Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya
kepada :
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
apa yang diharapkan, untuk itu sumbangan saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan untuk dunia
kesehatan pada umumnya.
Indramayu,
Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
A. Simpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
lainnya(Sarwono, 2006: 22).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung
(direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death), kematian yang terjadi
bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan misalnya kecelakaan. Kematian
obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di
negara-negara sedang berkembang sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus.
Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum
kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan
lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006: 22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatomik
pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin. Beberapa faktor
predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala
yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi
pagi hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan
keempat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya
dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara
berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu
hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan
bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan
penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis
gravidarum, karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah
yang dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan
anak.
Saya tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita hiperemesis
gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase sebesar 55% dari seluruh
pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Hiperemesis Gradidarum?
2. Apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum?
3. Bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum?
6. Bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum?
7. Bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Hiperemesis Gradidarum.
2. Mengetahui apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum.
3. Mengetahui bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum.
4. Mengetahui bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum.
5. Mengetahui apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum.
6. Mengetahui bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum.
7. Mengetahui bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum.
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan
memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah. (Wiknjosastro, 2005)
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :
1. Psikologis, bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya. Atau kehamilannya di terima atau
tidak.
2. Fisik, Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human chorionic
gonadothropin
Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
1. Primigravida lebih sering dari multigravida.
2. Semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
3. Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
2. Ginjal
1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat dan benda
keton
2) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
3) Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
4) Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
1) Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
2) Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang
menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan kesadaran dan
mental serta diplopia
3) Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)
E. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda
dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus venntrikuli dan tumor serebri
yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat
menyebabkan kekurangan makanan yang dapat memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan
perlu segera diberikan. (Wiknjosastro, 2005)
F. Komplikasi
a) Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan
gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia,
sakit kuning, kekurangan
gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning, avulsion limpa,
dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan komplikasi sekunder umum HG. Pada
kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah
korban diduga penyakit ini.
b) Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari
7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan, dan lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan hiperemesis yang memiliki
keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip sebagai bayi dari kehamilan tanpa
komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari
ibu hiperemesis.
G. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga
dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa
sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba
untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di
atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering
sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak
boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada
ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada
minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan
yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
B. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih memperhatikan pola makan
dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan pandangan tentang
Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar
kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA