P1804210022
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia
Yang menyatakan
4
ANALISIS FAKTOR RISIKO KANKER OVARIUM DI
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TAHUN 2011
1
ANALISIS FAKTOR RISIKO KANKER OVARIUM DI RSUP
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2011
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Kepada
2
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
sebagian atau keseluruhan tesis ini karya orang lain, maka saya bersedia
Yang Menyatakan
3
PRAKATA
4. Bapak Prof. Dr.dr. Rasdi Nawi, M.Sc selaku penguji yang telah banyak
ini.
4
penyusunan tesis ini dan sebagai Ketua Konsentrasi Epidemiologi
6. Bapak Prof. Dr. dr. H. Alimin Maidin, MPH, sebagai Dekan Fakultas
7. Bapak Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc sebagai Ketua Program Studi
9. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B., Sp.BO. selaku Rektor
10. Ibu drg Nurhayati Habib, M.Kes yang telah memberikan izin untuk
11. Ibu Hayati Anwar SST,M.Kes yang telah banyak membantu dalam
13. Adik-adik dan rekan sejawat di HMI yang tidak bisa saya sebutkan
5
14. Adik-adik dan rekan sejawat di S1 FKM-UH yang tidak bisa saya
belaka
16. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tesis ini
sumbangsihnya
penyusunan tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan sebagai
Penulis
ABSTRAK
6
ANDI FAIZAL FACHLEVY.Analisis Faktor Risiko Kanker Ovarium Di
RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2011 (Dibimbing oleh Andi
Zulkifly Abdullah dan Syamsiar S Russeng)
ABSTRACT
ANDI FAIZAL FACHLEVY.An Analysis Of Ovarian Cancer Risk Factor on
Wahidin Sudirohusodo Hospital in Makassar 2011 ( Supervised by A.
Zulkifly Abdullah and Syamsiar S. Russeng)
Ovarian cancer is the sixth disease as one of the dangerous diseases that
have a high incidence and mortality in women in the world, this study aims
to assess the risk of ovarian cancer related to age of menarche, parity,
family history, use of powder, and body mass index in patients treated in
the department of Wahidin Sudiro Husodo Year 2011. The method used is
the univariate analysis, odds ratios, and logistic regression analysis. Of the
204 respondents obtained results, a high risk of ovarian cancer is the age
of menarche <12 years (OR = 2.104, CI 95% :1,061-4, 174), family history
of cancer (OR = 2.133, 95% CI: 1.147 to 3.696), use of powder in the
7
genital area every day or once a week (OR = 2.053, 95% CI: 1.130 to
3.71), BMI ≥ 30kg/m2 (OR = 2.036, 95% CI: 1.086 to 3.818), whereas
parity <2 times the risk low against ovarian cancer (OR = 1,533,95% CI:
0.797 to 2.948). Variables that most influence on ovarian cancer is age of
menarche <12 years (p value 0.020) with propability of 73% for ovarian
cancer. Further research to uncover the etiology of the disease is
necessary, diet and lifestyle associated with hormonal activity is suspected
as a trigger of ovarian cancer.
Key Words: ovarian cancer, age of menarche, parity, family history, use of
talcum powder, body mass index
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................. xi
ABSTRAK ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 6
C. Tujuan Penelitian....................................................... 7
1. Tujuan Umum ...................................................... 7
8
2. Tujuan Khusus ..................................................... 7
D. Manfaat Peneltian ..................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 9
A. Tinjauan Umum Tentang Kanker Ovarium................ 8
1. Anatomi Rahim .................................................... 9
2. Definisi Kanker Ovarium ...................................... 10
3. Penyebab............................................................. 15
4. Epidemiologi ........................................................ 16
5. Faktor Risiko ........................................................ 18
6. Patogenesis ......................................................... 21
7. Gejala................................................................... 22
8. Stadium Klinik ...................................................... 23
9. Diagnosis ............................................................. 24
10. Pengobatan / Penatalaksanaan .......................... 28
11. Pencegahan......................................................... 34
B. Tinjauan Tentang Faktor Risiko Kanker Ovarium ..... 35
C. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ..................... 43
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................. 45
E. Hipotesis Penelitian................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 48
A. Jenis Penelitian ......................................................... 48
B. Populasi dan Sampel Penelitian................................ 49
C. Instrumen Penelitian.................................................. 53
D. Pengolahan Data....................................................... 53
E. Penyajian Data .......................................................... 54
F. Analisis Data ............................................................. 54
G. Kontrol Kualitas ......................................................... 57
H. Uji Coba Kuesioner ................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................... 63
A. Hasil Penelitian.......................................................... 63
1. Karakteristik Responden...................................... 64
9
2. Analisis Faktor Risiko........................................... 66
3. Analisis Multivariat ............................................... 71
B. Pembahasan ............................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................ 91
A. Kesimpulan................................................................ 91
B. Saran......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
10
Kanker Ovarium
Tabel 11 Sintesis Risiko Penggunaan Bedak dengan 41
Kanker Ovarium
Tabel 12 Sintesis IMT dengan risiko kanker ovarium 42
Tabel 13 Beberapa nilai OR pada penelitian sebelumnya 51
Tabel 14 Tabel kontigensi 2x2 untuk odds ratio 55
Tabel 15 Nilai Kolerasi Hasil Uji Coba Kuesioner Pada Pasien 61
RSUD Pelamonia Makassar Tahun 2012
Tabel 16 Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan 64
Kelompok Umur di RSUP Wahidin Makassar
Tahun 2011-2012
Tabel 17 Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan 65
Pekerjaan di RSUP Wahidin Makassar
Tahun 2011-2012
Tabel 18 Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan 66
Tingkat Pendidikan di RSUP Wahidin Makassar
Tahun 2011-2012
Tabel 19 Analisis Risiko Usia Menarkhe Terhadap Kejadian 67
Kanker Ovarium di RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2011-2012
Tabel 20 Analisis Risiko Paritas Terhadap Kejadian 68
Kanker Ovarium di RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2011-2012
Tabel 21 Analisis Risiko Riwayat Keluarga Terhadap Kejadian 68
Kanker Ovarium di RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2011-2012
Tabel 22 Analisis Risiko Penggunaan Bedak Terhadap Kejadian 69
Kanker Ovarium di RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2011-2012
Tabel 23 Analisis Risiko IMT Terhadap Kejadian Kanker Ovarium 70
di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar
11
Tahun 2011-2012
Tabel 24 Hasil Uji Bivariat Masing – Masing Variabel Independen 72
Yang Diikutkan Dalam Analisis Multivariat
Tabel 25 Nilai Estimasi Parameter Model Regresi Logistik 73
Berganda Terhadap Kejadian Kanker Ovarium di RSUP
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2011-2012
DAFTAR GAMBAR
12
DAFTAR LAMPIRAN
13
Lampiran 8 Surat keterangan penelitian dari Bagian
Pendidikan dan Penelitian RSUP Wahidin
Sudirohusodo
Lampiran 9 Undangan Seminar
Lampiran 10 Dokumentasi kegiatan penelitian
14
FIGO : International Federation Of Gynecology and
Obstetric
Obgin : Obsetri Ginekologi
15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbahaya yang memiliki insidens dan kematian yang tinggi didunia pada
wanita (Parkin DM dkk 2007). Lebih dari 200.000 kematian yang tercatat setiap
yang memiliki angka tertinggi adalah sub sahara Afrika, termasuk Afrika Selatan
umumnya terdeteksi pada stadium penyakit yang tinggi (59,3% stadium III).
negara maju seperti Amerika, Kanada, dan Skandinavia, trend ini tidak nyata
dikalangan perempuan di Amerika Serikat dan Eropa Barat dan memiliki angka
primer, kanker tuba Fallopii, tumor germinative, tumor ovarium epitel jinak
(adenoma), tumor potensial rendah ganas (tumor borderline), atau tumor epitel
epitel adalah jinak, tidak menyebar, dan biasanya tidak menyebabkan penyakit
2
serius, kanker epitel ovarium (KEO) adalah kanker paling umum kesembilan di
KEO adalah penyebab kematian terbanyak daripada jenis kanker lain dari
sistem reproduksi wanita. Di Amerika Serikat, 21,990 kasus KEO baru, dan
15,460 KEO-kematian terkait diprediksi akan terjadi pada tahun 2011. Skenario
epidemiologi untuk KEO tidak jelas, setidaknya sebagian, mulai dari tidak
khusus pada tahap awal KEO. Sebagai akibatnya, sekitar 70% KEO didiagnosis
fenotipe yang resistan terhadap obat. (Cancer Facts and Figures 2011).
tidak adanya biomarker KEO spesifik dan sensitif; Oleh karena itu deteksi awal
mencapai 85% (Tchabo NE 2005). Meskipun demikian, dua tes skrining yang
pasien akan mengalami kekambuhan penyakit dan akhirnya akan mati dari
tinggi KEO adalah kalangan perempuan pada usia 60 atau lebih (Cancer Facts
bahwa jumlah kasus KEO akan meningkat luar biasa dikarenakan gagalnya
deteksi dini dari kanker ini, yang menyebabkan pada usia menopause kanker
dari faktor risiko yang konsisten terhadap kanker Ovarium, beberapa yang telah
kanker Ovarium, dan predisposisi genetis (carrier dengan risiko tinggi, mutasi
dari gen suppressor seperti BRCA-1 atau BRCA-2). Faktor risiko ini hampir
terapi bedah (Cannistra SA 2009). Hal yang mencolok adalah, paritas dan
kontrasepsi oral adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan memberi
penurunan risiko (La Vecchia C 2007). Faktor risiko lain yang diduga, seperti
indeks massa tubuh, telah menjadi topik pada beberapa penelitian, tetapi
penegasan dalam etiologi kanker Ovarium masih belum begitu jelas (Modesitt
SC dkk 2010).
bedak pada area perineal dan kanker ovarium (Huncharek M dkk 2003). Pada
pasti karsinogenitas (Langseth H dkk 2008). Pada sebuah studi meta analisis,
tidak ada studi sebelumnya yang menyelidiki apakah penggunaan bedak pada
kemungkinan dari faktor pengganggu atau bias lainnya, dan ketidakpastian dari
Wanita dengan paritas lebih tinggi memiliki risiko lebih rendah terkena
kanker ovarium mungkin karena hormon kehamilan, tetapi efek spesifik dari
hormon kehamilan yang berbeda pada risiko kanker ovarium tidak jelas.
Dengan 1.203 kasus dan 1.286 kontrol dengan menggunakan regresi logistik
ganda, dihitung odds rasio dan interval kepercayaan 95% untuk menyelidiki
efek dari faktor yang berhubungan dengan kehamilan pada risiko kanker.
5
Wanita yang memiliki 1 atau lebih kelahiran prematur memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker ovarium dibanding mereka yang hanya secara normal (rasio
odds = 1,48, 95% confidence interval (CI) (OR): 1,02, 2.15).Tidak ada
hubungan antara kehamilan ganda dan kanker ovarium (untuk setiap kehamilan
memiliki efek yang berbeda pada risiko kanker ovarium dan bahwa beberapa
yang menggunakan kontrasepsi oral yang berdurasi lama memiliki risiko hingga
nol kanker ovarium. Namun Efek terapi pengganti estrogen pada risiko kanker
Apakah menyusui memiliki efek pada risiko adalah tidak diketahui Seperti yang
keluarga. Adanya riwayat kanker ovarium dalam dua atau lebih kerabat tingkat
beberapa peningkatan risiko di antara wanita yang ibu atau saudara perempuan
lebih besar kasus kanker ovarium daripada kanker payudara disebabkan mutasi
tumor primer yang terjadi pada pria dan wanita (4401 kasus) dan menempati
urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada wanita di
Selama rentan waktu lima tahun (2001-2005) terdapat 432 kasus kanker
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama tahun 2002 sampai 2006
kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium juga menunjukkan angka yang
cukup tinggi, yaitu 34,1% dari 327 kasus kematian akibat kanker ginekologik
B. Rumusan Masalah
beberapa masalah yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
kanker ovarium?
ovarium?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
menarkhe
e. Untuk menilai besar risiko kejadian kanker ovarium terkait indeks massa
tubuh
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Keilmuan
pengetahuan serta menjadi salah satu bacaan dan rujukan bagi peneliti lain
yang tepat dan efektif dalam mencegah kanker ovarium baik untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Rahim
Rahim atau uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian
mukosa rahim, uterus terletak seperti buah pir yang sedikit gepeng kerah
Dindingnya terdiri atas otot polos, ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm,
lebar diatas 5,25 cm, dan tebal dinding 1,25 cm, letak uterus dan keadaan
dengan vagina, kemudian juga korpus uteri kedepan dan membentuk sudut
Uterus terdiri dari fendus uteri, serviks uteri, fundus uteria adalah bagian
uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi masuk ke uterus. Didalam klinik
penting untuk diketahui sampai sampai dimana fundus uteri, bagian kurpus
uteri disebut dengan cavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas
pars supra vaginalis yang berada diatas vagina dan pars vaginalis yang
berbentuk saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh
disebut ostium uteri internum, dan pintu di sebut ostium eksternum. Kedua
pintu ini penting dalam penilaian jalan persalinan, abortus dan lain
Sembilan puluh persen tumor ovarium adalah jinak, walaupun hal ini
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu
tumor epitel ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord – stromal. Kanker
selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma
(Oehadian A 2002)
penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan gejala klinis yang kabur
pada stadium awal, sehingga tiga per empat pasien terdiagnosa sudah
stadium lanjut (WHO Stats 2007). Tipe – tipe histologi kanker epitel
(Rezkini P 2009):
1. Serous adenocarcinoma
2. Mucinous tumors
a. Adenocarcinoma
b. Pseudomyxoma peritonei
3. Endometrioid Tumors
a. Adenocarcinoma
7. Mixed carcinoma
8. Undifferentiated carcinoma
Pil Kontrasepsi oral mempunyai efek proteksi yang terkuat. Analisis dari
12 uji klinis kasus – kontrol yang terdiri dari 2197 pasien dengan kanker
12
0,66 – 0,7.14 Durasi penggunaan pil kontrasepsi juga penting. Pada uji
klinis kasus – kontrol dari 441 wanita dengan kanker ovarium didapati
manfaat pada pemakai pil kontrasepsi oral lebih dari 3 tahun (OR 0,6).15
Uji klinis kanker kohort dari 17032 wanita menunjukkan keuntungan yang
signifikan dari pemakaian pil kontrasepsi oral selama 8 tahun atau lebih
Tumor germ sel berasal dari element germinal dari ovarium dan terdiri
dari sepertiga dari seluruh neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling
sering adalah mature cystic teratoma, juga sering disebut kista dermoid.
95 % dari tumor germ sel terdiri dari kista dermoid dan biasanya jinak
prognosa dan untuk kemoterapi. Klasifikasi tumor germ sel adalah sebagai
1. Dysgerminoma
a. Differensiasi embrional
1) Mixed
2) Mature
3) Immature
13
1) Choriocarcinoma
3) Extraembryonal carcinoma
Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari kanker
epitel ovarium. Pertama, tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien
usia muda, biasanya pada usia belasan atau awal duapuluhan. Kedua,
walaupun pasien berada pada stadium lanjut dikarenakan tumor ini sensitif
pada kemoterapi. Terapi primer pada wanita yang masih ingin hamil
yang jarang yang berasal dari matriks ovarium. Klasifikasi histologi tumor
ovarium sex cord - stromal dari WHO adalah sebagai berikut (Bennet
2002):
2. Adult type
3. Juvenile type
b. Thecoma-fibroma group
1. Thecoma
2. Fibroma/fibrosarcoma
14
a. Stromal luteoma
5. Unclassified
6. Gynandroblastoma
tumor sex cord – stromal. Akibatnya, pasien dengan jenis tumor ini
mempunyai gejala dan tanda klinis dari kelebihan estrogen atau androgen.
Reseksi dengan bedah merupakan terapi primer, dan tumor sex cord –
stromal secara umum terbatas pada satu ovarium pada saat diagnosis.
pengobatan, pasien dapat bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama
tumor sex cord – stromal adalah baik terutama karena terdiagnosa pada
3. Penyebab
seorang wanita yang memiliki faktor risiko tidak selalu menderita kanker
rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor
risiko.(Indonesia 2011).
4. Epidemiologi
lainnya.
Negara Asal;
Ras:
Usia
populasi wanita diatas usia 50 tahun sebesar 41,4 per 100.000 penduduk,
sedangkan pada wanita yang lebih muda hanya 5,1 per 100.000 penduduk.
dekade delapan yaitu pada wanita usia 75-79 tahun sebanyak 57 kasus per
100.000 wanita, sedangkan pada wanita yang berusia antara 40-44 tahun
5. Faktor Risiko
diantaranya adalah:
1. Usia
dengan usia subur yang panjang (menopause pada usia 52 tahun) juga
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium hal ini juga
estrogen tanpa progesteron memiliki risiko yang lebih tinggi untuk kanker
3. Tamiksofen
di fase S dan G2 siklus sel. Fungsi lain dari HR adalah perbaikan DSBs
20
yang akan menjadi tempat dari replikasi percabangan ketika tidak terjadi
dapat menjalani perbaikan DNA dan mengaktifkan NHEJ dan SSA yang
mutasi pada gen ini menyebabkan tumbuhnya sel tumor, dan tumbuh
menjadi tidak stabil. Sel yang tumbuh dengan mutasi BRCA1 atau
BRCA2 tidak mampu mereplikasi fungsi utama dari sel sehingga tumbuh
makanan sel normal dan tumbuh dengan tidak terkendali (Drew Y dkk
2008).
(Sahil FM 2007).
epidemica) atau menderita infeksi virus mumbs yang subklinik juga ada
wanita yang terpapar pada radiasi, dengan risiko relatif sebesar 1,8.
6. Patogenesis
Faktor risiko dari kanker ovarium hingga saat ini belum jelas
karsinoma pada wanita yang belum menikah dan juga wanita menikah
dengan paritas yang rendah. Disgenesis gonad pada anak juga dihubungkan
dengan risiko kanker ovarium yang lebih tinggi. Wanita usia 40-59 tahun
pasien dibawah usia 70 tahun dengan kanker ovarium. Risiko terkena kanker
sekitar 20-60% pada usia 70 tahun. Kebanyakan kanker ini adalah jenis
prognosis yang buruk. Mutasi pada gen supresor tumor p53 juga ditemukan
7. Gejala
Umumnya gejala yang tampak pasti dan dirasakan adalah pada saat
kanker ovarium telah memasuki stadium tinggi. Namun ada beberapa gejala
awal yang dapat kita ketahui diantaranya adalah rasa tidak enak yang
Didalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang
mungkin akan merasa nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun.
mengalami menstruasi)
5. Pendarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
8. Stadium Klinik
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-
lebih baik
9. Diagnosis
25
A. Riwayat
penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa
tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang
kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini
terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
karsinoma payudara.
pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik
namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan
terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga
C. Pemeriksaan Penunjang
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
gonadotrophin(hCG).
pada penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
pada diafragma
A. Disgerminoma
karsinoma ovarium jenis epitel. Enam puluh sampai tujuh puluh persen
unilateral.
lebih tinggi harus diberikan terapi adjuvan, baik radio terapi ataupun
30
remisi menetap pada dua pasien yang diobati dengan BEP. Williams dkk.
BEP akan memberikan hasil yang sama dengan toksisitas yang lebih
rendah.
Sumber:SahilFM 2007
tiap 4-6 minggu selama 2 tahun pertama dan pada semua pasien harus
dengan tahun ke 3 follow up dilakukan tiap 8-12 minggu dan tiap 3-4
B. Nondisgerminoma
yang jelek, dengan hanya 15-20% pasien yang mampu hidup setelah
adjuvan VAC, VPB dan BEP terhadap tumor ganas sel germinal
Sumber:Simatupang F,2007
% % %
Sumber:Simatupang F,2007
Sumber:Simatupang F,2007
Sumber:Simatupang F,2007
34
pengamatan lanjut yang ketat, sedangkan pasien dengan jenis tumor lain
dengan resksi inkomplet jika tidak terdapat elemen teratoma imatur pada
tumor primernya.
11. Pencegahan
termasuk:
selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki
kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat
dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah
keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada
tipis rongga perut yang meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat
indung telur mereka masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang
prosedur ini dilakukan, pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan
yang ada lebih melihat umur secara umum, namun ada beberapa penelitian
usia 50 tahun (OR 63,4,95% CI; 0,79-1,10). Sementara itu Ana Cristina
besar dibandingkan dengan usia menarke 12 tahun keatas (OR 52,6, 95%
CI; 0,80-1,16).
Pada saat terjadinya ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium.
sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak
incessant ovulation).
pada wanita hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh karena
dan 1,9 pada wanita tidak pernah hamil dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai anak.
38
dengan wanita yang tidak pernah melahirkan dengan risiko relatif berkisar
antara 0,5 sampai 0,8. keadaan ini memperkuat dasar dari hipotesis
incessant ovulation
Nullpara 3.0
Paritas
Abdat Au/ 2010 Hubungan Paritas ibu dengan Peningkatan produksi estrogen
adanya mutasi gene BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan gene
Ada 3 sindroma yang dikenal, sesuai dengan urutan yang paling banyak
dijumpai yaitu ;
Faktor Risiko RR
pertama
pertama
pertama
penelitian pada babi hutan dan kelinci yang dipaparkan dengan asbes,
41
pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya atau sebagai
powder pengering didaerah vulva dan perineum ternyata partikel dari talk
dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yag normal, kista ovarium
uterus dan keluar melalui tuba fallopi masuk kedalam rongga peritenium.
menggunakannya.
memiliki risiko lebih tinggi, risiko juga berhubungan dengan tidak adanya
tidak ada hubungan antara pemakaian MHT pada wanita obesitas dengan
dengan riwayat keluarga positif kanker ovarium (MVRR=0,74; 95% Cl, 0,34-
Peneliti/ Variabel
Judul Penelitian
Tahun
Indek Massa Tubuh
Leitzmann Body Mass Index and Risk Of Wanita dengan berat badan wanita
FM/2009 Ovarian Cancer obesitas (BMI ≥30 kg/m) dibandinkan
normal (BMI 18,5-24,9 kg/m) memiliki
43
Sel Normal
Kiste
Mutasi didalam
genome sel somatik
Usia Menarkhe
Paritas
Riwayat keluarga
KANKER
Riwayat OVARIUM
Penggunaan Bedak
Indeks Massa
Tubuh
Terapi Hormon/
Kontrasepsi
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
Menopause
atau sesuai dengan diagnosis dokter pada status pasien obsetri ginekologi.
2. Umur Menarke
45
3. Paritas
4. Riwayat Keluarga
Risiko Tinggi : ada riwayat kanker ovarium atau kanker payudara pada
Risiko Rendah: tidak ada riwayat kanker ovarium atau kanker payudara
5. Penggunaan Bedak
Risiko Tinggi : Ada riwayat penggunaan bedak setiap hari atau seminggu
Risiko Rendah : Tidak ada riwayat penggunaan bedak pada wilayah genital
IMT adalah massa jenis tubuh yang dihitung dengan mengalikan berat
2009)
E. Hipotesis Penelitian
1. Risiko kejadian kanker ovarium pada wanita yang pertama kali haid
2. Risiko kejadian kanker ovarium pada wanita dengan paritas <2 kali lebih
5. Risiko kejadian kanker ovarium pada wanita dengan IMT ≥30kg/m2 lebih
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
rancangan atau desain kasus kontrol (case-control study) yaitu studi yang
(kanker ovarium) dan kelompok kontrol (tidak terkena kanker ovarium) dimana
memiliki kondisi yang sama dalam hal waktu perawatan kemudian secara
dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol terkena paparan atau tidak.
Faktor Risiko +
Kanker Ovarium
Faktor Risiko -
Faktor Risiko +
Kanker Ovarium
Faktor Risiko -
1. Populasi Penelitian
a. Populasi Target dalam penelitian ini adalah pasien yang datang berkunjung
Makassar
b. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah pasien datang berkunjung dan
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker ovarium yang dilayani
3. Besar Sampel
kontrol dengan odds ratio (OR) yang digunakan berdasarkan nilai OR dari
{Z1-α/2√[2P2(1-P2)]+Z1-β√P1 (1-P1)+(P2(1-P2)}2
N=
(P1-P2)2
Dimana hubungan P1P2 dan OR adalah :
(OR)P2
P1 =
(OR)P2+(1-P2)
Dimana ,
P : Proporsi rata-rata
Maka :
3.0,11
P1 =
3.0,11+(1-0,11)
= 0,27
{1,96 √[2.0,11(1-0,11+1,28.√0,27.(1-0,27)+(0,11(1-0,11))}2
N=
(0,27-0,11)2
maka diperoleh
dan jumlah kontrol sebanyak 136 orang sehingga jumlah keseluruhan sampel
a. Prosedur Administrasi
b. Prosedur Sampel
sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
disiapkan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan dalam
bentuk kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Timbangan berat badan dan
D. Pengolahan data
mengambarkan data dalam bentuk grafik serta untuk analisis bivariat berupa Odds
Ratio untuk melihat risiko masing masing variabel independen terhadap variable
dependen, serta untuk analisis multivariat yang bertujuan untuk melihat pengaruh
satu atau lebih dari beberap variable bebas terhadap variable terikat.
1. Cleaning
sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak
2. Editing
3. Coding
4. Entry Data
E. Penyajian Data
Penyajian data dilakuakn dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
pengaruh dari faktor yang diteliti terhadap kejadian kanker ovarium. Perhitungan
Kasus Kontrol
Positif A b a+b
Negatif C d c+d
Keterangan:
Beberapa ketentuan yang digunakan dalam odds ratio tersebut antara lain :
b. Nilai kemaknaan untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kasus ditentukan
1. Limit 1, yang berarti tidak adanya hubungan antara faktor risiko dengan
2. Lower limit (<1 atau OR x Inf), yang berarti faktor risiko merupakan salah
3. Upper limit (>1 atau OR x Inf), maka faktor risiko merupakan salah satu
Interpretasi OR :
kanker ovarium
kanker ovarium
d. Jika nilai 1 berada diantara lower dan upper limit OR, maka hipotesis penelitian
harus ditolak. Demikian pula sebaliknya bila nilai 1 tidak berada diantara nilai
lower dan upper limit OR, maka hipotesis penelitian dapat diterima.
3. Analisis Multivariat
dikotomis yakni kanker ovarium sebagai kasus dan tanpa kanker ovarium
bebas, setelah memperhitungkan variabel lain. Hasil dari analisis ini adalah
kovariat yang mempunyai kemaknaan statistik dengan nilai p lebih kecil atau
matematika :
βo = Intercep
β1 = Selop
G. Kontrol Kualitas
data.
58
bertanggung jawab.
Uji coba lapangan dilakukan pada responden lain diluar wilayah penelitian.
Uji lapangan berupa : uji coba petugas dalam kegiatan pengumpulan data yaitu
kontrol
59
pengumpulan data
Untuk alat ukur timbangan berat badan digunakan timbangan berat badan
standar dengan brand onemed untuk memperoleh data yang akurat proses
untuk satu responden sebanyak 2 kali, sementara untuk alat ukut tinggi badan
digunakan alata ukur tinggi badan standar dan dilakukan pengukuran secara
3. Pengawasan Validitas
rata pengukuran lain yang merupakan standar emas. Makin kuat kolerasi
60
makin tinggi validitas kriteria pengukuran instrumen itu, tergantung dari skala
Hasil Pengukuran
Hasil Pengukuran Peneliti
Petugas
(wawancara 2)
(wawancara 1)
Positif Negatif Total
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Sensitifitas = a / a+c
Spesifisitas = d/d+b
4. Etika Penelitian
Semua informasi dan data dalam penelitian ini hanya untuk keperluan ilmiah
5. Supervisi Lapangan
petugas lapangan, serta mengantisipasi jika ada masalah atau hambatan yang
timbul.
reabilitas dimana jumlah responden yang digunakan dalam uji coba kuesioner
adalah sebesar 15 orang yang terdiri dari 7 orang kasus dan 8 orang kontrol,
dimana hasil perhitungan dengan spss dibandingkan dengan nilai tabel r, dalam
hal ini untuk validitas dilihat nilai r (coreccted item-total correlation) hasil
perhitungan.
Tabel 15. Nilai Kolerasi hasil uji coba kuesioner pada pasien RSUD Pelamonia
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua pertanyaan didalam
kuesioner dapat dikatakan valid karena nilai kolerasi lebih besar dari pada nilai r
tabel (n=15, r Tab = 0,514), sementara untuk realibilitas dari kuesioner diperoleh
nilai cronbach’s alpha adalah 0,747 (>0,7) sehingga semua pertanyaan pada
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan 10 Mei 2012 sampai dengan 10 Juli 2012
melihat rekam medis rumah sakit dan mencari nama-nama wanita yang dirawat di
RSUP Wahidin Sudirohusodo. Sebagai kasus adalah wanita yang tercatat direkam
medis dan menderita kanker ovarium, sedangkan kontrol adalah wanita yang
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu
kebenaran pengisian informasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Pada
penelitian ini diperoleh 204 responden yang terdiri dari 68 kasus dan 136 kontrol.
metode analisa yang terdiri dari analisis univariat,analisis bivariat, dan analisis
multivariat.
64
1. Karateristik Responden
Karateristik responden adalah ciri khas yang ada pada diri responden
a. Umur Responden
Umur responden dibagi dalam tiga kelompok umur yaitu umur 31-40 tahun,
41-50 tahun, 51-60 tahun yang dapat dilihat lebih jelas pada tabel 16:
umur 31-40 tahun yaitu sebesar 11,8% dan kelompok umur 35,3% sedangkan
proporsi kelompok kontrol lebih besar pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu
sebesar 67,6%
b.Sumber:
Pekerjaan Responden
Data Primer
negeri sipil (PNS), Pegawai Swasta / Wiraswasta, dan Tidak Bekerja/.IRT, yang
responden yang tidak bekerja/ IRT yaitu sebesar 64,7%. Sedangkan proporsi
kelompok kontrol lebih besar pada jenis pekerjaan lain yaitu pegawai swasta
c. Pendidikan Responden
Sumber: Data Primer
Pendidikan responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
penelitian ini dibagi dalam 5 kategori yaitu, Tidak pernah sekolah, SD/MI, SLTP/
Umur Menarkhe yang dimaksud pada penelitian ini adalah usia pertama kali
Risiko kejadian kanker ovarium berdasarkan umur menarkhe dapat dilihat pada
OR
Menarkhe Kanker Ovarium Total 95% Cl
p value
Kasus Kontrol
n % n % n %
2,104
Risiko Tinggi 54 79,4 88 64,7 142 68,6 1,061-4,174
0,036
Risiko Rendah 14 20,6 48 35,3 62 30,4
Total 68 100 136 100 204 100
Sumber: Data Primer
=95% dengan lower limit = 1,061 dan upper limit = 4,174. Karena nilai lower
limit dan upper limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,104 dianggap
demikian responden yang memiliki usia menarkhe < 12 tahun memiliki risiko
2,104 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki usia menarkhe <12
tahun .
risiko tinggi jika responden dengan paritas ≤ 2 kali dan risiko rendah apabila
responden memiliki paritas > 2 kali. Besar Risiko kejadian kanker ovarium
OR
95% Cl
Paritas Kanker Ovarium Total p value
Kasus Kontrol
n % n % n %
1,533
0,797-2,948
Risiko Tinggi 51 75,0 90 66,2 141 69,1 0,260
Risiko Rendah 17 25,0 46 33,8 63 30,9
Total 68 100 136 100 204 100
nilai Lower Limit = 0,797 dan upper limit = 2,948. Karena nilai lower limit dan
Sumber: Data Primer
upper limit mencakup nilai satu, maka nilai 1,533 dianggap tidak bermakna.
kategori yaitu risiko tinggi jika responden mempunyai keluarga dari keturunan
ayah atau ibu, paman atau tante,dan kakek atau nenek yang menderita atau
OR
Riwayat Keluarga Kanker Ovarium Total 95% Cl
p value
Kasus Kontrol
n % n % n %
69
2,133
Risiko Tinggi 48 70,6 72 52,9 120 58,8 1,147-3,969
0.016
Risiko Rendah 20 29,4 64 47,1 84 41,2
Total 68 100 136 100 204 100
Sumber: Data Primer
=95% dengan lower limit = 1,147 dan upper limit = 3,969. Karena nilai lower
limit dan upper limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,133 dianggap
risiko 2,133 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat
dilakukan setiap hari atau seminggu sekali memiliki risiko tinggi terhadap kanker
OR
Penggunaan Bedak Kanker Ovarium Total 95% Cl
p value
Kasus Kontrol
n % n % n %
2,053
Risiko Tinggi 43 63,2 62 45,6 119 51,5
1,130-3,731
70
0,018
Risiko Rendah 25 36,8 74 54,4 85 48,5
Total 68 100 136 100 204 100
Sumber: Data Primer
kepercayaan (CI) =95% dengan lower limit = 1,130 dan upper limit = 3,731.
Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai
bedak setiap hari atau seminggu sekali memiliki risiko 2,053 kali dibandingkan
Indeks massa tubuh diukur dengan hasil ratio perbandingan berat badan
pertinggi badan dengan hasil kategori yaitu apabila responden memiliki hasil
perhitung IMT ≥30 kg/m2 maka dikategorikan risiko tinggi dan apabila
kanker ovarium berdasarkan indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 23
sebagai berikut:
OR
Indeks Massa Tubuh Kanker Ovarium Total 95% Cl
p value
Kasus Kontrol
n % n % n %
2,036
Risiko Tinggi 49 72,1 76 55,9 125 61,3
1,086-3,818
71
0,033
Risiko Rendah 19 27,9 60 44,1 79 38,7
Total 68 100 136 100 204 100
massa tubuh didapatkan nilai OR sebesar 2,036 pada tingkat kepercayaan (CI)
=95% dengan lower limit = 1,086 dan upper limit = 3,818. Oleh karena nilai
Sumber: Data Primer
lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,036 dianggap
memiliki risiko 2,036 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki indeks
3. Analisis Multivariat
regresi logistik. Analisis multivariate ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko
analisis bivariat.
Variabel yang akan diikutkan adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.
terikat satu sama lain. Satu variabel tidak boleh mempunyai komponen
variabel yang lain yang terdapat dalam satu model yang sama (Basuki,
2000). Dari hasil uji bivariat tentang hubungan variabel yang secara
subtantif diduga ada hubungan yang erat dengan nilai p dari semua
dengan variabel terikat. Metode yang digunakan untuk uji multivariat adalah
metode enter, hasil uji multivariat seperti terlihat pada tabel 25.
kanker ovarium pada wanita dengan usia menarkhe < 12 tahun adalah
tahun.
keluarga (OR = 2,243), Penggunaan bedak (OR = 2,103), IMT (OR= 2,058),
Bedak)
tertentu atau pada kelompok yang berisiko tinggi dan kelompok berisiko
1
P(X) =
1+ e –(B+∑ BiXi)
p = 1/(1+e-y)
p = 1(1+e-(1,02))
p = 1 (1+2,72-1,02)
p= 0,73
sebesar 73%. tetapi jika semua variabel yang masuk yaitu menarkhe,
riwayat keluarga, IMT, dan penggunaan bedak dianggap nol maka risiko
Bedak)
Y= -2,682
p = 1/(1+e-y)
p = 1(1+e-(-2,682))
76
p = 1 (1+2,722,682)
p= 0,061
2,243 kali untuk mengalami kejadian kanker ovarium dan signifikan dengan
B. Pembahasan
ovarium. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko
dari beberapa faktor risiko yang diduga erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian kanker ovarium. Beberapa faktor risiko tersebut yaitu usia menarkhe,
paritas, riwayat keluarga, penggunaan bedak, dan indeks massa tubuh. Untuk
77
tujuan tersebut maka pada analisis data digunakan nilai OR (odds ratio) yang
sejalan dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan yaitu case control
berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan lengkapnya sebagai berikut:
1. Usia Menarkhe
kanker ovarium salah satunya adalah menarkhe pada umur muda. Menarkhe
adalah salah satu pertanda bahwa seorang wanita telah memasuki masa
pubertas, atau dengan kata lain ovarium telah memproduksi hormon estrogen
risiko kanker ovarium, hal ini berhubungan dengan produksi hormon oleh
ovarium yaitu estrogen, estrogen sendiri terdiri dari 3 jenis hormon yaitu
pertanda bahwa ovarium telah mulai menghasilkan hormon estrogen. Dan pada
faktanya bahwa usia menarkhe dini (<12 tahun) menyebabkan usia menopause
memiliki menarkhe dini lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki
menarkhe dini adalah gaya hidup dalam hal ini pola makan dan pola hidup
(aktifitas fisik). Total intake yang tinggi menyebabkan menarkhe yang terlalu
dini, Menurut Archarya dkk (2006), konsumsi lemak jenuh yag tinggi akan
Menarkhe dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status nutrisi
yang baik. Hal ini dikarenakan status nutrisi mempengaruhi maturitas sistem
didapatkan data bahwa pada tahun 1997 usia menarche rata-rata adalah 13,08
tahun dan pada tahun 2006 sudah menurun menjadi 11,22.(Dewi, 2008),
Hasil analisis bivariat dengan uji Odds Ratio (OR) diperoleh nilai OR=2,104,
pada tingkat kepercayaan (CI)=95% diperoleh nilai Lower Limit (LL) = 1,061 dan
Upper Limit (UP) = 4,174. Oleh karena nilai LL dan UL tidak mencakup nilai 1
responden yang menarkhe pada umur < 12 tahun memiliki risiko 2,104 kali lebih
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silva (2005) yang
mendapatkan bahwa wanita dengan menarkhe <12 tahun memiliki risiko 2,003
kali lebih besar dibandingkan wanita dengan usia menarkhe ≥12 tahun.
ovarium pada wanita dengan usia menarkhe <12 tahun memiliki risiko 1,82 kali
79
lebih besar dibandingkan dengan wanita yang usia menarkhe >12 tahun (1,42-
4,17).
terjadinya kanker ovarium. Secara teori umur menarkhe dipengaruhi oleh total
endokrin, selain itu ada hal lain yang dapat memberi penjelasan yaitu efek
xenoestrogen, selain nutrisi yang diserap tubuh ada juga radikal bebas yang
dan karbon bebas, serta asap rokok merupakan sumber xenoestrogen, peran
menarkhe dini, xeno estrogen sendiri merupakan molekul yang memiliki struktur
mirip dengan estrogen. Didalam darah xeno estrogen mengisi dan mengunci
reseptor estrogen serta mengirim pesan pengacau ke sel, sehingga tubuh kita
hormon estrogen
namun teori yang kuat mengkaitkan menarkhe dengan kanker ovarium adalah
memicu ovulasi serta sintesis dan sekresi estrogen dan progesteron pada
wanita sehingga pubertasi pada wanita sangat dipengaruhi oleh hormon ini,
adapun teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan
ini ditemukan bahwa jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar
perdebatan selain karena teori ini didasarkan pada uji coba binatang mamalia,
namun struktrur anatomi dan fisiologi tubuh manusia jauh berbeda bila
dibandingkan dengan binatang rodentia, selain itu kadar estrogen rendah pada
meningkatkan sintesis dan pelepasan estrogen dan progestin, sehingga hal ini
2. Paritas
Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
jumlah kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup
81
ditentukan dari jumlah kehamilan yang mencapai 20 minggu dan bukan dari
jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas tidak lebih besar apabila yang
dilahirkan adalah janin tunggal, kembar, atau kuintuplet, atau lebih kecil apabila
janin lahir mati (Cunningham et al, 2005). Paritas adalah ringkasan dari riwayat
angka ini memberi nilai untuk kehamilan sebelumnya. Sebagai contoh para 0+0
merupakan jumlah angka janin yang masih hidup, ditambah dengan angka janin
yang hidup selepas 24 minggu gestasi. Angka yang kedua merupakan angka
kehamilan sebelum 24 minggu di mana janin tidak dilahirkan hidup (Drife et al,
2004).
ovarium disebut oogenesis. Pada ovarium yang ada di dalam tubuh embrio atau
fetus terdapat sekitar 600.000 buah sel induk telur atau disebut oogonium. Pada
saat umur fetus (embrio) lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara
mitosis, membentuk kurang lebih 7 juta oosit primer. Pada saat embrio (fetus)
umur 6 bulan, oosit primer dalam tahap meiosis (profase I). Setelah itu, terjadi
pengurangan jumlah oosit primer sampai lahir. Pada saat lahir dua ovarium
mengandung 2 juta oosit primer. Selanjutnya, oosit primer yang sedang tahap
membelah tersebut istirahat sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur
primer.Dari kira-kira 2 juta oosit pada dua ovarium hanya 400 buah yang akan
82
menjadi folikel matang. Folikel matang berupa kantung kecil dengan dinding
sel-sel epitel di dalam berisi satu sel telur. Folikel menghasilkan hormon
estrogen. Tiap bulan dilepas satu ovum dari sebuah folikel mulai dari seorang
sekitar 20.000 folikel matang. Sekitar 400.000 dari dua ovarium dapat
mematangkan sel telur selama wanita melewati masa subur. Folikel lainnya
Oogonium pada masa embrio ini memperbanyak diri secara mitosis membentuk
oosit primer. Saat embrio berusia 6 bulan, oosit primer mengalami meiosis I dan
berhenti pada fase profase. Kemudian oosit primer ini berhenti membelah
proses meiosis I. Pada wanita, ovulasi hanya berlangsung sampai umur sekitar
ovum selama hidupnya, meskipun ovarium seorang bayi perempuan sejak lahir
sudah berisi 500 ribu sampai 1 juta oosit primer. Setiap bulan, wanita
melepaskan satu sel telur dari salah satu ovariumnya. Bila sel telur ini tidak
secara periodik satu bulan sekali. Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan
83
ovum karena sudah habis tereduksi, menstruasi pun menjadi tidak teratur lagi,
faktor protektif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah adalah hipotesis
akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan kerusakan
ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali
terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain
neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang memiliki paritas ≥ 2
Hasil bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR) diperoleh nilai OR
= 1,533 dengan nilai Lower Limit (LL) = 0,797 dan Upper Limit (UL) = 2,948,
oleh karena nilai LL dan UL mencakup nilai 1 maka nilai 1,533 dianggap tidak
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
risiko 1,71 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita multipara (1,13-2,20).
3. Riwayat Keluarga
Hasil analisis bivariat dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR = 2,133
dengan Lower Limit (LL) = 1,147 dan Upper Limit (UL) = 3,969 pada interval
kepercayaan (CI) = 95%, oleh karena nilai LL dan UL tidak mencakup nilai 1,
menyebabkan terjadinya mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA 2. Gen BRCA 1
dan BRCA 2 merupakan gen yang memiliki fungsi untuk mendeteksi terjadinya
kerusakan dalam untai ganda DNA sel, mekanisme kerjanya adalah berikatan
dengan protein RAD51 selama perbaikan untai ganda DNA, dimana gen ini
85
dengan kromosom dari sel induk, sehingga kerusakan pada gen ini
menyebabkan tidak terdeteksinya kerusakan gen didalam sel dan sel yang
mengalami mutasi tidak dapat diperbaiki sehingga tumbuh sel yang bersifat
ganas yang berpoliferasi menjadi jaringan kanker. Pada wanita yang memiliki
riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara mutasi gen
atom-atom hidrogen dari satu posisi purin ke posisi pirimidin atau sebaliknya
dengan kanker ovarium yang juga mendukung hasil analisis dalam penelitian
ini, penelitian oleh Hein DW dkk 2007 bahwa risiko kanker ovarium pada wanita
yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium sebesar 2,8 kali
(p=0,04). Penelitian oleh Coughlinn SS dkk 2006 juga menemukan risiko kanker
ovarium pada wanita dengan riwayat kanker ovarium sebesar 1,97 kali
(p=0,008).
Dari satu studi meta analisis pada tahun 1988 ditemukan risiko relatif yang
meningkat dan berbeda pada keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita kanker
86
ovarium risiko relatifnya 1,1, saudara perempuan risiko relatifnya 3,8 anak dari
kanker ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary breast and ovarial
cancer (HBOC) dan disebabkan oleh terjadinya mutasi pada gen BRCA 1 dan
BRCA 2. Gen BRCA 1 adalah suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21,
yang telah bermutasi, mempunyai risiko terkena kanker ovarium sebesar 40%-
60%, dan risiko terkena kanker payudara sebesar 90%. Risiko terkena kanker
tuba fallopi juga meningkat 50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang
bukan pembawa gen BRCA 1. Risiko untuk menderita kanker peritonium primer
Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen BRCA 2 yang
terletak pada kromosom 13q12. Risiko untuk menderita kanker ovarium pada
wanita pembawa gen BRCA 2 yang telah bermutasi lebih rendah daripada risiko
pembawa gen BRCA1 yang bermutasi yaitu 16%-27%. Kanker ovarium pada
pembawa gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang telah bermutasi terjadi pada usia 51,2
4. Penggunaan Bedak
kecantikan tetapi juga produk sehari-hari yang digunakan untuk kenyaman fisik,
jamur terutama pada lipatan-lipatan kulit yang sering berkeringat, hal ini
87
adalah magnesium trisilikat, hal ini dikarenakan sifat basa dari zat ini yang
dapat mengikat molekul bedak sehingga menjadi rapat dan dapat berbentuk
serbuk, sehingga banyak bedak yang berbentuk tabur disamping bedak yang
bedak pada area genital termasuk lipatan paha telah lama berlangsung baik
sebagai penyebab kanker baru dimulai pada tahun 1980-an sehingga badan
registrasi kanker dunia telah menjadikan beberapa jenis bedak sebagai zat
magnesium trisilikat yang bersifat basa dapat melakukan ikatan dengan dna sel,
proses ini biasa disebut sebagai insersi atau penyusupan suatu basa nitrogen
kedalam molekul dna. Adapun proses masuknya molekul ini kedalam ovarium
saluran kelamin melalui transpor pasif sel dan beberapa jaringan sel ovarium
yang telah menjadi tumor ringan maupun ganas terdapat serat molekul bedak,
ovarium.
Dari hasil analisis bivariat dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR = 2,053
dengan nilai Lower Limit (LL) = 1,130 dan Upper Limit (UL) = 3,731, oleh karena
88
nilai LL dan UL tidak mencakup nilai satu maka nilai 2,053 dianggap bermakna
kanker ovarium.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dorota M Gertig 2006 yang bahwa
penggunaan bedak pada daerah genital dan pada pembalut secara signifikan
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Shelley S.T 2008 yang
menemukan bahwa wanita dengan penggunaan bedak setiap hari berisiko 2,34
genital.
bermigrasi ke ovarium melalui proses difusi sel yaitu melalui saluran yang
dibentuk oleh protein yang biasa disebut sebagai protein integral. Walaupun
mekanisme ini masih banyak diperdebatkan namun beberapa uji biologis telah
molekul bedak dalam hal ini magnesium trisilikat. Namun dilain pihak minimnya
bedak pada area genital, walaupun disatu sisi solusi pembersih area genital
yang berbentuk cair belum dapat menggantikan solusi bedak yang lebih murah
dan lebih nyaman disamping pembersih cair maupun bedak cair yang jauh lebih
mahal.
dalam penelitian ini digunakan standar indeks massa tubuh >30kg/m2 sebagai
standar risiko tinggi kanker ovarium, dimana nilai ini lebih besar bila
dengan kanker ovarium diduga karena aktifitas hormonal tubuh, dimana hormon
yang berperan adalah hormon estrogen, seperti telah kita ketahui hormon
estrogen memiliki fungsi yang vital pada wanita untuk mendistribusikan lemak
ke daerah paha dan pantat ditubuh. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
Bila kita mengkonsumsi daging dari hewan, kita telah dengan tidak sengaja juga
ikut mengkonsumsi hormon “tangan kedua”, karena daging dari hewan yang
kita makan juga telah “menjaring” hormon dalam jumlah yang besar selama
disuntikkan hormon estrogen dan testoteron. Dan hormon tersebut akan masuk
disintesis didalam sel asetat, simpanan kolesterol eter pada droplet lipid intrasel
atau dari ambilan kolesterol dari low density lipoprotein. Lipoprotein mengambil
plasma adlah sangat penting ketika sel steroidogenik terstimulasi secara kronis.
menyebabkan tumbuhnya jaringan tumor pada epitel ovarium. Dan bila berlebih
yang tinggi dan bebas beredar seperti faktor pertumbuhan (IGF1) -1 dan
yang dapat bertindak sebagai mitogen dan merupakan faktor angiogenik dan
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR) diperoleh
nilai OR = 2,036 dengan nilai Lower Limit (LL) = 1,086 dan Upper Limit (UL) =
3,818, oleh karena nilai LL dan UL tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,036
massa tubuh >30kg/m2 memiliki risiko 2,036 kali lebih besar dibandingkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nesrin R
2008 yang mendapatkan bahwa risiko kanker ovarium 2,18 lebih besar pada
wanita dengan IMT >25 kg/m2 dibandingkan dengan wanita dengan IMT
<25kg/m. Hasil penelitian lain juga mendukung hasil penelitian ini seperti
penelitian yang dilakukan oleh Fariba K 2009 yang mendapatkan bahwa wanita
dengan IMT >30kg/m memiliki risiko lebih besar untuk mendapatkan kanker
untuk penyusunan lemak dibagian tubuh, hal ini dapat menjadikan tubuh
estrogen berlebih dan memicu pembelahan sel menjadi tidak normal khususnya
sel epitel ovarium. Senyawa lemak juga menghasilkan radikal bebas sehingga
dapat memicu terjadinya sel kanker walaupun belum ada etiologi yang pasti
androgen, teori mengenai androgen ini pertama kali dikemukakan oleh Risch
penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti
terpapar pada androgenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan
pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel
BAB V
A. KESIMPULAN
sebagai berikut :
1. Besar risiko kanker ovarium pada mereka yang menarkhe pada usia < 12
tahun sebesar 2,104 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
2. Besar risiko kanker ovarium pada wanita dengan paritas < 2 kali sebesar
1,533 kali dibandingkan dengan wanita yang paritas ≥ 2 kali dan variabel
3. Besar risiko kejadian kaner ovarium pada wanita dengan riwayat keluarga
pernah menderita kanker ovarium atau kanker payudara sebesar 2,133 kali
bedak setiap hari atau seminggu sekali sebesar 2,053 kali lebih besar
5. Besar risiko kanker ovarium pada wanita dengan indeks massa tubuh ≥ 30
kg/m2 sebesar 2,036 kali lebih besar dibandingkan wanita dengan indeks
risiko wanita dengan usia menarkhe <12 tahun terhadap kanker ovarium
B.SARAN
dan pola makan terutama konsumsi lemak jenuh yang banyak terdapat