Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Bendan kota Pekalongan
adalah Lembaga teknisi daerah yang didirikan berdasarkan Perda
Kota Pekalongan No. 5 Tahun 2008. RSUD Bendan diresmikan pada
tanggal 21 Mei 2009 oleh Wakil Presiden RI Bapak Jusuf Kalla dan di
dampingi oleh Direktur Jendral Pelayanan Medis Bapak Farid W. Husain.
Lokasi RSUD Bendan Kota Pekalongan luas keseluruhan ± 1,35
Ha terletak di Jalan Sriwijaya No. 2 Pekalongan yang termasuk dalam
wilayah Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat dan berjarak
300 m dari Pemerintah Kota Pekalongan. Luas bangunan gedung utama

dan penunjangnya adalah ± 12.000 m2 terdiri dari bangunan 4 lantai


ditambah 1 lantai basement.
Ruangan buketan RSUD Bendan kota pekalongan adalah ruang
khusus kelas 3 di RSUD Bendan. Jumlah tempat tidur di ruangan ini
adalah 46 tempat tidur dan terdapat kurang lebih 17 perawat yang
berada di ruang Buketan RSUD Bendan. Fasilitas yang terdapat di
ruangan ini sudah cukup memadai antara lain terdapat ruang perawatan
pasien, ruang tunggu untuk keluarga pasien, kamar mandi dll.
Berisi hasil “Pengelolaan Keperawatan pada Nn. S dan Sdr. S
dengan Thypus Abdominalis dengan Fokus Studi Hipertermi di Ruang
Buketan RSUD Bendan Kota Pekalongan”. Bab ini dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pengkajian dimulai
pada hari Senin tanggal 11 Maret 2019 pukul 16.00 W1B dan pada hari
Kamis tanggal 14 Maret 2019 pukul 15.30 WIB.
2. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pasien I

17
18

Pasien bernama Nn. S berusia 36 tahun, berjenis kelamin


perempuan, suku bangsa Jawa Indonesia, beragama islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan Buruh, alamat Kelurahan. Kramatsari Kota
Pekalongan dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 10 Maret 2019.
Penanggung jawab pasien adalah Tn. S berumur 65 tahun,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai Buruh, alamat Kelurahan
Kramatsari Kota Pekalongan, status Tn. A adalah ayah pasien.
Pasien II
Pasien bernama Sdr. S berusia 17 tahun, berjenis kelamin laki-
laki, suku bangsa Jawa Indonesia, beragama islam, pendidikan terakhir
SMP, pekerjaan pelajar, alamat Kelurahan Bandengan Kota
Pekalongan dengan diagnosa medis Thypoid. Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 13 Maret 2019.
Penanggung jawab pasien adalah Tn. R berumur 36 tahun,
pendidikan terakhir SMP, pekerjaan sebagai Buruh, alamat Kelurahan
Medono Kota Pekalongan, status Tn. R adalah paman pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien I
Pasien mengeluh menggigil, pusing dan mual.
Pasien II
Pasien mengeluh lemas, pusing dan mual.
2) Riwayat Keperawatan
Pasien I
Menurut keterangan pasien, Hari Minggu, tanggal 10 Maret
2019 jam 17.00 WIB, pasien masuk ke RSUD Bendan Kota
Pekalongan, dengan keluhan mual, menggigil, pusing selama 4
hari. Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan
keluarganya. Jam 20.00 WIB pasien dipindahkan di ruang
Buketan. Kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale
19

(GCS) 15. ID 110/70 mmhg, respiratory rate 20 x/menit, Nadi 80


kali x/menit, suhu 38,7°C.
Pasien II
Menurut keterangan pasien, pada hari rabu tanggal 13
Maret 2019 pukul 11.00 pasien mengeluh pusing, lemas, mual
kemudian pasien memeriksakan diri ke IGD RSUD Bendan Kota
Pekalongan. Pasien disarankan oleh dokter untuk menjalani rawat
inap. Keluarga pasien menerima saran dokter. Pasien masuk
ruangan Buketan pukul 14.30 WIB.
Kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale
(GCS) 15. TD 120/80 mmhg, respiratory rate 22 x/menit, Nadi 84
kali x/menit, suhu 38,9°C.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien I
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
dialami sekarang ini. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-
obatan maupun alergi terhadap makanan
Pasien II
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
dialami sekarang ini. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-
obatan maupun alergi terhadap makanan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien I
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit yang seperti dialaminya. Di keluarganya tidak ada
yang mempunyai penyakit keturunan maupun penyakit menular
seperti diabetes mellitus, hipertensi dan tuberkulosis.
Pasien II
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit yang seperti dialaminya. Di keluarganya tidak ada
20

yang mempunyai penyakit keturunan maupun penyakit menular


seperti diabetes melitus, hipertensi dan tuberkulosis.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien I
Pasien mengatakan sakit yang dialami akan sembuh. Pasien
berusaha menjalani pengobatan dengan sebaik mungkin dan
melakukan hal yang dianjurkan tenaga kesehatan agar cepat
sembuh.
Pasien II
Pasien mengatakan sakit yang dialami akan sembuh. Pasien
berusaha menjalani pengobatan dengan sebaik mungkin dan
melakukan hal yang dianjurkan tenaga kesehatan agar cepat
sembuh.

2) Pola Nutrisi dan Metabolik


Pasien I
Sebelum sakit : frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan
baik, makan habis satu porsi, jenis makanan nasi, sayur, lauk. Saat
sakit : frekuensi makan 3x sehari, pasien hanya menghabiskan ½
porsi makanan, jenis makanan nasi, sayur, lauk.
Minum :
Sebelum sakit : pasien minum 6-7 gelas per hari, jenis
minuman air putih dan teh. Selama sakit pasien minum 4-5 gelas
per hari, jenis minuman air putih dan teh.
Pasien II
Sebelum sakit : frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan
baik, makan habis satu porsi, jenis makanan nasi, sayur, lauk. Saat
Sakit : frekuensi makan 3x sehari, makan habis satu porsi, jenis
makanan bubur, lauk dan sayuran.
21

Minum: pasien minum 6-7 gelas per hari, jenis minuman air
putih. Selama sakit pasien minum 5-7 gelas per hari, jenis
minuman air putih dan teh.
3) Pola Eliminasi
Pasien I
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2 x sehari dengan padat, warna kuning, bau khas feses. Pasien
mengatakan BAK  5-6 x sehari, berwana kuning jernih, bau khas
urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat, warna kuning, bau
khas feses. BAK ± 6-7 x sehari, benvana kuning jernih, bau khas
urin
Pasien II
Eliminasi BAK dan BAB sebelum pasien sakit yaitu BAB
1-2x sehari dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas
feses. Pasien mengatakan BAK  6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin. Saat sakit BAB 1 x sehari dengan padat,
warna kuning, bau khas feses. BAK 6-7 x sehari, berwana kuning
jernih, bau khas urin
4) Pola Aktifitas dan Latihan
Pasien I
Sebelum sakit pasien merupakan Buruh, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat kerja
dan lain-lain. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi. Pasien tampak
bedrest.
Pasien II
Sebelum sakit pasien merupakan pelajar, setiap hari pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, makan. mandi, berangkat
sekolah dll. Saat sakit pasien mengatakan aktivitas pasien masih
dibantu orang lain seperti makan dan mandi Pasien tampak bedrest.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien I
22

Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur kurang lebih 7-8


jam sehari. Kualitas tidur nyenyak.
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan khusus menjelang
akan tidur. Saat sakit pasien mengatakan tidur kurang lebih 6-7 jam
sehari.
Pasien II
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur kurang lebih 7-8
jam sehari. Kualitas tidur nyenyak. Pasien mengatakan tidak
memiliki kebiasaan khusus menjelang akan tidur. Saat sakit pasien
mengatakan tidur kurang lebih 6-7 jam sehari.
6) Pola Kognitif Sensori
Pasien I
Pasien sadar penuh atau composmentis, pasien dapat
berkomunikasi dan berbicara normal, pendengar dan penglihatan
baik. Pasien tampak lemah.
Pasien II
Pasien sadar penuh atau composmentis, pasien dapat
berkomunikasi dan berbicara normal, pendengar dan penglihatan
baik, pasien tampak lemas.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien I
Pasien menyadari kondisinya yang sedang sakit dan
bersyukur karena penyakit yang dialami masih bisa disembuhkan.
Pasien berharap cepat sembuh supaya pasien dapat kembali
beraktivitas seperti biasanya.
Pasien II
Pasien mengatakan yakin dirinya akan sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasanya apabila menjalankan pengobatan
dengan baik.
8) Pola Peran Hubungan
Pasien I
23

Pasien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan


dengan orang lain. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga,
saudara, dan teman baik.
Pasien II
Pasien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain. Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga,
saudara, dan teman baik.
9) Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien seorang perempuan berusia 36 tahun (pasien I) dan
17 tahun (pasien II) dan keduanya belum menikah.
10) Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien I
Orang terdekatnya adalah bapaknya. Pasien sering
menceritakan masalah yang dialami dan meminta pendapat kepada
orangtuanya.
Pasien II
Orang terdekatnya adalah pamannya. Pasien sering
menceritakan masalah yang dialami dan meminta pendapat kepada
pamannya.
11) Pola Keyakinan dan Kepercayaan
Pasien I
Pasien beragama islam, selama di rumah sakit pasien tetap
menunaikan ibadah dengan berbaring di tempat tidur.
Pasien II
Pasien beragama islam, selama di rumah sakit pasien tetap
menunaikan ibadah dengan berbaring di tempat tidur.
d. Pemeriksaan Fisik
Pasien I
Hasil pemeriksaan fisik Nn. S sebagai berikut keadaan umum
lemah, kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale (GCS)
15. Tanda - tanda vital, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
respiratory rate 20 x/menit, suhu 38,7°C.
24

Pemeriksaan kepala Nn. M dari inspeksi, kepala Nn. M kepala


mesochepal, rambut bersih, tidak ada ketombe, sedangkan hasil palpasi
yang didapatkan tidak ada nyeri tekan. Mata, melalui inspeksi kondisi
mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi
pupil isokor, pandangan baik. Pada telinga dari inspeksi di dapatkan
data telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik. Hidung pasien simetris, dan tidak ada polip. Mulut
dan tenggorokan pada Nn. M, mulut berwarna kemerahan, tidak ada
stomatitis, tidak caries gigi. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. Kemudian thorak atau pare pasien diperiksa dan
didapatkan hasil bentuk dada simetris kanan kiri, respiratory rate
20x/menit, terlihat kembang kempis dada, palpasi menunjukan getaran
dinding dada kanan kiri sama. Pada saat dilakukan perkusi bunyi paru
sonor dan auskultasi bunyi nafas vesikuler. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan jantung, jantung tidak mengalami pembesaran, saat di
palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi pada jantung didapatkan
suara jantung pekak, auskultasi bunyi jantung lup dup. Perkusi di
dapatkan data suara ketuk abdomen timpani dan pemeriksaan
auskultasi pada abdomen adanya bising usus  8 x/menit. Pada
pemeriksaan genetalia Nn. S didapatkan data jenis kelamin perempuan.
Kebersihan kulit baik tidak ada kelainan pada genetalia. Pada
ekstremitas atas Nn. S tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan,
terpasang infus RL 20 tetes per menit di tangan kanan, daerah sekitar
infus tidak terdapat kemerahan, gatal, bengkak, maupun pamas. Pada
ekstremitas bawah tidak terdapat pembengkakan maupun kelainan.
Pasien II
Hasil pemeriksaan fisik Sdr. S sebagai berikut keadaan umum
sedang, kesadaran pasien composmentis Glasgow Coma Scale (GCS)
15. Tanda - tanda vital, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit,
respiratory rate 22 x/menit, suhu 38,9°C. Pemeriksaan kepala Sdr. S
dari inspeksi, kepala Sdr. S kepala mesochepal, rambut bersih, tidak
ada ketombe, sedangkan hasil palpasi yang didapatkan tidak ada nyeri
25

tekan. Mata, melalui inspeksi kondisi mata simetris, sklera tidak


ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi pupil isokor, pandangan baik.
Pada telinga dari inspeksi di dapatkan data telinga simetris kanan kiri,
tidak ada serurnen berlebih, fungsi pendengaran baik. Hidung pasien
simetris.
Mulut dan tenggorokan pada Sdr. S mulut berwarna
kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak caries gigi. Pemeriksaan leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Kemudian thorak atau paru
pasien diperiksa dan didapatkan hasil bentuk dada simetris kanan kiri,
respiratory rate 22 x/menit, terlihat kembang kempis dada, palpasi
menunjukan getaran dinding dada kanan kiri sama. Pada saat
dilakukan perkusi bunyi paru sonor dan auskultasi bunyi nafas
vesikuler. Setelah itu dilakukan pemeriksaan jantung, jantung tidak
mengalami pembesaran, saat di palpasi tidak ditemukan nyeri tekan,
perkusi pada jantung didapatkan suara jantung pekak, auskultasi bunyi
jantung lup dup. Pada pemeriksaan genetalia Sdr. S didapatkan data
jenis kelamin laki-laki. Kebersihan kulit baik tidak ada kelainan pada
genetalia.
Pada ekstremitas atas Sdr. S tidak ada pembengkakan, tidak
ada kelainan, terpasang infus RL 20 tetes per menit di tangan kanan,
daerah sekitar infus tidak terdapat kemerahan, gatal, bengkak, maupun
pamas. Pada ekstremitas bawah tidak terdapat pembengkakan maupun
kelainan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pasien I
Pemeriksaan laboratorium Nn. S pada tanggal 11 Maret 2019 di
dapatkan data Hematologi : Hemoglobin L 13,3 gr/dl, Hematokrit L
36,7%, Leukosit 5,44 10^3/ul, Trombosit 327 10^3u1, Eritosit 4,75
10^6u1, MCV L 77,3 Fl, MCH 28,0 pg, MCHC 36,2 g/dl, Eosinofil
3,1 %, Basofil 0.0 %, Neutrofil 52,3 %, Limfosit 32,0 %, Monosit
22,0%. Pemeriksaan kimia klinik didapatkan data Ureum 17.0 Mg/d1,
26

Creatinin 0,8 Mg/d1, SGOT 25 U/L, SGPT 24 U/L, Salmonella Thypi


IGM H 4. Salmonella (+)
Pasien II
Pemeriksaan laboratorium Sdr. S pada tanggal 13 Maret 2019
di dapatkan data Hematologi : Hemoglobin L 12,3 gr/dl, Hematokrit L
34,7%, Leukosit 5,3 10^3/ul, Trombosit 317 10^3u1, Eritosit 3,75
10^6u1, MCV L 76,3 Fl, MCH 27,0 pg, MCHC 35,2 g/dl, Eosinofil
3,4 %, Basofil 0.0 %, Neutrofil 51,3 %, Limfosit 31,0 %, Monosit
24,0%. Pemeriksaan kimia klinik didapatkan data Ureum 16.0 Mg/dl,
Creatinin 0.7 Mg/d1, SGOT 24 U/L, SGPT 22 U/L, Salmonella Thypi
IGM H 3. Salmonella (+)
f. Terapi
Pasien I
Pasien mendapatkan terapi injeksi dan oral setelah thypoid.
Injeksi tanggal 11 Maret 2019 -13 Maret 2019 injeksi Ceftriaxone 1 gr/
12 jam, Ondancentron 4 mg/8 jam, Pantoprazole 2x1 40 mg/l 2 jam,
Paracetamol 3x1 500 mg dan infus cairan ringer laktat 20 tetes
permenit. Obat oral meliputi: methylprednisolone 2x1 .
Pasien II
Pasien mendapatkan terapi injeksi dan oral setelah thypoid. Injeksi
tanggal 11 Maret 2019 -13 Maret 2019 injeksi Ceftriaxone lgr/ 12 jam,
Ondancentron 4 mg/8 jam, Paracetamol 3x1 500 mg dan infus cairan
ringer laktat 20 tetes permenit. Obat oral meliputi: methylprednisolone
2x1.
3. Diagnosa keperawatan
Klien 1
Dari analisa data pada tanggal 11 Maret 2019, pada klien Nn. S
didapat data subjektif yaitu pasien mengatakan pusing, mual dan
menggigil, data objektif yang didapat dari pasien yaitu pasien tampak
lemas, pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/70 mmHg,
suhu 38,7 °C, nadi 84 kali permenit, pernapasan 19x permenit.
Klien 2
27

Dari analisa data pada tanggal 14 Maret 2019, pada klien Sdr. S
didapat data subjektif yaitu pasien mengatakan lemas, pusing dan mual,
data objektif yang didapat dari pasien yaitu tampak lemas, pemeriksaan
tanda-tanda vital, tekanan darah 100/60 mmHg, suhu 39,1 °C, nadi 96
kali permenit, pernapasan 23x permenit
Berdasarkan uraian diatas ditarik kesimpulan bahwa masalah
keperawatan yang muncul pada Nn. S dan Sdr. S adalah Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit.
4. Perencanaan atau Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang muncul pada pasien Nn. S dan Sdr. S, kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan, yang meliputi tujuan, kriteria hasil,
dan rencana keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Tujuannya adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
suhu dalam rentang normal, dengan kriteria hasil suhu berkurang, tidak
ada pusing dan tidak ada peubahan warna kulit.
Perencanaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan keperawatan
yaitu dilakukan monitor suhu, monitor tanda-tanda vital dan warna
kulit, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kompres hangat pada lipat
paha dan axila, tingkatkan sikulasi udara, anjurkan untuk memakai
pakaian yang tipis dan anjurkan untuk istirahat total, berikan terapi
sesuai dengan advis dokter meliputi injeksi ceftriaxone 1gr tiap 12 jam,
ondancentron 4mg tiap 8 jam, pantoprazole 40 mg tiap 12 jam,
paracetamol 3x1 500mg. Obat tersebut diberikan melalui intravena, dan
obat oral methylprednisolone 2x1
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Nn. S pada tanggal 11-13 Maret
2019:
a. Implementasi hari pertama
Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 11
Maret 2019, penulis melakukan implementasi keperawatan pada
28

Nn. S yaitu pada jam 16:00 WIB membina hubungan saling


percaya, kemudian dilanjutkan memantau tanda- tanda vital klien
pada pukul 16:15 WIB, didapatkan hasil tekanan darah 110/70
mmHg, suhu 38,7 °C, nadi 84 kali permenit, frekuensi pernafasan
19 kali permenit. Pada pukul 16:30 WIB menanyakan keluhan
utama, didapatkan klien mengatakan mual, menggigil dan pusing,
dan klien tampak lemas.

Pada pukul 16:45 penulis melakukan kompres hangat dan


klien mengatakan bersedia untuk dikompres, didapatkan hasil:
suhu 37,9°C. Pada pukul 17:00 WIB penulis menganjurkan untuk
meningkatkan intake cairan dan nutrisi, didapatkan hasil: pasien
mengatakan akan mencoba meningkatkan asupan makan. Pada
pukul 17:10 WIB penulis menganjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tipis, diperoleh hasil: pasien akan memakai pakaian
yang. Pada pukul 17:20 menyajikan makanan dalam keadaan
hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, didapatkan hasil:
pasien mengatakan masih mual. Pada pukul 18:00 memberikan
terapi sesuai advice dokter yaitu injeksi intravena ceftriaxone 1gr,
ondancentron 4mg, pantoprazole 40mg 2x1, paracetamol 3x1
500mg dan obat oral methylprednisolone 2x1, didapatkan hasil
pasien mau dilakukan tindakan, obat masuk kedalam tubuh melalui
selang infus, tidak ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 19:00
menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, diperoleh hasil
pasien mau melanjutkan makanannya. Pada pukul 20.30 WIB
memantau tanda-tanda vital pasien, didapatkan hasil : Tekanan
darah 120/70 mmHg, N: 90x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu
37,8oC. Pada pukul 20:45 memonitor warna kulit didapatkan hasil
tidak ada perubahan warna kulit. Pada pukul 21:00 melakukan
kompres hangat, pasien mengatakan bersedia untuk dikompres dan
didapatkan hasil suhu 37,4oC.
Pada pukul 21:30 menganjurkan untuk istirahat total, pasien
29

mengatakan akan istirahat dan pada pukul 22:45 perawat


memberikan cairan infus ringer laktat 20 tpm.

b. Implementasi hari kedua


Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 12 Maret
2019, perawat melakukan implementasi keperawatan pada Nn. S
yaitu pada jam 05:30 WIB memantau tanda- tanda vital klien,
didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 37,2 °C, nadi
86 kali permenit, frekuensi pernafasan 22 kali permenit. Pada
pukul 05:45 WIB memberikan cairan infus ringer laktat dan
memberikan obat oral methylprednisolone didapatkan hasil: pasien
mau diberi obat. Pada pukul 06:15 mengobservasi keadaan umum
dan kesadaran pasien didapatkan hasil keadaan umum pasien
lemah dan kesadaran compos mentis. Pada pukul 06:45
memotivasi pasien untuk banyak makan dan memonitor warna
kulit didapatkan hasil pasien mau untuk makan dan tidak ada
perubahan warna kulit. Pada pukul 07:30 menyajikan makanan
dalam keadaan hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, pasien
mengataka mau makan tapi masih merasakan mual. Didapatkan
hasil pasien menghabiskan ½ porsi makan dari yang disediakan.
Pada pukul 08:30 memberikan obat injeksi pantoprazole 40mg
2x1, ondancenron 4mg, ceftriaxone 1gr, paracetamol 3x1 500mg
dan obat oral methylprednisolone 2x1, didapatkan hasil pasien mau
disuntik dan tidak ada tanda alergi.
Penulis melakukan implementasi keperawatan kepada Nn.S
yaitu pada pukul 15:00 WIB penulis menayakan keluhan pasien
didapatkan hasil pasien mengatakan mual sedikit berkurang dan
masih sedikit pusing. Pada pukul 15:15 memonitor adanya alergi
makanan dan respon fisik, emosi, sosial dan spiritual didapatkan
hasil tidak ada tanda-tanda alergi dan emosi pasien kurang stabil,
respon pasien kooperatif. Pada pukul 16:00 WIB melakukan
kompres hangat, pasien bersedia dikompres dan didapatkan hasil
suhu 37,1oC. Selanjutnya memberikan injeksi obat sesuai advis
30

dokter yaitu ondancentron 4mg, paracetamol 500mg dan obat oral


methylprednisolone didapatkan hasil: pasien mengatakan bersedia
dilakukan pemberian obat lewat selang infus. Setelah ±5menit obat
masuk tidak terdapat adanya tanda-tanda alergi. Pada pukul 16:30
WIB penulis memonitor turgor kulit didapatkan hasil tidak tampak
adanya gejala alergi. Pada pukul 16:45 memonitor tanda-tanda
vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, N: 86x/menit,
pernafasan 23x/menit, suhu 37,2oC. Pada pukul 17:15 WIB penulis
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan
didapatkan hasil pasien menghabiskan ½ dari porsi makanannya.
Pada pukul 17:45 memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi, didapatkan hasil pasien mengatakan mengerti dan tampak
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pukul 18:15 penulis
menganjurkan untuk makan makanan yang mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi. Pada pukul 20:00 penulis
menganjurkan untuk makan sedikit tetapi sering didapatkan hasil
pasien mengatakan akan menghabiskan makanannya. Pada pukul
21:00 memberikan terapi sesuai advice dokter yaitu injeksi
ceftriaxone 1gr, pantoprazole 40mg dan paracetamol 500mg,
didapatkan hasil pasien mau dilakukan tindakan, obat masuk
kedalam tubuh melalui selang infus,tidak ada tanda-tanda alergi.
Pada pukul 23:00 perawat memberikan cairan infus ringer laktat 20
tpm.

c. Implementasi hari ketiga


Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 13 Maret 2019,
perawat melakukan implementasi keperawatan pada Nn. S yaitu
pada jam 05:30 WIB memantau tanda- tanda vital klien, didapatkan
hasil tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,9 °C, nadi 85 kali
permenit, frekuensi pernafasan 21 kali permenit. Pada pukul 05:45
WIB memberikan cairan infus ringer laktat. Pada pukul 06:00
mengobservasi keadaan umum dan kesadaran pasien didapatkan
hasil keadaan umum pasien sedang dan kesadaran compos mentis.
31

Pada pukul 07:00 memotivasi pasien untuk makan sedikit tetapi


sering didapatkan hasil pasien mendengarkan anjuran perawat. Pada
pukul 07:30 menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan
kolaborasi pemberian diit TKTP, pasien mengataka mau makan tapi
masih merasakan mual. Didapatkan hasil pasien menghabiskan 1
porsi makan dari yang disediakan. Pada pukul 08:00 monitor
adanya alergi pada makanan didapatkan hasil tidak ada tanda-tanda
alergi. Pada pukul 08:30 memberikan obat injeksi ondancenron 4mg
dan ceftriaxone 1gr, didapatkan hasil pasien mau disuntik dan tidak
ada tanda alergi.
Penulis melakukan implementasi keperawatan kepada Nn.S
yaitu pada pukul 15:00 WIB penulis menayakan keluhan pasien
didapatkan hasil pasien mengatakan masih sedikit mual tetapi tidak
seperti kemarin dan pusing berkurang, masih agak lemas. Pada
pukul 15:30 mengukur tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 110/80 mmHg, N: 90x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu
36,9oC. Pada pukul 16:00 WIB memonitor turgor kulit didapatkan
hasisl turgor kulit baik. Selanjutnya memberikan informasi tentang
pentingnya nutrisi untuk kesembuhan pasien dan menyajikan
makanan dalam keadaan hangat didapatkan hasil pasien
menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan. Pada pukul
18:00 membantu pasien untuk mngidentifikasi aktivitas yang
disukai dan kekurangan dalam beraktivitas. Pada pukul 18:30
memberikan injeksi obat sesuai advis dokter yaitu ondancentron
4mg dan ceftriaxone 1gr didapatkan hasil: pasien mengatakan
bersedia dilakukan pemberian obat lewat selang infuse dan tidak
ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 19:00 WIB penulis membantu
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
didapatkan hasil pasien terlihat lebih mandiri dari kemarin. Pada
pukul 20:00 WIB menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
didapatkan pasien menghabiskan makanannya. Pada pukul 21:00
WIB penulis menganjurkan untuk lebih banyak istirahat, pasien
32

mengatakan akan istirahat. Pada pukul 22:30 perawat memberikan


cairan infus ringer laktat 20 tpm.
Implementasi yang dilakukan pada Sdr. S pada tanggal 14 - 16 Maret
2019:
a. Implementasi hari pertama
Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 14
Maret 2019, penulis melakukan implementasi keperawatan pada
Sdr. S yaitu pada jam 15:30 WIB membina hubungan saling
percaya, kemudian dilanjutkan memantau tanda- tanda vital klien
pada pukul 16:15 WIB, didapatkan hasil tekanan darah 100/70
mmHg, suhu 38,9 °C, nadi 88 kali permenit, frekuensi pernafasan
19 kali permenit. Pada pukul 16:30 WIB menanyakan keluhan
utama, didapatkan klien mengatakan mual, menggigil dan pusing,
dan klien tampak lemas.

Pada pukul 16:45 penulis melakukan kompres hangat dan


klien mengatakan bersedia untuk dikompres, didapatkan hasil:
suhu 38,4°C. Pada pukul 17:00 WIB penulis menganjurkan untuk
meningkatkan intake cairan dan nutrisi, didapatkan hasil: pasien
mengatakan akan mencoba meningkatkan asupan makan. Pada
pukul 17:10 WIB penulis menganjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tipis, diperoleh hasil: pasien akan memakai pakaian
yang. Pada pukul 17:20 menyajikan makanan dalam keadaan
hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, didapatkan hasil:
pasien mengatakan masih mual. Pada pukul 18:00 memberikan
terapi sesuai advice dokter yaitu injeksi intravena ceftriaxone 1gr,
ondancentron 4mg, pantoprazole 40mg 2x1, paracetamol 3x1
500mg dan obat oral methylprednisolone 2x1, didapatkan hasil
pasien mau dilakukan tindakan, obat masuk kedalam tubuh melalui
selang infus, tidak ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 19:00
menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, diperoleh hasil
pasien mau melanjutkan makanannya. Pada pukul 20.30 WIB
memantau tanda-tanda vital pasien, didapatkan hasil : Tekanan
33

darah 110/70 mmHg, N: 90x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu


38,2oC. Pada pukul 20:45 memonitor warna kulit didapatkan hasil
tidak ada perubahan warna kulit. Pada pukul 21:00 melakukan
kompres hangat, pasien mengatakan bersedia untuk dikompres dan
didapatkan hasil suhu 37,8oC.
Pada pukul 21:30 menganjurkan untuk istirahat total, pasien
mengatakan akan istirahat dan pada pukul 22:45 perawat
memberikan cairan infus ringer laktat 20 tpm.

b. Implementasi hari kedua


Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 15 Maret
2019, perawat melakukan implementasi keperawatan pada Sdr. S
yaitu pada jam 05:30 WIB memantau tanda- tanda vital klien,
didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 37,4 °C, nadi
86 kali permenit, frekuensi pernafasan 22 kali permenit. Pada
pukul 05:45 WIB memberikan cairan infus ringer laktat dan
memberikan obat oral methylprednisolone didapatkan hasil: pasien
mau diberi obat. Pada pukul 06:15 mengobservasi keadaan umum
dan kesadaran pasien didapatkan hasil keadaan umum pasien
lemah dan kesadaran compos mentis. Pada pukul 06:45
memotivasi pasien untuk banyak makan dan memonitor warna
kulit didapatkan hasil pasien mau untuk makan dan tidak ada
perubahan warna kulit. Pada pukul 07:30 menyajikan makanan
dalam keadaan hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, pasien
mengataka mau makan tapi masih merasakan mual. Didapatkan
hasil pasien menghabiskan ½ porsi makan dari yang disediakan.
Pada pukul 08:30 memberikan obat injeksi pantoprazole 40mg
2x1, ondancenron 4mg, ceftriaxone 1gr, paracetamol 3x1 500mg
dan obat oral methylprednisolone 2x1, didapatkan hasil pasien mau
disuntik dan tidak ada tanda alergi.
Penulis melakukan implementasi keperawatan kepada Sdr.S
yaitu pada pukul 15:00 WIB penulis menayakan keluhan pasien
didapatkan hasil pasien mengatakan mual sedikit berkurang dan
34

masih sedikit pusing. Pada pukul 15:15 memonitor adanya alergi


makanan dan respon fisik, emosi, sosial dan spiritual didapatkan
hasil tidak ada tanda-tanda alergi dan emosi pasien kurang stabil,
respon pasien kooperatif. Pada pukul 16:00 WIB melakukan
kompres hangat, pasien bersedia dikompres dan didapatkan hasil
suhu 36,9oC. Selanjutnya memberikan injeksi obat sesuai advis
dokter yaitu ondancentron 4mg, paracetamol 500mg dan obat oral
methylprednisolone didapatkan hasil: pasien mengatakan bersedia
dilakukan pemberian obat lewat selang infus. Setelah ±5menit obat
masuk tidak terdapat adanya tanda-tanda alergi. Pada pukul 16:30
WIB penulis memonitor turgor kulit didapatkan hasil tidak tampak
adanya gejala alergi. Pada pukul 16:45 memonitor tanda-tanda
vital didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, N: 86x/menit,
pernafasan 23x/menit, suhu 37,2oC. Pada pukul 17:15 WIB penulis
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan
didapatkan hasil pasien menghabiskan ½ dari porsi makanannya.
Pada pukul 17:45 memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi, didapatkan hasil pasien mengatakan mengerti dan tampak
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pukul 18:15 penulis
menganjurkan untuk makan makanan yang mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi. Pada pukul 20:00 penulis
menganjurkan untuk makan sedikit tetapi sering didapatkan hasil
pasien mengatakan akan menghabiskan makanannya. Pada pukul
21:00 memberikan terapi sesuai advice dokter yaitu injeksi
ceftriaxone 1gr, pantoprazole 40mg dan paracetamol 500mg,
didapatkan hasil pasien mau dilakukan tindakan, obat masuk
kedalam tubuh melalui selang infus,tidak ada tanda-tanda alergi.
Pada pukul 23:00 perawat memberikan cairan infus ringer laktat 20
tpm.

c. Implementasi hari ketiga


Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 16 Maret
2019, perawat melakukan implementasi keperawatan pada Sdr. S
35

yaitu pada jam 05:30 WIB memantau tanda- tanda vital klien,
didapatkan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,8 °C, nadi
85 kali permenit, frekuensi pernafasan 21 kali permenit. Pada
pukul 05:45 WIB memberikan cairan infus ringer laktat. Pada
pukul 06:00 mengobservasi keadaan umum dan kesadaran pasien
didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang dan kesadaran
compos mentis. Pada pukul 07:00 memotivasi pasien untuk makan
sedikit tetapi sering didapatkan hasil pasien mendengarkan anjuran
perawat. Pada pukul 07:30 menyajikan makanan dalam keadaan
hangat dan kolaborasi pemberian diit TKTP, pasien mengataka
mau makan tapi masih merasakan mual. Didapatkan hasil pasien
menghabiskan 1 porsi makan dari yang disediakan. Pada pukul
08:00 monitor adanya alergi pada makanan didapatkan hasil tidak
ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 08:30 memberikan obat injeksi
ondancenron 4mg dan ceftriaxone 1gr, didapatkan hasil pasien mau
disuntik dan tidak ada tanda alergi.
Penulis melakukan implementasi keperawatan kepada Sdr
.S yaitu pada pukul 15:00 WIB penulis menayakan keluhan pasien
didapatkan hasil pasien mengatakan masih sedikit mual tetapi tidak
seperti kemarin dan pusing berkurang, masih agak lemas. Pada
pukul 15:30 mengukur tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 120/80 mmHg, N: 90x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu
36,8oC. Pada pukul 16:00 WIB memonitor turgor kulit didapatkan
hasisl turgor kulit baik. Selanjutnya memberikan informasi tentang
pentingnya nutrisi untuk kesembuhan pasien dan menyajikan
makanan dalam keadaan hangat didapatkan hasil pasien
menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan. Pada pukul
18:00 membantu pasien untuk mngidentifikasi aktivitas yang
disukai dan kekurangan dalam beraktivitas. Pada pukul 18:30
memberikan injeksi obat sesuai advis dokter yaitu ondancentron
4mg dan ceftriaxone 1gr didapatkan hasil: pasien mengatakan
bersedia dilakukan pemberian obat lewat selang infuse dan tidak
36

ada tanda-tanda alergi. Pada pukul 19:00 WIB penulis membantu


pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
didapatkan hasil pasien terlihat lebih mandiri dari kemarin. Pada
pukul 20:00 WIB menganjurkan pasien makan sedikit tetapi sering
didapatkan pasien menghabiskan makanannya. Pada pukul 21:00
WIB penulis menganjurkan untuk lebih banyak istirahat, pasien
mengatakan akan istirahat. Pada pukul 22:30 perawat memberikan
cairan infus ringer laktat 20 tpm.
6. Evaluasi Keperawatan
a. Klien 1
Setelah dilakukan beberapa tindakan, didapatkan evaluasi dari
respon pasien pertama (Nn. S) dan pasien ke dua (Sdr. S). Evaluasi
terdiri dari subjektif (S), Objektif (O), Analisis (A), dan Planning
(P). Didapatkan hasil:
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil implementasi Nn. S
pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 21:30 WIB oleh penulis
didapatkan catatan perkembangan pasien yaitu subjektif (S) :
pasien mengatakan sudah tidak menggigil, pasien mengatakan
pusing berkurang, pasien mengatakan tidak ada perubahan warna
kulit. Data objektifnya (O) pasien tampak rileks, tekanan darah
120/80 mmHg, suhu 36,9° C, nadi 85 x/menit, frekuensi
pernapasan 21x/menit. Analisis (A) : masalah sebagian teratasi.
Planning (P) : pertahankan intervensi (monitor suhu, monitor
tanda-tanda vital dan warna kulit, tingkatkan intake cairan dan
nutrisi, kompres hangat pada lipat paha dan axila, tingkatkan
sikulasi udara, anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan
anjurkan untuk istirahat total, berikan terapi sesuai dengan advis
dokter meliputi injeksi ceftriaxone 1gr tiap 12 jam, ondancentron
4mg tiap 8 jam, pantoprazole 40 mg tiap 12 jam, paracetamol 3x1
500mg. Obat tersebut diberikan melalui intravena, dan obat oral
methylprednisolone 2x1)
b. Klien 2
37

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil implementasi Sdr. S


pada tanggal 16 Maret 2019 pukul 21:30 WIB oleh penulis
didapatkan catatan perkembangan pasien yaitu subjektif (S) : pasien
mengatakan sudah tidak menggigil dan pasien mengatakan pusing
berkurang. Data objektifnya (O) klien tampak rileks, tekanan darah
120/70 mmHg, suhu 36,8° C, nadi 85 x/menit, frekuensi pernapasan
21x/menit. Analisis (A) : masalah sebagian teratasi. Planning (P) :
pertahankan intervensi (monitor suhu, monitor tanda-tanda vital dan
warna kulit, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kompres hangat
pada lipat paha dan axila, tingkatkan sikulasi udara, anjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis dan anjurkan untuk istirahat total,
berikan terapi sesuai dengan advis dokter meliputi injeksi
ceftriaxone 1gr tiap 12 jam, ondancentron 4mg tiap 8 jam,
pantoprazole 40 mg tiap 12 jam, paracetamol 3x1 500mg. Obat
tersebut diberikan melalui intravena, dan obat oral
methylprednisolone 2x1).

B. Pembahasan
Bab ini akan membahas kesenjangan yang terjadi antara teori dengan
kondisi nyata dilapangan dengan kasus yang dilaporkan yaitu pengelolaan
keperawatan pada Nn. S dan Sdr. S dengan hipertermi pada kasus thypus
abdominalis di ruang Buketan RSUD Bendan Kota Pekalongan. Pengelolaan
keperawatan pada Nn. S dilakukan selama tiga hari dari tanggal 11 Maret 2019
– 13 Maret 2019 dan pengelolaan keperawatan pada Sdr. S dari tanggal 14
Maret 2019 - 16 April 2019. Pengumpulan data tersebut telah penulis lakukan
dengan menggunakan tekhnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi catatan perkembangan kesehatan pasien (buku rekam
medik). Dalam hal ini, penulis akan memfokuskan pembahasan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian pada Nn.S dan Sdr. S tanggal 11 dan 14 Maret 2019
dengan mengumpulkan data yang diperoleh sesuai teori pengumpulan data
38

menurut (Sugiono, 2010) yaitu dengan wawancara, observasi, dan studi


dokumentasi. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti, hal ini dikarenakan sikap pasien dan keluarga yang
kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan oleh penulis.

Pada pengkajian Nn. S yang dilakukan oleh penulis, didapatkan


data subyektif, pasien mengatakan sudah tidak menggigil, pasien
mengatakan pusing berkurang, pasien mengatakan tidak ada perubahan
warna kulit. Data objektif yaitu pasien tampak rileks, tekanan darah 120/80
mmHg, suhu 36,9° C, nadi 85 x/menit, frekuensi pernapasan 21x/menit.
Pada pengkajian Sdr. S yang dilakukan oleh penulis, didapatkan
data subyektif, pasien mengatakan sudah tidak menggigil dan pasien
mengatakan pusing berkurang. Data objektif yaitu klien tampak rileks,
tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,8° C, nadi 85 x/menit, frekuensi
pernapasan 21x/menit.
Hasil pengkajian dari Nn. S dan Sdr. S yang didapatkan penulis
tersebut sejalan dengan konsep teori yang dikemukakan dalam hal ini
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh NANDA NIC NOC.

2. Diagnosa Keperawatan
Pasien I
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, mual, menggigil. Data obyektif yaitu suhu
38,7°C, pasien tampak lemas . Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut dirumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
Pasien II
Berdasarkan hasil pengkajian di atas ditemukan data subyektif
yaitu pasien mengeluh pusing, lemas dan mual. Data obyektif yaitu pasien
tampak lemas dan suhu 39,1°C. Berdasarkan data subyektif dan obyektif
tersebut di rumuskan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
39

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan disusun pada tanggal 11 Maret 2019 (pasien I) dan 14
Maret 2019 (pasien II) dengan diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit. Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu suhu dalam
rentang normal setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pusing berkurang dan suhu dalam rentang normal dengan
kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada pusing
dan perubahan pada warna kulit.
Tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun penulis sesuai dengan
Nanda NIC NOC dengan intervensi keperawatan yang dilakukan pada Nn.
S dan Sdr. S adalah monitor suhu, monitor tanda-tanda vital, kompres
pasien dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan intake cairan dan
nutrisi dan anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan anjurkan untuk
istirahat total.
Monitor suhu dan monitor tanda-tanda vital berguna dalam
pengawasan suhu tubuh dan kemajuan penyembuhan. Kompres hangat
memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan rasa sakit di kepala, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Meningkatkan intake cairan dan nutrisi sangat penting untuk
membantu kesembuhan pasien, meningkatkan istirahat dan mengurangi
aktivitas. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberikan theraphy obat.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dimulai dari tanggal 11 Maret
2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) 14 Maret 2019 sampai 16 Maret
2019 (pasien II). Tindakan keperawatan penulis laksanakan untuk
mengatasi hipertermi pada Nn. S dan Sdr. S adalah melakukan monitor
suhu, monitor tanda-tanda vital, kompres pasien dibagian dahi, lipat paha
atau axila, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, dan anjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis dan anjurkan untuk istirahat total.
40

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang penulis lakukan sudah


sejalan dengan perencanaan yang telah dibuat. Penulis melaksanakan
tindakan keperawatan monitor suhu, monitor tanda-tanda vital, kompres
pasien dibagian dahi, lipat paha atau axila, tingkatkan intake cairan dan
nutrisi, dan anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan anjurkan
untuk istirahat total.
Penulis juga melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi
hipertermi yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian theraphy
obat. Obat yang diberikan adalah obat analgetik dan antipiretik untuk
menurunkan panas seperti paracetamol dengan dosis 3x1 500 mg.
Pemberian obat dilakukan sesuai dengan jam pemberian. Dalam
pemberian obat ini selama 24 jam pertama pasien sudah menunjukan
penurunan suhu. Respon pasien dalam 24 jam kedua yaitu pasien
mengatakan pusing sudah berkurang dan lebih nyaman dari kemarin. Pada
24 jam ketiga suhu pasien berkurang dan sesuai dengan kriteria basil yang
ditetapkan. Ditunjukan dengan respon pasien, pasien mengatakan pusing
sudah berkurang, suhu 36,9°C (pasien 1) dan 36,8°C (pasien 2) lebih
nyaman dari kemarin dan bisa jalan karena pusing berkurang. Penurunan
suhu pada pasien sesuai dengan rencana keperawatan dan terjadi
peningkatan kenyamanan. Hal ini dikarenakan motivasi pasien yang besar
untuk sembuh.
Data tersebut mendukung tercapainya tujuan sesuai dengan rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit telah penulis lakukan dari tanggal 11
Maret 2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) 14 Maret 2019 sampai 16
Maret 2019 (pasien II) sesuai dengan perencanaan yang telah penulis buat
pada tanggal 11 Maret 2019 (pasien I) dan 14 Maret 2019 (pasien II).
Motivasi yang besar pada din pasien untuk sembuh serta kooperatifnya
pasien dan keluarga yang berespon baik terhadap pelaksanaan
keperawatan sehingga tindakan keperawatan dapat dilakukan tanpa adanya
hambatan dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
41

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dan
tanggal 11 Maret 2019 sampai 13 Maret 2019 (pasien I) dan 14 Maret
2019 sampai 16 Maret 2019 (pasien II), maka pada tanggal 13 Maret 2019
(pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) dilakukan evaluasi dari tindakan
keperawatan Hipertermi pada pasien dengan Thypus Abdominalis adalah
suhu dalam rentang normal, melaporkan bahwa pusing berkurang, dan
tidak ada perubahan warna kulit.
Evaluasi akhir mengenai asuhan keperawatan Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit pada Nn. S dan Sdr. S dilakukan
pada tanggal 13 Maret (pasien I) dan 16 Maret 2019 (pasien II) didapatkan
data subyektif pasien mengatakan pusing berkurang, suhu dalam rentang
normal dan lebih nyaman dari kemarin. Data obyektif pasien 1 suhu
36,9°C, pasien 2 suhu 36,8°C. Analisis masalah, masalah hipertermi
teratasi (pasien melaporkan bahwa pusing berkurang). Planing untuk
pasien yaitu pertahankan intervensi, anjurkan pasien meningkatkan
istirahat total dan meningkatkan intake cairan dan nutrisi, anjurkan pasien
minum obat secara rutin sesuai dosis yang diberikan. Masalah suhu dan
pusing teratasi, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
NANDA NIC NOC.

C. Keterbatasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kedua klien, penulis
memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat melaksanakan dengan maksimal
intervensi kontrol lingkungan karena ruangan tidak mendukung untuk
dilakukan intervensi tersebut. Kurang fokusnya pada askep kelolaan penulis,
dikarenakan penulis juga diharuskan turut serta mengelola klien lain dan
membantu tindakan yang ada diruangan yang mengakibatkan penulis tidak
hanya fokus askep yang dikelola oleh penulis tetapi penulis juga ikut serta
bertanggungjawab pada seluruh klien yang ada diruangan.

Anda mungkin juga menyukai