Anda di halaman 1dari 14

KONSELING ASUHAN KEBIDANAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT I

Disusun oleh

NAMA : BELLA YUNITA PERMATA SARI

NIM : PO7124120009

PRODI : D3 KEBIDANAN
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul KONSELING ASUHAN KEBIDANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
saya, pada mata kuliah KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang KONSELING
ASUHAN KEBIDANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM bagi para pembaca dan
juga penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu SRI RESTU


TEMPALI,S.KEP,NS.,M.SC yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Pengertian Hiperemesis Gradidarum.................................................... 4


B. Faktor Penyebab Hiperemesis Gravidarum.......................................... 5
C. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum................................................. 6
D. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum......................................... 7
E. Diagnosis Hiperemesis Grvidarum....................................................... 8
F. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum.................................................. 8
G. Penanganan Hiperemesis Gravidarum.................................................. 9
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11

A. Simpulan.............................................................................................. 11
B. Saran.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan
disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi
tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006: 22).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian
obstetrik langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect
obstetric death), kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan
oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang
berkembang sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian
tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum
kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis,
anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006: 22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-
perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh
kekurangan vitamin. Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida,
mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor
organik karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik,
faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya.
Gejala yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual
biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama
kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil masih
mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri,
salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui
keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan
yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan
pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi
mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena
masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang
dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat
kesehatan ibu dan anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Hiperemesis Gradidarum?
2. Apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum?
3. Bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum?
6. Bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum?
7. Bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian Hiperemesis Gradidarum.
2. Mengetahui apa saja faktor penyebab Hiperemesis Gravidarum.
3. Mengetahui bagaimana bentuk patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum.
4. Mengetahui bagaimana Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum.
5. Mengetahui apa saja diagnosis dari Hiperemesis Grvidarum.
6. Mengetahui bagaimana bentuk komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum.
7. Mengetahui bagimana cara penanganan Hiperemesis Gravidarum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea
dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan
gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama
(umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum
dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan. (Varney, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering,
cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik. (Llwellyn, 2011)
Dari devenisi di atas dapat disimpulkan bahwa  Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan
(muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas,
jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

B. Faktor Penyebab Hiperemesis Gravidarum


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan
oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi. Beberapa faktor predesposisi dan
faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak


jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi
muntah. (Wiknjosastro, 2005)
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :
1. Psikologis, bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya.
Atau   kehamilannya di terima atau tidak.
2. Fisik, Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan
human chorionic gonadothropin
Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
1. Primigravida lebih sering dari multigravida.
2. Semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
3. Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
Gejala Umum Hiperemesis Gravidarum antara lain:
1. Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
2. Muntah setelah makan atau minum
3. Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-rata kehilangan BB
10% )
4. Dehidrasi
5. Penurunan jumlah urine
6. Sakit kepala
7. Bingung
8. Pingsan
9. Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )

C. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun.  Hal ini menimbulkan perfusi ke
jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik
yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat
menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital
berikut ini
1. Liver
a. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b. Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan gangguan
fungsi umum.
2. Ginjal
a. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat
dan benda keton
b. Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
c. Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
d. Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
a. Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
b. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf
pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus,
gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
c. Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)

D. Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan
1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum.
Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala:
nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah
hati. (Wiknjosastro, 2005)
E. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan
yang dapat memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. (Wiknjosastro, 2005)

F. Komplikasi
a) Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan
gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom,
hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan
gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning, avul
sion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang wanita
dapat meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit
ini.
b) Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari
7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia
kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita
dengan hiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul
mirip sebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang
tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.
G. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam
keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan
B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.

2. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara
yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24  jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi
mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering.

B. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih memperhatikan
pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan
pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada
seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi
menjadi penderita hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA

Juz Bayu. 2012. “Materi Tentang Hemeostattis” (Onine)


http://bayuajuzt.blogspot.com/2012/05/materi-tentang-hemostatis.html
Diakses pada tanggal 31 Desember 2019.

Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC

Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Gaya, Hidup. 2017. “Hiperemesis Gravidarum Bahayakan Ibu” (Online)


http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1933896/hiperemesis-gravidarum-
bahayakan-ibu-janin Diakses pada tanggal 31 Desember 2019.

Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.2008

Anda mungkin juga menyukai