Oleh :
Dewi Rohmana H U
Dhivya Maulida
Dina Rosalia
A. Latar Belakang
ASI mengandung berbagai zat yang dibutuhkandalam proses pertumbuhan,
perkembangan bayi, kesehatan dan imunitas bayi. Air Susu Ibu ( ASI ) merupakan makanan
pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI yang diproduksi selama hari-
hari pertama kelahiran, mengandung kolostrum yang dapat melindungi bayi dari penyakit.
Komponen penting untuk kelangsungan hidup bayi adalah dengan pemberian ASI
sedinimungkin.(Lestari, et al., 2016)
World Health Organization (WHO) dan United National Children,s Fund (UNICEF)
merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir melalui strategi global
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (WHO, 2009).
Proses Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama
hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Produksi dan sekresi ASI merupakan proses
fisiologis dari laktasi, maka faktor-faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain
posisi dan fiksasi bayi yang benar pada payudara serta frekuensi dan durasi menyusui,
pengosongan pada payudara, nutrisi, keadaan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan
payudara. Gangguan pada laktasi terjadi karena berbagai faktor diantaranya faktor bayi, ibu
dan lingkungan.(Delima, et al., 2016)
Peningkatan kadar prolaktin dalam darah akan mencapai puncak pada 45 menit
pertama setelah lahir dengan dirangsang oleh pemberian ASI sedini mungkin. Apabila ASI
dikeluarkan atau dikosongkan secara menyeluruh maka akan meningkatkan produksi ASI
menjadi lebih banyak. Pemberian ASI awal sampai bayi berumur 6 bulan dapat mengurangi
22% kematian bayi di bawah umur 28 hari (Jamilah, et al., 2013)
Hambatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir sering disebabkan karena
ASI yang belum keluar dan berkurangnya produksi ASI, hal ini karena kurangnya rangsangan
hormone prolactin dan hormone oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi
ASI (Heni Setyowati, et al., 2015).
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima-keenam ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormone oksitosin keluar dan ASIpun
cepat keluar. Tindakan pijat oksitosin ini memberikan sensasi rileks pada ibu dan
melancarkan aliran saraf serta saluran ASI kedua payudara lancar (Lestari, et al., 2016)
Efek pijat oksitosin adalah sel kelenjar payudara mensekresi ASI sehingga bayi
mendapatkan ASI sesuai dengan kebutuhan dan berat badan bayi bertambah(Hamidah &
Shentya Fitriana, 2017).
Dari data tersebut peneliti mengambil judul pengaruh pijat oksitosin terhadap
peningkatan ASI pada Ibu.
B. Tujuan
1. Umum
Menggambarkan efek perawat metode pijat oksitosin terhadap peningkatan ASI pada ibu
2. Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran respon klien sebelum diberikan perawatan pijat oksitosin
terhadap peningkatan kadar ASI
b. Mengidentifikasi gambaran respon klien setelah diberikan perawatan pijat oksitosin
terhadap peningkatan kadar ASI
BAB II
LAPORAN KASUS
c. Riwayat Persalinan
Persalinan Tahun Tempat Jenis Umur BB dan jenis Kondisi
ke Persalinan Kehamilan kelamin bayi Bayi
1 2014 RSUD SC 42 minggu Bayi pertama Bayi
Ungaran laki laki BB: pertama
4200 gram. laki
laki:
sehat
d. Kondisi Bayi
Jenis Kelamin: perempuan, Lahir Hidup
BB: 2550 gr, PB: 45 cm, Lingkar dada: 26 cm, Lingkar Kepala: 27 cm
Apgar Score: 8-9-10
e. Nifas
TD: 140/80 mmHg, N: 80x/mnt, Suhu, 36,5oC, TFU: 2 jari dibawah pusat, Kontraksi
Kuat, Lochea Rubra ±150 cc, Klien antusias menerima bayi ketiganya.
D. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON
1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Keluarga klien mengatakan saat ada keluarga yang sakit langsung dibawa ke
pelayanan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
a. Sebelum sakit : Klien dapat mengkonsumsi 3x sehari dengan sayur,
ikan, tempe dan buah-buahan.
b. Saat sakit : Setelah sakit napsu makan klien baik, makan 3x
sehari dengan sayur, ikan, tempe dan buah-buahan. Klien tidak
memiliki pantangan seperti makanan berprotein tinggi.
Antropometri
BB : 80 kg
TB : 160 cm
IMT = 80kg/ (1.6x1.6)m2=31.25 (Berat badan lebih)
Biochemical
Hb: 7,8 g/dl, Hematokrit: 26,3%
Clinical Sign
Klien lemas, konjungtiva anemis
Dietary
Klien makan 3x sehari dengan tinggi kalori dan protein
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas. Pasien BAK 6-10
x/ hari. Tidak ada keluhan dalam buang air kecil, tidak ada
perdarahan.
b. Saat sakit : klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas. Pasien BAK 6-10
x/ hari.
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : kebutuhan tidur klien tercukupi yaitu 6-8 jam/hari.
b. Saat sakit : klien mengatakan saat nyeri timbul, klien merasa
terganggu dan tidak bisa tidur. Namun, setelah nyeri mereda klien
dapat tidur kembali. Setelah sakit kebutuhan tidur klien 5-7
jam/hari.
5. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri saat
bekerja maupun di rumah.
b. Saat sakit : klien memerlukan bantuan minimal karena belum
boleh turun dari tempat tidur selama 24 jam. Klien sudah dapat
miring kanan-kiri.
Pengkajian ADL
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Mandi
Toiletting
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
Keterangan:
0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 : Memerlukan penggunaan alat
2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 : Memerlukan bantuan, pengawasan, dan peralatan
4 : Sangat tergantung dan tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan
6. Pola peran dan hubungan
Setelah melahirkan klien sudah siap menjadi ibu dan sangat antusias untuk merawat
anaknya di rumah.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Kemampuan kognitif dan sensori klien masih berfungsi dengan baik. Klien mengingat
orang-orang di sekitarnya. Saat bergerak, klien terlihat meringis menahan nyeri yang
dirasakannya dengan deskripsi sebagai berikut:
P: nyeri karena episiotomy, nyeri saat bergerak
Q: cekat-cekit
R: nyeri pada perenium
S: skala nyeri 5
T: hilang timbul
Nyeri hilang timbul dan saat nyeri datang klien berfokus pada nyeri yang dirasakannya.
8. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Body Image : klien selalu bersyukur dengan apa yang diberikan
oleh sang pencipta.
b. Identitas Diri : Klien adalah seorang perempuan dan ibu bagi ketiga
anaknya.
c. Harga Diri : Klien ingin segera sembuh dan dapat beraktifitas
kembali.
d. Peran Diri : Ny. I merupakan seorang ibu dan istri.
e. Ideal Diri : Klien akan memberikan perawatan terbaik bagi
anaknya.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan P3A0, melahirkan pada tanggal 26 April 2021 dengan spontan. PPV
yaitu darah berwarna merah, kontraksi kuat ±150cc/12 jam.
10. Pola mekanisme koping
Klien mengatakan sudah siap menjadi ibu bagi ketiga anaknya. Karena klien
masih belum mengetahui banyak mengenai perawatan bayi dan perawatan psot partum
maka klien berencana meminta bantuan Ibu dan suaminya untuk merawat anaknya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien selalu berdoa untuk kesehatannya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : E4V5M6 composmentis
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 84 x/ menit
Pernapasan : 20x/ menit dengan irama reguler
Suhu tubuh : 36, 40 C
Tekanan darah : 140/80 mmHg
3. Kulit : Turgor kulit baik (kembali dengan cepat), tidak ada pitting
edema, warna kulit pucat.
4. Kepala : Ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih, tidak pusing / nyeri kepala.
5. Leher : Tidak terdapat pembesaran pada leher.
6. Mata : Sklera tidak ikterik, mata simetris, konjungtiva anemis,
pupil isokor dan reflek cahaya baik.
7. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak terdapat lesi pada
hidung.
8. Telinga : Simetris, tidak terdapat sekret.
9. Mulut : mukosa bibir tidak kering
10. Dada:
a. Jantung :
I : ictus cordis tampak di IC 5, 6
P : ictus cordis teraba di IC 5, 6
P : redup
A : tidak terdapat bunyi jantung tambahan, Suara jantung I, II regular
b. Paru-paru :
I : expansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, RR: 20x/mnt
P : pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : sonor
A : vesikuler
c. Payudara
Bentuk payudara simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola hitam
kecoklatan, putting susu tampak menonjol, payudara terasa lembek, produksi ASI
yang dihasilkan masih sedikit, dan saat ditekan ada keluar colostrum.
11. Abdomen:
a. Inspeksi : simetris, datar, terdapat luka post SC melintang ±10 cm,
Tidak ada tanda perdarahan.
b. Auskultasi : bising usus 10x/menit
c. Perkusi :
Involusi uterus baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi Uterus : baik
d. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
12. Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik.
Bawah : tidak terdapat lesi , kekuatan otot
5 5
5 5
13. Genetalia:
Tidak ada benjolan, vulva hygiene bersih, klien tidak memakai pembalut hanya
menggunakan underpath, terdapat PPV merah segar sekitar 50 cc
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil laboratorium 27 April 2021 Pukul: 11.40 WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hematologi Paket
Hemoglobin 7,8 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 26,3 % 35-47
Eritrosit 3,96 10^6/uL 3.8 -5.2
MCH 19,7 pg 26-34
MCV 66,4 fL 80-100
MCHC 29,7 g/dL 32-36
Leukosit 10,89 10^3/ul 3.6 – 11
Trombosit 348 10^3/ul 150-440
G. PROGRAM TERAPI
-Gerakan terbatas
-Klien sudah dapat miring kanan
dan kiri, sudah bisa duduk
5. Selasa, DS: Ketidakadekuatan Menyusui tidak Sukma
27 April -Klien mengatakan ASI keluar suplai ASI efektif
2021 hanya sedikit
Pukul -Klien mengatakan bayi
14.30 menangis ingin menyusui.
WIB DO:
-ASI keluar hanya sedikit
-Puting susu menonjol
-Tidak ada pembengkakan
payudara yang berlebihan
-Bayi terlihat menangis saat
menyusu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan kosentrasi hemoglobin
(D.0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (D.0077)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI (D.0029)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi TTD
Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah Sukma
efektif berhubungan tindakan asuhan tertentu yang hanya peka
dengan penurunan keperawatan selama 3x24 terhadap panas/dingin/taj
konsentrasi jam diharapkan masalah am/t umpul
hemoglobin perfusi perifer tidak 2. Monitor adanya pretase
efektif berhubungan 3. Instruksikan keluarga
dengan penurunan untuk mengobservasi kulit
konsentrasi hemoglobin jika ada lesi atau laserasi
dapat teratasi dengan 4. Observasi pengisian
kriteria hasil : kapiler (< 2 detik), akral
- Pengisian CRT < 3 dan warna kulit
detik 5. Monitor TTV
- Denyut nadi perifer 6. Kolaborasi pemberian
stabil tranfuse
- Akral hangat
- Warna kulit
kemerahan
- Hemoglobin dalam
batas normal
- Tekanan darah dalam
batas normal
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara Sukma
berhubungan tindakan asuhan komprehensif (lokasi,
dengan agen cedera keperawatan selama 3x24 karakteristik, onset/durasi,
fisik jam diharapkan masalah frekuensi, kualitas,
nyeri akut berhubungan intesitas dan faktor
dengan agen cedera fisik pencetus)
dapat teratasi dengan 2. Posisikan klien senyaman
kriteria hasil : mungkin
- Skala nyeri klien 3. Ajarkan klien teknik
berkurang menjadi 0-2 relaksasi napas dalam
(nyeri ringan) sebagai manajemen
- Klien dapat nonfarmakologi saat nyeri
menerapkan teknik muncul
relaksasi napas dalam 4. Kolaborasi pemberian
saat nyeri muncul analgetik
- Menunjukkan
perasaan nyaman dan
rileks
O:
-ADLs dibantu
-Gerakan klien terbatas
-Klien dapat miring ke kanan dan
ke kiri, dan duduk
28 April 1 7. Monitor adanya daerah S : Sukma
2021. tertentu yang hanya peka 1. Klien mengatakan masih
Pukul terhadap lemah
16.00 panas/dingin/tajam/t umpul 2. Klien mengatakan mudah
1. Monitor adanya pretase lelah
2. Instruksikan keluarga untuk 3. Klien mengatakan sedikit
mengobservasi kulit jika ada pusing
lesi atau laserasi O:
3. Observasi pengisian kapiler 1. CRT : < 3 detik
(< 2 detik), akral dan warna 2. Akral dingin
kulit 3. Tidak terdapat luka tekan
4. Monitor TTV dan jaringan
5. Kolaborasi pemberian 4. Infus terpasang RL 20 Tpm
tranfuse 5. Konjungtiva anemis
6. TTV :
Tekanan darah: 120/90
mmHg
Nadi: 83x/menit
Pernafasan: 22x/menit
Suhu : 36,3
O:
-Klien memahami bagaimana cara personal hygiene yang
benar, seperti cuci tangan 6 langkah
Klien dapat menyebutkan nutrisi yang tepat untuk
menunjang proses penyembuhan luka perineum
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan Edukasi untuk mencegah terjadinya infeksi pada
luka perineum mengenai personal hygiene, seperti cuci
tangan 6 langkah, memberi penjelasan mengenai perawatan
luka perineum agar tidak terkena air, serta nutrisi yang tepat
untuk menunjang proses penyembuhan luka perineum
27 April 4 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu ibu dan klien
Pukul mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
17.20 WIB -Klien mengatakan hanya dapat miring kanan, kiri dan
duduk di atas tempat tidur.
O:
-ADLs dibantu
-Gerakan klien terbatas
-Klien dapat miring ke kanan dan ke kiri
A:Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV
b. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya
c. Menjelaskan mengenai pentingnya ambulasi dini
d. Ajarkan mobilisasi sederhana
e. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan ADL’s
28 April 2 S: Sukma
2021. 1. Klien mengatakan masih lemah
Pukul 2. Klien mengatakan mudah lelah
13.00 WIB 3. Klien mengatakan sedikit pusing
O:
1. CRT : < 3 detik
2. Akral dingin
3. Tidak terdapat luka tekan dan jaringan
4. Infus terpasang RL 20 Tpm
5. Konjungtiva anemis
6. TTV :
Tekanan darah: 120/90 mmHg
Nadi: 83x/menit
Pernafasan: 22x/menit
Suhu : 36,3
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
28 April 2 S: Sukma
2021. 3.Klien mengatakan nyeri pada luka perineum dengan
Pukul deskripsi sebagai berikut:
13.00 WIB P : Saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : pada luka perineum
S : 3 (Nyeri Ringan)
T : Hilang timbul
Saat nyeri datang klien mengatakan berfokus pada nyeri
yang dirasakannya.
4.Klien mengatakan sudah menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam yang telah diajarkan
O:
-Klien masih tampak meringis menahan nyeri dan terfokus
pada nyeri yang dirasakan
-Klien saat bergerak masih pelan pelan dan menahan nyeri
-Klien sudah menerapkan terapi Tarik nafas dalam yang
telah diajarkan.
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intesitas dan faktor
pencetus)
b. Posisikan klien senyaman mungkin
c. Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam sebagai
manajemen nonfarmakologi saat nyeri muncul
d. Kolaborasi analgetik bila diperlukan
28 April 3 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan ingin mendapatkan informasi mengenai
Pukul bagaimana cara menjaga kebersihan agar tidak terjadi infeksi
13.10 WIB pada lukanya
O:
-Klien memahami bagaimana cara personal hygiene yang
benar, seperti cuci tangan 6 langkah
Klien dapat menyebutkan nutrisi yang tepat untuk
menunjang proses penyembuhan luka
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Berikan Edukasi untuk mencegah terjadinya infeksi pada
luka perineum mengenai personal hygiene, seperti cuci
tangan 6 langkah, memberi penjelasan mengenai perawatan
luka agar tidak terkena air, serta nutrisi yang tepat untuk
menunjang proses penyembuhan luka
28 April 4 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu ibu dan klien
Pukul mengatakan nyeri sudah mulai berkurang saat bergerak
13.20 WIB -Klien mengatakan sudah dapat menekuk kaki dan duduk.
O:
-ADLs dibantu sebagian
-Gerakan klien masih terbatas
-Klien dapat miring ke kanan dan ke kiri, menekuk kaki, dan
duduk
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV
b. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya
c. Identifikasi kemampuan mobilisasi
d. Ajarkan mobilisasi sederhana
e. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan ADL’s
28 April 5 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan setelah dilakukan pijat oksitosin air susu
Pukul ibu belum banyak keluar
13.40 WIB -Klien mengatakan mengerti tentang manfaat menyusui bayi
Klien mengatakan sudah paham mengenai pijat oksitosin
yang telah diajarkan
O:
-Klien mampu menyusui dengan baik
-Puting menonjol
-ASI belum banyak keluar
-Klien mampu mengikuti teknik pijat oksitosin yang telah
diajarkan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Motivasi klien untuk menerapkan pijat oksitosin yang
dibantu oleh ibu klien
29 April 1 S: Sukma
2021. 1. Klien mengatakan ujung jari kaki dan tanganya sudah
Pukul tidak dingin lagi
13.00 WIB 2. Klien mengatakan sudah sedikit bertenaga
3. Klien mengatakan lebih segar
4. Klien mengatakan sudah tidak pusing
O:
1. CRT < 2 detik
2. Akral dingin
3. Infus terpasang RL 20 Tpm
4. TTV :
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 22x/menit
Suhu : 36,0
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
29 April 2 S: Sukma
2021. 1. Klien mengatakan nyeri pada luka perineum sudah
Pukul berkurang dengan deskripsi sebagai berikut:
13.00 WIB P : Saat bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : pada luka perinium
S : 2 (Nyeri Ringan)
T : Hilang timbul
2.Klien mengatakan sudah menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam yang telah diajarkan
O:
-Klien tampak rileks
-Klien saat bergerak masih pelan pelan
-Klien sudah menerapkan terapi Tarik nafas dalam yang
telah diajarkan.
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intesitas dan faktor
pencetus)
b. Posisikan klien senyaman mungkin
c. Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam sebagai
manajemen nonfarmakologi saat nyeri muncul
d. Kolaborasi analgetik bila diperlukan
29 April 4 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas sendiri,
Pukul seperti mandi, makan, menyusui bayi, dll.
13.20 WIB -Klien mengatakan sudah dapat turun dari kasur, serta
berjalan pelan pelan
O:
-ADLs sudah dapat melakukan secara mandiri
-Klien sudah bisa turun dari bed, serta jalan pelan pelan
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi
29 April 5 S: Sukma
2021. -Klien mengatakan setelah dilakukan pijat oksitosin hari
Pukul kedua air susu sudah keluar lancar
13.50 WIB -Klien mengatakan lebih sering menyusui bayi tiap 2 jam
O:
-Klien telah melakukan pijat oksitosin dibantu oleh suaminya
-Klien lebih percaya diri dalam menyusui bayi
-ASI pada klien sudah lancar
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN
Ny. I adalah ibu post partum spontan berusia 27 tahun dengan P3A0 atas indikasi anemia
saat dikaji mengeluh asinya hanya sedikit yang keluar sejak hari pertama melahirkan sehingga
bayinya menangis terus. Puting susu nampak menonjol dan tidak ada pembengkakan pada
payudara.
Dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa suplai asi tidak adekuat hingga proses
menyusui tidak efektif. Ketidakcukupan produksi ASI adalah alasan utama ibu untuk
penghentian pemberian ASI, karena ibu merasa dirinya tidak mempunyai kecukupan produksi
ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi dan mendukung kenaikan berat badan bayi (Rahayu et al.,
2015). Rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan karena ibu belum memahami manfaat
ASI bagi kesehatan anak. Dukungan Keluarga mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif selama
enam bulan. Keputusan ibu untuk menyusui dipengaruhi pengetahuan anggota keluarga tentang
manfaat menyusui, serta konsultan laktasi (Rahayu & Yunarsih, 2017).
Sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu yang berkaitan
dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut
meningkat akan memperlancar prosuksi ASI (Ramadani & Hadi, 2009). Salah satu tindakan
untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan melakukan pijat oksitosin.
Pijat oksitosin merupakan stimulasi yang dapat memberikan refleks let down dan
dapat membantu merangsang pelepasana hormon oksitosin sehingga mempertahankan produksi
ASI serta memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu. Hasil Suciawati (2018) didapatkan
bahwa ibu nifas yang mendapat pemijatan oksitosin mengalami kelancaran pengeluaran ASI
sebanyak 10 ibu nifas (100%), sedangkan ibu nifas tanpa pemijatan yang
mengalami kelancaran pengeluaran ASI sebanyak 6 ibu nifas (30%) dan yang
mengalami ketidaklancaran pengeluaran ASI sebanyak 14 orang (70%), terlihat ada hubungan
yang bermakna antara pelaksanaan pijat oksitosin dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu
nifas. Penelitian oleh Kemenkes RI yaitu salah satu cara untuk meningkatkan refleks
oksitosin adalah dengan melakukan pijat oksitosin.Hal-hal yang dapat meningkatkan
oksitosin, antara lain: ketenangan; mendengarkan celotehan bayi atau tangisan; melihat dan
memikirkan bayinya; ayah membantu merawat bayi. Fungsi dari pijat adalah melancarkan
peredaran darah da nmemberikan perasaan nyaman, segar, dan kehangatan pada tubuh.
Kondisi ini akan membantu ibu merasa rileks dan terhindar dari stress.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Firiyatin Ayu dkk,dengan judul “Perbedaan antara
dilakukan pijatan oksitosin dan tidak dilakukan pijatan oksitosin terhadap produksi ASI
pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa”, dengan sampel 20 responden dimana
10 responden dilakukan pijatan oksitosin dan 10 responden tidak dilakukan pijatan oksitosin
didapatkan hasil bahwa ada perbedaan antara dilakukan pijatan oksitosin dan tidak
dilakukan pijatan oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas di wilayah kerja
Puskesmas Ambarawa. Menurut penulis, adanya hubungan efektivitas pijat oksitosin dengan
kelancaran pengeluaran ASI pada ibu nifas karena adanya rasa nyaman yang dirasakan oleh
ibu, sehingga hormone oksitosin “hormon kasih sayang” dapat memproduksi dengan hasil
baik. Bersamaan dengan terbentuknya hormon oksitosin, hipofise anterior mengeluarkan
hormon prolactin yang berfungi untuk membuat air susu sehingga proses laktasi
lancar dan bayi mendapatkan ASI yang cukup. Selain itu, keterlibatan suami/keluarga
factor penting untuk mendukung kelancaran proses menyusui.
Instrumen yang digunakan dalam penatalaksanaan ini adalah SAP pijat oksitosin dan
leaflet sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Setelah mendapatkan pijat oksitosin air susu sudah
keluar lancar dan bayinya menjadi lebih tenang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dwi Rahayu (2018) Pada ibu yang dilakukan pijat oksitosin terbukti bisa terjadi peningkatan
produksi ASI. Peningkatan produksi ASI ini disebabkan karena peningkatan kenyamanan pada
ibu yang secara otomatis akan merangsang keluarnya hormon oksitosin ini. Dan efek dari
hormon oksitosin ini merangsang pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada Ny. I G0P3A0 post
partum di RSUD Ungaran, maka penulis membuat kesimpulan yaitu :
1. Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan ketidakefektifan perfusi
perifer, nyeri, resiko infeksi, gangguan mobilitas fisik dan ketidakefektifan pemberian
ASI, data-data yang penulis temukan pada dasarnya sama dengan data yang ada di
teori. Adapun data yang penulis temukan adalah keadaan umum ansietas, berduka
pada buku SDKI, SLKI , dan SIKI, 2017
2. Setelah dilakukan analisa data ditemukan 5 diagnosa keperawatan prioritas yang
muncul sesuai teori dalam buku SDKI, SLKI , dan SIKI, 2017. PPNI. Diagnosa yang
muncul pada kasus sesuai dengan teori.
3. Pada rencana keperawatan yang dirancang terdiri dari observasi keadaan klien,
pemberian tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang diangkat,
melakukan kolaborasi dengan bidan, dokter, farmasi yang ada dalam pemberian
penatalaksanaan yang tepat kepada klien
4. Pada proses implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang dirancang atau disusun
5. Pada tahap evaluasi setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam didapatkan hasil
bahwa klien mulai bisa beraktivitas, bisa turun dan berjalan secara perlahan, nyeri
berkurang dan produksi ASI lancar setelah dilakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
merupakan stimulasi yang dapat memberikan refleks let down dan dapat
membantu merangsang pelepasana hormon oksitosin sehingga mempertahankan
produksi ASI serta memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan asuhan keperawatan ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya di keperawatan maternitas tentang manajemen pasien post
partum.
2. Lahan Rumah Sakit
Hasil penulisan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan manajemen asuhan keperawatan dan membantu perawat di ruang
perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan.
3. Penulis
Hasil penulisan asuhan keperawatan ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan
keperawatan pada pasien dengan post partum dan memahami penatalaksanaan yang
tepat pada pasien yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI pada pasien post
partum.
DAFTAR PUSTAKA
Delima, M., Gina Zulfia Arni & Ernalinda Rosya, 2016. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Ibu Menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin. JURNAL
IPTEKS TERAPAN, pp. 2460-5611.
Hamidah & Shentya Fitriana, 2017. Hipnobreasfeeding dan Pijat Oksitosin berpengaruh terhadap
pengeluaran Kolostrum pada ibu post partum. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan,
Volume 5 Nomor 1, pp. 35-42
Heni Setyowati, Ari Andayani & Widayati, 2015. Perbedaan Produksi ASI pada Ibu Post Partum
setelah pemberian Pijat Oksitosin. Volume 10, p. Jurnal Keperawatan Soedirman.
Jamilah, Ari Suwondo, Sri Wahyuni & Suhartono, 2013. Efektifitas Kombinasi Pijat Oksitosin
Tehnik Effleurage dan Aromaterapi Rose terhadap Kadar Prolaktin Post Partum normal
di Puskesmas Dawe Kudus Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Bidan.
Kemenkes. Situasi dan analisis ASI ekslusif. Indonesia; 2014. p. 1–6.
Lestari, H., IGA Juliantari & Sri Murniati, 2016. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran
Produksi Kolostrum pada ibu postpartum di Puskesmas Rasa Bou Kecamatan Huu
Kabupaten Dompu. Prima, pp. 85-97.
Suciawati,Anni. 2018. Efektifitas Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas.
Artikel Penelitian : Fakultas Kesehatan Prodi DIV Kebidanan, Universitas Nasional
Rahayu, D., & Yunarsih. (2017). FAKTOR PREDISPOSISI YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN TEORI
MATERNAL ROLE ATTAINMENT RAMONA T MERCER. Jurnal Ilmu Kesehatan,
6(1), 48–55.
Rahayu, D., & Yunarsih. (2018). PENERAPAN PIJAT OKSITOSIN DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU POSTPARTUM. Jurnal of Ners Comunity,
9(1), 08–14.