Anda di halaman 1dari 10

Tugas Makalah

SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang)

DOSEN PENGAMPUH:

Dian Novita, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH:

Nama kelompok 2:

 Nur Intan (PO7124120028)


 Sulistiyani Katili (PO7124120038)
 Asma (PO7124120006)
 Ega Pratiwi (PO7124120050)
 Nadila Mokodompit (PO7124120023)
 Wirdayanti (PO7124120048)
 Hairunnisa ( PO7124120015)
 Ita Purwanti (PO7124120017)
 Mutiara ( PO7124120021)
 Rara Fariska (PO7124120032)
 Marhumi (PO7124120047)
 Auliathul Afriani Akbar (PO7124120008)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah
ini.Dimana makalah

ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah, yaitu “Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang”.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dan menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Palu, 7 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................

Daftar Isi..................................................................................

Bab I Pendahuluan..........................................

1.1 latar belakang................................

1.2 rumusan masalah.......................................

1.3 tujuan masalah...................................................

Bab II Pembahasan......................................................

2.1 pengertian omfalokel...........................................

2.2 Penyebab omfalokel.........................................................

2.3 Patofisiologi Omfalokel.........................................................

2.4 enatalaksanaan Omfalokel.............................................

BAB III Penutup.........................................................................

Kesimpulan......................................................................

Saran................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakanadambaan setiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan
anaknya tumbuh kembang secaraaoptimal (Soetjiningsih, 2015). Kualitas
seorang anak dapat dinilaiadari proses pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot,
dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal)
sedangkan perkembangan adalah salah satu indikator dalamamemantau
kesehatan anak. Perkembangan anak mencakup perkembangan personal
sosial, motorikakasar, bahasa, dan motorik halus.

Perkembangan paling pesat terjadi pada usia 1-5 tahun karena masa
perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting.
Anak usia 5 tahun atau masa balita disebut juga sebagai masa keemasan
(Golden Periode), jendela kesempatan (Window Opportunity) atau masa kritis
(Critical Periode) karena periode iniamerupakan masa dimana pertumbuhan
dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada otak atau masa
yang paling peka dalam menerima masukan darialingkungan sekitarnya.

Mengingat masa sejak lahir sampai lima tahun pertama kehidupan anak
merupakan masa yang relatif pendek dan tidak akan terulang kembali dalam
kehidupan seorang anak, makaaorangtua, pengasuh, pendidik atau masyarakat
dan tenaga kesehatan harus dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
membentuk anak menjadi anak yang berkualitasatinggi (Wijaya, 2009). Oleh
karena itu orangtua perlu mengupayakanaagar anaknya tumbuh dan
berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki antara lain melalui
upaya Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
pada balita.

Pelaksanaan SDIDTK dapat dilakukan di lingkungan keluarga, Popsyandu,


taman kanak-kanak (TK), tempat penitipanAanak (TPA), pendidikan anak
usia dini (PAUD), kelompok bermain, panti asuhan atau tempat sarana
pelayanan kesehatan lain. Salah satu upaya pemerintah untuk menunjang
keberhasilan program DDIDTK yaitu penyelenggaraan pelatihan SDIDTK
bagi tenaga kesehatan baik di kabupatenamaupun di Puskesmas.

Rathore (2014) menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan pada


ibu setelah diberikan pendidikanakesehatan menggunakan media booklet
dengan nilai rata-rata pre test 44,26% dan nilai rata-rata post test 75,88%,
sehingga informasi pada booklet sangat efektifauntuk peningkatan
pengetahuan pada ibu. Selain menggunakan booklet, media yang digunakan
yaitu media elektronik berupa aplikasi. Aplikasi adalahaalat bantu untuk
mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan dan bukan merupakan
beban bagi penggunanya (Ibisa, 2010). Aplikasi dapat memfasilitasi dan
mempermudah orangtua dalam memantau tumbuh kembang balitanya secara
cepat dan akurat.

B. Rumusan Masalah
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(DDTK), kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan
tenaga profesional dan merupakan salah satu program pokok Puskesmas yang
dilaksanakan di Posyandu.

Kurangnya kesadaran orangtua untuk memeriksakan tumbuh kembang


anaknya ke posyandu menjadi kendala besar dalam pelaksaan SDIDTK,
untuk itu dilakukan upaya pendidikan kesehatan untuk memandirikan
keluarga melakukan pemantauan tumbuh kembang balita yang meliputi
stimulasi, deteksi dan intervensi dini. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan
menggunakan media booklet yang isinya disesuaikan dengan kebutuhan
orangtua serta dikombinasikan dengan gambar sehingga menarik perhatian
dan menghindari kejenuhan dalam membaca.

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern maka dibuat perangkat dalam
bentuk aplikasi untuk memudahkan orangtua dalamamemantau pertumbuhan
dan perkembangan buah hati mereka dimanapun dan kapanpun meraka
berada (Sudarmilah, 2011). Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan booklet dengan aplikasi SDIDTK terhadap kemandirian keluarga
dalam pemantauan tumbuh kembang balita diwilayah Kerja
Puskesmas Bajo Barat

C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah teridentifikasi pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan media booklet dan media aplikasi SDIDTK
terhadap kemandirian keluarga dalam pemantauan tumbuh kembang balita
di wilayah kerja Puskesmas Bajo Barat?

2. Tujuan khusus
a. Teridentidentifikasi karakteristik responden (usia dan tingkat pendidikan).
b. Teridentifikasi perbedaan tingkat kemandirian keluarga sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet di wilayah kerja
Puskesmas Bajo Barat.
c. Teridentifikasi perbedaan tingkat kemandirian keluarga sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media aplikasi SDIDTK di wilayah
kerja Puskesmas Bajo Barat.
d. Teridentifikasi perbedaan tingkat kemandirian keluarga sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet+aplikasi SDIDTK di
wilayah kerja Puskesmas Bajo Barat.
e. Teridentifikasi intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan
kemandirian keluarga dalam pemantauan tumbuh kembang di Wilayah
kerja Puskesmas Bajo Barat.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi tenaga kesehatan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan program SDIDTK yang merupakan salah
satu program kerja yang ada di Puskesmas. Selain itu akan lebih mudah
mendapatkan data terkait pertumbuhan dan perkembangan anak yang ada
di wilayah kerjanya.

2. Bagi masyarakat dan orangtua


Hasil penelitian ini dapat digunakan masyarakat khususnya orangtua untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya dan diharapkan
dengan aplikasi ini orangtua dapat melakukan skrining, deteksi, dan
intervensi dini tumbuh kembang secara mandiri.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian terkait dengan tahapan
perkembangan balita sesuai dengan usianya. Peneliti selanjutnya juga dapat
mengembangkan aplikasi SDIDTK untuk lebih memudahkan
pengguna khususnya orangtua.

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI SDIDTK.

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)


merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah
dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas
Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk
kemitraanan tara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional . Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara SDIDTK dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.

PENGERTIAN SDIDTK.
1. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah.
3. Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada
anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan
umurnya.
4. Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan
gerak kasar gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak.
(yoyok)

Contoh :
ORIENTASI STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG
ANAK (SDIDTK) BAGI GURU PAUD/TK DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan sampai lima tahun
pertama kehidupannya hal ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh
kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun social serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Penelitian oleh Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun


waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar
50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak
berusia 18 tahun. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupannya merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat
pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa
keemasan” (golden period),”jendela kesempatan “(windaw of opportunity) dan
masa kritis “(critical period) 2) Di Indonesia jumlah balita sangat besar yaitu sekitar
10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang balita diIndonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu
mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan
kesehatan berkualitas termasuk deteksi dini dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang.1)

Berkaitan dengan hal tersebut stimulasi pertumbuhan dan perkembangan menjadi


hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi. Dengan demikian diperlukan
suatu metode untuk mendeteksi dini dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang. Disinilah letak peran strategis SDIDTK. Salah satu program pemerintah
untuk menunjang upaya tersebut adalah diterbitkannya buku pedoman
pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
diTingkat Pelayanan Kesehatan Dasar 3) Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) anak yaitu suatu kegiatan untuk merangsang kemampuan
dasar anak usia 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal,
serta untuk menemukan penyimpangan secara dini agar lebih mudah dilakukan
intervensi. Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan
pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh
dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak
dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK.
Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga
mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional)

SDIDTK Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat


dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). Indikator
keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau
oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010. Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun
dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.4)
Salah satu yang berperan dalam Stimulasi deteksi dini dan intervensi tumbuh
kembang anak adalah guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang akan
melakukan deteksi dini pada anak terutama yang bersekolah di PAUD. Di Kota
Palangka terdapat sekitar 30 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan 110 TK (diluar
wilayah Kecamatan Bukit Batu dan Rakumpit), sehingga hal ini dianggap perlu
untuk dilakukan Orientasi SDIDTK bagi para guru, karena para guru sebagai garda
terdepan yang setiap hari berhadapan dengan anak, diharapkan mempunyai
kemampuan untuk menstimulasi kemampuan dasar anak umur 3-5 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal, serta mendeteksi jika ada penyimpangan
secara dini dan melakukan rujukan ke tenaga kesehatan agar lebih mudah
dilakukan intervensi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

stimulasi pertumbuhan dan perkembangan menjadi hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang
mendapat stimulasi. Dengan demikian diperlukan suatu metode untuk mendeteksi
dini dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Disinilah letak peran
strategis SDIDTK. Salah satu program pemerintah untuk menunjang upaya tersebut
adalah diterbitkannya buku pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak diTingkat Pelayanan Kesehatan Dasar 3)
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak yaitu suatu
kegiatan untuk merangsang kemampuan dasar anak usia 0 – 6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal, serta untuk menemukan penyimpangan
secara dini agar lebih mudah dilakukan intervensi. Melalui kegiatan SDIDTK kondisi
terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah,
karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan
yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK.
Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga
mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional)

Saran
Saran yang dapat di ambil dari materi ini adalah mengenai kecerdasan yang
menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan
kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan
mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupannya merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan
dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa
balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period),”jendela kesempatan
“(windaw of opportunity) dan masa kritis “(critical period) 2) Di Indonesia jumlah
balita sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai
calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita diIndonesia perlu
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai
serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dini dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.1)

Anda mungkin juga menyukai