota tim (Naylor, 2011).
Kolaborasi tim kesehatan ini dilakukan agar tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, (4) ketidakmampuan keluarga dalam
keperawatan.
membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka
penyakit yang diderita anggota keluarga yang berdampak pada anggota keluarga
yang lain, anggota keluarga mendukung permasalahan atau gejala suatu individu,
masalah perkembangan anak atau remaja dalam konteks keluarga yang sakit,
anggota keluarga menderita penyakit kronis dan adanya penyakit keluarga yang
kesehatan keluarga dan orang lain, dan mengerti kemana seharusnya mencari
informasi umum yang perlu diberikan perawat kepada keluarga yaitu pengetahuan
dan emosional pada klien hipertensi seringkali sebagai pemicu stres pada sehingga
klien hipertensi. Wayne dan Faules (2006) menjelaskan komunikasi efektif adalah
orang yang terlibat dalam komunikasi. Keluarga perlu menjadi pendengar aktif
Keluarga juga perlu mengetahui pelayanan sosial dan kesehatan yang ada di
masyarakat. Informasi yang dibutuhkan terdiri dari jenis pelayanan yang ada di
dimanfaatkan oleh keluarga agar dapat merawat klien hipertensi secara optimal.
dilakukan oleh perawat tidak hanya bersifat mandiri (independen) tetapi juga
tindakan kolaboratif agar masalah kesehatan klien dapat teratasi. Modal hubungan
ini perlu ditingkatkan agar asuhan keperawatan keluarga dapat terlaksana secara
mungkin.
hasil penelitian Ersida (2015) menjelaskan bahwa kunjungan rumah secara aktif
dan Kass (dalam Ali, M dan Asrori, 2005) adalah mampu mengambil inisiatif dan
keperawatan keluarga berbasis NRC ini adalah proses interaksi perawat dengan
diri sendiri, antar perawat, klien dan keluarga dan tim kesehatan lain. Interaksi
perawat dengan diri sendiri (interaksi personal) dapat menilai kesiapan dan
(goal attainment). Ketika perawat sudah menilai dirinya sendiri siap dalam
untuk memberikan respon dengan cara tertentu dalam suatu situasi. Kesiapan
kebutuhan, motif dan tujuan (Slameto, 2010). Hasil penelitian Putra Mahendra,
pada dirinya sendiri sehingga menimbulkan tekad untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan dan dibutuhkan serta siap menghadapi tantangan (Angelis, 2003).
rasa percaya (trust) klien dan keluarga. Susilowati (2011, dalam Wattimena, I.,
nilai-nilai yang dihayati, nilai dasar sebagai manusia, melayani dengan altruisme
yang tinggi, dan selalu sadar diri dengan apa yang akan dilakukan. Lebih lanjut
dijelaskan dari hasil penelitian Saihan (2011) bahwa kepercayaan klien kepada
keluarga.
sebagai kerjasama yang dibangun oleh perawat dengan perawat lain, klien, dan
transaksi, peran dan stres (King, 1986 dalam Gonzalo, 2011). Hasil penelitan dari
Muadi (2009) tentang hubungan iklim dan kepuasan kerja dengan produktifitas
menghargai dan saling mendukung antar perawat merupakan salah satu faktor
perawat dapat disebabkan karena kurangnya saling percaya dan menghargai satu
sebagai alat komunikasi, melakukan kegiatan out door atau kegiatan informal di
klien dan keluarga terdapat proses berbagi informasi, perilaku dan budaya yang
Klien dan keluarga sebagai individu juga mempunyai persepsi terhadap perawat
sehingga memunculkan pula pertimbangan untuk melakukan aksi. Pertimbangan
aksi dari perawat dan klien bereaksi ketika klien dan keluarga meminta bantuan
rumah karena sudah terjalin rasa percaya dari persepsi positif yang dimiliki.
suatu interaksi antara perawat, klien dan keluarga dan menyusun rencana
tujuan (King, 1986, dalam Gonzalo, 2011). Tujuan yang ingin dicapai dalam
proses transaksi antar perawat, klien dan keluarga adalah kemandirian dalam
kolaborasi merupakan proses dimana dokter dan perawat menyusun rencana dan
profesional membutuhkan mutual respek baik setuju maupun tidak setuju yang
berdampak langsung pada hasil yang dialami klien (Kramer dan Schamalenberg,
outcome bagi keluarga dan klien dalam mencapai upaya penyembuhan dan
keperawatan keluarga berbasis NRC ini diterapkan sebagai proses alih peran dari
perawat kepada klien dan keluarga. Alih peran disini dimaksudkan bahwa perawat
pertama, perawat yang mempunyai peran yang dominan pada keluarga, tetapi
setelah beberapa kali pertemuan, maka keluarga yang akan mengendalikan peran
dalam perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Proses ini termasuk
respon dari perubahan perilaku. Mulvey, J. (2011) menjelaskan bahwa proses dari
klien antara 18-224 hari (Mulvey, J., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa
dibutuhkan variasi waktu bagi klien untuk mengubah perilakunya atau membuat
waktu yang sangat lama tetapi juga dapat berubah dalam waktu yang relatif
pendek. Sebaiknya perawat tidak fokus pada jumlah waktu tetapi lebih fokus pada
pola perilaku positif yang berulang. Perilaku baru yang dilakukan secara
(dendrit) dan terhubung satu dengan lainnya serta perilaku baru menjadi pola yang
simulasi antara 4-6 kali dalam waktu 7 minggu. Frekuensi ini disesuaikan dengan
mandiri dalam melakukan diit hipertensi dan 2 (dua) keluarga belum mandiri
berolah raga secara teratur. Belum mandirinya keluarga dalam diit hipertensi
sambal terasi, ikan asin dan penyedap masakan dalam makanannya. Diit yang
dilakukan ini dipengaruhi oleh faktor budaya, selera dan kebiasaan dalam
keluarga. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan dari pakar keperawatan keluarga
(Dr. Yuni Nursasi, MN) bahwa perilaku keluarga dalam praktik kesehatan
dipengaruhi oleh sosial budaya keluarga. Friedman et.al. (2003) juga menjelaskan
sudah diajarkan olah raga tetapi masih ada keluarga yang belum melakukan
dengan teratur. Perawat bersama klien dan keluarga sudah membuat jadual olah
raga sesuai dengan kesepakatan, ketika klien berolah raga keluarga mencontreng
jadual tersebut. Keluarga yang belum melaksanakan olah raga secara rutin
beralasan sibuk dengan pekerjaannya dan lupa. Sebenarnya klien dan keluarga
selain olah raga sendiri di rumah juga dapat memanfaatkan kegiatan oleh raga
yang ada dan mempunyai kegiatan senam lansia. Sasaran Posyandu Lansia adalah
semua masyarakat yang berusia 45-59 tahun. Klien hipertensi yang menjadi
motivasi untuk melakukan olah raga dan diet secara teratur juga memiliki
hipertensi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi, tanggungjawab dan
disengaja maupun yang tidak di sengaja oleh klien dan keluarga sebagai
keterampilan yang dibutuhkan oleh klien dan keluarga harus dilakukan untuk
karena termasuk program prioritas keluarga sehat pada Program Indonesia Sehat.
agar asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat mencapai tujuan. Model
asuhan keperawatan keluarga ini mampu meningkatkan kemandirian klien dalam
melaksanakan diet, olah raga, minum obat, manajemen stres dan kontrol ke
pelayanan kesehatan dengan melibatkan klien dan keluarga secara aktif. Model ini
membangun persepsi yang positif, berinteraksi dengan klien dan keluarga serta
model pengukuran dan model struktural. Temuan baru berdasarkan hasil analisis
0,136 0,334
0,270
Nursing Relational capital Kinerja Perawat Kemandirian keluarga:
1. Interaksi personal perawat 3. Pendidik 6. Minum obat
2. Interaksi interpersonal 0,268 an kesehatan 7. Diit hipertensi
0,504
perawat dengan klien, 4. Tindaka 8. Aktifitas dan
keluarga dan perawat lain n keperawatan pada istirahat
3. Kerjasama perawat dengan klien hipertensi 9. Manajemen stres
tim kesehatan lain 10. Kontrol ke pelayanan
kesehatan
-0,215 0,808
Klien : Keluarga :
dipengaruhi secara langsung oleh nursing human capital dengan nilai koefisien
sebesar 0,334, nursing structural capital dengan nilai koefisien sebesar 0,270 dan
nursing relational capital 0,268. Berdasarkan hasil ini, didapatkan temuan baru
dikembangkan pertama kali oleh Covell tahun 2011. Teori nursing intellectual
capital dari Covell (2011) terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu nursing structural
capital dan nursing human capital. Temuan baru tersebut adalah nursing
structural capital (X1) nursing human capital (X2) kinerja (Y1) dengan
capital (X5) kinerja (Y1) dengan jumlah koefisien sebesar 0,036, berarti
peningkatan kinerja perawat melalui modal kerjasama yang dibangun. Jalur tidak
langsung ketiga adalah dari klien (X3) nursing relational capital (X5) kinerja
(Y1) dengan nilai koefisien -0,058, berarti ketika kondisi klien menurun maka
peningkatan kinerja. Jalur tidak langsung keempat adalah dari keluarga (X4) ke
nursing relational capital (X5) kinerja (Y1) dengan nilai koefisien 0,808,
berarti ketika struktur, fungsi dan koping keluarga meningkat dapat meningkatkan
koefisien terbesar adalah pada jalur tidak langsung yang ke empat, artinya modal
kinerja dari faktor keluarga. Faktor keluarga juga merupakan faktor yang paling
kemandirian keluarga.
keluarga. Nursing relational capital menjadi fokus dalam model ini dengan
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi juga ditingkatkan. Model ini juga
keperawatan keluarga.
ini tidak sependapat dengan Eman S.T., (2014); Kamukama et.al. (2010); Nick
5. Nursing relational capital adalah kerjasama yang dibangun oleh perawat dalam
dan keluarga.
kesehatan lain.
keperawatan keluarga. Hal ini sesuai dengan Covell dan Sidani (2013) yang
menyatakan bahwa structural capital di keperawatan adalah sumberdaya
clinical judgment. Sesuai dengan Covell dan Sidani (2013) menjelaskan bahwa
pada penelitian ini karena modal yang penting dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga.
10. Indikator nursing relational capital adalah integrasi teori goal attainment dari
11. Indikator kondisi klien adalah kondisi fisik dan psikologis (Perry & Potter,
12. Indikator keluarga adalah fungsi keluarga, struktur keluarga dan koping
keluarga sesuai dengan teori family centered nursing (Friedman et.al., 2003).
keluarga.
14. Indikator pengukur kemandirian keluarga dengan hipertensi adalah
kemandirian minum obat, diit, aktifitas dan istirahat, manajemen stres dan
kontrol ke pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan Savitri. S. (2014) yang
keseimbangan berat badan dengan olah raga. Pendapat dari Dadang H. (2013)
keluarga dan lingkungannya serta dengan tim kesehatan lain untuk memenuhi
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan
keluarga yang komprehensif. Hasil penelitian ini dapat diusulkan pula kepada
direncanakan pada FGD. Hasil diskusi sudah menunjukkan konten yang sesuai
PENUTUP
penelitian berisi tentang jawaban dari tujuan penelitian yang disusun berdasarkan
hasil pengujian model pengukuran dan hasil pengujian struktural. Saran dibuat
sebagai berikut:
7.1 Kesimpulan
208
interaksi personal, interpersonal dan interprofessional collaboration.
sebagai alat komunikasi, belum adanya format pencatatan dan pelaporan yang
perawat yang memiliki pengetahuan yang baik, motivasi dan komitmen serta
Kondisi klien yang menurun juga dapat meningkatkan interaksi agar masalah
keperawatan keluarga.
terintegrasi pada semua kasus sebagai basis data untuk semua program, serta
lintas sektor termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga sebagai fokus
pelayanan perawatan.
5. Perawat perlu meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga
sebagai bukti tanggungjawab hukum dan kinerja yang akan berdampak pada
dan standar prosedur operasional sebagai pedoman dan alat komunikasi dalam
pada kasus yang lain, sehingga model asuhan keperawatan berbasis NRC dapat
penyakit kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Ace Sudrajat, Suhana, H., Pramita I. (2014). Hubungan antara Pengetahuan dan
Pengalaman Perawat dengan Keterampilan Triase di IGD RSCM. Jurnal
Keperawatan, Vol.2. No.3. Hal. 1-8.
Allender, J.A., Cherie R., Warner K.D., (2010). Community Health Nursing:
th
Promoting and Protecting the Public’s Health. (7 ed), Lippincott,
Philadelphia.
Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Mosby,
America.
Ali, M & Asrori. (2005). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Bumi
Aksara, Jakarta.
Ana Zakiyah. (2012). Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Sidoarjo.
Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol.5 No.1. Hal. 1-8
Angelis, Barbara. (2003). Percaya Diri, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Amyani, 2, (2012). Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kemandirian
Santri Pesantren Tahfizh Sekolah Daarul Qur'an Internasional Bandung,
disitasi Tanggal 20 September 2016,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/21645
Arifin, Bey, (2005). Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Komunikasi Terhadap
Karyawan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi (JSMO), Volume 2 No
1. pp. 16-34.
Arikunto, Suharsimi, (2013). Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Aru W. Sudoyo. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Asiaei. K., Jusoh R. (2014). Antecedent Condition for Leveraging Intellectual
Capital: A Contingency Perspective. International Journal of Reasearch in
Business and Technology, Vol.4 No.1 pp. 354-366.
Asmadi (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC, Jakarta.
A. Pratami (2014). Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Mahasiswa Terhadap
Minat Beli Produk Madoe Honey IPB, disitasi tanggal 4 Juli 2015,
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73438.
Bimo Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Andi, Yogyakarta.
Bontis, N., Choo, C.W. (2002). The Strategic Management of Intellectual Capital
and Organizational Knowledge. 212 Newy rk, Oxford University Press.
https://books.google.co.id/books?hl o isitasi 14 November 2014.
Bontis, N., J.Fitz-Enz, Jack. (2002). Intellectual capital ROI: a causal map of
human capital antecedents and consequens. Journal of Intellectual Capital.
Vol.3 No.3, pp.1-25.
Brady Germain P. & Cumming G.G. (2010). The influence of nursing leadership
on nurse performance: a systematic literature review. Journal of nursing
management, Vol 14. Issue 4, pp.425-439.
Chris Anderson (2016). What’s the Difference Between Procedures and Work
Instructions?, disitasi tanggal 20 September 2016,
https://www.bizmanualz.com/write-better-procedures/are-procedures-the-
same-as-work-instructions.html
Covell, Sidani. (2013). Nursing Intellectual Capital Theory: Implication and
Research. The online Journal of Issues in Nursing, Vol. 18 No. 2, pp.56-72
Covell, Christine Lynn. (2011). The Relationship of Nursing Intellectual to the
Quality of Patient Care and the Recruitment and Retention of Registered
Nurse. Thesis, Faculty of Nursing University, Toronto.
Dadang Hawari. (2013). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Diane R. Bridges, et.al . (2011). Interprofessional collaboration: three best
practice models of interprofessional education. Journal Medical Education
Online, Vol. 16, No.2, pp.1-11.
Dinkes Prov. Jatim (2012). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun
2012
Dinkes Prov. Jatim (2011). Buku Pedoman Pelayanan Keperawatan Keluarga.
Dinkes Kota Surabaya (2013). Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dinkes Kota Surabaya (2012). Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dinkes Kota Surabaya (2011). Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dina R. S., Lucy A., (2013) Analisis Hubungan Kerjasama Tim Untuk
Meningkatkan Efisiensi Kerja Pada Mitha Samudera Wijaya Medan, Jurnal
Media Informasi Manajemen, Vol.2, No.1., Hal. 10-19.
Depkes R.I. (2006). Kepmenkes RI.No.279/Menkes/SK/IV/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Keperawatan kesehatan Masyarakat di
Puskesmas, Jakarta.
Delima F.P.N. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit
dan Kepatuhan Keteraturan Kontrol Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Poliklinik RSUD Tugurejo Semarang, disitasi tanggal
1 Agustus 2015, https://www.academia.edu/7385190/
Eman Salman,Taie. (2014). The Effect of Intellectual Capital Management on
Organizational Competitive Advantage in Egyptian Hospitals. International
Journal of Business and Social Science, Vol.5 No.2, pp.160-167.
Ersida. (2015). Hubungan Home Visit Perawat Dengan Kemandirian Keluarga
Dalam Perawatan Halusinasi Pada Pasien Schizophrenia Di Puskesmas
Dewantara Dan Nisam Kabupaten Aceh Utara, disitasi tanggal 21
September. 2016. http://onesearch.id/Record/IOS3139 -oai:etd.unsyiah.ac.id
Eva Yuliani. (2010). Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap kemandirian
keluarga dalam merawat pasien TB Paru dengan program DOTS di
Puskesmas Jongaya Makasar, disitasi tanggal 10 Desember 2015,
http://myzonaskripsi.blogspot.co.id/2011/01/
Faizin A. (2008). Hubungan antara Tingkat pendidikan dan Lama Kerja Perawat
dengan Kinerja di RSUP Pandan Arang Kabupaten Boyolali, Jurnal Berita
Ilmu Keperawatan, Vo.1 No.3, hal.137-142.
Family Health Teams. (2005). Guide to Collaborative Team Practice. Disitasi
tanggal 12 Januari 2016, https://scele.ui.ac.id/.
Fanidia Ifani. (2014). Hubungan motivasi kerja dan komitmen kerja karyawan di
Balai Pendidikan dan Pelatihan Sosial. Jurnal Administrasi pendidikan.
Vol.2 No. 1, hal. 220-231.
Ferris, R.,Kenneth. (2016). Organizational Commitment and Performance in a
Professional Accounting firm. Elsevier B.V.Vol. 6, Issue 4, pp.317-325
Frank-S., Marilyn; Christensen, A.; Do, David E. (2001). Nurse Documentation:
Not Done or Worse, Done the Wrong Way-Part II. Oncology Nursing
Forum , Vol. 28 Issue 5, pp.841-846.
Frey, Maureen A. (2003). Social support and health: A Theoritical formulation
derived from Kings conseptual framework, Nursing Science Quarterly
Journal, Vol. 89, No. 2. pp.138-148
Friedman,M.M, Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : Research,
th
Theory & Practice, (5 ed.), New Jersey, Prentice Hall.
Gittel. H.J., Godfrey.M., Thistletwaite, J. (2013). Interprofessional collaborative
practice and relational coordination: Improving healthcare through
relationships, Journal of Interprofessional Care, Vol. 27, No.3, pp. 210-213.
Griffin, Catherine W., McKeever, Patricia. (2000). Relationalship between nurses
and family caregivers: Partners in care?, Advance in nursing science
journal, Vol. 22, No.3, pp. 89-103.
Ghozali, (2008). Struktural Equosion Model, Analisis Strutural dengan
Pengembangan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Gonzalo. (2011). King’s Conceptual System and Theory of Goal Attainment and
Transactional System, disitasi tanggal 2 Januari 2015,
http://nursingtheories.weebly.com.
Gunther, Mary Ellen. (2001). The Meaning of High Quality Nursing Care Derived
From King’s Interacting System. Dissertation. University of Tenessee-
Koxville.
Hafizurrachman. (2009). Health status, ability, and motivation influenced district
hospital nurse performance. Medical Journal Indonesia, Vol. 18, No.4, pp.
283-289.
th
Hair, Joseph F. et al, (2010). Multyvariate Data Analysis, 4 -ed., Prentice Hall
International Inc, New Jersey, disitasi 15 Desember 2014.
http://therizkikeperawatan.blogspot.com.
Harry M., Veronika A.S. (2013). Pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai
dengan variabel pemediasi kepuasan kerja pada PDAM Kota Madiun.
Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi. Vol.1 No.1. Hal.10-17.
Hauber, R. P.,Cormier, E., Whyte, J. (2010). Performance‐Related Variables in
High‐Fidelity Simulation: Designing Instruction That Promotes Expertise in
Practice, Nursing Education Perspectives Journal, Vol. 31 Issue 4 pp. 242–
246
Hendriani, Agustiani,. (2006). Psikologi perkembangan: pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja,
Bandung, PT. Refika Aditama.
Hendarni, Wiwik. (2009). Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja asuhan
keperawatan dalam pengkajian dan implementasi di Rumah sakit
Bhayangkara Medan, disitasi 5 Mei 2015. http://repository.usu.ac.id/.
Imam.H, Selvi D. (2012). Keterampilan Komunikasi Interpersonal Perawat
Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kepuasan Pasien. Jurnal STIKES Vol.5
No.2.
I Nyoman S. (2006). Pengaruh olah raga terhadap penemuan tekanan darah pada
penderita hipertensi di klub Jantung Sehat Bhumi Phala Kabupaten
Temanggung, disitasi 30 November 2015, http://etd.repository.ugm.ac.id/.
Johnson, Jean E. (2011). Working Together in the Best Interest of Patients,
American Board of Family Medicine Journal, Vol. 26 No.3 pp. 241-243.
Jin Chen, Zhaohui Zhu, Hong Yuan Xie. (2004). Measuring intellectual capital: a
new model and empirical study, Journal of Intellectual Capital, Vo. 5 No.1
pp.195-212.
Jody Hoffer Gittel. (2011). New Direction for relational coordination theory.
http://rcrc.brandeis.edu/, disitasi 2 Mei 2015.
Kamukama. N., Ahiauzu. A., Ntayi. J. (2010). Intellectual Capital and
Performance : Testing interaction effects. Journal Intellectual Capital.
Vol. 11 No.4, pp. 554-574.
Kamukama. N., Ahiauzu. A., Ntayi. J.. (2011). Competitive Advantage: Mediator
of Intellectual Capital and Performance. Journal of Intellectual Capital, Vol.
12. No.1, pp.152-164.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, disitasi tanggal 15 Mei 2015,
http://kbbi.web.id/interaksi
Khasefi Ali, et.al (2013). Organizational Commitment and Its Effect on
Organizational Performance. Interdisiplinary Journal of Contemporary
Research In Business, Vol. 4. No.12. pp. 501-510.
Kemenkes R.I. (2010). Kepmenkes RI. No.908/Menkes/SK/IX/2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Keluarga, Jakarta.
Kemenkes R.I. (2012). Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan Tahun 2011.
Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kholifah, S.N., et.al. (2016). Improving The Community Nurse Performance In
East Java Through Personal Factors And Commitment, Journal of Applied
Science And Research, Vol. 4, No.4 pp. 1-7.
Kholifah, S.N., et.al. (2016). Analysis of Cooperation and Motivation Nurse in
Implementation Nursing of Family, International Journal Public Health
Science, Vol.5, No.3, pp. 189-199.
Kholifah, S.N. (2015). Perception of Nurse Implementation of Family Health
Nursing in Health Centre in South Krembangan Surabaya. Proceeding.
International Conference Faculty of Nursing Airlangga University.
Kuntoro. (2010). Metode Sampling Dan Penentuan Besar Sampel. Pustaka Melati,
Surabaya.
Laksmi W. A. (2013). Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga dengan Pencapaian Tugas Perkembangan Balita di Bina Keluarga
Balita (BKB) GlagahWero Kecamatan Kalisat Jember, disitasi tanggal
21 September 2016. http://repository.unej.ac.id.
L. Herlinah, W Wiarsih, E Rekawati, (2013). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Perilaku Lansia dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Komunitas, Vol. 1, No.2, hal. 108-115.
th
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic nursing. (2 ed.), Mosby, St. Louis.
Lumadi, Sih Ageng, (2014). Hubungan Pengetahuan dan Keterampilan
dalam
Melakukan Mobilisasi dengan Terjadinya Ulkus Tekan Pada Pasien GICU di
RSUP Hasan Sadikin Bandung, disitasi tanggal 24 April 2015,
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/123578/
Lutfi Fauzi R. (2013). Pengaruh motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik terhadap kinerja perawat (suatu kajian literatur),
disitasi tanggal
19 September 2016, http://pustaka.unpad.ac.id/.
Maglaya, S.Arceli, (2009). Nursing Practice In The Community. Argonauta
Corporation, Nangka Marikina City.
Maltis, Robet. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba. Jakarta.
Margot Phaneuf, (2008). Clinical Judgement – An Essential Tool in the Nursing
Profession, Medical Psychologi Journal, Vol. 6, No. 2, pp. 1-10.
Martha I. H., Diah K., Tri M. I. (2013). Perbedaan Komitmen Organisasi
Ditinjau Dari Masa Kerja Karyawan, Prosiding Seminar Nasional, disitasi
tanggal 22 September 2016, http://eprints.umk.ac.id.
Mukhlas, M. (2008). Perilaku Organisasi, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
M.H. Matondang (2008). Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen
Stratejik. Graha Ilmu,Yogyakarta.
Muadi. (2009). Hubungan antara Iklim Kerja, Kepuasan Kerja dengan
Poduktivitas kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap BRSUD. Waled,
Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Mulvey, James. (2011). How long does it take to adopt a new behaviour?. Disitasi
tanggal 20 Juni 2016, http://www.redbirdonline.com/.
Mosby's Medical Dictionary, 8th edition. © 2009, Elsevier. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/clinical+judgment
NANDA, (2014). Nursing Diagnosis, Definition dan Classification 2015-2017.
Pondicherry, India.
Nandang, A.W. (2012). Trend dan Issue Keperawatan Pelaksanaan Kolaborasi
Perawat-Dokter, disitasi tanggal 23 September 2016,
http://www. pkko.fik.ui.ac.id/files/kolaborasi
Navaro. J.G, Carrion.G, Caro.E.M, Sanchez.M. (2008). How to create relational
capital in hospital in the home units.The electric journal of knowledge
management, Vol. 9 Issue 1, pp. 19-27.
Naylor, Mary. D. (2011). Interprofessional collaboration and the future of health
care, Healthcom Media. Vol.6, No.6, pp. 1-5.
Novy Tri. (2008). Pengaruh Motivasi Terhadap Komitmen Organisasi di PT
Sequislife, Cabang Baratajaya Surabaya, disitasi tanggal 30 Juni 2015,
http://www.researchgate.net/publication/39739411_
Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. EGC, Jakarta.
Putra Mahendra, I.B.M. (2015). Eksplorasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesiapan Kerja Perawat Lulusan Politeknik Kesehatan Denpasar, disitasi
tanggal 20 September 2016, http://etd.repository.ugm.ac.id/.
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1
Ed. 7, Salemba Medika, Jakarta.
Posner B. (2014). The Impact of Gender, Ethnicity, School Setting and
Experiance on Student Leadership : Does It Really Matter? Journal
Management and Organizational Studies. Vol. 1, No.1, 2014.
Priyantini H.R., Nita M., Musaadah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Diit Rendah Garam dan Keteraturan Kontrol Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik RSUD Tugurejo Semarang.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan kebidanan. Vol. 1, No.2, hal. 1-10.
Pramita Iriana. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Pengalaman Perawat dengan
keterampilan Triase Pasien di IGD RSCM. Jurnal Keperawatan, Vol.2
No.3, Hal.1-10.
Pribadi, Agung. (2009). Analisis Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan Persepsi
Perawat Tentang Supervisi Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet
Provinsi Jawa Tengah di Jepara, disitasi tanggal 19 September 2016,
http://eprints.undip.ac.id/10502/.
Putri A.R., Rahmi L. (2013). Perbedaan Komitmen Organisasi Ditinjau Dari
Gender, Karyawan PT. Indomarco Prismata Medan, Jurnal Psikologia, Vol.
8, No. 1, hal. 19-24
Parker D.A (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak, Prestasi
Pustaka Karya, Jakarta.
Rahmawati. (2014). Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lanjut Usia di Puskesmas Darul Imarah Aceh, Skripsi,
Reidinger. G. (2013). The preservation of intellectual capital of nurses working in
the community hospital. Dissertations. Olivet Nazarene University.
Reni Z., Agrina, Herlina. (2012). Gambaran Pelaksanaan Fungsi Perawatan
Kesehatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai. Jurnal Ners
Indonesia, Vol.2, No.2, hal. 81-89.
Reni Zulfitri, ( 2006). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia
Hipertensi dalam Mengontrol Kesehatannya di Wilayah Kerja Puskesmas
Melur Pekan Baru Riau. Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta.
Retyaningsih, Ida Y, Bambang Edi.W. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat,
Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan
Keperawatan. Jurnal Manajemen Keperawatan Vol.1 No.2. Hal.107-114.
Riezky Dwi. E. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Pasca Operasi dengan “Gejala
Aenesthesia” di Ruang Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi Jember, disitasi
Tanggal 19 September 2016. http://repository.unej.ac.id.
Rakhmat, Jalaludin. (2000). Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Robert Wood Johnson Foundation. (2011). What can be done to encourage more
interprofessional collaboration in health care ? Disitasi tanggal 11 Pebruari
2016. http://www.rwjf.org/.
Ronald E Riggio, Shelby J. Taylor. (2000). Personality and communication skills
as predisctors of hospice nurse performance. Journal of Business and
Psychology. Vol. 15. Issue 2, pp. 351-359.
Rosalina, L., (2011). Pengaruh Diet Antioksidan Terhadap Tekanan Darah dan
Profil Lipid Pada penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Medika Saintika.
Vol. 2, No.1, Hal. 5-12.
Roseanne C.M., Daniel J.P. (2006). The Motivation to Care, Application and
Extension of Motivation Theory to Professional Nurseing Work, Journal of
Health Organization and Management, Vol. 20 Issue 1 pp.15-48.
Saihan. (2011). Hubungan Kepercayaan Pasien Kepada Perawat dengan
Motivasi Sembuh Pasien Di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang
Ruang Nusa Indah, disitasi tanggal 20 September 2016.
http://digilib.unimus.ac.id
Sailendra, Annie. (2015). Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP, Cetakan
Pertama. Trans Idea Publishing, Yogyakarta.
Sastroasmoro, S. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung
Seto, Jakarta.
Savitri Sayogo. (2014). Smart Diet Pada Hipertensi. Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
Sevvy Yossa & Zunaidah. (2013). Analisis Pengaruh Kemampuan Karyawan,
Pembagian Tugas, dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Palembang. Jurnal Manajemen dan
Bisnis Sriwijaya. Vol. 11 No. 4, Hal. 263-286.
Seibert, Scott, Kraimer, & C.J.Michael. (2001). What Do Proactive people Do?
Longitudinal Model Linking Proactive Personality and Career Success.
Journal Personal Psychology. Vol. 54 Issue 4, pp. 845-874.
Setiadi, (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Teori
dan Praktik. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Siagian, S.P.(2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Sigit Sanjaya (2014). Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Manajerial dan
Penerapan Pilar Dasar Total Quality Manajeman sebagai variabel
Intervening. Jurnal Akuntansi. Vol.2, No.2, hal. 1-5.
Sih Ageng Lumadi. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Keterampilan Perawat
Dalam Melakukan Mobilisasi dengan Terjadinya Ulkus Tekan pada Pasien di
Ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Majalah Kedokteran
Terapi Intensif. Vol.2, No.4, hal. 177-182.
Sunar. (2012). Pengaruh Biografis (Usia, Masa Kerja, dan Gender) Terhadap
Produktivitas Karyawan. Jurnal Forum Ilmiah. Vol.9 No.1. hal. 167-176
Soekidjan. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
Sulastri, Delmi., N.I.Liputo. (2010). Konsumsi Antioksidan dan Ekspresi Gen
eNOSE3 Alel-786>C Pada Penderita Hipertensi Etnik Minangkabau. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol.60, No.12, hal. 564-570.
Suryabrata, S., (2010). Psikologi Pendidikan. PT Radja Grafindo Persada, Jakarta.
Sutikno, Ekawati (2011). Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup
Pada Lansia. Tesis. Disitasi tanggal 20 Desember 2015. Universitas Sebelas
Maret. http://eprints.uns.ac.id/8489/
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2009). Community & Public Health Nursing.
th
(6 ed), Mosby, Philadelphia. Hal. 563-580.
Supriyanto, S. (2013). Filsafat Ilmu, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta.
Supriyanto, S.(2007). Metodologi Riset, Universitas Airlangga, Surabaya.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta,
Rineka Cipta.
Soegiarto, Soekidjan. (2009). Komitmen Organisasi Apakah Sudah Ada Dalam
Diri Anda?, disitasi tanggal 18 Januari 2015, http://www.kesad.mi.id.
Tambunan, M.Rudi. (2011). Pedoman Teknis Penyusunan Standart Operating
Procedure. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Thompson, Carl, et.al. (2013). An Agenda For Clinical Decision Making and
Judgment in Nursing Research and Education, disitasi tanggal 7 Januari
2016. http://www.journalofnursingstudies.com.
Tyas Hardianti S. (2014). Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Kemampuan Terhadap
Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 2 No. 3 Juli 2014 hal..
928-940.
Youndt, M.A., Subramaniam M., & Snell, S.A. (2004). Intellectual Capital
Profile: an Examination of Investment and Returns. Journal of Management
Studies, Vol.41, No.2, pp. 335-361.
Udjianti, W.J., (2010). Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
Watkins, D., Edward, J., &. Gastrell, P. (2003). Community health nursing :
Framework for practice. (2 nd ed.), Bailliere Tindall, London.
Wattimena, Inge. (2014). Menelusuri Arus Pemeriksaan Kesehatan dan
Pengobatan Ke Luar Negeri, Jurnal Ners Lentera, Vol.2 Hal. 48-56.
Wayne Pace dan Don F. Faules. ( 2006). Komunikasi Organisasi; Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wibrata, D.A. et.al. (2014). Improving Village Health Post (Ponkesdes) Nurses
Performance, which Model Should be Use?. Journal of Nursing Education
and Practice (JNEP), Vol.4 No. 7, pp. 24-30.
Wibowo. (2014). Manajemen Kinerja. Rajawali Pres, Jakarta, hal. 7-196.
Widyaningtyas, Kristina S. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan,
disitasi Tanggal 19 September 2016. http://eprints.undip.ac.id/10502.
Windy A.M., Gunasti H. (2012). Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Komitmen
Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi (Studi Kasis
Pada Perusahaan Manufaktur di Surabaya), The Indonesian Accounting
Review, Volume 2, No. 2, Hal. 215 – 228.
VanPaemel, Kathy., (2011). Providing Work Guidlines, disitasi tanggal
18 September 2016.http://www.purdue.edu.
Lampiran 3
Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kesediaan bapak/ibu/sdr untuk menjawab pertanyaan di
bawah ini
2. Pilihlah tanggapan sesuai dengan pendapat anda dan berilah tanda (√ ) pada
kotak yang tersedia.
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Saya melakukan asuhan keperawatan keluarga pada klien
hipertensi setelah menjalani rawat inap di rumah sakit
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Sebelum melakukan kunjungan rumah yang perlu saya
siapkan adalah format pengkajian saja
Berilah tanda (√ ) pada pilihan jawaban sesuai dengan kondisi yang telah anda
lakukan.
No Pernyataa Tanggapan
n TP JR KK SR SL
1 Mencatat tipe keluarga klien pada kolom identitas
a. Kelemahan
b. Nyeri kepala c. Mual
d. Gangguan koordinasi
a. Menyusun tujuan
b. Menyusun tindakan keperawatan
c. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan d.
Memodifikasi lingkungan keluarga
6 Rencana tindakan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah perawatan hipertensi
adalah
a. I b. II c. III d. IV
Pilihlah salah satu diantara : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS) pada tiap pernyataan dengan memberi tanda (√ ) pada
kotak yang tersedia.
No Pernyataan Tanggapan
SS S TS ST
1 Saya melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan keluarga
sebagai tugas dan wewenang saya sebagai Perawat Puskesmas
Pilihlah salah satu diantara : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
Sangat tidak setuju (STS), pada setiap pernyataan dengan memberi tanda (√ )
pada kotak yang tersedia.
No Pernyataan Tanggapan
SS S TS STS
Pilihlah salah satu diantara : Dilakukan, tidak dilakukan, modifikasi pada setiap
pernyataan dengan memberi tanda (√ ) pada kotak yang tersedia.
Tanggapan
No Pernyataan Dilakukan Tidak Modifikasi
Dilakukan
1 Klien mengeluh cepat lelah bila beraktivitas,
diagnosis keperawatan yang saya rumuskan
adalah kelemahan
2 Tekanan darah meningkat, denyut nadi
meningkat, dan akral dingin, diagnosis
keperawatan yang saya rumuskan adalah
risiko penurunan curah jantung
3 Klien mengatakan cepat marah dan mudah
tersinggung, diagnosis keperawatan yang di
rumuskan adalah koping yang tidak efektif
4 Klien mengatakan kebutuhannya dibantu oleh
keluarga apabila nyeri kepala, diagnosis
keperawatan yang dirumuskan intoleransi
aktivitas
5 Ketika klien mengatakan kepalanya pusing,
intervensi keperawatan yang dilakukan adalah
mengajarkan teknik relaksasi
6 Klien mengeluh banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan dan banyak masalah, intervensi
keperawatan yang dilakukan mengajarkan
manajemen stres
Tanggapan
No Pernyataan Dilakukan Tidak Modifikasi
Dilakukan
7 Menilai keluarga termasuk mandiri II ketika
keluarga melakukan perawatan pada klien
hipertensi dengan benar
8 Keluarga mampu menerapkan diet hipertensi
adalah tujuan yang dirumuskan pada diagnosis
keperawatan kurangnya pengetahuan
TP JR KK SR S
1 Tekanan darah 140/90 mm Hg
2. Kondisi Psikologis
Pernyataan di bawah ini tentang kondisi psikologis klien yang anda temukan
selama melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi 3
bulan terakhir.
Berilah tanda (√ ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi klien pada
saat
kunjungan rumah.
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR S
1 Mengeluh tidak bisa tidur
2 Cepat marah
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Keluarga kooperatif dengan tindakan keperawatan yang
diberikan
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Keluarga menerima klien hipertensi sesuai dengan kondisinya
saat ini.
2 Keluarga menyelesaikan masalah secara musyawarah.
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Saya merasa percaya diri bila berkomunikasi dengan klien
2 Ketika saya bingung dengan maksud lawan bicara, saya
akan mempersepsikan sendiri maksudnya
Pernyataan Tanggapan
No
TP JR KK SR S
1 Saya memberikan catatan keperawatan tentang tindakan
yang telah saya lakukan kepada perawat lain yang akan
melaksanakan kunjungan rumah
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR S
1 Saya berkolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan
terapi hipertensi
Berilah tanda (√ ) pada pilihan jawaban sesuai dengan kondisi yang telah anda
lakukan.
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Sebelum melaksanakan pendidikan
kesehatan perawat menyusun perencanaan
kegiatan (SAP)
No Pernyataan Tanggapan
TP JR KK SR SL
1 Menganjurkan minum obat secara teratur