Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS: ADHD

Dosen pengampu : Ns. Jikrun Jaata S.kep. M.kep

Disusun oleh :

NAMA: NIM:

Dewi pratiwi putri manggopa 01909010061

Marsel rendi bolang 01909010074

Moh. Risky barael 01909010075

Novianti biya 01909010078

Olivia margaretha wongkar 01909010080

Salsabila simbala 01909010087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmatNya sehingga
makalah Asuhan Keperawatan pada Anak  Asuhan Keperawatan pada Anak Berkebutuhan
Khusus A Berkebutuhan Khusus ADHD ini dapat tersusun hingga selesai.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak II atas  bimbingannya
selama penyusunan makalah ini. Karena ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami, kami merasa masih banyak kekurangan dalam  penyusunan makalah.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kotamobagu, November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi Manifestasi Klinik
D. Tipe –  Tipe Gangguan ADHD
E. Patofisiologi
F. Komplikasi Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. pencegahan
I. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas defisit-
perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya gangguan
fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat
kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014).

ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity


disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan
disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan
perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari
attention deficit disorder yang berarti ‘gangguan pemutusan perhatian’. Pada saat
ditambahkan ‘hiper-activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang
ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga
jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari ADHD?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari ADHD?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui konsep medis dari ADHD.
2. Untuk dapat mengetahui konsep keperawatan dari ADHD

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari
adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan
jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr.
2014).
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif,
dan disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD,
kependekan dari attention deficit disorder yang berarti ‘gangguan pemutusan
perhatian’. Pada saat ditambahkan ‘hiper-activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya
menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis
ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah
sama. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD
mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan
teman sebaya sesuai aturan. ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak
yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan
perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup- letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009). Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau
gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas adalah gangguan perilaku yang timbul
pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bisa diam, inattive atau tidak dapat
memusatkan perhatian pada perilaku impulsive. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dari
serangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untuk
menjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal, tetapi
memperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan kurangnya
perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertai
gangguan belajar serta agresifitas. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan
kecil di otak. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014)
Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD. Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan
neurobiologis yang menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk
mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu
mencari stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal
tersebut menyebabkan anak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD
karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan. (Saputo,
Dwidjo Dr. 2014).
 
B. Etiologi

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada
bukti bahwa faktor biologis dan genetik berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh
pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat
yang bertanggung jawab  pada tingkah laku dan  pada tingkah laku dan hubungan social, serta
mengo hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.

 Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan  perasaan.


Faktor lainnya lainnya yang berpengaruh berpengaruh adalah lingkungan. lingkungan.
Karakter Karakter dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan
dari  penelitian di beberapa beberapa rumah tahanan, tahanan, sebagian sebagian besar
penghuninya penghuninya ternyata ternyata  pernah  pernah ADHD pada masa kecilnya.
kecilnya. Demikian Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa
penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif.  Namun menurut menurut dunia kedokteran, itu
terkait dengan faktor biologis dan genetik, serta lingkungan.

1. Faktor genetic

Ada beberapa gen ( diduga transporter gen dopamine lokus DAT 1 atau DR 4 ) yang
berhubungan dengan reseptor dopamine, transport dopamine, enzim dopamine
betahidroksilase, dankateko-o-metiltransferase ( enzim yang memetabolisme dopamine ),
yang mengalami perbedaan varian dari kondisi normal. Varian val/val (varian lain val/met
dan met/met) akan menyebabkan metabolisme dopamine menjadi cepat menyebabkan
metabolisme dopamine menjadi cepat sehingga menurunkan ngga menurunkan aktivitas
dopamine prefrontal sehingga proses informasidari prefrontal akan terganggu.

2. Faktor neurokimia

Berupa gangguan neurotransmitter ( adrenergic/ nonadrenergik )

3. Faktor neurofisiologis

Berupa pertumbuhan pesat otak pada beberapa periode usia. Beberapa anak
mengalami keterlambatan pematangan pada usia tersebut sehingga muncul gejala-gejala
GPPH sementara.

4. Faktor lateralisasi
Dihibungkan dengan disfungsi padahemisfer kanan yang mengatur  pemusatan
perhatian, konsentrasi dan fungsi emosi.

5. Faktor lingkungan

Berbagai toksin endogen pernah dianggap sebagai penyebab ADHD, seperti :


keracunan timbal, aditif makanan, reaksi alergi ( Feingold, 1973, 1976 ; David, 1974 ; Taylor,
1986 ; Wender, 1986 : Hazel & Schumaker, 1988 ). Tetapi berbagai penelitian terhadap
factor tersebut tidak ada yang memberikan bukti adanaya hubungan yang bermakna antara
factor tersebut dan terjadinya ADHD ( Zametkin & Rapoport, 1986 ; Matson, 1993 ).

6. Masalah saat kehamilan ( ibu merokok, depresi, minum alcohol, kekurangan oksigen,
keracunan plumbum ) dan kelahiran ( trauma lahir, infeksi ), penggunaan mariyuana
pada awal masa remaja, konsumsi makanan dengan bahan pengawet dan zat pewarna,
penggunaan obatobatan seperti fenobarbita l jangka panjang. Lingkungan social yang
buruk seperti disfungsi perkawinan dan keluarga, social ekonomi rendah dikatakan
berhubungan dengan terjadinya GPPH. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antara pengaruh televise dengan kejadian GPPH secara signifikan tidak
bermakna.

C. Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :

a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliatgeliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan
di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap  pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-
aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
D. Tipe-Tipe Gangguan ADHD
1) Tipe ADHD Gabungan

Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh adanya
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah  paling  paling sedikit sedikit 6
diantara diantara 9 kriteria kriteria untuk hiperaktivitas hiperaktivitas impulsifitas.
impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang
signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :

a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.  


b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang  berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan
akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi  psikologi atau
psikiatri lainnya.
2) Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif impulsive Untuk
mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9
gejala untuk perhatian dan mengakui bahwa individuindividu tertentu mengalami
sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas.
Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa dalam beberapa buku teks, kita
menemukan ADHD ditulis dengan garis  – AD/HD. Hal ini membedakan bahwa
ADHD kurang memerhatikan dari jenis ketiga yang dikenal dengan tipe hiperaktif
impulsive.
3) Tipe ADHD hiperaktif impulsive Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9
gejala yang terdaftar  pada bagian hiperaktif hiperaktif impulsifitas. impulsifitas. Tipe
ADHD kurang memerhatikan memerhatikan ini mengacu pada anak-anak yang
mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan
motor perceptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali
menyendiri secara social.

E. Patofisiologi
Skema ADHD (Dr. dwidjo saputro, 2009)

Disfungsi otak genetik


Hipoksia otak Hipofungsi system dopamin
dan noreprin

Disfungsi kortiko striatal

Disfungsi korteks prefontal

Defek fungsi kognitif

 Kegagalan inhibisi perilaku


 Tertundanya respons perilaku

Gejala utama ADHD yaitu


inattentiveness dan impulsivitas

Diagnosis ADHD (dokter umum) Deteksi dini ADHD (guru, orang tua) dan
diagnosis ADHD akurasi meningkat
(dokter umum)

F. Komplikasi ADHD
a. Diagnosis sekunder-gangguan konduk Diagnosis sekunder-gangguan konduksi,
depresi, dan si, depresi, dan penyakit ansietas . penyakit ansietas .
b. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi ).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan ).
d. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar ).
e. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas ).
f. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat
anak-anak lainnya marah ).

G. Pemeriksaan Penunjang ADHD

Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :

 Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang


memperberat masalah.  
 Tes Neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organic.
 Tes Psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan  bahasa.
 Pemeriksaan Diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP).
 Pemeriksaan Darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD.
 Pemeriksaan Radiologi :  Magnetic  Magnetic Resonance Resonance imaging imaging
(MRI) dan  Positron  Positron Emission Emission Tomographic Tomographic (PET)
bersifat sebagai penunjang. Diagnosis dapat terus ditegakan meskipun tanpa
pemeriksaan MRI dan PET. Selain itu, pemeriksaan ini dapat juga dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan organic lain.

H. Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD.

Dilakukan skrining DDTK pada anak pra sekolah denga ekolah dengan ADHD :

1. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adnya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36  bulan ke atas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut
dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
 Anak tidak bisa duduk tenang  
 Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
 Perubahan suasana hati yang yang mendadak/ impulsive
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/ GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu Formulir yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru
TK dan pertanyaan yang perlu  pengamatan pemeriksa.
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat  –  obatan dan alkoholic ) untuk orang tua.
c. Asupan nutrisi yang seimbang.
d. Berikan rutinitas yang terstruktur ( membantu anak untuk mematuhi  jadwal yang
teratur).
e. Manajemen perilaku ( dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang mereka
lakukan ).

I. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan Pada anak Dengan ADHD


1. Perawatan

Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua
terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :

a) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah.


b) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di
rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial
dan perilaku regulasi diri.
c) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan  perilaku pro sosial dan
regulasi diri.
d) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan
keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan
pokok dalam program terapi.
e) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang
berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri.
f) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak
ADHD lainnya, berbagi informasi dan  pengalaman  pengalaman mengenai mengenai
permasalahan permasalahan umum dan memberi memberi dukungan dukungan moral.
g) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas
permasalahan dan curahan hati pribadinya.

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak
dengan Attention Deficyt Hyperactivity  Disorder  (ADHD) antara lain :

1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :


a. Hentikan perilaku yang tidak aman.  
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima.
c. Berikan pengawasan yang ketat.
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi
untuk menyelesaikan tugas).
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak.  
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
c. Izinkan beristirahat.
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari.  
b. Minimalkan perubahan.
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien atau keluarga dengan mendengarkan perasaan
dan frustasi orang tua.
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD.
a. Rendah Karbohidrat dan Tinggi Protein  
b. Menghindari bahan  –   bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena
anak A DHD sangat sen sangat sensitif sehingga sitif sehingga mudah terjadi
alergi. Bahan  –  bahan yang harus dihindari seperti MSG,  pengawet, susu,
tepung, ked  pengawet, susu, tepung, kedelai, jagung, telur, ka elai, jagung,
telur, kacang, dll. cang, dll.
c. Rendah Gula, Hindari makanan –  makanan yanng banyak mengandung gula
seperti donat, permen, soft drinks, es krim dan cokelat.
d. Makan banyak sayuran dan tubuh.
e. Minum banyak air.
f. Menghindari makanan yang mengandung salisilat karena salisilat dapat
menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi
kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g. Mengkonsumsi suplemen.
h. Menghindari paparan logam berat dan kafein.
2. Pengobatan

Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan  berbagai


berbagai pendekatan pendekatan termasuk termasuk program program pendidikan pendidikan
khusus, khusus, modifikasi modifikasi  perilaku,  perilaku, pengobatan pengobatan melalui
melalui obat-obatan obat-obatan dan konseling. konseling. Disamping  pendekatan yang
kontroversial kontroversial antara lain melakukan melakukan diet khusus dan  penggunaan
obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 200 ntu (Delphie, 2006).

Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :

1) Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 dalam 2  –   4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi
nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari.

2) Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)

Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari.
3) Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes
fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat
yang lengkap.

Jenis –  Jenis Pengobatan :

1. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam
kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan garam dari amphtamine), DextroStat
(dextroamphetamine sulfate), dan Ritalin (methylphenidate HCL).
2. TCA ( Tri-Cyclic Antidepressants ) merupakan jenis anti depresi.
3. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan namun  berbeda  berbeda
dengan obat TCA hanya mempunyai mempunyai kegunaan kegunaan dan efek
samping yang sama.
4. Catapres ( Catapres ( cloinidine ) cloinidine ) obat ini diperg ini dipergunakan untuk
pengobatan pengobatan ADHD terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan impulsif.
Obat ini berbentuk kecil atau pil dan anak  –   anak yang diberi Catapres akan menjadi
ngantuk.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas anak
Nama : An. M
Umur :7 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
BB :18kg
TB :110 cm
Pendidikan :sekolah dasar
Agama :islam
Suku/bangsa :jawa/indonesia
Alamat :-
Diagnose medis :ADHD (attention deficit hyperactive disorder)

2. Identitas penanggung jawab


Nama :Ny. W
Umur :30 tahun
Jenis kelamin :perempuan
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Agama :islam
Suku/bangsa :jawa/indonesia
Alamat :-
Hubungan dengan klien :ibu klien

3. Riwayat kesehatan klien


a) Keluhan utama
tidak bisa duduk tenang. Ia sangat rewel, sulit sulit berkosentrasi, agresif,
suka mendominasi pergaulan, berlarian kesana-kemari dan sering mengganggu
teman-temannya.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh karena sering berlarian tanpa
tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya.
Ibunya mengaku bahwa anak M bergnti-ganti aktivitas dan tidak pernah samapai
selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian
sudah beralih pada permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi
prestasinya di sekolah.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit sama.
d) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan

4. Riwayat anak
a) Masa pre-natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas
dan dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2kali. Selama kehamilan ibu tidak
pernah mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga berkata
saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang, kerang.
b) Masa intra-natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengar umur kehamilan 37 minggu.
c) Masa post-natal
Klien lahir dengan keadaan normal, dengan BB 3200 gram dalam keadaan sehat.
Waktu lahir klien langsung menangis.

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Penampilan: klien tampak agak kusam
Kesadaran: composmentis
Vital sign: TD: - BB: 18 kg
TB: 110 cm N:100x/menit
S: 37,4 R: 25x/menit
b. Kebersihan anak
Klien kelihatan kusam karena sering bermain kesana kemari
c. Suara anak waktu menangis
Ketika klien menangis terdengar suara yang kuat
d. Keadaan gizi anak
Keadaan gizi anak cukup baik ditandai dengan BB: 18kg. (BB normal: 22
kg)
e. Aktivitas
Dirumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah posisi
agar klien merasa nyaman
f. Kepala dan leher
Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien dapat
menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar
tyroid dan limfe.
g. Mata(penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi
penglihatan baik karena klien tidak menggunakan alat bantu, tidak ada
peradangan dan pendarahan.
h. Telinga(pendengaran)
Tidak terdapat suremen, fungsi pendengaran baik karena klien jika
dipanggil langsung member respon. Tidak ada peradangan dan pendarahan
i. Hidung(penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik, tidak terdapat kotoran pada
hidung, tidak terdapat polip
j. Mulut(pengecapan)
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungus pengecapan
baik, mukosa bibir kering
k. Dada(pernafasan)
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi
tambahan dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25x/menit
l. Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik
(dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan temperature 37,4
m. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang
melekat pada kulit.
n. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan
bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas bagian dekstra karena
terpasang infuse RL 20 tetes/menit
o. Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.

6. Pola makan dan minum


Dirumah : klien makan 3x sehari dengan menu sayur sop dank lien suka minum air putih
dan susu
Di RS : klien mendapatkan bubur ayam 3x sehari dan tidak bisa menghabiskannya, klien
minum hanya1/2 gelas
7. Pola eliminasi
Di rumah : klien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat dan bau khas feses, BAK klien 4-
5x/menit berwarna kuning jernih dan berbau amoniak
Di RS : klien BAB 1x dalam 2hari dengan konsistensi padat dan berbau khas feses. Dan
klien BAK 2-3x/hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak

8. Terapi yang didapatkan di RS


 Terapi obat psikotimulan
 Terapi obat non stimulant ( anti depresi, anti psikotik)

B. Diagnosa keperawatan
 Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas
 Ketidakefektifan koping berhubungan dengan tidak adekuatnya tingkat
kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan koping
C. Intervensi

No diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


. hasil
1. Risiko cedera b.d Setelah dilakukan 1. Bantu pasien dan anggota
hiperaktivitas tindakan keperawatan keluarga mengidentifikasi
selama 1x24 jam, situasi dan bahaya yang dapat
pasien mampu mengakibatkan kecelakaan.
melakukan aktivitas 2. Anjurkan pasien dan keluarga
yang tidak berbahaya. untuk mengadakan perbaikan
dan menghilangkan
Kriteria hasil: kemungkinan keamanan dari
Pasien dan anggota bahaya.
keluarga 3. Beri dorongan kepada orang
mempraktikkan dewasa untuk mendiskusikan
keamanan dan peraturan keamanan terhadap
melakukan tindakan anak.
kewaspadaan di rumah. 4. Rujuk pasien ke sumber-
sumber komunitas yang lebih
tepat

Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk


2. koping b.d tidak tindakan keperawatan menggunakan system
adekuatnya 1x24 jam, pasien pendukung ketika melakukan
tingkat mampu koping
kepercayaan diri mengomunikasikan 2. Identifikasi dan turunkan
trhadap perasaan tentang situasi stimulus yang tidak perlu
kemampuan saat ini. dalam lingkungan.
untuk melakukan 3. Jelaskan kepada orangtua
koping Kriteria hasil: semua terapi dan prosedur dan
Pasien menggunakan jawab pertanyaan pasien.
system pendukung yang 4. Rujuk pasien untuk melakuan
tepat seperti keluarga konseling pada psikolog.
dan teman untuk
membantu dalam
melakukan koping
D. Implementasi

No. diagnosa implementasi Evaluasi

1. Risiko cedera b.d 1. Membantu pasien dan S : orangtua mengatakan


hiperaktivitas anggota keluarga sudah mengerti akan
mengidentifikasi situasi pemahaman keamanan
dan bahaya yang dapat terhadap anaknya agar
mengkibatkan tidak cedera
kecelakaan.
2. Menganjurkan pasien O: hiperaktivitas klien
dan keluarga untuk sedikit berkurang
mengadakan perbaikan
dan menghilangkan A: masalah teratasi
kemungkinan keamanan
dari bahaya. P: pasien diperbolehkan
3. Member dorongan pulang dan orangtua
kepada orang dewasa diberikan health
untuk mendiskusikan education.
peraturan keamanan
terhadap anak.
4. Merujuk pasien ke
sumber-sumber
komunitas yang lebih
tepat.
2. Ketidakefektifan 1. Mendorong pasien untuk S: orang tua mengatakan
koping b.d tidak menggunakan system aktivitas anaknya sudah
adekuatnya tingkat pendukung ketika bisa di kendalikan
kepercayaan diri melakukan koping.
terhadap kemampuan 2. Mengidentifikasi dan O: klien sudah terlihat bisa
untuk melakukan menurunkan stimulus lebih tenang
koping yang tidak perlu dalam
lingkungan. A: masalah teratasi
3. Menjelaskan kepada
orangtua semua terapi P: pasien diperbolehkan
dan prosedur dan jawab pulang dan orangtua
pertanyaan pasien. diberikan health
4. Merujuk pasien untuk education.
melakukan konseling
pada psikolog.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya
gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis
kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. (Saputo, Dwidjo Dr. 2014).
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan
disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD,
kependekan dari attention deficit disorder yang berarti ‘gangguan pemutusan
perhatian’. Pada saat ditambahkan ‘hiper-activity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya
menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis
ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama.
(Saputo, Dwidjo Dr. 2014).

B. Saran
Bagi pembaca agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar
tersebut, dan rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik, kritik dan saran dari teman-
teman ataupun dosen pengampuh sangat bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki
makalah asuhan keperawatan pada anak kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. Taylor, Cynthia. 2015. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Martin, G.I. (2015). Terapi Untuk Anak ADHD (Terjemahan). Cetakan II. Jakarta: BIP
Kelompok Gramedia.

Saputo, Dwidjo Dr. 2009. ADHD ( Attention Deficit Hyperactive Disorder ) Jakarta :
CV Sagung Seto.

Sugiarmin & Baihaqi. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Jakarta : PT Refika
Aditama.
Taylor, Cynthia. 2013. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai