Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Auzura Qatrunnida Rahmani P17324119036

Putri valeri P17324119039

Rahmawati Kartini P17324119041

Shifa Wilanda Susetyo P17324119060

Tsalsa Putri Thahira P17324119063

Ulfiyah Khoirunisa P17324119065

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dari mata
kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Makalah inipun diajukan guna
memenuhi tugas  kuliah kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Menyadari makalah yang kami ajukan
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terutama dalam ilmu kebidanan. Amin.

Bandung, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 3

A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum......................................................... 3


B. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum.......................................................... 4
C. Faktor yang mempengaruhi Hiperemesis Gravidarum ............................. 5
D. Akibat Hiperemesis Gravidarum............................................................... 8
E. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum..................................................... 8
F. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum.......................................................10
BAB III PENTUP...........................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001).
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan. Penggunaan obat sering kali dapat menyebabkan efek yang
tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan (Anonimb , 2006).
Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-organ penunjangnya
mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang
dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk
beberapa penyakit yang sering mengenai saluran cerna (Cunningham,
2006).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis
hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
atau akibat berkurangnya pengososngan lambung. Penyesuaian terjadi
pada kebanyakkan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah
dapat berlangsung berbulanbulan. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi
terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Soejoenes, 2005).
Hiperemesis gravidarum, istilah ini hanya digunakan untuk mual
dan muntah-muntah yang berlebihan yang terjadi pada sebagian kecil
wanita hamil, insiden keseluruhan sekitar 1%. Kelainan tampaknya lebih
sering terjadi pada kehamilan pertama tetapi cenderung berulang pada
kehamilan berikutnya. Hasil dari kehamilan biasanya baik, dengan tanpa
resiko tambahan pada ibu, janin atau neonates (Hackar, 2001).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya

1
asam aseton-asetil, asam hidroksi butirit dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik (Soejoenoes, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yg di maksud Hiperemesis Gravidarum?
2. Apa saja tingkatan dari Hiperemesis Gravidarum?
3. Apa saja faktor yg mempengaruhi Hiperemesis Gravidarum?
4. Apa akibat Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa patofisiologi Hiperemesis Grafidarum?
6. Bagaimana pencegahan Hiperemesis Gravidum?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yg di maksud Hiperemesis Gravidarum?
2. Untuk mengetahui apa saja tingkatan dari Hiperemesis Gravidarum?
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yg mempengaruhi Hiperemesis
Gravidarum?
4. Untuk mengetahui apa akibat Hiperemesis Gravidarum?
5. Untuk mengetahui apa patofisiologi Hiperemesis Grafidarum?
6. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan Hiperemesis Gravidum?

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Mual (Nause) dan muntah (Emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala
ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan gejala-gejala mual muntah ini menjadi berat.
(Sarwono, 2005)
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan
yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5%
berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh
kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20
minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang cukup berbahaya bagi
kesehatan ibu, yang apabila berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dan
menimbulkan gejala mual, muntah yang menyebabkan penurunan berat badan
dan juga gangguan metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan komplikasi
seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi pada ibu. Komplikasi lain yang

3
dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama vitamin B1(thiamin) dan
vitamin K. Pada defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat menyebabkan
Wernicke encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Sedangkan defisiensi vitamin K dapat
menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis. Hiperemesis ini
bila tidak di kelola dapat mengakibatkan dehidrasi berat, ikterik takikardia,
suhu meningkat, alkalosis, dan kelaparan, (AR, 2012)

B. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi


hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. (Manuaba, 2010)

1. Hiperemesis gravidarum tingkat I


Ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan
penurunan nafsu makan dan minum.Pertama-tama isi muntahan adalah
makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan
dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Terdapat
penurunan berat badan dan nyeri epigastrium dan terlihat lemas.
Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata
cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan
jumlah urin.(Manuaba, 2010)

2. Hiperemesis gravidarum tingkat II


Pasien memuntahkan semuayangdimakandan diminum, berat badan
cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Gejala yang timbul adalah
penderita tampak lebih lemah, turgor kulitlebih menurun, lidah kering

4
dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus,Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas,
dan dapat pula ditemukan dalam urine. (Manuaba, 2010)

3. Hiperemesis gravidarum tingkat III


Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan
berhentinadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu
meningkat, tetapi kesadaran pasien menurun (somnolensampai
koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.
(Manuaba, 2010)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hiperemesis Gravidarum

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis


gravidarum adalah sebagai berikut.
1. Faktor Psikologis
Kondisi psikologis ibu yang menjalani proses kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya stres. Ibu yang dalam keadaan stres ini dapat
meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung sehingga
dapat meningkatkan HCG. HCG adalah hormone yang dihasilkan selama
kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita hamil
kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi
terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil. (Hall, J.E, 2015)
Berdasarkan hasil sebuah penelitian menyatakan bahwa menunjukan
bahwa dari 74 responden menderita stres yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 19 responden (79,2%) dan yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum sebanyak 5 responden (20,8%). Hasil penelitian
sejalan dengan teori Sulistyowati, dkk terdapat hubungan yang bermakna

5
antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis pada ibu hamil trimester I
di BPS Ny. Sayidah Kendal. (Syamsuddin, dkk, 2018)
Tiran (2009) menyatakan faktor psikologis adalah faktor predisposisi
terjadinya hipremesis gravidarum. Masalah psikologis dapat
memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk
mengatasi gejala normal, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, tidak
diinginkan atau karena beban pekerjaan dan finansial sehingga akan
menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi serta konflik. Dukungan
yang diberikan oleh suami akan membantu istri dalam menjalankan
kehamilannya, seperti membuat merasa tenang dan nyaman serta
membantu mengurangi rasa cemas, takut dan bingung terhadap kehamilan
yang sedang dijalani.
Dalam sebuah penelitian menyatakan hubungan dukungan suami
dengan kejadian hiperemesis gravidarum yang menunjukan bahwa dari 74
responden dukungan suaminya kurang yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 31 responden (81,6%) dan yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum sebanyak 7 responden (18,5%). Sedangkan
responden dukungan suaminya cukup yang mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang tidak hiperemesis
gravidarum sebanyak 21 orang (58,3%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori Della Arginia Octaviadon jadi terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan suami terhadap kehamilan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum.(Syamsuddin, dkk, 2018)

2. Umur Ibu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armilah (2010) mengungkapkan
bahwa usia ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
hiperemesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu
20-35 tahun.

6
Hiperemesis Gravidarum dibawah umur 20 tahun lebih disebabkan
karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari
calon ibu yang menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan
dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi
emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuatibu kurang nafsu
makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang
dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan
pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi
muntah (Yunita, 2005).
Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak
lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap
hamil atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan
merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres
mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusatmuntah
otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai
dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam
lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik
nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas
terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual
dan muntah (Yunita, 2005).

3. Paritas
Faktor paritas mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum, hal ini
disebabkan hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primipara
daripada multipara, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia
ibu saat mengalami kehamilan pertama. (Nining, 2009)
Pada ibu dengan paritas primipara, faktor psikologis memegang
peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah

7
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup. (Fifi, R, 2017)
Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro, (2007) yang
mengungkapkan bahwa ibu primipara belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini
membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa
mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam
keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung.

4. Kehamilan Ganda
Kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka
produksi hCG akan tinggi dan dibentuk berlebihan sehingga menyebablan
hyperemesis gravidarum (Winkjosastro, 2007).
Ibu hamil dengan kehamilan ganda, kadar hormon estrogen dan hCG
(human Chorionic gonadotropin) meningkat sehingga mual muntah pada
kehamilan ini meningkat dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal
(Prawirohardjo, 2002).

D. Akibat Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,


namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus,
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir
(Runiari, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005) didapatkan
bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang signifikan
terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada
peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR)
pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan
lebih dari 5%.

8
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,
hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis,
sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan
dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah.

E. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena


peningkatan HormoneChorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor
mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon
progesteronmenyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi
kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidak-
seimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
(Winkjosastro, 2007)
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non
protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya
anemia. (Mitayani, 2009)

Tabel Mekanisme Muntah

9
Tabel Mekanisme Hiperemesis Gravidarum

10
F. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum

Pencegahan terhadap hiperemesisgravidarum perlu dilaksanakan


denganjalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologi, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologi pada
kehamilan muda danakan hilang setelah kehamilan4 bulan,
menganjurkan mengubah makansehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering. Waktu bangunpagi, jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti keringatau biskuit dengan teh
hangat.Makan yang berminyak dan berbau lemaksebaiknya
dihindarkan.Defekasi teratur, menghindari kekurangan
karbohidratmerupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak
megandung gula. (Rahmawati, 2011)
1. Diet
Diet hiperemesis gravidarum adalah penekanan karbohidrat
kompleksterutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang
berlemak dangoreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah,
sebaiknya diberijarak dalam pemberian makan dan minum.Diet bertujuan
untuk menggantipersediaan glikogen tubuh dan mengontrol asodosis
secara berangsurmemberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk hiperemesis I, II, dan III
adalahmakanan yangumumnya merangsangsaluran pencernaan dan
berbautajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi,
dan yangmengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap) jugatidak dianjurkan.
Adapun beberapa syarat diet hiperemesis gravidarum
diantaranyaadalah karbohidrat tinggi yaitu 75-80% dari kebutuhan energi

11
total, lemakrendah yaitu <10% dari kebutuhan energi total, protein
sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan
dalam bentuk kering,pemberian cairan di sesuaikan dengan keadaan pasien
yaitu 7-10 gelas/hari,makanan mudah di cerna dandiberikan sering
dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima,pemberian di
optimalkan pada makan malam dan selingan malam,makanan yang
berangsur di tingkatkan dalam porsi dan nilai gizisesuaidengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien (Rukiyah, 2010).
Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
a. Diet hiperemesis tingkat Idiberikan secara berangsur dan
dimulaidengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi.Makananhanya berupa roti kering dan buah-buahan,
makanan ini kurangmengandung zat gizi, kecuali vitamin
C.Minuman tidak diberikanbersamaan dengan makanantetapi 1-2 jam
sesudahnya. Pemilihan bahanmakanan yang tepat dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhanenergi.
b. Diet hiperemesis gravidarum tingkat IIdiberikan sesuai
kesanggupanpasien dan minumantidakboleh diberikan bersama
makanan.Makananmencukupi kebutuhan energi dan semua zat
gizikecuali vitamin A danD.
c. Diet hiperemesis tingkat III, makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong/ubibakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairantidak
diberikan bersamamakanan tetapi 1-2 jam sesudahnya karena zat
gizi yang terkandungdidalamnya kurang.

2. Pengobatan
Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga

12
pengobatan harus segera diberikan (Soejoenoes, 2005).Konsep
pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut:

a. Isolasi dan pengobatan psikologis.


Dengan melakukan isolasi diruangan sudah dapat meringankan
wanita hamil karena perubahan suasanadari lingkungan rumah
tangga.Petugas dapat memberikan komunikasi,informasi, dan
edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengankehamilan.
b. Pemberian cairan pengganti.
Dalam keadaan darurat diberikan cairanpengganti sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi.Cairan pengganti yangdiberikan adalah
glukosa 5-10% dengan keuntungan dapat mengganticairan yang
hilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga
terjadiperubahan metabolisme dari lemak dan protein menjadi
pemecahanglukosa.Dalam cairan dapatditambahkan vitamin C, B
kompleks ataukalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme.Selama pemberiancairan harus mendapat perhatian tentang
keseimbangan cairan yang masukdan keluar melalui kateter, nadi,
tekanan darah, suhu dan pernapasan.Lancarnya pengeluaran urine
memberikan petunjuk bahwa keadaan wanitahamil berangsur-angsur
baik.
c. Melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah darah, urine,
dan bilamungkin fungsi hati dan ginjal.Bila keadaan muntah
berkurang, kesadaranmembaik, wanita hamil dapatdiberikan makan
minum dan mobilisasi.Memberikan obat untuk hyperemesis
gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat
dipiilihobat yang tidak bersifat teratogenik (kelainan kongenial-
cacat bawaanbayi). Obatyang dapat diberikan adalahsedatif
ringan yang seringdigunakan, yaitu:
1) Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus.

13
2) Vitamin B12 200 mcg/hari/infus, vitamin C 200/hari/infus.
3) Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali/hari atau chlorpromazine 25-50
mg/hariIM atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali/hari IM.
(Prawirohardjo, 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih


dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan. Hiperemesis dibagi menjadi 3,
yaitu tingkat I, tingkat II, dan tingkat III.

Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum


adalah faktor pdikologis, umur ibu, paritas, dan kehamilan ganda.
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun
dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan
lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir . hiperemesis
gravidarum ini dapat dicegah dan dikurangi dengan beberapa hal, diantaranya
diet dan pengobatan. Diet untuk hiperemesis gravidarum berbeda0beda
tergantung tingkatannya tetapi nutrisi ibbu harus terpenuhi dengan cukup,
adapun pengaobatan yang dapat dilakukan berupa isolasi, pemberian cairan
pengganti dan melakukan pemeriksaan fisik agar kebutuhan ibu dapat
terkontrol.

14
B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan


Disarankan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang informasi
kesehatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya
pelayanan kesehatan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan
faktor-faktor resiko dalam kehamilan khususnya kejadian hiperemesis
gravidarum. Khususnya bidan agar dapat memberi asuhan dan pandangan
tentang hiperemesis gravidarum dengan cara menginformasikannya
kepada seorang ibu melalui penyuluhan tentang KIA kepada ibu hamil
guna menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis
gravidarum.

2. Bagi Ibu Hamil


Disarankan kepada ibu hamil untuk lebih rajin melakukan control
ke fasilitas kesehatan. Untuk ibu yang menderita hiperemesis gravidarum
agar lebih memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu. Serta lebih
banyak mencari informasi kesehatan baik melalui media, internet maupun
dari tenaga kesehatan.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Fifi, R. (2017). Hubungan karakteristik dan psikologis ibu hamil dengan


hiperemesis gravidarum di RSUD H. Abd Manan Simatupang Kisaran. Jurnal
Akbid ibtisam Aulia Kisaran vol. 06 no. 1 .

Hall, J. (2015). Guyton and hall textbook of Medical Physiology E-Book. Elsevier
Health Sciences.

Manuaba. (2010). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana.


Jakarta: EGC.

Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Prawodiharjo. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Prawodiharjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rahmawati, N. (2011). Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta.

Rukiyah, d. (2010). Asuhan kebidanan 4 patofisiologi kebidanan. Jakarta:


Transinfo media.

Runiani, N. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis


gravidarum : penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Runiani, N. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan Hiperemesis


Gravidarum ; penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Sarwono, P. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

Syamsuddin, d. (2018). Hubungan antara gastritis, stres, dan dukungan suami


pasien dengan sindrom hiperemesis gravidarum di wilayah kerja puskesmas

17
poasia kota kendari. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayann Kesehatan
Vol. 2 No. 2 .

Tiran, D. (2009). Mual dan muntah kehamilan : seri asuhan kebidanan. Jakarta:
EGC.

Winkjosastro, H. (2007). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Yasa AR, A. C. (2012). Hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di RSUD Ujungberung pada perode 2010-2011. Fakultas
kedokteran Universitas Islam Bandung , 02.

18

Anda mungkin juga menyukai