Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FARMAKOLOGI
OBAT ANTI MUAL MUNTAH

Disusun oleh :
1. Farizka Hannesty (2011110004)
2. Titin (2011110006)
3. Atun Nilam Cahya (2011110008)
4. Arin Yuanda (2011110016)
5. Nurul Afifah (2011110018)
6. Runtika Yuliana Rahayu (2011110020)
7. Maida Faisa Azarin (2011110023)

Prodi Manajemen Informasi Kesehatan


Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto


2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dalam waktu yang tapat. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi pada khususnya dan
pembaca pada umumnya untuk menambah wawasan tentang “Obat Anti Mual
Muntah”

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada


Apt. Dina Ratna Juwita, M.Farm.Klin selaku Dosen Farmakologi yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami ucapkan terima


kasih.

Purbalingga, 12 Oktober 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................2
BAB II ............................................................................................................................4
PEMBAHASAN .............................................................................................................4
A. Domperidone .......................................................................................................4
B. Omefrazol ...........................................................................................................5
C. Odansetron ........................................................................................................ 10
D. Dimenhydrinate ................................................................................................. 14
E. Proklorperazine ................................................................................................. 15
F. Metoklopramid .................................................................................................. 19
G. Meclizine ........................................................................................................... 21
BAB III ......................................................................................................................... 25
PENUTUP .................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mual atau dalam bahasa medis dikenal dengan Nausea yaitu
perasaan tidak menyenangkan yang mengacu pada keinginan untuk
muntah, tetapi tidak berhubungan dengan gerakan otot ekspulsif. Muntah
atau Vomiting yaitu pengeluaran sebagian isi lambung yang dikeluarkan
melalui mulut. (Islam, 2004). Mual adalah perasaan dorongan kuat untuk
muntah. Muntah atau memuntahkan adalah memaksa isi perut naik melalui
kerongkongan dan keluar dari mulut (UMMC, 2013). Penyebab mual dan
muntah ini ada bermacam-macam seperti: alergi makanan, infeksi pada
perut atau keracunan makanan, bocornya isi perut (makanan atau cairan)
keatas yang juga disebut gastroesophageal reflux atau GERD (UMMC,
2013).
Mual dan muntah sejauh ini merupakan kejadian yang sering
terjadi pada kondisi kesehatan selama kehamilan, dengan prevalensi
diperkirakan sekitar 50 - 70 %. Kejadian yang sering terjadi berupa
hyperemesis gravidarum (HG), telah diperkirakan sebesar 0,5 - 2 % dari
seluruh kehamilan (Svetlana et al, 1999). Mual dan muntah juga dapat
terjadi pada pasien pasca operasi. Mual muntah pasca operasi adalah suatu
refleks perasaan mual dan isi lambung dikeluarkan melalui mulut setelah
prosedur operasi yang di stimulasi berbagai faktor. Stimulasi dapat berasal
dari distensi saluran gastrointestinal akibat iritasi, stimulasi vagal, simulasi
pusat otak atau Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) yang terletak di dasar
ventrikel keempat, rotasi atau disekuilibrium dari labirin vestibular pada
telinga, peningkatan tekanan intrakranial, nyeri atau persepsi sensoris
(seperti melihat darah atau mencium bau busuk) (Black & Hawks, 2014).
Pada sistem saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap
sebagai pusat koordinasi refleks muntah, yaitu Chemoreceptor Trigger
Zone (CTZ), pusat muntah (CVC), dan Nukleus Traktus Solitarius. Ketiga
struktur tersebut terletak pada daerah batang otak (Fithrah, 2014).

1
Rangsang refleks muntah berasal dari gastrointestinal, vestibulo-okular,
aferen kortikal yang lebih tinggi yang menuju CVC, kemudian dimulai
gejala nausea, retching, serta pengeluaran isi lambung (muntah) (Fee &
Bovill, 2004 dalam Fithrah, 2014).

Untuk mengatasi mual dan muntah dibutuhkan Anti-emetik atau


obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan
muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk
perjalanan dan efek samping dari analgesik dari golongan opiat, anestesi
umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk
mengatasi vertigo (pusing) atau migren (Mutschler, 1991).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja obat - obatan untuk mual dan muntah?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat mual dan muntah?
3. Bagaimana dosis pemakaian untuk obat mual dan muntah?
4. Apa saja efek samping obat mual dan muntah?
5. Bagaimana kontra indikasi obat mual dan muntah?
6. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemakaian obat mual dan
muntah?
7. Bagaimana bentuk sediaan obat mual dan muntah?
8. Bagaimana rute pemberian obat mual dan muntah?
9. Apa saja nama generik dan nama dagang untuk obat mual dan muntah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja jenis obat untuk mual dan muntah.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat mual dan muntah.
3. Untuk mengetahui dosis pemakaian obat mual dan muntah.
4. Untuk mengetahui efek samping obat mual dan muntah.
5. Untuk mengetahui kontra indikasi kerja obat mual dan muntah.
6. Untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi perhatian dalam penggunaan
obat mual dan muntah.

2
7. Untuk mengetahui bentuk sediaan obat mual dan muntah.
8. Untuk mengetahui rute pemberian obat mual dan muntah.
9. Untuk mengetahui nama generik dan nama dagang obat mual dan muntah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Domperidone
1. Mekanisme Kerja
Domperidone bekerja dengan cara mempercepat proses pencernaan
makanan di dalam lambung agar lanjut ke usus. Dengan begitu, rasa mual
dapat dihentikan. Terlepas dari khasiatnya, penggunaan domperidone
harus dilakukan secara hati-hati karena berisiko mengganggu detak
jantung, terutama pada orang-orang yang telah berusia lanjut.
2. Dosis
Kondisi: mual dan muntah dewasa: 10 mg, 3 kali sehari anak-anak: ≤12
tahun atau <35 kg 250 mcg, 3 kali sehari. Dosis maksimal 750 mcg/kgBB
sehari. Kondisi: mual dan muntah akibat kemoterapi atau radioterapi
anak-anak: 0.2-0,4 mg/kgBB per hari, setiap 4-8 jam sekali. Kondisi:
merangsang produksi ASI Dosis awal 10 mg, 3 kali sehari. Jika setelah 7
hari hasilnya belum optimal, dosis dapat ditingkatkan menjadi 20 mg, 3
kali sehari.
3. Efek samping
Efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan domperidone adalah
Sakit kepala,Merasa kepanasan,Mata merah,Mulut kering,Payudara terasa
nyeri,Keluar susu dari payudara,Pembengkakan payudara pada
pria,Gangguan menstruasi pada wanita.
Konsultasikan dengan dokter bila efek samping tersebut berlangsung
secara berkelanjutan.perlu segera memeriksakan diri ke dokter bila muncul
keluhan berupa Rasa melayang,Hilang keseimbangan,Pingsan,Tampak
bingung,Jantung berdetak kencang,Sulit bicara Gejala-gejala tersebut
dapat menjadi tanda overdosis domperidone.
4. Kontra Indukasi
 Perdarahan dari lambung atau masalah pencernaan lain
 Tumor hipofisis (otak)
 Penyakit hati
 Sensitif terhadap Domperidone

4
5. Perhatian/peringatan
 Hati-hati menggunakan domperidone bila Anda menderita gangguan
ginjal, gangguan hati, penyakit jantung, gangguan elektrolit, tumor pada
kelenjar pituitari, serta perdarahan atau sumbatan pada sistem pencernaan.
 Sebelum menggunakan domperidone, beri tahu dokter jika Anda memiliki
alergi terhadap makanan, obat, atau bahan lain yang terkandung dalam
obat ini.
 Hati-hati menggunakan domperidone bila Anda memiliki riwayat kanker
payudara dan intoleransi laktosa.
 Beri tahu dokter bila gejala tidak membaik atau malah memburuk setelah
menggunakan domperidone.
 Segera hubungi dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis.
6. Bentuk sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 10 mg, sirup, dan drop.
7. Rute Pemberiaan
Obat dikonsumsi secara oral dan rektal (lewat anus). Minum obat 15-30
menit sebelum makan dan sebelum Anda tidur jika dibutuhkan. Jangan
menggerus atau mengunyah obat.
8. Nama generic dan contoh nama dagang paten
Costil, Dom, Dome/Dome FT, Dometa, Fudo, Galdom, Gerdilium,
Grameta, Monell, Motilium, Regit, Vesperum, Vometa, Vomistop,
Vomitas, Vosedon, Yaridon, Vometa FT (MIMS petunjuk konsultasi Ed.
17)

B. Omefrazol
1. Mekanisme Kerja
Omeprazole adalah obat untuk mengatasi masalah perut dan kerongkongan
yang diakibatkan oleh asam lambung. Cara kerja omeprazole adalah
dengan menurunkan kadar asam yang diproduksi perut/lambung.
2. Dosis
 Dewasa

5
 Dosis omeprazole untuk mencegah maag adalah 20 mg oral sehari sekali
sebelum makan, selama 14 hari.
 Dosis omeprazole untuk ulkus duodenal adalah 20 mg oral sekali sehari
sebelum makan. Kebanyakan pasien sembuh dalam 4-8 minggu.
 Dosis omeprazole untuk tukak lambung adalah 40 mg oral sekali sehari
sebelum makan selama 4-8 minggu.
 Dosis omeprazole untuk erosive esophagitis adalah 20 mg oral sekali
sehari sebelum makan. Dosis ini bisa ditingkatkan menjadi 40 mg per hari
tergantung pada respons pasien. Penelitian telah dilakukan untuk
perawatan dan terapi erosive esophagitis selama 12 bulan.
 Dosis omeprazole untuk Sindrom Zollinger-Ellison: Dosis awal = 60 mg
oral sehari sekali. Dosis berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dosis pemeliharaan = dosis hingga 120 mg, 3 kali sehari. Dosis harian
yang lebih dari 80 mg harus dibagi-bagi.
 Dosis omeprazole untuk refluks asam lambung: Dosis awal = 20 mg oral
sekali sehari sebelum makan selama 4-8 minggu. Dosis ini bisa
ditingkatkan hingga 40 mg per hari jika dibutuhkan. Dosis Pemeliharaan =
pengobatan jangka panjang dengan dosis 10-20 mg per hari mungkin
dibutuhkan untuk terapi perawatan penyakit refractory dan sejauh ini
dianggap aman.
 Dosis omeprazole untuk multiple endocrine adenomas: Dosis awal = 60
mg oral sekali sehari sebelum makan. Dosis ini bisa diubah berdasarkan
respon yang diinginkan dan toleransi pasien. Dosis pemeliharaan = dosis
hingga 120 mg, 3 kali sehari. Dosis harian yang lebih banyak dari 80 mg
harus dibagi-bagi.
 Dosis omeprazole untuk systemic mastocytosis: Dosis awal = 60 mg oral
sekali sehari sebelum makan. Dosis ini bisa diubah berdasarkan respon
yang diinginkan dan toleransi pasien. Dosis pemeliharaan: dosis hingga
120 mg, 3 kali sehari. Dosis harian yang lebih banyak dari 80 mg harus
dibagi-bagi.
 Anak-anak
Dosis omeprazole untuk anak balita

6
Untuk refluks asam lambung: 0.7 mg/kg/dosis sekali sehari akan
menurunkan persentase pH lambung dan kerongkongan hingga kurang
dari 4, dan mengurangi jumlah episode reflux dalam 10 neonatus (artinya
PMA: 36.1 minggu, (34 sampai 40 minggu) dalam percobaaan. Pernah
dilaporkan juga dosis yang lebih tinggi, yaitu 1-1.5 mg/kg/hari.
Dosis omeprazole untuk anak-anak dan remaja 1 – 16 tahun penderita
refluks asam lambung, tukak lambung, dan esofagitis
 Berat badan 5 – 10 kg: 5 mg sekali sehari
 Berat badan 10 – 20 kg: 10 mg sekali sehari
 Berat badan >20 kg: 20 mg sekali sehari
 Dosis alternatif: Anak usia 1 – 16 tahun: 1 mg/kg/dosis, sekali atau dua
kali per hari
Dosis terapi tambahan pada luka duodenal yang berhubungan dengan
Helicobacter pylori (dikombinasikan dengan terapi antibiotik seperti
clarithromycin atau clarithromycin dan amoxicillin) pada anak-anak
 Berat badan 15 – 30 kg: 10 mg dua kali sehari
 Berat badan > 30 kg: 20 mg dua kali sehari
Omeprazole adalah obat yang tersedia dalam bentuk kapsul dan cair:
 Kapsul: 10 mg; 20 mg; 40 mg
 Cair: 2,5 mg; 10 mg
3. Efek samping
Omeprazole dapat menyebabkan nyeri perut dan sakit kepala. Segera
periksakan diri ke dokter jika muncul efek samping tersebut, terutama bila
efek samping tidak mereda meski penggunaan obat sudah dihentikan.
Selain nyeri perut dan sakit kepala, efek samping lain yang perlu
diwaspadai adalah:
 Rendahnya kadar kalium dalam darah, yang menimbulkan gejala berupa
kram otot, detak jantung yang tidak normal (lambat, cepat, atau tidak
beraturan), dan kejang.
 Bertambah parahnya gejala pada penderita lupus.
 Gangguan pencernaan, seperti diare yang berkelanjutan serta adanya darah
atau lendir pada tinja.

7
 Kekurangan vitamin B12, yang menyebabkan keluhan lemas, sariawan,
mati rasa, dan kesemutan pada tangan atau kaki.
 Reaksi alergi obat, seperti munculnya ruam, pusing, hingga sesak napas.
4. Kontra Indikasi
Kontraindikasi omeprazole jika terjadi reaksi alergi terhadap obat.
Peringatan untuk tidak menggunakan omeprazole dalam jangka panjang
dan observasi terhadap efek samping obat, khususnya pada pengguna obat
yang memiliki penyakit jantung, hepar, osteoporosis, osteopenia, atau
hipomagnesemia.

5. Perhatian
 Beritahukan pada dokter jika memiliki alergi terhadap omeprazole atau
obat-obatan PPI lain, seperti esomeprazole, lansoprazole, dan
pantoprazole.
 Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat HIV
yang mengandung rilpivirine.
 Omeprazole dapat menyebabkan gangguan ginjal. Beri tahu dokter jika
Anda buang air kecil lebih sedikit dari biasanya atau ada darah pada urine
setelah mengonsumsi omeprazole.
 Konsultasikan dengan dokter bila gejala yang dialami tidak membaik.
 Segera hubungi dokter jika terjadi reaksi alergi atau overdosis.
6. Bentuk Sediaan
Omeprazole tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 20 mg dan injeksi 40
mg/10 mL. Omeprazole sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan
pagi.
7. Rute Pemberian
Omeprazole diminum sehari sekali pada pagi hari. Obat ini tidak
menyebabkan sakit perut, sehingga dapat dikonsumsi dengan atau tanpa
makanan. Dokter menganjurkan omeprazole untuk diminum 2 kali sehari,
pada pagi dan sore. Bila lupa untuk mengosumsi omeprazole, segera
konsumsi dosis yang terlupakan begitu ingat.
8. Nama Generic dan Contoh Nama Dagang/Paten

8
Onic
Blomer

Opm
Carosec

Ozid
Conprazole

Prilos
Contral

Prohibit
Dudencer

Promezol
Etagastrin

Protop
Gastrazol

Pumpitor
Gastrofer

Pumpitor
Inhipump

Rindopump
Lanacer

Rindopump
Lokev

Risek
Losec

Risek
Losec

Rocer
Meisec

Rocer
Norsec

Stomacer
Omberzol

Stomacer
Omed

Tamezol
Omeprazole

9
Ulzol
Omeprazole

Zeprazol
Omevell

Zolacap
Omevell

Zollocid
Omeyus

Zollocid
OMZ

C. Odansetron
1. Mekanisme Kerja
Odansetron merupakan obat selektif terhadap reseptor antagonis 5-
Hidroksi-Triptamin ( 5-HT3) di otak mungkin juga pada aferen vegal
saluran cerna. Mekanisme kerjanya mengantagonis reseptor 5-HT3 yang
terdapat pada chemoreseptor trigger zone (CTZ) di area postrema otak dan
mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Dimana selektif dan
kompetitif untuk mencegah mual dan muntah setelah oprasi dan
radioterapi. Odanseteron memblok reseptor di gastrointestinal dan area
postrema dan area di CNS .
2. Dosis
 Dewasa
 muntah tingkat sedang: oral: 8 mg, 1-2 jam sebelum terapi atau injeksi
intravena lambat, 8 mg sesaat sebelum terapi, dilannjutkan dengan 8 mg
oral tiap 12 jam sampai dengan 5 hari.
 muntah berat karena kemoterapi: oral: 24 mg, 1-2 jam sebelum terapi atau
injeksi intravena lambat, 8 mg sebelum terapi, diikuti dengan 8 mg dengan
interval 4 jam untuk 2 dosis berikutnya (atau diikuti dengan infus
intravena 1 mg/jam sampai 24 jam) kemudian diikuti 8 mg oral tiap 12 jam
sampai 5 hari. Sebagai alternatif, infus intravena lebih dari 15 menit, 16
mg sesaat menjelang terapi, diikuti dengan 8 mg dengan interval 4 jam

10
untuk 2 dosis berikutnya, kemudian diikuti 8 mg oral tiap 12 jam sampai 5
hari,
 pencegahan mual dan muntah setelah pembedahan: oral: 8 mg 1 jam
sebelum anestesi diikuti dengan 8 mg interval 4 jam untuk 2 dosis
berikutnya atau injeksi injeksi intravena lambat atau intramuskular 4 mg
induksi pada anestesi,
 pengobatan mual dan muntah setelah pembedahan: injeksi intramuskular
atau intravena lambat: 4 mg dosis tunggal sewaktu induksi anestesi.
 Anak-anak
Pencegahan dan pengobatan mual dan muntah kemoterapi dan radioterapi:
(6 bulan-18 tahun) infus intravena lebih dari 15 menit, 5 mg/m 2 segera
menjelang terapi atau oral 150 mcg/kg bb seg era menjelang terapi
(maksimal dosis 8 mg) diulang setiap 4 jam untuk 2 dosis berikutnya,
kemudian dilanjutkan oral untuk berat badan ≤ 10 kg, 2 mg setiap 4 jam
sampai 5 hari, untuk berat badan > 10 kg 4 mg setiap 4 jam sampai 5 hari
(maksimal dosis per hari maksimal 32 mg)
pengobatan mual dan muntah setelah pembedahan: (1 bulan-18 tahun)
injeksi intravena lambat, 100 mcg/kg bb (maksimal 4 mg) sebelum, selama
dan setelah induksi anestesi.
Dosis ondansetron yang diindikasikan untuk pasien anak-anak yang
mengalami mual muntah paska kemoterapi menurut teori adalah
0,15mg/kg sampai dengan maksimal 16mg.
Ketapatan dosis obat ondansetron dihitung dengan cara sebagai berikut :
Dosis Maksimal Ondansetron: 0,15mg/kgBB dan maksimal 16 mg Dosis
penggunaan 3mg setiap 2x sehari
Berat badan 27 kg

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 =

0,15 𝑚𝑔

1 𝑘𝑔 × 27 𝑘𝑔

= 4,05 𝑚𝑔/𝑘

11
Dosis ondansetron yang digunakan pada pasien anak dirumah sakit adalah
3mg setiap 1 kali pemberian, jadi dalam satu hari ada sebanyak 6 mg dosis
ondansetron yang diberikan, sehingga dosis 3mg ondansetron dalam 1 kali
pemberian dengan berat badan pasien 27 kg belum melewati dosis
maksimal nya yaitu 16mg.
3. Efek Samping
Keluhan umum yang di temukan ialah konstipasi. Gejala lain dapat berupa
sakit kepala, flushing, mengantuk, gangguan saluran cerna, nyeri dada,
susah bernafas, dsb (Pranowo 2006)
Pemberian ondansetron pada anak-anak harus dimonitoring secara ketat
dikarenakan dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan
ektrapiramidal berupa gangguan gerakan kejang otot pada kepala dan
leher, serta gerakan saraf yang tidak terkendali atau kedutan disekitar
mata. Efek samping lainnya yaitu angina pektoris, perubahan EKG,
hipotensi, takikardia, bronkospasme, kejadian vaskular dan sembelit.
4. Kontra Indikasi
hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT bawaan.
5. Perhatian
Hipersensitivitas terhadap antagonis 5HT3 lainnya, kepekaan terhadap
perpanjangan interval QT, obstruksi intestinal subakut, operasi
adenotonsillar, kehamilan, menyusui, gangguan hati sedang dan berat
(maksimal 8 mg/hari).
6. Bentuk Sediaan
Odansetron bekerja dengan menghambat ikatan serotonin pada reseptor
5HT3, sehingga membuat penggunanya tidak mual dan berhenti muntah.
Ondansetron tersedia dalam bentuk tablet 4 mg dan 8 mg, tablet salut
selaput, sirop, suppositoria, serta suntik.
7. Rute Pemberian.
Rute pemberian ondansetron pada pasien anak paling banyak digunakan
yaitu melalui injeksi atau intravena.
8. Nama Generik dan Contoh Nama Dagang/Paten.

12
Cedantron Odanostin
Cedantron Odanostin Forte
Cedantron ODR
Ceteron ODR
Ceteron ODR
Dansefion Onda-Z
Dantroxal Onda-Z
Dantroxal Ondane
Emetron Ondansetron
Emetron Ondansetron
Emistop Ondarin
entron Ondarin
entron Ondavell
Fozran Ondavell
Frazon Ondesco
Frazon Ondesco
Frazon Onetic
Frazon Onetic
Fudanton Setrion
Fudanton Sydnatron
Glotron Tronadex
Insetron Trovensis
Insetron Trovensis
Invomit vomceran
Invomit vomceran
Kliran vometraz
Kliran vometraz
Lametic vometron
Lametic vometron
Lametic vometron

13
Mitno Zantron
Narfoz Zofran
Narfoz Zofran

D. Dimenhydrinate
1. Mekanisme Kerja
Dimenhydrinate merupakan golongan antihistamin generasi pertama. Obat
ini bekerja dengan cara menghambat produksi dan kerja histamin yang
diproduksi tubuh, sehingga mencegah stimulasi saraf di otak dan telinga
bagian dalam yang bisa menyebabkan mual, muntah, dan pusing.
Dimenhydrinate secara kompetitif memblokade reseptor H1 sehingga
mencegah kerja zat histamin pada otot polos bronkial, kapiler, dan
gastrointestinal. Hal ini akan mencegah bronkokonstriksi yang disebabkan
oleh induksi histamin. Selain itu, mekanisme ini juga mencegah
vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler, dan spasme otot polos
gastrointestinal. Diperkirakan bahwa mekanisme antihistamin
dimenhydrinate yang memiliki efek antiemetik, anti motion sickness, dan
antivertigo, berhubungan dengan kerja obat sebagai antikolinergik sistem
saraf pusat.
2. Dosis
Dosis dimenhydranate berbeda-beda pada setiap pasien. Berikut ini adalah
pembagian dosis dimenhydrinate untuk pasien dewasa dan anak-anak:
50-100 mg, 2-3 kali sehari. ANAK: 1-6 tahun, 12,5-25 mg, 7-12 tahun:
25-50 mg. Motion sickness: dosis pertama: 30 menit sebelum perjalanan.
3. Efek Samping
Dimenhydrinate berpotensi menyebabkan sejumlah efek samping, di
antaranya:
 Sakit kepala
 Kantuk
 Muntah
 Mulut kering

14
 Penglihatan kabur
 Sembelit
 Kehilangan nafsu makan
4. Kontraindikasi:
Porfiria akut, serangan asma akut, bayi prematur, gagal jantung berat.
5. Perhatian/Peringatan
Hamil, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat, epilepsi.
Peringatan lain pada pengguna obat ini adalah untuk tidak mengemudikan
kendaraan atau mengoperasikan alat berat.
6. Bentuk sediaan
Tablet dan sirop
7. Rute pemberian
Melalui mulut
8. Merek dagang dimenhydrinate:
Antimo, Antimo anak, Antimab, Contramo, Dramamine, Dimenhydrinate,
Dramasine, Mantino, Omedrinat, Stop-Mun, Wisatamex

E. Proklorperazine
1. Mekanisme Kerja
Prochlorperazin diindikasikan untuk perawatan pusing kepala, mual dan
muntah, kegilaan, gangguan kecemasan yang parah, rasa pusing dan
kondisi lainnya. Prochlorperazine adalah antipsikotik fenotiazin. Ini
memblokir reseptor D1 dan D2 mesolimbik dopaminergik postsynaptic di
otak termasuk zona pemicu kemoreseptor. Ini menunjukkan efek
penguncian α-adrenergik dan antikolinergik yang kuat. Ini juga menekan
pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisis, sistem aktivasi retikuler
sehingga mempengaruhi metabolisme basal, suhu tubuh, terjaga, tonus
vasomotor dan emesis.
 Sinonim: Chlormeprazine
 Onset: 30-40 menit (oral); 10-20 menit (IM); kira-kira 60 menit (rektal).
 Durasi: 3-4 jam (IM / oral); 3-12 jam (rektal).
 Farmakokinetik:

15
 Penyerapan: Ketersediaan hayati: 12,5%. Waktu untuk konsentrasi plasma
puncak: 1,5-5 jam.
 Distribusi: Volume Distribusi: 1.400-1.548 L.
 Metabolisme: Dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktif N-desmethyl
prochlorperazine.
 Ekskresi: Terutama melalui feses. Waktu paruh eliminasi: 6-10 jam.
2. Dosis
 Dosis Dewasa
- Intramuskuler (Mual dan muntah)
Dewasa: Sebagai proklorperazin mesilat: 12,5 mg diberikan melalui inj
dalam, dapat memberikan dosis lebih lanjut melalui administrasi oral, jika
perlu. Sebagai proklorperazin edisilat: Awalnya. 5-10 mg, jika perlu, dapat
diulangi setiap 3-4 jam. Maks: 40 mg setiap hari.
Lansia: Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
- Intravena (Mual dan muntah)
Dewasa: Sebagai proklorperazin edisilat: 2,5-10 mg diberikan melalui
injeksi IV lambat atau diinfuskan dengan kecepatan tidak melebihi 5 mg
per menit. Maks: 10 mg per dosis; 40 mg per hari.
Lansia: Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
- Oral (Mual dan muntah)
Dewasa: Sebagai prochlorperazine mesylate/maleate: Profilaksis: 5-10 mg
dua atu tiga kali sehari. Pengobatan: Awalnya, 20 mg, diikuti 10 mg
setelah 2 jam, jika perlu.
Lansia: Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
- Rektal (Mual dan muntah yang parah)
Dewasa: tawaran 25 mg.
Lansia: Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
 Anak-anak: tidak dianjurkan.
3. Efek Samping
Efek samping tidak memerlukan perhatian medis segera beberapa efek
samping Prochlorperazine dapat terjadi yang biasanya tidak memerlukan
perhatian medis. Efek samping ini mungkin hilang selama pengobatan

16
karena tubuh menyesuaikan dengan obatnya. Tanyakan kepada ahli
kesehatan jika salah satu dari efek samping berikut berlanjut atau
mengganggu atau jika memiliki pertanyaan. Insiden tidak diketahui :
 Agitasi
 Hitam, kotoran tinggal
 Nyeri dada
 Tinja berwarna tanah liat
 Sembelit
 Urine berwarna gelap
 Penurunan seberapa banyak atau seberapa sering Anda buang air kecil
 Diare
 Kesulitan menelan dan bernapas
 Pusing, pingsan, atau pusing saat tiba-tiba bangun dari posisi berbaring
atau duduk
 Air liur
 Kantuk
 Kekeringan pada mulut
 Demam dan menggigil
 Sakit kepala
 Ketidakmampuan untuk memiliki atau mempertahankan ereksi
 Kehilangan selera makan
 Wajah seperti topeng
 Hidung tersumbat
 Mual
 Nyeri atau sulit buang air kecil
 Sakit tenggorokan
 Luka, bisul, atau bintik-bintik putih di bibir atau di mulut
 Sakit perut
 Kelenjar bengkak
 Sesak tenggorokan
 Gemetar dan gemetar pada jari dan tangan

17
 Gerakan mengunyah dan gerakan tangan dan kaki yang tidak terkendali
 Bau nafas yang tidak sedap
 Perdarahan atau memar yang tidak biasa
 Kelelahan atau kelemahan yang tidak biasa
 Muntah darah
 Mata atau kulit kuning
4. Kontra Indikasi
Hipersensitivitas pada tablet prochlorperazine adalah sebuah
kontraindikasi. Sebagai tambahan, tablet prochlorperazine tidak boleh
dikonsumsi jika memiliki kondisi berikut:
a. Alkohol
b. Anak-anak di bawah usia 2 tahun
c. Hamil
d. Pheochromocytoma
e. Reaksi alergi
f. Sistem pusat depresi saraf
g. Tulang depresi sumsum
h. hipersensitivitas
i. menyusui
j. pasien koma
5. Perhatian
Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum
menggunakan Prochlorperazine:
 Pasien dengan penurunan motilitas gastrointestinal, ileus paralitik, retensi
urin, pembesaran prostat jinak, xerostomia, gangguan penglihatan, stroke,
penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular berat, demensia,
penyakit Parkinson, hipotiroidisme, gagal jantung, feokromositoma,
miastenia gravis, hipertrofi prostat, hipovolemia, epilepsi risiko riwayat
kejang.
 Anak-anak dan orang tua.
 Gangguan ginjal dan hati.
 Kehamilan dan menyusui.

18
6. Bentuk Sediaan
Tablet dan injeksi
7. Rute Pemberian
12,5 mg oral atau im setiap 6 jam, 26 mg rectal sebagai dosis inisial.
Penggunaan dosis efektif rendah 10 mg atau mengganti rute pemberian
dari bolus ke intravena.
8. Nama Generik dan Contoh Nama Dagang/Paten
Nama generik : Compro, Procomp
Nama paten : Stemetil
Contoh merk dagang : Compazine

F. Metoklopramid
1. Mekanisme kerja
a. Absorbsi Metoklopramid dapat diberikan secara oral atau parenteral.
Diabsorbsi cepat dengan konsentrasi plasma maksimum tercapai 30-60
menit setelah pemberian oral dan 1-3 menit setelah pemberian 0,2
mg/kgBB intravena (Morgan dan Mikhail, 1996). Kadar dalam plasma 40-
80 ng/ml setelah pemberian oral metoklopramid 10 mg pada orang sehat
dan puasa (Stoelting, 1999). Metoklopramid dimetabolisme dihati
(Stoelting, 1999).
b. Distribusi Volume distribusi dilaporkan 2,2-3,5 1/kg bb pada orang
dewasa. Dapat melewati placenta, dengan konsentrasi tinggi pada air susu
ibu. Berikatan secara lemah dengan protein plasma (terutama albumin)
yaitu sebanyak 13-30% (Widana, 2000).
c. Eliminasi Waktu paruh eliminasi (t½α) 5 menit, dengan waktu paruh
distribusi t1/2 β 2,5-6 jam
2. Dosis
oral, atau injeksi intramuskular atau intravena lebih dari 1-2 menit, 10 mg
(5 mg pada dewasa muda berusia 15-19 tahun dengan berat di bawah 60
kg) 3 kali sehari;
ANAK sampai dengan 1 tahun (berat sampai 10 kg) 1 mg 2 kali sehari, 1-
3 tahun (10-14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5 tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3

19
kali sehari, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5 mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30 kg
dan lebih) 5 mg 3 kali sehari
Larutan rektal: DEWASA: 10 mg/2,5 mL larutan rektal 3 kali sehari,
ANAK dan DEWASA MUDA: 10 mg/2,5 mL
Dosis harian metoklopramid tidak boleh melebihi 500 mcg/kg bb,
umumnya pada anak dan dewasa muda (lihat keterangan di atas,
pembatasan penggunaan)Untuk prosedur diagnostik, sebagai dosis tunggal
5-10 menit sebelum pemeriksaan, 10-20 mg (10 mg pada dewasa muda ber
usia 15-19 tahun); ANAK: di bawah 3 tahun 1 mg, 3-5 tahun 2 mg, 5-9
tahun 2,5 mg, 9-14 tahun 5 mg.
3. Efek Samping
Efek samping Efek samping umumnya ringan dan sangat jarang, meliputi:
mengantuk, disporia, agitasi/gelisah, distonia, oedem periorbita. Efek
samping utama pada kardiovaskular: hipertensi, hipotensi, aritmia
(Widana, 2000).
Pada SSP : mengantuk, reaksi ekstra piramida akatisia, insomnia, ansietas.
Pada gastrointestinal : mual dan diare. Lain-lain : galaktore, ginekomastia,
hipoglikemia (Omoigui, 1997). Umumnya terjadi pada dewasa muda,
terjadi 36 jam setelah pemberian, meskipun sangat jarang ditemukan pada
sekali pemberian (Widana, 2000).
4. Kontra Indikasi
 Pasien dengan perforasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan; 3-4
hari setelah operasi gastrointestinal
 Perdarahan atau obstruksi mekanis, dicurigai atau diketahui
pheochromocytoma atau paraganglioma pelepas katekolamin lainnya
 Riwayat diskinesia tardive yang diinduksi oleh neuroleptik atau obat
 Gangguan kejang (misalnya epilepsi)
 Penyakit Parkinson
 Riwayat penyakit methaemoglobin dengana defisiensi dinukleotida-
sitokrom b5 reduktase (NADH-Cyb5R)
 Penggunaan bersamaan dengan obat-obatan yang dapat menyebabkan
reaksi ekstrapiramidal (misalnya Antipsikotik, levodopa).

20
 Anak-anak usia <1 tahun.
5. Perhatian
gangguan hati, gangguan ginjal, lansia, dewasa muda, dan anak (hitung
dosis secara akurat, lebih baik menggunakan pipet), dapat menutupi
penyakit utama seperti iritasi serebral, epilepsy, kehamilan, porfiria.
6. Bentuk Sediaan
Sediaan metokloperamid tersedia dalam bentuk tablet metoclopramide
HCL 5mg dan 10 mg , tablet dispersibel 5 mg dan 10 mg , dalam bentuk
kapsul metoclopramide 10 mg serta sediaan sirup 5mg/5ml dan 10 mg/10
ml. Untuk sediaan larutan tersedia dalam bentuk larutan 5mg/ml dan
5mg/5ml.
7. Rute Pemberian
secara oral atau parenteral (intramuskular atau intravena)
8. Nama Generic dan Contoh Nama Dagang/Paten
Nama generic : Metochlorpramid
Contoh nama dagang paten :
Gavistal Drops @ 10 mL
Metoklopramid Tab 5 mg, Tab 10 mg, Syr 5 mg/5 mL @ 60 mL
Primperan Syr 5 mg/mL @ 60 mL
Ethiferan Inj 10mg/2 mL

G. Meclizine
1. Mekanisme Kerja
Meclizine merupakan obat antihistamin yang bekerja menghambat
interaksi dari histamin pada reseptor H1 secara reversibel. Obat ini
termasuk ke dalam kelompok piperazine golongan antagonis reseptor H1.
Antihistamin mengurangi pusing dengan cara menghambat reseptor H1 di
pusat mual muntah dan mengurangi sensitivitas dari organ telinga dalam
yaitu apparatus vestibular.
Selain memiliki efek farmakologi antihistamin, obat ini juga memiliki efek
farmakologi antikolinergik. Sejak scopolamine (agen antikolinergik)
diketahui sangat efektif dalam mencegah gejala pusing, disadari bahwa

21
anti-motion sickness (gejala pusing) dari aktivitas antihistamin bergantung
pada aktivitas antikolinergiknya.
Data mengenai farmakokinetik dari meclizine masih kurang. Meclizine
memiliki onset kurang lebih 1 jam, efek obat dapat berlangsung antara 8
sampai 24 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh 6 jam.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tikus, meclizine dimetabolisme
menjadi metabolit tidak aktif, norchlorcyclizine, oleh hati.
Norchlorcyclizine didistribusikan di seluruh jaringan tubuh tikus, serta
menembus penghalang plasenta. Meclizine ditemukan tidak berubah pada
tinja, tapi dieliminasi sebagai norchlorcyclizine dalam urin.
2. Dosis
 Dosis Dewasa
- Oral/Diminum:
a. Vertigo :
25-100 mg setiap hari dalam dosis terbagi tergantung pada respon
klinis.
b. Mabuk Perjalanan:
25-50 g 1 jam sebelum perjalanan, ulangi setiap 24 jam jika perlu.
 Dosis Anak-anak
- Oral/Diminum:
a. Vertigo :
≥ 12 tahun, 25-100 mg setiap hari dalam dosis terbagi tergantung
pada respon klinis.
b. Mabuk Perjalanan :
- 2-6 tahun 6,25 mg sekali sehari.
- 6-12 tahun 12,5 mg sekali sehari.
- 12 tahun Sama dengan dosis dewasa.
- Semua dosis harus diminum 1 jam sebelum perjalanan, ulangi setiap
24 jam jika perlu.
3. Efek Samping
Seiring dengan efek yang diperlukan, meclizine dapat menyebabkan
beberapa efek yang tidak diinginkan. Meskipun tidak semua efek samping

22
ini dapat terjadi, jika terjadi, mereka mungkin memerlukan perhatian
medis. Periksa dengan dokter Anda segera jika ada efek samping berikut
terjadi saat mengambil meclizine.
 Insidensi tidak diketahui :
 Batuk.
 Kesulitan menelan.
 Pusing.
 Kantuk.
 Detak jantung cepat.
 Gatal-gatal, ruam.
 Pembengkakan atau pembengkakan kelopak mata atau di sekitar mata,
wajah, bibir, atau lidah.
 Sesak di dada.
 Kelelahan atau kelemahan yang tidak biasa.
 Muntah.
 Langka :
 Penglihatan kabur
 Insidensi Tidak Diketahui
 Mulut kering.
 sakit kepala.
4. Kontra Indikasi
Anak-anak di bawah 12 tahun dan ibu hamil.
5. Peringatan
 Pasien dengan asma hiperplasia prostat.
 Pasien dengan glaukoma sudut sempit
 Pasien dengan obstruksi leher kandung kemih.
 Pasien dengan striktur urin.
 Pasien yang menderita obstruksi pilorus atau duodenum.
 Pasien dengan polimorfisme CYP2D6.
 Pasien dengan Gangguan ginjal dan hati.
 Kehamilan dan menyusui.

23
 Anak-anak dan lansia.
6. Bentuk Sediaan
Tersedia dalam bentuk tablet
7. Rute Pemberian
Obat diberikan dengan oral.
8. Nama Generik dan Contoh Dagang/Paten

Brand
Merek
Dagang :

Antivert Meclicot

Bonine Agyrax

Dramamine
Less Zentrip

Drowsy

Verticalm Medivert

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mual dan muntah sejauh ini merupakan kejadian yang sering terjadi pada
kondisi kesehatan selama kehamilan, dengan prevalensi diperkirakan
sekitar 50 - 70 %. Kejadian yang sering terjadi berupa hyperemesis
gravidarum (HG), telah diperkirakan sebesar 0,5 - 2 % dari seluruh
kehamilan (Svetlana et al, 1999). Mual dan muntah juga dapat terjadi pada
pasien pasca operasi. Penyebab mual dan muntah ini ada bermacam-
macam seperti: alergi makanan, infeksi pada perut atau keracunan
makanan, bocornya isi perut (makanan atau cairan) keatas yang juga
disebut gastroesophageal reflux atau GERD (UMMC, 2013). Adapun obat
obatan yang dapat mengobati mual dan muntah yaitu seperti
metaklopramid,domperidone,odansetron,proklorperazine,dimrnhydrinatee,
omeprazole dan meclizine.

B. Saran
Mual dan muntah merupakan hal yang bisa dialami oleh siapa saja,maka
dari itu kita tidak bolehhanya tahu mengenai merekatau jenis obat anti
mual dan muntah,tetapi kita juga harus mengetahui tentang dosis yang
tepat untuk penggunaan obat sesuai umur dan mengetahui efek samping
dari obat yang akan dikonsumsi. Maka dari itu penulis berharap dengan
adanya makalah ini bisa membantu kita mengetahui tentang obat obatan
anti mual dan muntah agar kita dapat menggunakan obat obatan dengan
tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Di Akses 2015 Dari


Http://Pionas.Pom.Go.Id/Monografi/Ondansetron
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Prokloperazine. Diakses pada 9
Oktober 2021, dari
http://pionas.pom.go.id/monografi/proklorperazin
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2015). Metoklopramid
Hidroklorida. http://pionas.pom.go.id/monografi/metoklopramid-
hidroklorida Diakses pada 10 Oktober 2021 pukul 20.00.
Buffery, P. & Strother, R. (2015). Domperidone Safety: A Mini-review of
the Science of QT Prolongation and Clinical Implications of
Recent Global Regulatory Recommendations. The New Zealand
Dimenhydrinate. (2019). Diakses pada 9 Oktober 2021 dari
https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-
cerna/antiemetik/dimenhydrinate/farmakologi

Domperidone. ( 2019 ) dari https://www.alodokter.com/domperidone.


Diakses pada 12 Oktober 2021.

Meclozine. (2019). diakses tanggal 12 Oktober 2021 dari


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/meclozine?mtype=gen
eric
Metoclopramide. (2021). Dari
https://www.klikdokter.com/obat/metoclopramide Diakses pada 11
Oktober 2021 pukul 08.30.

Nuryati. (2017) .Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan


(RMIK) Farmakologi. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Omeprazole. ( 2019 ). Diakses pada 10 Oktober 201 dari


https://hellosehat.com/obat-suplemen/omeprazole/

26
Omeprazole. ( 2019 ). Diakses pada 10 Oktober 2021 dari
https://www.alodokter.com/omeprazole.

Omeprazole. ( 2019 ). Diakses pada 10 Oktober 2021 dari


https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-
cerna/antasida-dan-antiulkus/omeprazol/kontraindikasi-dan-
peringatan

Omeprazol. ( 2020 ). Diakses pada 10 Oktober 2021 dari


http://pionas.pom.go.id/monografi/omeprazol

Organisasi Pengobatan. (2020). Tablet Prochlorperazine /


Prochlorperazine Tablet in Bahasa Indonesia. Diakses pada 9
Oktober 2021, dari
https://www.pengobatan.org/usid/prochlorperazine-tablet

Philp, O.,James E., Wiliam G. 2002. Handbook of Clinical Drug, pp. 133.
Pranowo, KT. 2006. Analisis Biaya dan Keefektifan Ondansetron dan
Deksametosane dalam Menekan Mual dan Muntah Pasca Bedah
pada Bedah Rawat Jalan, Bag/SMF Anas Tesis dan Reanimasi
(Fakultas Kedokteran U.G.M Tesis)
Pujamukti, Isna siwi. (2019). Hubungan Status Preloading Cairan Dengan
Kejadian Post Operative Nausea And Vomiting (PONV) Pada
Pasien Pasca Anestesi Di RSUD Wonosari (Diploma thesis
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2019)
Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawasan Obat dan Makanan dari
http://pionas.pom.go.id/monografi/dimenhidrinat-0
Putri,Damay Nisita Kenya . (2010). Perbandingan Efektifitas Ondansetron
dan Metoklopramid dalam Menekan Mual dan Muntah Paska
Lapartomi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret ( Skripsi
Universitas Sebelas Maret, 2010 ).
Sanjai Sinha, MD. (2020). Meclozine. Drugs
Shabrina Apryani , Eka Kartika Untari , Nurmainah. ( 2018 ). Profil
Penggunaan Obat Ondansetron Pada Pasien Anak Di Instalasi

27
Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
Pada Tahun 2018.
Sitti . Yanhil, Barry. Kambey ,Harold F. (2016 ). Tambajong
Perbandingan antara ondansetron 4 mg iv dan deksametason 5 mg
iv dalam mencegah mual-muntah pada pasien laparotomi dengan
anestesia umum. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-
Desember 2016
Sulanjani, Ian and Andini, Meiana Dwi and Halim, Marta. (2013). Dasar-
Dasar Farmakologi 1 Kelas X Semester 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Tim Riset IDNmedis. Prochlorperazine: Manfaat – Dosis dan Efek
Sampingnya. Diakses pada 10 Oktober 2021, dari
https://idnmedis.com/prochlorperazine
Trisa, A. P. (2015). Evaluasi Drug Related Problems Kategori
Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah
Sakit Pelabuhan Jakarta Utara.
Wijaya,Andi Ade, Bona A. Fithrah,dkk. (2014). Efektivitas Pemberian
Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk
Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 2 (3):200-7.

28

Anda mungkin juga menyukai