Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum dan Anemia Pada Ibu
Hamil”

Kelompok 2

Afifah Nadia Balqis (183110241)

Aulia Ihsan (183110244)

Irma Lona Sintia (183110257)

Tricia Andeska Putri (183110276)

2.C

Dosen Pembimbing :

Ns. Hj. Elvia Metti, S. Kep, M. Kep. Sp. Mat

Hj. Metri Lidya, S.KP, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan dan
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ni. Makalah Keperawatan Maternitas
ini menjelaskan lebih mendalam mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperemesis
Gravidarum dan Anemia Pada Ibu Hamil”.

Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 17 Februari 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………… 4


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...4
C. Tujuan …………………………………………………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Hiperemesis Gravidarum

A. Pengertian ……………………………………………………………………………... 6
B. Etiologi …………………………………………………………………………………6
C. Patofisiologi …………………………………………………………………………… 7
D. Manifestasi Klinis ……………………………………………………………………... 10
E. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………….. 10
F. Asuhan Keperawatan ………………………………………………………………….. 12

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Anemia

A. Pengertian ……………………………………………………………………………... 20
B. Etiologi …………………………………………………………………………………20
C. Patofisiologi …………………………………………………………………………… 22
D. Respon Tubuh …………………………………………………………………………. 23
E. Pengaruh Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan ……………………………… 24
F. Faktor – Faktor Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil …………………………….. 25
G. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………….. 26
H. Pemeriksaan Laboratorium ……………………………………………………………. 26
I. Asuhan Keperawatan ………………………………………………………………….. 27

BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………… 34

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..35

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala
– gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan
keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan
yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa
ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja
secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung


berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung
kongestif.

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan

4
transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi
besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan
talasemia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada kasus hiperemesis gravidarum ?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada kasus anemia ibu hamil ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan pada kasus hiperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan pada kasus anemia ibu hamil.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM

A. Pengertian

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi pada ibu
hamil. Hiperemesis gravidarum muntah selama kehamilan yang begitu parah menyebabkan
dehidrasi, elektrolit, dan ketidakseimbangan asam-basa, dan ketosis akibat kelaparan. Hal ini
mungkin disebabkan karena terjadi kenaikan chorionic gonadotropin dan/atau tingkat
estrogen. Selain itu penyebab bisa dikarenakan alasan psikologis, akibat respon ambivalen
terhadap kehamilan (Chapman & Durham, 2010).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga mengganggu pekerjaan


sehari-hari dan keadaan umum yang menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan
yang paling sering ditemui pada kehamilan trisemester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun
gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan (Mitayani, 2009 dalam
Buku Asuhan Keperawatan Maternitas, Ana Ratnawati).

B. Etiologi

Etiologi hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga


dipengaruhi oleh berbagai faktor:

1. Faktor predisposisi, seperti primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.


2. Faktor organic, seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolik, akibat kehamilan, dan retensi ibu yang menurun.
3. Faktor psikologi.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru


Press)

6
C. Patofisiologi

Patofisiologi ibu dengan hyperemesis gravidarum, yaitu:

1. Rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga
memengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, serta penurunan klorida urine.
2. Muntah yang terus-menerus selanjutnya akan mengakibatkan hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringn dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
3. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna, sehingga terjadi ketosis.
4. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan merusak hepar.
5. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss), sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal.

WOC Hiperemesis Gravidarum

Endokrin Psikosomatis Alergi

Antigen baru janin


Kehamilan ganda, Stres Kurang dan plasenta, vebi
mola hidatidosa support sosial khoriolis

HCG dan Estrogen Mortalitas GIT Berlawanan


meningkat menurun dengan antigen ibu

7
Merangsang
Muntah

Hiperemesis
Gravidarum

Intake Menurun Output Meningkat

Absorbsi menurun HCl meningkat Dehidrasi

Penurunan
Defisit Cairan
KH menurun Iritasi Saluran Hipokale Ekstrasel
Nutrisi
Cerna mi dan plasma

8
Gangguan
Energi menurun Keseimbangan
Nyeri Ulu Hati
Elektrolit

Mobilisasi
lemak
Kelemahan protein di Gangguan rasa Imbalance
Hemokonsentr
jaringan nyaman elektronik
asi

Suplai O2
Intoleransi dan nutrisi
BB Ketosis transplasent Alkalosis
Aktivitas
menurun darah a respiratori

Risiko perubahan
nutrisi pada fetal

9
(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru
Press)

D. Manifestasi Klinis

Berdasarkan berat ringannya gejala, hyperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga


tingkatan:

1. Tingkat I
Muntah terus-menerus memengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah,
penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi
ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor
kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh
terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu menurun dari sombolen hingga koma, muntah terhenti, nadi cepat
dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru


Press)

E. Penatalaksanaan

Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan tahapan sebagai
berikut:

1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang
baik.
2. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak
2-3 liter sehari.

10
3. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
4. Bila selama 224 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum sedikit demi
sedikit.
5. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
6. Pada keadaan yang lebih berat, berikan antiemetik seperti metoklopramid, disiklomin
hidroklorida, atau klorpromazin.
7. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bisa disembuhkan
serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru


Press)

Manajemen medis yang dapat dikolaborasikan oleh Anda (Chapman & Durham, 2010)
antara lain:

a. Pemberian vitamin B6 dan antiemetic untuk pengobatan mual dan muntah.


b. Pemberian cairan intra vena untuk penggantian cairan, elektrolit, dan vitamin.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk memantau fungsi ginjal dan hati.

(Atin Karjatin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI).

Tindakan keperawatan yang dapat Anda lakukan ke ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum (Chapman & Durham, 2010) adalah:

a. Kaji faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah.


b. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah
seperti menghilangkan bau.
c. Berikan dukungan emosional.
d. Berikan tindakan kenyamanan seperti kebersihan mulut yang baik.
e. Berikan cauran melalui intra vena, elektrolit, dan antiemetik sesuai resep/order
dokter.
f. Periksa berat badan setiap hari.
g. Pantau intake dan output dan berat jenis urin untuk memantau hidrasi.
h. Pantau mual dan muntah.

11
(Atin Karjatin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI).

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Definisi Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sitematis untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan, dan menganalisis sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan
untuk perawatan ibu. (Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Penerbit Baru Press)

b. Tujuan
Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus-
menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan. (Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru Press)

c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ibu dengan hiperemesis gravidarum terdiri dari:
1) Data Riwayat Kesehatan
Data riwayat kesehatan yang diperlukan, yaitu:
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu
sesuai gejala-gejala hiperemesis gravidarum:
 Mual dan muntan yang terus-menerus, merasa lemah, dan kelelahan.
 Ibu merasa haus dan terasa asam di mulut, konstipasi, dan demam.
 Ibu mengalami penurunan berat badan.
 Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oligura,
takikardia, mata cekung, dan icterus.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang ditemukan antara lain:

12
 Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya.
 Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:


Penerbit Baru Press)

2) Data Fisik Biologis


Data fisik biologis yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum adalah sebagai berikut:
a) Mamae yang membengkak dan hiperpigmentasi pada aerola mamae.
b) Terdapat kolasma gravidarum, mukosa membrane, dan bibir kering.
c) Turgor kulit buruk, mata cekung, dan sedikit ikterik.
d) Ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi serta pusing, dan
kehilangan kesadaran.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit


Baru Press)

Hasil pengkajian yang dapat ditemukan oleh Anda antara lain (Chapman &
Durham, 2010):

a) Muntah yang mungkin berkepanjangan, sering, dan parah.


b) Kehilangan berat badan, urin mengandung aseton, dan ketosis.
c) Tanda dan gejala dehidrasi diantaranya: membrane mukosa kering.
d) Turgor kulit buruk.
e) Malaise/kelemahan.
f) Tekanan darah rendah.

(Atin Karjatin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: PPSDM


Kemenkes RI).

13
3) Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum, antara lain:
a) Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun.
b) Siklus 28-30 hari.
c) Lamanya 5-7 hari.
d) Banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari.
e) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan
muntah.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit


Baru Press)

4) Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda. (Ana Ratnawati. 2018.
Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru Press)

5) Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Riwayat kehamilan dan persalinan ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum antara lain:
a) Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah serta tidak nafsu makan.
b) Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit


Baru Press)

6) Data Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Data psikologi psikologi
yang kemungkinan ditemukan adalah:

14
a) Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, serta kekecewaan dapat memperberat mual
dan muntah.
b) Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu bergantung pada
pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan
perawat.

(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit


Baru Press)

7) Data Sosial Ekonomi


Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun
pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini
diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit
Baru Press)

8) Data Penunjang
Data penunjang yang didapat dari hasil laboratorium adalah pemeriksaan
darah dan urine.
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi.
b) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi
akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.
(Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Penerbit Baru Press)

2. Diagnosis

15
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka ada beberapa kemungkinan diagnosis
keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Nausea berhubungan dengan distensi lambung dibuktikan dengan mengeluh mual.
(hal 170)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan
frekuensi nadi meningkat. (hal 62)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. (hal
56)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologos dibuktikan dengan
mengeluh nyeri. (hal 172)
e. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakbugaran status fisik. (hal
135)

(Tim Prokja PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI)

3. Intervensi

No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Nausea Setelah dilakukan 1. Manajemen Muntah
intervensi keperawatan  Identifikasi karakteristik
selama 8 jam, maka muntah.
Tingkat Nausea menurun,  Periksa volume muntah.
dengan kriteria hasil:  Identifikasi faktor
1. Perasaan ingin muntah penyebab muntah.
menurun.  Monitor efek manajemen
2. Perasaan asam di muntah secara menyeluruh.
mulut menurun.  Monitor keseimbangan
3. Takikardi menurun. cairan dan elektrolit.
4. Pucat membaik.  Kontrol faktor lingkungan

16
5. Nafsu makan penyebab muntah.
membaik.  Pertahankan kepatenan
(hal 144) jalan napas.
 Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi
minimal 30 menit sesudah
muntah.
 Anjurkan memperbanyak
istirahat.
 Ajarkan Teknik
nonfarmakologi untuk
mengelola muntah.
 Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu.
(hal 198)
2. Hipovolemia Setelah dilakukan 1. Manajemen Hipovolemia
intervensi keperawatan  Periksa tanda dan gejala
selama 8 jam, maka Status hipovolemia.
Cairan membaik, dengan  Monitor intake dan output
kriteria hasil: cairan.
1. Kekuatan nadi  Hitung kebutuhan cairan.
meningkat.  Berikan asupan cairan oral.
2. Output urin  Kolaborasi pemberian
meningkat. cairan IV isotonis.
3. Edema perifer (hal 184)
menurun.
4. Frekuensi nadi
membaik.
5. Tugor kulit membaik.
(hal 107)
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi

17
intervensi keperawatan  Identifikasi status nutrisi.
selama 8 jam, maka Status  Identifikasi kebutuhan
Nutrisi membaik, dengan kalori dan jenis nutrien.
kriteria hasil:  Monitor asupan makanan.
1. Porsi makanan yang  Monitor berat badan.
dihabiskan meningkat.  Fasilitasi menentukan
2. Nyeri abdomen pedoman diet.
menurun.
 Berikan makanan tinggi
3. Berat badan membaik.
serat, tinggi protein.
4. Indeks Massa Tubuh
 Kolaborasi pemberian
(IMT) membaik.
medikasi sebelum makan.
5. Bising usus membaik.
 Kolaborasi dengan ahli gizi
(hal 121)
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien.
(hal 200)
4. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan  Identifikasi lokasi,
selama 8 jam, maka karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri menurun, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri.
1. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri.
menurun.  Identifikasi respon nyeri
2. Meringis menurun. non verbal.
3. Gelisah menurun.  Berikan Teknik
4. Kesulitan tidur nonfarmakologi untuk
menurun. mengurangi rasa nyeri.
5. Frekuensi nadi  Fasilitasi istirahat dan
membaik. tidur.
(hal 145)  Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu.
(hal 201)

18
5. Risiko Intoleransi Setelah dilakukan 1. Terapi Aktivitas
Aktivitas intervensi keperawatan  Identifikasi defisit tingkat
selama 8 jam, maka aktivitas.
Toleransi Aktivitas  Monitor respons
meningkat, dengan emosional, fisik, sosial,
kriteria hasil: dan spiritual terhadap
1. Keluhan Lelah aktivitas.
menurun.  Fasilitasi makna aktivitas
2. Dispnea saat aktivitas yang dipilih.
menurun.  Fasilitasi aktivitas fisik
3. Dispnea setelah rutin.
beraktivitas menurun.  Libatkan keluarga dalam
4. Frekuensi nadi aktivitas, jika perlu.
membaik.  Ajarkan cara melakukan
5. Warna kulit membaik. aktivitas yang dipilih.
(hal 149) (hal 145)

19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ANEMIA

A. Pengertian anemia kehamilan

Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal mengakibatkan
jumlah oksigen yang dihantarkan kejaringan tubuh berkurang (Brunner & Suddarth, 2013).
Center For Disease Control mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari
11g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kadar hemoglobin kurang dari 10,5g/dl pada
trimester kedua (Cunningham, Levono, Bloom, Hauth, Rouse & Spong, 2012). Menurut Robson
(2011) anemia defisiensi zat besi didefinisikan rendahnya konsentrasi feritin serum <30 ug/l dan
hemoglobin <11,0% g/dl pada trimester pertama, <10,5 g/dl di trimester kedua, dan 11,0% di
trimester ketiga. Pada pemeriksaan mikroskopik, sel darah merah terlihat mikrositik dan
hipokromik. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi atau
ketidak adekuatan absorbsi zat besi.

B. Etiologi

Penyebab anemia defisiensi zat besi pada kehamilan pada umumnya karena peningkatan
kebutuhan janin akan zat besi selama kehamilan. Kebutuhan ini hampir berlipat empat kali dari
2 mg/hari. Kekurangan cadangan zat besi merupakan penyebab lan dari anemia. Perlu dilakukan
pemeriksaan feritin untuk memastikan cadangan zat besi berkurang. Selain karena peningkatan
kebutuhan janin dan kekurangan zat besi anemia defisiensi zat besi juga bisa disebabkan oleh
ketidakpatuhan penggunaan obat, defisiensi hemlitik tambahan, infeksi penyerta, dan kehilangan
darah terus menerus (Sulvaian, Kean, Cryer, 2009). Berikut ini merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya anemia :

1. Asupan Fe yang tidak memadai


Secara rata-rata, wanita mengkonsumsi 6,5 µg zat besi perhari melalui diet makanan.
Ketidakcukupan Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber zat besi
(daging sapi, ayam, ikan, telur, dan lan-lain), tetapi dipengarui oleh variasi penyerapan
zat besi. Variasi ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti ibu hamil dan
menyusui sehingga meningkatkan kebutuhan zat besi bagi tubuh. Variasi penyerapan
zat besi dapat melalui tipe zat besi yang dikonsumsi. Vitamin C dan protein hewani

20
dalam daging sapi, ayam, ikan mengandung asam amino pengikat zat besi untuk
meningkatkan absorbsibzat besi. Makanan yang bukan daging seperti biji-bijian,
sayuran, buah, telur merupakan makanan yang tidak mudah diserap oleh tubuh.
Alkohol, asam laktat, dan kafein kurang mampu meningkatkan penyerapan zat besi
(Fatmah, 2007).

2. Peningkatan kebutuhan fisiologis


Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan zat besi
akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan zat besi bagi janin dal plasenta,
dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorpsi zat
besi ibu hamil. Beberapa studi menggambarkan pengaruh antara suplementasi zat besi
selama kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat
meningkatkan berat lahir bayi (Fatmah, 2007).
3. Malabsorpsi
Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak higienis dapt mengakibatkan
malabsorpsi. Insiden diare yang cukup tinggi, terjadi terutama pada kebanyakan negara
berkembang. Infestasi cacing, khususnya cacing tambang dan askaris menyebabkan
kehilangan besi dan malabsorpsi besi. Didaerah endemic malaria, serangan malaria yang
berulang dapat menimbulkan anemia karena defisiensi zat besi (Gibney, 2009).
4. Simpanan zat besi yang buruk
Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang asia memiliki jumlah yang tidak besar,
terbukti dari rendahnya hemosiderin dalam sumsum tulang dan rendahnya simpanan zat
besi didalam hati. Jika bayi dilahirkan dengan simpanan zat besi yang buruk, maka
defisiensi ini akan semakin parah pada bayi yang hanya mendapatkan ASI saja dalam
periode waktu yang lama (Gibney, 2009).
5. Kehilangan banyak darah
Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Wanita hamil juga mengalami
pendarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah ini
tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan zat besi dalam tubuh (Fatmah,
2007). Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27 ml setiap siklus menstruasi
selama 28 hari. Diduga 10% wanita kehilangan darah lebih dari 80 ml per bulan.

21
Benyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita tidak
mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi kedalam tubuh tidak
dapat menggantikan hilangnya zat besi saat menstruasi. Komplikasi kehamilan yang
mengarah pada perdarahan saat dan pasca persalinan dihubungkan juga dengan
peningkatan resiko anemia. Plasenta previa dan plasenta abrupsi beresiko terhadap
timbulnya anemia setelah melahirkan.
6. Ketidakcukupan gizi
Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi, khususnya negara berkembang
adalah konsumsi gizi yang tidak memadai. Banayak orang bergatung hanya pada
makanan nabati yang memiliki absorbsi zat besi yang buruk dan terdapat beberapa zat
dalam makanan tersebut yang mempengaruhi absorbsi besi (Gibney, 2009).
7. Hemoglobinopati
Pembentukan hemoglobin yang abnormal, seperti pada thalasemia dan anemia sel sabit
merupakan faktor non gizi yang penting (Gibney, 2009).
8. Obat dan faktor lannya
Keadaan inflamasi yang krons seperti arthritis, tumor, kehilangan darah melalui saluran
pencernaan akibat pemakainan obat seperti aspirin dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan terjadinya anema (Gibney, 2009).

C. Patofisiologi

Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkab konsentrasi sel darah
merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu rendah
yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Peningkatan volume darah dapat menyebabkan
penurunan hemoglobin dn pengenceran darah. Meningkatnya volume darah berarti meningkat
pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sebagai
kompensasi tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin. Ketidaskseimbangan plasma
darah dan eritrosit memuncak pada trimester kedua menyebabkan penurunan hemoglobin
ditandai dengan kekurangan zat besi. Pada kehamilan tahap selanjutnya, ekspansi plasma
dasarnya berhenti sementara massa hemoglobin terus meningkat. Pada trimester ketiga laju
peningkatan volume darah tidak begitu besar, kebutuhan akan zat besi terus meningkat karena

22
peningkatan masa hemoglobin ibu berlanjut dan zat besi banyak di salurkan ke janin
(Cunningham, Dkk, 2012).

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen dalam
darah. Volume sel darah merah total meningkata pada kehamilan, yang merefleksikan
peningkatan kebutuhan oksigen jann dan ibu. Sel darah merah dibentuk disumsum tulang
dan matuurasinya bergantung pada keberadaan zat besi, vitamin B12, dan asam folat yang
dapat diperoleh melalui makanan. Sel darah merah didaur ulang didalam hati dan limpa yang
dapat menghasilakan zat besi (Bothhamley & Boyle, 2011).

Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan enzim tertentu yang dibtuhkan
untuk fungsi jaringan, janin dan plasenta, dan untuk mengganti peningkatan kehilangan zat besi
harian. Kebutuhan zat besi janin meningkat pada empat minggu terakhir kehamilan. Kebutuan ini
akan terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan zat besi ibu. Karena cadangan zat besi neonatus
berkaitan dengan status zat besi ibu. Defisiensi zat besi tidak hanya mengganggu produksi sel
darah merah tetapi juga mempengaruhi fingsi selular yang berakibatkan terganggunya fungsi
muscular dan neorottransmiter, perubahan sel epitel dan fungsi gastrointestinal (Bothhamley &
Boyle, 2011).

Wanita memiliki 2,3g zat besi total yang sebagian besar ditemukan di dalam sel darah merah
sebagai hemoglobin. Zat esi total ditentukan oleh asupan , pengeluaran dan penyimpanan
mineral. (Ribson, 2011).

23
D. Respon tubuh

24
Tanda dan gejala anemia jarang muncul pada ibu haml yang mengalami anemia ringan
sampai sedang. Keadaan ini sulit dibedakan karena mirip dengan rasa ketidaknyamanan pada
saat kehamilan. Perlu dilakukan pemeriksaan darh lengkap untuk mengetahui ibu hamil
menderita anemia (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011). Tanda dan gejala anemia akan
ditemukan dengan jelas apabila kadar Hb ibu hamil kurang dari 7 g/dl (Iriano, 2014). Berikut ini
gambaran klinis anemia pada kehamilan :

1. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat, nyeri dada


2. Sistem syaraf : kepala pusing, sakit kepala, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas, vertigo insomnia, ketidakmampuan
berksentrasi, keseimbangan buruk, gelisah.
3. Epitel : pucat pada kulit dan mukosa, perubahan epitel kuku, kuku mudah patah,
berbentuk sendok, elastis kulit menurun, lidah licin dan mengkilap karena papila lidah
menghilang, lidah pucat, peradangan pada suhu bibir.
4. Sistem pernapasan : napas pendek pada istirahat dan aktifitas, sesak nafas, dispnea.
5. Sistem pencernaan : mual dan muntah, nafsu makan menurun, konstipasi, nyeri menelan.
6. Sistem musculoskeletal : kelemahann otot, keram, gangguan fungsi otot, lemah lesu.

E. Pengaruh Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan

Anemia dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kehamilan. Anemia defisiensi zat besi
menyebabkan ibu hamil sanagt rentan terhadap infeksi, Akibat kehilangan darah saat atau
setelah kehamilan. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat beresiko mengalami gagal
jantung. Kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 kesemua organ
tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah (Reeder, Martin, Koniak-
Griffin, 2011).

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi mulai dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya ganggguan. Menurut Irianto (2014) dampak anemia bagi keberlangsungan kehamilan
adalah terjadinya abortus, partus immature, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini.
Dampak anemia pada masa persalinan menyebabkan terjadinya pendarahan intranatal, menegdan
lemah, terjadinya shok dapat menyebabkan ganggan his primer (Mansjoer dll, 2008).

25
Ibu yang menderita anemia berat dapat membatasi jumlah oksigen yang tersedia bagi janin.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan, seperti resiko terjadi aborsi, janin lahir premature, dan
berat badan bayi lahir rendah (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011). Menurut Irianto (2014)
anemia defisiensi zat besi dapat menyebabkan volume cairan anion janin sedikit, cadangan zat
besi janin rendah dan dapat menyebabkan rendahnya daya tahan terhadap infeksi, stress, dan
dapat menyebabkan produksi asi sedikit (Irianto, 2014).

F. Faktor – Faktor Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil


Berikut ini faktor yang dapat mempengaruhi anemia pada ibu hamil :
1. Umur ibu
Umur ibu terlalu tua atau terlalu muda dapat menyebabkan risiko terjadinya komplikasi
kehamilan. Rentang usia umur kurang dari 20 tahun da lebih dari 35 tahun merupakan
kehamilan yang beresiko. Rentang usia tersebut berkaitan dengan keadaan biologis dan
psikologis ibu hamil. Umur ibu di bawah 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena
perkembangan alat reproduksi belum maksimal. Kehamilan pada umur 35 tahun
berkaitan dengan daya tahn ubuh yang kurang sehingga muda terkena infeksi (Manusbs,
2007).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup maupun mati.
Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada
kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan nutrisi (Manusbs, 2007).
3. Jarak kehamilan
Setiap kehamilan dapat menyebabkan kadar zat besi berkurang. Setiap kehamilan
dibutuhkan waktu dua tahun untuk mengembalikan cadangan zat besi ketingkat normal.
Maka sebaiknya jarak kehamilan terakhir dengan kehamilan sekarang sebaiknya sekitar
dua tahun. Semakin pendek jarak kehamilan maka akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi selama kehamilan seperti anemia (Manusbs, 2007).
4. Status ekonomi
Perilaku seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi.
Ekonomi yang rendah berhubungan status gizi ibu hamil akibat ketidakcukupan bahan
makanan yang diperlukan ibu hamil.

26
5. Status nutrisi yang buruk
Ibu yang kekurangan asupan nutrisi yang mengandung zay besi, apabila asupan nutrisi
ibu kurang dapat menyebabkan bermacam komplikasi kehamilan (Reeder, Martin,
Koniak-Griffin, 2011).
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatn menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita
mesyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak dijumpai didaerah pedesaan dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah
(Manusbs, 2007).

G. Penatalaksanaan

Menurut Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011 wanita hamil yang mengalami anemia
defisiensi zat besi membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkolaborasi
dengan tim kesehatan lainyya. Pengkajian menyeluruh termasuk riwayat nutrisi sangatlah
penting. Unsur paling penting dalam asuhan keperawatan adalah penyuluhan kepada klien,
konseling nutrisi, dan kemungkinan rujukan untuk mengikuti program makanan tambahan.

Berikut ini penatalaksanaan keperawatan anemia :


1) Ibu hamil melakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar hemoglobin,
hematokrit, feritinin serum, dan sel darah merah.
2) Mengkaji riwayat diet dilakukan komprehensif untuk mengevaluasi status nutrisi umum
wanita hamil dan jumlah zat besi yang tersedia lewat sumber-sumber nutrisi. Perawat
harus memberikan petunjuk mengenai sumber-sumber nutrisi yang mengandung zat besi.
Sumber-sumber makanan seperti sereal, hati, buah bit, kismis, sayuran yang berwarna
hujau, daging merah, telur, kacang polong, buah-buahan kering, dan gandum utuh.
Idealnya 1000 gram zat besi tambahan yang dimasukkan kedalam diet. Klien disarankan
untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C karena diperlukan untuk
penyerapan zat besi yang optimal, seperti buah dan sayuran berdaun hijau gelap.
3) Kolaborasi dalam pembeian zat besi oral

27
Pemberian zat besi per oral untuk mencegah dan mengatasi defisiensi zat besi. Rata-rata
3 sampai 5 mg/hari zat besi yang dibutuhkan untuk memasok kebutuhan zat besi wanita
dan janin. Senyawa yang paling banyak adalah serum sulfat (200-3--) obat obatan ini
dapat dikonsumsi setelah makan untuk mengurangi efek samping yang menyusahkan,
dapat diatasi dengan mengonsumsi pelunak feses dan meningkatkan serat serta cairan
dalam diet.

H. Pemeriksaan Penunjang

Perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada ibu hamil dengan anemia . berikut ini nilai
hitung darah pada ibu hamil dengan anemia defisiensi zat besi menurut Hollingworth tahun
2011.

Tabel 2.1 nilai normao pemeriksaan darah

Karakteristik Perhitungan Rentang Normal Adb


Hemoglobin Metode sahli 11-15 <11
(g/dl)
Mean corpucular PVC/Eri 75-96 <75
volume
Mean corpucular Hb/Eri 27-33 <27
Hb(pg)
Apus darah Hb/PVC 32-35 <32
perifer
Besi serum Gambaran Gambaran
(ug/dl) normositik mikrositik
normokromik hipokromik
Total ron binding 60-120 <60
capacity (TIBC,
ug/dl)
Saturasi trasferin 300-400 <15>300%
Feritinin serum 13-27 <12
(mcg/dl)

28
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengakajian
Menurut Reeder, Martin, Koniak-Griffin (2011) dan Handayani & Harbowo (2012) hal
yang harus dikaji pada ibu hamil adalah
a) Identitas klien dan keluarga meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, suku, staus
perkawinan, alamat
b) Keluhan utama meliputi : keluhan yang dirasakan seperti lesu, lemah, lelah, sakit
kepala pusing
c) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Lesu, lemah, lelah, sakit kepala, pusing, edema
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang dapat memperburuk kehamilan seperti DM, TBC,
hipertensi, komplikasi kehamilan atau kelainan kongenital, kanker, penyakit
ginjal, dan gangguan psikatri, komplikasi persalinan, komplikasi kehamilan dan
komplikasi neonatus sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Status kesehatan orang tua dan saudara yang menderita penyakit diabetes
mellitus, tuberculosis, hipertensi, jantung-paru, komplikasi kehamilan atau
kelainan kongenital, anker, penyakit ginjal dan gangguan psikiatri.
d) Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan yang lalu (tangal/tahun, tempat persalinan, cara persalinan,
PB/BB, nfas, kedaan anak sekarang, penyulit kehamilan dan persalinan, penyakit
pada kehamilan dahulu).
Riwayat menstruasi (pertama haid, siklus, banyak, warna).
e) Pola aktifitas
1. Aktifitas dan istirahat: keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk bekerja,
kesulitan tidur
2. Pola makanan/ cairan

29
Penurunan masukan diet, nyeri mulut, sulit menelan, mual muntah, anoreksia,
dan penurunan berat badan, kesulitan menelan,
lidan lidan pucat, mukosa kering dan pucat, turgor kulit burk, bibir pecah-pecah.
3. Pola eliminasi
Frekuensi BAB dan BAK, konsistensi, warna, apakah ada gangguan saat BAB
dan BAK seperti nyeri.
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum meliputi TTV, BB, TB, LILA, IMT dan postur tubuh
2. Muka : konjungtiva pucat, wajah pucat
3. Lidah : pucat
4. Pernapasan
Pernapasan pendek atau kesulitan pernapasan (dispnea), RR meningkat,
pernapasan lebih dalam
5. Gastrointestinal
Konstipasi, nyeri ulu hati, mual, nafsu makan menurun, gusi berdarah, hemoroid
6. Sistem kardiovaskuler
Dada berdebar-debar, penurunan tekanan dara, bradikardi, ketidakteraturan irama
jantung
7. Sistem syaraf
Kepala pusing, sakit kepala, mata berkunang-kunang, vertigo, ketidakmampuan
berkonsentrasi, gelisah
8. Sistem perkemihan
Jumlah urine meningkat, sering berkemih, apakah ada gangguan saat berkemih
9. Seksualitas
Rabas pada vagina, serviks dan dinding vagina pucat
10. Payudara
Membesar,terasa keras, ketegangan, kesemutan, puting menonjol, kondisi areola
menghitam, bagaimana laju asi
11. Integumen : terdapat striae gravidarum, kloesma, kulit pucat
12. Ekstremitas : terdapat varises pada kaki, edema pada tungkai, kelemahan pada
otot, kuku berbentuk sendok, rapuh dan tertekan.

30
g) Data psikologis
Peran yang adekuat, ketakutan dan kecemasan, gelisah, respon buruk terhadap
kehamilan, pengetahuan tentang efek psikososial, perbahan suasana hati.
h) Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap dibawah nilai normal (Hb, Ht, Ttrombosit, dan sel
darah merah)
2. Feritinin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi
3. Masa perdarahan memanjang
4. Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk

2. Diagnosis
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. (hal 56)
b. Risiko Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen. (hal 118)
c. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer. (hal
304)
d. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakbugaran status fisik. (hal 135)

3. Intervensi

No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi


intervensi keperawatan  Identifikasi status nutrisi.
selama 8 jam, maka  Identifikasi kebutuhan
Status Nutrisi kalori dan jenis nutrien.
membaik, dengan  Monitor asupan makanan.
kriteria hasil:  Monitor berat badan.
6. Porsi makanan  Fasilitasi menentukan
yang dihabiskan pedoman diet.
meningkat.
 Berikan makanan tinggi

31
7. Nyeri abdomen serat, tinggi protein.
menurun.  Kolaborasi pemberian
8. Berat badan medikasi sebelum makan.
membaik.  Kolaborasi dengan ahli gizi
9. Indeks Massa untuk menentukan jumlah
Tubuh (IMT) kalori dan jenis nutrien.
membaik. (hal 200)
10. Bising usus
membaik.
(hal 121)

2. Risiko Konstipasi Setelah dilakukan 1. Pencegahan Konstipasi


intervensi keperawatan  Identifikasi faktor risiko
selama 8 jam, maka konstipasi.
Eliminasi Fekal  Monitor tanda dan gejala
membaik dengan konstipasi.
kriteria hasil:  Identifikasi status kognitif
1. Kontrol untuk mengkomunikasi
pengeluaran feses kebutuhan.
meningkat.  Jadwalkan rutinitas BAK.
2. Keluhan defekasi  Anjurkan berjalan selama
lama dan sulit 15-20 menit selama 1-2
menurun. kali/hari.
3. Mengejan saat  Kolaborasi dengan ahli gizi,
defekasi menurun. jika perlu.
4. Konsistensi feses (hal 281)
membaik.
5. Peristaltik usus
membaik.
(hal 23)

3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Pencegahan Infeksi


intervensi keperawatan  Monitor tanda dan gejala

32
selama 8 jam, maka infeksi local dan siskemik.
Tingkat Infeksi  Batasi jumlah pengunjung.
menurun dengan  Berikan perawatan kulit
kriteria hasil: pada edema.
1. Kebersihan tangan  Cuci tangan sebelum dan
meningkat. sesudah kontak dengan
2. Demam menurun. pasien dan lingkungan
3. Kemerahan pasien.
menurun.  Pertahankan Teknik aseptic
4. Nyeri menurun. pada pasien berisiko tinggi.
5. Kadar seldarah  Jelaskan tanda dan gejala
putih membaik. infeksi.
(hal 139)  Ajarkan cara cuci tangan
dengan benar.
 Kolaborasi pemberian
imunisasi.
(hal 278)

4. Risiko Intoleransi Setelah dilakukan 1. Terapi Aktivitas


Aktivitas intervensi keperawatan  Identifikasi defisit tingkat
selama 8 jam, maka aktivitas.
Toleransi Aktivitas  Monitor respons emosional,
meningkat, dengan fisik, sosial, dan spiritual
kriteria hasil: terhadap aktivitas.
6. Keluhan Lelah  Fasilitasi makna aktivitas
menurun. yang dipilih.
7. Dispnea saat  Fasilitasi aktivitas fisik
aktivitas menurun. rutin.
8. Dispnea setelah  Libatkan keluarga dalam
beraktivitas aktivitas, jika perlu.
menurun.  Ajarkan cara melakukan
9. Frekuensi nadi

33
membaik. aktivitas yang dipilih.
10. Warna kulit (hal 145)
membaik.
(hal 149)

34
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia muda pada umur
kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester ke dua, begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang
sedang hamil dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam
urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya namun karena adanya
ketidak normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada kehamilannya
jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada saat ibu hamil akan
mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan perkembangan janin terganggu.
Sedangkan anemia pada ibu hamil disebabkan karena kekurangan zat besi. Menurut
manuaba (2007) anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun nifas dan masa selanjutnya. Kejadian anemia pada ibu hamil
harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat menyebabkan Resiko kematian ibu, angka
prematuritas, BBLR, dan angka kematian bayi.untuk mengetahui kejadian anemia pada
kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hami, yaitu cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, anoreksia, konsentrasi hilang, nafas
pendek, dan keluhan mual dan muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ana Ratnawati. 2018. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Penerbit Baru Press.

Atin Karjatin. 2016. Keperawatan Maternitas. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI.

Bothamley & Boyle. 2011. Patofisiologi kebidanan. Jakarta : EGC.

IRIANTO, K. 2014. Gizi seimbang dalam kesehatan reproduksi. Bandung : Alfabeta.


Jakarta : EGC.

Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi,


keluarga vulome 1. Jakarta : EGC.

Tim Prokja PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

Tim Prokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

Tim Prokja PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

36

Anda mungkin juga menyukai