Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTASIDA SECARA

SWAMEDIKASI
DI APOTEK ROXY BIAK JAKARTA

LILIS TASNIA
G20180010

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS SAINS DAN FARMASI
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulisn panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul
” Analisis Profil Penggunaan Obat Antasida Secara Swamedikasi”
Penulisan usulan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti ujian akhir semester di universitas mathla’ul anwar.
Selama penulisan Laporan Penelitian ini tentunya penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang tulus serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Seluruh teman – teman diapotek roxy yang telah memberi masukan dan motivasi
kepada saya agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.
2. Keluarga saya terutama mamah dan bapa yang selalu memberikan doa dan dukungan
penuh kepada saya
3. Kekasih saya yang selalu berjuang dan memotivasi saat bersama-sama menempuh
tugas ini.
4. Pak irmin selaku dosen pembimbing mata kuliah pengantar farmasi yang memberi
tugas berat ini kepada kami, semoga sehat selalu
5. Teman – teman seperjuangan di smk farmasi candra naya yang selalu melemahkan
semangat saya
6. Teman-teman seperjuangan saya di universitas mathla’ul anwar semester 2 yang
selalu menyuruhku mengerjakan tugas mereka
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian penulisan naskah skripsi ini.
Rasa hormat dan terimakasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan doanya semoga
Allah SWT., membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Amin.
Akhir kata penusun ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap amal kebaikan kita
dan diberikan balasan. Amin.

Jakarta, Juni 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran
pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan
penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar,
misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan
makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat
maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar
dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker
lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007).
Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang
kesehatan yaitu MDGs. Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen
Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global
untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang
mempunyai batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah
komitmen meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK Padang, 2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan
yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam
lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag.
Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih
serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi
yang memberikan gambaran dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan setelah
sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan
terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu diperhatikan frekuensi,
waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit ini.
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung
yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan
dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau
hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga
tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis
(Sukarmin, 2011).
Antasida merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gastritis dengan cara
menetralisir kelebihan asam lambung. Antasida merupakan salah satu obat yang sering
dipergunakan oleh hampir semua masyarakat ketika mengalami sakit maag. Obat maag ini
memang sangat mudah didapatkan, karena dijual diberbagai toko obat tanpa harus
menyerahkan resep dari dokter atau yang biasa disebut swamedikasi. Masalah yang mungkin
timbul adalah kurangnya informasi terkait obat yang dapat mengakibatkan ketidaktepatan
dalam penggunaan obat.
Akhir-akhir ini banyak orang yang sering mengalami sakit maag. Sakit maag atau
tukak lambung, atau dalam bahasa kedokteran disebut dispepsia, adalah kumpulan gejala
yang terdiri dari nyeri ulu hati, atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari saluran cerna
atas, disertai dengn perasaan cepat kenyang, sendawa, mual sampai muntah. Sakit maag
terjadi akibat tingginya kadar asam di dalam lambung yang menyebabkan iritasi pada dinding
lambung, hingga menimbulkan gejala nyeri pada perut. Terjadinya sakit maag dapat dipicu
oleh berbagai faktor, diantaranya pola makan yang tidak teratur, psikis seperti stres dan juga
disebabkan kondisi medis atau adanya infeksi H.pylori.
Menurut bahasa, Antasida terdiri dari dua kata “anti” berarti lawan dan “acid” berarti
asam. Sesuai dengan namanya golongan obat ini berfungsi untuk melawan atau mengurangi
tingkat keasaman lambung akibat produksi asam lambung berlebih. Antasida mengandung
senyawa magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida yang diberikan secara oral
(diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang terlalu asam untuk
menetralkan asam lambung. Selain menetralkan asam lambung, antasida juga meningkatkan
pertahanan mukosa lambung dengan memicu produksi prostaglandin pada mukosa lambung.
Kebanyakan orang lebih suka mengkonsumsi obat maag dalam bentuk cair karena
dirasa lebih cepat dalam menyembuhkan sakit. Sedikit dari mereka yang mengetahui dampak
negatif dari pengkonsumsian antasida dan efek apa yang ditimbulkan dari antasida bagi
tubuh. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai mekanisme kerja antasida
( magnesium hidroksida dan alumunium hidroksida) dan dampak positif serta negatifnya bagi
tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Swamedikasi
Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh
seseorang atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Dasar hokum swamedikasi adalah peraturan
Menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa
swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan
konsultasi kepada dokter. Namun penting untuk dipahami bahwa swamedikasi yang tepat,
aman,dan rasional tidak dengan cara mengobati tanpa terlebih dahulu mencari informasi
umum yang bisa diperoleh tanpa harus melakukan konsultasi dengan pihak dokter. Adapun
informasi umum dalam hal ini bisa berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi tentang obat
bisa juga diperoleh dari apoteker pengelola apotek, utamanya dalam swamedikasi obat keras
yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Depkes RI., 2006; Zeenot, 2013). Apabila
dilakukan dengan benar, maka swamedikasi merupakan sumbangan yang sangat besar bagi
pemerintah, terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional (Depkes RI., 2008).

2.2. Tinjauan Tentang Antasida


1. Pengertian
Antasida adalah berasal dari kata anti yang berarti lawan dan acidus yang berarti
asam, sehingga antasida adalah zat yang sifatnya berlawanan dengan asam, yaitu basa.
Lambung kita antara lain berisi zat yang bersifat asam, yaitu asam klorida. Kondisi
lambung bisa terganggu apabila asam tersebut keberadaannya menjadi lebih besar dari
keadaan normal atau asam yang terkandung dalam lambung sangat berlebihan sehingga
menyebabkan gangguan pada lambung.
Antasida adalah obat yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan untuk
menetralkan asam lambung yang berlebihan. Antasida terdiri dari senyawa magnesium,
aluminium, bismut, Hidrotalsit, kalsium karbonat, dan Na-Bikarbonat. Antasida
merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit maag.
2. Komposisi Antasida Doen
Antasida doen memiliki 2 bentuk yaitu tablet dan sirup, tiap satu tablet atau
sendok takar (5 ml) sirup mengandung Aluminium hidroksida dan Magnesium
hidroksida masing masing 200 mg.

3. Indikasi Antasida Doen


Obat Antasida doen dapat digunakan untuk pengobatan akibat naiknya kadar
asam lambung yaitu :
- Sakit perut (ulu hati).
- Mulas dan gangguan pencernaan.
- Meredakan gejala gas berlebihan dalam perut seperti sering sendawa,
kembung, dan rasa penuh di perut.
- Menurunkan asam lambung dan menyembuhkan tukak lambung atau tukak
usus dua belas jari.
- Antasida doen juga termasuk jenis obat yang aman dikonsumsi oleh ibu
hamil namun jauh lebih baik untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter.
- Antasida doen mampu dengan cepat menurunkan asam lambung,
- Antasida doen yang memiliki bentuk cair atau sirup umumnya bekerja
lebih cepat dan lebih baik daripada bentuk tablet atau kapsul.
- Antasida doen hanya bekerja untuk menurunkan asam lambung dan tidak
mampu mencegah produksi asam lambung.
4. Dosis dan Penggunaan Antasida Doen
Antasida doen tentunya diambil atau dikonsumsi melalui mulut, untuk bentuk
obat tablet, obat Antasida doen dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan, sedangkan
Antasida doen yang memiliki bentuk cair atau sirup, botol kemasan harus dikocok
terlebih dahulu sebelum diambil untuk diminum. Dosis Antasida Doen Berikut dosis
Antasida doen yang tepat : Dewasa = 3 – 4 kali sehari 1 – 2 tablet atau 1 – 2 sendok
takar sirup. Anak anak usia 6 sd 12 tahun = 3 – 4 kali sehari ½ – 1 tablet atau ½ – 1
sendok takar sirup. Waktu minum yang terbaik ialah satu jam sebelum makan, dua
jam setelah makan, dan sebelum tidur. Pengobatan dapat disembuhkan jika gejala
sakit maag dirasa sudah sembuh.

5. Reaksi dan Efektifitas Antasida Doen


Antasida doen dapat bereaksi dengan jenis obat lain seperti digoxin, besi,
antibiotik, dan tetrasiklin yakni berupa pengurangan penyerapan kandungan obat
tersebut di dalam tubuh. Hal ini bisa dilakukan dengan konsultasi pada dokter untuk
menjadwalkan waktu minum yang tepat untuk mencegah masalah ini. Efektifitas obat
Antasida doen juga berhubungan dengan gaya hidup seperti mengurangi atau
menghindari stres, berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, makan teratur,
mengurangi kafein, dan mengurangi makan makanan berlemak. Gaya hidup yang
lebih sehat tersebut dapat membuat kerja obat Antasida doen jauh lebih baik sehingga
pengobatan sakit maag lebih cepat berhasil. Jika terjadi masalah ketika minum obat
Antasida doen, misalnya seperti kondisi yang semakin memburuk atau rasa sakit yang
semakin parah, maka Anda dapat menghubungi dokter, mungkin Anda memiliki
masalah kesehatan lainnya yang memerlukan perawatan medis lebih lanjut.

6. Efek Samping Antasida Doen


Tiap obat walaupun merupakan obat bebas, tentunya tak boleh digunakan
sembarangan, ada tipe penyakit atau orang tertentu yang memiliki alergi terhadap
komponen obat. Penggunaan obat Antasida doen harus dengan konsultasi dokter jika
memiliki penyakit atau masalah pada ginjal, sering minum alkohol, dan kondisi
dehidrasi atau kekurangan cairan. Beberapa efek samping obat Antasida doen secara
umum yang kemungkinan bisa muncul ialah :
- Aluminium menyebabkan sembelit atau susah buang air besar, untuk
meminimalkannya diperlukan banyak minum air putih dan gaya hidup
sehat, seperti makan makanan berserat tinggi dan olahraga teratur.
- Magnesium dalam obat Antasida doen juga dapat menyebabkan diare,
namun kandungan tersebut sebenarnya sudah dinetralisir dengan adanya
kandungan Aluminium.
- Aluminium dalam Antasida doen dapat mengikat fosfat di dalam usus
manusia dan menyebabkan kadar fosfat menjadi rendah terutama jika
digunakan dalam jangkau waktu yang lama atau sering.
- Konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala kekurangan fosfat
yakni tidak nafsu makan, otot terasa lemah, sering lelah, dan sering pusing
hingga pingsan.
-
7. Cara Penyimpanan Antasida Doen
Obat Antasida doen dapat disimpan dalam ruangan yang sejuk atau jauh lebih
baik di lemari pendingin namun tidak dibekukan (tidak disimpan di freezer) untuk
meningkatkan rasa. Jangan menyimpan obat di tempat yang panas, terkena sinar
matahari langsung, atau di tempat yang banyak kuman seperti di kamar mandi.
Jauhkan obat Antasida doen dari jangkauan anak anak atau hewan peliharaan
sebab jika terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit. Jangan lupa untuk
menutup kemasan yang berbentuk cair atau sirup dengan rapat agar tidak terkena
kuman di sekitar ruangan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989:65)
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Teknik sampling yang
digunakan adalah non-random. Besar sampel ditentukan secara purposif yang memenuhi
kriteria inklusi dengan batasan jumlah sampel minimal 30. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa lembar informasi penelitian, lembar kesediaan menjadi responden, daftar
pertanyaan wawancara, lembar pengambilan data dan interviewer. Analisis data dilakukan
secara deskriptif yaitu mengkategorikan jawaban (n) pada setiap indikator dari variabel yang
diteliti. Kemudian data penelitian diolah agar didapat angka dan persentase.

3.2. Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian merupakan subyek dari mana data dapat diperoleh ( Atikunto,
2006 ). Pada penelitian ini data diperoleh dari pasien yang membeli obat antasida di Apotek
Roxy yang memberikan informasi.

3.3. Populasi, Sampel, dan cara pengambilan sampel


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yg diteliti pada penelitian
survey yang bertujuan untuk memperoleh deskriptif obyektif mengenai keadaan populasi
maka batasan dan karakteristik populasi harus jelas (notoadmojo, 2005). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien/ pembeli obat di Apotek Roxy, SEdangkan populasi
sasaran dalam penelitian adalah pasien/pembeli yang membeli antasida diapotek Roxy
Jakarta.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo 2005). Kriteria sampel
pada penelitian ini adalah :
Kriteria inklusi :
- Semua pasien yang membeli obat di apotek roxy
Kriteria ekslusi :
- Pasien yang membeli obat lambung secara bebas diapote roxy
- Pasien yang bersedia mengisi lembar kuisioner
3.3.3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan diapotek Roxy cabang Biak dan dilaksanakan mulai dari
bulan mei sampai bulan juni tahun 2019
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran umum Penelitian


Penelitian ini dilakukanm di apotek Roxy cabang Biak Jakarta Pusat. Dari seluruh
Pasien yang membeli obat di Apotek Roxy diambil sampel 30 pasien yang membeli obat
antasida.
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Teknik sampling yang
digunakan adalah non-random. Besar sampel ditentukan secara purposif yang memenuhi
kriteria inklusi dengan batasan jumlah sampel minimal 30. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa lembar informasi penelitian, lembar kesediaan menjadi responden, daftar
pertanyaan wawancara, lembar pengambilan data dan interviewer. Analisis data dilakukan
secara deskriptif yaitu mengkategorikan jawaban (n) pada setiap indikator dari variabel yang
diteliti. Kemudian data penelitian diolah agar didapat angka dan persentase.

4.2. Analisa Deskriptif


4.2.1. Identitas Responden
Dari 30 pasien yang diambil sebagai sampel, jumlah responden laki – laki sekitar
63,3% dibandingkan dengan Perempuan yang hanya sekitar 36.7%.
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Perempuan Laki - Laki

Rentang umur responden terbanyak yaitu 21 - 35 tahun sekitar 36.6 % karena rentang
umur tersebut tergolong usia produktif prima yang memiliki tingkat kesibukan tinggi dan hal
ini mempengaruhi banyaknya penggunaan antasida.
Tabel 2. Umur
12

10

0
17 - 20 21 - 35 36 - 50 50 - 70

Tabel 3. Pendidikan
25

20

15

10

0
Tidak Sekolah SD SMP SMA S1

Tabel 4. Keluhan dari pasien penderita gastritis


Indikator Jenis Jawaban N (%)
Mual 7 ( 23,3 % )
Muntah 4 ( 13,4 % )
Keluhan
Perih/ Nyeri 14 ( 46,6 % )
Kembung 5 ( 16,7 % )
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa semua responden mengalami keluhan perih. Hal ini
terjadi akibat gastritis yang merupakan kondisi medis dimana terjadi inflamasi atau
peradangan pada mukosa lambung yang memberikan gejala seperti perih pada perut atau
nyeri ulu hati, kembung, mual dan muntah (Melbourne’s Department of Health, 2010).

Table 5. Cara, Waktu dan Lama Penggunaan Antasida


Indikator Jenis Jawaban N(%)
Dikunyah 13 (43,3%)
Tablet
Ditelan Langsung 14 (46,7%)
Diminum Langsung 1 (3,34%)
Cara Penggunaan
Dikocok 2 (6,6%)
Suspensi
Sendok Takar
Sendok makan
1 – 2 Jam sebelum Makan 26 (86,7%)
Waktu penggunaan
1 – 2 Jam Sesudah makan 4 (13,3%)
1 hari 14 (46,7%)
2 hari 8 (26,7%)
Lama penggunaan 3 hari 3 (10%)
4 hari 3 (10%)
>Dari seminggu 2 (6,4%)

Pada tabel 5, sebanyak 6,4% pasien menggunakan antasida lebih dari 1 minggu,
namun penggunaannya tidak terus-menerus, karena penggunaan antasida mencapai 1 minggu
dan jika gejala tetap terjadi atau memburuk harus dirujuk ke dokter. Penggunaan antasida
terkait waktu penggunaan dapat dilihat pada tabel 5 dapat dilihat bahwa 46,7% responden
langsung menelan tablet tersebut dan 3,3% responden ( tidak mengocok sediaan suspensi
antasida. Penggunaan antasida dalam sehari diberikan interval sesuai dengan saat gejala
berikutnya kambuh, dan paling banyak gejala responden kambuh dalam waktu 8 jam setelah
penggunaan antasida yang pertama. Jeda waktu penggunaan obat dibutuhkan untuk
mengantisipasi interaksi yang dapat terjadi antara antasida dengan obat lain yaitu 2-3 jam
(Sweetman, 2009).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Semua responden menggunakan antasida dengan basa lemah Al dan Mg dan
diindikasikan untuk mengatasi gastritis karena kelebihan asam lambung. Bentuk
sediaan antasida yang paling sering digunakan adalah antasida padat. Responden
paling sering menggunakan antasida padat dengan dosis perhari 1-3 tablet. Mayoritas
responden pengguna antasida padat meminum obat tersebut tanpa dikunyah (langsung
ditelan) dan digunakan 1-2 jam sebelum makan (a.c). Responden pengguna antasida
cair paling banyak menggunakannya dengan mengocok sediaan terlebih dahulu.
2. Saran
1. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan antasida secara tepat perlu ada
konseling oleh apoteker terkait penggunaan obat antasida.
2. Penelitian ini belum komperehensif, karena hanya mengambil beberapa sampel
dari satu tempat

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. https://bidhuan.id/obat/48393/antasida-doen-komposisi-indikasi-dosis-dan-penggunaan-
reaksi-dan-efektifitas-efek-samping-dan-cara-penyimpanan/
2. https://obatmaagcair.com/inilah-efek-samping-obat-maag-antasida-doen/
3. https://perawat-2010.blogspot.com/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54761/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai