A.NURHANA
Karya Akhir
A.NURHANA
Kepada
A.NURHANA
Menyetujui:
Komisi Penasehat,
Dr. dr. SYAFRI KAMSUL ARIF, Sp.An-KIC-KAKV Prof. Dr. BUDU,Ph.D, Sp.M(K),M.MED.ED
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Nama : A.Nurhana
No.Stambuk : C 111213202
Program Studi : Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Yang menyatakan
A.Nurhana
PRAKATA
A.Nurhana
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 6
D. Manfaat Penelitian 6
A. Pityriasis Versikolor 8
1. Definisi 8
2. Epidemiologi 8
3. Etiopatogenesis 9
4. Gambaran Klinis 10
ii
B. Dermatitis Seboroik 11
1. Definisi 11
2. Epidemiologi 11
3. Etiopatogenesis 12
4. Gambaran Klinis 13
C. Malassezia 14
1. Denaturasi 23
E. Nested-PCR 25
F. Landasan Teori 26
G. Kerangka Teori 28
H. Kerangka Konsep 30
A. Rancangan Penelitian 31
1. Populasi penelitian 31
2. Sampel penelitian 32
3. Kriteria sampel 32
a. Kriteria inklusi 32
b. Kriteria eksklusi 32
1. Alat 34
2. Bahan 35
F. Prosedur Penelitian 36
1. Persiapan 36
3. Teknik Pelaksanaan 37
5. Proses PCR 39
G. Alur Penelitian 44
H. Identifikasi Variabel 46
I. Definisi Operasional 46
J. Analisis Data 47
iv
A. Hasil penelitian 48
B. Pembahasan 53
BAB V PENUTUP 60
A. Kesimpulan 60
B. Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
pityriasis versikolor 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Teori 28
2. Kerangka Konsep 30
3. Alur Penelitian 44
DAFTAR LAMPIRAN
IL Interleukin
INF Interferon
PV Pityriasis Versicolor
RS Rumah Sakit
BAB I
PENDAHULUAN
ragi ini adalah kulit manusia dan hewan berdarah hangat lainnya.
Pada tahun 1996 Gemmer dkk berdasarkan urutan gen 28S rRNA
disebabkan oleh ragi dan jamur lipofilik dari genus Malassezia ditandai
2010)
antara 2-8% dari jumlah populasi (Kundu dan Amil.,2012) dan lebih sering
2009)
umum terjadi dan dapat mengenai orang dewasa dan bayi. Ditemukan di
daerah tubuh dengan konsentrasi folikel sebasea yang tinggi dan kelenjar
sebasea yang aktif, termasuk daerah wajah, kulit kepala, bagian atas
klinis tampak berwarna merah muda sampai eritem, plak dan bercak
(James., 2009), dan 3%-5% dari populasi usia muda (Collins dan Hivnor.,
2012)
untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR diperlukan
jejaring di Makassar.
jejaring di Makassar.
Nested PCR.
6
2018.
tahun 2018.
seboroik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Pityriasis Versikolor
II.1.1. Definisi
akibat infeksi kronis kulit oleh jamur lipofilik genus Malassezia. Manifestasi
klinis khas bentuk bercak diskret atau konfluens dengan perubahan warna
yang tertutup skuama halus, terutama pada badan bagian atas dan
II.1.2. Epidemiologi
kelompok usia dewasa muda baik laki-laki terbanyak pada usia 21-25
sebasea. Penyakit ini diasumsikan lebih sering terjadi pada pasien kulit
pria dan wanita. (Bonifaz et al., 2010) Dalam penelitian yang dilakukan di
al.,2013)
II.1.3. Etiopatogenesis
perubahan bentuk ragi menjadi miselia. (He et al., 2007), dimana hal ini
et al., 2010)
peradangan yang relatif lebih berat pada tipe ini, diduga memicu stimulasi
al.,2013).
II.1.4.Gambaran Klinis
skuama pada area tubuh tertentu seperti dada, punggung, perut dan
dapat di gores dengan ujung kuku sehingga batas lesi nampak lebih jelas
11
(finger nail sign). Pada anak-anak predileksi utama adalah wajah diikuti
dada dan lengan. Predileksi yang jarang terjadi di aksilla, fossa poplitea,
II.2.Dermatitis Seboroik
II.2.1. Definisi
yang kronis dan sering dijumpai pada bayi dan dewasa. Khususnya terjadi
pada area tubuh yang memiliki konsentrasi folikel sebasea yang tinggi dan
II.2.2.Epidemiologi
kecenderungan terjadi pada laki-laki dan dewasa muda dan 1-5% pada
populasi umum. Dapat terjadi juga pada bayi dalam 3 bulan pertama
II.2.3. Etiopatogenesis
masih belum diketahui pasti dan masih belum jelas, namun ada beberapa
metabolit unsaturated fatty acid yang paling banyak dijumpai adalah asam
pada kulit karena produk metabolit yang dihasilkan dan melalui aktivasi
13
2012).
Asam lemak bebas terbentuk dari trigliserid melalui aktivitas lipase yang
diproduksi oleh P.acnes, dan bakteri ini jumlahnya sedikit pada dermatitis
kekuningan dengan batas kurang tegas, yang dapat dilihat pada kulit
kepala, pelipis, glabella dan juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial,
pada punggung. Pada pasien juga akan didapati keluhan gatal pada lesi,
14
terutama pada bagian kulit kepala dan juga pada bagian telinga (Burns et
al., 2010).
Pada wajah, lesi tampak merah, dengan atau tanpa skuama putih
eritem ringan dan skuama, hingga plak-plak tebal, yang kadang sulit
ketiak, lipat paha, lipat intragluteal, daerah perianal, dan umbilikus), maka
lesi cenderung berupa plak-plak merah terang berbatas tegas yang dapat
maka lesi dapat terasa seperti terbakar, gatal, mengeluarkan cairan, dan
II.3. Malassezia
terdapat pada kulit manusia dan hewan, serta menjadi penyebab penyakit
kulit tertentu (Ashbee, 2007 ; Hay and Midgley, 2010). Jamur Malassezia
ditemukan pertama kali pada abad ke-19 pada pasien dermatitis seboroik,
miselium, dan hal ini dapat membingungkan sebab banyak yang meyakini
bahwa ragi dan miselium adalah organisme yang berbeda. Hal ini
bentuk miselium (Ashbee, 2006; Levin and Delano, 2011; Cafarchia et al,
2011).
2007). Selain itu, bentuk sel yeast bervariasi dan dapat dibagi dalam dua
yang ditemukan pada kulit sehat dan Pityrosporum ovale yang berbentuk
Ashbee, 2006; Levin and Delano, 2011). Berdasarkan hal tersebut maka
yang lainnya pada manusia (antropofilik) (Cafarchia et al, 2011; Janik and
dalam flora normal kulit manusia dan dapat dihubungkan dengan kelainan
miristic acid de novo yang berfungsi sebagai prekursor asam lemak rantai
17
menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari hep 2 cell line, hal ini
oksida bebas dan esterifikasi asam lemak bebas, skualen dan kolesterol.
al, 2007; Mayser and Gaitanis, 2010). Menurut Ro dan Dawson, aktivitas
yang menyebabkan iritasi pada individu yang rentan (Ro and Dawson,
tunas yang terbentuk berturut-turut dari lokus tunggal pada sel induk.
Komponen utama dinding sel adalah protein mannan (75-80%), lipid (15-
18
20%) dan kitin (1-2%). Lipid pada dinding sel berperan penting dalam
globosa, ovoid maupun silindris. Tunas dapat terletak pada sisi luas
dengan yeast lainnya dan membentuk 26% sampai 37% dari volume sel.
Selubung sel M. furfur terdiri dari 3 lapisan: lapisan luar pada lamelar
berada ekuivalen dengan kapsul, adalah struktur unik dari Malassezia dan
(Ashbee, 2006).
19
restricta dominan pada dahi dan M. globosa pada dada (Lee et al, 2006).
metode non kultur (Sugita et al, 2006). Akaza dkk melakukan penelitian
dikumpulkan dari dahi, pipi, dada dan punggung pada 20 pria sehat dan
20 wanita sehat (usia rata-rata 32 tahun) pada saat musim panas dan
berdasarkan jenis kelamin, bagian tubuh dan musim (Akaza et al, 2010).
penyebaran spesies pada bagian tubuh yang berbeda pada pria dan
wanita serta pada metode non kultur tidak ada perbedaan yang signifikan
pada trunkus atas lebih besar dibandingkan di muka. Selain itu komposisi
jumlah sebum dengan musim di Jepang (Takada et al, 2006). Hal ini
Hay, 2010) Malassezia spp juga dikaitkan dengan penyakit sistemik pada
21
berminyak dengan predileksi pada area yang kaya sebum yang terjadi
pada sekitar 2-5% dari populasi yang sehat namun kejadian yang jauh
berat badan lahir rendah dengan penyakit kritis. Spektrum klinis berkisar
2009).
vitro. PCR ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B.
22
Umumnya primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30 nukleotida.
(Yuwono,2006) :
kuantitas.
50-60%.
23
e. Senyawa buffer.
(Yuwono,2006)
II.4.1. Denaturasi
(membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini mengakibatkan
24
gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terlalu lama dapat
annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah 30-45 detik. Semakin
molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang
2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap
25
ganda yang baru, yang merupakan hasil polymerase dalam jumlah yang
dengan listrik. Hasilnya untai DNA kecil pindah dengan cepat dan untai
yang besar diantara gel menunjukkan hasil positif. Teknik PCR dapat
II.4.4. Nested-PCR
Dua set primer digunakan untuk mendukung metode ini, set kedua
Sekuens DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner
26
disimpan di antara sekuens target set kedua dari primer yang disebut
inner primer atau nested primer menggunakan hasil dari produk reaksi
dengan produk PCR yang pertama dan menghasilkan produk yang lebih
(Yuwono,2006).
Malassezia.
27
spesies Malassezia
Faktor lain :
Lokasi lesi
Penurunan Malassezia
respon spp
imunitas
seluler
faktor lain:
lingkungan panas,
lembab, kadar CO2
yang ↑pada
keadaan oklusif,
hyperhidrosis,
penggunaan
Pityriasis Versikolor
kortikosteroid
sistemik,
imunosupresif dan Lokasi lesi
malnutrisi
Gambaran -dada
Klinis -punggung atas
-bahu
-lengan atas
-wajah(anak)
Teknik Identifikasi
(Nested-PCR)
M.Furfur
Jenis Spesies
M.Globosa
Malassezia
M.Restricta
Penderita
Pityriasis Versikolor dan
Dermatitis Seboroik
BAB III
METODE PENELITIAN
dermatitis seboroik yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin, rawat inap
2018.
32
pernah di terapi.
negatif.
n = Z2 α/2 ӿ p (1-p) N
d : presisi
N : jumlah populasi
versikolor.
A. Alat
2. Skalpel tumpul
3. Lampu spiritus
4. Kaca objek
5. Swab alkohol
6. Sarung tangan
7. Mesin PCR
8. Gel DOC
9. Mesis elektroforesis
11. Waterbath
19. Erlenmeyer
B. Bahan
2. NaCl 0,9%
5. Agarosa
8. Ethidium Bromida
9. Enzim PCR
ITS1F-N GGATCATTAGTGATTGCCTTTATA
TCCTCCGCTTATTGATATG.
CTACTCGCGTACAACGTCTCTG
36
TTCGCTGCGTTCTTCATCGA
CAATAAGTGTGTCTCTGCGG
TTCGCTGCGTTCTTCATCGA
M. rt-F
CTTGGTTGGACCGTCACTG
AGGCGGATGCAAAGTGTCTC
III.6.1. Persiapan
penderita/wali.
37
yang akan dilakukan, bila bersedia ikut dalam penelitian, maka diminta
Cara kerja :
tabung ependorf 1,5 ml merupakan DNA produk dari sampel yang telah
bp
ITS1F-N GGATCATTAGTGATTGCCTTTATA
ITS4-R TCCTCCGCTTATTGATATG
M. furfur 230
M. f-F CTACTCGCGTACAACGTCTCTG
5.8S-R TTCGCTGCGTTCTTCATCGA
M. globosa 270
M.gl-F CAATAAGTGTGTCTCTGCGG
5.8S-R TTCGCTGCGTTCTTCATCGA
M. restricta 320
40
M. rt-F CTTGGTTGGACCGTCACTG
M. rt-R AGGCGGATGCAAAGTGTCTC
DNA Produk : 5 ul
menit
detik
menit
detik
menit.
41
DNA Produk : 5 ul
menit
detik
menit
detik
42
menit.
A. Buat gel
Ethidium Bromida
beku.
D. Running Elektroforesis
3. Mengatur Gambar
Memenuhi kriteria
Pengambilan spesimen
dengan kerokan kulit
Periksa KOH
Positif Negatif
Uji Nested-PCR
Identifikasi spesies
Malassezia
Analisis data
Memenuhi kriteria
Pengambilan spesimen
dengan kerokan kulit
Uji Nested-PCR
Identifikasi spesies
Malassezia
Analisis data
seboroik.
oleh ragi dan jamur lipofilik dari genus Malassezia. Ditandai dengan
(versikolor) yang biasanya terdapat pada leher, badan dan lengan serta
3. Manifestasi klinis adalah keluhan yang dirasakan pasien dan dilihat oleh
normal dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari hampir
47
seluruh area tubuh terutama di area yang kaya kelenjar sebasea seperti
6. Rumah Sakit jejaring adalah semua rumah sakit yang memiliki kerja
sama dengan bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di kota Makassar
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan perangkat lunak statistik
dengan menggunakan uji Chi-square test. Hipotesis diterima bila nilai P <
BAB IV
A. Hasil Penelitian
memenuhi kriteria inklusi dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan
pada tabel 1
49
Dermatitis PityriasisVersikolor
Seboroik
Karakteristik (n=40) (n=29) Nilai p
M.restricta
seboroik
versikolor
(77,5% vs 48,3%).
AGGCGGATGCAAAGTGTCTC. (Gambar 1)
B. Pembahasan
daerah yang kaya akan glandula sebasea, seperti wajah, kepala, dada
unsaturated fatty acid (asam lemak bebas) dan digliserid. Asam lemak
pada masa remaja atau dewasa muda, dengan insiden meningkat pada
pasien berumur lebih dari 50 tahun. (Gupta and Bluhm, 2004) Pada
pasien dengan usia lanjut memiliki daya tahan tubuh yang sudah
al, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Lim et al, pada tahun 2008 menggunakan
dominan adalah M. restricta (47%) dan M. furfur (27%). (Lim et al., 2008,
Lee et al., 2011) Dengan demikian hasil penelitian ini sama dengan
peneliti sebelumnya.
kasus dan wanita 31 kasus dengan usia rata-rata 39,5 ± 15,2 tahun
manusia, ragi lipofilik ini terkait dengan banyak gangguan kulit khususnya
insiden PV lebih sering terjadi pada laki-laki (73%) dari pada wanita
dominan pada laki-laki mungkin dipengaruhi oleh aktifitas luar pada laki-
AZ et al,2014)
dominan pada pasien pityriasis versikolor dan pada hasil penelitian ini
seperti Spanyol, Jepang, Israel, India utara, Iran, Tunisia, Italia dan
Argentina, Brasil dan India Selatan kecuali di Kanada yang memiliki iklim
2015).
yang dengan kata lain bahwa bisa saja ditemukan jenis DNA Malassezia
BAB V
A. KESIMPULAN
tidak ditemukan.
tidak ditemukan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Akaza, N., Akamatsu, H., Sasaki, Y., Takeoka, S., Kishi, M., Mizutani, H.,
Ashbee, H. 2007. Update on the genus Malassezia. Med Mycol, 45, 287-
303.
152, 547-54.
Burns, T., Breathnach, S., Cox, N., Griffiths, C. 2010. Rook’s Text book of
1064-76.
62
25(1) , 1-7.
different
Collins, C.D., Hivnor, C. 2012. Seborrheic Dermatitis. In: Wolf, K., Kartz,
85, 227-8.
EGC.
Gupta, A. K., Nicol, K. & Batra, R. 2004. Role of antifungal agents in the
dermatology, 5, 417-422.
Springer-Verlag.
He, s., du, w. & yang, s. (2007) the genetic epidemiology of tinea
Hedayati, M., Hajheydari, Z., Hajjar, F., Ehsani, A., Shokohi, T. &
spectrum of
(pityriasis) versicolor. In: Wolf, K., Kartz, S., Gilchrest, B., Paller, A.,
Lee, Y., Yim, S., Lim, S., Choe, Y., Ahn, K. 2006. Quantitative
Lim, S. W., Shin, M. G., Lim, J. Y., Yun, S. J., Kim, S. J., Lee, S. C., Won,
species from patient skin scales and clinical strains. Korean Journal
18, 31-5.
Dermatomikosis Superfisialis.,24-32.
Ro, B. & Dawson, T. 2005. The role of sebaceous gland activity and scalp
species in
with plant and human fungal pathogens. Proc Natl Acad Sci USA,
104, 18730-5.
67
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
SETELAH MENDAPAT PENJELASAN
Setelah membaca informasi penelitian serta mendengar penjelasan dan menyadari pentingnya
penelitian:
Deteksi Species Malassezia Pada Pasien Pityriasis Versikolor Dan Dermatitis Seboroik Dengan
Menggunakan Nested-PCR
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Saya bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel skuama. Saya mengerti sepenuhnya
bahwa sampel skuama yang diambil tidak akan mempengaruhi kondisi kesehatan saya dan hal
ini semata-mata dilakukan untuk kepentingan penelitian. Saya mengetahui bahwa saya berhak
untuk menolak ikut serta dalam penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang seharusnya saya peroleh.
Semua biaya pemeriksaan dan biaya pengobatan bila terjadi keluhan apapun sehubungan
dengan penilitian ini, ditanggung oleh peneliti.
Bila masih ada hal yang masih belum saya mengerti atau saya ingin mendapatkan
penjelasan lebih lanjut, saya bisa mendapatkannya dari dokter peneliti. Demikian persetujuan ini
saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
DETEKSI SPECIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITYRIASIS VERSIKOLOR DAN DERMATITIS SEBOROIK
DENGAN MENGGUNAKAN NESTED-PCR
Makassar,………………………………………………2017
No.Urut : ……………
IDENTITAS
Nama :…………………………………….
Umur :……...tahun ………… bulan
Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Pekerjaan :…………………………………….
Pendidikan terakhir :…………………………………….
Status perkawinan :…………………………………….
Alamat :…………………………………….
Status Dermatologi :
Kepala :
Wajah :
Dada :
Punggung :
Berilah tanda silang (V) pada jawaban yang sesuai karakteristik anda
Pertanyaan Jawaban
No Ya Tidak
Riwayat Penyakit
1 Apakah keluhan ini dirasakan sudah lebih 6 bulan?
Jika YA, sebutkan……………………………..
2 Apakah keluhan ini baru pertama kali dialami?
Jika Tidak, sebutkan (berapa kali)………………..
3 Apakah keluhannya terasa gatal?
4 Apakah gatalnya bertambah bila beraktifitas?
5 Apakah sering berkeringat lebih walaupun tidak beraktifitas?
6 Apakah keluhan muncul atau bertambah saat anda stress?
7 Apakah ada keluarga dengan keluhan yang sama?
Jika YA, sebutkan………………………………..
8 Apakah ada riwayat penyakit sistemik (penyakit ginjal, diabetes
mellitus, penyakit tiroid?
Jika YA, sebutkan……………………………….
9 Apakah keluhan ini sudah pernah di obati?
Jika YA, sebutkan……………………………….
Pasien Dermatitis Seboroik