Anda di halaman 1dari 17

EVIDANCE BASED PRACTICE

PRENATAL (Hiperemesis Gravidarum)

Disusun untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Dosen: Nety Rustikayanti, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh:

Ali Yakub Wijianto : 201FK04068

Rossy Nurkhohirin : 201FK04054

Risnawati : 201FK04051

Sri Wahyuni : 201FK04057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Evidence
Based Practice (EBP) Prenatal (Hiperemesis Gravidarum)” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas keperawatan stase Maternitas.


Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan penulis juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.

Penulis

Oktober 2020
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan penulisan...................................................................................

BAB II RINGKASAN JURNAL........................................................................

BAB III PEMBAHASAN JURNAL...................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................

4.1 Kesimpulan..........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,
dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan seperti
perubahan fisik dan mental. Peroses kehamilan yang normal terjadi selama 40
minggu, dimana kehamilan biasanya terbagi kedalam 3 fase atau yang lebih
dikenal dengan sebutan trimester (Bobak et al, 2005). Perubahan fisiologis
yang terjadi pada masa ibu hamil menurut Hutaean (2009), yaitu perubahan
pada sistem pencernaan, mengalami penurunan nafsu makan, ibu hamil
trimester 1 sering mengalami mual muntah yang merupakan perubahan
saluran cerna dan kenaikan kadar ekstrogen, progesterone dan human
chorionic gonadotropin (HCG) dapat menjadi pencetus terjadinya mual dan
muntah pada ibu hamil. Meningkatkannya hormon progesteron dapat
mengakibatkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas lambung menurunan dan pengosongan lambung melambat.
Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan menurunnya sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terjadinya mual dan muntah.
Mual dan muntah adalah suatu yang wajar pada ibu hamil trimester 1.
Kondisi ini akan berubah jika mual dan muntah terjadi >10 kali dalam sehari,
sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan elektrolit dan dapat
memengaruhi keadaan umum serta mengganggu kegiatan sehari-hari (Morgan,
2009). Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual
dan muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, mual dan muntah juga terdampak negtif
bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari terjadi terganggu (Rocmawati,
2011).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis
gravidarum, yaitu faktor hormonal, paritas, psikologis, alergi dan nutrisi.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil trimester 1. Pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu
respon terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,
terhadap sistem pelayanan kesehatan, lingkungan dan makanan. Perilaku
kesehatan seseorang termasuk pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor umur, paritas,
sikap, pendidikan dan pengetahuan (Rocmawati, 2011) Untuk mengatasi
permasalahan hiperemesis gravidarum bisa dilakukan beberapa terapi sesuai
jurnal yang diambil seperti konsumsi air tebu kombinasi dengan air jahe
(Wardani, 2020), sirup jahe merah (Suparmi & Kusumadewi, 2018),
pemberian aroma terapi jeruk (Megasari, 2016) , pemberian aroma terapi
lavender (Pratiwi dkk, 2011). Maka dari itu dalam makalah ini akan
membahas mengenai hiperemesis gravidarum.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiman perbandingan intervensi yang sesuai jurnal pada klien penderita
hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan intervensi yang sesuai jurnal pada klien
penderita hiperemesis gravidarum?
BAB II

RINGKASAN JURNAL

1. Judul:
Efektifitas Konsumsi Air Tebu Kombinasi Dengan Air Jahe Terhadap
Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru.
Penulis:
Rahayu Kusuma Wardani
Hasil:
hasil penelitian menujukan bahwa air tebu kombinasi dengan air jahe
efektifitas dalam menurunkan mual muntah pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo dengan nilai p-value 0,000 (a =
0,05).
2. Judul:
Pengaruh Sirup Jahe Merah Terhadap Penurunan Hiperemesis Gravidarum
Grade 1 Pada Ibu Hamil Di Plupuh Sragen
Penulis:
Suparmi, Rita Riyanti Kusumadewi
Hasil:
Terdapat perbedaan yang signifikan pada frekuensi mual muntah sesudah
10 hari eksferimen antara kedua kelompok (p < 0,001) dimana frekuensi
mual muntah sampel kelompok perlakuan pada hari ke-10 lebih kecil
dibandingkan frekuensi mual muntah sampel kelompok kontrol. Sehingga
pemeberian sirup jahe merah selama 10 hari pada ibu hamil dapat
menurunkan hiperemesis gravidarum grade 1 pada ibu hamil (p value <
0,001).
3. Judul:
Pemeberian Aromaterapi Jeruk Dengan Penurunan Rasa Mual Pada Ibu
Hamil Trimester 1 Di Klinik Pratama Deliana S
Penulis:
Novita Lusiana

Hasil:

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 30 ibu hamil didapatkan hasil Mean


Rank pretest dan post test untuk kelompok eksperimen. Maka didapatkan
hasil aroma terapi jeruk efektif terhadap penurunan mual muntah terhadap
ibu hamil yang mengalami hiperemesis (8.00).

4. Judul:
Pemberian Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan Rasa Mual Dan
Muntah Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum
Penulis:
Ratih Pratiwi, Misrawati, Reni Zulfitri

Hasil:

Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan secara bermakna


terhadap penurunan mual muntah pada kelompok intervensi setelah
pemberian aromaterapi (p value <0,05).
BAB III

PEMBAHASAN

1. Jurnal 1
Rahayu Kusuma Wardani, Efektifitas Konsumsi Air Tebu Kombinasi
Dengan Air Jahe Terhadap Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru.

Pada kehamilan trimester pertama kemungkinan besar akan


mengalami mual-mual dengan atau tanpa muntah. Gejala ini dimulai
sekitar minggu keenam kehamilan dan biasanya membaik diakhir
kehamilan trimester pertama sekitar minggu ke-13 (Ira,2015). Dalam hal
ini hormon yang berperan penting pada kehamilan yaitu
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron. Perubahan hormon pada
masa kehamilan menyebabkan terjadinya mual dan muntah yang sering di
sebut dengan Hyperemesis Gravidarum (Wiknjosastro,2006).
Dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum terdapat therapy
farmakologi, yaitu : suplemen multivitamin, bantihistamin, dopamin
antagonis, serotonin antagonis, kortikosteroid, vitamin B1 dan B6
(Widana, 2017).
Sedangkan therapy nonfarmakologi yaitu : Makan dalam jumlah
sedikit tapi sering, makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein,
sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun tetapi
duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun, Hindari makanan yang
berlemak, berminyak, minum yang cukup, pengobatan tradisional: air tebu
kombinasi dengan air jahe dan istirahat (Wesson, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
sebanyak 5.87 kali sebelum mengkonsumsi air tebu kombinasi dengan air
jahe dan mengalami penurunan menjadi 0.47 kali sesudah mengkonsumsi
air tebu kombinasi dengan air jahe. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada 15 responden hiperemesis gravidarum terhadap ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru nilai mean
didapatkan sebelum perlakuan adalah 5.87.
Dimana mual muntah membutuhkan pengobatan atau terapi untuk
mengurangi mual muntah dengan pengobatan non farmakologi yaitu
mengkonsumsi air tebu kombinasi dengan air jahe. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan pada 15 responden hiperemesis gravidarum terhadap
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru
nilai mean didapatkan sesudah perlakuan adalah 0.47. Dimana dari hasil
penelitian ini menunjukkan adalah pengaruh konsumsi air tebu kombinasi
dengan air jahe terhadap hiperemesis gravidarum.
Hal ini dapat terjadi dengan beberapa kemungkinan diantaranya
adalah kebenaran teori Lisnur (2016) bahwa sumber energi instan bagi ibu
hamil salah untuk mengurangi mual muntah salah satunya terdapat pada
air tebu kombinasi dengan air jahe.
Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan ibu hamil
memperburuk keadaan seperti dapat mengancam keadaan ibu dan janin.
Maka dari itu, dianjurkan untuk mengonsumsi 100 ml air tebu kombinasi
dengan 10 ml air jahe yang diminum 3 kali sehari selama 4 hari untuk
mengurangi mual muntah yang terkandung di dalam zat-zat aktif seperti
asam suksinat, minyak astsiri, gingerol untuk meredakan perut menjadi
lebih nyaman dan hangat.

2. Jurnal 2
Suparmidan Rita Riyanti Kusumadewi, Pengaruh Sirup Jahe Merah
Terhadap Penurunan Hiperemesis Gravidarum Grade 1 Pada Ibu Hamil Di
Plupuh Sragen.

hiperemesis gravidarum di Puskesmas Plupuh 1 Sragen dilakukan


dengan (30 kontrol dan 30 intervensi). Kelompok perlakuan diberikan
Sirup jahe merah 2x sehari (3-4 sendok makan sirup dan diencerkan
dengan air hangat 200ml, selama 10 hari). kelompok kontrol tidak
diberikan sirup jahe merah. Mual muntah diukur dengan lembar observasi
yang dinilai dari frekuensi muntah sebelum pemberian Sirup Jahe dan
sesudah pemberian sirup Jahe selama 10 hari. Hasilnya menunjukan
bahwa terjadi penurunan frekuensi mual muntah yang signifikan baik pada
kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Hanya saja
perlakuan yang terjadi hanya pada kelompok perlakuan jauh lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sampel pada kelompok perlakuan mengalami penurunan frekuensi
mual muntah dari rata-rata 3,60 kali per hari menjadi 0,27 kali per hari
sesudah mengkonsumsi sirup jahe merah selama 10 hari.
Sampel pada kelompok kontrol meskipun tidak mengkonsumsi sirup jahe
merah pada rentang waktu yang sama juga mengalami penurunan
frekuensi mual muntah dari rata-rata 3,57 kali per hari menjadi 2,47 kali
perhari. Hal ini membuktikan bahwa konsumsi sirup jahe merah
memberikan pengaruh yang signifikan pada penurunan mual muntah
(Hiperemesis Gravidarum) pada ibu hamil.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meltzer
(2000) menjelaskan bahwa terjadi penurunan keparahan mual muntah pada
ibu hamil yang diberikan jahe dibandingkan ibu hamil yang tidak
diberikan jahe. Vutyavanich (2001) menambahkan bahwa pemberian
intervensi pada kelompok yang diberikan tablet jahe pada umumnya
mengalami penurunan mual muntah dibandingkan kelompok yang
diberikan tablet plasebo.

3. Jurnal 3
Novita Lusiana, Pemeberian Aromaterapi Jeruk Dengan Penurunan
Rasa Mual Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Klinik Pratama Deliana S.
Dari hasil penelitian didapatkan perbandingan rata-rata mual
muntah sebelum dan sesudah diberikan aroma terapi jeruk pada 15
responden. Sebelum diberikan aroma terapi jeruk rata-rata mual muntah
5,07 kali per hari dan setelah diberikan aroma terapi jeruk rata-rata sebesar
2,80 kali per hari. Hal tersebut menunjukan ada penurunan rata-ratamual
muntah sebelum dan sesudah diberikan aroma terapi jeruk terhadap ibu
hamil di BPM Deliana Kota Pekanbaru tahun 2016.

Hasil penelitian diatas didukung dengan penelitian yang dilakukan


oleh “Chittumma et al. (2007) , Perbandingan Efektifitas Pemberian
Aroma Terapi Jeruk Terhadap Penurunan mual muntah pada Ibu hamil
Trimester I,” yang menghasilkan, hasil analisis diperoleh tingkat mual dan
muntah aromaterapi jeruk secara signifikan mengurangi skor mual dan
muntah secara berturut-turut. Rasa mual pada awal kehamilan dapat
dikurangi dengan menggunakan terapi komplementer antara lain dengan
tanaman herbal atau tradisional yang bisa dilakukan dan mudah didapatkan
seperti aroma terapi jeruk (Putri, 2009), dan teori ini terbukti bahwa
pemberian aroma terapi jeruk efektif terhadap penurunan mual muntah
pada ibu hamil.

Berdasarkan pembahasan diatas bahwa adanya efektifitas


penurunan mual muntah pada ibu hamil terhadap pemberian aromaterapi
jeruk. Karena dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata nilai
intensitas mual muntah ibu hamil menurun terhadap aroma terapi jeruk.

4. Jurnal 4
Ratih Pratiwi, Misrawati, Reni Zulfitri, Pemberian Aromaterapi Lavender
Dalam Menurunkan Rasa Mual Dan Muntah Pada Pasien Hiperemesis
Gravidarum

Terapi farmakologis akan memberikan efek samping pada kondisi


ibu dan janin. Terapi ini akan berpengaruh buruk pada janin, karena janin
masih rentan terhadap ancaman lingkungan, terutama pada substansi yang
tidak alami atau buatan. Terapi nonfarmakologis atau pengobatan
komplementer merupakan salah satu terapi yang digunakan pada ibu hamil
ketika mengalami mual. Salah satunya adalah aroma terapi yang dapat
memberikan kenyamanan (relaksasi) bagi yang menggunakannya. Aroma
terapi adalah elemen spesifik dari pengobatan herbal yang mengekstrak
komponen minyak essential dari tanaman dengan cara distilasi, dingin,
ekstraksi karbon dioksida atau bahan pelarut. Minyak essensial ini
memiliki konsentrasi tinggi, dengan kandungan kimiawi yang memiliki
nilai-nilai dalam kisaran terapeutik (Tiran, 2008).

Pada kondisi hamil, salah satu aroma terapi yang aman digunakan
yaitu aroma terapi lavender untuk mengatasi keluhan mual, morning
sickness dan pusing. Pada kondisi ini aromaterapi yang dibutuhkan adalah
jenis yang memberikan relaksasi lebih, menenangkan serta memberikan
rasa kesegaran yang semuanya ini terdapat dalam aroma lavender.
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan
sistem penciuman (Primadiati, 2010). Penciuman dapat mempengaruhi
kesehatan dalam jangka panjang dan daya ingat serta emosi dalam jangka
pendek. Bila minyak essensial dihirup, respon bau yang dihasilkan akan
akan menghantarkan pesan elektrokimia ke sistem saraf pusat. Pesan ini
akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat seseorang yang selanjutnya
akan mengantarkan pesan baik ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi.
Pesan yang diantarkan ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu
aksi dengan pelepasan senang, rileks, dan tenang (Primadiati, 2002).

Aroma terapi khususnya aroma lavender dapat mengurangi rasa


mual dan muntah pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tanpa
memberikan efek samping pada ibu dan janin. Kandungan zat-zat kimia
alami dari tumbuhan ini bersifat antioksidan, antiinflamasi, serta dapat
memberikan kenyamanan bagi ibu hamil dengan cara meletakkan aroma
terapi di kamar, sehingga ibu dapat menghirup wanginya aroma lavender
saat beristirahat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu dengan
hiperemesis gravidarum di rumah sakit Eria Bunda Pekanbaru, diperoleh
umur responden terbanyak berada pada rentang 25-30 tahun yaitu
sebanyak 45% atau 9 orang responden, usia kehamilan terbanyak yaitu
responden dengan usia kehamilan pada trimester I sebanyak 15 orang atau
75%. Sedangkan untuk jumlah kehamilan terbanyak yaitu kehamilan
multigravida sebanyak 11 orang atau sekitar 55% dari total responden.
rata-rata skala mual muntah sebelum diberikan aroma terapi pada
kelompok eksperimen sebesar 8,5 dimana skala tersebut dikategorikan
sebagai mual muntah hebat dan kelompok kontrol sebesar 8,0 dimana
skala tersebut juga dikategorikan sebagai mual dan muntah hebat. Data
tersebut membuktikan bahwa seluruh responden mengalami mual muntah
hebat pada saat pertama masuk rumah sakit pada kelompok kontrol
maupun eksperimen.

Hal ini sesuai dengan pengertian hiperemesis gravidarum yaitu


mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan
kekurangan nutrisi (Sherwan, 1999; Old, 2000; Micheline, 2004). Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai minggu kesepuluh
kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan
20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan pada kelompok


eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan. Langkah-langkah yang
dilakukan pada kelompok eksperimen:

a. Siapkan wadah elektrik tempat pengenceran minyak lavender yang


sudah berisi air hangat.
b. Teteskan 2 - 3 tetes minyak essensial lavender kedalam wadah yang
sudah berisi air hangat lebih kurang 100 ml.
c. Setelah diencerkan, minyak essensial diletakkan di dalam ruangan
perawatan yang berukuran 3 x 4 m.
d. Pada saat ibu sudah berada di dalam ruangan perawatan (1 ruangan 1
orang pasien), berikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui
karakteristik ibu.
e. Minta ibu untuk menunjukkan rentang mual yang dirasakan dengan
menggunakan skala Likert pada saat sebelum memberikan aroma
terapi lavender (pre-test), dengan rentang mual (0-10).
f. Atur posisi ibu senyaman mungkin dengan posisi duduk ataupun
berbaring
g. Sambungkan ke listrik dan nyalakan wadah yang sudah berisi minyak
essensial lavender yang sudah disiapkan tadi.
h. Anjurkan ibu untuk relaksasi dan menghirup aroma dari minyak
essensial lavender agar ibu dapat merasakan manfaatnya.
i. Biarkan minyak essensial dalam wadahnya tadi tetap berada diruangan
perawatan ibu selama 24 jam.
j. Minta ibu untuk menunjukkan rentang mual yang dirasakan dengan
menggunakan skala Likert pada hari berikutnya, setelah tindakan
pemberian aroma terapi (post-test), dengan rentang mual (0-10).
k. Lakukan penggantian air dan pengenceran aroma terapi seperti langkah
1 dan 2 setiap harinya
l. Catat skala mual kelompok eksperimen di dalam lembar observasi
setiap hari (pre-test dan post test)

Langkah-langkah yang dilakukan pada kelompok kontrol adalah:


a. Ketika ibu sudah berada diruangan perawatan berikan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui karakteristik ibu.
b. Menilai pre-test dengan meminta ibu untuk menunjukkan rentang mual
yang dirasakannya dengan menggunakan skala rentang mual (0-10)
c. Evaluasi kembali rentang mual (post-test), pada hari kedua dan ketiga
perawatan. Rentang mual (0-10).
d. Catat skala mual kelompok kontrol di dalam lembar observasi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh angka rata-ratta skala mual


muntah sebelum pemberian aroma terapi lavender pada kelompok
eksperimen yaitu 8,5, setelah pemberian aroma terapi pada kelompok
eksperimen diperoleh angka rata-rata skala mual muntah mengalami rata-
rata penurunan menjadi 1,4 pada hari kedua setelah pemberian aroma
terapi lavender. Dari hasil penelitian tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi
penurunan mual muntah pada kelompok eksperimen setiap harinya.
Kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
penurunan skala mual dan muntah antara kelompok eksperimen
( diberikan aroma terapi lavender) dan kelompok kontrol (tidak diberikan
aroma terapi lavender). Dimana skala mual dan muntah kelompok
eksperimen lebih cepat turun bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Ini berarti dengan pemberian aroma terapi lavender dapat membantu ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum dalam menurunkan rasa mual dan
muntahnya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum dapat diatasi dengan intervensi dari hasil
ke-4 jurnal diantaranya yaitu Konsumsi Air Tebu Kombinasi Dengan
Air Jahe Terhadap Hiperemesis Gravidarum, Sirup Jahe Merah
Terhadap Penurunan Hiperemesis Gravidarum Grade 1 Pada Ibu
Hamil, Pemeberian Aromaterapi Jeruk Dengan Penurunan Rasa Mual
Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Klinik Pratama Deliana , dan
Pemberian Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan Rasa Mual
Dan Muntah Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum. Dari ke-4 jurnal
menyatakan bahwa terdapat hasil yang signifikan dengan penurunan
mual pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.

4.2 Saran
Untuk menambah reverensi intervensi yang lain terkait hiperemesis
gravidarum supaya lebih banyak lagi hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wardani, R. K. (2020). Efektifitas Konsumsi Air Tebu Kombinasi Dengan Air


Jahe Terhadap Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru. Al-Insyirah Midwifery: Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal
Of Midwifery Sciences), 9(1), 36-41.

Pratiwi, R., Misrawati, M., & Zulfitri, R. Efektifitas Pemberian Aroma Terapi
Lavender Dalam Menurunkan Rasa Mual Dan Muntah Pada Pasien Hiperemesis
Gravidarum. Jurnal Ners Indonesia, 2(1), 60-69.

Suparmi, S., & Kusumadewi, R. R. (2018). Pengaruh Sirup Jahe Merah Terhadap
Penurunan Hiperemesis Gravidarum Grade I Pada Ibu Hamil Di Plupuh
Sragen. Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan Dan Keperawatan, 12(1), 15-
20.

Megasari, M., & Lusiana, N. (2018). Pemberian Aromaterapi Jeruk Dengan


Penurunan Rasa Mual Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Pratama Deliana
S. Jurnal Penelitian Kesehatan" Suara Forikes"(Journal Of Health Research"
Forikes Voice"), 9(2), 120-122.

Anda mungkin juga menyukai