Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TERAPI PIJAT SEMBELIT


Dosen Pengampu: Ratih Kumorojati, S. SiT,. M.Kes

Disusun Oleh: Kelompok 2


Sintia Wati Harmain : 222207118
Anggi Veren Nita : 222207119
Bella Nurmala : 222207120
Rana Ismawati : 222207121

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah pada Mata Kuliah
Massage Dalam Asuhan Kebidanan dengan Judul Terapi Pijat Sembelit. Adapun
maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
Massage Dalam Asuhan Kebidanan dengan Judul Terapi Pijat Sembelit.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan Terima kasih semoga Makalah Terapi


Pijat Sembelit ini bisa bermanfaat bagi seluruh mahasiswa/i Program Studi
Kebidanan S-1 Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.

Yogyakarta, 18 September 2023

Penyusun
KATA PENGANTAR......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Pengertian Dari Terapi Pijat Sembelit Pada Bayi.................................
2.2 Penyebab Dari Sembelit Pada Bayi......................................................
2.3 Cara Pencegahan dan Mengatasi Konstipasi Dari Terapi Pijat Sembelit
2.4 Alat Yang Diperlukan Sebelum Dilakukan Terapi Pijat Sembelit.......
2.5 Langkah-langkah Terapi Pijat Sembelit................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................


3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sembelit merupakan kejadian buang air besar yang tidak lebih dari sekali
setiap tiga hari. Pada anak normal, konsistensi tinja dan frekuensi buang air
besar dapat bervariasi. Gejala sulit buang air besar biasanya ditandai dengan
konsistensi tinja yang keras, ukuran besar, dan frekuensi buang air besar yang
menurun. Menurut patofisiologinya, sembelit atau konstipasi dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konstipasi karena gangguan organik dan
konstipasi fungsional (Iacono, 2010).
Kejadian konstipasi terjadi karena ketidakmampuan melakukan evakuasi
tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat
dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan
sebelumnya serta pada perabaan perut teraba massa tinja (skibala). Sebab
utama konstipasi fungsional sebenarnya adalah adanya riwayat trauma
sebelumnya saat berhajat, bisa karena nyeri karena tinja yang keras, atau
karena toilet fobia yaitu ketakutan ke toilet akibat toilet yang jorok, ada kecoa,
bau, dan lain lain. Akibat trauma tersebut anak menahan tinjanya dan tidak
mau berhajat. Karena ditahan tinja akan semakin keras karena air diserap oleh
dinding usus, sehingga saat anak berusaha berhajat semakin terasa sakit,
karena sakit semakin ditahan oleh si anak, sehingga keadaan tersebut menjadi
seperti lingkaran setan. Lingkaran setan ini harus diputus dengan cara
menghilangkan trauma pada anak tersebut, dan membuat kondisi supaya anak
merasa nyaman saat berhajat, tidak sakit, tidak takut dan tidak menahan
tinjanya (Ikatan Dokter Indonesia, 2015).
Penyebab tersering sembelit pada anak yaitu fungsional sekitar 95%, dan
hanya 5% karena penyebab organik. Penyakit Hirschsprung merupakan
penyebab organik paling banyak. Sembelit fungsional diawali adanya nyeri
saat BAB yang menyebabkan anak menahan tinja karena ingin menghindari
nyeri. Beberapa faktor seperti perubahan rutinitas, diet, peristiwa stres,
tertunda BAB (sekolah pagi), tidak ada toilet (di perjalanan), latihan toilet
terlalu dini menyebabkan tinja keras dan besar yang meregangkan saluran anal
dan menimbulkan nyeri, akibatnya anak ketakutan dan menghindari BAB.
Saat menahan BAB melalui kontraksi sfingter anal eksternal dan otot gluteal,
terjadi stasis tinja berkepanjangan di rektum sehingga terjadi penyerapan
cairan, akhirnya tinja menjadi lebih keras, dan retensi berturut-turut
menyebabkan tinja membesar, dan bila melewati rektum timbul nyeri lebih
besar, dengan demikian terjadi lingkaran setan (Poddar, 2016).
Secara umum definisi sembelit menurut North American Society for
Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPHGAN) adalah kesulitan atau
keterlambatan buang air besar selama dua minggu atau lebih, dan dapat
menyebabkan stres pada pasien. Konstipasi merupakan masalah kesehatan
pada anak yang masih cukup tinggi. Mengacu pada definisi NASPGHAN,
kejadian konstipasi pada anak dapat mencapai lebih dari 30%. Konstipasi
dapat menyebabkan 3% kunjungan pasien ke dokter anak umum dan 15-25%
kunjungan ke konsultan gastroenterologi anak. Sebagian besar konstipasi pada
anak (>90%) bersifat fungsional dimana pada pemeriksaan lebih lanjut
biasanya tidak ditemukan kelainan organik, 40% diantaranya dimulai dari usia
satu sampai empat tahun (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015).
Patofisiologi sembelit di masa kecil dianggap multifaktorial. Predisposisi
genetik, status sosial ekonomi rendah, asupan serat harian rendah tidak
adekuat, intake cairan tidak adekuat, dan imobilitas telah diusulkan sebagai
faktor yang berkontribusi menyebabkan sembelit. Faktor etiologi yang paling
umum yang ditemukan pada anak adalah perilaku menahan feses. Hal ini
biasanya terjadi setelah mengalami evakuasi tinja yang besar dan
menyakitkan. Perilaku menahan feses menyebabkan buang air besar
disinergis, evakuasi feses yang tidak lengkap, impaksi tinja, inkontinensia
tinja yang meluap, dan sensasi dubur berkurang (Van Mili, 2019).
Sembelit yang parah atau cukup parah jika tidak ditangani dengan baik
bisa menjadi obstipasi. Sembelit ini dapat menyebabkan kanker usus besar
yang berbahaya bagi bayi dan balita. Penanganan sembelit dilakukan dengan
terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi farmakologis dengan obat
pencahar sedangkan terapi nonfarmakologis dengan perubahan pola makan
dan perilaku, serta dengan melakukan terapi pijat (Wulandari, 2016).

Melalui teknik tertentu, pijat bayi diyakini mampu mengatasi kolik


sementara, sembelit dan bayi rewel (Rochmah, 2012). Pijat dapat
menstimulasi peristaltik, menurunkan waktu transit kolon, meningkatkan
frekuensi buang air besar pada pasien konstipasi, dan mengurangi rasa tidak
nyaman saat buang air besar. Oleh karena itu, pijat dapat menjadi salah satu
terapi alternatif untuk konstipasi (Suarsyaf, 2015). Pijat bayi adalah
pengobatan kesehatan berupa terapi sentuhan dengan teknik tertentu yang
diberikan kepada bayi sehingga pengobatan dan terapi dapat tercapai. Tujuan
pemberian pijatan pada bayi adalah untuk melepaskan endorfin sehingga
memberikan rasa rileks pada otot bayi yang akan membuat bayi lebih nyaman
membawa dirinya baik secara fisik maupun psikologis (Oktafirnanda, 2018;
Juwita, Septiana, 2019; Saddiyah Rangkuti, 2021).
Menurut Roesli (2016) pijat dapat dilakukan kapan saja, namun
membutuhkan waktu tertentu yang di anjurkan yaitu: pada pagi hari sebelum
mandi, karena sisa minyak pijat juga lebih mudah dibersihkan saat mandi dan
dapat memberikan rasa nyaman pada bayi di pagi hari. Pijat malam hari juga
sangat bagus. Karena setelah dipijat, biasanya bayi akan rileks dan mengantuk,
yang membantunya tertidur lebih nyenyak.
Selama pemijatan, bayi harus tetap tenang dan nyaman. Kondisi yang
dikatakan terasa tenang dan nyaman antara lain senyum penuh kasih dan
memainkan musik klasik agar bayi merasa lebih rileks saat bayi ceria, saat
perut penuh dengan makanan dan pemijat sedang tenang dan siap. Kamar
tempat bayi bisa dipijat nyaman hangat tapi tidak panas, kering tapi tidak
pengap, tidak berisik, cukup terang, dan kamar tanpa bau menyengat
mengganggu bayi (Roesli, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Saja Manfaat Pada Terapi Pijat Sembelit?
1.2.2 Dimana Titik Pemijatan Pada Terapi Pijat Sembelit?
1.2.3 Apa Saja Kontraindikasi Dari Terapi Pijat Sembelit?
1.2.4 Apa Saja Alat dan bahan Yang Diperlukan Sebelum Dilakukan Terapi
Pijat Sembelit?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Manfaat Pada Terapi Pijat Sembelit
1.3.2 Untuk Mengetahui Titik Pemijatan Pada Terapi Pijat Sembelit
1.3.3 Untuk Mengetahui Kontraindikasi Dari Terapi Pijat Sembelit
1.3.4 Untuk Mengetahui Alat dan Bahan Yang Diperlukan Sebelum
Dilakukan Terapi Pijat Sembelit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manfaat Terapi Pijat Sembelit
Pijat merupakan suatu gerakan manipulasi jaringan lunak di area
seluruh tubuh untuk memberikan kenyamanan kesehatan, seperti relaksasi,
peningkatan kualitas tidur, menurunkan kecemasan, atau manfaat pada bagian
fisik tertentu seperti nyeri otot. Pijat dapat memakan waktu sekitar 15-90
menit tergantung dari kondisi individu tersebut.
Pijat pada anak memiliki efek yang positif terhadap tumbuh kembang
anak. Beberapa manfaat pijat anak diantaranya: membantu meningkatkan
sistem imunitas, merilekskan tubuh anak sehingga dapat membuatnya tetap
tenang meski dalam kondisi stres, mengatasi kesulitan tidur, meningkatkan
proses tumbuh kembang anak, menumbuhkan perasaan positif pada anak,
mencegah timbulnya gangguan pencernaan, melancarkan buang air besar,
meningkatkan kesigapan anak dan koordinasi otot, meningkatkan kerja
system pernapasan, pencernaan, dan peredaran darah perifer, meningkatkan
rangsanagn dan konduksi impuls saraf, mengurangi rasa sakit, proses
pemijatan dapat mempengaruhi kerja jaringan tubuh dalam melebarkan
pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah ke seluruh
jaringan dan organ, merangsang produksi hormon endorfin sebagai pereda
rasa sakit sehingga menimbulkan rasa nyaman, merelaksasikan otot-otot dan
melenturkan persendian, dan membantu menghilangkan sel-sel mati dan
membuang racun-racun tubuh melalui kulit.
Mekanisme pijat abdomen terhadap konstipasi belum sepenuhnya
dimengerti, tapi kemungkinan akibat kombinasi dari stimulasi dan relaksasi.
Tekanan langsung pada dinding abdomen secara bergantian sesi tekan lepas
pada traktus gastrointestinal, distorsi ukuran lumen dan mengaktivasi reseptor
peregang yang dapat memperkuat refleks gastrokolik dan memicu kontraksi
intestinal dan rektal.
Pijat abdomen dipikirkan dapat mendorong feses dengan peningkatan
tekanan intra abdominal. Pada beberapa kasus neurologi, pijat dapat
memproduksi gelombang rektum yang menstimulasi reflex somato-
autonomik dan memberikan sensasi pada usus besar.
Pijat dapat menstimulasi gerakan peristaltik, menurunkan waktu transit
kolon, meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien konstipasi, dan
menurunkan perasaan tidak nyaman saat buang air besar. Laporan kasus
menunjukkan bahwa pijat efektif pada pasien dengan konstipasi kronik
karena berbagai diagnosis kelainan fisiologis dan pada pasien dengan
konstipasi fungsional jangka panjang.
Terapi pijat dapat membantu mempercepat perbaikan konstipasi kronis
fungsional. Bayi yang dipijat jarang mengalami mulas, sembelit, dan diare.
Dengan pijat pada abdominal atau perut secara teratur terjadi perubahan pola
makan.
Pijat umumnya menstimulasi metabolism seluler dan meningkatkan
distribusi nutrisi ke sel dan jaringan. Ketika nutrisi telah digunakan, tubuh
mengenali kebutuhan nutrisi dengan memicu nafsu makan. Pijat secara
mekanik dapat mendorong sisa pencernaan ke usus, tapi pijat juga memicu
respon saraf para simpatik yang meningkatkan aktivitas pencernaan sehingga
rasa lapar dapat menjadi efek refleks dari pijat.
2.2 Titik Pemijatan
a. Letakkan bayi di tempat nyaman
b. Gunakan krim atau minyak yang menyerap tubuh bayi
c. Meminta ijin kepada bayi
d. Membaca doa
e. Melepaskan baju bayi
f. Mengolesi perut bayi dengan minyak
g. Memijat bayi seperti huruf “n”
h. Memijat lembut dengan gerakan searah jarum jam

i. Memijat dengan Gerakan ILU


j. Memijat dengan Gerakan ILU

2.3 Kontraindikasi

Terapi pijat tidak boleh dilakukan dalam kondisi seperti demam,


menderita penyakit kulit menular, menderita penyakit atau infeksi menular,
dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah. Selain
itu tidak boleh memijat varises, luka baru, luka memar, dan tulang sendi yang
meradang atau bergeser.

Sebelum melakukan beberapa teknik pijat, orang tua perlu


memperhatikan beberapa hal:

a. Pilih waktu yang tepat untuk memijat


b. Singkirkan perhiasan yang dapat mengiritasi kulit bayi

2.3 Alat dan Bahan Yang Diperlukan Sebelum Dilakukan Terapi Pijat
a. Alas pijat
b. Minyak pijat ( gunakan minyak yang cocok untuk Si Bayi, utamakan yang
mudah menyerap)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejadian konstipasi terjadi karena ketidakmampuan melakukan evakuasi
tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat
dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan
sebelumnya serta pada perabaan perut teraba massa tinja (skibala). Sebab
utama konstipasi fungsional sebenarnya adalah adanya riwayat trauma
sebelumnya saat berhajat, bisa karena nyeri karena tinja yang keras, atau
karena toilet fobia yaitu ketakutan ke toilet akibat toilet yang jorok, ada kecoa,
bau, dan lain lain. Akibat trauma tersebut anak menahan tinjanya dan tidak
mau berhajat.
Melalui teknik tertentu, pijat bayi diyakini mampu mengatasi kolik
sementara, sembelit dan bayi rewel . Pijat dapat menstimulasi peristaltik,
menurunkan waktu transit kolon, meningkatkan frekuensi buang air besar
pada pasien konstipasi, dan mengurangi rasa tidak nyaman saat buang air
besar. Oleh karena itu, pijat dapat menjadi salah satu terapi alternatif untuk
konstipasi .
Menurut Roesli pijat dapat dilakukan kapan saja, namun membutuhkan
waktu tertentu yang di anjurkan yaitu: pada pagi hari sebelum mandi, karena
sisa minyak pijat juga lebih mudah dibersihkan saat mandi dan dapat
memberikan rasa nyaman pada bayi di pagi hari. Pijat malam hari juga sangat
bagus. Karena setelah dipijat, biasanya bayi akan rileks dan mengantuk, yang
membantunya tertidur lebih nyenyak.
3.2 Saran
a. Manfaat Bagi Klien
Memberikan masukan pengetahuan pada klien tentang manfaat
terapi pijat sambelit pada anak, dimana klien dapat mandiri
melakukan terapi pijat terhadap penurunan tingkat konstipasi.
b. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber
pengetahuan bagi masyarakat tentang terapi pijat sambelit pada
anak yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat secara efektif dan
efesien

c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat membantu ilmu pengetahuan dan
menjadi landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya serta
pengembangan wawasan tentang pengobatan komplementer.
DAFTAR PUSTAKA

Zahiyyah Suarsyaf Hani,dll (2015). Pengaruh Terapi Pijat terhadap Konstipasi.


Bagian Epidemiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas: Lampung
file:///C:/Users/user/Downloads/1417-2013-1-PB.pdf

Ariesta Dwi Andriani Ratna, dll (2023). Love You (Ily) Massage Terhadap
Kejadian Konstipasi Pada Balita. STIKES Cendekia Utama Kudus.
htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id,
file:///C:/Users/user/Downloads/1583-3040-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai