Anda di halaman 1dari 51

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA

Oleh:

Melia Engla Putri

183110260

2.C

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Hj.Elvia Metti,M.Kep,Sp.Kep.Mat

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta nikmat-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan
Pendahuluan Mola Hidatidosa” ini tepat pada waktunya, shalawat beriringan salam
kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari zaman kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti yang
kita rasakan pada saat sekarang ini. Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini
Demikian pengantar dari penulis, harapan saya agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan diterima sebagai perwujudan dalam dunia
kesehatan. Dan juga dapat digunakan sebagaimana semestinya, semoga kita semua
mendapat faedah serta diterangi hatinya dalam setiap menuntun ilmu yang berguna
baik di dunia maupun di akhirat.

Padang,6 April 2020

(Melia Engla Putri)


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………...

Daftar Isi …………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………….….
B. Tujuan …………………………………………………….….…….

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Mola Haditodosa ………………………………………..


B. Etiologi Mola Haditodosa ………………………………………..
C. Patofisiologi Mola Haditodosa ……………………………….
D. Penatalaksanaan Mola Haditodosa ………………………………..
E. Komplikasi Mola Haditodosa ………………………………………..

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MOLA HADITODOSA

A. Pengkajian…………………………………………………………..
a. Identitas klien……………………………………………….
b. Riwayat Kesehtan…………………………………………..
c. Pemeriksaan Fisik…………………………………………...
d. Pemeriksaan penunjang……………………………………
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………….
C. Intervensi Keperawatan……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita
yang meninggal dari suatu penyebabkematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penyebab lainnya (Kemenkes RI,2016). Kematian ibu terbanyak di sebabkan
oleh perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus (Prawirohardjo,2014).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis
langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villi-villi
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-kadang
berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan
biasa.

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan
ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
B. Tujuan

a. Tujuan Umum
1. Mengetahui secara Teoritis mengenai kehamilan mola hidatidos
dan asuhan keperawatan teoritis yang akan dilakukan pada ibu
hamil dengan mola haditidosa
2. Mengetahui mengenai masalah yang dialami ibu dengan Mola
hidatidosa
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan
3. Mampu melakukan intervensi keperawatan
4. Mampu melakukan tindakan implementsi keperawatan
5. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan

D. Manfaat

Agar kita dapat mengetahui dan memahami secara teoritis apa itu kehamilan Mola
Hidatidosa Sertamasalah yang dialami ibu dan juga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang ccok sesuai dengan kasus mola hidatidosa.
BAB II

KONSEP TEORITIS

A. Definisi

Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak
(benigna). (Mochtar, 2005)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis
langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villi-villi
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-kadang
berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan
biasa.

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan
ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Sedangkan menurut prawirohardjo, 2007 yang dimaksud dengan mola hidatidosa
ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian
disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian
dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.
B. Etiologi
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah
pembengkakan pada vili (degenerasi pada hidrofik) dan poliferasi trofoblas.
Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain:
1. Pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan
proliferasi trofoblast
2. Faktor ovum: ovum patologik sehingga mati dan terlambat dikeluarkan
3. Imunoselektif dari trofoblas
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
5. Paritas tinggi
6. Kekurangan protein
7. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

C. Patofisiologi

Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan


kista-kista seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan
bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh
dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya
bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola
parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan
adanya sel sinsisial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein
akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa
sembuh.(Mochtar, 2005)

Sedangkan menurut Purwaningsih, 2010.Patofisiologi mola hidatidosa yaitu


ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer
kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2 buah sel. Masing-
masing sel membelah lagi menjadi 4, 8, 16, 32, dan seterusnya hingga membentuk
kelompok sel yang disebut morula. Morula bergerak ke cavum uteri kurang lebih
3 hari dan didalam morula terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2
jenis yaitu trofoblas (sel yang berada disebelah luar yang merupakan dinding sel
telur) sel kedua yaitu bintik benih atau nodus embrionale (sel yang terdapat
disebelah dalam yang akan membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya
mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau
pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya
pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang
berproliferasi ringan kadang keras sehingga saat proliferasi keras uterus menjadi
semakin besar. Selain itu trofoblas juga mengeluarkan hormone HCG yang akan
mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa tidak jarang terjadi
perdarahan pervaginam, ini juga dikarenakan proliferasi trofoblas yang
berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang disertai gelembung vilus yang dapat
memastikan diagnose molahidatidosa yang terdapat disebelah dalam yang akan
membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena
adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik
dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak
terjadi.
Trofoblas kadang berproliferasi ringan kadang keras sehingga saat
proliferasi keras uterus menjadi semakin besar. Selain itu trofoblas juga
mengeluarkan hormone HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah.
Pada mola hidatidosa tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam, ini juga
dikarenakan proliferasi trofoblas yang berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang
disertai gelembung vilus yang dapat memastikan diagnose mola hidatidosa.
D. Penatalaksanaan

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu:


a. Perbaikan keadaan umum
Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr % atau kurang)
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati
sesuai dengan protokol penanganan di bagian obstetrik dan
ginekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian
penyakit dalam

b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi


1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa:

a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan


darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila
jaringan mola sudah keluar spontan.
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang
infuse dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose
5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :


a) Umur ibu 35 tahun atau lebih.
b) Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
c. Pemeriksaan tindak lanjut
Menurut Sujiyatini, 2009 pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa
meliputi :
1) Lama pengawasan 1-2 tahun.
2) Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan
setiap kali pasien datang untuk kontrol.

3) Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai


ditemukan kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut.
4) Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut.
5) Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan
fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka
pasien tersebut dapat berhenti menggunakan kontraasepsi dan dapat
hamil kembali.
6) Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat
dan pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda
metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi.

E. Komplikasi

Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi


d. Perdarahan hebat.
e. Anemia.
f. Syok hipovolemik.
g. Infeksi sekunder.
h. Perforasi uterus.
i. Keganasan (PTG).
F. WOC
MOLA HADIPOSA
MOLA HADIPOSA

Kematian ovum Mengalami keterlambatan 1. Faktor ovum


didalam tubuh dalam pengeluaran 2. Akibat infeksi
3. Paritas tinggi
4. Keadaan sosial
Mengalami degenerasi Jangot-jangot korion yang ekonomi yang
tumbuh berganda dan rendah
Kista-kista kecil mengandung cairan 5. Defisiensi protein
6. Perdarahan
seperti anggur
pervagina berulang

Mola hidatidosa Tindakan invasif Curratage

Tindakan pembedahan Pengaruh anastesi


histerektomi

Motalitas usus
Hipovolemia

Terputusnya Perdarahan Distensi abdomen


jaringan saraf
Penurunan TD: anemis Mual/muntah
Nyeri luka operasi
Nafsu makan
Kurangnya suplai menurun
Nyeri akut
darah ke otak dan
suplai nutrisi ke Defisit Nutrisi

Adanya luka operasi, jaringan


kurang pengetahuan Pusing dan
perawatan luka kelemahan fisik

Invasi Intoleran aktivitas


mikroorganisme

Risiko infeksi
Kista Ovarium
PATHWAY KISTA OVARIUM

Ketidakseimbangan
Degenerasi ovarium Infeksi ovarium
hormon FSH dan LH

Cistoma Ovari Histeroktomi

Kurang informasi Pembesaran Ovarium Coverektomi, kistektomi

Kurang pengetahuan Rupture ovarium

MK: Ansietas MK: Resiko perdarahan

Komplikasi peritonitis MK: Perfusi Jaringan Perifer Tidak


Efektif

Peritonitis Metabolisme menurun Luka Operasi

MK: Resiko perdarahan Hipolisis -> asam laktat Diskontinuitas Jaringan


->kelebihan

Gangguan Metabolisme

MK: Defisit Perawatan Diri Port D’entri

MK: Nyeri Akut MK: Resiko Infeksi


BAB III

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dengan pasien kasus abortus meliputi :


1) Identitas klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, pendidikan,
suku bangsa, pekerjaan, agama dan alamat rumah, nomor registrasi,
tanggal masuk rumah sakit.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, mur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama :kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan
utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah
atau jaringan, rasa nyeri atau keram pada perut.
b) Riwayat kesehatan dahulu : mencakupriwayat abortus yang pernah
dialami ibu selama hamil dan penyakit yang pernah diderita pada masa
lalu seperti DM, TBC, Hipertensi dll.
c) Riwayat kesehatan keluarga : mengkaji adalah anggota keluarga yang
menderita penyakit keturunan seperti TBC, DM, Hipertensi.
d) Riwayat haid : mengkaji siklus haid, warna, dan bau.
e) Riwayat obstetri :riwayat kehamilan sebelumnya
f) Riwayat persalinan : mengkaji tanggal persalinan, masalah selama
hamil.
g) Riwayat KB : meliputi kontrasepsi,jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan , rencana kontrasepsi yang nanti akan digunakan.
h) Riwayat perkawinan
4)Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : biasanya ibu yang mengalami perdarahan keadaan


umumnya rendah
b) TD : tekanan darah normal : 120/80 mmHg / <120/90 mmHg
c) Nadi : nadi normal 40-70x/menit dan jika terjadi syok hipovolemik
denyut nadi meningkat.
d) Nafas : pernafasan normal 20-30x/menit
e) Suhu : normal (36-37,5 C) tapi jika ibu mengalami infeksi setelah
abori maka suhu badan meningkat.
f) BB : peningkatan BB lebih dari 0,5 kg/minggu.

1. Inspeksi

a) Kepala : biasanya tidak ada kelainan


b) Wajah : biasanya ditemukan cloasma gravidarum, kaji apakah wajah
tampak pucat dan ada atau tidaknya edema.
c) Mata : biasanya yang pelu dikaji pada bagian mata adalah
simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, selera ikhterik/tidak.
d) Hidung : biasanya ibuhamil tidak ada kelainan.
e) Mulut :biasanya pada yang perlu dikaji pada bagian bibr adalah bibir
kering/tidak, lidah kotor/tidak, ada caries/tidak, stomatitis/tidak, bibir
pucat/tidak. Akan ditemukan mukosa bibir lembab.
f) Leher : biasanya tidak ada kelainan
g) Thorax :
Paru – paru : Biasanya tidak ada kelainan
Jantung : Biasanya tidak ada kelainan
h) Payudara : biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat
dan lebih keras, puting menonjoldan areola menghitam dan membesar
dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluuh darah
menjadi lebih terlihat.
i) Abdomen : pada ibu hamil akan ditemukan umbilkus menonjol keluar,
dan membentuk suatu area gelap di dinding abdomen, serta
akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu tampak perut
membesar.
j) Ekstremitas : Biasanya tidak ada kelainan

2) Auskultasi : pada minggu ke 7 denyut jantung janin dapat didteksi dengan


sonografi waktu nyata.

3) Perkusi : reflek patela

4) Pemeriksaan dalam :

a) Vagina : kaji cairan yang keluar, luka dan darah


b) Serviks : lihat apa ada cairan yang keluar, luka/lesi, kelunakan,
posisi dan tertutup atau terbuka.
c) Posisi uterus : kaji apakah posisinya anteversi atau retoversi

5) Pemeriksaan Penunjang

Reeder dkk (2011), merupakan pemeriksaan penunjang pada pasien abortus yang
dapat dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan kehamilan (serum atau urine) untuk mengonfirmasi


kehamilan
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin (normal, perempuan : 12-16 g/dl, laki-
laki 14-16 g/dl) atau hematoktrit (normal 37-43 %) untuk mengetahui
ada tidaknya anemia.
c) Pemeriksaan golongan darah dan faktor Rh (wanita Rh negatif
menerima imun globulin Rh belum mengalami sensitisasi)
d) Uji tapis untuk penyakit menular seksual : kultur atau immunoassay
gonorea dan chlamydia, Sifilis (VDRL,STS), HIV, Virus Hepatitis B.
3. Data Sosial Ekonomi
4. Data Psikologi

Biasanya akan mengalami depresi, merasa tertekan, ragu-ragu dalam mengambil


keputusan , dan merasa tidak kuasa memutuskan (tidak berhak memilih). Gejala
ditandai dengan merasa harga diri rendah, malu, insomnia disertai dengan mimpi
buruk, adanya sikap permusuhan dan pengarahan kesalahan pria, sering menjerit,
berputus asa, dan disertai adanyanusaha untuk bunuh diri. (Puspita & Maryuni, 2013)
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1) Hipovolemia b/d Perdarahan
2) Nyeri akut b/d faktor pencedera fisik
3) Resiko Infeksi b/d fek prosedur invasif
4) Defisit Nutrisi b/d faktor psikologis
5) Intoleran Aktifitas b/d kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia


b/d intervensi keperawatan Observasi:
Kehilangan selama ........maka statu 1. Periksa tanda dan gejala
cairan aktif cairan membaik, dengan hipovolemia
kriteria hasil : 2. Monitor intake dan
1. Turgor kulit output cairan
meningkat Terapeutik :
2. Output urine 1. Hitung kebutuhan cairan
meningkat 2. Berikan asupan cairan oral
3. Kekuatan nadi Edukasi :
meningkat 1. Anjurkan memperbanyak
4. Frekuensi nadi cairan oral
membaik Kolaborasi :
5. Tekanan darah 2. Kolaborasi pemeberian
membaik cairan intravena (cairan
6. Tekanan nadi isotonis, hipotonis, dan
membaik koloid)
7. Membrane mukosa 3. Kolaborasi pemberian
membaik produk darah
8. Kadar hematokrit Manajemen syok
membaik hipovolemik
9. Status mental Observasi :
membaik 1. Monitor status cairan
10. Suhu tubuh 2. Monitor status
membaik kardiopulmonal
11. Keluhan haus 3. Monitor status oksigenasi
menurun 4. Periksa tingkat kesadaran
12. Mata cekung Terapeutik :
membaik 1. Pertahankan jalan nafas
13. Berat badan 2. Berikan oksigen
membaik 3. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemeberian
cairan infus kristaloid 20
ml/kg/bb

2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :


faktor pencedera keperawatan selama 3x24 Observasi:
fisik jam diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi lokasi,
membaik dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Tingkat Nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons
menurun (skala 5) nyeri non verbal
3. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
(skala 5) memerberat dan
4. Sikap protektif memperingan nyeri
menurun (skala 5) Terapeutik
5. Gelisah menurun 1. Berikan teknik
(skala 5) nonfarmakologis untuk
6. Kesulitan tidur mengurangi ras nyeri
menurun (skala 5) 2. Kontrol lingkungan
7. Frekuensi nadi yang memperberat rasa
membaik (skala 5) nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi :
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan resiko 1. Monitor tanda dan
infeksi membaik dengan gejala infeksi lokal dan
kriteria hasil: sistemik
Tingkat infeksi: Terapeutik
1. Demam menurun 1. Batasi jumlah
(skala 5) pengunjung
2. Kemerahan 2. Cuci tangan sebelum
menurun (skala 5) dan sesudah kontak
3. Nyeri menurun dengan pasien dan
(skala 5) lingkungan pasien
4. Bengkak menurun 3. Pertahankan teknik
(skala 5) aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi
b/d faktor intervensi keperawatan Observasi
psikologis selama ........maka Status 1. Identifikasi status nutisi
nutrisi membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
miningkat 4. Identifikasi kebutuhan
2. Sariawan menurun kalori dan jenis nutrien
3. Rambut rintok 5. Identifikasi perlunya
menurun penggunaan NGT
4. Diare menurun 6. Monitor asupan
5. Berat badan makanan
membaik 7. Monitor berat badan
6. Indeks masa tubuh 8. Monitor hasil
(IMT) membaik pemeriksaan
7. Nafsu makan labpratorium
membaik Kolaborasi
8. Bising usus 1. Kolaborasi dengan ahli
membaik gizi,jika diperlukan.
9. Membran mukosa
membaik
5 Intoleran Setelah dilakukan Manajemen Energi
Aktifitas b/d intervensi keperawatan Observasi
kelemahan selama ........maka Status 1. Identifikasi gangguan
aktifitas meningkat dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil: mengakibatkan
kelelahan
1. Saturasi oksigen
2. Monitor kelelahan fisik
meningkat
dan emosional
2. Kemudahan dalam
3. Monitor pola dan jam
melakukan
tidur
aktivitas sehari-
4. Monitor lokasi dan
hari meningkat
ketidaknyamanan
3. Kecepatan berjalan
selama melakukan
meningkat
4. Jarak berjalan aktivitas
meningkat Terapeutik
5. Kekuatan tubuh 1. Sediakan lingkungan
bagian atas nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis. cahaya,
6. Kekuatan tubuh suara, kunjungan)
bagian bawah 2. Lakukan latihan rentang
meningkat gerak pasin dan/atau aktif
7. Toleransi dalam 3. Berikan aktivitas distraksi
menaiki tangga yang menenangkan
meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi
8. Keluhan lelah tempat tidur, jika tidak
9. Dipsnea saat dapat berpindah atau
aktivitas menurun berjalan
10. Dipsnea setelah Edukasi
aktivitas menurun 1. Anjurkan tirah baring
11. Perasaan lemah 2. Anjurkan melakukkan
menurun aktivitas secara bertahap
12. Aritmia saat 3. Anjurkan menghubungi
beraktivitas perawat jika tanda dan
menurun gejala kelelahan tidak
13. Aritmia setelah berkurang
beraktivitas 4. Ajarkan strategi koping
menurun untuk mengurangi
14. Sianosis menurun kelelahan
15. Warna kulit Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi dengan ahli
16. Tekanan darah gizi tentang cara
membaik meningkatkan asupan
17. Frekuensi napas makanan
membaik Terapi Aktivitas
18. EKG Iskemia Observasi
membaik 1. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
2. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
5. Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada
kemampuan, buka
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
4. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
5. Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
8. mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
9. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
10. Fasilitasi ativitas
pengganti saat
mengalami keterbatasan
waktu, energi, atau
gerak
11. Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
12. Tingkatan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
13. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
14. Fasilitasi aktivitas
dengan komonen
memori implisit dan
emosional (mis.
kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia
15. Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
16. Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi
dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
(mis. vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permainan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri,
dan
17. teka-teki dan kartu)
18. Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
19. Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan penguatan
diri
20. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
21. Jadwalkan aktvitas
dalam rutinitas sehari-
hari
22. Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari,
2. jika perlu
3. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
4. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
5. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
6. Anjutkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
7. Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
9. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn obstetri dan ginekologi. Jakarta : Nuha Medika
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika

Perry&Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Redder dkk. 2014. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga
volume 1. Edisi 18. Yati Afiyanti, et, all, Penerjemah. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12.
Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawaan


Indonesia.Jakarta.DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta.


DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta.


DPP PPNI
COVER BUKU
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM

Oleh:

Melia Engla Putri

183110260

2.C

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Hj.Elvia Metti,M.Kep,Sp.Kep.Mat

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2020
FORMAT PENGKAJIAN GYNEKOLOGI-ONKLOGI

1. Identitas klien
Nama : Nn.F
Umur : 21 tahun
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Padang Sorai RT 1 RW 9

2. Orang Tua
Nama :Ny.H
Umur :53 tahun
Pendidikan :SMA
Suku bangsa :Indonesia
Agama :Islam
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat rumah :Padang Sorai RT 1 RW 9

3. Diagnosa dan informasi kesehatan yang penting waktu masuk


Tanggal Masuk :2 Desember 2019
No MR :100 72 12 00
Ruang rawat :Ruang III(kebidanan)
Diagnosa medik :Kista Ovarium
Yang merujuk :Datang Sendiri
Tanggal pengkajian:3 Desember 2019
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama masuk :Nyeri di ari ari,pusing,sakit di area
vagina.
b) Keluhan saat ini :Sakit kepala dan nyeri di bagian
abdomen.
b. Riwayat kesehatan dahulu ;pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga :pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.
d. Riwayat haid/status ginekologi
a) Menarche :12 Tahun
b) Sikulus :Teratur
c) Banyak :2-3 Kali Ganti Pembalut
d) Warna :Merah Segar
e) Bau :Anyir Darah
f) Dismenorhea :Sakit Saat Hlangan
g) Keluhan lain :Tidak Ada

5. Data psikologis
Saat ini klien tampak pucat dan lemas dan juga lebih banyak diam.
6. Data spiritual
Klien berdoa untuk kesembuhan penyakitnya
7. Data sosial ekonomi
Saat ini klien bekerja sebagai pegawai di salah satu toko
8. Aktivitas sehari hari sebelum sakit dan perbandingan selama dirawat
a. Aktifitas
Saat dirumah sakit aktifitas di bantu petugas dan keluarga,saat sehat
aktifitas dilakukan secara mandiri.
b. Aktifitas makan dan minum
Saat dirumah sakit klien mendapatkan makanan TKTP
c. Pola istirahat dan tidur
Saat dirumah sakit tidur pasien tidak teratur,pola tidur malm +- 5 jam
dan terjaga saat malam hari.
d. Pola eliminsi urin dn defekasi
Saat sakit pasien menggunakan kateter

9. Pemeriksaan fisik(3 desember 2019)


a. Keadaan umum
a) Tekanan darah :107/67mmHg
b) suhu :36,6 derajat celcius
c) nadi :72x/menit
d) Pernafasan :2x/menit
b. Kepala dan rambut :bersih tidak ada ktombe,tidak rontok
c. Telinga :bersih tidak ada cairan yang keluar
d. Wajah
a) Mata :konjungtiva anemis,skelera tidak ikterik
b) Hidung :bersih,tidak ada pembengkakan
c) Mulut dan gigi :bersih
e. Leher :tidak ada pembengkakan kelenjar getah
bening
f. Abdomen :terdapat nyeri,terdapat luka bekas
operasi
g. Payudara :sakit pada saat halangan
h. Ekstremitas :tidak ada edema,akral teraba hangat
i. Genitalia
a) Kebersihan :tidak dilakukan pemeriksan
b) Pengeluaran pervaginam :tidak ada pengeluaran
pervaginam
FORMAT PENGKAJIAN LANJUTAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Klien :Nn.F

No MR :100 12 72 00

No Data Subjektif No Data Objektif

1 Pasien mengatakan nyeri ari ari 1 Klien tampak pucat dan lemas

2 Pasien mengatakan kepala pusing 2 Kedaan umum


dan sakit
a. Tekanan darah:
b. Suhu:36,6derajat celcius
c. Nadi:72x/menit
d. Pernafasan:22x/menit
3 Pasien mengatakan nyeri di bagian 3 Tampak luka bekas operasi pada
abdomen abdomen pasien

4 Pasien mengatakan nyeri di bagian 4 Klien tampak banyak diam


vagina

5 Pasien mengtakan pola tidur tidak


teratur

6 Pasien mengatakan nyeri halangan


DATA TAMBAHAN YANG PERLU DIKAJI

1. Pengkajian pasca operasi rutin(adanya perdarahan,dll)


2. Pemeriksaan laboratorium lengkap
3. Pengkajian abdomen
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyri tekan dan massa
d. Perubahan pola defekasi
4. Pengkajian skala nyeri PQRST
5. Kaji ada atau tidaknya mual dan muntah
6. Pengkajian terhadap pola pemenuhan nutrisi dalam kehidupan sehari hari
7. Pengkajian psikologi pasien
8. Pemeriksaan penunjang (USG,Foto rontgen,Laparoskopi_
ANALISIS DATA

Nama Klien :Nn.F

No MR :100 12 72 00

No Data Penyebab Masalah

1 Ds: Kista ovarium Nyeri akut

1. Pasien mengatakan nyeri di


ari-ari
Operasi
2. Pasien mengatakan nyeri di
bagian abdomen
3. Pasien mengatakan sakit di Luka insisi
area vagina
4. Pasien mengatakan nyeri
ketika halangan Diskontinuitas jaringan
Do:

1. Tampak luka operasi


Nyeri
abdomen pasien
2. TTV
a. TD:107/67 mmHg
b. Nadi:72x/menit
c. Suhu:36,6 derajat
celcius
d. Pernafasan:22x/menit
2 Ds: Kista ovarium Resiko infeksi

Do:Luka post op
Pembedahan

Invasi kuman sekunder

Resiko infeksi

3 Ds: Kista ovarium Intoleransi


aktifitas
Do:

1. Pasien tampakpucat dan Pembedahan


lemah
2. Konjungtiva anemis
Perdarahan

Anemia

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

4 Ds: Kista ovarium Gangguan pola


tidur
1. Pasien mengatakan tidur
tidak teratur
Pembedahan
2. Pasien mengatakan
sering terjaga pada
malam hari Nyeri
3. Pasien mengatakan tidur
kurang lebih 5 jam sehari
Gangguan pola tidur
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama klien :Nn.F

Np MR :100 12 72 00

No Diagnosa Tgl muncul Tgl diatasi TTD

1 Nyeri akut b/d faktor


pencidera fisik

2 Resiko infeksi b/d faktor


prosedur invasif

3 Intoleran aktifitas b/d


kelemahan

4 Gangguan pola tidur b/d


nyeri
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien :Nn.F

No MR :100 12 72 00

No Diagnosis SLKI SIKI


Keperawatan

1 Nyeri akun b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :


faktor pencidera intervensi keperawatan
Observasi:
fisik selama 2x24 jam
diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi lokasi,

membaik dengan karakteristik, durasi,

kriteria hasil: frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
1. Tingkat nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
menurun
3. Identifikasi respons nyeri
2. Keluhan nyeri
non verbal
menurun
4. Identifikasi faktor yang
3. Kesulitan tidur
memerberat dan
menurun
memperingan nyeri
Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi ras nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi :
intervensi keperawatan
Observasi
selama 2x24 jam
diharapkan resiko 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik

1. Nyeri menurun 1. Batasi jumlah


pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
3. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 Intoleran aktifitas Setelah dilakukan 1. Monitor pola dan jam
b/d kelemahan intervensi keperawatan tidur
selama 2x24 jam 2. Sediakan lingkungan
diharapkan aktifitas yang nyaman
membaik dengan 3. Fasilitasi memilih
kriteria hasil: aktifitas dan tetapkan
tujuan aktifitas
1. Kemudahan
4. Fasilitasi aktifitas dengan
dalam
melibatkan keluarga
melakukan
5. Kolaborasi dengan ahli
aktivitas
gizi
sehari- hari
meningkat
2. Kekuatan
tubuh bagian
atas dan bawah
meningkat
3. Perasaan
lemah
menurun
4. Warna kulit
membaik
4 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Ikdentifikasi faktor
tidur b/d nyeri intervensi keperawatan pengganggu tidur
selama 2x24 jam 2. Modifikasi lingkungan
diharapkan pola tidur 3. Mengajarkan teknik
membaik dengan relaksasi
kriteria hasil:

1. Kemampuan
beraktifitas
meningkat
2. Keluhan sering
terbangun
menurun
3. Keluhan sulit
tidur menurun
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien :Nn.F

No MR :100 12 72 00

H/T/ Diagno Implementasi Evaluasi TTD


T sis Kep

Rabu/ Nyeri 1. Mengidentifikasi S:pasien mengeluh nyeri


8 april akut lokasi,karakteristik,dur berkurang pada area
2020 asi,frekuensi,kualitas,in abdomen,ari ari,dan vagina
tensitas nyeri
10.00 O:tampak bkas luka opersi
2. Mengidentifikasi skala
ada bagian abdomen
nyeri
3. Memberikan teknik non Skala nyeri 2
farmakologis TD:107/67 mmHg
4. Mengajakan teknik
Nadi:72x/menit
relaksasi
5. Mengontrol lingkungan Suhu:36,6 derajat celcius
6. Memberikan analgetik
Pernafasan:22x/menit

A:masalah teratasi
sebagian

P:intervensi di lanjutan

1. Mengidentifikasi
skala nyeri
2. Memberikan teknik
non farmakologis
3. Mengajakan teknik
relaksasi
4. Mengontrol
lingkungan
5. Memberikan analgetik
Rabu/ Resiko 1. Memonitor tanda dan S:pasien mengeluh nyeri
8 april infeksi gejala infeksi lokal dan sudah berkurang
2020 sistemik
O:tidak ada tampak tanda
2. Mencuci tangan
10.05 tanda infeksi pada lika
3. Mempertahankan
post op
teknik aseptik
4. Menjelaskan tanda dan A:masalah teratasi
gejala infeksi P:intervensi diberhentikan
5. Memberikan analgetik
Rabu/ Intoleran 1. Memonitor pola dan S:pasien megatakan tidur
8 april aktifitas jam tidur tidk teratur,tidur -+5 jam
2020 2. Berkolaborasi dengan sehari dan sering terjaga
ahli gizi malam hari
10.10
3. Menyediakan
O:pasien masih tampk
lingkungan yang
lemas
nyaman
TD:107/67 mmHg

Nadi:72x/menit

Suhu:36,6 derajat celcius

Pernafasan:22x/menit

A:masalah belum teratasi


P:intervensi dilnjutka

1. Memonitor pola dan


jam tidur
2. Berkolaborasi dengan
ahli gizi
3. Menyediakan
lingkungan yang
nyaman

Rabu/ Ganggua 1. Mengidentifikasi faktor S:pasien mengatakan tidur


8 april n pola pengganggu tidur tidak teratur,tidur -+5 jam
2020 tidur 2. Memodifikasi sehari,dan sering terjaga
lingkungan pada malm hari karena
10.15
3. Mengajarkan teknik nyeri
relaksasi
O:pasien tampak lemas

TD:107/67 mmHg

Nadi:72x/menit

Suhu:36,6 derajat celcius

Pernafasan:22x/menita:ma
salah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

1. Mengajarkan teknik
rlaksasi
Kamis Nyeri 1. Mengidentifikasi skala S:pasien mengatakan nyeri
/9april akut nyeri telah dapat diatasi dengan
2020 2. Memberikan teknik non teknik nonfarmakologis
farmakologis dan analgetik
10.00
3. Mengajakan teknik
Pasien mers nyaman
relaksasi
4. Mengontrol lingkungan O: skala nyeri 2

5. Memberikan analgetik TD: 110/70 mmHg

Suhu:36,8 derajat celcius

Pernafasan:21x/menit

Nadi:80x/menit

A:masalah teratasi

P:intervensi dihentikan

Kamis Intoleran 1. Memonitor pola dan S:pasien mengtakan trjaga


/9april aktifitas jam tidur pada malam hari berkrang
2020 2. Berkolaborasi dengan
Pasien mengatakan mersa
ahli gizi
10.05 tidak lemas
3. Menyediakan
lingkungan yang O:pasien tampak

nyaman tidaklemas

TD: 110/70 mmHg

Suhu:36,8 derajat celcius

Pernafasan:21x/menit

Nadi:80x/menit
A:masalah teratasi

P:intervensi dihentikan

Kamis Ganggua 1. Mengajarkan teknik S:pasien mengatakan


/9april n pola relaksasi ketika terjadi nyeri,nyeri
2020 tidur dapat diatasi,sehingga
pasien tidurnya nyenya
10.15
dan terjaga pada malam
hari berkurang

O:pasien tidak tampak


lemas,pasien bersemangat

TD: 110/70 mmHg

Suhu:36,8 derajat celcius

Pernafasan:21x/menit

Nadi:80x/menit

A:masalah teratasi

P:intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai