HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Oleh :
Kelompok 4
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dari mata
kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Makalah inipun diajukan guna
memenuhi tugas kuliah kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Menyadari makalah yang kami ajukan
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terutama dalam ilmu kebidanan. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001).
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan. Penggunaan obat sering kali dapat menyebabkan efek yang
tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan (Anonimb , 2006).
Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-organ penunjangnya
mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang
dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk
beberapa penyakit yang sering mengenai saluran cerna (Cunningham,
2006).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis
hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
atau akibat berkurangnya pengososngan lambung. Penyesuaian terjadi
pada kebanyakkan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah
dapat berlangsung berbulanbulan. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi
terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Soejoenes, 2005).
Hiperemesis gravidarum, istilah ini hanya digunakan untuk mual
dan muntah-muntah yang berlebihan yang terjadi pada sebagian kecil
wanita hamil, insiden keseluruhan sekitar 1%. Kelainan tampaknya lebih
sering terjadi pada kehamilan pertama tetapi cenderung berulang pada
kehamilan berikutnya. Hasil dari kehamilan biasanya baik, dengan tanpa
resiko tambahan pada ibu, janin atau neonates (Hackar, 2001).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
1
asam aseton-asetil, asam hidroksi butirit dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik (Soejoenoes, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yg di maksud Hiperemesis Gravidarum?
2. Apa saja tingkatan dari Hiperemesis Gravidarum?
3. Apa saja faktor yg mempengaruhi Hiperemesis Gravidarum?
4. Apa akibat Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa patofisiologi Hiperemesis Grafidarum?
6. Bagaimana pencegahan Hiperemesis Gravidum?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yg di maksud Hiperemesis Gravidarum?
2. Untuk mengetahui apa saja tingkatan dari Hiperemesis Gravidarum?
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yg mempengaruhi Hiperemesis
Gravidarum?
4. Untuk mengetahui apa akibat Hiperemesis Gravidarum?
5. Untuk mengetahui apa patofisiologi Hiperemesis Grafidarum?
6. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan Hiperemesis Gravidum?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mual (Nause) dan muntah (Emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala
ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan gejala-gejala mual muntah ini menjadi berat.
(Sarwono, 2005)
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan
yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5%
berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh
kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20
minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang cukup berbahaya bagi
kesehatan ibu, yang apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dan
menimbulkan gejala mual, muntah yang menyebabkan penurunan berat badan
dan juga gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan komplikasi
seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain yang
3
dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan
vitamin K. Pada defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat menyebabkan
Wernicke encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan defisiensi vitamin K dapat
menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis. Hiperemesis ini
bila tidak di kelola dapat mengakibatkan dehidrasi berat, ikterik takikardia,
suhu meningkat, alkalosis, dan kelaparan, (AR, 2012)
4
dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus,Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas,
dan dapat pula ditemukan dalam urine. (Manuaba, 2010)
5
antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis pada ibu hamil trimester I
di BPS Ny. Sayidah Kendal. (Syamsuddin, dkk, 2018)
Tiran (2009) menyatakan faktor psikologis adalah faktor predisposisi
terjadinya hipremesis gravidarum. Masalah psikologis dapat
memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk
mengatasi gejala normal, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, tidak
diinginkan atau karena beban pekerjaan dan finansial sehingga akan
menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi serta konflik. Dukungan
yang diberikan oleh suami akan membantu istri dalam menjalankan
kehamilannya, seperti membuat merasa tenang dan nyaman serta
membantu mengurangi rasa cemas, takut dan bingung terhadap kehamilan
yang sedang dijalani.
Dalam sebuah penelitian menyatakan hubungan dukungan suami
dengan kejadian hiperemesis gravidarum yang menunjukan bahwa dari 74
responden dukungan suaminya kurang yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 31 responden (81,6%) dan yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum sebanyak 7 responden (18,5%). Sedangkan
responden dukungan suaminya cukup yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang tidak hiperemesis
gravidarum sebanyak 21 orang (58,3%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori Della Arginia Octaviadon jadi terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum.(Syamsuddin, dkk, 2018)
2. Umur Ibu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armilah (2010) mengungkapkan
bahwa usia ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
hiperemesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu
20-35 tahun.
6
Hiperemesis Gravidarum dibawah umur 20 tahun lebih disebabkan
karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari
calon ibu yang menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan
dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi
emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuatibu kurang nafsu
makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang
dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan
pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi
muntah (Yunita, 2005).
Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak
lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap
hamil atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan
merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres
mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusatmuntah
otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai
dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam
lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik
nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas
terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual
dan muntah (Yunita, 2005).
3. Paritas
Faktor paritas mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum, hal ini
disebabkan hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primipara
daripada multipara, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia
ibu saat mengalami kehamilan pertama. (Nining, 2009)
Pada ibu dengan paritas primipara, faktor psikologis memegang
peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
7
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup. (Fifi, R, 2017)
Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro, (2007) yang
mengungkapkan bahwa ibu primipara belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini
membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa
mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam
keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung.
4. Kehamilan Ganda
Kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka
produksi hCG akan tinggi dan dibentuk berlebihan sehingga menyebablan
hyperemesis gravidarum (Winkjosastro, 2007).
Ibu hamil dengan kehamilan ganda, kadar hormon estrogen dan hCG
(human Chorionic gonadotropin) meningkat sehingga mual muntah pada
kehamilan ini meningkat dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal
(Prawirohardjo, 2002).
8
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,
hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis,
sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan
dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah.
9
Tabel Mekanisme Hiperemesis Gravidarum
10
F. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
11
total, lemakrendah yaitu <10% dari kebutuhan energi total, protein
sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan
dalam bentuk kering,pemberian cairan di sesuaikan dengan keadaan pasien
yaitu 7-10 gelas/hari,makanan mudah di cerna dandiberikan sering
dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima,pemberian di
optimalkan pada makan malam dan selingan malam,makanan yang
berangsur di tingkatkan dalam porsi dan nilai gizisesuaidengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien (Rukiyah, 2010).
Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
a. Diet hiperemesis tingkat Idiberikan secara berangsur dan
dimulaidengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi.Makananhanya berupa roti kering dan buah-buahan,
makanan ini kurangmengandung zat gizi, kecuali vitamin
C.Minuman tidak diberikanbersamaan dengan makanantetapi 1-2 jam
sesudahnya. Pemilihan bahanmakanan yang tepat dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhanenergi.
b. Diet hiperemesis gravidarum tingkat IIdiberikan sesuai
kesanggupanpasien dan minumantidakboleh diberikan bersama
makanan.Makananmencukupi kebutuhan energi dan semua zat
gizikecuali vitamin A danD.
c. Diet hiperemesis tingkat III, makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong/ubibakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairantidak
diberikan bersamamakanan tetapi 1-2 jam sesudahnya karena zat
gizi yang terkandungdidalamnya kurang.
2. Pengobatan
Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
12
pengobatan harus segera diberikan (Soejoenoes, 2005).Konsep
pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:
13
2) Vitamin B12 200 mcg/hari/infus, vitamin C 200/hari/infus.
3) Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali/hari atau chlorpromazine 25-50
mg/hariIM atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali/hari IM.
(Prawirohardjo, 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
14
B. Saran
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. (2015). Guyton and hall textbook of Medical Physiology E-Book. Elsevier
Health Sciences.
17
poasia kota kendari. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayann Kesehatan
Vol. 2 No. 2 .
Tiran, D. (2009). Mual dan muntah kehamilan : seri asuhan kebidanan. Jakarta:
EGC.
Yasa AR, A. C. (2012). Hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di RSUD Ujungberung pada perode 2010-2011. Fakultas
kedokteran Universitas Islam Bandung , 02.
18