Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS

GRAVIDARUM

KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh:

Kelompok 1/ Kelas C

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan


dosen penanggung jawab Ns. Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Oleh:

Muhammad Ryan Maisur Aniq 152310101235


Silvia Deres 182310101101
Yofita Refvinda Desfiani 182310101149
Winda Ahsanal Aulia 182310101150

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ners Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku dosen
penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Maternitas;
2. Ners Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes selaku dosen yang telah
membimbing dalam penyelesaian makalah ini;
Kelompok menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan
saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jember, Maret 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1


1.2 Tujuan ...............................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 Pengertian .....................................................................................................3


2.2 Faktor Penyebab dan Risiko .......................................................................3
2.3 Tanda dan gejala ..........................................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................6
2.5 Pengobatan farmakologi dan non farmakologi ............................................7
2.6 Konsep asuhan Keperawatan .......................................................................8

BAB 3 KERANGKA KONSEP...........................................................................12

3.1 WOC/ Pathway ..........................................................................................12


3.2 Asuhan Keperawatan .................................................................................13

BAB 4 ANALISIS JURNAL ...............................................................................22

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................24

5.1 Kesimpulan ...............................................................................................24

5.2 Saran .........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................25

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah pada kehamilan merupakan hal yang sering
terjadi.Hingga 80% dari semua wanita hamil mengalami keluhan mual dan
muntah selama kehamilan mereka.
Serangan awal mual dan muntah selama kehamilan yang biasa terjadi
adalah antara empat dan delapan minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga
14-16 minggu kehamilan.Sebagian besar wanita hamil mengalami gangguan
kenyamanan disebabkan mual dan muntah.Mual dan muntah selama
kehamilan mempunyai dampak merugikan pada kehidupan keluarga, sosial
dan profesi wanita.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat
dan malam hari.Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi enam minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih sepuluh
minggu.Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multi gravida.Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih
berat.
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira-
kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan
dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit.
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari sepuluh kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief, 2009).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum
sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang , dieresis
berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum
(Sastrowinata, 2004).
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat
badan (Lowdermilk, 2004).
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Dapat mengetahui tentang Hiperemesis Gravidarium pada ibu hamil

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Dapat mengetahui definisi Hiperemesis Gravidarium
b. Dapat mengetahui faktor penyebab dan risiko Hiperemesis
Gravidarium
c. Dapat mengetahui tanda dan gejala Hiperemesis Gravidarium
d. Dapat mengetahui cara pengobatan Hiperemesis Gravidarium
e. Dapat mengetahui asuhan keperawatan mengenai Hiperemesis
Gravidarium
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2015). Hiperemesis
Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa mual dan muntah
yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan
elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang, dan mata terlihat
cekung (Siti, 2019).
Hyperemesis Gravidarum merupakan mata rantai panjang yang
dikendalikan oleh keseimbangan antara dopamin, serotonin, histamin dan
asetilkolin. Menurunnya serotonin dalam darah dapat meningkatkan terjadinya
mual dan muntah. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam
urine, bukan karena penyakit seperti Appendistis, Pielitis dan sebagainya
(Moudy, 2017)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan
bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi enam minggu
setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih sepuluh
minggu.
Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Hiperemesis Gravidarum adalah
kejadian pada ibu hamil yang mengalami mual dan muntah berlebihan, diawali
pada hari pertama haid sampai dengan 10-20 minggu. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi kondisi ibu yaitu berat badan menurun, dehidrasi, terdapat
aseton dalam urine dan mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-
hari.
2.2 Faktor Penyebab dan Risiko
Hiperemesis gravidarum sebenarnya belum ditemukan penyebab yang
pasti. Namun, hipemesis gravidarum dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal,
faktor psikologis, faktor nutrisi dan faktor usia(Proverawati and Asfuah,
2009).
4

a. Faktor Hormonal
Hiperemesis Gravidarum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
predisposisi antara lain peningkatan kadar progesteron, esterogen, dan
human chorionic gonadotropin (hcG) dapat menjadi faktor pencetus mual
dan muntah.
b. Faktor Psikologi
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.Masalah psikologis dapat berupa kehamilan yang tidak
diinginkan, beban kerja atau finansial, ambivalensi, kecemasan, konflik
dan ketidaknyamanan fisik. Masalah keuangan dapat mempengaruhi
keadaan mual dan muntah dalam kehamilan, seperti kecemasan terhadap
situasi keuangan saat ini dan yang akan datang dapat menyebabkan
kekhawatiran yang membuat wanita merasa tidak sehat, terutama jika ia
berniat untuk berhenti bekerja secara total setelah melahirkan.
c. Faktor Nutrisi
Ibu hamil yang tidak memperhatikan asupan nutrisinya dapat
menyebabkan iritasi lambung sehingga menimbulkan reaksi pada impuls
motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah.
d. Faktor Usia
Ibu hamil lebih beresiko menderita hiperemesis gravidarum pada umur<20
tahun dan>35 tahun. Pada ibu yang berumur <20 tahun , secara fisiologis
dan fungsional rahim belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan
secara psikologis belum siap untuk hamil serta menjadi orang tua.
Sedangkan ibu yang berumur >35 tahun mengakibatkan terjadinya
penurunan fungsi termasuk organ reproduksi dan secara psikologis ibu
merasa tidak sanggup lagi untuk hamil (Sastri Nen, 2017).
2.3 Tanda dan gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis
Gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari
5

sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh
dianggap sebagai Hiperemesis Gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu (Moudy, 2017):
a. Tingkat 1
a) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
b) Ibu merasa lemah
c) Nafsu makan tidak ada
d) Berat badan menurun
e) Merasa nyeri pada epigastrium
f) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
g) Tekanan darah menurun
h) Turgor kulit berkurang
i) Lidah mengering
j) Mata cekung
b. Tingkat 2
a) Penderita tampak lemah dan apatis
b) Turgor kulit mulai jelek
c) Lidah mengering dan tampak kotor
d) Nadi kecil dan cepat
e) Suhu badan naik
f) Mata mulai ikterik
g) Berat badan turun dan mata cekung
h) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi
i) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
c. Tingkat 3
a) Keadaan umum lebih parah
b) Dehidrasi berat
c) Nadi kecil, cepat dan halus
d) Suhu badan terus meningkat dan tensi turun
6

e) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan


ensilopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan
mental
f) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus hiperemesis gravidarum dilakukan untuk


menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi:

1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi penyulit seperti anemia dan


infeksi
2. Dipstik urin: Ketonuria (Keton +1 atau lebih). Keton yang berada di dalam
tubuhdapat berdampak buruk terhadap perkembangan janin.
3. Ureum dan Kreatinin, dilakukan bila dicurigai ada gangguan ginjal
4. Kultur urin: infeksi saluran kemih dapat menyebabkan mual muntah
5. Glukosa darah sewaktu (GDS), karena pasien yang mengalami mual dan
muntah umumnya sulit makan sehingga bisa mengalami hipoglikemia.
6. Elektrolit, pada pasien yang muntah hebat bisa terjadi electrolyte
imbalance
7. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda
ataupun mola hidatidosa.
8. Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan yang
normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat penyakit pada hati
seperti hepatitis B atau penyebab lainnya.
9. Amilase: menentukan ada tidaknya prostatitis

Pada keadaan khusus seperti pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat


dilakukan pemeriksaan penunjang fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan
kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
7

2.5 Pengobatan farmakologi dan non farmakologi

Pengobatan farmakologi pada pasien hiperemesis gravidarum ditentukan dari


tingkat keparahan gejala dan kondisi ibu hamil secara keseluruhan. Pasien dengan
kondisi ini diberikan pengobatan untuk menghentikan rasa mual dan muntah,
mengganti cairan elektrolit tubuh yang hilang akibat muntah, menambah asupan
nutrisi, dan menambah nafsu makan. Beberapa obat yang diberikan yaitu obat
antimual seperti Promethazine, vitamin B1 atau Tiamin, vitamin B6 atau
Pyridoxine, suplemen vitamin dan nutrisi. Pemberian obat anti nausea yaitu
ondansetron dan obat antiemetik yaitu ranitidin. Kedua obat ini merupakan pilihan
utama saat ini untuk mengobati mual dan muntah pada trimester pertama
kehamilan.

Pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan cara memberikan


pemahaman bahwa mual dan muntah merupakan suatu fisiologis tubuh pada
kehamilan muda dan akan hilang saat kehamilan 4 bulan dan menganjurkan
makan sedikit tetapi lebih sering. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi makan
roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
2. Makanan berbau lemak dan berminyak dihindari.
3. Makanan dan minuman disajikan panas atau sangat dingin.

Diet pada pasien hiperemesis gravidarum juga dapat diberikan seperti:

1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III


Makanan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan diberikan setelah 1-2
jam setelah makan. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi kecuali
vitamin C.
2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang
Makanan mulai diberikan yang mengandung gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan yang tinggi vitamin A dan D.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita hiperemesis ringan
8

Minuman boleh diberikan bersama makanan tergantung kesanggupan


penderita. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan

2.6.1 Pengkajian

1. Pengkajian Data Subjektif


a. Biodata: perawat wajib mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke berapa, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan,
nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus.
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenatal, dan komplikasi.
d. Riwayat kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual
dan muntah, kaji warna dan volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga
faktor yang memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatanapa
yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan
ginekologi, kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya.
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi,
terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran,
tanggung jawab, dan pekerjaan.
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan.
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen.
i. Integritas ego: seperti konflik interpersonal keluarga dan kesulitan
ekonomi.
j. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.

2. Pengkajian Data Objektif


a. Tanda-tanda vital: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi
nafas meningkat, adanya nafas bau aseton.
b. Status gizi:beratbadan meningkat/menurun.
c. Status kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi.
d. Status hidrasi:turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria.
e. Keadaan abdomen:suaraabdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya
distensi, adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik.
g. Status eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih.
9

h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah


sesuai dengan usia kehamilan)

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap.
3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin

2.6.3 Intervensi Keperawatan

1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat.

Kriteria Hasil:
a. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
b. Klien tidak muntah lagi
c. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi:
a. Kaji status intake dan output cairan R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar
rencana askep dan evaluasi intervensi.
b. Timbang BB setiap hari R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah
berlebihan.
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin R/
mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan R/
Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap.
Kriteria Hasil:
a. Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat.
b. Klien tidak mengalami mual muntah.
c. Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan.
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24–48 jam R/ Pembatasan dianjurkan untuk
klien agar lambung istirahat.
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak R/ Dapat menstimulasi
mual dan muntah.
10

c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien


R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin.
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah
muntah R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai
gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap
pertumbuhan janin dan mengakibatkan kemunduran perkembangan
janin.

3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang


Kriteria Hasil:
a. Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana
tindakan selanjutnya.
b. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan R/
Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal.
c. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan R/ Dapat
melupakan rasa nyeri.
d. Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan
permen rasa mint R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu
hamil.
e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative R/ Mengurangi
muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri.

4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi


Kriteria Hasil:
a. Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan.
Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup R/
Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus.
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang R/
Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan
klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri.R/ Kebersihan diri dapat
meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi sehat serta
sejahtera.

5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin


Kriteria Hasil:
11

a. Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang


kesejahteraan janin
Intervensi:
a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien R/ Sikap menerima rasa
takut klien memungkinkan komunikasi terbuka
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya R/
Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme
koping R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien
mengatasi penyakit dan efek-efeknya
d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada
janinnya R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat
membantunya menghilangkan rasa takut.

2.6.4 Evaluasi Keperawatan

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Frekuensi dan beratnya muntah
3. Intake oral
4. Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah
diprogramkan
5. Tingkat nyeri epigastrium
6. Kemampuan dalam beraktivitas
7. Kebersihan membrane mukosa oral
8. Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan
9. Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi TFU dan
DJJ
12

BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 WOC/Pathway

Faktor predisposisi Faktor predisposisi Faktor psikologis


- Kehamilan ganda - Vili khorialis stress
- Molahidatidosa
Masuk sirkulasi Mempengaruhi
HCG meningkat maternal sistem saraf simpatis

Esterogen meningkat Metabolik Meningkatkan


meningkat pengeluaran
ephineprine,
Esterogen
Asam lambung norephineprine, dan
merangsang SSP dan
meningkat kortisol
pengosongan
lambung berkurang
Emesis gravidarum Penyesuaian

Komplikasi

Hyperemesis
gravidraum

Intake nutrisi Pengeluaran nutrisi Kehilangan cairan Kekhawatiran Lambung kosong


menurun berlebih berlebih kesejahteraan janin

Metabolisme protein
Dehidrasi Ketakutan dan lemak
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Keton meningkat
Penurunan cairan Hemokonsentrasi
ekstraseluler dan menurun
plasma Nyeri akut
Aliran darah ke
Defisit volume jaringan menurun
Gastritis
cairan

Metabolisme intrasel
menurun

Otot lemah

Intoleransi aktifitas
13

3.2 Asuhan Keperawatan

1. Kasus

Studi kasus ini dilakukan pada Ny “S”. Dari hasil anamnesis, ibu
mengatakan bahwa ia mengalami mual dan muntah sejak 2 bulan yang lalu. Ibu
mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah pernah dirawat di RS TNI-AL Jala
Ammari dengan keluhan yang sama, yaitu pada tanggal 24-27 April 2018. Akan
tetapi, waktu itu ibu belum mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Ibu
mengatakan ini merupakan kehamilan yang tidak direncanakan.

Ibu mengatakan bahwa ia muntah sekitar ±5-6 kali dalam sehari. Namun,
keluhan ibu terus bertambah hingga mual dan muntah tersebut mencapai ±10 kali
dalam sehari dan hal itu mengganggu aktifitas ibu sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga
merasa pusing, lemas, dan nyeri ulu hati.

Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ibu memang pernah mengalami
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya. Saat ini ibu memasuki usia
37 tahun, ibu mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa yang
mengerjakan pekerjaan sehari-hari sendiri. Setelah dilakukan anamnesis,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum ibu tampak lemah,
kesadaran apatis (acuh tak acuh), turgor kulit kurang baik, BB ibu 52 kg, tekanan
darah 80/60 mmHg, mata tampak cekung, sklera sedikit icterus. Konjungtiva
tampak pucat, bibir kering, dan lidah tampak kotor. Pada pemeriksaan abdomen,
TFU 3 jari di atas simphysis, teraba ballottement (+), dan tidak ada nyeri tekan.
Berdasarkan rumus Naegle, usia kehamilan ibu dari hari pertama haid terakhir
tanggal 20-02 2018 sampai tanggal pengkajian 27-05- 2018 adalah 13 minggu 5
hari. Dokter meresepkan injeksi ranitidin 1 amp/ IV/ 8 jam, injeksi ondansetron 1
amp/ IV/ 8 jam, dan cairan RL dengan drips Neurobion 1 amp/ 24 jam, 28 tpm.
Neurobion merupakan suplemen vitamin yang mengandung vitamin B kompleks
yang tinggi, yaitu vitamin B1, B6, dan B12.
14

2. Analisa Data

NO Data Etiologi Masalah Paraf


1. DS: Kehamilan dengan Defisien ℒ
• Pasien mengatakan hiperemesis gravidarum volume
Ns.
bahwa ia muntah cairan
Silvi
sekitar ±5-6 kali
Peningkatan HCG
dalam sehari
• Pasien mengatakan
bertambah hingga Mual dan muntah
mual dan muntah
mencapai ±10 kali
dalam sehari Kehilangan cairan aktif
• Ibu juga merasa
pusing dan lemas,

Defisien volume cairan


DO:
• Pasien tampak lemah
• turgor kulit kurang
baik
• mata tampak cekung,
sklera sedikit icterus.
• Konjungtiva tampak
pucat,bibir kering,
dan lidah tampak
kotor.
2. DS: Kehamilan dengan Intoleran ℒ
• Ibu juga merasa hiperemesis gravidarum aktivitas
Ns.
pusing, lemas, dan
Silvi
nyeri ulu hati.
Peningkatan HCG
• Pasien mengatakan
mual dan muntah±10
15

kali dalam sehari Mual dan Muntah


mengganggu
aktifitas ibu sejak 2
hari yang lalu.
Kehilangan cairan aktif

DO:
• tekanan darah 80/60
Lemas
mmHg
• Pasien tampak lemah

Intoleran aktifitas

3. Diagnosa Keperawatan
1. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan akibat muntah dan intake
cairan yang tidak adekuat d.d pasien lemas, turgor kulit kurang baik, bibir
kering dan pucat.
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi d.d
pasien tampak lemah dan tekanan darah abnormal.
4. Intervensi Keperawatan

No Tangg Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


al Keperawata Hasil
n
1. 27 Defisien Setelah dilakukan Terapi intravena (IV)
Mei volume tindakan keperawatan 4200
2018 cairan b.d 3 x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda-
kehilangan defisien volume tanda vital
cairan cairan pada pasien 2. Identifikasi apakah
akibat berkurang dengan pasien yang
muntah dan kriteria hasil : mendapatkan
intake 1. Turgor kulit pengobatan cocok
cairan yang kembali dengan intruksi
16

tidak membaik medis


adekuat d.d 2. Keseimbangan 3. Lakukan prinsip
pasien intake dan enam benar saat
lemas, output normal pemasangan infus
turgor kulit 3. Membran dan pemberian
kurang baik, mukosa obat
bibir kering lembab Manajemen obat 2380
dan pucat. 1. Konsultasi
dengan dokter
untuk
menentukan
obat untuk
mendapat efek
terapeutik

Manajemen nutrisi 1100


1. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
2. Anjurkan pasien
makan sedikit
tetapi sering
2. 27 Intoleran Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Mei aktivitas tindakan keperawatan 1. Dukung
2018 b.d 3 x24 jam diharapkan istirahat/tidur yang
kelemahan intoleransi aktivitas adekuat untuk
akibat tidak pada pasien berkurang membantu
adekuatnya dengan kriteria hasil : penurunan nyeri
nutrisi d.d 1. Tekanan darah 2. Ajarkan teknik non
17

pasien sistolik normal farmakologi napas


merasakna 2. Tidak dalam
nyeri di ulu mengalami 3. Gunakan strategi
hati, kelelahan komunikasi
tampak 3. Tidak terapeutik untuk
lemah dan merasakan mengetahui
tekanan nyeri pengalaman
darah nyerinya
abnormal. Manajemen nutrisi 1100
1. Pastikan makanan
disajikan menarik
dan pada suhu
yang paling cocok
2. Ciptakan
lingkungan yang
optimal (bersih,
santai, dan terang)
3. Identifikasi alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien

5. Implementasi

No Tanggal No. Pukul Tindakan Respon Paraf


Dx
Kep
1. 27 Mei
2018
1 07.30 Menenentukan Jumlah kalori ℒ
jumlah kalori dan yang
Ns.
jenis nutrisi yang diperlukan Silvi
dibutuhkan untuk yaitu 2000
memenuhi kal/hari.
18

persyaratan gizi.

2. 27 Mei
2018
1 07.35 Mengkonsultasikan Dokter ℒ
dengan dokter meresepkan
Ns.
untuk menentukan ranitidin 1 Silvi
obat untuk amp/ IV/ 8
mendapat efek jam, injeksi
terapeutik. ondansetron 1
amp/ IV/ 8
jam, dan
cairan RL
dengan drips
Neurobion 1
amp/ 24 jam.
3. 27 Mei
2018
2 07.45 Menjurkan pasien Pasien ℒ
makan sedikit mendengarkan
Ns.
tetapi sering dengan baik Silvi
anjuran yang
diberikan.
4. 27 Mei
2018
2 07.47 Mengidentifikasi Pasien tidak ℒ
alergi atau memiliki
Ns.
intoleransi alergi. Silvi
makanan yang
dimiliki pasien

5. 27 Mei
2018
2 07.53 Memastikan Makanan ℒ
makanan disajikan sudah menarik
Ns.
menarik dan pada dan suhu Silvi
suhu yang paling sudah cocok.
cocok.

6. 27 Mei
2018
1 08.00 Memonitor tanda- Hasil ℒ
tanda vital. pemeriksaan
Ns.
19

TTV pasien Silvi


TD: 85/60
mmHg
S: 36.7°C
N: 85
kali/menit
RR: 21
kali/menit
7. 27 Mei
2018
1 08.10 Melakukan prinsip Pasien ℒ
enam benar saat kooperatif saat
Ns.
pemasangan infus pemasangan Silvi
dan pemberian infus dan saat
obat injeksi obat.

8. 27 Mei
2018
1 10.00 Mengidentifikasi Pasien cocok ℒ
apakah pasien dengan
Ns.
yang mendapatkan intruksi medis.
Silvi
pengobatan cocok
dengan intruksi
medis.
9. 27 Mei
2018
2 10.03 Menciptakan Pasien ℒ
lingkungan yang mengatakan
Ns.
optimal (bersih, merasa lebih
Silvi
santai, dan terang) nyaman. Hal
itu juga
terlihat dari
wajahnya
yang lebih
tenang.
10. 27 Mei
2018
2 10.10 Menggunakan Pasien ℒ
strategi mengatakan
Ns.
komunikasi nyerinya biasa
Silvi
20

terapeutik untuk saja.


mengetahui
pengalaman
nyerinya

11. 27 Mei
2018
2 10.15 Mendukung Pasien ℒ
istirahat/tidur yang mengatakan
Ns.
adekuat untuk merasa lebih
Silvi
membantu nyaman. Hal
penurunan nyeri itu juga
terlihat dari
wajahnya
yang lebih
tenang.
12. 27 Mei
2018
2 10.20 Mengajarkan Pasien dapat ℒ
teknik non mengikuti
Ns.
farmakologi napas yang diajarkan
Silvi
dalam. dengan baik.

6. Evaluasi

No. Tanggal/Jam No. Dx Evaluasi Sumatif Paraf


Kep
1. 30 Mei
2018/ 07.30
1 S: Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman.

O: Pasien cocok dengan intruksi Ns. Silvi
medis.
Hasil pemeriksaan TTV pasien
TD: 85/60 mmHg
S: 36.7°C
N: 85 kali/menit
RR: 21 kali/menit
A: Outcame berjalan sebagaimana
mestinya.
21

P: Lanjutkan intervensi 1 pada


terapi intravena (IV) 4200
2. 30 Mei
2018/ 07.35
2 S: Pasien mengatakan merasa lebih ℒ
nyaman.
Ns. Silvi
O: Pasien dapat mengikuti yang
diajarkan dengan baik, pasien tidak
memiliki alergi.
A: Outcame berjalan sebagaimana
mestinya.
P: Hentikan intervensi.
22

BAB 4. Analisis Jurnal

Nama Jurnal Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan


Utama Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RS TNI Angkatan Laut
(Kasus), Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018,Volume 1,
Edisi/volume, Nomor 2, Tahun 2019
Nomor dan
tahun
Penulis Evi Susanti, Firdayanti, dan Nadyah Haruna
Nama Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada
JurnalPenduk Ibu Hamil Trimester, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019
ung,
Edisi/volume,
Nomor dan
tahun
Penulis Siti Rofi’ah, sri Widianti, dan Arfiana
Kasus Studi kasus ini dilakukan pada Ny “S”. Dari hasil anamnesis,
ibu mengatakan bahwa ia mengalami mual dan muntah sejak 2
bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah
pernah dirawat di RS TNI-AL Jala Ammari dengan keluhan
yang sama, yaitu pada tanggal 24-27 April 2018. Akan tetapi,
waktu itu ibu belum mengetahui bahwa dirinya sedang hamil.
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang tidak
direncanakan.
Ibu mengatakan bahwa ia muntah sekitar ±5-6 kali
dalam sehari. Namun, keluhan ibu terus bertambah hingga mual
dan muntah tersebut mencapai ±10 kali dalam sehari dan hal itu
mengganggu aktifitas ibu sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga
merasa pusing, lemas, dan nyeri ulu hati.
Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ibu memang
pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya. Saat ini ibu memasuki usia 37 tahun, ibu
mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa yang
23

mengerjakan pekerjaan sehari-hari sendiri. Setelah dilakukan


anamnesis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan
umum ibu tampak lemah, kesadaran apatis (acuh tak acuh),
turgor kulit kurang baik, BB ibu 52 kg, tekanan darah 80/60
mmHg, mata tampak cekung, sklera sedikit icterus.
Konjungtiva tampak pucat, bibir kering, dan lidah tampak
kotor. Pada pemeriksaan abdomen, TFU 3 jari di atas
simphysis, teraba ballottement (+), dan tidak ada nyeri tekan.
Berdasarkan rumus Naegle, usia kehamilan ibu dari hari
pertama haid terakhir tanggal 20-02 2018 sampai tanggal
pengkajian 27-05- 2018 adalah 13 minggu 5 hari.
Pembahasan - Pada kasus diketahui klien berusia 37 tahun, hal ini sesuai
perbandingan dengan hasil penelitian (Muchtar,2018) dan (Santy,2015) yang
jurnal menyebutkan bahwa ada hubungan antara faktor umur dengan
kejadian hyperemesis gravidarum.
- Klien mengatakan muntah sekitar ±5-6 kali dalam sehari dan
terus bertambah hingga mencapai ±10 kali dalam sehari
sehingga mengganggu aktifitasnya, dan hal ini sesuai dengan
yang dikatakan (Mansjoer, 2009) bahwa apabila gejala yang
muncul berlebihan dan menyebabkan gangguan pada pekerjaan
sehari-hari serta keadaan umum menjadi buruk maka diagnos
hyperemesis gravidarum dapat ditegakkan.
- Pada kasus kami kehamilan klien merupakan kehamilan yang
tidak direncanakan, hal itu sesuai dengan hasil penelitian
(Safari, 2017) bahwa faktor psikologis ibu berhubungan
signifikan dengan hyperemesis gravidarum.
- (Runiari, 2010) menyatakan bahwa hiperemesis grsvidarum
masih belum diketahui dengan jelas, namun dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor predisposisi antara lain peningkatan kadar
progesteron, esterogen, dan human chorionic gonadotropin
(hcG) dapat menjadi pencetus mual dan muntah.
24

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum (HEG), suatu kondisi mual dan muntah yang
berlebihan selama kehamilan.Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang
terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat
aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Apendisitis, Pielitis dan
sebagainya.
5.2 Saran

Diharapkan perawat dapat mengerti dan memahami tentang hiperemesis


gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada
ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. Kondisi ibu yang sedang
hamil muda benar-benar harus dijaga, baik kesehatan fisik, kandungan, serta
kenyamanan batinnya. Ibu hamil sering mengabaikan. kebutuhan gizi karena
mual dan muntah merupakan suatu hal yang tidak nyaman dan mengganggu
aktifitas sehari-hari.
25

DAFTAR PUSTAKA

Arief. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nusa Medika

Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4,
Alih Bahasa Maria A. Wijayanti. Peter 1 Anugerah. Jakarta: EGC

Lombogia, Moudy. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas; Konsep, Teori dan
Modul Praktikum. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeskulapius.

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Muchtar, A. S. 2018. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6), pp.
598–602.

Proverawati, A. and Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

RCOG Green-top Guideline.2016. The Management of Nausea and Vomiting of


Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. London: RCOG Press.

Rofiah, Siti. Sri, W. & Arfiana. 2019. Studi Fenomenologi Kejadian Hiperemesis
Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester 8(1):41-52 Jurnal Riset Kesehatan.
Poltekkes Kemenkes Semarang.

Runiari, N. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis


Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Safari, F. R. N. (2017). Hubungan Karakteristik dan Psikologi Ibu Hamil dengan


Hiperemesis Gravidarum di RSUD H Abd manan Simatupang Kisaran.
Wahana Inovasi. 6(1): 202–212.

Santy, E. 2015. Usia dan Paritas terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di


RSUD Dokter Rubini Mempawah. Jurnal Kebidanan Khatulistiwa 1(2).
pp. 60–65.
26

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.


Jakarta: EGC.

Sastri Nen. 2017. Analisis Kejadian Hiperemesis gravidarum pada Ibu Hamil Di
Bidan Praktik Mandiri Ellna Palembang Tahun 2017. Program Studi
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada, Vol 5, No 2.

Susanti, E. Firdayanti, dan N. Haruna. 2019. Manajemen Asuhan Kebidanan


Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RS
TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018. 1(2):
79-91.
Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 41 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

Jurnal Riset Kesehatan


http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk
_________________________________________________________________

STUDI FENOMENOLOGI KEJADIAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I
Siti Rofi’ah*) ; Sri Widatiningsih ; Arfiana
Jurusan Kebidanan ; Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

Abstrak

Mual muntah adalah gejala yang normal dalam kehamilan. Namun, apabila berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis
gravidarum. Tujuan penelitian ini adalah menggali berbagai hal tentang kejadian hiperemesis
gravidarum yang dialami oleh ibu hamil trimester I. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan berjumlah lima belas orang terdiri dari
ibu hamil, suami, bidan rumah sakit dan bidan desa. Pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam dan analisa menggunakan teknik induktif. Penelitian ini mengidentifikasi
tujuh tema yaitu 1) Persepsi tentang hiperemesis gravidarum; 2) Faktor - faktor yang
mempengaruhi hiperemesis gravidarum; 3) Kronologi hiperemesis gravidarum; 4) Pengobatan
baik farmakologis maupun non farmakologis yang diterima ibu hamil dalam mengatasi
hiperemesis gravidarum dari sejak keluhan awal; 5) Bentuk dukungan yang diterima ibu baik dari
keluarga maupun tenaga kesehatan pada saat mengalami hiperemesis gravidarum; 6) Harapan ibu
terhadap keluarga dan tenaga kesehatan untuk hiperemesis gravidarum; 7) Hambatan dalam
mengatasi hiperemesis gravidarum. Harapannya agar bidan lebih aktif dalam memberikan
informasi tentang hiperemesis gravidarum beserta cara mengatasinya; bagi ibu hamil supaya
mencari informasi tentang hiperemesis gravidarum dari berbagai sumber dan mencari sumber
dukungan untuk mengatasi hiperemesis gravidarum.

Kata kunci: Hiperemesis gravidarum; Ibu hamil trimester I; Bidan

Abstract
[PHENOMENOLOGY STUDY OF GRAVIDARUM HYPEREMESIS EVENT IN TRIMESTER I
PREGNANT WOMEN] Nausea and vomiting are symptoms of a normal pregnancy. However, if
excessive, it interferes daily work and worsen the general conditions, called hyperemesis
gravidarum. The purpose of this study is to explore various things about hyperemesis gravidarum
experienced by pregnant women at first trimester. This is a qualitative study with descriptive
phenomenology approach. There were 15 participants consisting of pregnant women, husbands,
hospital midwives and community midwives. Data collection using in-depth interviews, while
data analysis using inductive techniques. The research identified seven themes: 1) Perception of
hyperemesis gravidarum is nausea and vomiting during pregnancy; 2) Factors that affect
hyperemesis gravidarum including hormonal, age, exhausted activity, nutrition intake and
psychological problems; 3) The chronology of hyperemesis gravidarum were firstly, seeking for
treatment by visiting midwives or public health center soon after experiencing hyperemesis. For
prolonged symptoms they will go to a doctor or admitted to a hospital ; 4) Treatment was merely
pharmacological; 5) Support from family are in form of companion, suggestion, and fulfilment of
needs. Health professionals support are in form of counselling ; 6) Pregnant women’s expecation
from family and health professionals including support and help to eliminate the symptoms ; 7)
The prominent barrier to overcome hyperemesis gravidarum was ingorance. It is suggested that
midwives should be more active in providing information on hyperemesis gravidarum and its
solutions; pregnant women must seek information about hyperemesis gravidarum from various
sources, and looking for sources of support to cope with hyperemesis gravidarum.

Keywords: hyperemesis gravidarum; first trimester of pregnancy; midwife

*) Siti Rofi’ah.
E-mail: nandasheeta@yahoo.com

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 42 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

1. Pendahuluan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan


Mual dan muntah pada kehamilan terjadi kesehatan ibu dan kesehatan janin yang
karena pengaruh hCG, penurunan tonus dikandungnya (Hidayati, 2009).
otot-otot traktus digestivus sehingga seluruh Prinsip penatalaksanaan hiperemesis
traktus digestivus mengalami penurunan gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi
kemampuan bergerak (Kusmiyati, 2015). mual muntah, koreksi dehirasi dan
Peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin ketidakseimbangan elektrolit, pemberian
(hCG) akan menginduksi ovarium untuk vitamin dan kalori yang adekuat untuk
memproduksi estrogen yang dapat merangsang mempertahankan nutrisi (Setiawati and
mual dan muntah (Wiknjosastro, 2009). Ramadhian, 2016). Berdasarkan survei
Hiperemesis Gravidarum merupakan suatu pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14
keadaan yang ditandai rasa mual dan muntah Juni 2017 di ruang rawat inap RSUD Kabupaten
yang berlebihan, kehilangan berat badan dan Magelang didapatkan data pada jumlah pasien
gangguan keseimbangan elektrolit, ibu terlihat hiperemesis gravidarum sejumlah 5 orang pada
lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata bulan April 2017 dan 2 orang pada bulan Mei
terlihat cekung. Apabila ibu hamil yang 2017.
mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan Angka kejadian hiperemesis gravidarum
penanganan dengan baik dapat menimbulkan di RSUD Kabupaten Magelang pada
masalah lain yaitu peningkatan asam lambung pertengahan September 2017 hingga
dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. pertengahan November 2017 sejumlah 2 (dua)
Peningkatan asam lambung akan semakin orang. Hasil wawancara dengan bidan desa pada
memperparah hiperemesis gravidarum (Mirza, tanggal 25 Oktober 2017 diperoleh data bahwa
2008). sebagian besar ibu hamil yang mengalami mual
Hiperemesis gravidarum dapat muntah meskipun sudah lemas dan sulit makan
dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor minum menolak untuk dilakukan rujukan.
psikologis, faktor paritas, faktor nutrisi dan Alasan yang dikemukakan antara lain repot
faktor alergi (Proverawati and Asfuah, 2009). yang menunggui di rumah sakit, tidak ada biaya,
Masalah psikologis dapat berupa kehamilan dan masalah ekonomi. Oleh karena itu peneliti
yang tidak diinginkan, beban kerja atau finansial, melakukan wawancara mendalam tidak hanya
ambivalensi, kecemasan, konflik dan pada ibu hamil hiperemesis gravidarum yang
ketidaknyamanan fisik. Masalah keuangan dapat dirawat di RSUD Kabupaten Magelang namun
mempengaruhi keadaan mual dan muntah juga pada ibu hamil dengan hiperemesis
dalam kehamilan, seperti kecemasan terhadap gravidarum yang ada di masyarakat wilayah
situasi keuangan saat ini dan yang akan datang kerja Puskesmas Muntilan II. Hal ini karena
dapat menyebabkan kekhawatiran yang secara geografis RSUD Kabupaten Magelang
membuat wanita merasa tidak sehat, terutama berada di wilayah kerja Puskesmas Muntilan II.
jika ia berniat untuk berhenti bekerja secara total Klien yang dilakukan rawat inap di RSUD
setelah melahirkan. Faktor emosional karena Kabupaten Magelang rata-rata mengalami
syok dan adaptasi pada kehamilan kembar atau hiperemesis derajat 2 dengan diberikan
kehamilan yang terjadi dalam waktu berdekatan intervensi infus selang seling antara Ringer
juga dapat memicu terjadinya hiperemesis Laktat dan D 5% dan injeksi ondansetron 4 mg/
gravidarum. Kurangnya pengetahuan, informasi, 8 jam, ranitidin 50 mg/ 12 jam serta neurobion
dan komunikasi antara wanita dan pemberi 5000 mg/ 24 jam secara intra vena. Pasien yang
asuhannya dapat mempengaruhi persepsi tidak dilakukan rawat inap dalam mengatasi
wanita hamil tentang keparahan gejala (Tiran, keluhan mual muntahnya dengan menggunakan
2008). obat oral anti muntah yang berbentuk syrup.
Hiperemesis gravidarum dapat Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik
mengakibatkan tubuh ibu sangat lemah, muka untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan
pucat dan frekuensi buang air kecil menurun untuk mengetahui fenomena kejadian
drastis sehingga cairan tubuh semakin hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
berkurang dan darah menjadi kental trimester I.
(hemokonsentrasi). Keadaan ini dapat
memperlambat peredaran darah sehingga 2. Metode
konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga Desain penelitian ini kualitatif dengan
ikut berkurang sehingga menimbulkan paradigma naturalistik. Jenis pendekatan yang

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 43 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Karena pembakaran lemak kurang sempurna


Dalam penelitian ini fenomena yang diteliti terbentuklah badan keton di dalam darah
adalah kejadian hiperemesis gravidarum pada yang dapat menambah beratnya gejala klinik
ibu hamil trimester I baik yang di rawat di RSUD (Mansjoer, 2009) (Mochtar, 2010). Hasil
Kabupaten Magelang maupun di komunitas penelitian (Maulina, Megamaulia and Widia,
yang meliputi persepsi ibu dan keluarga tentang 2016) menyebutkan bahwa ada hubungan
kejadian hiperemesis gravidarum, faktor yang antara status gizi ibu hamil dengan
mempengaruhi, kronologi kejadian, pengobatan hiperemesis gravidarum di RSIA Paradise
yang diterima, dukungan dan harapan serta Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan gejala
hambatan dalam mengatasi hiperemesis yang semakin berat status gizi ibu juga akan
gravidarum. Penelitian ini dilakukan di ruang menurun sehingga akan semakin
rawat inap RSUD Kabupaten Magelang dan di memperparah derajat hiperemesis
wilayah kerja Puskesmas Muntilan II pada gravidarum.
pertengahan bulan September – pertengahan Akibat dari mual muntah yang terus
November 2017 selama 2 (dua) bulan. menerus dapat terjadi dehidrasi,
hiponatremia, hipokloremia, penurunan
3. Hasil dan Pembahasan klorida urin yang selanjutnya dapat terjadi
a. Persepsi ibu dan keluarga tentang kejadian hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi
hiperemesis gravidarum darah ke jaringan dan menyebabkan
Hiperemesis gravidarum adalah suatu tertimbunnya zat toksik (Mansjoer, 2009).
keadaan mual muntah yang berlebihan Keadaan gizi dan status kesehatan yang
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan buruk dapat berakibat fatal bagi ibu hamil
keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, maupun janinnya. Hal ini karena menurut
2009). Angka kejadian mual muntah saat (Proverawati and Asfuah, 2009) ibu atau calon
hamil menurut partisipan bidan terjadi sekitar ibu merupakan kelompok rawan, karena
40-50 % dari seluruh kehamilan, namun yang membutuhkan gizi yang cukup sehingga
sampai pada keadaan hiperemesis harus dijaga status gizi dan kesehatannya
gravidarum sekitar 20 – 30 %. Partisipan agar dapat melahirkan bayi yang sehat.
dalam penelitian ini baik ibu hamil maupun b. Faktor - faktor yang mempengaruhi kejadian
suaminya memiliki pemahaman yang benar hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
tentang hiperemesis gravidarum yaitu suatu trimester I
keadaan muntah yang disebabkan karena (Nugraheny, 2009) menyatakan bahwa
adanya kehamilan. Partisipan ibu hamil juga penyebab pasti hiperemesis gravidarum
mampu menyebutkan gejala nyata dari belum diketahui. Kejadian ini dapat
hiperemesis gravidarum yaitu lemes, mual, dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor
muntah akibat tidak nafsu makan dan tidak psikologis, faktor paritas, faktor nutrisi dan
bisa tidur. Dengan mengetahui gejala faktor alergi. Faktor-faktor tersebut dapat
hiperemesis gravidarum diharapkan memicu terjadinya hiperemesis gravidarum
partisipan mampu mencegah akibat yang pada ibu hamil (Rose and Neil, 2008). Hasil
lebih parah dari keadaan tersebut. Hal ini penelitian menyebutkan bahwa partisipan
sesuai dengan hasi penelitian (Wiwik, Niman mempersepsikan faktor-faktor yang
and Susilowati, 2016) yang menyatakan mempengaruhi kejadian hiperemesis meliputi
bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap faktor hormonal, bawaan bayi, keturunan,
ibu hamil dalam mencegah kejadian karena kehamilan, usia, aktivitas, asupan
hiperemesis gravidarum di wilayah kerja nutrisi, beban psikologis.
Puskesmas Padalarang. Pengetahuan yang Pendapat partisipan yang menyatakan
baik ini akan mendorong mereka bersikap bahwa hiperemesis gravidarum disebabkan
mendukung terhadap pencegahan kejadian karena faktor hormon adalah sesuai dengan
hiperemesis gravidarum menjadi semakin (Runiari, 2010) yang menyebutkan bahwa
parah. penyebab hiperemesis gravidarum masih
Kejadian mual muntah yang terus belum diketahui dengan jelas, namun dapat
menerus akan menyebabkan cadangan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi
karbohidrat habis dipakai untuk keperluan antara lain peningkatan kadar progesteron,
energi sehingga pembakaran tubuh esterogen, dan human chorionic gonadotropin
berlebihan pada cadangan lemak dan protein. (hcG) dapat menjadi faktor pencetus mual

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 44 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

dan muntah. antara status gizi ibu hamil dengan


Partisipan juga menyebutkan faktor usia hiperemesis gravidarum.
sebagai salah satu faktor pemicu terjadinya Namun demikian, masih ada persepsi
hiperemesis gravidarum. Hasil penelitian partisipan yang masih harus dikoreksi
(Muchtar, 2018) dan penelitian (Santy, 2015) tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab
menyebutkan bahwa ada hubungan antara hiperemesis gravidarum yaitu karena bawaan
faktor umur dengan kejadian hiperemesis bayi atau keturunan. Dengan persepsi ini ada
gravidarum. Hal ini berkaitan dengan stress kecenderungan partisipan tidak mau mencari
atau faktor psikologis. Kehamilan pada usia pengobatan atau upaya penyembuhan
lebih dari 35 tahun diatas 35 tahun berkaitan terhadap gejala mual muntahnya. Hal ini
dengan adanya kemunduran dan penurunan didasarkan pada persepsi bahwa mual
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit muntah berlebihan ini adalah bawaan bayi
yang sering menimpa dan penyakit mudah atau faktor keturunan sehingga tidak akan
masuk di umur ini. Partisipan yang sembuh sebelum masanya hilang. Hal ini
menyatakan usia sebagai faktor pemicu akan berakibat fatal baik bagi ibu maupun
kejadian hiperemesis gravidarum adalah janin. Mual muntah yang berlebihan dan
seorang primitua berusia 38 tahun sehingga terus berlanjut dapat menyebabkan cairan
timbul kekhawatiran dengan kehamilannya. tubuh berkurang, sehingga darah menjadi
Stress atau beban psikologik merupakan salah kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah
satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis ke jaringan terlambat. Jika keadaan demikian
gravidarum. Keadaan ini memegang peran maka konsumsi oksigen dan makanan ke
penting dalam mencetuskan gejala mual jaringan juga ikut berkurang sehingga
muntah yang berlebihan meskipun menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat
hubungannya belum diketahui dengan pasti mengurangi kesehatan ibu dan
(Mitayani, 2009). perkembangan janin (Hidayati, 2009)
Beban psikologik partisipan pada c. Kronologi kejadian hiperemesis gravidarum
penelitian ini disebabkan karena trauma pada yang dialami ibu hamil trimester I
kehamilan sebelumnya, kekhawatiran tidak Partisipan pada penelitian ini
mampu merawat anak karena jarak menyatakan bahwa kejadian hiperemesis
kehamilan terlalu dekat, karena masih jadi gravidarum diawali dengan mual muntah
satu dengan mertua ataupun kekhawatiran yang normal dan terus berlanjut. Mual
akan pekerjaan. Selain itu faktor kelelahan muntah mulai terjadi pada usia kehamilan 6 –
karena merawat anak yang masih usia 6 bulan 8 minggu. Menurut (Prawirohardjo, 2009)
juga menyebabkan stres bagi partisipan. mual atau nausea dan muntah atau emesis
Beban psikologis tersebut akan berpengaruh gravidarum adalah gejala yang wajar dan
pada kejadian hiperemesis gravidarum sesuai sering terdapat pada kehamilan trimester I.
dengan hasil penelitian (Syamsuddin, Lestari Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi
and Fachlevy, 2018) yang menyatakan bahwa dapat pula muncul setiap saat dan malam
ada hubungan yang bermakna antara stres hari. Gejala ini dapat terjadi sekitar 6 minggu
dengan sindrom hiperemesis gravidarum di sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kendari. Hal berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
ini diperkuat dengan hasil penelitian (Safari, Apabila gejala ini muncul berlebihan dan
2017) bahwa psikologis ibu berhubungan menyebabkan gangguan pada pekerjaan
signifikan dengan hyperemesis gravidarum di sehari-hari serta keadaan umum menjadi
RSUD H. Abd. Manan Simatupang Kisaran buruk maka diagnosa hiperemesis
tahun 2017. gravidarum dapat ditegakkan (Mansjoer,
Selain faktor hormon dan beban 2009).
psikologik, partisipan juga menyebutkan Biasanya mual muntah muncul setelah
bahwa hiperemesis gravidarum disebabkan ibu dinyatakan hamil berdasarkan hasil
karena faktor asupan nutrisi. Faktor nutrisi pemeriksaan PP test. Munculnya keluhan ini
menurut (Rose and Neil, 2008) merupakan akibat sikap partisipan terhadap keadaan
salah satu faktor pemicu hiperemesis kehamilannya. Sikap merupakan
gravidarum. Hal ini telah dibuktikan oleh pandangan-pandangan atau perasaan yang
(Maulina, Megamaulia and Widia, 2016) pada disertai kecenderungan untuk bertindak
penelitiannya dengan hasil ada hubungan sesuai sikap obyek. Beberapa faktor dapat

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 45 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

mempengaruhi sikap sesorang yaitu hiperemesis gravidarum keadaan partisipan


pengalaman pribadi, pengaruh orang lain semakin kurang baik dan harus dirawat di
yang dianggap penting, pengaruh rumah sakit dengan beberapa diagnosa.
kebudayaan, media massa, lembaga Berbeda dengan partisipan lainnya yang
pendidikan dan lembaga agama serta faktor murni terdiagnosa hiperemesis gravidarum.
emosi (Wawan and Dewi, 2011). Keluhan Keluhan yang disampaikan sebatas pada
mual muntah karena dipicu faktor emosi ibu keadaan mual muntahnya dan yang terparah
hamil yang mencetuskan sikap bahwa adalah adanya nyeri epigastrium. Keluhan ini
seorang ibu yang sedang hamil muda dirasakan oleh dua orang partisipan yang
biasanya mengalami mual muntah. Hal inilah menjalani perawatan rawat inap di rumah
yang menyebabkan ibu yang sebelum sakit serta didukung oleh pernyataan
mengetahui dirinya hamil tidak mengalami partisipan bidan yang memberikan
mual muntah namun begitu mengetahui test perawatan selama di rumah sakit.
kehamilan positif maka keluhan mual muntah Akibat dari keadaan hiperemesis
segera muncul. gravidarum dapat terjadi penurunan berat
Beberapa partisipan menyatakan bahwa badan yang kronis akan meningkatkan
keadaannya diawali dengan keluhan mual kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam
muntah lebih dahulu sebelum mengetahui rahim (IUGR) (Wiknjosastro, 2009). Pada
bahwa dirinya hamil. Hal ini kemungkinan penelitian ini penurunan berat badan
karena faktor predisposisi peningkatan kadar partisipan masih dalam batas normal.
hormonal (Runiari, 2010). Keadaan mual Penurunan berat badan paling banyak 11 kg
muntah dapat diperberat dengan adanya sehingga rata-rata hasil jawaban partisipan
penyebab lain berkaitan dengan faktor tentang kondisi kehamilannya adalah dalam
psikologis, spiritual, lingkungan dan keadaan baik. Hal ini diperkuat jawaban
sosiokultural (Hutahaean, 2009). Hal ini partisipan bidan yang menyatakan bahwa
terjadi pada salah satu partisipan yang perkembangan bayi pada ibu hamil dengan
berdasarkan hasil observasi kurang hiperemesis gravidarum tingkat 1 masih
mendapatkan dukungan, suaminya saat normal dan keluhannya akan semakin
ditanya waktu mulai terjadinya mual muntah berkurang dengan pengobatan baik secara
juga kurang mengetahui. Partisipan tersebut oral maupun injeksi.
tinggal bersama mertua dan iparnya sehingga Hal yang dirasakan partisipan adalah
merasa tertekan dan kurang mendapat keadaan mual muntahnya cukup
dukungan saat menjalani kehamilan yang mengganggu aktivitas yang seharusnya
tidak direncanakan yaitu karena terlambat dilakukan, hal ini karena asupan makanan
menggunakan kontrasepsi. Hal ini yang kurang mereka harus istirahat total dan
kemungkinan yang menyebabkan terjadinya tidak mampu menjalankan aktivitas rutin.
hiperemesis gravidarum pada partisipan Oleh karena keadaan tersebut, hiperemesis
tersebut. gravidarum dapat menimbulkan dampak
Partisipan yang terdiagnosa hiperemesis psikologis berupa kecemasan, rasa bersalah,
gravidarum pada penelitian ini masih pada dan marah jika gejala mual dan muntah
tingkat I, sehingga gejala yang muncul sesuai semakin berat. Selain itu dapat terjadi konflik
dengan (Sulistyawati, 2009) yaitu mual antara ketergantungan terhadap pasangan
muntah yang terus-menerus, sehingga dan kehilangan kontrol jika wanita sampai
mempengaruhi keadaan umum, terjadi berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain
dehidrasi, tekanan darah menurun, denyut juga berubah karena wanita mengalami
nadi meningkat dan dapat disertai dengan perubahan yang sangat kompleks terhadap
naiknya suhu tubuh serta nyeri epigastrium. kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan
Partisipan umumnya dalam keadaan sehat perasaan terisolasi dan kesendirian (Runiari,
tidak ada penyakit penyerta. Keadaan 2010).
kesehatan ibu hamil akan berpengaruh pada Untuk mengatasi keadaannya tersebut
kehamilan dan perkembangan janinnya. Hal biasanya partisipan akan segera mendatangi
ini terjadi pada satu orang ibu hamil yang petugas kesehatan baik bidan, dokter atau ke
memiliki riwayat penyakit maag serta infeksi fasilitas pelayanan kesehatan. Partisipan yang
saluran kemih. Akibat beberapa penyakit mengalami mual muntah tanpa disertai
tersebut, saat mengalami keadaan keluhan yang lain biasanya akan sembuh

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 46 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

setelah dua atau tiga kali periksa. Pada menyatakan bahwa Pemberian seduhan jahe
awalnya, ibu hamil dengan hiperemesis akan lebih efektif dibandingkan dengan jus buah
memeriksakan diri ke Puskesmas atau bidan jeruk bali untuk mengatasi mual muntah
desa, namun jika keluhan tidak berkurang pada ibu hamil trimester I. Permen jahe juga
setelah kedatangannya yang kedua maka mampu menurunkan emesis gravidarum
akan mencari pengobatan pada Dokter atau pada kehamilan trimester I di Wilayah
dilakukan rawat inap. Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal.
d. Pengobatan baik farmakologis maupun non Selain itu, pemberian serbuk jahe (Zingiber
farmakologis yang telah diterima ibu hamil Officinale) terhadap tingkatan mual muntah
dalam mengatasi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil usia kehamilan 0- 16 minggu
dari sejak keluhan awal (Kundarti, Rahayu and Utami, 2015)
Menurut Quinland dalam (Runiari, 2010) Lemon inhalasi aromatherapy juga
bahwa penatalaksanaan mual muntah dalam berpengaruh terhadap mual pada kehamilan.
kehamilan tergantung pada beratnya gejala. (Astriana, Putri and Aprilia, 2015) dalam
Paling ringan bisa diatasi dengan perubahan penelitiannya menyebutkan bahwa ada
diet hingga pengobatan antiemetik, rawat perubahan rata-rata frekuensi mual antara
inap dan pengobatan parenteral. Pengobatan sebelum dan sesudah diberikan inhalasi
terhadap hiperemesis gravidarum dapat aromatherapy yaitu 4,53 menjadi 3,13 dalam
berupa terapi farmakologis dan non sehari. Hal ini berarti ada pengaruh
farmakologis. pemberian lemon inhalasi aromatherapy
Seluruh partisipan dalam penelitian ini terhadap mual pada kehamilan. Pemberian
mempercayakan pengobatan hiperemesis jahe instan dengan dosis 290 mg juga mampu
gravidarum dengan menggunakan terapi menurunkan kejadian mual muntah pada ibu
farmakologis yang mereka peroleh saat hamil trimester I sebesar 6 kali lipat
periksa baik di bidan maupun dokter. Obat dibandingkan plasebo. Dengan pemberian
yang diberikan bidan saat periksa berupa anti jahe instan akan meningkatkan asupan energi
muntah seperti vitamin B6, vosea, pada ibu hamil pada ibu hamil dengan mual
metoclopramide, atau primperan syrup muntah sebesar 24,5 kali lebih besar daripada
dengan pertimbangan agar mudah diminum placebo .
oleh ibu hamil. Partisipan yang dilakukan e. Bentuk dukungan yang telah diterima ibu
rawat inap mendapatkan ondansetron secara baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan
drip pada cairan infus dan injeksi ranitidin pada saat mengalami hiperemesis
pada hari I dan II perawatan. Untuk gravidarum.
meningkatkan stamina tubuh diberikan Ibu hamil dengan hiperemesis
neurobion injeksi. Pada hari ketiga perawatan, gravidarum yang menjadi partisipan dalam
partisipan masih diberikan cairan infus tanpa penelitian ini hampir seluruhnya
drip anti mual. Obat anti mualnya diberikan mendapatkan dukungan baik dari suami,
secara oral, jika keluhan ibu hamil teratasi keluarga, tetangga, teman dan saudaranya.
pada hari perawatan hari ketiga maka akan Dukungan keluarga terutama suami
dipulangkan pada hari keempat. Pada merupakan unsur penting dalam membantu
saat-saat tertentu mereka merasa keluhannya individu menyelesaikan suatu masalah.
tidak berkurang maka mereka beristirahat Dengan dukungan yang diterima seorang
dan mengoleskan penghangat seperti minyak individu dalam hal ini ibu hamil dengan
kayu putih, minyak aromaterapi atau dengan hiperemesis gravidarum akan meningkatkan
minum air hangat. rasa percaya diri dan motivasi untuk
Selain menggunakan obat sebagai terapi menghadapi masalahnya yaitu gejala mual
farmakologis, hiperemesis gravidarum dapat muntah beserta keluhan lainnya. Sesuai
diatasi menggunakan terapi nonfarmakologis dengan hasil penelitian (Syamsuddin, Lestari
misalnya rebusan maupun seduhan jahe. Hal and Fachlevy, 2018), (Zaen, Widyawati and
ini sesuai dengan hasil penelitian (Soa, Yuswantina, 2015), (Zuhrotunida and
Amelia and Octaviani, 2018) bahwa Yudiharto, 2017).
pemberian rebusan jahe merah dan daun mint Ibu hamil dengan hiperemesis
lebih efektif dalam mengurangi mual muntah gravidarum membutuhkan dukungan suami
saat kehamilan dibandingkan jeruk nipis dan dan keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
madu. Hasil penelitian (Nugrahani, 2017) Bentuk dukungan yang telah diterima oleh

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 47 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

partisipan dalam penelitian ini berupa biasanya bekerja membantu mencari nafkah
kesiapan mengantar ke tempat periksa, bagi keluarga. Pekerjaan merupakan aktivitas
memberikan nasihat berkenaan dengan yang dilakukan untuk menunjang
keluhan yang dirasakan, menyiapkan segala kehidupannya dan kehidupan keluarganya
keinginan termasuk kebutuhan nutrisi. yang diukur berdasarkan jenis kegiatan yang
Bahkan saat partisipan dirawat di rumah sakit, dilakukan sehari-hari (Ismail, 2010). Keluhan
suami siap membantu memenuhi kebutuhan mual muntah yang terus menerus
ibu hamil dalam upaya mengatasi menyebabkan partisipan tidak mampu lagi
keluhannya. untuk melakukan pekerjaan yang biasanya
Dukungan keluarga merupakan sikap, dilakukan. Salah satu partisipan harus
tindakan dan penerimaan keluarga berhenti menjahit dan melakukan bed rest di
terhadap anggotanya. Anggota keluarga tempat tidur, sedangkan partisipan yang lain
memandang bahwa orang yang bersifat mengajukan cuti sebagai Sales Promotion Girl
mendukung selalu siap memberikan produk Kosmetik, hal ini akan menjadi beban
pertolongan dan bantuan jika diperlukan psikologis bagi ibu hamil. Menurut
(Friedman, Bowden and Jones, 2013). (Wiknjosastro, 2009) mengungkapkan bahwa
Kurangnya dukungan kepada partisipan saat beban psikologi memegang peranan penting
mengalami mual muntah akan menimbulkan dalam penyakit ini sehingga dapat
stress pada ibu dan mual muntah. Kondisi menyebabkan konflik mental yang dapat
psikologis pada ibu hamil yang tidak memperberat mual dan muntah.
mendapat dukungan dari suami akan sangat Hasil penelitian (Atika, Putra and Thaib,
berpengaruh terhadap terjadinya hiperemesis 2016) menyatakan bahwa pekerjaan sebagai
gravidarum. Hal ini terjadi pada salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
partisipan dalam penelitian ini. Partisipan hiperemesis gravidarum. Faktor pekerjaan
yang kurang mendapatkan dukungan terlihat berkaitan dengan status sosial ekonomi. Ibu
menahan beban psikologis dan merasa sendiri hamil dengan status sosial ekonomi rendah
saat menjalani kehamilan ini sehingga selama merupakan faktor risiko terjadinya
kehamilan trimester pertama ini sudah hiperemesis gravidarum yang sering
pulang ke rumah orang tuanya sebanyak dua dihubungkan dengan infeksi Helicobacter
kali. pylori. Helicobacter pylori merupakan jenis
Kehamilan trimester awal merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk spiral
masa adaptasi sehingga dukungan suami dan dan banyak ditemui pada penduduk di
keluarga sangat diperlukan oleh ibu hamil. negara- negara berstandar ekonomi rendah
Selain itu, ibu hamil juga membutuhkan dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dengan demikian, jika seorang ibu hamil
tetangga, saudara, maupun petugas kesehatan. tidalk melakukan suatu pekerjaan yang untuk
Dengan dukungan yang diterima maka ibu mendapatkan penghasilan maka dapat
hamil dapat terbebas dari stress dan semakin memperburuk kejadian hyperemesis
menerima kehamilannya yang pada akhirnya gravidarum baik dari segi psikologis maupun
bisa mencegah dan mengatasi terjadinya ekonomi.
hipermemesis gravidarum. Bentuk dukungan Harapan lain dari partisipan dalam
yang diberikan oleh petugas kesehatan pada penelitian ini adalah agar tidak diganggu
ibu hamil dalam penelitian ini berupa support pada saat mual, namun ada pula yang justru
dan nasihat berkenaan dengan keluhan yang ingin ditemani saat mengalami mual muntah.
dirasakan. Harapan ini membutuhkan dukungan
f. Harapan ibu terhadap keluarga dan tenaga emosional dari suami maupun keluarga.
kesehatan untuk kejadian hiperemesis Menurut (Friedman, Bowden and Jones, 2013)
gravidarum yang dialami ibu hamil dukungan emosional yang dapat diberikan
trimester I kepada ibu hamil dapat berupa pemberian
Harapan partisipan ibu hamil terhadap perhatian ketika mengalami gangguan seperti
keluarga dan tenaga kesehatan untuk mual muntah, mendengarkan keluhan terkait
kejadian hiperemesis gravidarum adalah gangguan yang dirasakan serta memberitahu
keinginannya agar segera sembuh. Partisipan anggota keluarga lain agar tetap memberikan
sangat terganggu dengan keluhan yang dukungan sehingga ibu hamil merasa
dirasakan, terutama bagi partisipan yang diperhatikan.

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 48 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

Salah satu partisipan berharap agar secara lebih aktif. Mereka dapat mengurangi
dalam keluarga mengerti bahwa saat hamil keluhan mual muntahnya dengan terapi non
ini ia sangat tidak menyukai asap rokok. Ibu farmakologis yang sudah terbukti mampu
hamil berharap anggota keluarga mau menurunkan derajat mual mual muntah.
memberikan fasilitas bebas asap rokok dan Beberapa hasil penelitian telah membuktikan
bau asap rokok di sekelilingnya. Ini bahwa konsumsi permen jahe (Astuti, 2016),
merupakan wujud dukungan instrumental rebusan jahe merah dan daun mint (Soa,
yang harus diberikan keluarga kepada ibu Amelia and Octaviani, 2018), seduhan jahe
hamil. Dukungan instrumental dapat berupa (Nugrahani, 2017), konsumsi pisang kapok
bantuan menyiapkan obat, menyarankan (Ratih and Qomariah, 2017), Lemon inhalasi
istirahat ketika merasa muncul keluhan, aromatherapy (Astriana, Putri and Aprilia,
mengantarkan saat periksa maupun 2015) dan (Maternity, Ariska and Sari, 2017),
menfasilitasi kebutuhan termasuk suasana aromaterapi lavender (Rahayu and Sugita,
yang nyaman bagi ibu hamil (Friedman, 2018), aromaterapi peppermint (Kartikasari,
Bowden and Jones, 2013). Hasil penelitian Ummah and Taqiiyah, 2017) dan self
(Sumardi, 2016) menyatakan bahwa management module (Latifah, Setiawati and
dukungan yang diterima ibu hamil baik itu Dwi, 2017) mampu mengurangi mual muntah
dukungan informasional, dukungan penilaian, pada kehamilan.
dukungan instrumental dan dukungan g. Hambatan dalam mengatasi kejadian
emosional dalam kategori baik. Hal ini hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
menggambarkan bahwa secara umum suami trimester I
dan keluarga sudah memahami kebutuhan Upaya untuk mengatasi hiperemesis
dukungan untuk ibu hamil saat menjalani gravidarum dapat berlangsung tidak sesuai
kehamilannya. yang diharapkan apabila ada suatu keadaan
Secara umum harapan partisipan dalam yang menjadi hambatan dalam mengatasi
penelitian ini sudah terpenuhi. Partisipan keluhan mual muntah yang berlebihan.
berharap kepada petugas kesehatan agar Beberapa hambatan yang dikemukakan
dapat membantu supaya keluhannya segera partisipan dalam penelitian ini antara lain
hilang. Partisipan mengharapkan adalah kurangnya tingkat pengetahuan,
mendapatkan pelayanan yang baik termasuk kendala tidak mau dirujuk, terlalu manja atau
dalam pemberian obat menyesuaikan dengan membutuhkan perhatian ekstra, kesulitan
kondisi partisipan yang mengalami gangguan dalam makan minum serta mengkonsumsi
dalam makan dan minum. Obat yang obat, masalah psikologis, anggapan bahwa
diberikan hendaknya tidak dalam bentuk hiperemesis gravidarum merupakan sesuatu
kapsul atau tablet namun dalam bentuk srbuk yang normal, faktor usia dan sensitivitas
atau sirup sehingga mudah dalam terhadap bau.
mengkonsumsi. Partisipan juga Kurangnya pengetahuan tentang
mengharapkan pelayanan secara cepat dan hiperemesis gravidarum serta cara
tanggap terhadap keluhan yang dirasakan. mengatasinya dapat memunculkan anggapan
Pelayanan yang berkalitas berpengaruh yang keliru tentang kejadian hiperemesis
terhadap tingkat kepuasan klien. Hal ini gravidarum. Hiperemesis gravidarum
sesuai dengan beberapa penelitian antara lain merupakan kejadian mual muntah berlebihan
(Rosita, 2017), (Andriani, 2017) yang mengakibatkan penurunan berat badan
(Supartiningsih, 2017), (Siswati, 2015) yang lebih dari 5 %, asupan cairan dan nutrisi
menyatakan bahwa ada hubungan yang abnormal, ketidak seimbangan elektrolit,
bermakna antara kualitas pelayanan dehidrasi, ketonuria, serta dapat
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien. membahayakan janin (Runiari, 2010).
Kepuasan yang dirasakan oleh klien akan Berdasarkan definisi tersebut seorang ibu
mendorong mereka untuk mengikuti anjuran hamil yang merasakan gejala seperti mual
yang diberikan dan meningkatkan muntah terus menerus sulit untuk makan
kepercayaan mereka terhadap petugas atau minum bahkan minum obat pun muntah
kesehatan yang dalam hal ini adalah bidan. maka ia harus segera datang ke petugas
Di sisi lain, petugas kesehatan juga kesehatan. Pengetahuan yang kurang akan
berharap agar ibu hamil dengan hiperemesis mempengaruhi sikap ibu dalam menghadapi
gravidarum mampu mengatasi keluhannya serta mencari bantuan pengobatan terhadap

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 49 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

keluhan yang dirasakan. Hal ini sesuai hiperemesis gravidarum. Selain itu bidan juga
dengan penelitian (Wiwik, Niman and dapat memberi sanjungan untuk
Susilowati, 2016) yang menyebutkan ada membesarkan hati ibu hamil. Dengan
hubungan antara pengetahuan dengan sikap sanjungan tersebut kepercayaan diri ibu
ibu hamil dalam mencegah kejadian hamil dapat meningkat sehingga memiliki
hiperemesis gravidarum di wilayah kerja semangat dalam menjalani kehamilannya dan
Puskesmas Padalarang. Sikap ibu terhadap mampu mengatasi keluhan yang dirasakan.
kejadian hiperemesis gravidarum akan Partisipan juga mengatakan bahwa
menentukan caranya dalam mengahadapi ketakutan akan muntah apabila makan atau
keluhan tersebut. Untuk itu bidan sebagai minum menjadi hambatan dalam mengatasi
ujung tombak pelayanan kesehatan harus hiperemesis gravidarum. Asupan makanan
mampu meningkatkan pengetahuan ibu berhubungan dengan status nutrisi ibu hamil.
tentang hiperemesis gravidarum, sehingga Hasil penelitian (Maulina, Megamaulia and
apabila keadaan ibu hamil memerlukan Widia, 2016) menyatakan bahwa status nutrisi
tindakan rujukan maka ibu hamil akan berhubungan dengan hiperemesis
bersedia mematuhi anjuran tersebut. gravidarum. Untuk mengatasi hal ini bidan
Seorang Bidan Desa atau Bidan Praktik hendaknya menjelaskan tentang kebutuhan
Mandiri memiliki kewenangan yang telah nutrisi ibu hamil dan memberikan support
diatur dalam Permenkes RI No. 28 Tahun pada ibu untuk tetap mencoba
2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan mengkonsumsi makanan yang diinginkan.
Praktik Bidan Pasal 19 ayat 2 (Kemenkes RI, Ibu hamil harus mampu melawan rasa takut
2017) yang menyebutkan bahwa pelayanan dan khawatir jika makan akan terjadi muntah,
kesehatan pada ibu masa hamil adalah bidan perlu meyakinkan bahwa obat anti
pelayanan antenatal pada kehamilan normal. muntah hanya sementara dan harus
Kejadian mual muntah merupakan hal yang pelan-pelan dikurangi serta mencoba untuk
fisiologis bagi ibu hamil trimester pertama makan meskipun sedikit agar keluhan mual
(Wiknjosastro, 2009) namun jika mual muntahnya segera hilang. Hal ini dibuktikan
muntahnya berlebihan sehingga mengganggu oleh salah seorang partisipan yang dirawat di
asupan cairan dan nutrisi serta rumah sakit. Sepulang dari rumah sakit gejala
ketidakseimbangan elektrolit maka itu bukan mual muntah timbul kembali, namun berkat
hal yang fisiologis (Runiari, 2010). Dengan dukungan dari keluarga dan support dari
demikian kasus hiperemesis gravidarum yang bidan, ibu hamil tersebut mampu mengatasi
dirasakan hingga ibu hamil tidak mampu keluhan mual muntahnya dan secara
mengkonsumsi apapun dan harus dilakukan perlahan dapat mengkonsumsi makanan.
pemberian cairan parenteral bukan
merupakan wewenang bidan sehingga harus 4. Simpulan dan Saran
dilakukan tindakan rujukan. Bidan tidak Partisipan mendiskripsikan bahwa
berwenang memberikan cairan infus di hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
tempat pelayanannya dan harus mendorong mual muntah yang terjadi pada masa
agar ibu hamil mau dilakukan tindakan kehamilan akibat faktor hormonal, faktor usia,
rujukan. aktivitas yang melelahkan, asupan nutrisi
Hambatan lain adalah masalah psikis dan beban psikologis. Pada awalnya, ibu
karena harus hidup bersama mertua ataupun hamil yang mengalami mual muntah
karena ketakutan hamil pertama pada usia memeriksakan diri ke bidan atau puskesmas
tua. Rasa tidak nyaman dapat menimbulkan selanjutnya jika keluhan tidak hilang maka
stress bagi ibu hamil. Menurut (Syamsuddin, akan memeriksakan ke dokter atau dilakukan
Lestari and Fachlevy, 2018) ada hubungan rawat inap di rumah sakit. Kondisi kesehatan
bermakna antara stres dengan sindrom ibu hamil yang mengalami hiperemesis
hiperemesis gravidarum. Dalam mengatasi gravidarum dan perkembangan janin dalam
hambatan ini bidan dapat mengadakan kandungan dalam batas normal dan tidak
pendekatan ke klien dan keluarga untuk ada penyakit penyerta sehingga beberapa
memberi dukungan kepada ibu hamil. Hasil partisipan tidak dilakukan rawat inap.
penelitian (Zaen, Widyawati and Yuswantina, Pengobatan terhadap hiperemesis
2015) menyatakan bahwa ada hubungan gravidarum masih tergantung pada terapi
antara dukungan suami dengan kejadian farmakologis. Partisipan belum memahami

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 50 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

bahwa terapi non farmakologis dapat KECAMATAN NATAR KABUPATEN


digunakan dan aman bagi ibu hamil yang LAMPUNG SELATAN TAHUN 2015’,
mengalami mual muntah. Mereka merasa Jurnal Kebidanan, 1(3), pp. 2011–2015.
bahwa dengan obat yang diberikan oleh Available at:
bidan dan dukungan yang diterima dari file:///C:/Users/USER/Downloads/29-92-
keluarga mampu mengatasi keluhan mual 1-PB.pdf.
muntah. Harapan ibu hamil yang mengalami Astuti, L. P. (2016) ‘PENGARUH PERMEN
hiperemesis gravidarum terhadap keluarga JAHE TERHADAP PENURUNAN EMESIS
maupun tenaga kesehatan adalah dapat GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL
memberikan dukungan serta bantuan TRIMESTER 1 DI WILAYAH PUSKESMAS
pelayanan agar keluhannya segera hilang. KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
Dalam mengatasi hiperemesis gravidarum ini 2016’, Journal Stikes Karya Husada, 3(2), pp.
masih terdapat beberapa hambatan salah 75–84.
satunya adalah kurangnya pengetahuan Atika, I., Putra, H. K. and Thaib, S. H. (2016)
tentang hiperemesis gravidarum dan cara ‘Hubungan Hiperemesis Gravidarum
mengatasinya sehingga masih ada partisipan dengan Usia Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan
yang memiliki persepsi tidak benar tentang Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP
hiperemesis gravidarum dan Dr. Moh. Hoesin Palembang’, Jurnal
menganggapnya sebagai hal yang normal. Kedokteran dan Kesehatan, 3(3), pp. 166–171.
Bahkan ibu hamil dan keluarga menolak saat Friedman, M. M., Bowden, V. B. and Jones, E. G.
akan dirujuk karena tidak paham akan (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
bahaya hiperemesis gravidarum bagi ibu dan Teori dan Praktik. 5th edn. Jakarta: EGC.
janin. Hidayati, R. (2009) Asuhan Keperawatan Pada
Disarankan bagi bidan hendaknya lebih Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta:
aktif dalam memberikan penyuluhan tentang Salemba Medika.
hiperemesis gravidarum serta cara Hutahaean, N. S. (2009) Asuhan Keperawatan
mengatasinya terutama menggunakan terapi dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:
non farmakologis berdasarkan evidence based. TIM.
Dalam upaya mengatasi hiperemesis Ismail (2010) Manajemen Perbankan dari Teori
gravidarum hendaknya ibu lebih aktif Menuju Aplikasi. Surabaya: Kencana.
mencari informasi dari berbagai sumber dan Kartikasari, R. I., Ummah, F. and Taqiiyah, L. B.
mengungkapkan secara terbuka kepada (2017) ‘Aromaterapi Pappermint untuk
keluarga maupun sumber dukungan lain Menurunkan Mual dan Muntah pada Ibu
agar keluhan segera dapat diatasi Hamil’, Surya, 09(02), pp. 37–44. Available
at:
5. Ucapan Terima Kasih https://jurnal.stikesmuhla.ac.id/wp-conten
Terima kasih disampaikan kepada t/uploads/2018/01/37-43-Ratih-Indah-Kart
Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah ikasari.pdf.
memberikan dana untuk penelitian ini. Kemenkes RI (2017) ‘Permenkes RI No. 28 Tahun
Ucapan terima kasih juga disampaikan 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
kepada Direktur RSUD Kabupaten Magelang Praktik Bidan’. Jakarta: Kementrian
dan Kepala Puskesmas Muntilan II serta Kesehatan Republik Indonesia.
Bidan pelaksana yang telah membantu Kundarti, F. I., Rahayu, D. E. and Utami, R. (2015)
pelaksanaan penelitian. ‘Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe (Zingiber
Officinale) terhadap Tingkatan Mual
6. Daftar Pustaka Muntah pada Ibu Hamil’, Jurnal Ilmu
Andriani, A. (2017) ‘HUBUNGAN MUTU Kesehatan, 4(1), pp. 18–30. Available at:
PELAYANAN KESEHATAN DENGAN file:///C:/Users/USER/Downloads/docu
PUSKESMAS BUKITTINGGI’, 2(February), ment (1).pdf.
pp. 45–52. Latifah, L., Setiawati, N. and Dwi, E. H. (2017)
Astriana, Putri, R. D. and Aprilia, H. (2015) ‘Efektifitas Self Management Module dalam
‘PENGARUH LEMON INHALASI Mengatasi Morning Sickness Effectiveness
AROMATHERAPY TERHADAP MUAL Self Management Module in Overcoming
PADA KEHAMILAN DI BPS VARIA Morning Sickness’, Jurnal Keperawatan Fikkes
MEGA LESTARI S.ST.,M.Kes BATUPURU UnSoed, 5(1), pp. 10–18. Available at:

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 51 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

https://media.neliti.com/media/publicatio Mual Muntah Pada Ibu Hamil’, Jurnal


ns/105988-ID-efektifitas-self-management- Kesehatan Komunitas, 3(5), pp. 193–195.
module-dalam.pdf. Available at:
Mansjoer, A. (2009) Kapita Selekta Kedokteran. http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom
Jakarta: Media Aeskulapius. /article/view/166.
Maternity, D., Ariska, P. and Sari, D. Y. (2017) Rose, W. and Neil (2008) Panduan Lengkap
‘Inhalasi Lemon Mengurangi Mual Muntah Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
pada Ibu Hamil Trimester Satu’, Jurnal Rosita, R. (2017) ‘Hubungan Kualitas Pelayanan
ilmiah Bidan, II(3), p. 619. doi: Kesehatan Rumah Sakit dengan Tingkat
10.1017/S0007123406000330. Kepuasan Pasien Rawat Inap The
Maulina, Megamaulia, L. and Widia, L. (2016) Relationship of Quality of Health Services
‘Hubungan antara Status Gizi Ibu Hamil and The Level of Patient Satisfaction’, IJMS
dengan Hyperemesis Gravidarum di RSIA Indonesian Journal on Medical Science, 4(1), pp.
Paradise Kabupaten Tanah Bumbu’, Jurnal 80–87.
Darul Azhar, 1(1), pp. 51–56. Runiari, N. (2010) Asuhan Keperawatan pada Klien
Mirza, M. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan. dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan
Jogjakarta: Kata Hati. Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta:
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika.
Jakarta: Salemba Medika. Safari, F. R. N. (2017) ‘Hubungan Karakteristik
Mochtar, R. (2010) Konsep Dasar Ilmu Kebidanan. dan Psikologi Ibu Hamil dengan
Jakarta: EGC. Hiperemesis Gravidarum di RSUD H Abd
Muchtar, A. S. (2018) ‘Hubungan Umur dan manan Simatupang Kisaran’, Wahana Inovasi,
Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian 6(1), pp. 202–212.
Hiperemesis Gravidarum’, Jurnal Ilmiah Santy, E. (2015) ‘Usia dan Paritas terhadap
Kesehatan Diagnosis, 12(6), pp. 598–602. Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD
Nugrahani, R. R. (2017) ‘Efektivitas Pemberian Dokter Rubini Mempawah’, Jurnal
Seduhan Jahe Dengan Jus Buah Jeruk Bali Kebidanan Khatulistiwa, 1(2), pp. 60–65.
Terhadap Frekuensi Mual Muntah Ibu Setiawati, S. E. and Ramadhian, R. (2016)
Hamil Trimester 1’, in Prosiding Seminar ‘Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada
Nasional Kesehatan, p. 30. Available at: Hiperemesis Gravidarum Sugma’, J Medula
http://prosiding.akbiduk.ac.id/assets/doc Unila, 5(1), pp. 131–134. Available at:
/170602084413-3.pdf. https://studylibid.com/doc/615183/penat
Nugraheny, E. (2009) Asuhan Kebidanan Pathologi. alaksanaan-mual-dan-muntah-pada-hipere
Yogyakarta: Pustaka Rihama. mesis-gravidarum.
Prawirohardjo, S. (2009) Buku Acuan Nasional Siswati, S. (2015) ‘KUALITAS PELAYANAN
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. KESEHATAN DENGAN KEPUASAN
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono PASIEN BPJS DI UNIT RAWAT INAP
Prawirohardjo. RSUD KOTA MAKASSAR Quality of
Proverawati, A. and Asfuah, S. (2009) Buku Ajar Health Services with BPJS Patient
Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Satisfaction in Inpatient of General Hospital
Medika. of Makassar City’, Jurnal MKMI, pp.
Rahayu, R. and Sugita (2018) ‘EFEKTIVITAS 174–183.
PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER Soa, U. O. M., Amelia, R. and Octaviani, D. A.
DAN JAHE TERHADAP PENURUNAN (2018) ‘Perbandingan Efektivitas Pemberian
FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU Rebusan Jahe Merah dan Daun Mint
HAMIL TRIMESTER I DI BPM TRUCUK dengan Jeruk Nipis dan Madu terhadap
KLATEN’, Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di
Tradisional, 3(1), pp. 19–26. Available at: Puskesmas Waepana, Ngada, NTT.’, Jurnal
file:///C:/Users/USER/Downloads/371-7 Kebidanan, 8(2), pp. 157–167.
00-1-SM.pdf. Sulistyawati, A. (2009) Asuhan Kebidanan pada
Ratih, R. H. and Qomariah, Si. (2017) ‘The Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Vitamin B6 Content of Kepok Banana: an Sumardi (2016) ‘Gambaran Dukungan Keluarga
Alternative to Overcome Nausea for Terhadap Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Pregnant Women Kandungan Vitamin B6 Gravidarum’. Yogyakarta. Available at:
Pada Pisang Kepok: Alternatif Mengatasi http://repository.umy.ac.id/bitstream/han

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 52 - 52
DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844

dle/123456789/2776/naskah Hiperemesis Gravidarum di Wilayah Kerja


publikasi.pdf?sequence=11&isAllowed=y. Puskesmas Padalarang’, pp. 9–17. Available
Supartiningsih, S. (2017) ‘Kualitas Pelayanan dan at:
Kepuasan Pasien Rumah Sakit : Kasus Pada http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/jurn
Pasien Rawat Jalan’, Jurnal Medicoeticolegal al.php?detail=jurnal&file=5-2.pdf&id=518&
dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), pp. 9–14. cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&na
doi: 10.18196/jmmr.6122.Kualitas. me=5-2.pdf.
Syamsuddin, S., Lestari, H. and Fachlevy, A. F. Zaen, D. A., Widyawati, S. A. and Yuswantina, R.
(2018) ‘Hubungan antara Gastritis , Stres, (2015) ‘Hubungan Dukungan Suami dengan
dan Dukungan Suami Pasien dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di
Sindrom Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa’.
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Available at:
Kendari The Correlation Between Gastritis , https://studylibid.com/doc/1132986/hubu
Stress , and Housband Support of Patients ngan-dukungan-suami-dengan-kejadian.
Health Center Poasia Kendari Ci’, Jurnal Zuhrotunida and Yudiharto, A. (2017)
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan ‘Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kesehatan, 2(2), pp. 102–107. Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Proses
Tiran, D. (2008) Mual dan Muntah Kehamilan. Persalinan di Puskesmas Kecamatan Mauk
Jakarta: EGC. Kabupaten Tangerang Tahun 2016’, Jurnal
Wawan, A. and Dewi (2011) Teori dan Pengukuran JKFT Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2,
Pengetauan, Sikap dan Perilaku Manusia pp. 60–70.
dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Wiknjosastro, H. (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiwik, O., Niman, S. and Susilowati, Y. A. (2016)
‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Hamil dalam Mencegah Kejadian

Copyright © 2019, Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026


eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM
PADA IBU HAMIL TRIMESTER I

Yosepina Otma Butu


Julia Rottie
Yolanda Bataha

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email:ButuYosepinaa@gmail.com

Abstract: Hyperemesis gravidarum is a condition of excessive nausea and vomiting during


pregnancy. Thepurpose of this study is to knowsomefactor that associated with the incidence
of Hyperemesis Gravidarum in first trimester pregnant women atPuskesmasBahu Manado,
and in this study, three factors were taken,There are age, parity status, and employment.
Themethod of this study uses a quantitative method with a cross sectional design. The
sample of this study was amounted to 30 people using total sampling method. The Resultsof
this study, using the chi-square test, obtained the value of Asymp. Sig on the age variable is
0.964; on the parity variable 0.092; and the employment variable is 0.374. These results
indicate that this value is> 0.05, which means there is significant relationship between age,
parity and employment with the incidence of hyperemesis gravidarum. Conclusion from the
research conducted based on the relationship of factor related to the incidence of
hyperemesis gravidarum,general,parity,and work there is a meaningful relationship.
Keywords: Hyperemesis Gravidarum

Abstrak: Hyperemesis gravidarum adalah keadaan mual dan muntah berlebihan selama masa
kehamilan. Tujuan studi untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Hyperemesis Gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Bahu Manado, dan dalam
penelitian ini, diambil 3 faktor, yaitu umur, status paritas, dan pekerjaan ibu. Metode studi ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel studi ini berjumlah
30 orang dengan menggunakan metode pengambilan sampel total sampling.Hasil dari
penelitian ini, dengan menggunakan uji chi – square didapatkan bahwa nilai Asymp.Sig pada
variabel umur adalah 0,964; pada variabel paritas 0,092; dan pada variabel pekerjaan sebesar
0,374. Hasil ini menunjukkan bahwa Nilai ini > 0,05, yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara umur, paritas dan pekerjaan dengan kejadian hyperemesis gravidarum.
Simpulan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan hubungan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian hyperemesis garavidarum,Umur Paritas dan Pekerjaan adalah
ada hubungan yang bermakna.
Kata kunci :Hyperemesis Gravidarum

PENDAHULUAN hamil yang mengalami Hyperemesis


Menurut Nugraha (2007) World gravidarum mencapai 14,8% Depkes
Health Organization (WHO), jumlah RI (2013). Kehamilan Berisiko terhadap
kejadian Hyperemesis Gravidarum kesehatan ibu maupun janin di
mencapai 12,5 % dari seluruh jumlah Sulawesi Utara, meliputi Perdarahan
kehamilan di dunia. Wanita di Indonesia sebesar 17,22%, hipertensi 23,95%,
yang mengalami kehamilan berjumlah infeksi 4,04%, Hyperemesis gravidarum
5.212.568 ibu hamil, dari jumlah ibu 27,65%, ketuban pecah dini 17,07%,

1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

kehamilan lewat waktu (Dinkes SULUT, yang fisiologis, akan tetapi apabila
2013). Berdasarkan hasil pencatatan data keluhan ini tidak segera diatasi maka akan
dari Dinkes Propinsi Sulawesi Utara pada menjadi hal yang patologis. Pada ibu yang
tahun 2017 terdapat ibu hamil, dengan mengalami keluhan mual dan muntah satu
hyperemesis gravidarum sebanyak 130 di antara seribu kehamilan gejala-gejala
ibu hamil dari Puskesmas Bahu Manado ini menjadi lebih berat. Hal ini disebabkan
yang telah ditinjau tahun 2017, wilayah oleh meningkatnya kadar hormon
Puskesmas Bahu Manado jumlah ibu estrogen dan HCG (Human Corionic
hamil dengan keluhan hyperemesis Gonadotropin) dalam serum, selain itu
gravidarum sebanyak 130 ibu hamil progesterone juga diduga menjadi faktor
sedangkan Manado ibu hamil dengan penyebab mual dan muntah
hyperemesis gravidarum sebanyak 1000 (Winkjosastro, 2007; Wesson, 2002).
ibu hamil (Propinsi Sulawesi Utara, Hasil penelitian dari Stoppard (2007)
2015). menemukan bahwa wanita dengan usia
Mual dan muntah merupakan yang lebih tua semakin cenderung
salah satu gejala paling awal, paling mengalami keluhan mual muntah,
umum yang menyebabkan stress dan sedangkan penelitian dari Yunia Mariati
dikaitkan dengan kehamilan. Selama masa (2012) menemukan wanita-wanita muda
kehamilan sebanyak 90% wanita lebih cenderung mengalami morning
mengalami beberapa bentuk mual dan sickness. Faktor psikologis yang
muntah yang dapat berkisar dari gejala mempengaruhi terjadinya emesis
mual ringan yang khas sampai sedang gravidarum juga terdiri dari stress,
yang dapat sembuh dengan sendirinya dukungan suami dan keluarga serta faktor
atau tanpa disertai muntah, sampai lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
kondisi berat, yaitu hyperemesis (Prawirohardjo, 2010). Penelitian ini
gravidarum. Sekitar 51,4% wanita bertujuan untuk diketahui faktor-faktor
mengalami mual dan 9,2% wanita yang berhubungan dengan kejadian
mengalami muntah. Keadaan hiperemesis hyperemesis gravidarum pada Ibu hamil
gravidarum yang sangat patologis jauh di Puskesmas Bahu Manado
lebih jarang terjadi dibandingkan mual
dan muntah secara logis, diperkirakan METODE PENELITIAN
hiperemesis gravidarum yang sangat Desain penelitian yang digunakan
patologis terjadi dalam 1 per 500 adalah desain penelitian Kuantitatif,
kehamilan (Denise, 2008). dengan pendekatan Cross Sectional.
Hyperemesis Gravidarum Penelitian dilaksanakan di Pukesmas
merupakan mata rantai panjang yang Bahu Manado pada bulan November
dikendalikan oleh keseimbangan antara 2018 - Juni 20119. Populasi dalam
dopamin, serotonin, histamin dan penelitian ini adalah semua Ibu hamil
asetilkolin. Menurunnya serotonin dalam yang melakukan kunjungan di Puskesmas
darah dapat meningkatkan terjadinya bahu manado pada bulan November- Juni
mual dan muntah. Kejadian hyperemesis tahun 2019 yaitu sebanyak 130 Ibu hamil.
gravidarum berlangsung sejak usia Semakin besar sample dari besarnya
kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini populasi yang ada adalah semakin baik,
makin berkurang dan selanjutnya akan tetapi ada jumlah batas minimal
diharapkan berakhir pada usia kehamilan yang harus diambil oleh peneliti yaitu
12-14 minggu. Sebagian kecil berlanjut sebanyak 30 sampel,sebagai mana
sampai usia kehamilan 20-24 minggu dikemukakan oleh Baley dalam Mahmut
(Manuaba, 2008). (2001) yang menyatakan bahwa untuk
Keluhan mual muntah pada penelitian yang menggunakan analisis
hyperemesis gravidarum merupakan hal data statistik, ukuran sampel minimum

2
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

adalah 30.Instrumen dalam penelitian ini Tabel 4. Deskripsi Karakteristik


adalah lembar observasi, dengan kriteria Responden Berdasarkan Hyperemesis
penilaian yaitu nama (Inisial), umur, usia Gravidarum
kehamilan, paritas, pekerjaan, dan adanya Hyperemesis Gravidarum n %
kejadian hyperemesis gravidarum. Berat 0 0
Analisis univariat dimaksudkan Sedang 1 3.3
untuk mengetahui distribusi frekuensi Ringan 29 96,7
dengan proporsi variabel – variabel yang Total 30 100
diamati baik variabel independen maupun Sumber: Data Primer 2019
variabel dependen. Analisa bivariat
bertujuan untuk melihat hubungan Tabel 5. Hubungan Antara Umur, Paritas,
variabel independen dan variabel dan Pekerjaan dengan Hyperemesis
dependen untuk membuktikan adanya Gravidarum pada ibu hamil trimester 1 Di
hubungan dua variabel independen, uji Puskesmas Bahu Manado
yang dipakai chi-square dengan batas Variabel Value Df p-value
kemaknaan. Untuk menentukan uji Umur 0,74 2 0,964
kemaknaan hubungan dengan cara Paritas 2,845 1 0,092
membandingkan nilai (value) dengan nilai Pekerjaan 0,791 1 0,374
α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Total 30 1 100
Sumber: Data Primer 2019.
HASIL dan PEMBAHASAN
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Tabel 6. Hubungan Antara Umur dengan
Responden Berdasarkan Umur Hyperemesis Gravidarum pada ibu hamil
Umur n % trimester 1 di Puskesmas Bahu Manado.
<20Tahun 1 3,3 Hyperemesis Gravidarum
20-35 Tahun 28 93,3 Umur Ringan Berat Total
p
>35 Tahun 1 3,3 value
n % n % n %
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2019 < 25 Tahun 18 81,8 4 18,2 22 100
> 25
3 37,5 5 62,5 8 100 0,032
Tabel 2. Deskripsi Karakteristik Tahun
Responden Berdasarkan Paritas Total 21 70,0 9 30,0 30 100
Paritas n % Sumber: Data Primer 2019
Primipara 22 73,3
Multipara 8 26,7 Tabel 7. Hubungan Antara Paritas dengan
Total 30 100 Hyperemesis Gravidarum pada ibu hamil
Sumber: Data Primer 2019 trimester 1 di Puskesmas Bahu Manado
Hyperemesis Gravidarum
Tabel 3. Deskripsi Karakteristik Paritas Primipara Multipara Total
p
Responden Berdasarkan Pekerjaan value
Pekerjaan n % n % n % n %

Bekerja 13 43,3 Primipara 17 77,3 5 22,7 22 100


TidakBekerja 17 56,7 Multipara 4 50,0 4 50,0 8 100 0,195
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2019 Total 21 70,0 9 30,0 30 100
Sumber: Data Primer 2019

Tabel 8. Hubungan Antara Paritas dengan


Hyperemesis Gravidarum pada ibu hamil
trimester 1 di Puskesmas Bahu Manado

3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

Hyperemesis Gravidarum Gravidarum. Hal ini sejalan dengan


p penelitian yang dilakukan oleh Aril Cikal
Paritas Primipara Multipara Total
value YasaAr (2012), yang menyatakan bahwa
n % n % n % ada terdapat hubungan yang bermakna
Primipara 17 77,3 5 22,7 22 100 antara usia ibu dan jumlah gravida dengan
kejadian hyperemesis gravidarum ,faktor
Multipara 4 50,0 4 50,0 8 100 0,195
yang punya hubungan bermakna dengan
Total 21 70,0 9 30,0 30 100 kejadian hiperemesis gravidarum adalah
Sumber: Data Primer, 2019 usia gestasi ibu.
Pujiati (2009) melakukan penelitian
Tabel 9. Hubungan Antara Pekerjaan terhadap faktor-faktor yang dapat
dengan Hyperemesis Gravidarum pada mempengaruhi terjadinya kejadian
ibu hamil trimester 1 di Puskesmas Bahu hyperemesis gravidarum pada trimester
Manado pertama Ibu hamil, dan didapatkan hasil
Hyperemesis Gravidarum bahwa paritas juga mempengaruhi
Pekerjaan Berat Ringan Total
p kejadian hyperemesis gravidarum,faktor
value lain yang dapat mempengaruhi kejadian
n % n % n % hyperemesis gravidarum adalah jenis
Bekerja 5 41,7 7 58,3 12 100 makanan, psikologi ibu, riwayat
hyperemesis gravidarum pada kehamilan
Tidak Bekerja 16 88,9 2 11,0 18 100 0,013
sebelumnya, juga kebiasaan bangun tidur
Total 21 70,0 9 30,0 30 100 yang tergesa-gesa dan tidak langsung
Sumber: Data Primer, 2019 bangun, dapat mempengaruhi kejadian
hyperemesis gravidarum.
Hasil uji chi – square dengan M.Igbal (2016) melakukan
menggunakan aplikasi SPSS 21.0, penelitian terhadap faktor-faktor yang
didapatkan nilai Asymp.Sig pada variabel dapat mempengaruhi terjadinya
Umur adalah 0,032 dimana nilai ini> 0,05 hyperemesis gravidarum pada trimester
, dari hasil uji tersebut maka disimpulkan pertama Ibu hamil, dan didapatkan hasil
H0 tidak terima, artinya ada hubungan bahwa paritas juga tidak mempengaruhi
bermakna antara Umur ibu hamil di kejadian hyperemesis gravidarum, faktor
trimester 1 dengan kejadian hyperemesis lain yang dapat mempengruhi kejadian
gravidarum. Selanjutnya untuk variabel hyperemesis grvidarum adalah tingkat
Paritas, didapatkan nilai Asymp.Sig > 0,05 pendidikan dan sosial ekonomi, dan
yaitu 0,161 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara
H0 tidak diterima, artinya ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian
bermakna antara paritas dengan kejadian hyperemesis gravidarum. Peneliti
hyperemesis gravidarum pada ibu hamil berasumsi bahwa faktor usia ibu, paritas
trimester 1 di puskesmas bahu Manado. dan pekerjaan, bukan merupakan faktor
Dan pada variabel pekerjaan, didapatkan utama terjadinya Hyperemesis
nilai Asymp.Sig 0,374 (> 0,009) dimana Gravidarum sehingga didapatkan pada
H0 tidak diterima, atau dapat disimpulkan hasil penelitian, faktor–faktor tersebut
bahwa pekerjaan ibu hamil trimester 1 ada mempengaruhi tentang Hyperemesis
berhubungan dengan kejadian Gravidarum hal ini disebabkan, masih
hyperemesis gravidarum. banyak factor lain yang dapat
mempengaruhi kejadian Hyperemesis
Penelitian yang dilakukan Gravidarum.
menunjukkan pada hubungan antara Keterbatasan peneliti sampel hanya ada
ketiga variabel yaitu Umur, Paritas dan pada kategori Hyperemesis Gravidarum
Pekerjaan dengan kejadian Hyperemesis sedang-ringan dan usia pada dua kategori

4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

yaitu <20 tahun dan 20-35 tahun jumlah Stoppard. 2007. Hiperemesis
sampelnya 30 ibu hamil, belum dapat Gravidarum.Edisi 4. Jakarta: EGC.
meneliti keseluruh populasi ibu hamil. Winkjosastro, 2007. Faktor-Faktor
penyebab mual dan muntahEdisi 4.
SIMPULAN Jakarta ; EGC
Penelitian yang dilakukan
berdasarkan faktor–faktor yang Wesson, 2002. Faktor-Faktor penyebab
berhubungan dengan kejadian mual dan muntahEdisi 4. Jakarta ;
hyperemesis Gravidarum umur, paritas EGC
dan pekerjaan dengan kejadian Yunia M. 2011. Kehamilan pada Ibu
hyperemesis gravidarum kemudian Ada hamil.Jakarta ; EGC.
hubungan yang bermakna antara umur,
paritas dan Pekerjaan ibu hamil dengan Yasa C, 2009 Faktor – Faktor yang
kejadian hyperemesis gravidarum. berhubungan dengan kejadian
Hyperemesis gravidarum pada ibu
DAFTAR PUSTAKA hamil trimester pertama di
Denise, T. 2008. Mual dan Muntah Puskesmas Ngampilan Yokyakarta.
Kehamilan. Jakarta ; EGC.
Depkes RI, 2013.Tentang mual
dan muntah
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
2004.Tentang ibu hamil
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara.
2017.Tentang maternitas
M.iqbal, 2016 Faktor – Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
hyperemesis gravidarum di Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang
Manuaba. 2008. Buku Ajar ; Patologi
Obstetri – Untuk Mahasiswa
Kebidanan.Jakarta: EGC.
Mahmut, 2001. Kehamilan dan
PersalinanJakarta: EGC
Nugraha, 2007. Menurut World Health
Organization WHO
Pujiati, 2009. Hubungan Umur Ibu
dengan Kejadian
HiperemesisGravidarum.
http:www.kti-kompre.blogspot.com,
diakses tanggal 5 Januari 2011
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu
Kebidanan.Edisi IV. Jakarta ; PT.
Bina Pustaka

5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Asuhan Keperawatan pada Pasien Hyperemesis Gravidarum


dengan Penerapan Pemberian Air Rebusan Jahe
untuk Mengurangi Mual Muntah
Arie Yuliyanti1*, Eka Riyanti2
1, 2
Program Studi S1 Keperawatan STiKes Muhammadiyah Gombong
Email : yuliyantiarie@gmail.com

ABSTRAK
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga
Keywords: Hyperemesis mengganggu pekerjaan sehari – hari dan keadaan umum menjadi buruk,
gravidarum; mual; selain itu merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
muntah; nutrisi kurang; kehamilan trimester pertama. Lebih dari 80 % ibu hamil mengalami rasa
air rebusan jahe mual dan muntah, sedangkan untuk yang mengalami hyperemesis
gravidarum sekitar 5 dari 1.000 ibu hamil. Studi kasus ini bertujuan
untuk mengetahui manfaat pemberian air rebusan jahe untuk
mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum di ruang Annisa Rumah Sakit Islam Wonosobo. Studi kasus
ini menggunakan desain deskriptif dengan metode pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil asuhan
keperawatan yang dilakukan pada 3 Klien sebagai subjek pemberian
tindakan dengan usia kehamilan 1 sampai 12 minggu muncul masalah
keperawatan utama nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intervensi dan
implementasi yang dilakukan adalah dengan manajemen nutrisi serta
memberikan air rebusan jahe, dosis pembuatan 250 mg jahe dalam 500
cc air sehari dibagi 3 – 4 kali pemberian, sehingga didapatkan hasil
evaluasi masalah nutrisi teratasi ditandai dengan Klien dapat makan dan
minum secara bertahap tanpa muntah. Tindakan non farmakologis untuk
mengatasi / meringankan gejala mual dan muntah pada ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum dengan mengaplikasikan penggunaan air
rebusan jahe memberi hasil yang signifikan. Namun demikian tetap perlu
diperhatikan dosis pemberiannya, yaitu tidak boleh terlalu berlebihan
atau terlalu banyak. Dari hasil studi kasus dapat diambil kesimpulan
bahwa pemberian air rebusan jahe merupakan salah satu cara efektif
sebagai pertolongan pertama untuk mengurangi rasa mual dan muntah
pada kehamilan trimester pertama maupun pada ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum.

1
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan merupakan indikasi rawat inap paling
perkembangan janin intrauterin mulai umum pada perempuan dengan usia
sejak konsepsi dan berakhir permulaan kehamilan yang masih muda. Sebuah
persalinan. Perubahan sistem didalam studi kohort retrospektif dengan subjek
tubuh ibu terjadi dalam proses perempuan Asia Timur menunjukan
kehamilan yang semuanya bahwa dari 3.350 perempuan yang
membutuhkan suatu adaptasi, baik telah melahirkan, hyperemesis
fisik maupun psikologis. Dalam proses gravidarum diketahui terjadi pada 119
adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan orang di antaranya (3.6%)
mengalami ketidaknyamanan yang (Ogunyemi.2017). Hyperemesis
meskipun hal itu adalah fisiologis gravidarum akan menyebabkan ibu
namun tetap perlu diberikan suatu hamil muntah terus menerus setiap
pencegahan dan perawatan (Janiwarti, kali makan dan minum, akibatnya
2013). Salah satu tanda fisiologis tubuh semakin lemah, pucat dan
kehamilan adalah mual (nausea) dan frekuensi buang air kecil menurun
muntah (vomitus). Mual dan muntah drastis sehingga cairan tubuh
dapat terjadi karena pengaruh hormon berkurang dan darah menjadi kental
esterogen dan progesterone yang sehingga melambatkan peredaran
menyebabkan pengeluaran asam darah yang berisi oksigen dan
lambung yang berlebihan, bila menimbulkan kerusakan jaringan yang
terlampau sering mengakibatkan dapat membahayakan kesehatan ibu
gangguan kesehatan dan disebut dan perkembangan janin yang
hyperemesis gravidarum dikandungnya (Hidayati, 2009). Selain
(Baskoro,2013). Hiperemesis itu, Hiperemesis gravidarum akan
gravidarum adalah mual muntah menyebabkan dehidrasi dan gangguan
berlebihan sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi akibat mual dan
pekerjaan sehari – hari dan keadaan muntah berlebihan. Dalam jurnal of
umum menjadi buruk. Mual dan medicine (2011), disebutkan bahwa
muntah merupakan gangguan yang beberapa terapi non farmakologi
paling sering ditemui pada kehamilan diantaranya adalah mengubah pola
trimester pertama (Mitayani, 2009). diet, dukungan emosional, akupresur
Mual (Nausea) adalah sensasi seperti dan pemberian jahe, dapat digunakan
gelombang di belakang tenggorok, untuk menangani mual muntah pada
epigastrium atau abdomen yang kehamilan. Usaha untuk mengurangi
bersifat subjektif dan tidak gejalanya selain dengan
menyenangkan yang dapat mengkonsumsi obat – obatan untuk
menyebabkan dorongan atau mengatasi mual-muntah adalah dengan
keinginan untuk muntah (NANDA, makanan atau minuman yang
2015), sedangkan Muntah merupakan mengandung jahe. Jahe sebagai
suatu reflek yang tidak dapat dikontrol tanaman herbal mempunyai banyak
untuk mengeluarkan isi lambung keunggulan yaitu jahe mengandung
dengan paksa melalui mulut minyak atsiri yang menyegarkan dan
(Mcquaid,2011). Data epidemiologi memblokir reflek muntah, zingiberen
menunjukkan hanya sekitar 2% wanita dan zingerol dapat memberikan rasa
hamil yang akan mengalami hangat pada tubuh, sehingga dapat
hyperemesis gravidarum melancarkan peredaran darah dan
(Wiknjosastro. 2014). Secara global, syaraf – syaraf bekerja dengan baik
kurang lebih 80% perempuan hamil (Novita,2017). Penelitian Vutyavanich
akan mengalami mual dan muntah (2001) dalam Jurnal Biometrika dan
selama kehamilannya. Sementara Kependudukan (2014) menegaskan
hiperemesis gravidarum dialami oleh bahwa jahe lebih hebat dibandingkan
sekitar 0.3%-2.0% perempuan hamil. dimenhydrinat dalam mengurangi
Hiperemesis gravidarum ini gejala mual muntah, hasil

2
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

penelitiannya menunjukkan bahwa melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
pemberian intervensi pada kelompok tunggal. Meskipun didalam studi kasus ini
yanga diberikan tablet jahe mengalami yang dilakukan hanya berbentuk unit
penurunan mual muntah dibandingkan tunggal namun dianalisis mendalam
kelompok yang diberikan tablet mencakup berbagai aspek yang cukup luas
placebo. Studi awal menunjukkan (Notoatmojo, 2010). Jenis / desain yang
bahwa jahe mungkin aman dan efektif digunakan adalah desain studi kasus
untuk mual dan muntah semasa deskriptif (Descriptive Design)
kehamilan bila digunakan sesuai dosis (Notoatmodjo, 2010).
yang dianjurkan untuk jangka waktu Pada studi kasus ini, subjek adalah
yang singkat (Mikail, 2012) dalam tiga pasien sebagai subjek pemberian
Jurnal Ilmu Kesehatan ( 2015). tindakan, dirawat diruang Annisa dengan
Berdasarkan uraian diatas bahwa usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, fokus
penanggulangan mual dan muntah studi adalah bagaimana penggunaan air
pada ibu hamil trimester I sebagian rebusan jahe untuk mengatasi mual yang
besar masih menggunakan terapi berlebihan pada pasien hamil dengan
farmakologis atau didiamkan saja, hiperemesi gravidarum.
sedangkan sebenarnya ada terapi non Definisi operasional merupakan
farmakologis yang dapat mengurangi, penjelasan semua variable dan istilah yang
maka penulis tertarik untuk melakukan akan digunakan dalam penulisan secara
studi kasus tentang ” Asuhan operasional sehingga akhirnya
Keperawatan Pada Pasien mempermudah pembaca dalam
Hyperemesis Gravidarum Dengan mengartikan makna tulisan (Arikunto,
Penerapan Pemberian Air Rebusan 2012). Dalam fokus studi penggunaan air
Jahe Untuk Mengurangi Mual Muntah rebusan jahe untuk mengatasi mual pada
Di Ruang Annisa RSI Wonosobo’’ hyperemesis gravidarum, maka definisi
operasionalnya adalah seberapa jauh target
1.2. Tujuan tercapai yaitu mual dapat diatasi dengan
Tujuan yang ingin dicapai adalah menggunakan air rebusan jahe. Instrument
untuk mengetahui penerapan yang digunakan adalah formulir pengkajian
pemberian air rebusan jahe untuk dan lembar observasi dengan bentuk
mengurangi mual muntah pada pasien pilihan, diharapkan responden lebih mudah
hamil dengan hyperemesis gravidarum dalam menentukan jawaban
di ruang Annisa Rumah Sakit Islam (Arikunto,2012). Teknik pengumpulan data
Wonosobo. untuk mendapatkan data yang releven dan
akurat dalam studi kasus ini, menggunakan
2. METODE teknik wawancara dan observasi
Studi kasus merupakan salah satu jenis (Notoatmojo,2010).
penelitian yang meneliti permasalahan
Studi kasus dilaksanakan di ruang An Nisa 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Islam Wonosobo, pada bulan Penerapan tindakan keperawatan untuk
Oktober 2018. mengurangi mual – muntah pada ibu hamil
Pengolahan data diambil dari hasil dengan hyperemesis gravidarum ,
wawancara dan observasi yang dilakukan dilakukan pada ketiga responden yang
kepada responden. Setelah data terkumpul diberikan air rebusan jahe. Air rebusan jahe
dilakukan pengecekan ulang terutama dibuat dengan takaran sesuai dengan SPO,
tentang subjek studi baik identitas, hasil kemudian memberikan kepada pasien. Satu
wawancara maupun hasil observasi. resep (500 ml) diberikan 3-4 kali kepada
pasien. Hasilnya, pada hari ketiga pasien
diperbolehkan pulang dengan kondisi tidak
mual dan muntah.

3
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

HASIL
3.1. Penerapan Tindakan Keperawatan pada Ny. M
Tabel 3.1. Hasil penerapan Tindakan Keperawatan Pada Ny. M

NO Hari Ke: Reaksi Pemberian Air Respon Pasien


Muntah Rebusan Jahe
1 Masuk RS 8 kali 09.00,12.00, 15.00, Merasa nyaman, badan terasa hangat
18.00, 20.00
2 1 5 kali 07.00, 11.00,17.00 Mual berkurang tidur nyenyak
3 2 3 kali 07.00, 12.00, 18.00 Dapat berktivitas ringan, mual
berkurang
4 3 Tidak ada Tidak diberikan Merasa nyaman

3.2. Penerapan Tindakan Keperawatan pada Ny.A


Tabel 3.2. Hasil penerapan Tindakan Keperawatan Pada Ny. A

NO Hari Ke: Reaksi Pemberian Air Respon Pasien


Muntah Rebusan Jahe
1 Masuk RS 6 kali Tidak diberikan Mual muntah tiap makan
2 1 5 kali 07.30, 11.00,17.00 Mual muntah berkurang
3 2 1 kali 07.00, 12.00 Mual berkurang, nafsu makan
membaik

3.3. Penerapan Tindakan Keperawatan pada Ny. L


Tabel 3.3. Hasil penerapan Tindakan Keperawatan Pada Ny. L

NO Hari Ke: Reaksi Pemberian Air Respon Pasien


Muntah Rebusan Jahe
1 Masuk 4 kali 18.00, 20.00 Mual berkurang, badan terasa
RS hangat
2 1 2 kali 07.00, 11.00,17.00 Kadang masih mual, makan minum
masuk nyeri ulu hati berkurang
3 2 Tidak ada Tidak diberikan Tidak ada keluhan mual muntah

PEMBAHASAN hyperemesis lebih sering terjadi pada


3.3. Analisis Karakteristik Klien primigravida sejalan dengan
Karakteristik responden yang penelitian yang dilakukan Novita
dijadikan objek studi adalah usia ibu, (2017 ), yang menyebutkan bahwa
usia kehamilan dan jumlah mual muntah terjadi pada 60-80%
kehamilan. Usia termuda responden primigravida dan 40-60%
24 tahun dan yang tertua berusia 27 multigravida. Hal ini disebabkan
tahun. Karakteristik usia kehamilan pada primigravida sebagian kecil
yang diambil adalah usia kehamilan belum mampu beradaptasi dengan
kurang dari 12 minggu. Usia hormon, sedang pada usia atau
kehamilan responden yang dijadikan kehamilan multi terjadi karena jumlah
objek studi adalah usia 5 minggu, 6 hormon yang dikeluarkan lebih
minggu dan 9 minggu, dengan 2 tinggi, riwayat kehamilan sebelumnya
orang Primigravida/ kehamilan juga dapat mempengaruhi kehamilan
pertama dan 1 orang multigravida sekarang, disamping itu jarak terlalu
(kehamilan keempat). Berdasarkan dekat antara kehamilan dahulu dan
kehamilan didapat data 66,7 % pada sekarang juga berpengaruh karena
kehamilan primi dan 33,3 % pada jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
kehamilan multi, kejadian menyebabkan ibu mempunyai waktu

4
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

singkat untuk memulihkan kondisi makan, namun selalu keluar lagi


rahimnya (JIDAN, 2014 ). Ketiga melalui muntah, sehingga berdasarkan
responden masih berusia dibawah 30 data tersebut, masalah keperawatan
tahun (100%). Dalam Jurnal yang miuncul adalah nutrisi kurang
kebidanan dan Kesehatan Tradisional dari kebutuhan tubuh.
(2018) menunjukkan bahwa distribusi Menurut Herdman (2015), batasan
insiden HEG menurut usia adalah karakteristik lain yang muncul pada
kelompok usia 20 – 35 tahun, dengan masalah mual adalah kurangnya minat
demikian hasil tersebut sejalan pada makanan. Pada Ny.L, ada
dengan studi kasus ini. keinginan untuk makan tetapi setiap
3.4. Analisis Masalah Keperawatan makan selalu diikuti muntah, sehingga
Dari hasil pengkajian pada Ny. M makanan tidak dapat dicerna dalam
didapatkan data subjektif: Ny.M tubuhnya. Akibat yang terjadi karena
mengatakan bahwa ia merasakan tidak adanya makanan yang dicerna,
mual muntah setiap masuk makanan, menimbulkan peningkatan asam
sehingga badan terasa sangat lemas. lambung ,sehingga menimbulkan nyeri
BB turun 2kg, awal 48 kg menjadi 46 pada ulu hati.
kg. Menurut Herdman (2015), batasan 3.5. Analisis Tindakan Keperawatan Pada
karakteristik untuk mual adalah Diagnosa Keperawatan Utama
keengganan terhadap makanan, mual, Tindakan keperawatan pada diagnosa
rasa asam didalam mulut dan adanya keperawatan utama adalah mengkaji
sensasi muntah. Pada Ny. M rasa pola nutrisi klien, memonitor mual
mual muncul terus menerus dan muntah, mendorong pasien untuk
timbul sensasi muntah terutama saat belajar mengatasi mual sendiri,
makan atau minum. Masalah mengajarkan teknik non farmakologi
keperawatan kedua adalah nutrisi untuk mengatasi mual, mengkaji pola
kurang dari kebutuhan, menurut nutrisi klien, memonitor keadaan
Herdman (2015) batasan karakteristik umum, memonitor vital sign tiap 8
dari masalah ini adalah BB turun 20% jam, memonitor adanya penurunan
atau lebih dibawah BB ideal, BB, menganjurkan pola makan sedikit
penurunan berat badan dengan asupan tapi sering, memonitor adanya
makanan adekuat dan kurangnya kemungkinan dehidrasi; melakukan
minat pada makanan, hal tersebut kolaborasi ahli gizi untuk menentukan
sesuai dengan kondisi Ny. M. jumlah kalori yang dibutuhkan klien,
Dari pengkajian pada Ny. A didapat , menginformasikan pada klien dan
data subjektif bahwa Klien keluarga akan pentingnya dan manfaat
mengatakan mual muntah setiap nutrisi, serta memberi terapi sesuai
masuk makanan, sehingga tidak ada advice dokter.(Nursing Intervetion
makanan yang dapat masuk Classification, 2013).
ketubuhnya. Analisis tindakan keperawatan /
Menurut Herdman (2015),factor yang implementasi keperawatan yang
behubungan dengan mual adalah dilakukan pada ketiga klien dan
factor biofisik dan factor situasional. keluarganya terutama dengan
Faktor biofisik antara lain adalah memberikan informasi kepada klien
adanya proses kehamilan, hal ini dan keluarga akan pentingnya dan
sesuai dengan yang terjadi pada Ny. manfaat nutrisi bagi ibu hamil dan
A, juga sesuai dengan batasan janin yang dikandungnya sangat
karakteristik adanya mual dan sensasi bermanfaat untuk meningkatkan
muntah. semangat sang ibu untuk berusaha
Hasil pengkajian pada Ny. L didapat mendapatkan asupan nutrisi yang
data subjektif Klien mengatakan mual adekuat sesuai dengan kebutuhan
muntah setiap masuk makanan, tubuhnya, sehingga diharapkan tidak
sehingga tidak ada makanan yang terjadi masalah akibat kekurangan
dapat masuk ketubuhnya disertai nyeri nutrisi pada ibu hamil. Dalan jurnal
ulu hati. Klien berusaha untuk tetap Maternity (2017), disebutkan bahwa

5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

pemberian informasi akan A dan Ny. L pada hari perawatan


meningkatkan pengetahuan ibu hamil, kedua sudah baik.
sehingga mampu mendeteksi dini dan Tindakan kolaboratif dengan dokter
mencegah terjadinya komplikasi dilakukan untuk memberikan terapi
dalam kehamilan, sedang menurut farmakologi pengurang mual, juga
Rahmawati (2010) tentang hubungan memberikan terapi cairan untuk
antara paritas, umur dan pengetahua pencegahan maupun rehidrasi akibat
dengan kejadian emesis gravidarum , pengeluaran yang banyak melalui
didapat hasil bahwa dengan muntah, Laura ( 2009).
pengetahuan / informasi yang didapat Evaluasi dari tindakan keperawatan
akan mempengaruhi perilaku terhadap yang diberikan pada katiga klien
pola hidup dalam memotivasi untuk hanya memerlukan hari rawat yang
siap berperan serta dalam perubahan minimal dengan hasil keluhan mual –
kesehatan. Sehingga tindakan muntah pada klien teratasi.
memberikan informasi manfaat nutrisi 3.6. Analisis Inovasi Tindakan
bagi ibu hamil sangat bermanfaat Keperawatan
untuk klien dengan HEG. Tindakan non farmakologis untuk
Tindakan memonitor adanya mengatasi / meringankan gejala mual
kemungkinan terjadi dehidrasi juga – muntah pada ibu hamil dengan
dilakukan untuk mencegah terjadinya hyperemesis gravidarum yang biasa
dehidrasi pada ibu hamil karena terjadi pada ibu hamil trimester
intensitas muntah yang sering, pertama atau kahamilan kurang dari
sedangkan input atau asupan makanan 12 minggu, yaitu dengan
yang sangat minim. Hal ini sangat mengaplikasikan penggunaan air
penting, mengingat dehidasi karena rebusan jahe.
hiperemesis dapat berakibat fatal baik Keunggulan jahe adalah mengandung
bagi ibu hamil maupun janin yang minyak atsiri yang menyegarkan dan
dikandungnya. Sehingga tindakan memblokir reflek muntah, sedangkan
memonitor kemungkinan terjadi gingerol dapat melancarkan peredaran
dehidrasi perlu dilakukan. Pada Ny. darah dan ayaraf – syaraf dapat
M, Ny. A dan Ny. L tidak terjadi bekerja dengan baik. Hasilnya,
kekurangan cairan yang berlebihan, ketegangan dapat dicairkan, kepala
namun pada Ny L sudah mulai terasa nyaman, dan mual muntah dapat
menampakkan tanda dehidrasi dengan ditekan. Aroma harum Jahe
suhu tubuh yang mulai meningkat dan disebabkan oleh minyak atsiri,
denyut nadi yang meningkat juga, sedangkan olesannya menyebabkan
tetapi masalah dapat segera teratasi rasa pedas yang menghangatkan tubuh
dengan peduan terapi yang diberikan dan mengeluarkan keringat (Jurnal
dan asupan cairan yang cikup. Kebidanan, 2018).
Tindakan kolaborasi dengan ahli gizi Dalam jurnal Biometrika dan
sangat membantu untuk bisa Kependudukan (2014), disebutkan
mengetahui kebutuhan kalori yang bahwa jahe sangat efektif pada
dibutuhkan sehingga klien tidak penggunaan antiemetic untuk
mengalami kekurangan kalori yang mencegah emesis gravidarum,
berlebihan dan tidak terjadi kelemahan keracunan makanan, kemoterapi,
fisik, juga dapat menentukan zat gizi pembedahan pada saluran reproduksi
yang sesuai dan diperlukan untuk ibu dan pada keadaan motion sickness
hamil, sebagaimana disebutkan oleh yaitu serangan emesis gravidarum saat
Runiari (2010). Pada keriga pasien, tubuh berputar, bergetar atau saat
diberikan diet TKTP, sehingga ketiga orang bepergian dengan kendaraan
pasien secara berangsur dapat bermotor karena perubahan
meningkatkan asupan nutrisi, dengan keseimbangan.
tahapan perkembangan yang berbeda, Hasil yang didapat dari ketiga
Pada Ny. M berangsur baik pada hari responden dengan hyperemesis
ketiga perawatan, sedangkan pada NY. gravidarum yang diberikan air rebusan

6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

jahe untuk mengurangi mual- muntah, JIDAN. Faktor – Faktor yang Berhubungan
didapatkan pernyataan merasa nyaman dengan Kejadian Hiperemesis
dan badan terasa hangat, tidak mual Gravidarum Di Puskesmas Tompaso
dan muntah lagi. Berdasarkan analisa Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah
diatas, penulis merekomendasikan Bidan. Vol. 2 Nomor 2.; 2014
penggunaan air rebusan jahe untuk Kevin Gunawan, Paul Samuel Kris
mengurangi mual – muntah pada Manengkei,Dwiana Ocviyanti. Diagnosis
kehamilan trimester pertama maupun dan Tata Laksana Hiperemesisi
pada hyperemesis gravidarum . Gravidarum. J. Indon Med Associated,
Namun demikian tetap perlu Volum : 61, Nomor : 11; 2011
diperhatikan dosis pemberiannya, Khasanah, Mahmudah. Efektivitas pemberian
yaitu tidak boleh terlalu berlebihan wedang Jahe Terhadap Penurunan Emesis
atau terlalu banyak. Gravidarum Pada Trimester Pertama.
Jurnal Biometrika dan Kependudukan,
4. KESIMPULAN Vol. 3, No. 1. Juli 2014
Penulis merekomendasikan penggunaan air Mcquaid. Aproach to the patient with
rebusan jahe untuk mengurangi mual dan gastrointestinal disease. Goldman’s Cecil
muntah pada kehamilan trimester pertama Medicine. 24th.ed Philadelpia, PA :
maupun pada hyperemesis gravidarum . Saunders Elsevier; 2011: chap 134
Namun demikian tetap perlu diperhatikan Mikail, B. Khasiat Jahe Atasi Rasa
dosis pemberiannya, yaitu tidak boleh Mual.(http://health.kompas.com/read/20
terlalu berlebihan atau terlalu banyak. 12/03/15/14315596/Khasiat.Jahe.Atasi
Pemberian air rebusan jahe merupakan Rasa Mual.html) diakses tanggal 20
salah satu cara efektif sebagai pertolongan Janari 2013
pertama untuk mengurangi rasa mual Mitayani. Asuhan Keperawatan Maternitas.
muntah pada kehamilan trimester pertama Jakarta : Salemba Medika; 2009.
maupun pada klien hamil dengan Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
hyperemesis gravidarum. Kesehatan ed Rev. Jakarta : PT Rieneke
Cipta; 2010.
Novita. Giving effectiveness Against Decline
REFERENSI Stew Ginger Nausea Vomiting in
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pregnancy trimester I. BPM Deliana.
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Jurnal Dopler Universitas Pahlawan
Cipta; 2012 tuanku Tambusi. Vol .1 No.2 tahun 2017.
Committee on Herbal Medicinal Products. Ogunyemi. Hyperemesis
Assessment report on Zingiber Gravidarum,http://emedicine.medscape.co
officinale Roscoe, rhizome. European m/article/254751, 2017.
Medicines Agency Runiari,N. Asuhan Keperawatan Pada Klien
EMA/HMPC/577856/2010; 2011 Dengan Hyperemesis Gravidarum :
Herdman, T. NANDA Diagnosis Keperawatan: Penerapan Konsep Dan Teori
Definisi dan Klasifikasi, Edisi 11, EGC, Keperawatan . Jakarta: Salemba medica;
Jakarta; 2018 2010
Hidayati. Asuhan Keperawatan pada Wilkinson.J.M dan ahern. Buku saku
Kehamilan Fisiologis dan Patologis. diagnosis keperawatan : diagnosis
Jakarta: Salemba Medika; 2009 NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil
Janiwarti, Betsaida. Pendidikan Psikologi NOC, ahli bahasa Esti Wahyuningsih.
untuk Bidan. Jakarta :Andi Publiser. 2017 Jakarta : EGC; 2011.

7
JURNAL MIDWIFERY
Vol 1 No 2 Tahun 2019

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan


Hiperemesis Gravidarum Tingkat II di RS TNI Angkatan Laut Jala
Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
1
Evi Susanti, 2Firdayanti, 3Nadyah Haruna

ABSTRAK *UIN Alauddin Makassar


Kehamilan pada umumnya akan berlangsung normal sebanyak 80-90% *susantievi077@gmail.com
dan hanya 10-12% kehamilan yang berkembang menjadi patologis. Salah *firdayanti@uin-alauddin.ac.id
satunya yaitu hiperemesis gravidarum dimana ibu mengalami mual dan *nadyaharuna@gmail.com
muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam sehingga mengganggu aktifitas
sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis gravidarum
terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu tingkat I, II, dan III.

Studi kasus pada Ny “S” dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di RS


TNI-AL Jala Ammari menggunakan pendekatan dengan metode
manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah Varney. Asuhan dilakukan
selama 3 hari perawatan di RS dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar, cairan, obat-obatan, vitamin, support psikologis
maupun spiritual. Kemudian melakukan kunjungan rumah selama ±8
minggu sebanyak 5 kali kunjungan.
Kata kunci :
Evaluasi studi kasus menunjukkan bahwa setelah dilakukan perawatan di Kehamilan;
RS dan kunjungan rumah, mual dan muntah ibu teratasi, tidak ada Hiperemesis Gravidarum
penurunan berat badan (BB), dan pembesaran perut sesuai usia Tingkat II;
kehamilan ibu. Telah dilakukan pendokumentasian semua temuan dan Langkah Varney
tindakan yang telah dilakukan pada ibu

PENDAHULUAN

Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi


atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12%
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Salah satu yang sering terjadi pada ibu hamil akibat langsung dari kehamilan adalah mual dan
muntah. Nausea (mual) dan emesis (muntah) pada umumnya terjadi pada bulan- bulan
pertama kehamilan, dan kadang- kadang disertai oleh emesis. Keadaan ini lazim disebut
dengan morning sickness. Kondisi morning sickness ini merupakan salah satu gejala paling

79
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

awal dalam kehamilan yang terjadi pada trimester I dan trimester ke II, tapi juga dapat
berlangsung sampai 4 bulan kehamilan (Rukiah, Y, 2013: 79).

Ibu yang mengalami mual muntah biasanya cenderung malas makan. Padahal ibu hamil
memerlukan asupan nutrisi yang lebih. Selain untuk kesehatan dirinya, juga untuk janinnya
agar tetap sehat. Dalam batas- batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis. Namun, bila sangat
sering dan mengganggu aktifitas sehari-hari ibu hamil, dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan hiperemesis gravidarum (Rukiah, Y,
2013: 79). Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih
dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk. Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu (Susilawati
dan Erlina, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari- hari karena umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi. Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun
diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan hormon estrogen dan HCG (Hormon
Chorionic Gonadothrophin) dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Sehingga, pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk (Nadyah, 2013: 38).

Hiperemesis gravidarum ini pada umumnya dialami oleh ibu primigravida sebanyak
60-80%, dan multigravida sebanyak 40-60%. Menurut WHO sebagai badan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) yang menangani masalah bidang kesehatan, mengatakan bahwa
hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia, di antaranya negara- negara benua Amerika
dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai 0,5-2%, sebanyak 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan, dan 1,9%
di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia adalah mulai dari
1-3% dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi secara umumnya yaitu 4 : 1000 (Atika,
Hardians, dkk, 2016).

Berdasarkan data ibu hamil dengan komplikasi di RS TNI-AL Jala Ammari, jumlah ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum pada tahun 2015 yaitu sebanyak 23 orang (10,26%),
80

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

kemudian pada tahun 2016 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 41 orang (12,85%), dan
semakin meningkat pada tahun 2017 yaitu sebanyak 54 orang (17,25%). Dampak dari
hiperemesis gravidarum dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi
dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah, penurunan berat badan (5%
dari berat badan awal), dehidrasi, ketosis, gangguan asam basa, pneumoni aspirasi, robekan
mukosa esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal.

Hiperemesis gravidarum tidak hanya berdampak pada ibu, tapi juga berdampak pada
janinnya. Seperti abortus, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, serta
malformasi pada bayi baru lahir. Selain itu, kejadian pertumbuhan janin terhambat
(Intrauterine Growth Retardation/IUGR) meningkat pada wanita hamil dengan hiperemesis
gravidarum (Ardani, 2013). Jika ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum dibiarkan
begitu saja, maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil menjadi tidak terpenuhi. Jika
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, dapat mengganggu kesehatan dan aktifitas ibu hamil.
Padahal, nutrisi mempunyai peran penting dalam kehamilan. Terutama pada kesehatan ibu
dan pertumbuhan janinnya agar tetap sehat.

Berdasarkan uraian dan data di atas, kita dapat mengetahui bahwa hiperemesis
gravidarum memang sangat banyak dialami oleh ibu hamil. Sehingga memerlukan
pencegahan dan penanganan sedini mungkin agar tidak menimbulkan komplikasi yang
berbahaya bagi ibu maupun janinnya. Atas dasar pemikiran itulah, sehingga penulis tertarik
untuk melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan kasus hiperemesis gravidarum
tingkat II di RS TNI-AL Jala Ammari

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan
sesuai dengan 7 langkah Varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada tanggal 27 Mei 18
Juli 2018 tentang asuhan kebidanan antenatal pada Ny ”S” dengan hiperemesis gravidaru
tingkat II. Pembahasan ini dibuat berdasarkan landasan teoritis dan studi kasus yang dapat
dianalisa secara teoritis untuk memudahkan memahami antara kesenjangan dan kesesuaian
81

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

yang terjadi pada kasus ini dengan berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan dengan
tujuh langkah varney yakni : pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan
kebidanan, dan evaluasi

PEMBAHASAN

Berikut ini akan diuraikan pembahasan berdasarkan tiap langkah dari 7 langkah
Varney:

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data subjektif dan objektif. Studi kasus ini
dilakukan pada Ny “S”. Dari hasil anamnesis, ibu mengatakan bahwa ia mengalami mual dan
muntah sejak 2 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah pernah dirawat
di RS TNI-AL Jala Ammari dengan keluhan yang sama, yaitu pada tanggal 24-27 April 2018.
Akan tetapi, waktu itu ibu belum mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Ibu mengatakan
ini merupakan kehamilan yang tidak direncanakan.

Ibu mengatakan bahwa ia muntah sekitar ±5-6 kali dalam sehari. Namun, keluhan ibu
terus bertambah hingga mual dan muntah tersebut mencapai ±10 kali dalam sehari dan hal itu
mengganggu aktifitas ibu sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga merasa pusing, lemas, dan nyeri ulu
hati

Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ibu memang pernah mengalami hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya. Saat ini ibu memasuki usia 37 tahun, ibu
mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari
sendiri. Setelah dilakukan anamnesis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik.. Keadaan
umum ibu tampak lemah, kesadaran apatis (acuh tak acuh), turgor kulit kurang baik, BB ibu
52 kg, tekanan darah 80/60 mmHg, mata tampak cekung, sklera sedikit icterus.

Konjungtiva tampak pucat, bibir kering, dan lidah tampak kotor. Pada pemeriksaan
abdomen, TFU 3 jari di atas simphysis, teraba ballottement (+), dan tidak ada nyeri tekan.
Berdasarkan rumus Naegle, usia kehamilan ibu dari hari pertama haid terakhir tanggal 20-02
2018 sampai tanggal pengkajian 27-05- 2018 adalah 13 minggu 5 hari.
82

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari
10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu (Susilawati dan
Erlina, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi pada ibu hamil yang
disebabkan karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG (Hormon Chorionic
Gonadothrophin) dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Nadyah, 2013:
38).

Hiperemesis gravidarum disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan


masalah pada saluran pencernaan dan memicu mual- mual, muntah, anemia, mudah
tersinggung dan tidak bersemangat. Ketidak-nyamanan ini bisa diatasi dengan cara mengubah
pola makan. Makanan sehat sangat diperlukan oleh ibu hamil muda karena pada masa awal
kehamilan janin sangat rentan untuk bisa mengalami keguguran. Karena itu kondisi ibu yang
sedang hamil muda benar-benar harus dijaga, baik kesehatan fisik, kandungan, serta
kenyamanan batinnya. Ibu hamil sering mengabaikan. kebutuhan gizi karena mual dan
muntah merupakan suatu hal yang tidak nyaman dan mengganggu aktifitas sehari-hari (Ratna
Dwi, 2014).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi kira-kira
sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu (trimester pertama),
mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat. Semua yang dimakan dan diminum ibu
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari ibu. Berat
badan menurun, terjadi dehidrasi, terdapat aseton dalam urine (Hutahaen, S, 2013: 56).
Sedangkan menurut (Andria, 2017), mual dan muntah berlebihan yang dimulai antara usia
kehamilan 4-10 minggu, kemudian hilang sebelum usia kehamilan 20 minggu, serta
memerlukan intenvensi khusus disebut hiperemesis gravidarum. Terjadi pada 0,3-3% ibu
hamil, hiperemesis gravidarum berkaitan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan
penurunan berat badan hingga 10% berat badan sebelum hamil, dan tidak boleh disalah
artikan dengan gejala mual dan muntah selama kehamilan yang biasanya akan hilang dengan
sendirinya. 83

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

Menurut (Indrayani Triana, 2018), keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-40%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan Hormon
Chorionic Gonadothrophin (HCG) dalam serum. Perubahan fisiologis kenaikan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Anggasari Yasi, 2016) menyatakan bahwa dari
21 ibu hamil yang berkunjung di BPM Kusmawati, sebagian besar (71,4%) mengalami mual
muntah pada kehamilan sebelumnya. Ibu hamil yang mengalami mual muntah pada
kehamilan sebelumnya cenderung akan mengalami mual muntah pada kehamilan selanjutnya.
Hal ini diakibatkan karena stressor ibu yang merasa bahwa dirinya akan mengalami mual
muntah yang sama dengan kehamilan yang lalu. Selain itu, peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron akan lebih besar pada kehamilan berikutnya. Menurut (Hutahaen, S,
2013: 68), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui, akan tetapi interaksi kompleks
dari faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya diperkirakan menjadi penyebab
hiperemesis gravidarum. Selain itu, kehamilan multipel, perempuan dengan kehamilan
pertama, usia <20 tahun dan >35 tahun, kehamilan mola, serta berat badan berlebih menjadi
pencetus pada beberapa penelitian.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sastri Nen, 2017), mengatakan
bahwa ibu hamil lebih beresiko menderita hiperemesis gravidarum pada umur <20 dan >35
tahun. Pada ibu yang berumur <20 tahun, secara fisiologis dan fungsional rahim belum
sepenuhnya berfungsi secara optimal dan secara psikologis belum siap untuk hamil dan
menjadi orang tua. Sehingga ini bisa menjadi konflik mental yang membuat ibu tidak
memperhatikan asupan nutrisinya yang menyebabkan iritasi lambung sehingga menimbulkan
reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah. Sedangkan untuk
ibu yang umurnya >35 tahun mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi termasuk organ
reproduksi dan secara psikologis ibu merasa tidak sanggup lagi untuk hamil.

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

Diagnosis didasarkan pada tanda dan gejala yang dialami ibu. Untuk mendiagnosis
hiperemesis gravidarum (HEG) tidak sukar. Karena didasarkan pada kondisi mual dan
muntah secara terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
84

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

aktifitas sehari-hari ibu hamil. Sebagai bidan, kita harus mampu mengenali tanda dan gejala
HEG sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan deteksi dini serta melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan keluhan ibu (Irianti, Erda, dkk. 2013: 70).

Teori di atas sesuai dengan kasus yang dialami oleh Ny “S”, di mana ibu mengalami
mual muntah dengan frekuensi yang sangat sering hingga mencapai ± 10 kali dalam 24 jam.
Hal tersebut mengganggu aktifitas ibu dan mempengaruhi keadaan umumnya. Sehingga ibu
dan keluarga memutuskan untuk ke RS agar diberikan penanganan yang tepat, karena ibu
sudah sangat lemas. Selain itu, ibu juga merasa pusing dan nyeri ulu hati.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : tekanan darah ibu 80/60 mmHg,
BB ibu 52 kg (BB sebelumnya 55 kg), mata tampak cekung, konjungtiva pucat, sklera sedikit
ikterus, bibir kering, dan lidah tampak kotor. Berdasarkan data tersebut, Ny “S” didiagnosa
mengalami hiperemesis gravidarum tingkat II.

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi, turgor kulit berkurang,


hiponatremia dan selanjutnya terjadi hemokosentrasi hingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini bisa diatasi dengan cara menghilangkan rasa takut karena kehamilan,
mengurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang dapat menjadi latar
belakang penyakit ini, karena hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan perkembangan janin (Aquari Bina, 2017).

Mual dan muntah pada kehamilan berlebih atau hiperemesis gravidarum tidak hanya
mengancam kehidupan ibu hamil, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin
seperti abortus, bayi berat lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru
lahir. Kejadian pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine Growth Retardation/IUGR)
meningkat pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum (Ardani, 2013).

Hiperemesis gravidarum yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan


yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera dilakukan
(Nadyah, 2013: 41).

85

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

D. Langkah IV : Tindakan Emergency atau Kolaborasi

Hiperemesis gravidarum dapat menjadi kasus yang membutuhkan tindakan segera jika
ibu mengalami dehidrasi. Namun, pada kasus Ny “S”, ibu belum mengalami dehidrasi,
sehingga tindakan yang dilakukan disini adalah memasang infus RL 28 tpm pada pukul 12.50
wita. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Selain itu, menganjurkan ibu agar
tetap berdoa kepada Allah SWT dan banyak berdzikir. Ini juga dapat membantu ibu agar
tidak terlalu cemas dalam menghadapi keluhannya.

E. Langkah V : Intervensi

Intervensi yang diberikan adalah menyampaikan hasil pemeriksaan serta memberitahu


ibu dan keluarga bahwa harus dilakukan rawat inap agar ibu mendapatkan perawatan yang
tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janinnya.
Kemudian, melakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dan membantu mengganti cairan yang hilang.

Setelah dilakukan pemasangan infus dengan cairan RL 28 tpm pada pukul 12.50 wita di
RS TNI-AL Jala Ammari, yaitu di ruangan Mawar, maka selanjutnya memberikan cairan dan
obat-obatan sesuai hasil kolaborasi dengan dokter, yakni : Mengganti cairan RL menjadi
cairan Ka-en MG 3 40 tpm pada pukul 13.30 wita. Ka-en MG 3 ini mengandung natrium,
kalium, klorida, lactate, dan glukosa. Cairan ini berfungsi untuk membantu pengobatan
ketidakseimbangan karbohidrat dan elektrolit pada keadaan infusiensi asupan makanan per
oral, prosedur pembedahan, dan neonatologi.

Selanjutnya, melakukan injeksi ranitidin 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita.
Setelah itu, melakukan injeksi ondansetron 1 amp/ IV/ 8 jam pada pukul 14.00 wita. Lalu,
mengganti cairan Ka-en MG 3 menjadi Pan Amin G 500 ml 40 tpm pada pukul 21.30 wita.
Selanjutnya, mengganti cairan Pan Amin G menjadi cairan RL dengan drips Neurobion 1
amp/ 24 jam, 28 tpm pada pukul 05.00 wita. Neurobion merupakan suplemen vitamin yang
mengandung vitamin B kompleks yang tinggi, yaitu vitamin B1, B6, dan B12.

Selain itu, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang,
makan dengan porsi sedikit tapi sering, makan makanan selingan seperti roti dan biskuit,
banyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengobservasi tanda-tanda vital,
86

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

mengobservasi muntah dan urine, menganjurkan ibu untuk berdoa dan berdzikir kepada Allah
SWT serta memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tidak menjadikan kehamilannya
sebagai beban, sehingga tidak memperparah kondisi ibu.

Adapun obat-obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum diantaranya vitamin, antiemetik (anti muntah), dan antihistamin (anti alergi).
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1, B2 dan B6.

F. Langkah VI : Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari intervensi atau rencana asuhan yang telah
direncanakan secara menyeluruh pada langkah V. Dalam melakukan asuhan, senantiasa
berdoa kepada Allah, karena atas izin-Nya lah sehingga ibu dapat sembuh.

G. Langkah VII : Evaluasi

Pada kasus Ny “S” dilakukan asuhan selama 3 hari di RS. Kemudian dilanjutkan ketika
ibu sudah pulang ke rumah sebanyak 5 kali kunjungan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan
di RS maupun kunjungan di rumah pasien, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus, tidak ada kelainan maupun komplikasi dari hiperemesis gravidarum tingkat II itu
sendiri. Ibu sudah tidak mengalami mual dan muntah lagi, merasa sehat dan sudah mampu
melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Sehingga ibu sudah mulai merasa nyaman
dalam menjalani kehamilannya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari izin Allah SWT yang
senantiasa memberikan kebaikan berupa nikmat kesembuhan bagi ummatnya yang meminta
pertolongan kepada-Nya percaya dan yakin pada Allah bahwa setiap penyakit mempunyai
obat. Termasuk memperbanyak dzikir

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data sehingga ditemukan data subjektif
dan objektif pada Ny “S”. Data subjektif yang ditemukan yaitu ibu mengeluh mual
dan muntah sebanyak ±10 kali dalam sehari yang mengganggu aktifitas dan keadaan
umum ibu, ibu memuntahkan semua makanan yang dimakan sehingga ibu menjadi
malas makan, ibu merasa lemas, serta nyeri ulu hati. Sedangkan data objektifnya yaitu
87

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

keadaan umum lemah, kesadaran apatis, turgor kulit kurang baik, tekanan darah 80/60
mmHg, mata cekung, sklera sedikit ikterus, konjungtiva pucat, bibir kering, dan lidah
tampak kotor.
2. Telah dirumuskan diagnosa/ masalah aktual pada Ny “S” di RS TNI-AL Jala Ammari
berdasarkan interpretasi data yang telah dilakukan, yaitu GIII PII A0, gestasi 12-14
minggu, intrauterin, tunggal, keadaan ibu lemah dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II.
3. Telah dirumuskan diagnosa/ masalah potensial pada Ny “S” dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II di RS TNI-AL Jala Ammari, yaitu dapat terjadi hiperemesis
gravidarum tingkat III, anemia, dehidrasi, serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin. Namun, pada kasus ini diagnosa potensial atau komplikasi
tersebut tidak terjadi karena telah diberikan asuhan dan pemantauan yang sesuai,
sehingga kondisi ibu bisa membaik.
4. Telah dilaksanakan perlunya tindakan segera pada Ny “S” dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II di RS TNI-AL Jala Ammari, yaitu memasang infus RL 28 tpm
pada pukul 12.50 wita, ini berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu dan
membantu mengganti cairan yang hilang.
5. Telah dilaksanakan rencana asuhan atau intervensi pada Ny “S” yaitu melakukan
rawat inap di RS, melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan dan
pemberian obat, menganjurkan ibu makan makanan yang bernutrisi seperti
mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi, menganjurkan ibu untuk makan
sedikit tapi sering, makan makanan selingan seperti biskuit dan roti kering,
menganjurkan ibu agar banyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengobservasi
mual dan muntah, mengobservasi pengeluaran urine, mengobservasi tanda-tanda vital
(TTV), serta memberikan dukungan psikologis dan spiritual agar senantiasa berdoa
dan berdzikir kepada Allah SWT.
6. Telah dilaksanakan asuhan atau implementasi pada Ny “S” dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II di RS TNI-AL Jala Ammari sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun dan sesuai syariat islam. Seperti berdoa dan memperbanyak dzikir
kepada Allah SWT saat melakukan tindakan agar senantiasa diberikan kemudahan
dalam membantu proses penyembuhan ibu.

88

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

7. Telah dilaksanakan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah dilakukan pada Ny “S”
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di RS TNI-AL Jala Ammari, tidak
ditemukan adanya kelainan maupun komplikasi. Sehingga ibu dapat menjalani
kehamilannya dengan sehat dan nyaman.
8. Telah dilaksanakan pendokumentasian terhadap semua temuan dan tindakan yang
telah diberikan pada Ny “S” dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di RS TNI-AL
Jala Ammari

B. SARAN

1. Bagi Prodi Kebidanan


Diharapkan agar prodi kebidanan semakin meningkatkan mutu dan kualitas
pembelajaran bagi mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat menerapkan hal tersebut di
lahan praktik serta memberikan asuhan yang tepat sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya komplikasi. Termasuk pada kasus hiperemesis gravidarum tingkat II.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar tenaga kesehatan khususnya bidan mampu memberikan asuhan
kebidanan yang tepat dan sesuai wewenangnya dalam menghadapi kasus hiperemesis
gravidarum tingkat II dengan tetap menerapkan integrasi keislaman di dalamnya.
3. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis semakin meningkatkan wawasan keilmuan dan pengalaman
yang dimiliki agar semakin mahir dalam menangani kasus kebidanan, termasuk pada
kasus hiperemesis gravidarum tingkat II.
4. Bagi Ibu dan Keluarga
a. Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan ibu hamil terkait hal- hal yang
bisa terjadi selama kehamilan, termasuk kasus hiperemesis gravidarum tingkat II.
b. Diharapkan ibu dapat mengenali kelainan atau tanda bahaya pada ibu hamil dan
segera ke pusat pelayanan kesehatan jika mengalaminya. Dengan demikian, dapat
diberikan penanganan secepat mungkin dan mencegah terjadinya komplikasi.
c. Diharapkan agar ibu banyak berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT agar
senantiasa diberikan kesehatan selama kehamilan hingga persalinnya kelak.

89

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

d. Diharapkan agar keluarga dapat membantu proses penyembuhan ibu dengan


hiperemesis gravidarum. Seperti memberikan support dan menjaga kondisi
psikologis ibu sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Andria, ”Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum
Daerah Rokan Hulu”, Jurnal Maternity and Neonatal, Vol 2, No 3, 2017.
Anggasari Yasi, ” Kejadian Hiperemesis gravidarum Ditinjau dari Riwayat Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Saat Pra Konsepsi Di Bpm Kusmawati Surabaya”, Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan, Vol 9, No 1, Februari 2016.
Aquari Bina, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hiperemesis gravidarum (HEG)
di Puskesmas Sosial Palembang Tahun 2017”, Akademi Kebidanan Budi Mulia
Palembang, Vol 5 No 1, Juni 2017.
Atika, Hadrians, dkk, “Hubungan Hiperemesis gravidarum dengan Usia Ibu, Usia Gestasi,
Paritas, dan Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang”,
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol 3, No 3, 2016.
Ardani Ayu, “Perbandingan Efektifitas Pemberian Terapi Minuman Jahe dan Minuman
Kapulaga Terhadap Morning Sickness pada Trimester I di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, 2013.
Bothamley dan Maureen, 2013. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta : EGC
Darmawansyih, 2014. Penyakit Kronik dalam Kehamilan. Makassar: Alauddin University
Press
Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal dan Patologi. Yogyakarta : Nuha
Medika
Fadlun dan Achmad, 2013, Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika
Heriani, “Hubungan Sikap Terhadap Peran dan Pendampingan Suami dalam Pemeriksaan
Kehamilan Terhadap Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Ibnu
Soetowo Baturaja Tahun 2014”, STIKES Al- Ma’arif Baturaja Program Studi DIII
Kebidanan, Vol 2, No 1, September 2016.
Hutahaen, 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika
Indrayani Triana, “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hiperemesis gravidarum di
RSUD Dr. Drajat Prawinegara Kabupaten Serang Tahun 2017”, Jurnal Akademi
Keperawatan Husada Karya Jaya, Vol 4, No 1, Maret 2018.
Irianti, Erda, dkk. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : CV Agung Seto
Izaanatul Fakhriyanti, “Perilaku Ibu Hamil dalam Pencegahan Hiperemesis gravidarum di
BPM Ny. E di Desa Grinting Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo”, 24 Mei 2014.
Jannah, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Yogyakarta : CV. Andi Offset
Masriroh, 2013. Keperawatan Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Imperium
Medforth, Susan, dkk. 2014. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC
Mitchell, Gallos, dkk, “Psycological Morbidity Associated with Hiperemesis gravidarum : A
Systematic Review and Meta-Analysis”, An International Journal of Obstetrics and
Gynaecology, 2016.
Muhammad Abu, 2010. Tuntunan Praktis dan Padat bagi Ibu Hamil dari A sampai Z, Pustaka
Ibnu Umar. 90

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018
Jurnal Midwifery Vol 1 No 2 (2019)

Nadyah, 2013. Kegawatdaruratan Neonatal, Anak dan Maternal. Makassar : Alauddin


University Press
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Puspito, 2012. Kitab Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta : Mitra Buku
Rahma Marliana dan Tita, “Asuhan pada Ibu Hamil Trimester I dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I”, Jurnal Bidan, Vol 2, No 2, Juli 2016.
Ratna Dwi, “Faktor Resiko Hiperemesis gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Kapongan
Kecamatan Kapongan Situbondo”, Juni 2014.
Salafudin M, Triana, dkk, “Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum di Polindes Desa Nolokerto Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal”, Vol 7, No 2, Januari 2017.
Sastri Nen, “Analisis Kejadian Hiperemesis gravidarum pada Ibu Hamil Di Bidan Praktik
Mandiri Ellna Palembang Tahun 2017”, Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bina Husada, Vol 5, No 2, Desember 2017.
Setiawati, 2013. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar : Alauddin University
Press
Sunarti, 2013. Asuhan Kehamilan. Jakarta : Penerbit In Media
Susilawati dan Erlina, “Hubungan Gravida, Umur, dan Pendidikan Ibu dengan Hiperemesis
gravidarum”. Jurnal Obstetrika Scientia, 2017.
Shihab Quraish, 2012. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Yeyeh, Lia. 2013. Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Jakarta : CV. Trans Info Media

91

Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “S” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
di RS TNI Angkatan Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai