Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SWAMEDIKASI

“KONSTIPASI”

Dosen Pembimbing:
Devi Ristian Octavia, M. Si., Apt

Nama kelompok :
Merrynda Riadhotun Nikmah (1802050199)
Nur Lilla Amalia (1802050203)
Muhammad Lazuar Hakim (1802050214)
Naily Maulidiyah Shohifah Alul (1802050216)
Nuri Mufidatul Ulya (1802050232)
Najela Ayu Agustina (1802050234)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “konstipasi”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Ibu Devi Ristian Octavia selaku Dosen mata kuliah Swamedikasi Universitas
Muhammadiyah Lamongan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai swamedikasi dari biang kerinat. Dan harapan kami semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam percobaan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga percobaan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Lamongan, 23 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Swamedikasi........................................................................................................3
2.2  Definisi Sembelit...................................................................................................................3
2.3  Klasifikasi Sembelit...............................................................................................................4
2.4  Epidemiologi Sembelit..........................................................................................................4
2.5  Etiologi / Penyebab Sembelit.................................................................................................4
2.6  Patofisiologi Sembelit............................................................................................................6
2.7  Tanda Dan Gejala Sembelit...................................................................................................8
2.8  Hal yang dapat dilakukan ( Non) Medik...............................................................................9
2.9  Terapi Essensial.....................................................................................................................9
2.10Terapi Non Essensial......................................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................8
Daftar Pustaka........................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konstipasi atau sembelit merupakan gejala proses defekasi yang bermasalah, ditandai dengan
berkurangnya frekuensi defekasi kurang dari 2 kali seminggu, dengan konsistensi feses yang
keras, disertai rasa sakit waktu mengejan (Dharmika,2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sembelit kurang mengkonsumsi makanan
berserat, kurang minum air, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, perubahan rutinitas
hidup dan kurang aktivitas. Sembelit dapat juga akibat efek sampang penggunaan obat-obat
tertentu, dan adanya penyakit-penyakit tertentu (Tjay dan Kirana, 2007). Sembelit apabila tidak
dapat diatasi secara non farmakologis. Dapat diatasi dengan terapi farmakologis baik secara
konvensional maupun dengan oba tradisional. Terapi dengan obat tradisional saat ini sedang
trend digunakan hal ini mendapat dukungan langsung dari pemerintah dengan diterbitkannya
PerMenKes RI No.003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan (Seminar Nasional Farmasi, 2010).
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia dan telah lama digunakan oleh masyarakat,
serta merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun. Tujuan diadakannya
Saintifikasi jamu antara lain untuk penelitian dan pengembangan untuk mendukung bukti-bukti
empiris obat tradisional yang sudah dipergunakan oleh masyarakat. Salah satu obat
tradisional yang secara empiris banyak digunakan oleh masyarakat adalah obat untuk
melancarkan buang air besar. Tanaman obat yang digunakan untuk melancarkan buang air
besar salah satunya adalah kelembak “PT. B” yang merupakan produsen jamu modern
memproduksi jamu dengan indikasi untuk melancarkan buang air besar dengan
menggunakan simplisia akar kelembak. (Rheum officinale Baill).
1.2  Rumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian swamedikasi.
2.      Untuk mengetahui definisi sembelit.
3.      Untuk mengetahui klasifikasi sembelit.
4.      Untuk mengetahui epidemiologi sembelit
5.      Untuk mengetahui etiologi / penyebab sembelit.
6.      Untuk mengetahui patofisiologi sembelit dan tanda dan gejala sembelit
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Swamedikasi
Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas dipasaran
yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah,
2004). The International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau
self-medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas
inisiatifnya sendiri (FIP, 1999).
Menurut World Health Organization (WHO), swamedikasi atau pengobatan sendiri
merupakan kegiatan pemilihan dan penggunaan obat baik itu obat modern, herbal, maupun obat
tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati penyakit ringan dan lebih terfokus pada
penanganan terhadap gejala penyakit secara cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh
konsultan medis kecuali apoteker (WHO, 1998)
2.2  Definisi Sembelit (Konstipasi)
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak
adanya gerakan peri staltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar
dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menim bulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan istilah
sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang
keras, rasa buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat
mengeluarkannya), atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka
mengalami konstipasi apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat
bervariasi dari tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati, 2012).
2.3  Klasifikasi Sembelit (Konstipasi)
Klasifikasi Konstipasi Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi
akut dan konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 4
minggu. Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu disebut
konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kroonik biasanya lebih sulit disembuhkan (Kasdu
2005 ).
2.4  Epidemiologi Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang terbanyak pada usia lanjut. Terjadi
peningkatan keluhan ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di atas 65 tahun
mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30% orang berusia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur
menggunakan obat pencahar. Di Australia, sekitar 20% dari populasi berusia di atas 60 tahun
mengeluh mengalami konstipasi dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria.
Suatu penelitian yang melibatkan 3000 orang berusia diatas 65 tahun menunjukkan sekitar
34% perempuan dan 26 % pria yang mengeluh konstipasi (Pranaka, 2009).
Konstipasi mempengaruhi 2% hingga 27% (rata-rata 14,8%) dari populasi orang dewasa di
Amerika Utara sekitar 63 juta orang. Konstipasi lebih mempengaruhi perempuan dari pada
laki-laki dan kulit hitam lebih sering dari pada kulit putih. Hal ini terjadi pada semua
kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun dan
umur dibawah 4 tahun (Orenstein, 2008).
Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak. Penelitian Loening
Baucke (2007) didapatkan prevalensi konstipasi pada anak usia 4-17 tahun adalah 22,6%,
sedangkan prevalensi konstipasi pada anak usia di bawah 4 tahun hanya sebesar 16%.
Penelitian Rasquin dkk . (2006) didapatkan bahwa 16% anak usia 9-11 tahun menderita
konstipasi. Sebanyak 90-97% kasus konstipasi yang terjadi pada anak merupakan suatu
konstipasi fungsional (Van Den Berg dkk,2006) dan kejadiannya sama antara laki-laki dan
perempuan (Loening-Baucke,2004). Hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh
Borowitz dkk.(2003),konstipasi lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki dengan
perbandingan 2:1. Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah taman kanak-
kanak di wilayah Senen, Jakarta. Prevalensi konstipasi didapatkan sebesar 4,4%
(Firmansyah,2007).
Konsensus menyimpulkan bahwa konstipasi kronis memiliki estimasi prevalensi 5-21% di
wilayah Amerika latin, dengan rasio perempuan dan laki-laki 3:1. Individu dengan Konstipasi,
75% menggunakan beberapa jenis obat. (Weissermann, 2008).
2.5  Etiologi Sembelit (Konstipasi)
Adapun penyebab dari konstipasi sebagai berikut :
Pola hidup, diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur,
kurang olahraga.
a.       Diet rendah serat :
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan
produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah
serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lambat di saluran cerna. Meningkatnya
asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut
(Siregar, 2004)
Diet rendah serat : Dietary Reference Intake (DRI) serat berdasarkan National Academy
of Sciences (Drummond and Brefere,2007):
1. Anak-anak
1–3 tahun : 19 gram/hari
4–8 tahun : 25 gram/hari
2. Pria
9–13 tahun : 31 gram/hari
14–18 tahun : 38 gram/hari
9–30 tahun : 38 gram/hari
30–50 tahun : 38 gram/hari
>50 tahun : 30 gram/hari
3. Wanita
9–13 tahun : 26 gram/hari
14–18 tahun : 26 gram/hari
19–30 tahun : 25 gram/hari
30-50 tahun : 25 gram/hari
>50 tahun : 21 gram/hari
b.   Kurang cairan/minum :
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehingga meningktakan reabsorbsi dari chyme (Siregar, 2004).
c.       Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB
yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, reflex-refleks ini
terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk
defekasi habis. Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini; orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan
keinginan buar air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang
tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik
untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB teratur dalam kehidupan (Siregar,
2004).
2.      Obat–obatan
Banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya seperti ;
morfin, codein sama halnya dengan obat obatan adrenergic dan antikolinergik, melambatkan
pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan
konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih
secara local pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai
efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar,2004).

2.6  Patofisiologi Sembelit (Konstipasi)


Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa
yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap
oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum (dubur), yang dalam keadaan normal
mendorong terjadinya gerakan peristaltik usus besar. Pengeluara n feses secara normal, terjadi
sekali atau dua kali setiap 24 jam (Akmal, dkk, 2010).
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantar feses ke rectum untuk
dikeluarkan. Feses masuk dan merenggangkan ampula dari rekum diikuti relaksasi dari
sfingter anus interna. Untuk menghindari pengeluaran feses secara spontan, terjadi reflex
kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang dipersarafi oleh saraf
pudendus. Otak menerima rangsangan keinginan untuk buang air besar dan sfingter anus
eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isi nya dengan bantuan
kontraksi otot dinding perut. Kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot-otot levator ani (Pranaka, 2009).
Ketika serat yang dikonsumsi sedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras. Konstipasi
akan timbul, dimana dalam proses defekasi terjadi tekanan yang berlebihan dalam usus besar
(kolon) keluar dari otot, membentuk kantong kecil yang disebut diverticula. Hemoroid juga
bisa sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan saat defekasi (Wardlaw, Hampl, and
DiSilvestro, 2004).
Hampir 50% dari pasien dengan penyakit divertikular atau anorektal, ketika ditanya,
menyangkal mengalami konstipasi/sembelit. Namun, hampir semua pasien ini memiliki gejala
ketegangan atau jarang defekasi (Basson, 2010)
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebab multipel mencakup beberapa faktor yaitu:
1. Diet rendah serat , karena motalitas usus bergantung pada volume isi usus. semakin besar
volume akan semakin besar motalitas.
2. Gangguan refleks dan psikogenik. Hal ini termasuk
 a.       fisura ani yang terasa nyeri dan secara refleks meningkatkan tonus sfingter ani
sehingga semakin meningkatnya nyeri;
 b.      Yang disebut anismus (obstruksi pintu bawah panggul), yaitu kontraksi (normalnya
relaksasi) dasar pelvis saat rectum terenggang.
3. Gangguan transport fungsional, dapat terjadi karena kelainan neurogenik, miogenik, refleks,
obat-obatan atau penyebab iskemik (seperti trauma atau arteriorsklerosis arteri mesentrika).
4. Penyebab neurogenik. Tidak adanya sel ganglion di dekat anus arena kelainan kongenital
(aganglionosis pada penyakit Hirschsprung) menyebabkan spasme yang menetap dari segmen
yang terkena akibat kegagalan relaksasi reseptif dan tidak ada refleks penghambat anorektal
(sfingterani internal gagal membuka saat rektum mengisi).
5. Penyakit miogenik. Distrofi otot, sclerosis derma, dermatomiosistis dan lupus eritamatosus
sistemik.
6. Obstruksi mekanis di lumen usus (misal, cacing gelang, benda asing, batu empedu).
7. Pada beberapa pasien konstipasi dapat terjadi tanpa ditemukannya penyebabnya. Stress
emosi atau psikis sering merupakn faktor memperberat keadaan yang disebut irritable colon
(Silbernag, 2006).

2.7  Tanda dan Gejala


Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan
pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit sebagai berikut:
a) Perut terasa begah, penuh dan kaku;
b) Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas mengerjakan
sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
c) Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan stress, rentan
sakit kepala bahkan demam;
d) Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat,
tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan produktivitas kerja;
e) Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada biasanya;
f) Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan tubuh
berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekan-nekan perut terlebih
dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang feses (bahkan sampai mengalami
ambeien/wasir);
g) Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu disertai rasa
sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena mengalami wasir
sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman;
h) Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
i) Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada bunyi saat
air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat daripada
biasanya;
j) Terjadi penurunan frekuensi buang air besar; Adapun untuk sembelit kronis (obstipasi),
gejalanya tidak terlalu berbeda hanya sedikit lebih parah, diantaranya:
k) Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas;
l) Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil;
m) Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu;
n) Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat;
o) Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri;

2.8  Terapi Non Farmakologi


Adapun cara-cara menanggulanginya yaitu :
         Memperbaiki pola makan dan mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran dan
buah.
         Minum air putih minimum 8 gelas tiap harinya
         Berolahraga secara teratur karena olahraga dapat membantu meningkatkan fungsi pencernaan
         Kurangi stress
         Gunakan obat pencahar bila benar-benar dibutuhkan
2.9  Terapi Farmakologi
Obat Farmakologi adalah terapi yang menggunakan obat terpilih yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang
diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya (KepMenKes RI,
2013)
Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek Samping
Vegeta Memudahkan dan - Untuk buang air Perut terasa
melancarkan buang besar secara penuh
air besar dan juga lancar dan alami
sebagai pengganti sehari 2-3 x 1
makanan sachet dan
untuk
memenuhi
kebutuhan serat
sehari 1 sachet
1-3 x sehari
Kompolax Melembekkan feses - Dewasa: 2 sdtk Alergi kulit
pada kosntipasi larutan, anak: 6-
atoni, peradangan 12 t: 1 sdtk
sekitar anus larutan.
misalnya hemoroid,
dan paska operasi.
Dulcolax Melancarkan buang Ileus obstruksi Dewasa: sehari
air besar, digunakan usus buntu dan 1x1
pada kasus kontipasi radang usus suppositorium
atau sembelit, akut. atau sehari 1x2
persiapan prosedur tab, 4 thn
diagnostik terapi keatas: sehari
sebelum dan 1x1 supp anak
sesudah operasi, atau seharin1x1
mempercepat tab, diberikan
defekasi. pada malam hari
sebelum tidur.
Prolaxan Konstipasi, Ileus, obstruksi Dewasa 2 tab/hr Gangguan
meredakan nyeri pada abdomen sebelum tidur gastrointestinal
selama BAB seperti yang atau ½ jam dan reaksi alergi
hemoroid, untuk memerlukan sesudah bangun
membantu tindakan oprasi tidur. Anak > 4
mengosongkan isi termasuk thn 1 tab 1x/hr.
usus sebelum dan apendistis,
sesudah oprasi. penyakit
inflamasi pada
usus besar,
dehidrasi berat.
Mucoflax Melancarkan IDDM tidak Dewasa dan
regulasi feses pada terkontrol anak > 12 thn 1
konstipasi ataupun dengan baik, sachet 2 sehari
kronik konstipasi. anak < 12 thn 6x
Maximus Konstipasi, 2 kapsul 2x
mengurangi absorpsi sehari.
lemak dalam saluran Maksimal 5
cerna. Mengurangi kapsul sehari.
gejala gejala
hemoroid,
menghambat
keinginan untuk
makan.
Menghambat
absorpsi
karbohidrat.
Laxing Membantu 1 -2 kapsul
melancarkan buang diminum
air besar, tanpa sebelum tidur
menyebabkan rasa
mulas dan mencret.
Membantu
melunakkan tinja
Stolax Konstipasi akut atau Dewasa dan Rasa tidak enak
kronik. anak > 12 thn 1 pada abdomen
Membersihkan usus supp/hr, < 12
besar sebelum thn ½ supp/hr
oprasi, pemeriksaan
lab atau radiologi.
Dulcolactol Terapi konstipasi, Pasien dengan Dewasa : dosis
konstipasi kronis, obstruksi awal 2 x 15 ml /
portal sistemik intestinal, hari, Anak
encelopati, termasuk hipersensitifitas, anak : Usia 5 –
keadaan prekoma pasien 10 th : dosis
hepatik, dan koma galaktosemia. awal 2 x 10 ml /
hepatik. hari.
Lactulax Konstipasi kronik, Dewasa 15-45 Penggunaan
ensefalopati portal- ml, anak 5-14 jangka panjang:
sistemik. thn 15 ml, 1-5 rasa tidak enak
thn 5-10 ml, pada perut dan
bayi < 1 thn 5 lambug, diare,
ml. kram lambung,
rasa haus.
Lactulos Konstipasi Galaktosemia, Dewasa: untuk Kembung, kram
obstruksi usus. kontipasi kronik dan rasa tidak
sedang : 1 x enak pada
sehari 15-30 ml, abdomen, diare,
untuk kontipasi mual, muntah,
kronik berat : 2x mulut kering.
sehari 15 ml.
Opilax Kontipasi kronik Jangan 15-30 ml, anak
dan ensefalopati diberikan pada 7-14 thn: 15 ml,
portal sistemik. pasien obtruksi anak 1-6thn: 5-
usus. 10 ml, bayi <
1thn: 5 ml
Flet Enema Meredakan Penderahan Dewasa dan
konstipasi, untuk rektum, anak > 12 thn1
bilas usus sebelum penyakit ginjal, botol/hr.
proktoskopi, diet restriksi Na,
sigmoidoskopi dan mual dan
pemeriksan x-ray. muntah dan
nyeri abdomen.
Microlax Konntipasi rektal Dewasa dan
dan sigmoid, anak > 3 bulan 1
konstipasi pada tube per rektal.
kehamilan, Anak < 3 bulan
konstipasi bakal atau 0,5 tube per
peralihan pada anak. rektal.
2.10 . Terapi Non Esensial
1.      Mengkudu (Hikmah et,al.2016)
Khasiat : Mengatasi Konstipasi
Cara penggunaan :
         Diambil dua buah mengkudu
         Dicuci bersih dan kemudian diparut
         Tambah sedikit garam dan aduk hingga rata
         Peras dengan menggunakan kain
         Diminum dua kali sehari
2.      Rebusan daun Pepaya (Yulianti et,al.2016)
Khasiat : Mengatsi Konstipasi
Cara Penggunaan :
 Ambil 4 lembar daun papaya ( 100gr)
 Dikeringkan hingga setengah layu
 Potong-potong dan rendam dengan air sekitar 2 liter air didalam panic
 Rebus air dan daun papaya dan didihkan tanpa ditutup sampai air rebusan berkurang
setengahnya.
 Lalu disaring dan disimpan didalam botol.
 Diberikan 250 cc sehari sekali selama 3 hari berturut-turut.
3.      Daun Ceremai (Nofianti et al.2014)
         1 gengam daun cermai dicuci
         Ditumbuk hingga halus
         Diseduh menggunakan air panas
         Tambahkan satu sendok madu dan aduk sampai rata.
         Diminum sehari 2 kali.
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air
besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan
atau feses yang keras.
Penatalaksanaan dari konstipasi yaitu menggunakan pengobatan non esensial yaitu dengan
menggunakan daun papaya, daun alamanda, dan mengkudu untuk pengobatan essensialnya
dengan menggunakan dlucolax , lactulose dan lain-lainnya yang bersifat laksative.
3.2    Saran
Penanganan secara swamedikasi harus mengetahui efek ssamping dan kontrainsikasi pada obat
yang dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya interaksi obat dan efek samping dari obat yang
digunakan. Konsumsi air putih yang cukup untuk mengati konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Mutaroh,Dkk,.2010.Ensiklopedi Kesehatan Untuk Umum,.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Dharmika Djojoningrat.2006.Inflammatory Bowel Disease :Alur Diagnosis dan Pengobatannya di
Indonesia Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, editor : Aru W. Sudoyo dkk. Edisi
IV.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Djojoningrat, D,. 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B,.Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
FIP, 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and TheWorld Self-
Medication Industry: Responsible Self-Medication. FIP & WSMI,p.1-2.
Hikmah et al.2016.Efektifitas laksatif perasan buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada mencit
jantan putih galur swiss Webster yang diinduksi gambir dengan metode transit intestinal.STIKes
Ngudi Waluyo. Ungaran.
ISO. 2013-2014. Iso Indonesia Indformasi Spesialite Obat Volume 48. Jakarta: penerbit PT. ISFI
MIMS. 2013-2014. MIMS Petunjuk Konsultasi ed 13. Jakarta PT Medidata Indonesia.
Nofianti Et Al.2014.Aktivitas Laksatif Infusa Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus L) Pada Mencit,
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1. STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya.
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I, Penerbit EGC,
Jakarta.
Tan H.T. & Drs. Kirana Rahardja. 1993.SWAMEDIKASI Cara-cara mengobati gangguan sehari-hari
dengan obat-obat bebas sederhana Edisi pertama cetakan pertama.Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja,2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya,Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Uliyah, M., and Ahmad, H. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.
Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,dan Jackson, R.B. (2008a).Biologi Jilid 1(Edisi Kedelapan). Jakarta:
Erlangga.
Yulianti et al.2016. Pengaruh Air Rebusan Daun Pepaya Terhadap Konstipasi Lansia Studi Kasus di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 02 Cengkareng. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai