Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI I

PERCOBAAN I

FARMAKOTERAPI KEHAMILAN

Dosen Pendamping :

Apt. Peppy Octaviani DM, M.H., M.Sc

Disusun Oleh :

1. PUPUT MA’RIFAH (190105081)

2. MARSHANDA CITRA PRADANI (190105070)

3. SITI MUAWANAH (190105096)

4. YULI INDRI ASTUTI (190105102)

5. YUNITA DWI MEITASARI (190105104)

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nyalah laporan praktikum
yang berjudul ‘Farmakoterapi Kehamilan’ ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu
penyusunan praktikum ini. Adapun tujuan dalam penyusunan laporan praktikum ini agar dapat
menjadi rujukan untuk mempelajari tentang mual, muntah dan keputihan pada ibu hamil. Dalam
penulisan praktikum ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam penyusunannya :
1. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kontribusi berbagai pihak, yaitu Apt. Peppy
Octaviani DM, M.H., M.Sc.
2. Orang tua kami yang telah memberi dorongan, baik secara moril maupun materil
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Sahabat-sahabat kami yang telah memberi dukungan dan telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
4. Dan semua pihak terkait yang mendukung penyelesaian laporan praktikum farmakotrapi
kami.
Namun tidak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini,oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembacaguna memperbaiki laporan praktikum
sederhana ini. Semoga laporan praktikum ini dapat menambah ilmu pengetahuan,wawasan
mengenai mual, muntah dan keputihan pada ibu hamil.

Purwokerto, 1 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kasus ............................................................................................... 1


1.2 Dasar Teori
1.2.1 Mual Muntah
a. Definisi ........................................................................... 1
b. Patofisiologi ................................................................... 2
c. Dampak .......................................................................... 3
d. Cara Mengatasi ............................................................... 3
e. Algoritma ....................................................................... 4
1.2.2 Keputihan
a. Definisi ........................................................................... 5
b. Klasifikasi ....................................................................... 6
c. Macam-macam ............................................................... 7
d. Patofisiologi ................................................................... 8
e. Algoritma ....................................................................... 11

BAB II PEMANTAUAN TERAPI OBAT

2.1 Subjektif ........................................................................................... 13

2.2 Objektif ............................................................................................ 14

2.3 Assesessment ................................................................................... 17

2.4 Plan .................................................................................................. 25

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 26

iii
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 33

3.2 saran ................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ...................................................................................................... 2

Gambar 2 ...................................................................................................... 4

Gambar 3 ...................................................................................................... 11

Gambar 4 ...................................................................................................... 29

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KASUS
Ny. B 33 tahun, hamil 10 minggu datang ke praktek dokter obgyn dengan keluhan mual
muntah dan keputihan yang sangat mengganggu minggu ini. Kemudian dokter
meresepkan Vometa 1 x sehari diminum 30 menit sebelum makan, Antasida 1 x sehari 1
jam sebelum makan, Ciprofloxacin 3 x sehari, Nifedifin 1 x sehari.

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Mual Muntah
a) Definisi
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan fisik, psikis dan hormonal
pada tubuh ibu. Hal tersebut menimbulkan bermacam-macam keluhan, salah
satunya adalah mual muntah yang bias terjadi pada awal kehamilan. Mual muntah
yang terjadi pada kehamilan yang disebabkan karena terjadi peningkatan kadar
hormone estrogen dan progesterone yang diproduksi oleh Human Chronic
Gonadotropin (HCG) serum dalam plasenta. Mual muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% pada multigravida. Perubahan hormone pada setiap
perempuan hamil responya akan berbeda, sehingga tidak semua mengalami mual
muntah pada kehamilan (Putri, 2016)
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan
kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi ibu hamil. Kondisi tersebut
kadang berhenti pada trimester pertama, namun pengaruhnya dapat menimbulkan
gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan, serta
ketidakseimbangan elektrolit, bila tidak ditangani mual muntah ini akan
bertambah berat menjadi Hiperemesis Gravidium. Mengatasi mual muntah selama
masa kehamilan dapat dilakukan tindakan farmakologi maupun non farmakologi
(Rofi’ah, Handayani. dkk., 2017)

1
b) Patofisiologi

Gambar 1. Patofisiologi Mual Muntah (Daniel, 2016).

Rasa mual membuat seorang wanita hamil lebih sulit makan meskipun
sudah tersedia makanan favoritnya. Mual dan muntah disebabkan oleh adanya
perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil. Berikut ini adalah beberapa
penyebab umum mual muntah yaitu (Pratami, 2016) :
1) Hormon estrogen dan progesterone. Hormon progesteron dibentuk oleh
corpus luteum. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron dapat
mengganggu sistem pencernaan ibu hamil, dan membuat kadar asam
lambung meningkat hingga muncul keluhan mual dan muntah. Hormon ini
dapat memperlambat fungsi metabolisme termasuk sistem pencernaan.
2) Human Chorionic Gonadotrophin (hCG). Hormon hCG dalam aliran darah
sangat membantu untuk menjaga persediaan estrogen dan progesteron
serta untuk mencegah masa menstruasi. Meningkatnya hormon hCG
secara tiba-tiba dapat mengakibatkan efek pedih pada lapisan perut, dan
efek ini berupa rasa mual. Hormon ini juga menyebabkan hilangnya gula

2
dari darah, yang dapat menimbulkan perasaan sangat lapar dan sakit. Jadi
hormon hCG ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa mual dan
muntah pada ibu hamil.
3) Makanan Makanan-makanan berminyak dapat menyebabkan mual dan
muntah pada ibu hamil. Fungsi sistem pencernaan yang telah menurun
akibat hormon akan semakin memburuk saat mendapat asupan makanan
yang pedas dan berminyak.

c) Dampak Mual Muntah Pada Kehamilan Trimester 1


Mual dan muntah jika tidak ditangani dengan baik akan berlanjut menjadi
hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan keadaan ibu hamil menjadi buruk
(Rofi’ah, Handayani. dkk., 2017).
1) Dampak yang terjadi pada ibu akibat dari mual dan muntah yaitu :
menurunnya cairan elektrolit didalam tubuh ibu, sehingga terjadi
hemokonsentrasi yang dapat memperlambat peredaran darah, nafsu makan
menurun yang mempengaruhi tumbuh kembang janin, gangguan nutrisi,
dehidrasi, kelemahan, dan penurunan berat badan (Marunung, 2016).
2) Selain keadaan umum ibu menjadi buruk, dampak yang ditimbulkan dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, bayi lahir rendah,
kelahiran prematur, serta malforasi pada bayi baru lahir (Saifuddin, 2017).

d) Cara Mengatasi Mual Pada Kehamilan Trimester 1


Menurut Purwaningsih & Siti Fatmawati (2018), mual dan muntah sering
dialami oleh ibu hamil trimester I, cara mengatasi masalah tersebut agar dapat
mempertahankan asupan nutrisi dan cairan pada ibu hamil yaitu sebagai berikut :
1) Menghindari bau atau faktor-faktor penyebab terjadinya mual dan
muntah.
2) Sediakan makanan kering seperti biscuit atau roti bakar sebelum bangun
dari tempat tidur di pagi hari.
3) Jaga pola makan dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering.

3
4) Hindari makanan yang mengandung lemak, dan berminyak, serta
berbumbu keras.
5) Bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan dan jangan langsung
bergerak.
6) Banyak mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat.
7) Banyak minum air, dan mengkonsumsi vitamin B6 yang diimbangi
dengan istirahat yang cukup.

e) Algoritma Mual Muntah

Gambar 2. Algoritma Pengobatan Mual Muntah Pada Kehamilan (J, Indon 2017)

4
Pada algoritma terapi tersebut first line yang digunakan adalah doxylamine
dikombinasikan dengan pyridoxine, pada terapi yang digunakan oleh pasien dokter
meresepkan vometa 1 x sehari 30 menit sebelum makan. Kandungan dari vometa adalah
domperidon, mekanisme kerja dari domperidon adalah memblok dopamin D2 reseptor
pada hipofisis anterior, dopamin menstimulasi pengeluaran prolaktin yang berperan
penting dalam laktasi (Fasya, 2020). Namun The American Collage Of Obestetricans and
Gynecologist (ACOG) tidak merekomendasikan domperidon dan tidak ada penelitian
yang menyatakan bahwa domperidon digunakan untuk mual muntah pada kehamilan,
serta domperidon tidak digunakan dinegara maju seperti USA (Lawrence, 2016).
Menurut Clark dkk, 2017, pemberian terapi pada ibu hamil harus memperhatikan
kemungkinan resiko komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin, evaluasi ketepatan
aplikasi panduan evidence base sangat pentig. Penelusuran penggunaan obat antiemetik
pada janin dapat memberikan gambaran mengenai ketepatan terapi yang ideal. Pada
umumnya kejadian mual muntah saat kehamilan tidak diterapi dengan tepat serta tidak
ada penyelidikan mengenai keamanan dan efektivitas terapi. Informasi meliputi
keamanan janin, dosis, evikasi dan keamanan bagi ibu perlu diperhatikan lebih dari 10%
ibu hamil medapat terapi untuk mual muntahnya. The American Collage Of
Obestetricans and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan kombinasi pyridoxin
hidrokloride (Vitamin B6) dan doxylamin suksinat untuk lini pertama MVP jika
monoterapi vitamin B tidak adekuat.

1.2.2 Keputihan
a) Definisi
Flour albus adalah cairan yang keluar belebihan dari vagina bukan
merupakan darah. Menurut Wiknjosastro, Flour Albus adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat alat genetalia yang tidak
berupa darah. (Sibagariang, 2016:54) Leukorea berasal dari kata Leuco yang
berarti benda putih yang disertai dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau
cairan yang mengalir. Leukorea atau flour albous atau keputihan atau vaginal
discharge merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah.
Keputihan merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam

5
tubuh. Selain itu, keputihan juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit.
Keputihan ada yang bersifat fisiologi dan patologis. Keputihan bersifat fisiologis
yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami dalam tubuh. Keputihan bersifat
patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari jamur, bakteri dan virus.
Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya kelainan alat repoduksi
sehingga jumlah, warna, dan baunya perlu diperhatikan (Marhaeni, 2016).
Erosio Porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka
yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut Rahim). Penyebabnya bisa
karena infeksi dengan kuman kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat
kimia atau alat tertentu: umumnya disebabkan oleh infeksi. Erosi porsio atau
disebut dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian atau seluruh permukaan
epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau
mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanali
serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah, erosi dan terinfeksi. Erosi
serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks (Asih Yusari, 2019).
b) Klasifikasi Keputihan
1) Flour Albus fisiologis
Flour albus fisiologis terjadi atas cairan yang kadang-kadang
berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang. Sedangkan flour albus patologis banyak mengandung leokosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan
berbagai organ yakni hipotalamus, hipofisi, ovarium dan adrnal. Estrogen
dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma
dan kelenjar sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi.
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi sekitar fase sekresi antar hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat
terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang mengkonsumsi obat-obat
hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak
berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.

6
2) Flour Albus Patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak
leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka).
Jejas ini dapat diakibakan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing,
neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas. Kuman penyakit
yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida Albikan, Parasit
Tricomonas, E.Coli, staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma
aquiminata dan herpes serta luka di daerah vagina, benda asing tidak di
sengaja atau di sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya,
timbul gejala gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan
yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau, vulva berwarna merah dan sembab, kadang
kadang ada erosi akibat ada garukan. Terlihat keputihan yang berwarna
putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung melengket ke dinding
vagina. Pada pria kelainan yang timbul adalah balanopotitis (radang pada
gelang penis dan prepusium) (Sibagariang, 2016).
c) Macam Macam Keputihan
1) Kandidisis Vulvovaginal
Penyebab utama pada umumnya, candida albicans suatu
mikroorganisme komensal dari ekosistem vagina dan terdapat dalam
populasi kecil pada sekitar sepertiga vagina wanita sehat. kandidiasis
vulvovaginal dapat terjadi karena pertumbuhan berlebih dari sel sel jamur,
yang secara normal sebenarnya terdapat dalam vagina wanita sehat.
Kehamilan merupakan salah satu penyebabnya, selain itu sering juga
terjadi pada pemakai kontrasepsi oral atau pemakaian antibiotic
berlebihan, menstruasi, diabetes militus, penyakit penyakit menurun daya
kekebalan tubuh, cairan pewangi atau pembersih vagina, antimicrobial
yang topical, vagina jelly, atau pemakaian celana dalam yang ketat dengan
ventilasi yang kurang.

7
Gejala klinis yang khas adalah adanya cairan vagina yang kental,
seperti keju lembek atau susu basi yang terkadang disertai oleh rasa gatal,
iritasi, atau rasa panas pada vulva. Vagina tidak mempunyai reseptor gatal,
sehingga rasa gatal baru akan terjadi bila lender atau cairan vagina sudah
mengiritasi vulva. Cairan vagina tidak selalu ada, atau bisa juga sangat
sedikit, putih, encer, dan tidak berbau. Bila terjadi infeksi sekunder, maka
lender vagina bisa berwarna kekuningan atau kehijuan, berbau, bengkak,
dan nyeri saat berkemih atau sering disebut dengan disparenia.
1) Trikomoniasis
Penyebabnya trichomonas vaginalis, suatu protozoa yang mempunyai flagel.
Biasanya terdapat diuretra (pria dan wanita) atau pada vagina, terutama pada wanita
pascamenopause. Dan ditularkan memalui habungan seksual. Gejala klinis tergantung
beratnya penyakit. Bila didapati gejala klinis, maka tampilannya berupa iritasi, gatal,
rasa panas, atau nyeri yang biasnya dirasakan pada vulva, perineum, dan paha dapat
disertai dispareni dan disuri. Dapat juga terjadi perdarahan atau bercak darah setelah
coitus dikarnakan kontak langsung degan serviks yang meradang. Karakteristik
berbuih bisa berwarna putih keabuan atau kuning kotor kehijauan dan berbuih serta
berbau busuk. Akibat terhadap kehamilan trikomoniasis berhubungan dengan
kejadian premature dan BBLR.
2) Vagina Bacterial
Vagina bacterial merupakan penyebab keputihan yang umum ditemukan pada
wanita usia subuh. Di amerika, keadaan ini merupakan sekitar 50% penyebab
vaginitis pada seluruh populasi wanita dan 10%-30% merupakan penyebab vaginitis
pada wanita hamil (Alam Kartika Dewi, 2017).
d) Patofisiologi
Keputihan merupakan sekresi vagina dalam jumlah besar dengan konsistensi
kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat
pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laknat oleh
basil doderlein. Meski basil ini berfungsi melindungi ibu dan janin dari kemungkinan
infeksi yang mengancam, tetapi hasil ini merupakan medium yang dapat mempercepat
pertumbuhan organisme yang bertanggung jawab terhadap terjadinya vaginitis.

8
Peningkatan sekresi vagina dan serviks yang sangat banyak selama kehamilan berbentuk
duh putih yang agak kental. pH asam bervariasi 3,5 sampai 6 yang merupakan akibat
peningkatan produksi asam laknat dari glikogen di epitel vagina oleh lactobacillus
acidophilus. Produktivitas kelenjar serviks dalam menyekresi sejumlah besar lendir pada
saat ini guna membentuk sumbat lendir serviks ternyata juga dapat mengakibatkan flour
albus. Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi
baru lahir sampai 10 hari mengeluarkan keputihan.
2) Pengaruh estrogn yang meningkat saat menarchea.
3) Rangsangan saat coitus sehingga menjelang bersetubuhan seksual menghasilkan
secret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau
vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga pengeluaran tarnsudasi dari
dinding vagina hal ini di perlukan untuk melancarkan persetubuhan coitus.
4) Adanya peningkatan reproduksi kelenjar kelenjar pada mulut rahim saat masa
ovulasi.
5) Mucus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
yang berfungsi mencegah kuman masuk kerongga uterus (Sibagariang, 2016).

Apabila tidak segera diatasi keputihan fisiologis dapat berubah menjadi keputihan
patologis, keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh infeksi tubuh akan
memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reaksi
radang, penyebab infeksi, yakni:
a) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah candida albikan. Penyakit
ini disebut juga kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan sparofit yang pada
keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu
menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. penyakit ini
tidak selalu akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada
beberapa factor predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain:
 Pemakaian obat antibiotika dan kortikisteroid yang lama
 Kehamilan

9
 Kontrasepsi hormonal
 Kelainan endokrin seperti diabetes militus
 Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit penyakit kronis
 Selalu memakai pakai pakaian dalam yang ketat yang terbuat dari bahan
tidak menyerab keringat
Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin,
keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Keluar
nya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang kadang disertai
rasa nyeri pada saat bersenggama. Pada pemeriksaan klinis terlihat vulva
berwarna merah (eritem) dan sembab kadang-kadang ada erosi akibat garukan
(Sibagariang, 2016).

b) Bakteri
1) Gonokokus
Penyakit ini disebut dengan gonorhoe dan penyebab penyakit ini adalah
bakteri Neisseria gonorhoe penyakit ini sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS). Gejala yang di timbulkan adalah keputihan yang berwarna
kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat
bersenggama.
2) Klamida
Trakomatis kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma
dan menjadi penyakit menular seksual. Gejala utama yang ditimbulkan
adalah servitis pada wanita.
3) Parasite
Parasite yang sering menyebabkan keputihan adalah trikomonas vaginalis,
bebentuk lonjong, bersilia dapat bergerak berputar putar dengan cepat.
Penularan dengan jalan coitus ialah cara yang paling sering terjadi. Gejala
yang ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai kental, berwarna
kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan panas.

10
4) Virus
Virus sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan herpes
simpleks. HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan
berbau, tanpa rasa gatal (Sibagariang, 2016:58).

5) Kanker
Leokorea ditemukan pada neoplasma jika maupun ganas, apabila tumor itu
dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya merasuki lumen
saluran alat alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal
dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat
pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, barbau busuk disertai darah yang
tak segar.
6) Fisik tampon, trauma dan IUD.
7) Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam
pematangan sel akibat tidak adanya. Hormone estrogen sehingga vagina
kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka
dam timbul infeksi penyerta.

11
e) Algoritma keputihan

Gambar 3. Algoritma Keputihan (Irene, 2019)


Pada algoritma terapi tersebut first line yang digunakan adalah klotrimazole,
flukonazole dan itrokonazole. Pada terapi yang digunakan oleh pasien dokter meresepkan
antibiotik yaitu Ciprofloxacin 3 x sehari. Mekanisme kerja ciprofloxacin yaitu
menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba (Sandika dan Suwandi, 2017). Namun
pengguanaan ciprofloxacin pada kehamilan trimester pertama sebaiknya tidak digunakan,
karena pada keadaan tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu masa-masa pembentukan
organ penting pada janin (Annas, 2020).
Menurut Gunawan 2016, merekomendasikan Klotrimazol sebagai terapi pada
keputihan. Klotrimazol aman bagi ibu hamil karena termasuk obat pada kategori B.
Klotrimazol termasuk dalam anti jamur golongan azole yang bekerja dengan cara
merusak struktur membran sel jamur. Dengan demikian pertumbuhan jamur dapat
dihentikan.

12

Anda mungkin juga menyukai