Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

OLEH KELOMPOK 8 :

1. SALWA APRILIA
2. NELLY

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1

MATARAM

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW.

Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang mempunyai
saran maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah-makalah
kami berikutnya.

Mataram, 16 Juni 2019

Penyus
un

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTRA ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................... 3

3
2.1.1 Pengertian................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi........................................................................................ 4
2.1.3 Resiko Kejadian......................................................................... 4
2.1.4 Angka Kejadian......................................................................... 4
2.1.5 Anatomi ...................................................................................... 4
2.1.6 Patofisiologi ............................................................................... 7
2.1.7 Woc ............................................................................................. 8
2.1.8 Tanda dan Gejala....................................................................... 8
2.1.9 Penatalaksanaan........................................................................ 10
2.1.10 Pencegahan ................................................................................ 12
2.2 Konsep ASKEP...................................................................................... 12
2.2.1 Pengkajian.................................................................................. 13
2.2.2 Diagnosa...................................................................................... 14
2.2.3 Intervensi.................................................................................... 14

BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 18
3.2 Saran ...................................................................................................... 18
Daftar Pustaka

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Dampaknnya adalah berat badan lahir, status
nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga mempengaruhi angka kematian
prenatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan bayi setelah lahir.
Selama kehamilan kebutuhan nutrisi harian wanita meningkat hingga lebih
dari dua kali lipat, seperti contohnya kebutuhan asam folat yang meningkat
hingga 400 ug/hari, dimana pada keadaan normal hannya 180 ug/hari. Usia
kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan gizi dan
nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia kehamilan memasuki trimester
kedua.
Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan sangat pesat,
khususnya mengenai pertumbuhan otak dan susunan syarafnya. Indikator
kecukupan gizi juga terlihat pada kenaikan berat badan yang cukup selama
kehamilan. Kenaikan berat badan tersebut bervariasi dari bulan ke bulan
sesuai dengan fase kehamilan.
Sistem hormon pada kehamilan manusia melibatkan perubahan baik
endokrin maupun metabolik yang terjadi antara ibu dan janin. Pengaturan
neuro endokrin di dalam plasenta, pada janin dan ibu sangat penting dalam
mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya. Adaptasi ibu hamil
terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung
menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai
pada kehamilan muda. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama
mengalami mual dan 44% mengalami muntah Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Perasaan mual

5
ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG
(Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum, pengaruh Fisiologi kenaikan
hormon ini belum diketahui secara jelas. Mual sering pula dihubungkan
dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan
serta faktor psikologis.
Mual dan muntah menyebabkan asupan nutrisi pada ibu hamil kurang
sehingga berat badan menurun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan
timbul asetonuri. Hal ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin sehingga membutuhkan perawatan atau penangan pada
ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca mengetahui tentang hyperemesis
gravidarum.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mempelajari asuhan keperawatan hyperemesis
gravidarum diharapkan penulis dan pembaca dapat :
1. Mengetahui pengertian hyperemesis gravidarum
2. Mengetahui etiologi hyperemesis gravidarum
3. Mengetahui resiko kejadian hyperemesis gravidarum
4. Mengetahui angka kejadian hyperemesis gravidarum
5. Mengetahui anatomi hyperemesis gravidarum
6. Mengetahui bagaimana patofisiologi hyperemesis gravidarum
7. Mengetahui pathways hyperemesis gravidarum
8. Mengetahui tanda & gejala hyperemesis gravidarum
9. Mengetahui penatalaksanaan hyperemesis gravidarum
10. Mengetahui pencegahan hyperemesis gravidarum
11. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan
hyperemesis gravidarum
12. Mengetahui diagnose keperawatan pada pasien dengan
hyperemesis gravidarum

6
13. Mengetahui perencanaan keperawatan pada pasien dengan
hyperemesis gravidarum?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum

7
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan (Farrer, 1999). Hiperemesis Gravidarum
adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah yang
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis
Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai
trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah berlebihan
dalam waktu relatif lama bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan berat badan berkurang.
2.1.2 Etiologi Hipermesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti.Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.Faktor-
faktorpredisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).
1. Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG
2. Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan
sertaresitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-
perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon darijaringan ibu terhadap janin.
3. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadapkehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mualdan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
2.1.3 Resiko Kejadian

8
Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah:
1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
2. Berat badan tinggi
3. Kehamilan multiple
4. Penyakit trofoblastik
5. Nuliparitas
2.1.4 Angka Kejadian di Indonesia dan NTB
Hiperemesis gravidarum di definisikan sebagai mual muntah
yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, atau defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan. Berdasarkan catatan Register di
RSUP NTB Tahun 2012-2013, pada tahun 2012 angka kejadian
Hiperemesis Gravidarum sebanyak 25 kasus, tahun 2013 meningkat
menjadi 26 kasus, baik yang disertai dengan berbagai penyakit dan
tanpa penyakit.
2.1.5 Anatomi
1. Alat kelamin luar (genetalia eksterna) 
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang
terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa
pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah
luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke
belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior
dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak
seperti yang ada di mons veneris.

c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan

9
kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris
dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil
diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah
diantara labio minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara
bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris
dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari
liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi
dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang
senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi
dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini,
bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot
dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
2. Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium
bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut
saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm.
Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek
dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam
berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus

10
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di
dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di
depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam
pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½
cm, lebar  5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran
telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri
dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian
ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut
porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan
uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.

d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam
banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam

11
uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang
memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran
telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12
cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat
fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam
tuba (Tambayong, 2002).
2.1.6 Patofisiologi Hiperemesis Gravidrum
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton
dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan
karena muntahmenyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu,
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah –
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma
Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri,
jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif
(Wiknjosastro, 2005).

12
2.1.7 Pathway

2.1.8 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum


1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esophagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler

13
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus
d. Ginja
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang
yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur
esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory
weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory Weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen
atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau
yang makin tajam

14
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
2.1.9 Pelaksanaan : Medik dan Perawatan
1. Obat – obatan
a. Sedativa : Phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –kompleks
c. Anti histamine : dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadaanlebih berat) : Dislikomin
hidrokloride atau khlorpromasine. Penangananhiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerahdanperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar
masuk, hanya dokterdan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita sampai muntahberhenti pada penderita mau
makan.Tidak diberikan makanan atau minumandan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akanberkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan
khawatir.Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi
latarbelakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
denganglukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat
ditambah kaliumdan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila
kekurangan protein dapatdiberiakan asam amino secara intravena,
bila dalam 24 jam penderita tidakmuntah dan keadaan umum
membaik dapat diberikan minuman dan lambatlaun makanan yang

15
tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnyagejala –
gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaanmedik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah
delirium,takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perludipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
keadaan yang memerlukanpertimbangan gugur kandung
diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis,
somnolen sampaikoma, terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina,
kemunduranpenglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus,
ginjal dalambentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi
nadi meningkat,tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi,
kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa
hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai
gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan
.Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan.

16
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua
zat gizi kecuali Kalsium
2.1.10 Pencegahan
1. Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-
hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
2. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
3. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan.
4. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas
atau sangat dingin.
2.2 Konsep dasar Asuhan Keperwatan
2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau
setelah makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa
haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli,
riwayat pemeriksaan antenatal, dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan
lamanya mual dan muntah, kaji warna volume, frekuensi dan
kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan

17
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric
dan ginekologi, kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan
abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya
pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pengkajian Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi
nafas meningkat, adanya nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa,
oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan,
adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan
perubahan frekuensi berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan
janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus
yang menetap.

18
2. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) b.d muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
2.2.3 Perencanaan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus
yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung
zat gizi yang adequat.
b. Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
c. Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
d. Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai
selama hamil.
Intervensi :
a. Catat intake dan output.
Rasional: menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui
muntah.
b. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh.
c. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : dapat merangsang mual dan muntah.
d. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti
dan teh (panas)hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan
sebelum tidur.
Rasional: makanan selingan dapat mengurangi atau
menghindari rangsangmual muntah yang berlebih
e. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam
periode tertentu.
Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.

19
f. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional: untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
g. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan
cairan pembersihmulut sesering mungkin.
Rasional: untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
h. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
Rasional: mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial
penurunan kapasitaspcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar
Hb < 12 gr/dl ataukadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi
pada trimester I.
i. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
Rasional: menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin
untukmendeteksi situasi potensial resiko tinggi
sepertiketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik
kcloasedosis danHipertensi (Doenges, 2001:57).
2. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan akibat vomitus
danasupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi
normal, yang terbukti dengan turgor kulit normal, membran
mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan
berat jenis urin akan berada dalam batas normal.
b. Klien tidak akan muntah lagi
c. Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi:
a. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatankadar hormon Korionik gonadotropin (HCG),
perubahanmetabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas
gastrikmemperberat mual/muntah pada kehamilan.

20
b. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain
(misalnya Ulkuspeptikum, gastritis.
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain
untukmengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi
intervensi.
c. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output danberat jenis urine. Timbang BB klien setiap
hari.
Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi
tingkat atau kebutuhan hidrasi.
d. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan
seseringmungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi
karbonat seperti : roti keringsebelum bangun dari tidur.
Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah
dengan menurunkankeasaman lambung. (Doenges, 2001:61)
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) b.d muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan secara verbal.
b. Nyeri hilang atau berkurang
c. pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi:
a. kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi
nyeri.
Rasional : menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan
mengevaluasi nilaiskala nyeri. Mengidentifikasi sumber
sumber multiple dan jenisnyeri.
b. Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian
analgesicuntuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap
nyeri.

21
c. Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang
dirasakannyadan akan berusaha membantu untuk mengurangi
nyeri tersebut.
Rasional: ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima
sepertipeningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan
menurunkantoleransi nyeri.
d. Berikan kembali skala pengkajian nyeri
Rasional: memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan
analgesic danmengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak
lanjut bila tidakefektif.
e. Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
Rasional: membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic
tambahan ataupendekatan alternative terhadap penatalaksanaan
nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Rasional: analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal
siklus nyeri.(Smeltzer. 2001)

22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan pada awal
kehamilan (sampai trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan
muntah berlebihan dalam waktu relatif lama bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan berat badan berkurang. Penyebab Hiperemesis
Gravidarum Belum Diketahui Secara Pasti. Frekuensi Kejadian Adalah 2 Per
1000 Kehamilan. Hiperemesis Gravidarum Di Klasifikasikan Menjadi 3
Stadium.
4.2 Saran
4.2.1 Diharapkan mahasisiwi akper, kebidanan dan tenaga kesehatan
lainnyadapat mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum
sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
4.2.2 Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu

23
DAFTAR PUSTAKA
Ary Widayana, I Wayan Megadhana, dan Ketut Putera Kemara :DIAGNOSIS
DAN PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana
Doenges, Marylinn E., dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana
Keperawatan Maternitas Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC
Leveno, Kenneth J. 2016. Manula Williams Komplikasi Kehamilan Ed 23.
Jakarta: EGC
Tiran, Denise. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Mual & Muntah Kehamilan Denise
Tiren. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai