“KONSTIPASI”
Dosen Pembimbing:
Devi Ristian Octavia, M. Si., Apt
Nama kelompok :
Merrynda Riadhotun Nikmah (1802050199)
Nur Lilla Amalia (1802050203)
Muhammad Lazuar Hakim (1802050214)
Naily Maulidiyah Shohifah Alul (1802050216)
Nuri Mufidatul Ulya (1802050232)
Najela Ayu Agustina (1802050234)
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Swamedikasi........................................................................................................3
2.2 Definisi Sembelit...................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi Sembelit...............................................................................................................4
2.4 Epidemiologi Sembelit..........................................................................................................4
2.5 Etiologi / Penyebab Sembelit.................................................................................................4
2.6 Patofisiologi Sembelit............................................................................................................6
2.7 Tanda Dan Gejala Sembelit...................................................................................................8
2.8 Hal yang dapat dilakukan ( Non) Medik...............................................................................9
2.9 Terapi Essensial.....................................................................................................................9
2.10Terapi Non Essensial......................................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................8
Daftar Pustaka........................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstipasi atau sembelit merupakan gejala proses defekasi yang bermasalah, ditandai dengan
berkurangnya frekuensi defekasi kurang dari 2 kali seminggu, dengan konsistensi feses yang
keras, disertai rasa sakit waktu mengejan (Dharmika,2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sembelit kurang mengkonsumsi makanan
berserat, kurang minum air, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, perubahan rutinitas
hidup dan kurang aktivitas. Sembelit dapat juga akibat efek sampang penggunaan obat-obat
tertentu, dan adanya penyakit-penyakit tertentu (Tjay dan Kirana, 2007). Sembelit apabila tidak
dapat diatasi secara non farmakologis. Dapat diatasi dengan terapi farmakologis baik secara
konvensional maupun dengan oba tradisional. Terapi dengan obat tradisional saat ini sedang
trend digunakan hal ini mendapat dukungan langsung dari pemerintah dengan diterbitkannya
PerMenKes RI No.003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan (Seminar Nasional Farmasi, 2010).
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia dan telah lama digunakan oleh masyarakat,
serta merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun. Tujuan diadakannya
Saintifikasi jamu antara lain untuk penelitian dan pengembangan untuk mendukung bukti-bukti
empiris obat tradisional yang sudah dipergunakan oleh masyarakat. Salah satu obat
tradisional yang secara empiris banyak digunakan oleh masyarakat adalah obat untuk
melancarkan buang air besar. Tanaman obat yang digunakan untuk melancarkan buang air
besar salah satunya adalah kelembak “PT. B” yang merupakan produsen jamu modern
memproduksi jamu dengan indikasi untuk melancarkan buang air besar dengan
menggunakan simplisia akar kelembak. (Rheum officinale Baill).
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian swamedikasi.
2. Untuk mengetahui definisi sembelit.
3. Untuk mengetahui klasifikasi sembelit.
4. Untuk mengetahui epidemiologi sembelit
5. Untuk mengetahui etiologi / penyebab sembelit.
6. Untuk mengetahui patofisiologi sembelit dan tanda dan gejala sembelit
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Swamedikasi
Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas dipasaran
yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah,
2004). The International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau
self-medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas
inisiatifnya sendiri (FIP, 1999).
Menurut World Health Organization (WHO), swamedikasi atau pengobatan sendiri
merupakan kegiatan pemilihan dan penggunaan obat baik itu obat modern, herbal, maupun obat
tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati penyakit ringan dan lebih terfokus pada
penanganan terhadap gejala penyakit secara cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh
konsultan medis kecuali apoteker (WHO, 1998)
2.2 Definisi Sembelit (Konstipasi)
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak
adanya gerakan peri staltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar
dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menim bulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat dikenal dengan istilah
sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang
keras, rasa buang air besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat
mengeluarkannya), atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka
mengalami konstipasi apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat
bervariasi dari tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati, 2012).
2.3 Klasifikasi Sembelit (Konstipasi)
Klasifikasi Konstipasi Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi
akut dan konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 4
minggu. Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu disebut
konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kroonik biasanya lebih sulit disembuhkan (Kasdu
2005 ).
2.4 Epidemiologi Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang terbanyak pada usia lanjut. Terjadi
peningkatan keluhan ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di atas 65 tahun
mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30% orang berusia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur
menggunakan obat pencahar. Di Australia, sekitar 20% dari populasi berusia di atas 60 tahun
mengeluh mengalami konstipasi dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria.
Suatu penelitian yang melibatkan 3000 orang berusia diatas 65 tahun menunjukkan sekitar
34% perempuan dan 26 % pria yang mengeluh konstipasi (Pranaka, 2009).
Konstipasi mempengaruhi 2% hingga 27% (rata-rata 14,8%) dari populasi orang dewasa di
Amerika Utara sekitar 63 juta orang. Konstipasi lebih mempengaruhi perempuan dari pada
laki-laki dan kulit hitam lebih sering dari pada kulit putih. Hal ini terjadi pada semua
kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun dan
umur dibawah 4 tahun (Orenstein, 2008).
Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak. Penelitian Loening
Baucke (2007) didapatkan prevalensi konstipasi pada anak usia 4-17 tahun adalah 22,6%,
sedangkan prevalensi konstipasi pada anak usia di bawah 4 tahun hanya sebesar 16%.
Penelitian Rasquin dkk . (2006) didapatkan bahwa 16% anak usia 9-11 tahun menderita
konstipasi. Sebanyak 90-97% kasus konstipasi yang terjadi pada anak merupakan suatu
konstipasi fungsional (Van Den Berg dkk,2006) dan kejadiannya sama antara laki-laki dan
perempuan (Loening-Baucke,2004). Hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh
Borowitz dkk.(2003),konstipasi lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki dengan
perbandingan 2:1. Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah taman kanak-
kanak di wilayah Senen, Jakarta. Prevalensi konstipasi didapatkan sebesar 4,4%
(Firmansyah,2007).
Konsensus menyimpulkan bahwa konstipasi kronis memiliki estimasi prevalensi 5-21% di
wilayah Amerika latin, dengan rasio perempuan dan laki-laki 3:1. Individu dengan Konstipasi,
75% menggunakan beberapa jenis obat. (Weissermann, 2008).
2.5 Etiologi Sembelit (Konstipasi)
Adapun penyebab dari konstipasi sebagai berikut :
Pola hidup, diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur,
kurang olahraga.
a. Diet rendah serat :
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan
produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah
serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lambat di saluran cerna. Meningkatnya
asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut
(Siregar, 2004)
Diet rendah serat : Dietary Reference Intake (DRI) serat berdasarkan National Academy
of Sciences (Drummond and Brefere,2007):
1. Anak-anak
1–3 tahun : 19 gram/hari
4–8 tahun : 25 gram/hari
2. Pria
9–13 tahun : 31 gram/hari
14–18 tahun : 38 gram/hari
9–30 tahun : 38 gram/hari
30–50 tahun : 38 gram/hari
>50 tahun : 30 gram/hari
3. Wanita
9–13 tahun : 26 gram/hari
14–18 tahun : 26 gram/hari
19–30 tahun : 25 gram/hari
30-50 tahun : 25 gram/hari
>50 tahun : 21 gram/hari
b. Kurang cairan/minum :
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya
chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal,
sehingga meningktakan reabsorbsi dari chyme (Siregar, 2004).
c. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan BAB
yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, reflex-refleks ini
terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk
defekasi habis. Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini; orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan
keinginan buar air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang
tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik
untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB teratur dalam kehidupan (Siregar,
2004).
2. Obat–obatan
Banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya seperti ;
morfin, codein sama halnya dengan obat obatan adrenergic dan antikolinergik, melambatkan
pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan
konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih
secara local pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai
efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar,2004).
3.1 Kesimpulan
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air
besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan
atau feses yang keras.
Penatalaksanaan dari konstipasi yaitu menggunakan pengobatan non esensial yaitu dengan
menggunakan daun papaya, daun alamanda, dan mengkudu untuk pengobatan essensialnya
dengan menggunakan dlucolax , lactulose dan lain-lainnya yang bersifat laksative.
3.2 Saran
Penanganan secara swamedikasi harus mengetahui efek ssamping dan kontrainsikasi pada obat
yang dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya interaksi obat dan efek samping dari obat yang
digunakan. Konsumsi air putih yang cukup untuk mengati konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Mutaroh,Dkk,.2010.Ensiklopedi Kesehatan Untuk Umum,.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Dharmika Djojoningrat.2006.Inflammatory Bowel Disease :Alur Diagnosis dan Pengobatannya di
Indonesia Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, editor : Aru W. Sudoyo dkk. Edisi
IV.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Djojoningrat, D,. 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B,.Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
FIP, 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and TheWorld Self-
Medication Industry: Responsible Self-Medication. FIP & WSMI,p.1-2.
Hikmah et al.2016.Efektifitas laksatif perasan buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada mencit
jantan putih galur swiss Webster yang diinduksi gambir dengan metode transit intestinal.STIKes
Ngudi Waluyo. Ungaran.
ISO. 2013-2014. Iso Indonesia Indformasi Spesialite Obat Volume 48. Jakarta: penerbit PT. ISFI
MIMS. 2013-2014. MIMS Petunjuk Konsultasi ed 13. Jakarta PT Medidata Indonesia.
Nofianti Et Al.2014.Aktivitas Laksatif Infusa Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus L) Pada Mencit,
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1. STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya.
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I, Penerbit EGC,
Jakarta.
Tan H.T. & Drs. Kirana Rahardja. 1993.SWAMEDIKASI Cara-cara mengobati gangguan sehari-hari
dengan obat-obat bebas sederhana Edisi pertama cetakan pertama.Jakarta
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja,2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya,Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Uliyah, M., and Ahmad, H. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.
Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,dan Jackson, R.B. (2008a).Biologi Jilid 1(Edisi Kedelapan). Jakarta:
Erlangga.
Yulianti et al.2016. Pengaruh Air Rebusan Daun Pepaya Terhadap Konstipasi Lansia Studi Kasus di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 02 Cengkareng. Jakarta.