17
18
Minum: pasien minum 6-7 gelas per hari, jenis minuman air
putih. Selama sakit pasien minum 5-7 gelas per hari, jenis
minuman air putih dan teh.
3) Pola Eliminasi
Pasien I
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2 x sehari dengan padat, warna kuning, bau khas feses. Pasien
mengatakan BAK 5-6 x sehari, berwana kuning jernih, bau khas
urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat, warna kuning, bau
khas feses. BAK ± 6-7 x sehari, benvana kuning jernih, bau khas
urin
Pasien II
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2x sehari dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas
feses. Pasien mengatakan BAK 6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat,
warna kuning, bau khas feses. BAK 6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin
4) Pola Aktifitas dan Latihan
Pasien I
Sebelum sakit pasien merupakan Buruh, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat kerja
dan lain-lain. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi. Pasien tampak
bedrest.
Pasien II
Sebelum sakit pasien merupakan pelajar, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat
sekolah dll. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi Pasien tampak bedrest.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien I
22
Dari analisa data pada tanggal 14 Maret 2019, pada klien Sdr. S
didapat data subjektif yaitu pasien mengatakan lemas, pusing dan mual,
data objektif yang didapat dari pasien yaitu tampak lemas, pemeriksaan
tanda-tanda vital, tekanan darah 100/60 mmHg, suhu 39,1 °C, nadi 96
kali permenit, pernapasan 23x permenit
Berdasarkan uraian diatas ditarik kesimpulan bahwa masalah
keperawatan yang muncul pada Nn. S dan Sdr. S adalah Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit.
4. Perencanaan atau Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang muncul pada pasien Nn. S dan Sdr. S, kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan, yang meliputi tujuan, kriteria hasil,
dan rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Tujuannya adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
suhu dalam rentang normal, dengan kriteria hasil suhu berkurang, tidak
ada pusing dan tidak ada peubahan warna kulit.
Perencanaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan keperawatan
yaitu dilakukan monitor suhu, monitor tanda-tanda vital dan warna
kulit, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kompres hangat pada lipat
paha dan axila, tingkatkan sikulasi udara, anjurkan untuk memakai
pakaian yang tipis dan anjurkan untuk istirahat total, berikan terapi
sesuai dengan advis dokter meliputi injeksi ceftriaxone 1gr tiap 12 jam,
ondancentron 4mg tiap 8 jam, pantoprazole 40 mg tiap 12 jam,
paracetamol 3x1 500mg. Obat tersebut diberikan melalui intravena, dan
obat oral methylprednisolone 2x1
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Nn. S pada tanggal 11-13 Maret
2019:
a. Implementasi hari pertama
Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 11
Maret 2019, penulis melakukan implementasi keperawatan pada
28
yaitu pada jam 05:30 WIB memantau tanda- tanda vital klien,
didapatkan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,8 °C, nadi
85 kali permenit, frekuensi pernafasan 21 kali permenit. Pada
pukul 05:45 WIB memberikan cairan infus ringer laktat. Pada
pukul 06:00 mengobservasi keadaan umum dan kesadaran pasien
didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang dan kesadaran
compos mentis. Pada pukul 07:00 memotivasi pasien untuk makan
sedikit tetapi sering didapatkan hasil pasien mendengarkan anjuran
perawat. Pada pukul 07:30 menyajikan makanan dalam keadaan
hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, pasien mengataka
mau makan tapi masih merasakan mual. Didapatkan hasil pasien
menghabiskan 1 porsi makan dari yang disediakan. Pada pukul
08:00 monitor adanya alergi pada makanan didapatkan hasil tidak
ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 08:30 memberikan obat injeksi
ondancenron 4mg dan ceftriaxone 1gr, didapatkan hasil pasien mau
disuntik dan tidak ada tanda alergi.
Penulis melakukan implementasi keperawatan kepada Sdr
.S yaitu pada pukul 15:00 WIB penulis menayakan keluhan pasien
didapatkan hasil pasien mengatakan masih sedikit mual tetapi tidak
seperti kemarin dan pusing berkurang, masih agak lemas. Pada
pukul 15:30 mengukur tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 120/80 mmHg, N: 90x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu
36,8oC. Pada pukul 16:00 WIB memonitor turgor kulit didapatkan
hasisl turgor kulit baik. Selanjutnya memberikan informasi tentang
pentingnya nutrisi untuk kesembuhan pasien dan menyajikan
makanan dalam keadaan hangat didapatkan hasil pasien
menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan. Pada pukul
18:00 membantu pasien untuk mngidentifikasi aktivitas yang
disukai dan kekurangan dalam beraktivitas. Pada pukul 18:30
memberikan injeksi obat sesuai advis dokter yaitu ondancentron
4mg dan ceftriaxone 1gr didapatkan hasil: pasien mengatakan
bersedia dilakukan pemberian obat lewat selang infuse dan tidak
36
B. Pembahasan
Bab ini akan membahas kesenjangan yang terjadi antara teori dengan
kondisi nyata dilapangan dengan kasus yang dilaporkan yaitu pengelolaan
keperawatan pada Nn. S dan Sdr. S dengan hipertermi pada kasus thypus
abdominalis di ruang Buketan RSUD Bendan Kota Pekalongan. Pengelolaan
keperawatan pada Nn. S dilakukan selama tiga hari dari tanggal 11 Maret 2019
– 13 Maret 2019 dan pengelolaan keperawatan pada Sdr. S dari tanggal 14
Maret 2019 - 16 April 2019. Pengumpulan data tersebut telah penulis lakukan
dengan menggunakan tekhnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi catatan perkembangan kesehatan pasien (buku rekam
medik). Dalam hal ini, penulis akan memfokuskan pembahasan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian pada Nn.S dan Sdr. S tanggal 11 dan 14 Maret 2019
dengan mengumpulkan data yang diperoleh sesuai teori pengumpulan data
38
2. Diagnosa Keperawatan
Pasien I
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, mual, menggigil. Data obyektif yaitu suhu
38,7°C, pasien tampak lemas . Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut dirumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
Pasien II
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, lemas dan mual. Data obyektif yaitu pasien
tampak lemas dan suhu 39,1°C. Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut di rumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
39
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan disusun pada tanggal 11 Maret 2019 (pasien I) dan 14
Maret 2019 (pasien II) dengan diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit. Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu suhu dalam
rentang normal setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pusing berkurang dan suhu dalam rentang normal dengan
kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada pusing
dan perubahan pada warna kulit.
Tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun penulis sesuai dengan
Nanda NIC NOC dengan intervensi keperawatan yang dilakukan pada Nn.
S dan Sdr. S adalah monitor suhu, monitor tanda-tanda vital, kompres
pasien dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan intake cairan dan
nutrisi dan anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan anjurkan untuk
istirahat total.
Monitor suhu dan monitor tanda-tanda vital berguna dalam
pengawasan suhu tubuh dan kemajuan penyembuhan. Kompres hangat
memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan rasa sakit di kepala, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Meningkatkan intake cairan dan nutrisi sangat penting untuk
membantu kesembuhan pasien, meningkatkan istirahat dan mengurangi
aktivitas. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberikan theraphy obat.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dimulai dari tanggal 11 Maret
2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) 14 Maret 2019 sampai 16 Maret
2019 (pasien II). Tindakan keperawatan penulis laksanakan untuk
mengatasi hipertermi pada Nn. S dan Sdr. S adalah melakukan monitor
suhu, monitor tanda-tanda vital, kompres pasien dibagian dahi, lipat paha
atau axila, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, dan anjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis dan anjurkan untuk istirahat total.
40
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dan
tanggal 11 Maret 2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) dan 14 Maret
2019 sampai 16 Maret 2019 (pasien II), maka pada tanggal 13 Maret 2019
(pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) dilakukan evaluasi dari tindakan
keperawatan Hipertermi pada pasien dengan Thypus Abdominalis adalah
suhu dalam rentang normal, melaporkan bahwa pusing berkurang, dan
tidak ada perubahan warna kulit.
Evaluasi akhir mengenai asuhan keperawatan Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit pada Nn. S dan Sdr. S dilakukan
pada tanggal 13 Maret (pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) didapatkan
data subyektif pasien mengatakan pusing berkurang, suhu dalam rentang
normal dan lebih nyaman dari kemarin. Data obyektif pasien 1 suhu
36,9°C, pasien 2 suhu 36,8°C. Analisis masalah, masalah hipertermi
teratasi (pasien melaporkan bahwa pusing berkurang). Planing untuk
pasien yaitu pertahankan intervensi, anjurkan pasien meningkatkan
istirahat total dan meningkatkan intake cairan dan nutrisi, anjurkan pasien
minum obat secara rutin sesuai dosis yang diberikan. Masalah suhu dan
pusing teratasi, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
NANDA NIC NOC.
C. Keterbatasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kedua klien, penulis
memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat melaksanakan dengan maksimal
intervensi kontrol lingkungan karena ruangan tidak mendukung untuk
dilakukan intervensi tersebut. Kurang fokusnya pada askep kelolaan penulis,
dikarenakan penulis juga diharuskan turut serta mengelola klien lain dan
membantu tindakan yang ada diruangan yang mengakibatkan penulis tidak
hanya fokus askep yang dikelola oleh penulis tetapi penulis juga ikut serta
bertanggungjawab pada seluruh klien yang ada diruangan.