ASUHAN KEBIDANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh:
NOVIANTI S.tr.Keb
2241049
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Persalinan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Hiperemesis Gravidarum” ini dengan lancar.
Harapan Penyusun, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Semoga pula makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk
mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat
melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan
ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih banyak ibu
hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya,
maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh
derajat kesehatan ibu dan anak.
Saya tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita
hiperemesis gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia
memiliki persentase sebesar 55% dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis
gravidarum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Hiperemesis Gradidarum?
2. Apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum?
3. Bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum?
6. Bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum?
7. Bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum?
2
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Hiperemesis Gradidarum.
2. Mengetahui apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum.
3. Mengetahui bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum.
4. Mengetahui bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum.
5. Mengetahui apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum.
6. Mengetahui bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum.
7. Mengetahui bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Faktor Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat
inanisasi. Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
5
1. Primigravida lebih sering dari multigravida.
2. Semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
3. Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
C. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan
mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah
anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih
dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat
vital berikut ini
1. Liver
1) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
2) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
3) Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan gangguan
fungsi umum.
6
2. Ginjal
1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti
asam laktat dan benda keton
2) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
3) Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
4) Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
1) Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
2) Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi
saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala:
nistagmus, gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
3) Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)
7
hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan
dalam kencing.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro,
2005)
E. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat
pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus
dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat memepngaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Wiknjosastro,
2005)
F. Komplikasi
a) Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan
gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-
Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan
gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditi
oning, avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang wanita
8
dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah
korban diduga penyakit ini.
b) Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang
dari 7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil
untuk usia kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan
37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan hiperemesis yang memiliki
keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip sebagai
bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut
penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.
G. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas
atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh
karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang
maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat
yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin
yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti
dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
9
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
3. Terapi psikologik
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air
kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan
bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
10
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik
sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel
pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
11
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum
adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang
berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan
minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
B. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar
dapat meberikan asuhan dan pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan
cara menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar kedepannya
seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita hiperemesis
gravidarum.
12
DAFTAR PUSTAKA
13