Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DOWN SYNDROME


2.1.1 DEFINISI
Sindrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom. Keadaan yang paling sering terjadi pada sindrom Down adalah
terbentuknya kromosom 21 (trisomi 21). Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan.(1)
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan
mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Langdon
Down dari Inggris. tetapi baru pada awal tahun enampuluhan ditemukan
diagnosis secara pasti yaitu dengan pemeriksaan kromosom Karena ciri-ciri yang
tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung
yang datar,dan mata sipit membujur ke atas menyerupai orang Mongolia maka
sering juga dikenal dengan Mongoloid atau Mongolism. Tetapi setelah diketahui
bahwa penyakit ini terdapat pada seluruh bangsa di dunia, dan sekitar 30 tahun
yang lalu pemerintah Republik Mongolia mengajukan keberatan kepada Badan
Kesehatan Dunia (WHO) yang menganggap nama tersebut kurang etis, maka
WHO menganjurkan untuk mengganti nama tersebut. Pada tahun 1970-an para
ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak
tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah
sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama. (1,2)

2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Sindrom Down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusia. Kelainan ditemukan diseluruh dunia pada semua
suku bangsa. Mengenai semua etnis dan seluruh kelompok ekonomi.
Kejadian sindrom Down diperkirakan 1 per 800 hingga 1 per 1000 kelahiran. Di
Amerika Serikat, terdapat 5429 kasus baru per tahun. Usia ibu saat hamil
berperan pada kejadian anak dengan sindroma Down. Pada usia ibu hamil antara

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
20 hingga 24 tahun kemungkinannya 1/ 1490; usia 40 tahun, kemungkinannya
1/60; dan usia lebih dari 49 tahun, kemungkinan kejadiannya 1/11. Namun,
meskipun nampaknya peningkatan usia ibu meningkatkan kemungkinan anak
dengan sindroma Down, kenyataannya 80 % anak dengan sindroma Down
dilahirkan oleh ibu dengan usia kurang dari 35 tahun. Data terbaru menyatakan,
usia ayah meningkatkan kejadian sindroma Down. Sekitar 60% janin DS
cenderung akan gugur dan 20% akan lahir mati.(3.4)

2.1.3 ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


Syndrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom 21, sindrom ini juga disebut Trisomi 21, karena terdapat
3 kromosom 21.(5)
a. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
Kelebihan kromosom 21 pada sindrom Down ”trisomi murni’ diduga
terjadi akibat non-disjunction yaitu proses dua buah kromosom pada
pembelahan sel gamet (meiosis), yang secara normal mengalami segresi
menuju kutub yang berlawanan (mengalami pembelahan yanag sekual),
tetapi menjadi abnormal pergi bersamaan menuju kutub yang sama.
Gangguan pembelahan pada sel gamet (meiosis) yang menyebabkan
non-disjunction ini berhubungan dengan usia ibu saat pembuahan
(konsepsi) dan akan menghasilkan pembentukan gamet-garnet dengan
jumlah kromosom aneuploid jumlah tidak normal. Kromosom anak
berasal dari bapak dan ibu yaitu masing-masing separuh. (23 kromosom)
dari jumlah kromosom normal. Karena ada gangguan pembelahan set
telur ibu, penderita sindrom Down yang mempunyai jumlah kromosom
47 diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari ayah dan 24 dari ibu.
Resiko memiliki anak dengan sindrom Down meningkat seiring dengan
meningkatnya usia ibu hamil.(6)

Ada beberapa hipotesis yang berusaha untuk menjelaskan penyebab dari


efek usia ibu ini. Pada tahun 1990, Epstein telah meneliti beberapa
penyebab kelebihan kromosom 21/ nondisjunction ini, yaitu :
1. Penuaan sel telur wanita (aging of ova), bahwa ada pengaruh
intrinsik maupun ekstrinsik (lingkungan) dalam sel induk, yang

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
menyebabkan pembelahan selama fase meiosis menjadi
nondisjunction disebabkan oleh faktor-faktor: terputusnya
benang-benang spindel atau komponen-komponennya, atau
kegagalan dalam pemisahan nukleolus.(6,17) .Sel telur wanita
telah dibentuk pada saat masih dalam kandungan yang akan
dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wan ita
tersebut akil balik (mengalami siklus menstruasi). Oleh karena
itu pada saat wanita menjadi tua kondisi sel telur tersebut
kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi
oleh spermatozoa dari laki-laki, sel benih ini mengalami
pembelahan yang salah.
2. Keterlambatan pembuahan (delayed fertilization), bahwa akibat
penurunan frekuensi bersenggama pada pasangan tua dan
mungkin juga pada ibu-ibu yang sangat muda telah
meningkatkan kejadian keterlambatan pembuahan dimana saat
itu terjadi penuaan ovum pada meiosis II setelah ovulasi.
3. Penuaan sel spermatozoa laki-laki (aging of sperm), bahwa
pematangan sperma dalam alat reproduksi pria, yang
berhubungan dengan bersenggama infrekuen, berperan dalam
efek ekstra kromosom 21 yang berasal dari ayah.(6,7)
Faktor-faktor yang dianggap berperan dalam terjadinya Kejadian Non
Disjunctional adalah:
1) Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan
adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga
terdapat anak dengan sindrom Down.

2) Radiasi
Pada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang
melahirkan anak dengan sindrome Down pernah mengalami
radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

3) Infeksi Dan Kelainan Kehamilan

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya
sindrom Down. Namun sampai saat ini belum ada penelitian
yang mampu memastikan bahwa virus sapat mengakibatkan
terjadinya “non-disjuction”.

4) Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu


Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid.

5) Umur Ibu
Angka kejadian sindrom Down meningkat jelas pada wanita
yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas yang
karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom. Perubahan
endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol
sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon dan
peningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan
selama menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga
berpengaruh.

6) Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik,
organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.(6,7)

b. Translokasi kromosom
Penyebab kelebihan kromosom 21 karena pewarisan adalah bila ibu atau
ayah mempunyai dua buah kromosom 21 tetapi terletak tidak pada
tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut
menempel pada kromosom lain (translokasi) sehingga pada waktu
pembelahan sel benih kromosom 21 tersebut tidak selalu berada pada
masing-masing sel belahan. Pada kasus-kasus translokasi robertsonian
pada grup-D (kromosom 13,14, dan 15), kira-kira 40% diturunkan dari
salah satu orang-tua (ayah atau ibu) yang memiliki kariotipe translokasi

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
seimbang 45,-D,-21,+ translokasi Robertsonian (D;21). Individu dengan
translokasi robertsonian grup-G (kromosom 21 dan 22), hanya kira-kira
7% yang mempunyai pasangan orang tua sebagai pewaris, dan biasanya
ibu adalah sebagai pembawa.(6,7)

Translokasi Robertsonian (4%) :


• Pada umumnya antara kromosom21q dengan 14q atau 22q, sehingga
karyotype penderita : 46,XY,t(14:21),+21 atau 46,XY,t(21:22),+21
• Tidak ada hubungannya dengan usia maternal, tetapi resiko memiliki
anak sindrom Down relatif meningkat bila ibu adalah karier
translokasi. Untuk itu perlu karyotyping orang tua penderita.
• karyotype seorang karier : 45, XX,t(14:21) dengan fenotip normal. (6,7)

Translokasi 21q21q :
• Asal : isokromosom, bukan translokasi robertsonian.
• Gamet yang terbentuk : 21/21 atau 0
• Hasil pembuahan dengan gamet 21 : zigot trisomi 21 atau monosomi
21
• Jadi, anak-anaknya selalu sindrom Down, karena monosomi 21 adalah
lethal.(6,7)

c. Postzygotic non disjunction (Mosaicism ,1%)


Trisomi 21 mosaik (47,+21/46) dapat dihasilkan dari proses meiosis
ataupun mitosis, Proses non-disjunction terjadi selama permulaan
embriogenesis untuk menghasilkan populasi sel 47,+21 maupun poputasi
sel 45,-21 , dengan dugaan sel-sel monosomik hilang selama perkembangan
embrionik dan fetal. Individu dengan mosaik, seringkali tidak mempunyai
gejala klinik yang menonjol bila dibandingkan dengan penderita sindrom
Down dengan trisomi 21.
Sel-selnya : normal 46, XY dan trisomi 21 46,XY,+21
Fenotype :
• lebih ringan daripada trisomi murni

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
• bervariasi diantara penderita mosaik, tergantung proporsi antara sel
normal dan trisomi
• bila penderita terlihat memiliki tanda keterbelakangan mental, maka
merupakan ‘severe case’, karena bila penderita terlihat normal, tidak
akan dikaryotype
• Berasal dari zygot trisomi 21 (80%) atau zygot normal (20%).(6,7,8)

2.1.4 PATOGENESIS
Kromosom adalah suatu struktur seperti benang yang terdiri dari DNA
dan protein lain. Mereka hadir di setiap sel tubuh dan membawa informasi
genetik yang diperlukan untuk sel itu berkembang. Gen merupakan unit
informasi, yang "dikodekan" dengan DNA. Sel manusia normal memiliki 46
kromosom yang dapat diatur dalam 23 pasang. Dari 23 jumlah tersebut, 22
adalah sama pada laki-laki dan perempuan; ini disebut "autosom." Pasangan
ke 23 adalah kromosom seks ('X' dan 'Y'). Setiap anggota dari sepasang
kromosom membawa informasi yang sama, dalam gen yang sama berada di
tempat yang sama pada kromosom. Namun, variasi dari gen ("allele") dapat
terjadi. (Contoh:"Alel" informasi genetik untuk warna mata adalah "gen"
variasi untuk biru, hijau, dll). Sel manusia mengalami pembelahan dalam dua
cara. Yang pertama adalah pembelahan mitosis, dimana tubuh tumbuh. Dalam
metode ini, satu sel menjadi dua sel yang mempunyai jumlah dan jenis
kromosom yang sama dengan sel induk. Metode kedua pembelahan sel terjadi
pada ovarium dan testis "meiosis" dan terdiri dari satu sel membelah menjadi
dua, dengan sel-sel yang dihasilkan memiliki setengah jumlah kromosom sel
induk. Jadi, telur normal dan sel-sel sperma hanya memiliki 23 kromosom,
bukan 46. Ini merupakan gambaran satu set kromosom atau kariotip
normal. Terdapat 22 pasang kromosom ditambah kromosom seks. XX berarti
bahwa orang ini adalah perempuan.(1,2)
Banyak kesalahan dapat terjadi selama pembelahan sel. Pada meiosis,
pasangan kromosom yang seharusnya berpisah dan pergi ke kutub berlawanan
saat pembelahan (disjunction) ,kadang-kadang satu pasang tidak membagi,
dan pergi ke satu kutub yang sama. Ini berarti bahwa dalam sel-sel yang
dihasilkan, seseorang akan memiliki 24 kromosom dan yang lain akan

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
memiliki 22 kromosom. Kejadian ini disebut "nondisjunction”. Jika sperma
atau telur dengan jumlah abnormal kromosom menyatu dengan pasangan yang
normal, dihasilkan telur yang dibuahi akan memiliki jumlah kromosom
abnormal. Pada sindrom down, 95% dari semua kasus disebabkan oleh: satu
sel memiliki dua sel kromosom 21, bukan satu, sehingga telur dibuahi yang
dihasilkan memiliki tiga kromosom 21. karena itu nama ilmiah, trisomi
21. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam kasus ini, sekitar 90% dari
sel-sel abnormal adalah telur. Penyebab kesalahan nondisjunction tidak
diketahui, tetapi pasti ada hubungannya dengan usia ibu. Penelitian saat ini
bertujuan mencoba untuk menentukan penyebab dan waktu dari peristiwa
nondisjunction.(1,5)
Tiga sampai empat persen dari semua kasus trisomi 21 disebabkan
Translokasi Robertsonian. Dalam hal ini, dua istirahat terjadi pada kromosom
yang terpisah, biasanya kromosom 14 dan 21. Ada penataan materi genetik
sehingga beberapa dari kromosom ke-14 digantikan oleh kromosom 21
ekstra. Jadi sementara jumlah kromosom tetap normal, ada melipattigakan dari
bahan kromosom 21. Beberapa anak-anak ini mungkin hanya memiliki
sebagian dari 21 kromosom bukan seluruh kromosom, yang disebut trisomi 21
parsial. Translokasi mengakibatkan trisomi 21 mungkin warisan, jadi penting
untuk memeriksa kromosom orang tua dalam kasus ini untuk melihat apakah
dapat berupa pembawa. Sisa kasus 21 trisomi disebabkan
“mosaicism”. Orang-orang ini memiliki campuran garis sel, beberapa di
antaranya memiliki satu set kromosom normal dan orang lain yang telah
trisomi 21. Dalam mosaicism seluler, campuran ini terlihat dalam sel yang
berbeda dari jenis yang sama. Dalam mosaicism jaringan, satu set sel, seperti
semua sel darah, mungkin memiliki kromosom normal, dan jenis lain, seperti
semua sel kulit, mungkin memiliki trisomi 21.(3,4)
Kromosom merupakan pemegang gen, yang mengikat DNA yang
langsung produksi beragam bahan yang dibutuhkan tubuh. Arah oleh gen
disebut ekspresi Gen's Dalam trisomi 21, kehadiran sebuah sel ekstra gen
menyebabkan overekspresi gen yang terlibat, yang menyebabkan peningkatan
produksi produk tertentu. Untuk gen kebanyakan, overekspresi mereka
memiliki pengaruh yang kecil karena mekanisme tubuh mengatur gen dan

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
produk mereka. Tapi gen yang menyebabkan sindrom Down merupakan
pengecualian.(3,4)
Gen mana yang terlibat menjadi pertanyaan para peneliti yang sejak
kromosom 21 ketiga ditemukan. Dari beberapa tahun penelitian, satu teori
yang populer menyatakan bahwa hanya sebagian kecil dari kromosom 21
sebenarnya yang diperlukan bertriplikasi untuk mendapatkan efek yang
terlihat pada sindrom Down, ini disebut Daerah Kritis sindrom Down. Namun
daerah ini tidak terisolasi pada satu tempat saja namun kemungkinan besar
dibeberapa tempat yang belum tentu berdampingan. Kromosom 21 dapat
memegang 200-250 gen, tapi diperkirakan bahwa hanya sebagian kecil dari
mereka akhirnya terlibat dalam memproduksi fitur sindrom Down. Gen-gen
tersebut sangat spekulatif tetapi ada beberapa suspek. Gen yang mungkin
terlibat dalam sindrom Down meliputi:
• Superoxide Dismutase (SOD) - berlebih dapat menyebabkan penuaan dini
dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh; peranannya dalam pikun
Demensia tipe Alzheimer atau penurunan kognisi masih spekulatif
• COL6A1 - berlebih dapat menjadi penyebab cacat jantung
• Ets2 - berlebih bisa menjadi penyebab kelainan rangka
• CAF1A - berlebih dapat merugikan sintesis DNA
• Cystathione Beta Synthase (CBS) - berlebih dapat mengganggu
metabolisme dan perbaikan DNA
• DYRK - berlebih dapat menjadi penyebab keterbelakangan mental
• CRYA1 - berlebih dapat menjadi penyebab katarak
• GART - berlebih dapat mengganggu sintesis dan perbaikan DNA
• IFNAR - gen untuk ekspresi Interferon, overekspresi dapat mengganggu
sistem kekebalan tubuh serta sistem organ lain
gen lain yang termasuk suspek adalah APP, GLUR5, S100B, TAM,
• PFKL, dan beberapa gen lainnya. Sekali lagi, penting untuk dicatat bahwa
belum ada gen yang sepenuhnya dihubungkan dengan setiap fitur yang
terkait dengan sindrom Down.
Salah satu aspek yang penting dari sindrom Down adalah terdapatnya
berbagai fitur dan karakteristik orang dengan trisomi 21: Ada berbagai
macam keterbelakangan mental dan gangguan perkembangan yang dicatat
di antara anak-anak dengan sindrom Down. Beberapa bayi dilahirkan

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
dengan cacat jantung dan yang lain tidak. Beberapa anak telah
diasosiasikan penyakit seperti epilepsi, hipotiroidisme atau penyakit celiac,
dan yang lainnya tidak. Alasan pertama yang mungkin adalah perbedaan
gen yang bertriplikasi yang terlibat. Seperti yang disebutkan di atas, gen
bisa datang dalam bentuk alternatif yang berbeda, yang disebut "alel."
Pengaruh overproteksi gen tergantung pad alel yang terdapat pada orang
dengan trisomy 21. Alasan kedua yang mungkin terlibat disebut
"penetrasi." Jika satu alel menyebabkan suatu kondisi hadir di beberapa
orang tapi tidak pada yang lain, disebut "penetrasi variabel," dan hal
tersebut terjadi pada trisomi 21: alel tidak melakukan hal yang sama untuk
setiap orang yang memilikinya . Kedua alasan tersebut yang mendasari
mengapa ada variasi pada anak-anak dan orang dewasa dengan sindrom
Down.(3,4,5)

2.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom


Down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa
ini, antara lain:
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom
Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY,
menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom
dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom Down terjadi kelainan
pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14
dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%,
sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
3. Ultrasonography
didapatkan brachycephalic, sutura dan fontanel terlambat menutup, tulang
ileum dan sayapnya melebar
4. Electrocardiography (ECG) (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan
mungkin terdapat ASD atau VSD.

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya
adalah Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan
terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta
pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat
7. Penentuan aspek keturunan
8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada
kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas
9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput. (3,4,5)

2.1.6 KARAKTERISTIK/FENOTIP
Berat badan waktu lahir dari bayi dengan sindrom Down umumnya
kurang dari normal. Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan sindrom
Down :
a. Sutura Sagitalis Yang Terpisah
b. Fisura Palpebralis Yang Miring
c. Fontanela “Palsu”
d. “Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II
e. Nasal bridge datar (flat face)
f. Kelemahan Otot
g. Hipotonia (dapat diketahui saat bayi baru lahir tetapi hilang setelah
besar)
h. Bercak Brushfield Pada tepi iris Mata
i. Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur keluar
j. Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada
Sudut Mata Sebelah Dalam
k. “Single Palmar Crease” Pada Tangan Kiri Dan Kanan
l. Low set ears
m. “Brachyclinodactily” tangan kiri dan tangan kanan
n. Jarak Pupil Yang Lebar
o. Oksiput Yang Datar (Brachycephaly)
p. Leher pendek dapat disertai webbed neck
q. Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar
r. Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
s. Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili
t. Short stature (pendek).(2,3,4)

Gejala-Gejala Lain :
• Kepandaiannya lebih rendah dari normal (low intelegency).
• Pada beberapa orang, mempunyai kelainan jantung bawaan.
• Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia
esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, juga
memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut.
• Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi
mental, kerusakan hati bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran
nafas berulang, kelainan GI.(8)
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua
adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga
tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bisa
sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi pelatihan. Pada bayi
baru lahir, dokter akan menduga adanya sindrom Down karena gambaran
wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya
sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Untuk
memastikan diagnosis perlu dilakukan pengamatan terhadap gejala klinis
(fenotip), pemeriksaan tambahan: dermatoglifik, pemeriksaan kromosom
(kariotiping) dan patologi anatomi.(9)

2.1.7 RESIKO BERULANG


Jika seorang pasien telah memiliki riwayat kehamilan dengan trisomi
21 sebelumnya, risiko kekambuhan pada kehamilan berikutnya meningkat
menjadi sekitar 1 persen di atas risiko dasar yang ditentukan oleh umur
ibu. Diagnosis translokasi kromosom 21 pada janin atau bayi baru lahir
merupakan indikasi untuk analisis kariotipe kedua orang tua. Jika kedua
orang tua memiliki kariotipe normal, risiko terulangnya adalah 2 sampai 3
persen. Jika salah satu orangtua merupakan karier translokasi seimbang,
risiko terulangnya tergantung pada jenis kelamin orang tua pembawa dan
kromosom tertentu yang melebur.(22)

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
Pentingnya riwayat keluarga sindroma Down tergantung pada
kariotipe dari orang yang terkena (probond). Jika proband memiliki trisomi
21, kemungkinan kehamilan dengan trisomi 21 setidaknya meningkat untuk
anggota keluarga lain selain orang tua. Jika proband memiliki kromosom 21
translokasi atau jika kariotipe tidak diketahui, anggota keluarga harus
diberikan konseling genetik dan analisis kariotip.(22)
Resiko untuk memiliki anak sindrom Down pada orang tua karier
translokasi dan partial trisomi : tidak ada hubungannya dengan usia ibu dan
ayah.
• Resiko berulang (reccurence risk) : 1%
• Ibu kurang dari 30 th : 1.4 %
• Ibu lebih dari 30 th
• Ibu yang karier translokasi memiliki resiko berulang memiliki anak
sindrom Down lebih besar daripada ayah karier
• Resiko berulang : 1.5% pada amniocentesis 1% at birth
• Resiko di atas rendah, meskipun demikian, beberapa pasangan suami
istri menginginkan untuk dilakukan karyotyping fetus pada kehamilan
selanjutnya.
• Bila usia ibu >35 tahun, maka harus diperhitungkan pula resiko untuk
memiliki anak sindrom Down yang meningkat (lihat tabel)
• Tidak ada laporan mengenai pria sindrom Down yang menjadi ayah,
tetapi wanita sindrom Down bisa memiliki keturunan dengan
kemungkinan 50% anaknya akan menderita sindrom Down pula.(22)

2.1.8 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang


paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya
penderita sindrom Down juga dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya.
Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang
cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai
berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal
yang dapat dilakukan antara lain :

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
1. Penanganan Secara Medis
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya
defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat
meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
b. Pemeriksaan Dini
1) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran,
sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
2) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
secara rutin oleh dokter ahli mata
3) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom Down akan mengalami
gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan
prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa,
sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
4) Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang
yang dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spina
servikalis).(5,6)
2. Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom Down adalah
membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk
tempat pendidikan anak-anak sindrom Down. Ada tiga jenis rangsangan,
yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus disediakan di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan
mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk
mengembangkan diri dan bekerja.
b. Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul
dan bermain bersama (outdoor) seperti :

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
 Cooperative Plaza untuk mencegah perilaku pemalu dan penyendiri.
 Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain
bersama hewan dan tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan
bagi anak dengan sindrom Down. Akan mendapatkan manfaat dari
stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan
petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak
akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi,
mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan
mental.
3. Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini
perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang
tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan
yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga
memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan
pengasuhan.(5,6)

2.1.9 PROGNOSIS
44 % sindrom Down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup
sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada
penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko
terkena leukimia pada sindrom Down adalah 15 kali dari populasi normal.
Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah
umur 44 tahun. Bayi dengan SD yang lahir hidup sebesar 20-25%. 25 %
pasien dengan CHD meninggal sebelum usia 1 tahun, 50 % pasien SD dapat
mencapai usia 50 tahun, 1 diantara 7 penderita dapat mencapai usia 68 tahun.
Anak sindrom Down akan mengalami beberapa hal berikut :
1) Gangguan tiroid

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
2) Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3) Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
4) Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan
kecerdasan dan perubahan kepribadian).(22)

2.2 TES PRENATAL UNTUK DOWN SYNDROME


Tes skrining Sindrom Down meliputi:
Tes Nuchal translucency, dilakukan antara usia 11 dan 14 minggu kehamilan,
menggunakan ultrasound untuk mengukur ruang yang jelas di lipatan jaringan
belakang leher bayi yang berkembang (Bayi dengan SD dan kelainan kromosom
lain cenderung menumpuk cairan membuat ruang terlihat lebih besar)
pengukuran ini diambil bersama-sama dengan usia ibu dan usia kehamilan bayi,
dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan bahwa bayi telah SD. Nuchal
translucency pengujian biasanya dilakukan bersama dengan tes darah ibu. Triple
atau quad screen (juga disebut tes penanda ganda). Tes ini mengukur jumlah zat
normal dalam darah ibu. Sebagai nama menyiratkan, tes layar triple selama tiga
spidol dan layar empat kali lipat mencakup satu penanda tambahan dan lebih
akurat. Tes ini biasanya ditawarkan antara 15 dan 18 minggu kehamilan.(10)
Skrining ini menggunakan hasil dari tes skrining trimester pertama (dengan atau
tanpa tembus nuchal) dan pemeriksaan darah dengan skrining quad trimester
kedua untuk datang dengan hasil skrining yang paling akurat, yaitu
ultrasound. USG rinci sering dilakukan pada 18 sampai 20 minggu bersama
dengan tes darah, dan memeriksa janin untuk beberapa kelainan sifat fisik yang
terkait dengan sindrom Down.(10)

Tes Diagnostik meliputi:

Chorionic Villus Sampling (CVS)


CVS melibatkan mengambil sampel kecil plasenta, baik melalui serviks atau
melalui jarum dimasukkan ke dalam perut. Keuntungan dari tes ini adalah bahwa
hal itu dapat dilakukan selama trimester pertama, antara 8 dan 12
minggu. Kerugiannya adalah bahwa hal itu membawa resiko keguguran sedikit
lebih besar dan juga komplikasi lainnya dibandingkan dengan amniosentesis.

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
Dalam prosedur ini, sebuah kateter masuk melalui vagina melalui leher rahim dan
masuk ke dalam rahim ke berkembang ke plasenta di bawah bimbingan USG.
Pendekatan alternatifnya adalah transvaginal dan transabdominal. Penggunaan
kateter memungkinkan sampel sel dari chorionic vili plasenta. Sel-sel ini
kemudian dapat dianalisis oleh berbagai teknik. Tes yang paling umum
digunakan pada sel-sel yang diperoleh dengan CVS adalah analisis kromosom
untuk menentukan kariotipe janin. Sel juga dapat tumbuh dalam kultur untuk
analisis biokimia atau biologi molekuler. CVS dapat dengan aman dilakukan
antara 9,5 dan 12.5 minggu kehamilan. CVS memiliki kelemahan menjadi
prosedur invasif, dan memiliki peluang untuk meningkatkan morbiditas janin;
tingkat kerugian sekitar 0,5 hingga 1% lebih tinggi daripada perempuan yang
menjalani amniosentesis. Meski jarang, CVS dapat dikaitkan dengan tungkai
cacat pada janin. Kemungkinan sensitisasi Rh ibu juga bisa didapatkan. Ada juga
kemungkinan bahwa sel-sel darah ibu di plasenta yang berkembang akan diambil
sebagai sample bukannya sel-sel fetus atau pencampuradukan analisis kromosom.
(10,11)

Amniosentesis
Tes dilakukan antara 15 dan 20 minggu kehamilan, melibatkan penghapusan
sejumlah kecil cairan ketuban melalui sebuah jarum dimasukkan ke dalam
perut. Sel-sel kemudian dapat dianalisis untuk adanya kelainan kromosom.
Amniosentesis membawa resiko kecil komplikasi, seperti tenaga kerja prematur
dan keguguran. Ini merupakan prosedur invasif di mana jarum melewati perut ibu
bagian bawah ke dalam rongga ketuban dalam rahim. Cairan ketuban yang cukup
akan dicapai mulai sekitar 14 minggu kehamilan. Untuk diagnosis pralahir,
kebanyakan amniosintesis dilakukan antara 14 dan 20 minggu kehamilan.
Pemeriksaan USG selalu berproses dari amniosentesis untuk menentukan usia
kehamilan, posisi janin dan plasenta, dan menentukan apakah cairan ketuban
cukup. Dalam cairan ketuba, sel janin (kebanyakan berasal dari kulit janin) yang
dapat tumbuh dalam kultur digunakan untuk analisis kromosom, analisis
biokimia, dan analisis biologi molekuler. Pada trimester ketiga kehamilan, cairan
ketuban dapat dianalisis untuk penentuan kematangan paru janin. Hal ini penting
ketika janin berada di bawah 35-36 minggu kehamilan, karena paru-paru

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
mungkin tidak cukup matang untuk mempertahankan kehidupan. Hal ini karena
paru-paru tidak cukup menghasilkan surfaktan. Setelah lahir, bayi akan
mengalami gangguan pernapasan dari penyakit membran hialin. Cairan ketuban
dapat dianalisis oleh fluoresensi polarisasi (fpol), untuk lesitin: sphingomyelin
(LS) ransum, dan / atau untuk phosphatidyl glycerol (PG). Risiko dengan
amniosentesis jarang terjadi, termasuk kehilangan janin dan sensitization Rh
maternal . Peningkatan risiko kematian janin amniosentesis adalah sekitar 0,5%
di atas apa yang biasanya diharapkan. Rh ibu negatif dapat diobati dengan
Rhogam. Kontaminasi cairan dari amniosentesis oleh sel-sel ibu sangat tidak
mungkin. Jika terdapat Oligohidramnios, maka cairan ketuban tidak dapat
diperoleh. (10,11)

Percutaneous pengambilan darah tali pusat (PUISI)


Biasanya dilakukan setelah 20 minggu, tes ini menggunakan jarum untuk
mengambil sampel kecil dari darah tali pusat. Ini membawa risiko sama dengan
amniosentesis.(10)

2.5 RINGKASAN PUSTAKA

Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3 Penelitian 4


Peneliti Carina Ana S.S Vidyaningtyas
Situmorang Rachmawati Subbegowda, Bothi Andriati
H.S
Narayanan,
T.S
Padmashree
Lokasi Sekolah luar Fakultas Department of SLB negeri di
penelitian biasa untuk Kedokteran Psychiatry of semarang
anak-anak Universitas National
cacat di Islam Indonesia Institute of
surakarta Mental Health
and Neuro

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
Sciences
Studi Analitik Deskriptif Analitik Deskriptif
penelitian Observasional Observasional
dengan
pendekatan
case-control
Subjek Sampelnya Sampelnya 200 ibu 700 ibu dari
penelitian adalah 20 ibu adalah dengan anak anak dengan
dari anak kumpulan yang terkena kasus
dengan jurnal-jurnal kelainan kelahiran

kelahiran dari tahun 2005- sindrom sindrom Down

sindrom Down 2010 Down dan 700 ibu

dan 40 ibu dari anak


normal tanpa
dengan anak
kelainan
yang normal.
kromosom
Variabel Variabel bebas Variabel bebas Variabel Variabel
yang diteliti yang diteliti yang diteliti bebas yang bebas yang
adalah umur adalah usia ibu diteliti adalah diteliti adalah
ibu, saat hamil dan usia ibu saat usia ibu saat
pendidikan variabel hamil dan kehamilan dan
ibu, tergantungnya variabel variabel
pendapatan adalah anak tergantungnya tergantungnya
keluarga dan dengan adalah anak adalah anak
faktor kelahiran dengan yang
lingkungan. sindrom Down kelainan dilahirkan
Sedangakan sindrom dengan
variabel Down sindrom
tergantungnya Down
adalah anak
dengan
kelainan
sindrom Down

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta
Lama Agustus 2010- Januari 2010- 2001-2003 Juni 2007-
waktu Januari 2011 Juni 2011 Januari 2008
Studi
Hasil studi Adanya Beberapa data Adanya Kasus
hubungan penelitian hubungan sindrom
yang kuat mengungkapkan antara usia Down
antara umur adanya ibu dengan terbanyak
ibu saat hamil keterkaitan resiko adalah
khususnya 35 antara usia ibu kelahiran trisomy 21
tahun keatas saat hamil anak dengan dan dilahirkan
dengan resiko dengan resiko sindroma oleh ibu yang
kelahiran terjadinya Down. usianya > 35
sindrom kelahiran tahun.
Down. Dan sindrom Down.
faktor yang Dan faktor yang
juga dihubungkan
mempengaruhi adalah dengan
adalah faktor karena
lingkungan. terjadinya
nondisjunctin

Hubungan usia ibu saat hamil dengan kelainan sindrom down


Dhika Claresta

Anda mungkin juga menyukai