Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KDP HEPATITIS

Susan Irawan, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

RINA RIYANA
201FK04049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
A. DEFINISI
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh
virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV),
delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis F dan Hepatitis G.
(Amin H & Hardhi K, 2015).

 Hepatitis dibagi menjadi 2 tahapan yaitu:


1. Hepatitis akut: infeksi virus sistemik yang berlangsung selama < 6
bulan
2. Hepatitis Kronis: Gangguan-gangguan yang terjadi selama > 6
bulan dan kelanjutannya dari hepatitis akut.
3. Hepatitis Fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya
hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu
oleh karena itu hanya terjad pada bentuk akut. (Yuliana elin, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis secara umum agen penyebab dapat
diklasifikasikan kedalam group yaitu hepatitis dengan transmisi secara
enteric dan transmisi melalui yaitu (Amin H & Hardhi K, 2015):
1. Transmisi secara enterik terdiri dari Virus Hepatitis A (HAV) Dan
Virus Hepatitis E (HEV):
- Virus tanpa selubang
- Tahan terhadap cairan empedu
- Ditemukannya di tinja
- Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
- Tidak terjadinya viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal.
2. Transmisi melalui darah terdiri atas Hepatitis B (HBV), Hepatitis D
(DHV) dan virus Hepatitis C (HCV):
- Virus dengan selubang
- Rusak bila terpajan cairan empedu
- Tidak terdapat dalam tinja
Hepatitis juga biasanya bisa disebabkan oleh adanya zat-zat
kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun, dan
Mengkonsumsi alcohol secara berlebihan yang bisa menyebabkan
peradangan pada hati (hepatitis).

C. MANIFIESTASI KLINIS

Terdapat tiga stadium:

a. Stadium pre ikterik


Berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan
atas, urine lebih coklat.
b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-
mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan
berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri
tekan.
c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi.
Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab yang biasa berbeda.
(Amin H & Hardhi K, 2015).

D. KLASIFIKASI
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), Macam-
macam hepatitis dibagi menjadi 5 bagian yaitu diantaranya:
1. Hepatitis A (HAV)
Merupakan suatu penyakit dengan distribusi global. Prevelensi
infeksi ditandai dengan tingkatan antibody anti-HAV telah diketahui
secara universal dan sangat erat hubungannya dengan standar sanitasi
atau kesehatan daerah yang bersangkutan. Hepatitis A ditularkan
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses penderita
hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.

2. Hepatitis B (HBV)
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV).
Hepatitis B ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita hepatitis B yaitu Darah, cairan vagina dan Sperma.
3. Hepatitis C (HCV)
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C (HCV).
Hepatitis C ditularkan melalui cairan tubuh. Misalnya menggunakan
jarum suntik bekas penderita hepatitis C.

4. Hepatitis D (HDV)
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis D (HDV).
Hepatitis D merupakan jenias hepatitis yang jarang terjadi, tetapi juga
bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak
dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

5. Hepatitis E (HEV)
Hepatitis E disebabkan olej infeksi virus Hepatitis E (HEV).
Hepatitis E mudah menular pada lingkungan yang memiliki santisa
yang buruk. Salah satunya yaitu melalui kontaminasinya pada sumber
air.

E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine
dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. (Andra Saferi Wijaya dan Yessie
M. Putri, 2013).
F. PATHWAY

Pengaruh alcohol, virus hepatis,


Inflamasi pada Hepar
toksin
Gangguan suplai darah normal Peregangan kapsula
Hipertermi
pada sel-sel hepar hati

Perasaan tidak nyaman


Kerusakan sel parenkim, sel hati Hepatomegali
dikuadran kanan atas
dan duktuli empedu intrahepatik

Nyeri Akut Anoreksi

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Gangguan metabolism Ostruksi Kerusakan konjugasi


karbohidrat lemak dan protein

Glikogenesis menurun Gangguan eksresi Bilirubin tidak sempurna


empedu dikeluarkan melalui ductus
hepatikus
Gluconeogenesis Retensi bilirubin
Bilirubin direk
Regurgitasi pd duktili
meningkat
Glikogen dalam hepar empedu intra hepatik
Ikterus
Bilirubin direk
Glikogenolisis

Peningkatan garam darah


Glukosa dalam Larut dalam air
dalam empedu
darah berkurang

Resiko ketidakstabilan Pruritus


kadar glukosa darah
Perubahan Eksresi kedalam
kenyamanan kemih
Cepat lelah

Resiko Gangguan Bilirubina dan kemih


Intoleransi Aktivitas Fungsi Hati berwarna gelap

G. KOMPLIKASI
Hepatitis jika tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yaitu:
- Gagal Hati
- Sirosis
- Kanker Hati

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubun serum total: meningkat pada penyakit hepatoseluler
- Bilirubin urine
- Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- Protein totel serum
- Albumin serum
- Globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- Respon waktu protombin terhadap vitamin K
- Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
d. Radiologi
- Foto rontgen abdomen
- Kolestrogam dan Kalangiogram
- Arteriografi pembuluh darah seliaka
e. Pemeriksaan tambahan
- Laparoskopi
- Biopsi hati
(Sievert W, Korman MG & Bolin T, 2010).

I. PENATALAKSANAAN
Jika seseorang yang telah terdiagnosis menderita hepatitis, maka harus
mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak
menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat keruskaan lebih
besar paa hati dan menyebabkan kanker.
1. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk
tidak banyak beraktivitas serta mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang
timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik
dan analgetik dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh
untuk nafsu makan serta obat-obatan yang mnegurangi rasa mual dan
muntah.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Pengobatannya yaitu pemberian oral dan injeksi
a. Pengobatan Oral
- Lamivudne: termasuk kelompok nukleosida analog, dikenal
sebagai nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun
anak-anak, pemakain obat ini cenderung meningkatkan enzim
hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
- Adefovir difovoxil (hepsera): pemberian secara oral akan lebih
efektif tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengrauh buruk terhadap fungsi ginjal.
- Baraclude (entecavir): obat ini diberikan paa penderita
hepatitis B Kronik, efek samping dari pemakaian obat ini aalah
sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzim
hati.
b. Pengobatan dengan Injeksi
- Microsphere: mengandung partikel raioaktif pemancar sinar β
yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferion (Intron A,
Infergen, Roferen) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau
lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi,
terutama paa penderita yang memiliki riwayat depresi
sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit paa otot-oto,
cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat
dihilangkan dengan pemberian antipiretik.
3. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Pada saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian
obat seperti: Interferon Alfa, Pegylated aianterferon Alfa dan
Ribavirin. Pengobatan paa penderita Hepatitis C memerlukan waktu
yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
tertolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya (Amin H
& Hardhi K, 2015).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1) Anamnesa
a. Biodata
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat Tinggal
Pekerjaan
Pendidikan
Status Perkawinan
b. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu
makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan
sakit kepala pada HVB, serta hilangnya daya rasa lokal untuk
perokok.
2) Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, demam, malaise, mual, muntah
(anoreksia), feses berwarna tanah liat dan urine pekat
b. Riwayat penyakit lalu
Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah
menderita masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang
meliputi penyakit gagal hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula
apakah pasien pernah mengindap infeksi virus dan buat catatan obat-
obatan yang pernah digunakan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap
hepatitis, dan penyakit biliaris.

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati


1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
a. Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
1. Kram abdomen
2. Nyeri tekan pada kuadran kanan
3. Mialgia
4. Atralgia
5. Sakit kepala
6. Gatal ( pruritus )

7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
a. Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan :penurunan peristaltik (refleks viseral),
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah, peningkatan kebutuhan kalori/ status
hipermetabolik.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ketahanan: nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas:depresi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Intervensi Rasional


O Keperawatan
1. Perubahan nutrisi Kriteria hasil : 1. Ajarkan dan 1. Keletihan
kurang dari - Menunjukkan perilaku bantu klien untuk berlanjut
kebutuhan perubahan pola hidup istirahat sebelum menurunka
berhubungan untuk makan. n keinginan
dengan, perasaan meningkatkan/mempe untuk
tidak nyaman di rtahankan berat badan 2. Awasi makan
kuadran kanan atas, yang sesuai. pemasukan 2.
gangguan absorbsi - Menunjukkan diet/jumlah 3. Akumulasi
dan metabolisme peningkatan berat kalori, tawarkan partikel
pencernaan badan mencapai makan sedikit makanan di
makanan;penurunan tujuan dengan nilai tapi sering dan mulut dapat
peristaltik (refleks laboratorium normal tawarkan pagi menambah
viseral), kegagalan dan bebas dari tanda- paling sering. baru dan
masukan untuk tanda mal nutrisi. rasa tak
memenuhi 3. Pertahankan sedap yang
kebutuhan hygiene mulut menurunka
metabolik karena yang baik n nafsu
anoreksia, mual dan sebelum makan makan
muntah, dan sesudah 4. Menurunka
peningkatan makan. n rasa
kebutuhan kalori/ penuh pada
4. Anjurkan makan
status abdomen
pada posisi duduk
hipermetabolik. dan dapat
tegak.
meningkatk
5. Berikan diit
tinggi kalori, an
rendah lemak . pemasukan

5.

2. Gangguan rasa Kriteria hasil : 1. Kolaborasi


nyaman (nyeri) Menunjukkan tanda- dengan individu
berhubungan tanda nyeri fisik, untuk
dengan intensitas & lokasinya menentukan
pembengkakan dan perilaku dalam nyeri metode yang
hepar yang (tidak meringis dapat digunakan
mengalami kesakitan/menangis) untuk intensitas
inflamasi hati dan nyeri.
bendungan vena 2. Tunjukkan pada
porta. klien penerimaan
tentang respon
klien terhadap
nyeri
3. Akui adanya
nyeri
4. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan klien
tentang nyerinya
5. Bahas dengan
dokter
penggunaan
analgetik yang
tak mengandung
efek hepatotoksi.
3. Hipertermi
berhubungan
dengan invasi agent
dalam sirkulasi
darah sekunder
terhadap inflamasi
hepar.

4. Intoleransi akivitas
berhubungan
dengan kelemahan
umum; penurunan
kekuatan/ketahanan:
nyeri, mengalami
keterbatasan
aktivitas:depresi.

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan,


perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi
dan metabolisme pencernaan makanan;penurunan peristaltik (refleks
viseral), kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah, peningkatan kebutuhan kalori/
status hipermetabolik.
a. Kriteria hasil :
- Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b. Intervensi :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk
makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran
gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. Makan banyak
sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling
buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit
pada sore hari.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
sesudah makan. .
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu
makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak .
Rasional : Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan


hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik, intensitas &
lokasinya dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan/menangis)
b. Intervensi :
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang
dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati,
melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri
1. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap
nyeri
2. Akui adanya nyeri
3. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya
Rasional : Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi
pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
4. Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri
Rasional : Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung
lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan).
5. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi.
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan
teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hipertermi Berhubungan Dengan Invasi Agent Dalam Sirkulasi


Darah Sekunder Terhadap Inflamasi Hepar.
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu.
b. Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan .
Rasional : Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
Rasional : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi
yang memicu timbulnya dehidrasi .

3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.

4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat


Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kuli.

4. Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum;


penurunan kekuatan/ketahanan: nyeri, mengalami keterbatasan
aktivitas:depresi.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan teknik/prilaku yang memampukan
kembali melakukan aktivits dan melakukan peningatan toleransi
aktivitas.

b. Intervensi :
1. Ubah posisi sesering mungkin dan berikan perawatan kulit yang
baik.

Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan


tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan
jaringan.

2. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan


rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini
dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.

3. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi


progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, dan berikan aktivitas
hiburan.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,


memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma. (2015). NANDA NIC-NOC Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosia Medis. Jilid 2 (68-70). Yogyakarta:
Mediaction.
Andra, Ns. Saferi Wijaya, S.Kep & Ns. Yessie Mariza Putri, S.Kep. 2013. KMB 2
Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu
Tentang Hepatitis. Jakarta: Arcar.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi dan Analisis Hepatitis. Jakarta Selatan:
Kemenkes RI.
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai