Anda di halaman 1dari 21

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIRIAN OBAT ANTASIDA

Disusun oleh : Kelompok 1

Nama Anggota Kelompok 1

1. Indah Arum (222303101012)


2. Indana Rochmatika M. M (222303101027)
3. Nindya Cahya Eka Melani (222303101039)

PROGRAM STUDI D3
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni addinul
islam.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini:
1. selaku dosen pengampu mata kuliah .
2. selaku dosen mata kuliah farmakologi.
3. Teman anggota kelompok yang selalu semangat dan berkerjasama dalam membuat makalah.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas farmakologi tentang peran perawat
dalam pemberian obat antsida, sepatutnya kita sebagai seorang perawat harus memahami cara
pemberian obat yang benar.

Penyusun menyadari akan adanya kekurangan serta kesalahan di dalam makalah ini. Kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan sebagai masukan agar kami bisa lebih baik dan
mengerti tentang materi ini. Semoga kritik dan saran yang Bapak/Ibu dosen farmakologi berikan
bisa menjadi evaluasi agar lebih baik. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk ke
depannya.

Lumajang, 19 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
1.4 Manfaat .........................................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Antasida...........................................................................................................6
2.2 Farmakokinetik..............................................................................................................8
2.3 Farmakodinamik............................................................................................................8
2.4 Indikasi, Kontraindikasi, Efek Samping, dan Aturan Pemakaian Obat Antasida.........9
2.5 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Antasida...........................................................13
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................17
4.2 Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
LAMPIRAN........................................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehat adalah sebuah kondisi maksimal seseorang, baik dari fisik,
mental dan sosial. Kondisi tubuh yang sehat pada manusia dapat kita lihat
dari kebugaran tubuh, dalam sebuah lingkungan masyarakat. Saat ini dengan
semakin modernya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul
akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah
penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan
lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit
ini tidak menular tapi bakteri helicobacter pylori masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis merupakan salah satu penyakit
yang banyak di jumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam pada
umumnya.
Presentase terjadinya penyakit gastritis pada kabupaten Lumajang
di tahun 2018 sebesar 31.15% (Dinkes Kabupaten Jombang, 2018),
sedangkan pada Jawa Timur Prevalensi angka kejadian gastriti
sebesar 31.2% dari seluruh kalangan usia (Dinkes Jatim,2018) Negara
bagian Asia, Indonesia berada pada urutan ke tiga setelah negara India dan
Thailand yaitu berjumlah 231 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri
kota yang penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalah
Kota Jakarta yaitu 35 ribu penduduk. Indonesia memiliki angka kejadian
gastritis cukup tinggi.
Terjadinya sakit maag dapat dipicu oleh berbagai faktor,
diantaranya pola makan yang tidak teratur, psikis seperti stres dan juga
disebabkan kondisi medis atau adanya infeksi H.pylori. Menurut bahasa,
Antasida terdiri dari dua kata “anti” berarti lawan dan “acid” berarti asam.
Sesuai dengan namanya golongan obat antasida berfungsi untuk melawan
atau mengurangi tingkat keasaman lambung akibat produksi asam lambung
berlebih. Antasida mengandung senyawa magnesium hidroksida dan

3
aluminium hidroksida yang diberikan secara oral (diminum) untuk
mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang terlalu asam untuk
menetralkan asam lambung.
Efektivitas tablet antasida sebagai penetral asam lambung dapat
diidentifikasi dengan melakukan penetapan kapasitas penetralan asam
dengan menggunakan metode titrasi balik. Titrasi balik merupakan salah
satu metode titrasi dengan menambahkan larutan volumetrik yang terukur
secara berlebih dari jumlah yang sebenarnya diperlukan untuk bereaksi
dengan senyawa yang ditetapkan kadarnya. Kelebihan larutan ini kemudian
dititrasi dengan larutan volumetrik kedua. Jumlah senyawa yang dititrasi
dapat dihitung dari selisih antara volume larutan volumetrik yang
ditambahkan mula-mula dan volume titran dalam titrasi kembali.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa hal yang menjadi rumusan masalah yakni :
1) Bagaimana peran perawat dalam pemberian obat antasida
a) Definisi obat antasida
b) Farmakokinetik obat antasida
c) Farakodinamik obat antasida
d) Indikasi obat antasida
e) Kontraindikasi obat antasida
f) Efek samping obat antasida
g) Aturan pemakaian obat antasida
h) Peran perawat sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat antasida

1.3. Tujuan
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang peran perawat dalam
pemberian obat antasida antara lain :
a. Definisi obat antasida
b. Farmakokinetik obat antasida
c. Famakodinamik obat antasida
d. Indikasi obat antasida Sikap terapeutik pada bayi dan anak
e. Kontraindikasi obat antasida Tahapan terapeutik pada bayi dan anak
f. Aturan pakai obat antasida Hambatan terapeutik pada bayi dan anak

4
g. Peran perawat sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat antasida

1.4. Manfaat
1. Bagi Perawat
Penelitian ini sebagai sarana bagi penulis untuk mengetahui segala hal
mengenai sikap terhadap penggunaan obat antasida.

2. Bagi Institut Pendidikan


Sebagai bahan referensi ilmiah bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian
selanjutnya

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penetral asam atau antasida merupakan zat basa yang digunakan untuk
menetralisir kelebihan asam di lambung. Antasida adalah basa yang
meningkatkan pH lumen lambung. Penetral asam efektif dalam mengobati
beberapa gangguan terkait lambung dan membebaskan efek samping dari tukak
lambung dan refluks gastroesofagus.
Antasida sangat bermanfaat dalam pengobatan gangguan saluran cerna.
Antasida dapat meredakan gejala yang timbul pada dyspepsia serta penyakit
gastroesofagitis atau refluks gastroesofagus non-erosif.
Antasiada tidak mengurangi seberapa banyak korosif yang dihasilkan oleh
lambung, namun peningkatan pH pada pergerakan pepsin dapat dikurangi
(Indijah dan Fajri, 2016). Penetral asam menurunkan pembentukan partikel
hidrogen (asam lambung) dan meningkatkan pH di lambung.
Macam-macam penetral asam atau antasida:
Penetral asam atau antasida dapat dikelompokkan menjadi dua kelas dasar
yaitu menjadi penetral asam khusus yang tidak dapat diserap (non-absorbable)
dan yang dapat diserap (absorbable). Penetral asam yang tidak dapat diserap
membuat lebih sedikit dampak samping dan sifat yang lebih menguntungkan.
Setiap penetral asam memiliki fiksasi dinamis tertentu yang sebaliknya
mempengaruhi korosif lambung. Komponen aktivitas zat pengendap lambung
berfungsi sebagai penetralisir keadaan asam, dimana asam akan bereaksi dengan
hidroksida dan menghasilkan garam dan air (Lestari et al., 2023)
Penetral asam adalah zat yang dapat membunuh korosif lambung atau
mengikatnya. Susunan antasida dapat dikelompokkan menjadi 2 kelas dasar,
yaitu:
2.1.1 Antasida Sistemik atau Absordable (Dapat diserap)
Antasidasistemik mudah larut dan diabsorsi, menimbulkan gangguan
sistemik elektrolit dan tanda-tanda alkalosis metabolik dan memberi beban pada
ginal dalam mengatur kembali elektrolit. Antasida nonsistemik sedikit atau tidak
dapat diserap dan memberi efek sistemik. Jika terapi dengan antasida dalam
janka waktu lama dan intensif, digunakan antasida sistemik

6
Antasidasistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorpsi dalam usus halus
sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis, pada pasien dengan kelainan ginjal
dapatteradi alkalosis metabolik. Sedangkan antasida nonsistemik adalah sediaan
magnesium, alumunium, dan kalsium.
Antasida absorbable dinetralkan secara langsung oleh asam lambung. Ciri
khasnya adalah onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek terapeutik
yang diharapkan. Namun, masa kerja obat ini pendek.
Tingkat keasaman lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau lebih dalam
waktu sekitar 15─20 menit. Keadaan tersebut dapat menstimulasi hipersekresi
asam lambung secara sekunder, yang disebut sebagai sindrom rebound.
a. Natrium Bikarbonat
b. Magnesium Oksida
c. Magnesium Karbonat
d. Kalsium Karbonat

2.1.2 Antasida Non Sistemik atau Non-absorbable (Tidak Terserap)


Jenis antasida non-absorbable memiliki keunggulan dibandingkan dengan
antasida yang dapat diabsorpsi, yaitu lebih sedikit efek samping sistemik.
Kapasitas buffer untuk menetralkan asam lambung juga lebih tinggi. Contoh kandungan
antasida ini meliputi aluminium, magnesium, dan kalsium.
Jenis ini mampu mengabsorpsi pepsin, sehingga aktivitas enzim proteolitik asam
lambung akan berkurang. Selain daripada itu, jenis ini juga menggabungkan lisolesitin
dan asam empedu, yang mana memiliki efek merusak pada mukosa gaster.
Jenis antasida non-absorbable memiliki fungsi sitoprotektif melalui aktivasi
sintesis prostaglandin, dimana obat ini menstimulasi sekresi musin dan bikarbonat, dan
memperbaiki mikrosirkulasi.
Jenis antasida ini memiliki fungsi ambient yang membentuk suatu lapisan
protektif pada permukaan mukosa gaster, memiliki kemampuan untuk mengikat faktor
pertumbuhan epitelial dan menempatkannya pada daerah defek ulseratif, serta secara
efektif menstimulasi proliferasi sel dan angiogenesis.
Mekanisme utama obat antasida non-absorbable adalah berhubungan dengan
absorpsi asam hidroklorida yang dihasilkan oleh lambung. Onset kerja obat dimulai
sekitar 10─30 menit setelah menelan pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi memberikan

7
efek terapeutik. Aktivitas obat dalam menetralkan asam lambung berakhir ketika pH
normal tercapai, yaitu sekitar 3,0─4,0.

a. Aluminium Fosfat
b. Aluminium Hidroksida
c. Magnesium Silikat
d. Magnesium Hidroksida.

2.2 Farmakokinetik
Farmakokinetic antasida bergantung pada kandungan obat didalamnya, proses
farmakokinetik yaitu:
Absorbsi:
1. Magnesium hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap dosis,
yaitu 50% dengan diet yang terkontrol, dibandingkan dengan 15─30%
pada pemberian dosis tinggi.
2. Kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%. Makanan akan
meningkatkanabsorpsi obat 10─30%. Onset kerja obat tergantung pada
lamanya pengosongan lambung.Waktu puncak obat dalam plasma adalah
20─60 menit dalam keadaan puasa. Apabila obat dikonsumsi satu jam
setelah makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.

Distribusi :

2.2 Magnesium dapat ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar 1─2%
didistribusikan kedalam cairan ekstraseluler. Obat berikatan dengan
protein, 30% dengan albumin.
2.3 Kalsium,obat berikatan dengan protein sebanyak 45%

Eliminasi :
Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah
50─300 mg per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan
diekskresikan ke urine. Sedangkan obat Antasidayang tidak dapat diabsorpsi,
akan diekskresikan ke feses.(UNSRI, n.d.)

8
2.3 Farmakodinamik
2.3.1 Farmakodinamik Antasida Absorbable
Penetral asam yang dapat diserap langsung dibunuh oleh korosif
lambung. Elemen yang tidak diragukan lagi adalah awal yang cepat dari
aktivitas pengobatan untuk memberikan efek penyembuhan yang ideal.
Bagaimanapun, masa pakai obat ini pendek. Tingkat keasaman lambung,
atau pH akan meningkat setidaknya 7 dalam air waktu sekitar 15─20
menit. Kondisi saat ini dapat memicu hipersekresi korosif perut sekunder,
yang disinggung sebagai kondisi bangkit kembali. Ini biasanya terjadi
pada jenis obat penenang perut yang mengandung natrium hidrogen
karbonat. Bagaimanapun, ini jarang terjadi dengan obat pengencer
lambung yang mengandung kalsium karbonat
2.3.2 Farmakodinamik Antasida Non-Absorbable
Mekanisme utama obat antasida non-absorbable adalah
berhubungan dengan absorpsi asam hidroklorida yang dihasilkan oleh
lambung. Onset kerja obat dimulai sekitar 10─30 menit setelah menelan
pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi memberikan efek terapeutik. Aktivitas
obatdalam menetralkan asam lambung berakhir ketika pH normal tercapai,
yaitu sekitar 3,0─4,0.
Efisiensi obat antasida dievaluasi oleh kapasitas menetralkan asam
lambung, atau yang disebut sebagai acid neutralizing capacity (ANC).
ANC diukur dalam mEq kadar asam hidrokloridayang dapat dinetralkan
oleh dosis standar Antasida. Untuk menaikkan pH sekitar 3,5 biasanya
dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. ANC sangat bervariasi, dan tidak sama
pada berbagai jenisobat-obat Antasida. Pada dosis harian Antasida secara
rata-rata, biasanya akan memberikan efek menetralkan asam lambung
sekitar 200 hingga 400 mEq. ANC dianggap rendah apabila kadarnya
<200 mEq/hari, dan dianggap tinggi apabila kadarnya lebih dari
pada 400 mEq/hari.

2.4 Indikasi, Kontraindikasi, Efek Samping, dan Aturan Pemakaian Obat


Antasida

9
A. Absordable (Dapat diserap)
1. Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat adalah jenis garam yang terurai.Garam ini


membentuk natrium dan bikarbonat dalam air.Keduanya adalah larutan
bersifat basa, yang mampu menetralkan asam.Kemampuan natrium
bikarbonat menetralkan asam digunakan untuk membantu
mengatasi gangguan pencernaan akibat terlalu banyak asam.

2. Magnesium oksida

Merupakan kandungan obat yang dapat meredakan mulas serta asam


lambung sebagai antasida, suplemen magnesium, serta sebagai pencahar
jangka pendek. Juga digunakan untuk meningkatkan gejala pencernaan

3. Magnesium karbonat

Merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi dispepsia (maag).


Magnesium karbonat dapat meredakan perut kembung, mual, muntah, serta
nyeri pada ulu hati (heartburn)

4. Kalsium karbonat

Merupakan kandungan obat golongan antasida yang terbuat dari garam


kalsium. Kalsium karbonat dapat digunakan sebagai antasida untuk
mengatasi ganggyan cerna dan heart burn atau gastroesophages reflus
disease (GERD) yang diakibatkan oleh nainya asam lambung.

Jenis Obat Aturan


NO. Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Antasida Pemakaian
Natrium Dewasa: 1-5
Sakit kepala, gram, 4-6 jam
Bikarbonat
1. mual, muntah, sekali
(Sodium
dan alergi
Bicarbonate)
dosis obat
yang
Mual, kram,
Magnesium Dispepsia, dianjurkan 400
2. Hipofosfatemia diare, sakit
oksida asam lambung miligram (mg)
perut
per hari.

3. Magnesium Dispepsia Hipofosfatemia Diare, 1-2 tablet

10
Karbonat bersendawa dikunyah 4
(Polycol Forte, karena kali sehari dan
Simeco, terlepasnya sebelum tidur
Stomacain) karbondioksid bila
a diperlukan.
Suspensi: 10
Ml 3 x sehari
Kalsium Dispepsia, Hiperlasemia Mual, 2 kali sehari 1
Karbonat Asam lambung berat, menghasilkan tablet
(Maag Gel, hiperkalsuria, gas dalam
Neosanmag, gagal ginjal perut, dan
4. Polysilane konstipasi
Max, Promag
Double Action,
Starmag
Double Impact)

B. Non-absorbable (Tidak Terserap)

1. Alumunium Phospat
Aluminium fosfat merupakan bahan yang digunakan sebagai
antasida, yang berfungsi untuk membantu menetralkan asam lambung. Tak
hanya itu saja, bahan satu ini juga digunakan sebagai salah satu substansi
yang berfungsi untuk meningkatkan respons imun tubuh.
2. Alumunium Hidroksida
Aluminium hidroksida merupakan obat golongan antasida. Obat ini
bekerja dengan cara menetralisir asam lambung. Dengan begitu, dinding
lambung dapat terlindung dari iritasi akibat asam lambung yang berlebih
dan gejala yang diakibatkannya pun akan berkurang
3. Magnesium Trisilicate
Magnesium Trisilicate adalah obat yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
gangguan pencernaan, mulas, ataupun gastroesophageal reflux
disorder (GERD). Magnesium Trisilicate termasuk golongan obat antasida
yang tersedia dalam bentuk cair maupun tablet. Beberapa merk obat yang
mengandung Magnesium Trisilicate adalah Sanmag, Lexacrol, dan
Progastric.
4. Magnesium hidroksida

11
Magnesium hidroksida merupakan kandungan obat untuk
mengatasi gejala akibat asam lambung berlebih, seperti sakit perut,
gangguan pencernaan, atau rasa panas di dada (heartburn). Magnesium
hidroksida juga digunakan sebagai pengobatan jangka pendek untuk
konstipasi.

Jenis Obat Aturan


NO. Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Antasida Pemakaian
Aluminium - Hipofostemia Anoreksia Dalam bentuk
fosfat suspensi, dosis
A1PO4 yang
digunakan
adalah
sebanyak
12.38g/20g.
Sedangkan
1. untuk yang
berbentuk
cairan atau
liquid, dosis
A1PO4 yang
digunakan
juga sama,
yakni
12.38g/20g
Aluminium Dispepsia, Hipofosfatemia, Mual, nyeri 1-2 tablet
hidroksida Nyeri radang porfiria ulu hati, dikunyah 4 kai
(Antasida lambung dan muntah, dan sehari dan
Doen, Acitral, usus jari banyak sebelum tidur
Berlosid, bersendawa bila
Biomag MPS, diperlukan.
Etasid, Suspensi: 1-2
Gastrucid, sachet (7-14
2.
Gestamag, mL), 3-4 kali
Lexacrol, sehari, anak >8
Mesamag, tahun:1/2-1
Mylanta, sachet, 3-4 kali
Sanmag, sehari
Stromag,
Ticomag,
Ultilox)
3. Magnesium Dispepsia Hipofosfatemia Diare, 1-2 tablet
trisilikat sendawa akibat dikunyah,
(Biogastron dari diberikan
Bimalcus, dihasilkannya hingga 4 kali

12
Erphamag, CO2, batu sehari dan
Itramag, ginjal berasal seblum tidur
Konimag, dari silica atau bila
Konimag dilaporkan diperlukan.
Forte) pada terapi Suspensi: 1-2
jangka panjang sachet (7-14
mL) 3-4 kali
sehari, anak>8
tahun:1/2 - 1
sachet, 3-4 kali
sehari
Magnesium Dispepsia Hipofosfatemia Diare, 1-2 tabler
hidroksida bersendawa dikunyah 4
(Actal Plus, karena kali sehari dan
Carsida, terlepasnya sebelum tidur
Gastrinal HD, karbondioksid atau bila
4.
Lexacrol Forte, a diperlukan.
Polysilane, Suspensi: 5
Promag, mL, 3-4 kali
Ranacid, sehari
Samtacid)

2.5 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Antasida

Perawat menjalankan perannya dalam memberikan obat menggunakan


pendekatan proses keperawatan dengan memperhatikan prinsip benar pada
pemberian obat. Prinsip 7 benar dalam pemberian obat adalah sebagai berikut :
A. Benar Pasien Perawat memastikan klien dengan memeriksa gelang
identifikasi dan membedakan dua klien dengan nama yang sama.
B. Benar Obat Untuk menghindari kesalahan sebelum memberi obat kepada
pasien, label obat harus dibaca tiga kali, yaitu pertama saat melihat botol
atau kemasan obat, kedua saat sebelum menuang/menghisap obat dan
ketiga setelah menuang/menghisap obat.
C. Benar Dosis Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep
atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika perawat ragu dalam
perhitungan dosis mengenai rasio dan proporsi maka dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.

13
D. Benar Rute Perawat diharapkan mampu menilai kemampuan klien untuk
menelan obat sebelum memberikan obat per oral dan juga memberikan
obat pada tempat yang sesuai. Perawat juga harus tetap bersama klien
sampai obat oral telah ditelan. Pada pemberian obat dengan rute parenteral
maka dibutuhkan teknik steril.
E. Benar Waktu Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang
diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.
F. Benar Dokumentasi Dalam hal terapi, setelah obat diberikan harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu tidak dapat diminum
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
G. Benar Informasi Perawat memberikan informasi yang benar tentang obat
untuk menghindari kesalahan dalam menerima obat, memberikan
informasi cara kerja dan efek samping obat yang diberikan.(Tampubolon,
2018)

2.5.1 Peran Perawat Sebelum Pemberian Obat


Kaji adanya kontraindikasi atau peringatan untuk menghindari efek
samping. Peran perawat sebelum memberikan obat kepada pasien harus
mempunyai pengetahuan yang memadai terkait farmakologi obat antasida
yang akan diberikan kepada pasien, bahwasanya obat golongan antasida
berfungsi untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan lambung,
gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari , dengan gejala seperti
mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, meredakan kelebihan gas di saluran
pencernaan dan perasaan penuh pada lambung. Kontaindikasinya yaitu
Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena
dapat menimbulkan hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah
meningkatkan), penderita ketidak seimbangaan elektrolit atau ion tubuh,
penderita radang usus buntu, penderita gangguan jantung dan pasien pasca
operasi perut.(Pahlani et al., 2022) sehingga dapat mengobservasi obat dan

14
mendeteksi adanya toksisitas. Perawat harus memastikan kadaluarsa pada
obat tersebut.
Langkah selanjutnya perawat harus melakukan pengkajian kepada
pasien yang akan diberikan obat golongan antasida dengan menanyakan
apakah memiliki penyakit gagal ginjal atau penyakit gangguan jantung,
karena ketika pasien tersebut memiliki penyakit gagal ginjal atau penyakit
gangguan jantung meminum obat golongan antasida bisa menimbulkan
hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah meningkatkan, sehingga
dapat mempengaruhi tekanan darah.
Memastikan pasien meminum obat jenis antasida sebelum makan,
sebab obat jenis ini bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang
akan baru diproduksi lebih banyak ketika organ lambung mencerna
makanan, agar dapat bekerja dengan baik, obat sudah harus diserap dalam
lambung untuk menetralkan asam yang nanti diproduksi saat makan.
Ketika minum obat ini sesudah makan, asam lambung Anda sudah
terlanjur diproduksi berlebihan dan akhirnya naik ke kerongkongan.
Padahal, obat ini membutuhkan waktu agar dapat diserap tubuh dan
menetralkan asam pada lambung. Pastikan perawat menanyakan langsung
apakah pasien sudah makan apa belum. Perawat harus melihat kembali
catatan pasien yang akan diberikan kepada pasien agar tidak salah ketika
akan memberikan obat antasia kepada pasien, jika perawat tidak mengerti
atau kurang paham bisa memvalidasi kepda dokter yang telah memberikan
resep tersebut atau bisa bertanya kepada apoteker. Pemberian obat tidak
boleh dipandang sebagai pengganti perawat, karena upaya keselamatan
pasien tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja.

2.5.2 Peran Perawat Saat Pemberian Obat


Memberikan pendidikan pasien tentang efek obat dan tanda-tanda
peringatan untuk dilaporkan serta meningkatkan pengetahuan pasien dan
untuk mempromosikan kepatuhan. Saat perawat bertanggung Jawab dalam
memastikan pasien aman dan mengawasi efek dari pemberikan obat
tersebut kepada pasien. Perawat dapat menginformasikan kepada pasien

15
tentang obat tersebut dan sebagai perawat beperan penting dalam
memberian dosis yang dibutuhkan pasien dengan benar,tepat, dan akurat.
Perawat wajib menginformasikan kepada pasien obat antasida yang
diberikan perawat harus dikunyah jika dalam bentuk tablet atau obat
antasida yang diberikan perawat berbentuk suspensi berarti harus di kocok
terebih dahulu. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberikan satu jam sebelum
makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu/produk susu, kopi serta teh karena kandungan kalsium dalam
susu/produk susu dapat membentuk senyawa kompleks dengan molekul
obat sebelum obat tersebut diserap dan kandungan kafein yang berada
pada kopi dan teh dapat menyebabkan obat sulit diserap oleh tubuh,
kinerja obat menjadi tidak efektif dalam mengobati penyakit, serta
meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada
lambung misalnya asam mefenamat.

2.5.3 Peran Perawat Sesudah Pemberian Obat


Pantau respons pasien terhadap terapi, pantau efek samping
evaluasi pemahaman pasien tentang terapi obat dengan meminta pasien
dengan menyebutkan nama obat, indikasinya, dan efek samping yang
harus diwaspadai, pantau kepatuhan pasien terhadap terapi obat. Perawat
berperan dalam keamanan Pasien jadi sebagai perawat harus mengedukasi
kembali kepada pesien bahwa obat tersebut bisa di minum sebelum
makan. Tidak boleh langsung diminum sesudah makan. Pemberian obat
tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya
kesehatan tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian
obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan. Ada berbagai pendekatan
yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifian obat yang diberikan
kepada pasien. Namun, laporan langsung yang disampaikan oleh pasien
dapat digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk
bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang

16
diberikan. Sesudah pemberian obat perawat diwajibkan melakukan
dokumentasi dalam hal terapi, setelah obat diberikan harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penetral asam atau antasida merupakan zat basa yang digunakan untuk
menetralisir kelebihan asam di lambung. Antasida adalah basa yang meningkatkan pH
lumen lambung. Antasida sangat bermanfaat dalam pengobatan gangguan saluran cerna.
Antasida dapat meredakan gejala yang timbul pada dyspepsia serta penyakit
gastroesofagitis atau refluks gastroesofagus non-erosif. Singkatnya, dapat diamati bahwa
peran perawat dalam penggunaan antasida memiliki dampak yang signifikan terhadap
pengelolaan pasien dengan gangguan lambung dan gastrointestinal. Artikel ini
menjelaskan bagaimana perawat bertindak sebagai penghubung penting antara pasien dan
perawatan yang diberikan. Pengetahuan luas perawat tentang antasida, dosis yang benar,
interaksi obat, dan kemungkinan efek samping menunjukkan bahwa perawat memiliki
peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa pasien dikelola dengan baik.
pengobatan yang aman dan efektif. Selain itu, perawat juga berperan dalam mengedukasi
pasien secara lengkap tentang penggunaan antasida, memberikan informasi tentang tujuan
pengobatan, dosis yang tepat, dan langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
efeknya. tambahan. Oleh karena itu, koordinasi yang baik antara perawat, dokter, dan tim
medis lainnya menjadi kunci untuk mencapai hasil terbaik dalam penanganan gangguan
lambung dan pencernaan. Temuan ini menyoroti bahwa peran perawat dalam penggunaan
antasida tidak terbatas pada pemberian obat, tetapi juga mencakup aspek edukasi,
pengawasan, dan kolaborasi tim medis untuk memberikan perawatan. komprehensif bagi
pasien.

3.2 Saran
Pertama, perawat yang bertanggung jawab dalam pemberian antasida

17
perlu melakukan pelatihan. Pelatihan ini dapat mencakup pemahaman mendalam
tentang antasida, mekanisme kerjanya, interaksi obat, dan metode pemantauan
pasien. Selain itu, perawat harus secara aktif berkolaborasi dengan tim medis
untuk mengumpulkan informasi pasien yang diperlukan sebelum memberikan
antasida, seperti riwayat kesehatan, alergi, dan penggunaan obat lain. Saat
menggunakan antasida, perawat harus melibatkan pasien dalam pengobatan
dengan memberikan edukasi yang jelas tentang penggunaan obat, dosis yang
dianjurkan, dan kemungkinan efek samping. Selain itu, perawat juga dapat
menjaga komunikasi terbuka dengan pasien untuk menjawab setiap kekhawatiran
atau pertanyaan yang muncul. Terakhir, pemantauan pasien setelah pemberian
antasida harus dilakukan dengan hati-hati dan, jika perlu, perawat dapat
melaporkan ke tim medis untuk evaluasi lebih lanjut. Dengan melakukan langkah-
langkah tersebut, perawat akan dapat mengoptimalkan perannya dalam pemberian
antasida yang efektif, aman, dan disesuaikan dengan kebutuhan pasiennya.

18
Daftar Pustaka

Dinkes Kabupaten Jombang. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2018. Dinas
Kesehatan Kabupaten Lumajang, 82–88.
UNSRI, S. P. D. F. F. K. (n.d.). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Egc.
https://books.google.co.id/books?id=MVw2VCMXrEgC
Pahlani, E., Suryandani, T., & Ayu, F. (2022). Gambaran Pengetahuan Pasien Terhadap Penggunaan
Golongan Obat Antasida Di Apotek K-24 Kiaracondong Bandung. Journals of Ners Community,
13(05), 496–500.
Tampubolon, L. (2018). Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat
Terhadap Terjadinya Medication Error di Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 2018. Jurnal
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(3), 173–183. https://doi.org/10.7454/arsi.v4i3.2494

19
LAMPIRAN

KUANTITAS
NAMA DAGANG
JENIS OBAT

NAMA GENERIK

NOMOR
DOSIS PENDAFTARAN
YANG
TERSEDIA
PEMEBERINA
DALAM
PRODUK

PABRIK
OBAT
TANGGAL
KADALUARSA

20

Anda mungkin juga menyukai