Disusun oleh :
NAMA: NIM:
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmatNya sehingga
makalah Asuhan Keperawatan pada Anak Asuhan Keperawatan pada Anak Berkebutuhan
Khusus A Berkebutuhan Khusus ADHD ini dapat tersusun hingga selesai.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak II atas bimbingannya
selama penyusunan makalah ini. Karena ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami, kami merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi Manifestasi Klinik
D. Tipe – Tipe Gangguan ADHD
E. Patofisiologi
F. Komplikasi Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. pencegahan
I. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas defisit-
perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya gangguan
fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat
kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari ADHD?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari ADHD?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui konsep medis dari ADHD.
2. Untuk dapat mengetahui konsep keperawatan dari ADHD
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari
adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan
jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr.
2014).
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif,
dan disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD,
kependekan dari attention deficit disorder yang berarti ‘gangguan pemutusan
perhatian’. Pada saat ditambahkan ‘hiper-activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya
menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis
ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah
sama. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD
mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan
teman sebaya sesuai aturan. ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak
yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan
perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup- letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009). Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau
gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas adalah gangguan perilaku yang timbul
pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bisa diam, inattive atau tidak dapat
memusatkan perhatian pada perilaku impulsive. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dari
serangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untuk
menjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal, tetapi
memperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan kurangnya
perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertai
gangguan belajar serta agresifitas. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan
kecil di otak. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD. Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan
neurobiologis yang menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk
mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu
mencari stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal
tersebut menyebabkan anak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD
karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan. (Saputo,
Dwidjo Dr. 2014).
B. Etiologi
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada
bukti bahwa faktor biologis dan genetik berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh
pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat
yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan pada tingkah laku dan hubungan social, serta
mengo hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.
1. Faktor genetic
Ada beberapa gen ( diduga transporter gen dopamine lokus DAT 1 atau DR 4 ) yang
berhubungan dengan reseptor dopamine, transport dopamine, enzim dopamine
betahidroksilase, dankateko-o-metiltransferase ( enzim yang memetabolisme dopamine ),
yang mengalami perbedaan varian dari kondisi normal. Varian val/val (varian lain val/met
dan met/met) akan menyebabkan metabolisme dopamine menjadi cepat menyebabkan
metabolisme dopamine menjadi cepat sehingga menurunkan ngga menurunkan aktivitas
dopamine prefrontal sehingga proses informasidari prefrontal akan terganggu.
2. Faktor neurokimia
3. Faktor neurofisiologis
Berupa pertumbuhan pesat otak pada beberapa periode usia. Beberapa anak
mengalami keterlambatan pematangan pada usia tersebut sehingga muncul gejala-gejala
GPPH sementara.
4. Faktor lateralisasi
Dihibungkan dengan disfungsi padahemisfer kanan yang mengatur pemusatan
perhatian, konsentrasi dan fungsi emosi.
5. Faktor lingkungan
6. Masalah saat kehamilan ( ibu merokok, depresi, minum alcohol, kekurangan oksigen,
keracunan plumbum ) dan kelahiran ( trauma lahir, infeksi ), penggunaan mariyuana
pada awal masa remaja, konsumsi makanan dengan bahan pengawet dan zat pewarna,
penggunaan obatobatan seperti fenobarbita l jangka panjang. Lingkungan social yang
buruk seperti disfungsi perkawinan dan keluarga, social ekonomi rendah dikatakan
berhubungan dengan terjadinya GPPH. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antara pengaruh televise dengan kejadian GPPH secara signifikan tidak
bermakna.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliatgeliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan
di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-
aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
D. Tipe-Tipe Gangguan ADHD
1) Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh adanya
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah paling paling sedikit sedikit 6
diantara diantara 9 kriteria kriteria untuk hiperaktivitas hiperaktivitas impulsifitas.
impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang
signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :
E. Patofisiologi
Skema ADHD (Dr. dwidjo saputro, 2009)
Diagnosis ADHD (dokter umum) Deteksi dini ADHD (guru, orang tua) dan
diagnosis ADHD akurasi meningkat
(dokter umum)
F. Komplikasi ADHD
a. Diagnosis sekunder-gangguan konduk Diagnosis sekunder-gangguan konduksi,
depresi, dan si, depresi, dan penyakit ansietas . penyakit ansietas .
b. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi ).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan ).
d. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar ).
e. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas ).
f. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat
anak-anak lainnya marah ).
Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :
H. Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD.
Dilakukan skrining DDTK pada anak pra sekolah denga ekolah dengan ADHD :
1. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adnya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut
dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
Anak tidak bisa duduk tenang
Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
Perubahan suasana hati yang yang mendadak/ impulsive
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/ GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu Formulir yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang tua.
c. Asupan nutrisi yang seimbang.
d. Berikan rutinitas yang terstruktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal yang
teratur).
e. Manajemen perilaku ( dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang mereka
lakukan ).
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua
terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak
dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :
1) Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi
nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari.
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari.
3) Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes
fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat
yang lengkap.
Jenis – Jenis Pengobatan :
1. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam
kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan garam dari amphtamine), DextroStat
(dextroamphetamine sulfate), dan Ritalin (methylphenidate HCL).
2. TCA ( Tri-Cyclic Antidepressants ) merupakan jenis anti depresi.
3. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan namun berbeda berbeda
dengan obat TCA hanya mempunyai mempunyai kegunaan kegunaan dan efek
samping yang sama.
4. Catapres ( Catapres ( cloinidine ) cloinidine ) obat ini diperg ini dipergunakan untuk
pengobatan pengobatan ADHD terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan impulsif.
Obat ini berbentuk kecil atau pil dan anak – anak yang diberi Catapres akan menjadi
ngantuk.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas anak
Nama : An. M
Umur :7 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
BB :18kg
TB :110 cm
Pendidikan :sekolah dasar
Agama :islam
Suku/bangsa :jawa/indonesia
Alamat :-
Diagnose medis :ADHD (attention deficit hyperactive disorder)
4. Riwayat anak
a) Masa pre-natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas
dan dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2kali. Selama kehamilan ibu tidak
pernah mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga berkata
saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang, kerang.
b) Masa intra-natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengar umur kehamilan 37 minggu.
c) Masa post-natal
Klien lahir dengan keadaan normal, dengan BB 3200 gram dalam keadaan sehat.
Waktu lahir klien langsung menangis.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Penampilan: klien tampak agak kusam
Kesadaran: composmentis
Vital sign: TD: - BB: 18 kg
TB: 110 cm N:100x/menit
S: 37,4 R: 25x/menit
b. Kebersihan anak
Klien kelihatan kusam karena sering bermain kesana kemari
c. Suara anak waktu menangis
Ketika klien menangis terdengar suara yang kuat
d. Keadaan gizi anak
Keadaan gizi anak cukup baik ditandai dengan BB: 18kg. (BB normal: 22
kg)
e. Aktivitas
Dirumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah posisi
agar klien merasa nyaman
f. Kepala dan leher
Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien dapat
menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar
tyroid dan limfe.
g. Mata(penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi
penglihatan baik karena klien tidak menggunakan alat bantu, tidak ada
peradangan dan pendarahan.
h. Telinga(pendengaran)
Tidak terdapat suremen, fungsi pendengaran baik karena klien jika
dipanggil langsung member respon. Tidak ada peradangan dan pendarahan
i. Hidung(penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik, tidak terdapat kotoran pada
hidung, tidak terdapat polip
j. Mulut(pengecapan)
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungus pengecapan
baik, mukosa bibir kering
k. Dada(pernafasan)
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi
tambahan dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25x/menit
l. Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik
(dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan temperature 37,4
m. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang
melekat pada kulit.
n. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan
bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas bagian dekstra karena
terpasang infuse RL 20 tetes/menit
o. Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.
B. Diagnosa keperawatan
Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas
Ketidakefektifan koping berhubungan dengan tidak adekuatnya tingkat
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan koping
C. Intervensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya
gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis
kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014).
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan
disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD,
kependekan dari attention deficit disorder yang berarti ‘gangguan pemutusan
perhatian’. Pada saat ditambahkan ‘hiper-activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya
menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis
ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama.
(Saputo, Dwidjo Dr. 2014).
B. Saran
Bagi pembaca agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar
tersebut, dan rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik, kritik dan saran dari teman-
teman ataupun dosen pengampuh sangat bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki
makalah asuhan keperawatan pada anak kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. Taylor, Cynthia. 2015. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Martin, G.I. (2015). Terapi Untuk Anak ADHD (Terjemahan). Cetakan II. Jakarta: BIP
Kelompok Gramedia.
Saputo, Dwidjo Dr. 2009. ADHD ( Attention Deficit Hyperactive Disorder ) Jakarta :
CV Sagung Seto.
Sugiarmin & Baihaqi. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Jakarta : PT Refika
Aditama.
Taylor, Cynthia. 2013. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.