Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

Nausea and vomitting / Mual Dan Muntah Pada Kehamilan


(emesis dan hipermesis serta penatalaksananannya)

TUGAS MATA KULIAH :


MASALAH DAN GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPUH : Bd. MUTIARA DWI YANTI,.M.Keb

DIBUAT OLEH :
IRMAYATI RAMADANI
DINDA SAHKIRA TANJUNG
WIDYA HAFIZA
CINDY APRILIA ANANDA
RIA RAMADANI

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA


FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN TK 4
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Peyayang,

puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayahnya

kepada saya,sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun maksud dan

tujuan saya menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Mata kuliah

Komplikasi Dalam Kehamilan Persalinan Nifas Dan BBL

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Yang

membawakan mata kuliah Komplikasi Dalam kehamilan Persalinan Nifas Dan

BBL Ibu Bd. MUTIARA DWI YANTI ,. M.Keb yang telah membimbing kami

dalam menyusun makala ini, Tentunya, tanpa bimbingan dan dukungan kami

tidak akan bisa maksimal dalam menyelesaikan tugas makala ini .

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,

baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makala ni. Oleh

karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki isi dari makala ini. Kami berharap semoga makala yang

kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan 10 september 2023

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 17
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................ 6
1.3 Tujuan.................................................................................................. 6
1.4 Manfaat................................................................................................ 7

II. TINJAUAN TEORI................................................................................. 8

III. PEMBAHASAN ..................................................................................... 14


3.1 Pengertian Nusea And Vomitting....................................................... 14
3.2 Penyebab Nusea Dan Vomitting...................................................... 17
3.3 Penatalaksanaan ................................................................................. 22
3.4 Asuhan kebidanan yang diberikan...................................................... 28
3.5 Pencegahan ....................................................................................... 29
3.6 Komplikasi yang terjadi..................................................................... 29

IV. PENUTUPAN.......................................................................................... 31
A. Kesimpulan......................................................................................... 31
B. Saran................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 33

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan


erat dengan etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab
pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor- faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon
selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen,
yang dapat merangsang mual dan muntah.3 Perempuan dengan kehamilan ganda
atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada
perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat.3-5
Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung.4
Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hor- mone (TSH) pada awal kehamilan
juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya
belum jelas.4,5 Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang
lebih drastis dibandingkan kehamilan biasa.
Menurut Wibisono dan Dewi (2008), emesis gravidarum atau morning
sickness merupakan istilah yang digunakan dalam dunia kedokteran yang artinya
mual muntah. Faktor yang menyebabkan emesis gravidarum antara lain perubahan
hormon dalam tubuh selama hamil yaitu meningkatnya estrogen dan hCG (human
chorionic gonadotrophin). hCG merupakan hormon yang diproduksi plasenta
selama masa kehamilan dalam tubuh ibu hamil, selain itu faktor psikologis seperti
perasaan cemas, rasa bersalah, termasuk dukungan yang diberikan suami pada ibu,
faktor lingkungan sosial, budaya dan kondisi ekonomi (Tiran, 2009; Putri, 2014).
Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi
pengaturan pola makan, pengobatan herba/alamiah seperti mengkonsumsi
jahe/peppermint, istirahat dan tidur, dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-

PAGE \* MERGEFORMAT 17
obatan seperti vitamin B6, antihistamin. Oleh karena itu calon ibu diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan
sikap untuk mengatasi masalahnya, sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan
yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Tiran, 2009).
Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila
tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007).
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta
pemberian obat penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas
sehari- hari, dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum
(Nugroho, 2012). Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan
ibu dan janin. Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan
berat badan secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam
rahim juga terganggu (Prawirohardjo, 2009).

Muntah dan Mual ialah gangguan yang sering dialami wanita hamil
sebanyak 50%, dan biasanya menjadi lebih parah terjadi pada usia kehamilan
trimester I. Etiologi penyebab terjadinya muntah pada kehamilan belum terbukti,
namun menurut perkiraan, kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan kadar
HCG. Gejala mual muntah akan semakin meningkat parah pada primigravida dan
kehamilan kembar (gemelli). Sebagian wanita hamil mengalami gejala mual
muntah saat bangun tidur di pagi hari, sehingga sering disebut morning sickness.
Namun pada beberapa kasus ditemukan gejala mual muntah dapat terus berlanjut
sepanjang hari (Holmes, 2011).

Beberapa dari ibu hamil sering mengalami muntah dan mual tidak hanya
di trimester pertama namun berlangsung selama kehamilan mereka. Morning
sickness umumnya muncul pada trimester satu, bulan pertama awal kehamilan dan
dapat berlanjut hingga minggu ke 14-16 (Matthews A, 2010). Mual dan muntah
pada kehamilan biasanya disebabkan karena perubahan yang terjadi dalam sistem
endokrin, penyebab utama karena meningkatnya fluktuasi kadar HCG (Hormon
Chorionic Gonadotropin), mual dan muntah gestasional ini paling umum terjadi

PAGE \* MERGEFORMAT 17
pada usia 12-16 minggu pertama, dimana saat itu HCG mencapai kadar
tertingginya (Tiran, 2008).

Gejala mual muntah pada pagi hari atau morning sickness biasa dialami
oleh wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari enam bulan (Bararah,
2011). Kebanyakan perempuan yang merasakan mual maupun muntah akan
hilang dan berkurang pada trimester dua kehamilan, pada minggu ke 16 dan 22
usia kehamilan. Minoritas wanita 0,3-2% ada mengalami kondisi yang semakin
serius dan disebut dengan hiperemesis gravidarum, sehingga perlu penanganan
rujukan medis.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukannya tinjauan


systematic review yang mengidentifikasikan berbagai metode untuk mengurangi
rasa mual muntah pada ibu hamil trimester 1. Systematic review ini juga untuk
melihat metode yang efektif unuk mengurangi rasa mual dan muntah pada masa
kehamilan. Perubahan pada system yang ada di tubuh ibu selama fase kehamilan
yang membutuhkan keadaan adaptasi baik psikologis ataupun fisik hingga
tidaklah jarang seorang ibu dapat mengalaminya rasa yang tidaklah nyaman pada
perubahannya itu hingga harus diberikannya sebuah perawatan serta pencegahan.
Rasa tidak nyaman ini terjadinya kepada ibu yang sedang hamil yakni berupakan
nyeri pada ulu hati, muntah, konstipasi, mengidam, insomnia, hemorhoid, nyeri
punggung, kerap buang air kecil, sesak nafas, bengkak dibagian kaki, gampang
kelelahan, serta lain sebagainya (Farrer, 2001). Rasa tidak nyamannya ini tidaklah
dapat ditanganinya dengan benar hingga memicukannya perasaan akan kecemasan
terhadap seorang ibu yang memiliki kandungan. Ibu yang memiliki kandungan
dapat mengalaminya rasa yang tidaklah nyaman sehingga dirinya akan cari sebuah
pertolongan awal atau pertama yang menjangkaukannya fasilitas terhadap layanan
kesehatan (Lubis et al. 2019).

Menurut Wibisono dan Dewi (2008), emesis gravidarum atau morning


sickness merupakan istilah yang digunakan dalam dunia kedokteran yang artinya
mual muntah. Faktor yang menyebabkan emesis gravidarum antara lain perubahan
hormon dalam tubuh selama hamil yaitu meningkatnya estrogen dan hCG (human
chorionic gonadotrophin). hCG merupakan hormon yang diproduksi plasenta

PAGE \* MERGEFORMAT 17
selama masa kehamilan dalam tubuh ibu hamil, selain itu faktor psikologis seperti
perasaan cemas, rasa bersalah, termasuk dukungan yang diberikan suami pada ibu,
faktor lingkungan sosial, budaya dan kondisi ekonomi (Tiran, 2009; Putri, 2014).
Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi
pengaturan pola makan, pengobatan herba/alamiah seperti mengkonsumsi
jahe/peppermint, istirahat dan tidur, dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-
obatan seperti vitamin B6, antihistamin. Oleh karena itu calon ibu diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan
sikap untuk mengatasi masalahnya, sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan
yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Tiran, 2009).

Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila


tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007).
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta
pemberian obat penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas
sehari- hari, dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum
(Nugroho, 2012). Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan
ibu dan janin. Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan
berat badan secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam
rahim juga terganggu (Prawirohardjo, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual muntah yang menyebabkan


terjadinya penurunan berat badan pada ibu hamil. Hiperemesis dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada ibu dan berdampak kepada janin
serta berisiko menimbulkan kematian. Mual dan muntah dapat berlangsung dalam
jangka waktu pendek dan panjang dan pada umumnya mual muntah yang terjadi
pada jangka pendek tidak membahayakan. Mual dan muntah yang terjadi dalam
jangka panjang akan menimbulkan dehidrasi, sehingga keseimbangan eletrolit di
dalam tubuh terganggu dan dapat membahayakan jiwa.(Qudsi and Jatmiko, 2016).

Pada hyperemesis gravidarum, ibu hamil akan mengalami mual dan


muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dan mengalami kekurangan cairan dan
penurunan berat badan yang berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari

PAGE \* MERGEFORMAT 17
dan membahayakan janin dalam kandungan.(Munjiah et al., 2015) Mual dan
muntah yang berlangsung terus menerus akan menyebabkan berkurangnya cairan
tubuh, sehingga darah menjadi lebih kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah
ke jaringan terhambat. Kondisi ini menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janinnya.(Rofi’ah, Widatiningsih
and Sukini, 2019).

Ada berbagai macam aromaterapi yang digunakan untuk mengurangi mual


muntah, nyeri, depresi, diantaranya yaitu aromaterapi essensial oil rose,
aromaterapi jahe, aromaterapi pepermint, dan pijat aromaterapi. Essensial oil rose
yaitu jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk meringankannya frigiditas,
depresi, sakit kepala, ketegangan, serta insomnia menurut Sharma dalam Annisa
(2015) (Alivian and Taufik 2021).

Aromaterapi ialah salah satu dari pada metodologi terapinya keperawatan


yangmenggunakan berbagai macam bahan alami dari cairannya tumbuhan atau
tanaman yang gampang menguap ataupun dikenalnya dengan sebutan senyawa
aromatik serta minyak essensial lain dari tanaman yang tujuannya itu guna
mempengaruhinya suasananya hati ataupun kesehatannya seseorang (Purwanto,
2013). Pada penggunaannya, aromaterapi bisa diberikannya dengan dilaluinya
berbagai macam cara, diantaranya: berendam, inhalasi, kompres, serta pijat
(Bharkatiya et al, 2008). 4 cara itu ialah cara yang paling tua, cepat, serta mudah
dalam pengaplikasiannya ialah metodologi inhalasi dikarenakan menghirupkan
uap dari minyak essensial dengan cara langsung dianggapnya palinglah cepat serta
juga menghirupkan uap essensial, berbagai macam molekul pada minyak
bereaksikannya secara langsung dengan indera penciuman hingga secara langsung
dipersepsikannya oleh otak (Muhammad Ruhman1 2017).

Terapi komplementer yaitu aromaterapi merupakan penggunaan


wewangian yang berasal dari minyak essensial. Aromaterapi memiliki manfaat
yaitu untuk mencegah dan mengurangi mual muntah, nyeri, depresi. Ada berbagai
macam aromaterapi yang digunakan untuk mengurangi mual muntah, nyeri,
depresi untuk penderita kanker diantaranya yaitu aromaterapi essensial oil rose,
aromaterapi jahe, aromaterapi pepermint, dan pijat aromaterapi. Essensial oil rose

PAGE \* MERGEFORMAT 17
yaitu jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk meringankannya perasaan
depresi, ketegangan pada syaraf, frigiditas, insomnia serta sakit kepala menurut
dari seseorang bernama Sharma dalam Annisa (2015) (Alivian and Taufik 2021).
Aromaterapi memiliki dampak yang positif dikarenakan diketahuinya bahwasanya
aromanya yang harum, segar, merangsangkan reseptor, sensori, serta pada
akhirnya pula dapat memberikan pengaruh kepada organ lain hingga bisa
memunculkannya dampak yang kuat pada sebuah emosi. Respon terhadap bau
yang dihasilkannya bakal merangsangkan kerja dari sel neurokimia otak.
Sebagaimana contohnya bau yang memberikan kesenangan bakal
menstimulasikannya tamaus guna mengeluarkannya enkafelin yang berguna
menjadi penghilang dari rasa sakit alami serta juga menghasilkannya perasaan
yang menenangkan (Astuti and Lela 2018).

Aromaterapi memberi dampak kepada yang menghirupnya, layaknya


kesegaran, ketenangan, serta membantunya ibu yang mengandung dalam
mengatasinya permasalahan mual. Tiap-tiap dari minyak essensial mempunyai
dampak atau efek farmakologis yang Aromaterapi ini adalah salah satu dari pada
terapi nonfarmakologi yang kerap kali dilakukannya guna mengatasinya gejala
morning sickness. Aromaterapi ialah sebuah penindakan terapeutik dengan
mempergunakan minyak essensial yang berguna dalam meningkatkannya keadaan
psikologis serta fisik jadi unik, contohnya antivirus, antibakteri, penenang,
vasodilator, diuretik, dan merangsangkan adrenal. Disaat minyakessensial
dihirupkan, berbagai molekul memasuki rongga hidung serta juga
merangsangkannya sistem limbik yang ada pada otak (Maternity, Sari, and
Marjorang 2016).

1.2 Rumusan Masalah

1. apa yang dimaksud dengan nusea and vomitting


2. Penyebab nuses dan vomitting
3. Penatalaksanaanya
4. Asuhan kebidanan yang dapat diberikan
5. Pencegahan

1.3 Tujuan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
1. Untuk mengetahui pengertian nusea dan vomitting
2. Untuk mengetahui penyebab nusea dan vomitting
3. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaanya
4. untuk mengetahui asuhan kebidanan apa saja yang dapat diberikan
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pencegahanya

1.4 Manfaat

1. mahasiswa dapat mengatahui tentang nusea dan vomitting


2. mahasiswa dapat mengetahui apa saja penyebab nusea dan vomitting
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksaanya
4. Mahasiswa mengetahui bentuk asuhan kebidanan yang dapat diberikan
5. Mahasiswa mengetahui bentuk pencegahan terjadinya nusea and vomitting

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan


erat dengan etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab
pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor- faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon
selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen,
yang dapat merangsang mual dan muntah.3 Perempuan dengan kehamilan ganda
atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada
perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat.3-5
Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung.4
Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hor- mone (TSH) pada awal kehamilan
juga berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya
belum jelas.4,5 Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang
lebih drastis dibandingkan kehamilan biasa.

Menurut Wibisono dan Dewi (2008), emesis gravidarum atau morning


sickness merupakan istilah yang digunakan dalam dunia kedokteran yang artinya
mual muntah. Faktor yang menyebabkan emesis gravidarum antara lain perubahan
hormon dalam tubuh selama hamil yaitu meningkatnya estrogen dan hCG (human
chorionic gonadotrophin). hCG merupakan hormon yang diproduksi plasenta
selama masa kehamilan dalam tubuh ibu hamil, selain itu faktor psikologis seperti
perasaan cemas, rasa bersalah, termasuk dukungan yang diberikan suami pada ibu,
faktor lingkungan sosial, budaya dan kondisi ekonomi (Tiran, 2009; Putri, 2014).

Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi


pengaturan pola makan, pengobatan herba/alamiah seperti mengkonsumsi
jahe/peppermint, istirahat dan tidur, dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-
obatan seperti vitamin B6, antihistamin. Oleh karena itu calon ibu diharapkan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan
sikap untuk mengatasi masalahnya, sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan
yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Tiran, 2009).

Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila


tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007).
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta
pemberian obat penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas
sehari- hari, dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum
(Nugroho, 2012). Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan
ibu dan janin. Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan
berat badan secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam
rahim juga terganggu (Prawirohardjo, 2009)

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual muntah yang menyebabkan


terjadinya penurunan berat badan pada ibu hamil. Hiperemesis dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada ibu dan berdampak kepada janin
serta berisiko menimbulkan kematian. Mual dan muntah dapat berlangsung dalam
jangka waktu pendek dan panjang dan pada umumnya mual muntah yang terjadi
pada jangka pendek tidak membahayakan. Mual dan muntah yang terjadi dalam
jangka panjang akan menimbulkan dehidrasi, sehingga keseimbangan eletrolit di
dalam tubuh terganggu dan dapat membahayakan jiwa.(Qudsi and Jatmiko, 2016).

Pada hyperemesis gravidarum, ibu hamil akan mengalami mual dan


muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dan mengalami kekurangan cairan dan
penurunan berat badan yang berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari
dan membahayakan janin dalam kandungan.(Munjiah et al., 2015) Mual dan
muntah yang berlangsung terus menerus akan menyebabkan berkurangnya cairan
tubuh, sehingga darah menjadi lebih kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah
ke jaringan terhambat. Kondisi ini menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janinnya.(Rofi’ah, Widatiningsih
and Sukini, 2019).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
B. Penangan Mual Dan Muntah (Emesis Dan Hiperemesis)

Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila


tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007).
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta
pemberian obat penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas
sehari- hari, dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum
(Nugroho, 2012). Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan
ibu dan janin. Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan
berat badan secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam
rahim juga terganggu (Prawirohardjo, 2009)

Penanganan mual dan muntah pada ibu hamil disesuaikan dengan derajat
keparahan yang dirasakan. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
terapi farmakologis maupun non farmakologis. Terapi farmakologis dilakukan
dengan pemberian piridoksin (vitamin B6) dalam dosis 10 mg ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam, antiemetic, antihistamin, antikolinergik dan
kortikosteroid, sedangkan terapi non farmakologis dilakukan dengan pemberian
konseling gizi dan kesehatan, pengaturan diet, dukungan emosional, akupunktur,
perubahan pola hidup, istirahat, tidur dan pengobatan herbal/alamiah dalam

PAGE \* MERGEFORMAT 17
bentuk aromaterapi menggunakan jahe, spearmint, lemon dan peppermint.
(Rofi’ah, Widatiningsih and Sukini, 2019) (Mardiyanti and Zuwariyah, 2019)
(Gunawan, Manengkei and Ocviyanti, 2011).

Beberapa herbal aromaterapi yang dapat dimanfaatkan antara lain :

• Jahe mengandung minyak atsiri Zingiberena (zingirona), zingiberol, bisabilena,


kurkumen, gingerol, flandrena, vitamin A dan resin pahit yang dapat
memberikan rasa nyaman di perut, sehingga mual dan muntah dapat diatasi.
(Rofi’ah, Widatiningsih and Sukini, 2019).

• Lavender yang memiliki zat aktif berupa linalool dan linalyl acetate yang dapat
berefek sebagai analgesic dapat dimanfaatkan sebagai aromaterapi.(Rofi’ah,
Widatiningsih and Sukini, 2019).

• Lemon menghasilkan minyak esensial dari ekstrak kulit jeruk (Citrus Lemon)
dan sering digunakan untuk kehamilan dan melahirkan. Lemon mengandung
Limonene yang dapat menghambat kerja prostaglandin, sehingga mengurangi
rasa nyeri serta berfungsi mengontrol sikooksigenase I dan II, mencegah
aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit, termasuk mual dan muntah.
Kandungan lilalil asetat pada lemon berfungsi untuk menormalkan keadaan
emosi serta memiliki khasiat sebagai penenang dan tonikum, khususnya pada
system syaraf.(Rofi’ah, Widatiningsih and Sukini, 2019).

Pemberian infus D5% drip ondancentron 4 mg setiap 8 jam untuk


mengurangi mual muntah, injeksi ranitidine dengan dosis 50 mg per 8 jam atau
pemberian antasida syrup dengan dosis 125 ml dalam 3 kali 1 sdm per 5 jam dapat
dipertimbangkan untuk mengurangi asama lambung agar tidak terjadi
peningkatan. Pemberian farmakoterapi harus dilakukan sesuai dengan nasehat
dokter.(Wulandari Agustina, 2018).

Ada berbagai macam aromaterapi yang digunakan untuk mengurangi mual


muntah, nyeri, depresi , diantaranya yaitu aromaterapi essensial oil rose,
aromaterapi jahe, aromaterapi pepermint, dan pijat aromaterapi. Essensial oil rose
yaitu jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk meringankannya frigiditas,

PAGE \* MERGEFORMAT 17
depresi, sakit kepala, ketegangan, serta insomnia menurut Sharma dalam Annisa
(2015) . Zat(Alivian and Taufik 2021).

Aromaterapi ialah salah satu dari pada metodologi terapinya keperawatan


yang menggunakan berbagai macam bahan alami dari cairannya tumbuhan atau
tanaman yang gampang menguap ataupun dikenalnya dengan sebutan senyawa
aromatik serta minyak essensial lain dari tanaman yang tujuannya itu guna
mempengaruhinya suasananya hati ataupun kesehatannya seseorang (Purwanto,
2013). Pada penggunaannya, aromaterapi bisa diberikannya dengan dilaluinya
berbagai macam cara, diantaranya: berendam, inhalasi, kompres, serta pijat
(Bharkatiya et al, 2008). 4 cara itu ialah cara yang paling tua, cepat, serta mudah
dalam pengaplikasiannya ialah metodologi inhalasi dikarenakan menghirupkan
uap dari minyak essensial dengan cara langsung dianggapnya palinglah cepat serta
juga menghirupkan uap essensial, berbagai macam molekul pada minyak
bereaksikannya secara langsung dengan indera penciuman hingga secara langsung
dipersepsikannya oleh otak (Muhammad Ruhman1 2017).

Terapi komplementer yaitu aromaterapi merupakan penggunaan


wewangian yang berasal dari minyak essensial. Aromaterapi memiliki manfaat
yaitu untuk mencegah dan mengurangi mual muntah, nyeri, depresi. Ada berbagai
macam aromaterapi yang digunakan untuk mengurangi mual muntah, nyeri,
diantaranya yaitu aromaterapi essensial oil rose, aromaterapi jahe, aromaterapi
pepermint, dan pijat aromaterapi. Essensial oil rose yaitu jenis aroma terapi yang
dapat digunakan untuk meringankannya perasaan depresi, ketegangan pada syaraf,
frigiditas, insomnia serta sakit kepala menurut dari seseorang bernama Sharma
dalam Annisa (2015) (Alivian and Taufik 2021). Aromaterapi memiliki dampak
yang positif dikarenakan diketahuinya bahwasanya aromanya yang harum, segar,
merangsangkan reseptor, sensori, serta pada akhirnya pula dapat memberikan
pengaruh kepada organ lain hingga bisa memunculkannya dampak yang kuat pada
sebuah emosi. Respon terhadap bau yang dihasilkannya bakal merangsangkan
kerja dari sel neurokimia otak. Sebagaimana contohnya bau yang memberikan
kesenangan bakal menstimulasikannya tamaus guna mengeluarkannya enkafelin
yang berguna menjadi penghilang dari rasa sakit alami serta juga
menghasilkannya perasaan yang menenangkan (Astuti and Lela 2018).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Aromaterapi memberi dampak kepada yang menghirupnya, layaknya
kesegaran, ketenangan, serta membantunya ibu yang mengandung dalam
mengatasinya permasalahan mual. Tiap-tiap dari minyak essensial mempunyai
dampak atau efek farmakologis yang Aromaterapi ini adalah salah satu dari pada
terapi nonfarmakologi yang kerap kali dilakukannya guna mengatasinya gejala
morning sickness. Aromaterapi ialah sebuah penindakan terapeutik dengan
mempergunakan minyak essensial yang berguna dalam meningkatkannya keadaan
psikologis serta fisik jadi unik, contohnya antivirus, antibakteri, penenang,
vasodilator, diuretik, dan merangsangkan adrenal. Disaat minyakessensial
dihirupkan, berbagai molekul memasuki rongga hidung serta juga
merangsangkannya sistem limbik yang ada pada otak(Maternity, Sari, and
Marjorang 2016).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Nausea Dan Vomitting (emesis Dan Hiperemesis


Gravidarum)

Emesis gravidarum merupakan keluhan mual muntah yang umum yang


menyertai kehamilan namun menimbulkan ketidaknyamanan, jika berlebihan
dapat menjadi hiperemesis yang akan berdampak buruk pada ibu maupun janin.
Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila tidak segera
diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007). Sebagian besar
emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta pemberian obat
penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat
mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas sehari- hari,
dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum (Nugroho, 2012).
Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan ibu dan janin.
Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan berat badan
secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam rahim juga
terganggu (Prawirohardjo, 2009).

Menurut Manuaba (2013) tanda dan gejala yang dialami pada ibu emesis
gravidarum adalah kepala pusing, terutama pada pagi hari, ini merupakan hal
wajar yang dialami oleh ibu hamil karena perubahan hormon yang di produksi
membuat pembuluh darah melebar. Disatu sisi pelebaran pembuluh darah ini
diperlukan untuk meningkatkan aliran darah yang menuju ke janin, namun disisi
lain membuat suplai darah ke otak menjadi berkurang sehingga menimbulkan rasa
pusing. Kemudian rasa mual muntah yang doakibatkan oleh kadar hormon
estrogen, hormon progesteron, saat hormon progesteron meningkat dapat
menimbulkan dampak yang kurang baik pada esofagus bagian bawah, bagian ini
berhubungan dengan katup ke bagian lambung. Keadaan ini merupakan suatu
yang normal, tetapi bisa berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah
terjadi terus- menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektroit
tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat
terkena dehidrasi sehingga menimbulkan gangguan pada kehamilan.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis gravidarum agar tidak terjadi
hiperemesis grividarum dengan cara :

a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu


proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tapi sering
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
f. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau saat dingin.

Hiperemesis Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa


mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan
keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata
terlihat cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak
melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu
peningkatan asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan
asam lambung akan semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Mirza,
2008).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Hiperemesis gravidarum dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor
psikologis, faktor paritas, faktor nutrisi dan faktor alergi (Proverawati and Asfuah,
2009). Masalah psikologis dapat berupa kehamilan yang tidak diinginkan, beban
kerja atau finansial, ambivalensi, kecemasan, konflik dan ketidaknyamanan fisik.
Masalah keuangan dapat mempengaruhi keadaan mual dan muntah dalam
kehamilan, seperti kecemasan terhadap situasi keuangan saat ini dan yang akan
datang dapat menyebabkan kekhawatiran yang membuat wanita merasa tidak
sehat, terutama jika ia berniat untuk berhenti bekerja secara total setelah
melahirkan. Faktor emosional karena syok dan adaptasi pada kehamilan kembar
atau kehamilan yang terjadi dalam waktu berdekatan juga dapat memicu
terjadinya hiperemesis gravidarum. Kurangnya pengetahuan, informasi, dan
komunikasi antara wanita dan pemberi asuhannya dapat mempengaruhi persepsi
wanita hamil tentang keparahan gejala (Tiran, 2008).

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan tubuh ibu sangat lemah,


muka pucat dan frekuensi buang air kecil menurun drastis sehingga cairan tubuh
semakin berkurang dan darah menjadi kental (hemokonsentrasi). Keadaan ini
dapat memperlambat peredaran darah sehingga konsumsi oksigen dan makanan ke
jaringan juga ikut berkurang sehingga menimbulkan kerusakan jaringan yang
dapat membahayakan kesehatan ibu dan kesehatan janin yang dikandungnya
(Hidayati, 2009).

Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual yang
bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu
hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut
berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi kedalam tiga
tingkatan sebagai berikut:

1) Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada


tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per

PAGE \* MERGEFORMAT 17
menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh,
turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.

2) Tingkat II

Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-
kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi,
oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.

3) Tingkat III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari


somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu
meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah
hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.

3.2 Penyebab Nausea Dan Vomitting ( Emesis Dan Hiperemesis


Gravidarum)

PAGE \* MERGEFORMAT 17
A.Faktor Penyebab Emesis Gravidarum

Faktor yang menyebabkan emesis gravidarum antara lain perubahan


hormon dalam tubuh selama hamil yaitu meningkatnya estrogen dan hCG (human
chorionic gonadotrophin). hCG merupakan hormon yang diproduksi plasenta
selama masa kehamilan dalam tubuh ibu hamil, selain itu faktor psikologis seperti
perasaan cemas, rasa bersalah, termasuk dukungan yang diberikan suami pada ibu,
faktor lingkungan sosial, budaya dan kondisi ekonomi (Tiran, 2009; Putri, 2014).
Mual dan muntah merupakan interaksi yang kompleks dari pengaruh endokrin,
pencernan, faktor festibular, penciuman, genetik, psikologi (Irianti dkk, 2014).
Faktor lain yang menjadi pendorong terjadinya emesis gravidarum yaitu
pengetahuan, pengalaman, psikologis, pendidikan dan sikap, yang kurang baik
dalam mengonsumsi makanan-makanan yang harus dihindari dan penanganannya
agar tidak terjadi emesis gravidarum yang semakin parah (Tiran, 2014)

Faktor psikologis ibu turut menentukan keadaan yang timbul dan akan
memperburuk kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan
fisiologis dapat menjadi patologis (Romauli, 2011). Beberapa peneliti yang
menyebutkan bahwa morning sickness disebabkan oleh faktor psikologis, seperti
kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban
pekerjaan akan menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Perasaan bersalah,
marah, ketakutan dan cemas dapat menambah tingkat keparahan mual dan
muntah. Perasaan cemas, stress itu sendiri disebabkan oleh hormon serotonin, jika
kadarnya berlebihan produksi asam lambung akan meningkat, jika pengetahuan
rendah dan sikap negatif yang dimiliki ibu hamil tentang pencegahan dan
penanganan apabila terjadi emesis gravidarum maka dapat memperparah dan
berpotensi terjadinya hiperemesis gravidarum. (Irianti dkk, 2014).

Menurut Manuaba (2013) tanda dan gejala yang dialami pada ibu emesis
gravidarum adalah kepala pusing, terutama pada pagi hari, ini merupakan hal
wajar yang dialami oleh ibu hamil karena perubahan hormon yang di produksi
membuat pembuluh darah melebar. Disatu sisi pelebaran pembuluh darah ini
diperlukan untuk meningkatkan aliran darah yang menuju ke janin, namun disisi
lain membuat suplai darah ke otak menjadi berkurang sehingga menimbulkan rasa

PAGE \* MERGEFORMAT 17
pusing. Kemudian rasa mual muntah yang doakibatkan oleh kadar hormon
estrogen, hormon progesteron, saat hormon progesteron meningkat dapat
menimbulkan dampak yang kurang baik pada esofagus bagian bawah, bagian ini
berhubungan dengan katup ke bagian lambung. Keadaan ini merupakan suatu
yang normal, tetapi bisa berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah
terjadi terus- menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektroit
tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat
terkena dehidrasi sehingga menimbulkan gangguan pada kehamilan.

Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi


pengaturan pola makan, pengobatan herba/alamiah seperti mengkonsumsi
jahe/peppermint, istirahat dan tidur, dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-
obatan seperti vitamin B6, antihistamin. Oleh karena itu calon ibu diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan
sikap untuk mengatasi masalahnya, sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan
yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Tiran, 2009).

B. Penyebab Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita


hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah
yang berat dapat berlangsung selama 4 bulan, sehingga pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Kadir, I. N., dkk., 2019)
dan menururt Jueckstock., dkk (2010) yang di kutip oleh Husin, Farid (2013)
hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah pada kehamilan
yang menetap, dengan frekuensi muntah lebih dari 5 kali dalam sehari, disertai
dengan penurunan berat badan (> 5% dari berat sebelum hamil) dan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam-basa, kekurangan gizi
bahkan kematian. Pada kehamilan trimester 1 mual biasa terjadi pada pagi hari,
malam hari bahkan setiap saat. Gejala gejala ini terjadi kurang lebih 6 minggu
setelah HPHT dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah
terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual ini

PAGE \* MERGEFORMAT 17
disebabkan oleh karenanya meningkat kadar hormon estrogen dan hormon Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) keadaan ini lah yang disebut dengan hiperemesis
gravidarum (Dahlan, Andi Kasrida dan Andi St.Umrah. 2017).

Penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui, akan tetapi


menurut Husin, Farid (2013) interaksi kompleks dari faktor biologis, psikologis
dan sosial budaya diperkirakan menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Selain
itu kehamilan kembar, perempuan dengan kehamilan pertama,usia <20 tahun dan
>35 tahun, kehamilan mola hidatidosa serta berat badan berlebih menjadi faktor
pencetus pada beberapa penelitian Ada beberapa teori yang diusulkan sebagai
penyebab hiperemesis gravidarum, yaitu :

a. Perubahan Hormonal

Wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum memiliki kadar Hcg


yang tinggi terutama pada trimester pertama kehamilan (usia kehamilan 9
minggu) yang menyebabkan hipertiroidisme yang bersifat sementara. Secara
fisiologis hCG dapat merangsang kelenjar tiroid yaitu reseptor Thryroid-
Stimulating Hormon (TSH). Tidak hanya hCG yang berperan dalam
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum,akan tetapi kemungkinan
keterlibaan hCG merangsang tiroid dapat memicu terjadinya HEG. Peningkatan
kadar estrogen dan progesteron saat kehamilan mengakibatkan penurunan
mortilitas gastrointestinal, tetapi hal ini bukanlah penyebab pasti HEG.

b. Gastrointestinal disfungsi

Menurut Jueckstock dkk. (2010) yang dikutip oleh Husin, Farid (2013)
95% gangguan pada system pencernaan disebabkan oleh bakteri heliobacer pylori
dan 61,8% menjadi penyebab terjadinya HEG pada kehamilan. Selain itu HEG
dapat disebabkan karena ibu memiliki gangguan pencernaan seperti ulkus
peptikus, hepatitis, pangkreatitis.

c. Vestibular dan penciuman

Hiperacuity dari sistem penciuman dapat menjadi faktor yang


berkontribusi terhadap mual dan muntah pada ibu hamil. Banyak kasus yang
menggambarkan bagi ibu hamil bahwa mencium bau masakan khusus nya daging

PAGE \* MERGEFORMAT 17
dapat memicu terjadinya mual. Kesamaan antara HEG dengan morning sickness
adalah bahwa gangguan dari subclinical vestibular mungkin penyebab dari
beberapa kasus HEG.

d. Genetik

Suatu penelitian di norwegia menemukan bahwa ibu yang sewaktu hamil


mengalami HEG maka anak yang dilahirkan memiliki resiko 3% mengalami HEG
ketika mereka hamil nanti atau yang memiliki saudara yang juga mengalami
HEG.S ecara keseluruhan dilaporkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan
peran dalam mengembangkan terjadinya HEG.

e. Masalah Psikologis

Psikologis dalam kehamilan sering kali dikaitkan dengan faktor pencetus


terjadinya HEG, namun belum ditemukan bukti kuat terhadap hal ini, hasil
penelitian cenderung mengarah pada faktor hormonal sebagai pencetus HEG.
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.

Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih


kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik,
asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum
dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah
turun, demikian juga dengan klorida urine.

Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah


ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan
frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan
penderita.

3.3 Penatalaksanaan
Obat yang digunakan oleh ibu hamil harus aman dan tidak meningkatkan
risiko, seperti abortus spontan, cacat lahir, atau efek samping lainnya (Pratami,
2019). Emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang
sifatnya bertingkat. Penyebabnya adalah faktor psikologis dan fisik sehingga
pengobatannya berdasarkan dua faktor tersebut (Manuaba, dkk., 2007).
Menurut Runiari (2010), penatalaksanaan mual dan muntah pada
kehamilantergantung pada beratnya gejala. Pengobatan yang dilakukan mulai dari
yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan
antimietik, rawat inap, atau pemberian nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri dari
terapi secara farmakologi dan non-farmakologi, bahkan sekarang dengan berbagai
terapi komplementer.
Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian antimietik, antihistamin,
dan kortikosteroid. Terapi non-farmakologi dan terapi komplementer dilakukan
dengan cara pengaturan diet, dukungan emosional, akupresure, dan jahe
(Maesaroh dan Putri, 2019). Menurut Oktavia, Susanti, &Anggalia (2018) terapi
mengurangi ketidaknyamanan berupa mual dan muntah pada kehamilan selain
dengan akupuntur dan akupresure, aroma terpi lemon juga dinilai efektifitasnya
dalam penurunan ketidaknyamanan akibat mual dan muntah (Cahyanto, 2020).

PAGE \* MERGEFORMAT 17
1) Diet dan gaya hidup
Perubahan pola makan dan gaya hidup yang umum merupakan pendekatan
awal yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami mual dan muntah ringan.
Perubahan tersebut dapa meliputi: selalu memastikan lambung terisi makanan,
menghindari makanan tinggi lemak dan pedas bahkan yang berbau, mengonsumsi
makanan ringan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari, dan mengonsumsi
kudapan tinggi protein sebelum tidur di malam hari (Pratami, 2019).
2) Penanganan farmakologi
Obat yang lazim digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada
kehamilan, antara lain vitamin, antihistamin, antikolinergik, antagonis dopamin,
fenotiazin, butirofenon, antagonis serotonin, dan kortikosteroid. Semua obat yang
digunakan harus dipastikan keamanan dan keefektifannya sebelum
direkomendasikan dalam praktik klinis.
a) Vitamin B6
Piridoksin (vitamin B6) merupakan vitamin yang larut dalam air dan
koenzim penting dalam jalur metabolisme asam folat. Vitamin ini pertama kali
dianjurkan untuk digunakan dalam mengatasi mual dan muntah pada kehamilan
tahun 1942. Mekanisme kerja piridoksin dalam mengatasi mual masih belum
diketahui, penggunaan piridoksin pada ibu hamil juga tidak menimbulakn risiko

PAGE \* MERGEFORMAT 17
teratogenik. Dua uji terkontrol acak menemukan bahwa penggunaan piridoksin
secara rutin efektif dalam mengurangi tingkat keparahan mual, tetapi tidak
berpengaruh pada frekuensi muntah.
Manfaat terapi piridoksin dapat berkaitan dengan dosis yang diberikan.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan hingga saat ini, dosis piridoksin yang
efektif untuk mengatasi mual dan muntah pada kehmilan adalah 30 hingga 75 mg
per hari. Dosis tersebut lebih tinggi dari dosis harian yang direkomendasikan
untuk ibu hamil atau ibu menyusui, yaitu 1,9 hingga 2,0 mg per hari.
b) Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang paling banyak digunakan pada lini
pertama terapi ibu yang mengalami mual dan muntah pada kehamilan. Frekuensi
mual selama kehamilan secara signifikan lebih tinggi pada ibu yang mengalami
morning sicknes. Antihistamin bertindak sebagai penghalang reseptor
histaminpada sistem vestibular (reseptor histamin H1).
Antihistamin terbukti aman dan berkhasiat untuk mengatasi mual dan
muntah dalam kehamilan. Akan tetapi, pemnggunaannya dibatasi oleh efek
samping yang dapat ditimbulkan, seperti rasa kantuk. Efek samping tersebut
menyebabkan banyak ibu tidak bersedia mengonsumsi obat ini sepanjang hari.
Hingga saat ini belum ada studi yang dilakukan untuk menilai keamanan
atau efektifitas anthistamin non- sedasi, seperti loratadin (claritin), cetrizin
(Zyrtec), atau feksofenadin (Allegra) untuk mengatasi mual dan muntah pada
kehamilan. Selain obat yang telah dijelaskan sebelumnya, antikolinergik,
bendektin, antagonis dopamin, promethazine, prochlorperazine, metoklopramida,
droperidol, antagonis serotonin, kortrikosteroid juga diyakini mampu mengatasi
mual dan muntah pada kehamilan (Pratami, 2019).
3) Penanganan non-farmakologi
a) Herbal
Jahe, kamomil, pappermint, daun rasberry merah, dan teh dapat
mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan.
b) Akupresur dan akupuntur

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Sistem pengobatan tradisional asia menggunakan akupuntur sebagai terapi
anti-emetik. Titik P atau Neiguan diyakini menjai tittik utama untuk
menghilangkan mual dan muntah.
Titik ini terletak pada titik volar bagian bawah, yaitu sekitar 3 cm diatas
lipatan pergelangan tangan dan diantara dua tendon. Titik ini dapat dirangsang
dengan menyisipkan jarum akupuntur tipis, kemudian memberikan stimulasi
listrik transkutan pada pangkal saraf atau tekanan pada lokasi.
Akupuntur baik secara manual atau menggunakan sea- bands, tenu saja
intervensi dengan menggunakan biaya rendah dan menggunakan efek samping
sehingga lebih dianjurkan pada ibu yang membutuhkan intervensi dalam
menangani mual dan muntah pada kehamilan (Pratami, 2019).
c) Aromaterapi
Aromaterapi merupakan terapi yang memanfaatkan komponen minyak
esensial dari tumbuhan (Cahyanto, 2020). Menurut Medforth, dkk, (2013),
aromaterapi lemon adalah aromaterapi yang aman untuk kehamilan dan
melahirkan (Maesaroh dan Putri, 2019).
Setiap jenis minyak memiliki fungsi berbeda-beda, seperti minnyak jeruk
limau, jahe, atau kamomil dalam dosis kecil efektif untuk mengatasi mual-mual
pada minggu-minggu awal kehamilan. Minyak lavender atau kamomil dapat
membantu tidur nyenyak, kenanga untuk kenyamanan dan ketenangan jika sedang
merasa tertekan, dan masih banyak lagi macam atau manfaat aromatrapi (Atiqoh,
2020).
1.) Aromaterapi jahe
Dengan adanya pemberian aromaterapi dapat menurunkan mual muntah.
Pemberian aromaterapi jahe dapat mencegah mual dan muntah karena jahe
mampu menjadi penghalang serotinin, sebuah senyawa kimia yang dapat
menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual.
Menurut Runiari (2010) Jahe (Zingiber officinale) mengandung 1-4 %
minyak atsiri dan oleoserin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi
tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu
zingeberence, arcucumene, sesquiphellandrene dan bisabolene.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Jahe merupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama
kehamilan, setidaknya meminimalisir gangguan ini Seluruh responden mengalami
mual muntah yaitu sebanyak 100% sebelum diberikan aromaterapi jahe. Sebagian
besar responden tidak mengalami mual muntah yaitu sebanyak 12 orang (66.7%)
setelah diberikan aromaterapi jahe. Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi
jahe terhadap mual muntah pada ibu hamil trimester I.
2.) lemon ininhalasi aromaterapi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astriana, dkk (2015), ada
pengaruh lemon inhalasi aromaterapi terhadap mual, sehingga bisa mengurangi
penggunaan obat farmakologi yang ada efek sampingnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Maternity, dkk (2016) menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian inhalasi aromaterapi lemon terhadap mual muntah atau morning
sickness pada ibu hamil.
Menurut Young (2011), minyak aromaterapi lemon mudah didapatkan dan
mempunyai kandungan limonene 66-80%, geranilasetat, nerol, linalilasetat, á
pinene 0,4-15%, á pinene 1-4%, terpinene 6-14% dan myrcen.
Limonene merupakan komponen utama dalam senyawa kimia jeruk dapat
menghambat kerja prostaglandin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Cheragi
& Valadi, 2010). Selain itu limonene mengontrol siklooksigenase I dan II,
mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit termasuk mual
muntah (Namazi et al, 2014). Linalil asetat yang terdapat dalam aromaterapi
lemon merupakan senyawa ester yang terbentuk melalui 6 penggabungan asam
organik dan alkohol. Ester sangat berguna untuk menormalkan keadaan emosi
serta keadaan tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki khasiat sebagai
penenang serta tonikum, khususnya pada system syaraf (Wiryodidagdo, 2008
dalam Tarsikah, et al, 2012).
3.) Esensial oil peppermint
Peppermint mempunyai khasiat untuk mengatasi mual dan muntah pada
ibu hamil, hal ini dikarenakan kandungan menthol (50%) dan methone (10-30%)
yang tinggi. Selain itu Peppermint telah lama dikenal memberi efek karminatif
dan antispsamodik, yang secara khusus bekerja di otot halus saluran

PAGE \* MERGEFORMAT 17
gastrointestinal dan saluran empedu, selain itu Peppermint juga mengandung
aromaterapi dan minyak esensial yang memiliki efek farmnakologis
4.) Kurma mabrum
Setelah mengkonsumsi kurma mabrum menunjukan adanya pengurangan
morning sicknes. Hal ini disebabkan kandungan kurma mabrum yang kayak akan
asam folat sehingga membantu ibu dalam mengurangi rasa kurang nyaman di
perut dan mual muntah pun dapat berkurang. Selain itu ibu yang rutin
mengkonsumsi kurma mabrum menjadikan tubuh ibu yang lemas manjadi lebih
baik, menjadi lebih sehat kembali sehingga kondisi mual dan muntah dapat
teratasi. Ibu yang mengkonsumsi buah kurma akan memberikan kenyamanan
dalam perut ibu sehingga mampu mengurangi rasa mual dan muntah dengan
konsumsi buah kurma secara teratur selain bermanfaat bagi ibu hamil juga ibu
akan merasakan gizi nya terpenuhi.

5.) Rebusan air jahe


Jahe merupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama
kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Jahe dapat membantu para
wanita hamil mengatasi derita mual dan muntah tanpa menimbulkan efek samping
yang membahayakan janin di dalam kandungannya. Jahe berfungsi lebih baik
dibandingkan plasebo atau obat inaktif seperti vitamin B6, yang selama ini
menunjulkan fungsinya dalam mengurangi mual muntah pada beberapa wanita
hamil. Wanita hamil yang mengkonsumsi jahe tersebut tidak mengalami
gangguan dalam kehamilannya, jahe bisa menjadi terapi yang efektif untuk
mengatasi mual dan muntah dalam kehamilan.
6.) Essensial Oil Peppermint Dan Aromaterapi Lavender
Pemberian aromaterapi essensial oil peppermint dan aromaterapi lavender
sama-sama memberikan efek kenyamanan dan peningkatan relaksasi tubuh
sehingga memperbaiki kondisi psikologis yang menjadi pemicu mual muntah
pada ibu hamil. Namun pada essensial oil peppermint mengandung 50% menthol
yang memberikan efek melegakan tenggorokan serta memperlancar pernafasan,
sehingga asupan oksigen ke paru- paru dapat ditingkatkan dankondisi ini akan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
lebih meningkatkan relaksasi dan kenyamanan tubuh, maka pemberian
aromaterapi essensial oil peppermint lebih efektif terhadap penurunan intensitas
mual muntah pada ibu hamil trimester I jika dibandingkan dengan pemberian
aromaterapi lavender (Zuraida & Desia, 2018).
7.) Aromaterapi Blended Peppermint Dan GingerOil
Campuran dari peppermint dan ginger oil memberikan efek seperti
ketenangan, kesegaran dan mengatasi mual muntah ibu hamil. Kebanyakan
trimester pertama pada ibu hamil mengalami rasa mual muntah ringan sebelum
pemberian aromaterapi blended peppermint dan ginger oil, namun setelah
diberikan aromaterapi tersebut hampir setengah ibuk hamil dengan usia trimester I
tidak mengalami mual dan muntah lagi, tetapi setengahnya lagi masih mengalami
dan frekuensi mulaknya berkurang.

3.4 Asuhan kebidanan yang dapat diberikan dalam penangan emesis dan
hiperemesis gravidarum

1) Menjelaskan bahwa mual muntah yang ibu alami adalah hal yang fisiologis
pada ibu hamil trimester I, dimulai dari usia kehamilan muda dan hilang di
usia kehamilan 20 minggu dan ibu jangan khawatir.
2) Memberitahu ibu supaya makan sesering mungkin dalam porsi kecil, yaitu
makan makanan yang disukai ibu atau yang ibu inginkan. Kalau ibu tidak
mau makan nasi, bisa diganti dengan kentang, jagung, ubi-ubian, kacang-
kacangan, biji-bijian. Makan makanan yang berprotein tinggi seperti susu.
Sayurnya seperti kangkung, bayam. Di waktu bangun tidur bisa minum
segelas air putih dan air yang di campur dengan jahe dan disaat mual di
malam hari ibu bisa makan biskuit dan juga di pagi hari supaya perut ibu
tidak kosong. Istirahat yang cukup, kalau ibu sedang mengerjakan pekerjaan
rumah jangan sampai ibu terlalu lelah.
3) Tanda bahaya kehamilan trimester I yaitu pendarahan, mual parah, panas
tinggi, keputihan, rasa terbakar saat buang air kecil, dan Diabetes.
4) Memberikan vitamin B6 untuk 3xsehari untuk mengatasi mual muntah.
Hindari menyikat gigi begitu selesai makan, bagi beberapa ibu hamil

PAGE \* MERGEFORMAT 17
menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan
memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka mereka muntah,
sehingga pilihan waktu yang tepat untuk menggosok gigi.
5) Menganjurkan ibu untuk rutin memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali
sebulan dipelayanan kesehatan agar ibu dan janin tetap sehat.
6) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang tablet Fe (zat besi)
merupakan zat penambah darah yang sangat dibutuhkan selama kehamilan
untuk mencegah terjadinya anemia, cara meminum tablet Fe yaitu diminum
dengan air putih, diminum 1x sehari pada malam hari menjelang tidur, untuk
menghindari efek mual.
7) Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi dan makanan yang
disukai atau yang diinginkan ibu, dan banyak konsumsi vitamin c seperti
buah jeruk. Dan menjelaskan kepada ibu 3. hal yang harus dihindari
a. Hindarilah minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola-cola.
b. Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat, bau menyengat
seperti dari bawang merah, bawang putih, merica, cabe, tempat sampah,
asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.

3.5 Pencegahan

1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Emesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :

a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang


fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4
bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
c. Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang
dapat menimbulkan rasa mual.
d. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
e. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
f. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
g. Hindari menyikat gigi begitu selesai makan
h. Hindari bau-bau atau aroma yang tidak enak atau sangat menyengat yang
dapat menimbulkan rasa mual
i. Duduk tegak setiap kali selesai makan
j. Pemberian suplemen vitamin B komplek terutama vitamin B6 50mg dan
vitamin C yang dapat mengatasi emesis gravidarum (Suririnah, 2010).
3.6 Komplikasi Yang Terjadi Akibat Dari Hiperemesis Gravidarum
Risiko utama bagi wanita untuk mengidap hiperemesis gravidarum adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Wanita hamil yang mengidap
gangguan ini dalam waktu yang lama memiliki risiko lebih besar untuk persalinan
prematur dan preeklamsia.

Komplikasi jangka panjang pada bayi dapat terjadi jika kondisinya dibiarkan dan
tidak diobati. Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi pada ibu hamil yang tidak
mendapatkan berat badan yang cukup selama paruh kedua kehamilan, dan jika
bayi menjadi kurang gizi. Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam
kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti
abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi
lahir .Didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang
signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada
peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR) pada klien
hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5%.
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis
gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan
pekerjaan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Menurut Wibisono dan Dewi (2008), emesis gravidarum atau morning


sickness merupakan istilah yang digunakan dalam dunia kedokteran yang artinya
mual muntah. Faktor yang menyebabkan emesis gravidarum antara lain perubahan
hormon dalam tubuh selama hamil yaitu meningkatnya estrogen dan hCG (human
chorionic gonadotrophin). hCG merupakan hormon yang diproduksi plasenta
selama masa kehamilan dalam tubuh ibu hamil, selain itu faktor psikologis seperti
perasaan cemas, rasa bersalah, termasuk dukungan yang diberikan suami pada ibu,
faktor lingkungan sosial, budaya dan kondisi ekonomi (Tiran, 2009; Putri, 2014).
Gejala emesis gravidarum dapat ditangani dengan beberapa cara meliputi
pengaturan pola makan, pengobatan herba/alamiah seperti mengkonsumsi
jahe/peppermint, istirahat dan tidur, dukungan psikologis, pola hidup, serta obat-
obatan seperti vitamin B6, antihistamin. Oleh karena itu calon ibu diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
sikap untuk mengatasi masalahnya, sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan
yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya (Tiran, 2009).

Emesis gravidarum merupakan hal yang fisiologis akan tetapi apabila


tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis (Wiknjosastro, 2007).
Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan serta
pemberian obat penenang dan anti muntah, tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual muntah berkelanjutan sehingga mengganggu aktifitas
sehari- hari, dan jatuh dalam keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum
(Nugroho, 2012). Hiperemesis gravidarum memiliki dampak buruk bagi keadaan
ibu dan janin. Berkurangnya nafsu makan ibu selama hamil dapat menurunkan
berat badan secara drastis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam
rahim juga terganggu (Prawirohardjo, 2009).

4.2 Saran

1. Bagi penulis
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor risiko
terjadinya emesis dan hiperemesis gravidarum pada kehamilan serta pencegahan
dan penatalaksanaan dalam penanganya.
2. Bagi pembaca
Partisipasi aktif dari masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya emesis
dan hiperemesis gravidarum pada kehamilan, seperti memperbaiki gaya hidup
sehat, pola makan dan pemunuhan gizi dan nutrisi selama kehamilan.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
DAFTAR PUSTAKA

Anasari, T., 2015. Beberapa Determinan Penyebab Kejadian Hiperemesis


Gravidarum Di RSU Ananda Purwokerto Tahun 2009-2011. Involusi
Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(4).
Damayanti, I. P., 2020. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Emesis
Gravidarum. Ensiklopedia of Journal, 2(3), 87-91.
Damayanti, R., Nurdianti, D., Novayanti, N., & Nuryuniarti, R., 2022.
Penatalaksanaan Aromaterapi Lemon Untuk Mengurangi Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal BIMTAS: Jurnal
Kebidanan Umtas, 6(2), 86-92.
Efrizal, W. (2021). Asuhan gizi pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum. Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal), 6(1), 15-27.

Habibi, U. K., Ismarwati, S. K. M., & ST, S., 2009. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Emesis Gravidarum Dengan Upaya
Pencegahan Hiperemesis Di Bps Wahyuningsih Wonosari Gunung Kidul
Tahun 2009 (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta)
Rinata, E., & Ardillah, F. R., 2017. Penanganan Emesis Gravidarum pada Ibu
Hamil di BPM Nunik Kustantinna Tulangan-Sidoarjo.

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Rofi'ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana, A., 2019. Studi Fenomenologi Kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset
Kesehatan, 8(1), 41-52.
Sebayang, W. B., 2019. Tehnik Mengatasi Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil
Trimesrer Satu (Systematic Review). Public Health Journal, 6(1). ISO 690
Sebayang, W. B., 2021. Pengaruh Aromatherapy Terhadap Mual Dan Muntah
Pada Ibu Hamil (Systematic Rivew). Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda,
7(2), 65-68.
Widayana, A., Meghadana, I. W., & Kemara, K. P., 2013. Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. E-Jurnal Med Udayana, 658-
673.

PAGE \* MERGEFORMAT 17

Anda mungkin juga menyukai