Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i


Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi ................................................................................ 4
B. Etiologi ................................................................................. 4
C. Patofisiologi ......................................................................... 5
D. Pathway ................................................................................ 6
E. Manifestasi Klinis ................................................................ 8
F. Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 8
G. Penatalaksanaan Medis ........................................................ 9
H. Komplikasi ........................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 11 Pola Gordon .................................................. 12
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 13
C. Intervnsi Keperawatan ......................................................... 14
Discharge Planning ................................................................................ 19
Daftar Pustaka ........................................................................................ 20

Page | i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mual dan muntah sering terjadi pada minggu pertama kehamilan,
dan hal tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan
emesis gravidarum. Mual dan muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi
suatu keadann yang jarang terjadi, yaitu menolak semua makanan dan
minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi,
kelaparan, dengan ketosis bahkan sampai kematian. Hiperemesis
gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan
segala apa yang di makan dan di minum hingga berat badannya sangat
turun, turgor kulit berkurang,diuresis berkurang, dan timbul asetonuria.
Sedangkan dari literature lain menyebutkan bahwa hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga menyebabkan
kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari
kehilangan asam hidroclorid saat muntah dan hipokalemia.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan
muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat.
Selain dampak fisiologis pada kehidupan wanita dan janinnya,
hiperemesis gravidarum memberikan dampak secara psikologis, sosial,
dan spiritual. Secara psikologis hiperemesis gravidarum dapat meimbulkan
dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala semakin
memberat. Oleh karena kasus hiperemesis gravidarum banyak dialami
oleh ibu hamil maka dari itu perawat harus tau bagaimana cara menangani
kasus hiperemesis gravidarum melalui asuhan keperawatan.

Page | 1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi Hiperemesis Gravidarum?
2. Apa saja etiologi Hiperemesis Gravidarum?
3. Bagaimana patofisiologi Hiperemesis Gravidarum?
4. Bagaimana pathway penyakit Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Hiperemesis Gravidarum?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum?
8. Apa saja komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum?
10. Bagaimana discharge planning untuk pasien Hiperemesis Gravidarum?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah
ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi Hiperemesis Gravidarum.
2. Untuk mengetahui etiologi Hiperemesis Gravidarum.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hiperemesis Gravidarum.
4. Untuk mengetahui pathway penyakit Hiperemesis Gravidarum.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hiperemesis Gravidarum.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum.

Page | 2
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum.
10. Untuk mengetahui discharge planning untuk pasien Hiperemesis
Gravidarum.

Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Hiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit di mana wanita
hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,diuresis berkurang, dan
timbul asetonuria. Sedangkan dari literature lain menyebutkan bahwa
hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga
menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan,
alkalosis dari kehilangan asam hidroclorid saat muntah dan hipokalemia.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal ),
dehidrasi,ketosis , dan kekurangan nutrisi. (Nengah,2010)
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehinga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan semakin buruk. Mual
muntah merupakan gangguan trimester 1, kurang lebih dari 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. (Mitayani, 2009)
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau defesiensi nutrisi dan kehilangan berat
badan. (Jannah, 2011)

B. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun
diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini.
1. Faktor predisposisi: primigravida, overdistensi rahim: Hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolik, resistensi yang menurun dari pihak ibu.

Page | 4
3. Faktor psikologis: Rumah tangga retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dan kehilangan pekerjaan.

C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton –
asetic, asam hidroksin butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan
volume cairan yang di minum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya eksresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadi lingkaran yang sulit
di patahkan. Selain dehidrasi dan tergangunya keseimbangan elektrolit
dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung
(sindroma mallori weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai di
perlukan transfuse atau tindakan operatif (Liwellyn,2011).

D. D

Page | 5
E. Manifestasi Klinis
Menurut berat ringanya gejala, hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke
dalam tiga tingkatan:
1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun, dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar
100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat di sertai peningkatan
suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan
menurun, hemokonstrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dari awal pernafasan karena mempunyai aroma yang khas, dan
dapat pula di temukan dalam urin.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolens sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
di kenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul
seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental; keadaan ini akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadi payah hati. Pada tingkatan ini
juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan retina.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika
pasien dicurigai menderita hipertirpid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi
tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum

Page | 8
dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai
terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi
Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan Blood Urea
Nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan
untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa
(Rahmawati,2011).
Kadar HCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.

G. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi Cairan
Klien dengan kasus hiperemesis gravidarum dengan muntah yang
sering hingga menyebabkan dehidrasi dan turunnya berat badan harus
segera mendapat penanganan terapi cairan. Resusitasi cairan
merupakan prioritas utama untuk mencegah mekanisme kompensasi
seperti vasokontriksi dan gangguan perfusi uterus, karena selama
terjadi gangguan hemodinamik pasokan darah berkurang ke uterus.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada
penderita mau makan. Sebaiknya klien tidak diberikan makanan atau
minuman selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala -
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi Psikologis
Perlu diyakinkan kepada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan.
Berikan motivasi untuk menghilangkan rasa takut karena
kehamilannya, kurangi pekerjaan, serta menghilangkan masalah dan
konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang terjadinya penyakit
ini.

Page | 9
4. Obat-obatan
Apabila keluhan tidak berkurang maka diperlukan pengobatan untuk
penanganan klien. Ingat untuk tidak memberikan obat yang bersifat
teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah Fenobarbital,
sedangkan vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
Antihistamin juga dianjurkan seperti Dramamine atau Avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti Disiklomin,
Hidroklorida, atau Klorpromazin (largaktil). Jika klien tidak dapat
menerima terapi oral maka dapat diberikan Metoklopramide secara IV.
5. Diet dan Terapi Nutrisi
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang
berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan muntah.
Sebaiknya pemberian makan dan minum diberi jarak. Diet hiperemesis
gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis, dan secara berangsur akan diberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup.
6. Penghentian (Terminasi) Kehamilan
Sebagian kecil kasus hiperemesis tidak membaik bahkan mengalami
kemunduran, dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil karena di satu sisi hal tersebut tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi lain tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, tetapi di sisi lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversibel pada organ vital.
Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutik.
1) Ikterus.
2) Delirium atau koma.
3) Nadi yang naik bertahap sampai di atas 130 kali/menit.
4) Suhu meningkat di atas 38ºC
5) Perdarahan di retina.

Page | 10
6) Uremia, proteinuria, dan silinder urine yang merupakan tanda-
tanda intoksikasi.
H. Komplikasi
1. Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan
perubahan mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.
2. Robekan selaput lendir esophagus dan lambung. Hal ini terjadi karena
muntah yang dapat menyebabkan hipoproteinimin dan hipovitamin,
terjadi ikterik dan hemoragi akibat defisiensi vitamin C dan B
kompleks dan akhirnya terjadi perdarahan dari mukosa (pecahnya
pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus).
3. Dehidrasi berat. Hal ini terjadi karena muntah yang terus menerus
yang dapat mengakibatkan pengeluaran cairan tidak terkendali,
sehingga tubuh kekurangan cairan.

Page | 11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Kaji bagiamana klien menjaga kesehatan terutama kesehatan dalam
kehamilan, bagaimana ibu mempersepsikan proses kehamilan itu
sendiri, bagaimana manajemen kesehatan yang dilakukan ibu selama
kehamilan. Kaji bagaimana pengetahuan ibu tentang mual muntah
yang dialaminya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
 Anoreksia
 BB menurun
 Mual dan muntah berlebihan
 Turgor kulit berkurang
 Lidah kering
 Suhu kadang-kadang meningkat
3. Pola Eliminasi
 Oliguria
 Konstipasi
 Aseton ditemukan di dalam urine
4. Pola Aktivitas dan Latihan
 Cepat lelah
 Lemah
 Kesadaran menurun seperti apatis, pada tingkat hiperemesis III
kesaran menurun dari somnolen ke coma
 Nyeri ulu hati
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur dan istirahat pasien terganggu karena mual muntah yang
terjadi terus menerus.
6. Pola Persepsi Kognitif

Page | 12
 Adanya rasa nyeri uluhati
 Mata cekung
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Kehilangan gambaran positif terhadap diri serta kecemasan dan
penilaian diri terhadap penyakitnya.
 Merasa cemas dengan penyakit yang diderita
8. Pola Peran dan Hubugan dengan Sesama
 Perubahan peran interpersonal dan kurangnya interaksi dengan
sesama akibat mual muntah yang dialami berlebihan.
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
 Kehamilan ganda
 Primigravida
 Mola hidatidosa
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
 Stress
 Emosi tidak stabil
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
 Penurunan aktivitas ibadah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan Dengan Kurang Asupan Makanan
2. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan
Aktif
3. Risiko Gangguan Hubungan Ibu – Janin Berhubungan dengan Faktor
Risiko Gangguan Transpor Oksigen.
4. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agens Cedera Biologis
5. Keletihan Berhubungan dengan Kelesuan Fisiologis

Page | 13
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Status Nutrisi (1004) Manajemen nutrisi (1100)
dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan 1. Asupan Gizi (Skala 1−5) 1. Tentukan status gizi pasien dan
Dengan Kurang Asupan Makanan 2. Asupan Makanan (Skala 1−5) kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi (adanya) alergi atau
intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
3. Tentukan apa yang menjadi
preferensi makanan bagi pasien
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
5. Atur diet yang diperluka lakukan
atau bantu pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum makan
6. beri obat obatan sebelum makan
(misalnya,penghilang rasa

Page | 14
sakit,antiemetic),jika diperlukan
Kekurangan Volume Cairan Keparahan mual dan muntah Manajemen Cairan (4120)
Berhubungan dengan Kehilangan 1. Frekuensi muntah (210707) 1. Monitor status dehidrasi pasien
Cairan Aktif 2. Intensitas muntah (210720) 2. Monitor tanda-tanda vital pasien
3. Berikan terapi IV sesuai
kebutuhan pasien
4. Distribusikan asupa cairan
selama 24 jam
5. Berikan cairan dengan tepat.
Risiko Gangguan Hubungan Ibu – Keparahan mual dan muntah: Manajemen Muntah (1570)
Janin Berhubungan dengan Faktor 1. Kehilangan berat badan (20713) 1. Kaji hiperemesis terkait dengan
Risiko Gangguan Transpor Oksigen 2. Ketidakseimbangan elektrolit warna, konsistensi, akan adanya
(210720) darah, waktu.
2. Kurangi atau hilangkan faktor-
faktor yang bersifat personal
yang memicu terjadinya muntah.
3. Monitor keseimbangan cairan
dan elektrolit.
4. Berikan dukungan fisik selama

Page | 15
muntah.
5. Pastikan obat antiemetik yang
efektif diberikan untuk
mencegah muntah yang
berlebihan jika memungkinkan.
Nyeri Akut Berhubungan dengan Control Nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400)
Agens Cedera Biologis 1. Menggambarkan faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri
penyebab (Skala 1−5) komprehensif yang meliputi
2. Menggunakan analgesik yang lokasi, karakteristik,
direkomendasikan (Skala 1−5) onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
3. Pastikan perawatan analgesik
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Kendalikan faktor lingkungan

Page | 16
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya:
suhu ruangan, pencahayaan,
suara bising)
5. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
Keletihan Berhubungan dengan Tingkat Kelelahan (0007) Manajemen Energi (0180)
Kelesuan Fisiologis 1. Kehilangan selera makan 1. Kaji status fisiologis pasien yang
(000704) menyebabkan kelelahan.
2. Kegiatan sehari- hari (000715) 2. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis maupun
nonfarmakologis
3. Monitor intake nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang
adekuat
4. Konsultasikan dengan ahli gizi

Page | 17
mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan.
5. Bantu pasien dalam aktivitas
sehari-hari yang teratur sesuai
kebutuhan.

Page | 18
DISCHARGE PLANNING

1. Pemberian nutrisi yang cukup pada ibu hamil


2. Pemberian cairan untuk menghindari terjadinya dehidrasi
3. Memberikan edukasi tentang faktor pencetus seperti stress

Page | 19
DAFTAR PUSTAKA

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:Salemba Medika.
Rahmawati. 2011. Ilmu Kebidanan Praktis. Surabaya
jtptunimus-gdl-fitarianah-5363-2-babii.pdf (diakses pada tanggal 08 September
2017)
Nanda International Inc, Diagnosis Keperawatan: Defenisi & Klasifikasi 2015-
2017. Editoe; T, Heather Herdman., Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna
Keliet ; editor penyelaras, Monika Ester. Ed 10. Jakarta : EGC, 2015
NIC. 2013. Edisi ke 6. Edisi Bahasa Indonesia. Editor: Intan Sari Nurjannah,
Roxsana D. Tumanggor : Mocomedia
NOC. 2013. Edisi ke 5. Edisi Bahasa Indonesia. Editor: Intan Sari Nurjannah,
Roxsana D. Tumanggor : Mocomedia

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai