Anda di halaman 1dari 20

PIJAT OKETANI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Terkini

Disusun Oleh :
Erica Nur Afifah 205401446116

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya semua sehingga kelompok saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pijat Oketani”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Terkini dalam program
studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Nasional.
Penulisan paper ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati saya berharap kepada semua pihak agar dapat memberi
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk mendukung kesempurnaan
makalah ini serta saya harap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi masyarakat
yang membacanya, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa. Atas perhatiannya
saya ucapkan terima kasih.

Bogor, 18 Juni 2021

Erica Nur Afifah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2
A. BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 6
B. BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 7
1. Masa nifas .............................................................................................................. 7
a. Pengertian Nifas .................................................................................................. 7
b. Tahapan pada Ibu Nifas ...................................................................................... 7
c. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas .................................................................. 7
2. Produksi ASI............................................................................................................ 9
a. Pengertian ASI .................................................................................................... 9
b. pengeluaran ASI.................................................................................................. 9
c. Tanda-Tanda Kelancaran ASI............................................................................. 9
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI........................................................... 10
e. Penatalaksanaan Produksi ASI ......................................................................... 11
3. Pijat Oketani ........................................................................................................... 12
a. Pengertian Pijat Oketani ................................................................................... 12
b. Dasar Penatalaksanaan Pijat Oketani ................................................................ 13
c. Karakteristik Pijat Oketani ................................................................................ 13
d. Teknik Pijat Oketani ......................................................................................... 13
e. Efektivitas Pijat Oketani ................................................................................... 17
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18
1. Kesimpulan ............................................................................................................ 18
2. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain ASI tidak segera keluar pada hari pertama paska melahirkan, ibu merasa
ASI keluar sedikit, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan putting susu
ibu dan pengaruh promosi susu pengganti ASI (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2018).Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015, persentase pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 61,6 %,
sedikit meningkat dibandingkan persentase pemberian ASI eksklusif tahun
2014 yaitu 60,7 %. Kabupaten/kota dengan persentase pemberian ASI
eksklusif tertinggi adalah Cilacap yaitu 86,3 %, diikuti Purworejo 85 %, dan
Temanggung 83,7 % (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018).
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena
timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah
dalam menyusui. Adapun masalah yang menyebabkan ibu gagal dalam
menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara
(mastitis). (Sulystyawati, 2009).
Masalah yang terjadi pada masa menyusui diantaranya adalah
tersumbatnya saluran ASI yang menyebabkan rasa sakit, demam, payudara
berwarna merah teraba ada benjolan yang terasa sakit atau bengkak dan
payudara mengeras, hal tersebut dapat mempengaruhi proses pemberian ASI
(Riksani,2012). Kesulitan yang dihadapi oleh Ibu Nifas yang menyusui pada
awal 1 minggu pertama setelah melahirkan yaitu kurangnya ASI, fisura
puting, puting terbalik, dan sebagainya. Pada kesimpulannya, bahwa jumlah
ASI dan pengelolaan puting dan payudara terus menjadi masalah (Eum,
Sohn, Kim, 2007). Pada tahun 1991, Bidan dari Jepang yang bernama
Sotomi Oketani meluncurkan pijat rancangannya yang diberi nama Oketani
Massage. Pijat tersebut telah tersertifikasi sebagai ahli dalam manajemen

3
laktasi. Pijat ini mengacu pada jenis pijat dengan 8 tehnik tangan, termasuk
7 tehnik memisahkan kelenjar susu dan 1 tehnik pemerahan untuk setiap
payudara kiri dan kanan. Dengan tujuan untuk mengatasi masalah ibu
Postpartum dengan masalah menyusui dengan pijatan tanpa rasa nyeri
(Oketani,2008). Metode pijat Oketani adalah metode manajemen payudara
unik yang dibuat oleh Ibu Sotomi Oketani. Dia juga berteori, berdasarkan
pengalaman lebih dari 30 tahun, bahwa menyusui meningkatkan ikatan ibu
dan anak. Pada tahun 1981, pijat oketani disahkan oleh pemerintah Korea
diformalkan metode yang disebut dan diberi nama “Oketani Breast
Management” (Oketani,2008).
Pijat oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak
menimbulkan rasa nyeri. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot
pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara
menjadi lebih lembut dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk
mengisap ASI. Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega dan nyaman
secara, meningkatkan kualit as ASI, mencegah putting lecet dan mastitis
serta dapat memperbaiki /meng urangi masalah laktasi yang disebabkan oleh
putting yang rata ( flat nipple), putting yang masuk kedalam (inverted).
Sebanyak 8 sampel dari 10 sampel yang diteliti menyatakan bahwa hasil
pijat oketani 80% efektif mengatasi masalaah payudara diantaranuya
untukkelancaran ASI dan putting yang tidak menonjol (Kabir & Tasnim,
2009). Pijat Oketani sendiri sudah terkenal dan sudah di aplikasikan di
Negaranegara maju seperti Korea, Tokyo dan Banglades, masih banyak
negara-negara yang sudah merasakan hasil yang baik dari pijat oketani yang
sudah dikembangkan oleh Sotomi Oketani. Pijat Oketani sudah erat
kaitannya dengan keefektifitasan pijat payudara yang sudah di terapkan di
Negaranegara maju di dunia (Oketani, 2008). Metode pijat oketani ini,
untuk ibu mengalami masalah dengan menyusui, misalnya kurangnya susu
yang dihasilkan, payudara tegang menyakitkan dan juga bayi yang
menunjukkan keengganan untuk minum ASI. Sesi brainstorming teknik
manajemen payudara yang unik Oketani terdiri dari bidan yang memenuhi
syarat yang selesai pelatihan yang telah ditetapkan mereka di pusat pelatihan

4
(terletak di Tokyo) dan bersertifikat itu. Ada sekitar 500 members dan
sekitar 270 klinik konsultasi menyusui di Jepang (Oketani, 2008)
Minyak Zaitun merupakan minyak yang dihasilkan dari buah zaitun
(Olea europeae). Minyak zaitun ini sangat kaya sekali akan manfaat dan bisa
dimanfaatkan oleh manusia mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tanaman zaitun banyak ditemukan di kawasan Mediterania seperti di Timur
Tengah, Italia, Spanyol, Yunani, dan negara lain di sekitarnya. Khasiatnya
bagi kesehatan sudah dikenal sejak zaman lampau. Misalnya, bapak ilmu
kedokteran, Hippocrates, mengatakan bahwa zaitun memiliki nilai terapi
yang tinggi bagi kesehatan.(Anonim, 2009).
Penerapan masase payudara dengan metode pijat Oketani sangat
efektif sekali dalam penanggulangan masalah-masalah payudara seperti
putting inverted, ASI tidak keluar dan menghindarkan ibu nifas dari
bendungan ASI. Pijat Oketani sendiri adalah pijat tanpa rasa nyeri, berbeda
dengan pijat konvensional biasa. Pijat oketani ini di stimulasikan untuk
mengatasi masalah payudara seperti Putting inverted dan ASI tidak keluar
yang akan menjadikan ibu bendungan ASI.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan nifas ?
2. Apa saja tahapan pada ibu nifas ?
3. Apa saja perubahan fisiologis pada ibu nifas ?
4. Apa yang dimaksud dengan ASI ?
5. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran ASI ?
6. Apa saja tanda-tanda kelancaran ASI ?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ASI ?
8. Bagaimana penatalaksanaan produksi ASI ?
9. Apa yang dimaksud dengan pijat oketani ?
10. Apa saja dasar penatalaksanaan pijat oketani ?
11. Apa saja karakteristik pijat oketani ?
12. Bagaimana teknik pijat oketani ?
13. Apa saja efektivitas pijat oketani ?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang nifas ?
2. Untuk mengetahui tahapan pada ibu nifas ?
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada ibu nifas ?
4. Untuk mengetahui pengertian tentang ASI ?
5. Untuk mengetahui cara pengeluaran ASI ?
6. Untuk mengetahui tanda-tanda kelancaran ASI ?
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ASI ?
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan produksi ASI ?
9. Untuk mengetahui pengertian pijat oketani ?
10. Untuk mengetahui dasar penatalaksanaan pijat oketani ?
11. Untuk mengetahui karakteristik pijat oketani ?
12. Untuk mengetahui teknik pijat oketani ?
13. Untuk mengetahui efektivitas pijat oketani ?

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Masa Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (poerperium) adalah masa yang dimulai dari beberapa
jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi dan Sunarsih,
2011). Dengan demikian dapat diartikan masa nifas adalah masa yang
dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan setelah hasil
konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir 6 minggu setelah melahirkan.
2. Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas (Wong, 2002) sebagai berikut :
b. Tahap immediate post partum Terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan.
c. Tahap early post partum. Terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan sampai akhir minggu pertama post partum.
d. Tahap late post partum Terjadi pada minggu kedua sampai minggu ke
enam setelah persalinan.
3. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Pada masa nifas, organ reproduksi internal dan eksternal akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini terjadi
secara berangsur angsur dan berlangsung selama lebih kurang 3 bulan.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas :
a. Uterus
Perubahan uterus pada masa nifas akan mengalami pengecilan
ivolusi setelah plasenta lahir sampai seperti setelah lahir uterus berada
digaris tengah kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian funduas
bersandar pada promontorium sakralis (Bobak, 2004:493)
b. Lokea
Lokea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama purperium.

7
1) Lokea rubra berwarna merah karena mengandung darah Ini adalah
lokea pertama yang melalui keluar segera setelah pelahiran dan terus
berlanjut selama 2-3 hari pertama post partum.
2) Lokea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokea
rubra, serosa dan merah muda. Lokea ini sekitar 7-8 hari dan berwarna
merah muda, kuning atau putih hingga transasi menjadi lokea alba.
3) Lokea alba mulai terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum dan hilang
sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita,
lokea ini tetap ada pada saat pemeriksaan pasca partum.Warna lokea
alba yaitu putih krem dan terutama mengandung leokosit dansel
desudua.
c. Vagina dan Perinium
Vagina dan perinium segera setelah melahirkan, vagina tetap
terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar,
dan celah pada introitus. Setelah satu hinggadua hari pertama pasca
partum, tonus vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan tidak edema.
d. Payudara
Payudara laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan
hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespon terhadap
menstimulus bayi yang disususi akan terus melepaskan hormon dan
stimulasi alveoli yang memproduksi susu.
e. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah segera setelah melahirkan, banyak wanita
mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik,
yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari. Suhu maternal kembali normal dan suhu yang sedikit
meningkat selama periode intra partum dan stabil selama 24 jam pertama
pasca partum. Nadi denyut nadi, yang meningkat selama persalinan
akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pasca partum.

8
B. Produksi ASI
1. Pengertian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama
kehiduapanya. Semua kebutuhan nutrisi yaitu protein karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral sudah tercukupi oleh ASI. ASI adalah cairan untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindungi tubuh dari berbagai penyakit
(Maryunani, 2012:40).
2. Pengeluaran ASI
Setelah kelahiran, terdapat dua hormon lain yang bekerja untuk
mempertahankan proses laktasi, yaitu hormon prolaktin untuk meningkatkan
sekresi ASI dan hormon oksitosin yang menyebabkan ejeksi ASI. Kedua
hormon ini dirangsang oleh reflek neuro endokrin saat bayi menghisap
puting susu ibu. Dalam jangka waktu 2-3 minggu, kadar serum prolaktin
pada ibu post partum yang tidak meyusui akan kembali ke nilai normal
seperti kondisi sebelum kehamilan, tetapi pada ibu meyusui, kadar serum
prolaktin akan meningkat dengan adanya ragsangan dari puting susu. Kadar
prolaktin meningkat dua kali lipat ibu yang menyusui dua bayi
dibandingkan ibu yang menyusui satu bayi, menunjukan bahwa jumlah
serum prolaktin yang dilepaskan berbanding lurus dengan derajat
rangsangan puting susu. Saat bayi menghisap puting susu, terjadi
rangsangan saraf sensorik disekitar areola (William.2016:02:09). Impuls
eferen dihantarkan kehipotalamus, mengawali pelepasan oksitosin dari
hipofisis posterior. Sebelum ASI keluar terjadi peningkatan hormon
berdasarkan lion oksitosin, dan pelepasan hormon berlanjut setelah beberapa
kali dilakukan penghisapan oleh bayi. Dalam 20 menit setelah menyusui,
kadar hormon oksitosin turun mendadak. Pelepasan oksitosin dihambat oleh
katekolamin. Pelepasan katekolamin dirangsang oleh faktor stress dan nyeri.
Penanganan faktor stress dan nyeri menjadi salah satu menjadi solusi
masalah menyusui (William, 2016:02:10).
3. Tanda-Tanda Kelancaran ASI
Menurut Soetjatiningsih (2007) untuk mengetahui banyaknya
produksi ASI terdapat beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk

9
mengetahui jumlah produksi ASI adalah :
f. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
g. Sebelum disusukan payudara terasa kencang.
h. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai dengan umur, pada
umur 5 bulan tercapai 2 x BB lahir.
i. Umur 1 tahun 3 x BB ahir.
j. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4
jam.
k. Bayi bulan air kecil lebih sering 8 x sehari.
Tanda bayi cukup ASI :
1) Dengan memeriksa kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB sebelum
mendapat ASI dan sesudah mendapat ASI dengan pakaian yang sama
dan selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang
masuk dengan konvera kasar 1 gr BB-1 ml ASI.
2) Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu
bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan
ada perubahan tegangan pada payudara saat menyusui bayinya ibu
merasa ASI mengalir deras.
3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh
pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).
4) Bayi tumbuh dengan baik
4. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan produksi ASI yaitu :
a. Faktor makanan dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari
60-70% 16 karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini
didapat dari makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari.
b. Faktor Psikis dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah
dengan adanya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian anggota
keluarga lainya merupakan dorongan positif untuk ibu.
c. Faktor isapan bayi dimana bayi yang sehat dapat mengosongkan satu

10
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi secara tidak terjadwal (on
demand) karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya
(Wardiyaningsih, 2010).
5. Penatalaksanaan Produksi ASI
a. Terapi farmakologi
1) Metoklopramid
Dosis yang dipakai 30-45 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis,
selama 7-14 hari dengan dosis penuh dan diturunkan bertahap selama
5-7 hari. Penggunaan yang lebih lama dapat meningkatkan kejadian
depresi, sesekali produksi dapat berkurang ketika dosis diturunkan,
dosis efektif terendah dapat diturunkan.
2) Domperidon
Dosis domperidon untuk menginduksi dan mempertahankan
laktasi berkisar 10-30 mg sehari 3 kali. Makin tinggi dosis, lebih
banyak efek samping. Belum diketahui rentang waktu pemberian
domperidon yang optimal sebagai galactogoge, beberapa peneliti
menyarankan sekitar 2-4 minggu, kemudian diturunkan bertahap
sebelum dihentikan. Efek samping yang sering dialami oleh ibu yaitu
nyeri kepala, rasa haus, mulut kering, diare, kram perut, dan
kemerahan kulit (William dkk,2016:03)
b. Terapi non farmakologi
1) Pijat akupresur
Yang berkaitan erat dengan akupunktur, dengan melakukan
tekanan pada titik-titik tertentu dalam tubuh. Dengan cara melakukan
pemijatan memutar dan menekan pada titik yang sudah ditentukan.
2) Pijat oksitosin
Dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let
down. Dengan dilakukan pemijatan ibu akan merasa rileks, sehingga
dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI akan lancar (Sari,
2017).

11
3) Pijat marmet
Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan
memijat payudara sehingga reflek ASI dapat optimal. Teknik
memerah ASI dengan cara marmet bertujuan untuk mengosongkan
ASI dari sinius lakiferus yang terletak diawah areola sehingga
diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus lakiferus akan
merangsang pengeluaran prolaktin.
4) Endorphin
Endorphin massage merupakan suatu metode sentuhan ringan
yang dikembangkan pertama kali oleh Costance Palinisky. Sentuhan
ringan ini bertujuan meningkatkan kadar endorphin untuk membiarkan
tubuh menghasilkan endorphin. Teknik sentuhan juga membantu
menormalkan denyut jantung dan tekanan darah.
5) Kompres hangat
Kompres hangat pada payudara akan memberikan siniyal ke
hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang
peka terhadap panas di hipotalamus di rangsang, sistem efektor
mengeluarkan sinyal dengan vasodilatasi perifer. Kompres hangat
payudara selama pemberian ASI akan dapat meningkatkan aliran ASI
dari kelenjar-kelenjar penghasil ASI.
6) Pijat Oketani
Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih
lembut dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk menghisap ASI.

C. Pijat Oketani
1. Pengertian Pijat Oketani
Pijat oketani adalah pijat payudara yang tidak memberikan rasa sakit.
Pijat oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak
menimbulkan rasa nyeri. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot
pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara
menjadi lebih lembut dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk

12
mengisap ASI. Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega dan nyaman
secara, meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting lecet dan mastitis
serta dapat memperbaiki /mengurangi masalah laktasi yang disebabkan
oleh puting yang rata ( flat nipple), puting yang masuk kedalam (inverted).
Sebanyak 8 sampel dari 10 sampel yang diteliti menyatakan bahwa hasil
pijat oketani 80% efektif mengatasi masalaah payudara diantaranuya untuk
kelancaran ASI dan putting yang tidak menonjol (Kabir & Tasnim, 2009).
2. Dasar Pelaksanaan Pijat Oketani
Pijat oketani payudara terdiri dari kelenjar susu yang ada dikelilingi kulit,
jaringan ikat dan adiposa tisu. Di posterior kelenjar susu bersifat longgar
terhubung ke fasia dalam dari pectoralis mayor. Payudara bisa bergerak
melawan pectoralis mayor otot dan toraks. Lokasi payudara itu diikat oleh
jaringan ikat ke kulit dan dada otot. Jaringan pengikat ini mendukung
elastisitas dan secara spontan berkembang dan berkonteraksi
mengakomodasi fungsi fisiologis payudara (Mahmudah,2017).
3. Karakteristik Pijat Oketani
Beberapa karakteristik pijat oketani sebagai berikut:
a. Pijat oketani tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri
b. Pasien dapat segera merasakan pulih dan lega (comfort and relief).
c. Dapat meningkatkan proses laktasi tanpa melihat ukuran atau bentuk
payudara dan puting pasien
d. Meningkatkan kualitas ASI
e. Dapat memperbaiki kelaian bentuk puting susu seperti iniversi atau
puting rata.
f. Dapat mencegah luka pada puting dan mastitis. (Kabir & Tasnim, 2009;
Machmudah et al, 2015)
4. Teknik Pijat Oketani
a. Siapkan perlengkapan : minyak zaitun
b. Mulai pemijatan
1) Usapkan payudara dengan menggunakan minyak zaitun
2) Bagi payudara menjadi 3 kuadran (kuadran A, kuadran B, kuadran C)

13
A
B
C

c. Gerakan pertama : Mendorong C (1) dan menarik A (1), B (2) pada


posisi ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri menuju
bahu kiri

Gambar 2.2 Gerakan pertama Pijat Oketani


d. Gerakan kedua : Mendorong C (1-2) dan menarik bagian tengahnya dari
A (1-2) dan B (1-2) dengan jari ketiga kedua tangan menuju akson kiri

Gambar 2.3 Gerakan kedua Pijat Oketani


e. Gerakan ketiga : Mendorong C (2) dan menarik A (3) dan B (1) dengan
jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan dan jari ketiga tangan kiri

14
menempatkan ibu jari di atas sendi kedua dari jempol kanan,disini
mendorong dan menarik akan sejajar dengan payudara yang berlawanan.

Gambar 2.4 Gerakan ketiga Pijat Oketani


f. Gerakan keempat : Mendorong seluru payudara menuju umbilikus
menempatkan jempol kanan pada C (1), tengah,ketiga dan jari
kelingking disisi B dan ibu jari kiri di C tengah,ketiga dan jari
kelingking pada sisi A

Gambar 2.5 Gerakan keempat Pijat Oketani

g. Gerakan kelima : Menarik kebawah payudara kearah praktisi dengan


tangan kanan sambil memutarnya dengan lembut dari pinggiran atas
ketepi bawah payudara

Gambar 2.6 Gerakan kelima Pijat Oketani

h. Gerakan keenam : Menarik kebawah payudara kearah praktisi dengan


tangan kiri sambil memutarnya dengan lembut dari pinggiran atas
ketepi bawah payudara seperti gerakan kelima.

15
Gambar 2.7 Gerakan keenam Pijat Oketani
i. Gerakan ketujuh : Perlahan putar payudara secara searah jarum jam
dan perhatikan elastisitas payudara

Gambar 2.8 Gerakan ketujuh Pijat Oketani

j. Gerakan kedelapan : Ekspresi dilakukan dalam empat arah yang


berbeda permukaan luar (8A), bagian bawah (8B), bagian dalam
payudara (8C) dan bagian dalam pinggiran atas payudara kanan (8D)
dan bagian dalam,bagian bawah,luar dab bagian dalam pinggiran atas
payudara kiri.

Gambar 2.9 Gerakan kedelapan Pijat Oketani

16
5. Efektivitas Pijat Oketani
Dengan Produksi ASI Pijat oketani merupakan manajemen
ketrampilan untuk mengatasi masalah laktasi seperti produksi ASI yang
tidak cukup, pembengkakan payudara. Pijat oketani akan menyebabkan
payudara menjadi lunak, lentur dan areola menjadi lebih elastis, ductus
lactiferus dan puting susu juga menjadi lebih elastis.
Seluruh payudara menjadi lebih lentur dan menghasilkan ASI
berkualitas baik karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan gross
energy meningkat dan menjelaskan bahwa peningkatan kadar protein
disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim protease yang distimulus oleh
pemijatan pada jaringan dan kelenjar mamae. Peningkatan aktivitas enzim
protease dapat meningkatkan sinitesa protein. Pijat oketani juga dapat
menyebabkan kelenjar mamae menjadi matur dan lebih luas, sehingga
kelenjar - kelenjar air susu semakin banyak dan ASI yang diproduksi juga
menjadi labih banyak.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerapan masase payudara dengan metode pijat Oketani sangat efektif
sekali dalam penanggulangan masalah-masalah payudara seperti putting
inverted, ASI tidak keluar dan menghindarkan ibu nifas dari bendungan ASI.
Pijat Oketani payudara adalah efektif dalam mengurangi rasa sakit pada
payudara dan meningkatkan susu pH payudara serta kecepatan mengisap
neonatus

B. Saran
Diharapkan petugas kesehatan dapat mempromosikan metode pijat
oketani ini untuk meningkatkan produksi ASI dan mengurangi terjadinya
kegagalan menyusui karena adanya nyero payudara yang disebabkan oleh
karena adanya bendungan ASI

18
DAFTAR PUSTAKA

Kusumastuti, Umi Laelatul Qomar, Pratiwi. 2018. Efektifitas Pijat Oketani


Terhadap Pencegahan Bendungan ASI Pada Ibu Postpartum. The 7th
University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
Machmudah1, Nikmatul Khayati. 2017. Kombinasi Pijat Oketani dan Oksitosin
terhadap Parameter Produksi ASI pada Ibu Post Seksio Sesarea di Rumah
Sakit Wilayah Kota Semarang.Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Roesli, U. (2012). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
________ (2013). Manajeman Laktasi. Jakarta : IDAI
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : Fitramaya
Suradi Rukna, Tobing (2011). Manajemen Laktasi Cetakan ke 5. Jakarta:
Perinasia

19

Anda mungkin juga menyukai