Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERSALINAN DISTOSIA

DISUSUN OLEH:

1. TANIA HARTATI R
2. NITA SULASTIA W

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perdarahan pasca persalinan”

Makalah ini telah kami susun denganmaksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Mataram, 3 Juni 2019


Penyusun

KELOMPOK I2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pengertian persalinan distosia............................................................3
2.2 Penyebab persalinan distosia……………………………………..3
2.3 Resiko kejadian persalinan distosia………………………………5
2.4 Angka kejadian persalinan distosia di Indonesia dan NTB………6
2.5 Anatomi persalinan distosia………………………………………8
2.6 Patofisiologi dan pathway distosia……………………..............14
2.7 Tanda dan gejala persalinan distosia……………………………..16
2.8 Penatalaksanaan persalinan distosia………………………………16
2.9 Pencegahan persalinan distosia…………………………………...17
2.10 Askep persalinan distosia.................................................................18
BAB III PENUTUP........................................................................................24
3.1 Kesimpulan.........................................................................................24
3.2 Saran………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang


timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor
persalinan. (Bobak, 2004 : 784).

Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki


karakteristikkemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran
bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia
adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer.
CPD(cephalopelvic disproportion)adalah akibat dari panggul sempit, ukuran
kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas.
Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis
dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi
pada pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau
umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat
pelvic inlet,outlet dan midlet,diagnosisnya bergantung pada pengukuran
ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala
janin. Panggul sempit disebut-sebut sebagai salah satu kendala dalam
melahirkan secara normal karena menyebabkan obstructed labor yang
insidensinya adalah 1-3% dari persalinan.

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung


sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan
janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan
dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum,ruptur uteri mengancam
serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis,atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara
kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat
berupa meningkatkan kematian perinatal,dan perlukaan pada jaringan di atas
tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis.

Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan sangat


membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang
berhubungan dengan resiko tinggi persalinan pada distosia. Dimana dengan
perencanaan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan persalinan distosia?


2. Apa penyebab terjadinya persalinan distosia?
3. Apa faktor resiko terjadinya persalinan distosia?
4. Berapa angka kejadian yang ada di Indonesia terhadap kasus tersebut?
5. Bagaimana anatomi jalan lahir?
6. Bagaimana patofisiologi persalinan distosia?
7. Apa tanda dan gejala persalinan distosia?
8. Bagaimana penatalaksanaan persalinan distosia?
9. Bagaimana cara pencegahan persalinan distosia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap persalinan distosia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari distosia


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya distosia
3. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya distosia
4. Untuk mengetahui berapa angka kejadian distosia di Indonesia dan
NTB
5. Untuk mengetahui anatomi persalinan distosia
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway distosia
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala distosia
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan distosia
9. Untuk mengetahui pencegahan distosia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan persalinan distosia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang


timbul akibat berbagai kondisi.(Bobak, 2004 : 784)

Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh


kemajuan persalinan yang terlalu lambat.Secara umum, persalinan abnormal
sering terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir.Distosia merupakan akibat dari beberapa
kelainan berbeda yang dapat berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009).

2.2 Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :

1) Distosia karena kelainan presentasi


Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara
malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referens, masalah janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama
2) Distosia karena kelainan posisi janin
a. Letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim
relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala relative
besar, hidramion anak mudah bergerak, plasenta previa karena
menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul, bentuk
rahim yang abnormal, kelainan bentuk kepala seperti amemsefalus
dan hidrosefalus (obsteri patologi;134)
b. Letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD,
hidrosefalus, ansefalus, plasenta previa, dan tumor pelvis, janin mudah
bergerak karena hidramion, multiparitas, pertumbuhan janin
terhambat, atau janin mati, gemeli, kelainan uterus, lumbar skoliosis,
monster, pelvic kidney, dan kandung kemih serta rectum penuh.

3
3) Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia
uteri sering dijumpai pada multi gravid, factor herediter, emosi dan
kekuatan, salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian
obat seperti oksitosin dan obat penenang.
4) Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau
keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau
pengeluaran janin.
5) Distosia karena kelainan janin
1) Bayi besar
a. Diabetes mellitus
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir
mencapai 4000-5000 gram atau lebih
b. Keturunan
Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan
bayi besar
c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia
sebelumnya, maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali
melahirkan makrosomia dibandingkan wanita yang belum pernah
melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi
yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gr.
2) Hydrosefalus
Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan
tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid.
3) Anencephalus
Disebabkan factor mekanik, factor infeksi, factor obat, factor umur
ibu, factor hormonal.
4) Kembar siam

4
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya
bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal
terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat,
maka pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD
1998).
5) Gawat janin
a. Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus
plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus, yang
berlebihan, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,
hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan
ibu, solusio plasenta, plasenta previa.
b. Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus
plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi.
c. Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan
mengalami hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami
toleransi glukosa terganggu, dan dan seringkali disertai hipoksia.
d. Isoimunisasi rh, postmaturnitas atau dismaturnitas, kompresi
(penekanan) tali pusat.

2.3 Faktor Resiko

Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan


postmatur, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.

a. Maternal
1) Kelainan anatomi panggul
2) Diabetes Gestational
3) Kehamilan postmatur
4) Riwayat distosia bahu
5) Tubuh ibu pendek
b. Fetal
Dugaan makrosomia
c. Masalah persalinan

5
1) Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
2) “Protracted avtive phase” pada kala I persalinan
3) “Protracted” pada kala II persalinan

2.4 Angka Kejadian di Indonesia

Berdasarkan data pada tabel 1 ditemukan bahwa persentase kasus


distosia remaja tertinggi ditemukan pada tahun 2013 sebesar 7 kasus
dari total persalinan pada tahun 5140 yaitu 0,13 %.

Tabel 1. Distribusi Pasien Distosia Remaja setiap tahun di BLU RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013

Tahun Distosia Total %


remaja persalinan

2012 5 4347 0,11


2013 7 5140 0,13
Total 12 9487 0,24

Tabel 2 memperlihatkan bahwa kasus distosia paling banyak ditemukan


pada kelompok remaja umur 16-19 tahun yaitu sebesar 100%.

Umur n %

13-15 tahun - -
16-19 tahun 12 100
Total 12 100

Berdasarkan data pada tabel 3 ditemukan bahwa distosia remaja paling


banyak disebabkan karena masalah letak dan bentuk (passanger) (58,33%).

6
Tabel 3. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut Etiologi di BLU
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember
2013

Etiologi n %

Power 2 16,67
Passanger 7 58,33
Passage 3 25
Total 12 100

Pada tabel 4 ditemukan tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada
kasus distosia yaitu operasi seksio (66,67%).

Tabel 4. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut Tindakan


yang dilakukan di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1
Januari 2012 - 31 Desember 2013

Tindakan n %

Partus spontan :
Ekstraksi forcep 3 25
Ekstraksi vakum 1 8,33
Abdominal
Operasi seksio 8 66,67
Total 12 100

7
2.5 Anatomi

Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor, yaitu : jalan lahir,


janin dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas : a)
bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya
(artikulasio); dan b) bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan,
dan ligamen-ligamen.

TULANG-TULANG PANGGUL

Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu-
atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu
bidang seperti pintu-atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang,
disebut pintu-bawah panggul (pelvic outlet).

Di antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).


Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu-atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah untuk kemudian menjadi
lebih luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh
adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang
panggul.

8
Pintu-atas panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh


promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir-atas simfisis.

9
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan
Moloy, 121), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.

1. Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas
panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira
sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Jenis ini
ditemukan pada 15% wanita.
3. Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
4. Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang
menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih
besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5%
wanita.

10
11
Pintu-bawah panggul

Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi


tersusun rapi atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segi tiga,
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii

12
dengan ujung os sakrum dan segi tiga lainnya yang alasnya juga garis
antara kedua tubera ossis iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir-
bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus
pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 90˚ atau lebih sedikit.
Bila kurang sekali dari 90˚, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan
karena memerlukan tempat lebih banyak dorsal. Dalam hal ini perlu
diperhatikan apakah ujung os sakrum tidak menonjol ke depan hingga
kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber ossis iskii
(distansia tuberum) – diambil dari bagian dalamnya – adalah ± 10,5 cm.
Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung
sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi
normal dapat dilahirkan.

13
Ruang panggul (pelvic cavity)

Ruang panggul di bawah pintu-atas panggul mempunyai ukuran


paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina
iskiadika. Jarak antara kedua spina ini (distansia interspinarum) normal ±
10,5 cm. Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya
diperhatikan bentuk os sakrum, apakah seperti normal melengkung baik
dari atas ke bawah dan ke samping cekung ke belakang, dan selanjutnya
bagaimanakah bentuk rongga panggul seluruhnya. Dinding samping pada
panggul ginekoid misalnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Bidang
yang terluas dibentuk pada pertengahan simfisis dengan os sakral 2-3,
sehingga kepala janin dimungkinkan bergeser melalui pintu-atas panggul
masuk ke dalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih mudah
masuk ke dalam ruang panggul diperbesar jika sudut antara sakrum dan
lumbal, yang disebut inklinasi, lebih besar.

14
2.6 Patofisiologi dan Pathway

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang


menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengeran akan menyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

15
Pathway

DISTOSIA PERSALINAN

Kelainan tenaga/his Kelainan letak dan bentuk

Kelainan jalan lahir

Kelelahan fisik Kegagalan bahu melipat

Panggul sempit kedalam panggul

Hipermetabolisme segmen depan

Penekanan bahu pada

Risiko Ubun-ubun sulit panggul menuju vagina


ketidakseimban
memutar ke depan
gan cairan
Resiko tinggi
cedera janin
Tekanan kepala pada

serviks

Nyeri selama proses

persalinan

Gangguan rasa
nyaman

(Suryaningsih A. Retno Murti dkk.2013)

2.7 Tanda dan Gejala

Gejala pada ibu :

1. Gelisah

16
2. Letih
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nadi dan pernafasan cepat
5. Edem pada vulva dan serviks
6. Bisa jadi ketuban berbau janin

Gejala lain :

1. Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping.


2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
3. Nyeri hebat dan janin sulit dikeluarkan.
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus.
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin
terdengar leih jelas pada dada.

2.8 Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
1) Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
2) Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau
morvin 10 mg (IM)
3) Perbaiki keadaan umum
4) Dukungan emosional dan perubahan posisi
5) Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His
1) TD diukur tiap 4 jam
2) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
3) Pemeriksaan dalam :
- Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)

17
- Berikan analgetik seperti petidin, morfin
- Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
b. Kelainan janin
1) Pemeriksaan dalam
2) Pemeriksaan luar
3) MRI
4) Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan
seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun
sekunder pada akhir persalinan.
c. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium)
persalinan dengan SC (seksio caesarea).
2.9 Pencegahan Distosia
1. Status gizi ibu saat hamil
2. Senam hamil secara teratur
3. Mengontrol kehamilan
4. Persiapan mental menjelang persalinan
5. Asuhan persalinan yang baik

2.10 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

18
a. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama,
suku/bangsa.
b. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya
keluhan nyeri dan cemas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami distosia sebelumnya, apakah
ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia,
panggul sempit, apakah ada riwayat DM, apakah ada riwayat kembar
dll.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan
letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,
DM, eklamsi dan pre eklamsi.
4) Pengkajian pola fungsional (Dongoes)
a) Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan, kurang energi, letargi, penurunan
penampilan
b) Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat, mungkin menerima magnesium
sulfat untuk hipertensi karena kehamilan

c) Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

d) Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan

e) Nyeri atau ketidaknyamanan


Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses
kehamilan, kontraksi jarang, dengan intensitas ingan sampa

19
sedang, dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah
persalinan terjadi, fase laten dapat memanjang,

f) Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap, pemerisaan vagina dapat
menunjukkan janin dalam malposisi, penurunan janin mungkin
kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam
pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan, dapat mengalami versi
eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.

g) Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara, uterus mungkin distensi
berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel, janin besar atau
grand multiparis.

h) Nutrisi dan Cairan


Klien mengalami penurunan nafsu makan (1 kali/hari), frekuensi
minum klien juga mengalami penurunan (3 gelas//8 jam). Klien
mengalami pengeluaran air ketuban yang banyak.
i) Personal Hygiene
Klien mandi 1 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari
d. Pengkajian Fisik
1) Kepala
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis.
3) Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan.
4) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak
awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi,
letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus

20
keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaan
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
5) Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem
pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya
kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa.
6) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.

e. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS : px merasa haus Kelainan tenaga/his Risiko
DO : penurunan turgor Ketidakseimbangan
kulit dan lidah, Cairan
Kelelahan fisik
penurunan TD,
penurunan volume dan
Hipermetabolisme
tekanan nadi, kulit dan
membran mukosa
kering, kelemahan
DS : mengeluh tidak Kelainan jalan lahir Gangguan Rasa
nyaman, tidak mampu Nyaman
rileks, mengeluh
Panggul sempit
kedinginan/kepanasan,
segmen depan
mengeluh lelah
DO : gelisah,
Ubun-ubun sulit
menunjukkan gejala
memutar ke depan
distres, tampak
merintih/menangis,
Tekanan kepala pada

21
postur tubuh berubah serviks

Nyeri selama proses


persalinan

DS : mengeluh nyeri Kelainan letak dan Resiko cedera pada


bentuk
DO : konjungtiva janin
pucat, DJJ meningkat,
Kegagalan bahu
serviks kaku disertai
melipat kedalam
pengeluaran lendir panggul
campur darah

Penekanan bahu
pada panggul
menuju vagina

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d prosedur pembedahan mayor
b. Gangguan rasa nyaman b/d gangguan stimulus lingkungan
c. Resiko cedera pada janin bd malposisi janin
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Risiko NOC NIC
ketidakseimbangan  Fluid balance Fluid management
cairan b/d prosedur  Hydration a. Pertahankan
pembedahan mayor  Nutritional status : catatan intake dan
Definisi : berisiko Food and Fluid output yang
mengalami penurunan,  Intake akurat
peningkatan atau Kriteria Hasil : b. Monitor status

22
percepatan  Mempertahankan dehidrasi
perpindahan cairan urine output sesuai (kelembaban
dari intravaskuler, dengan usia dan BB, membran
interstisial atau BJ urine normal, HT mukosa, nadi
intraseluler normal adekuat, tekanan
Faktor risiko  Tekanan darah, nadi, darah ortostatik),
a. Kehilangan volume suhu tubuh dalam jika diperlukan
cairan aktif batas normal c. Monitor vital sign
b. Kurang  Tidak adatanda- d. Kolaborasikan
pengetahuan tanda dehidrasi, pemberian cairan
c. Penyimpangan  Elastisitas turgor IV
yang kulit baik, membran e. Monitor status
mempengaruhi mukosa lembab, gizi
absorbs cairan tidak ada rasa haus f. Kolaborasi
d. Penyimpangan yang berlebihan dengan dokter
yang g. Atur
mempengaruhi kemungkinan
akses cairan transfusi
e. Penyimpangan Hypovolemia
yang management
mempengaruhi a. Monitor status
asupan cairan cairan termasuk
f. Kehilangan intake dan output
berlebihan melalui cairan
rute normal (mis., b. Pelihara IV line
diare) c. Monitor tingkat
g. Usia lanjut Hb dan
h. Berat badan hematokrit
ekstrem d. Monitor tanda
i. Faktor yang vital
mempengaruhi e. Monitor respon
kebutuhan cairan pasien terhadap

23
(mis., status penambahan
hipermetabolik) cairan
f. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
2. Gangguan rasa NOC NIC
nyaman b/d gangguan  Ansiety Anxiety Reduction
stimulus lingkungan  Fear Leavel (penurunan
Definisi : merasa  Sleep Deprivation kecemasan)
kurang senang, lega,  Comfort, Readines a. Gunakan
dan sempurna dalam for Enchanced pendekatan yang
dimensi fisik, Kriteria Hasil: menenangkan
psikospiritual,  Mampu mengontrol b. Nyatakan dengan
lingkungan, dan sosial. kecemasan jelas harapan
Batasan karakteristik  Status lingkungan terhadap pelaku
a. Ansietas yang nyaman pasien
b. Menangis  Mengontrol nyeri c. Jelaskan semua
c. Gangguan pola  Kualitas tidur dan prosedur dan apa
tidur istirahat adekuat yang dirasakan
d. Takut  Agresi pengendalian selama prosedur
e. Ketidakmampuan diri d. Pahami prespektif
untuk rileks  Respon terhadap pasien terhadap
f. Iritabilitas pengobatan situasi stres
g. Merintih  Kontrol gejala e. Temani pasien
h. Melaporkan  Status kenyamanan untuk memberikan
merasa meningkat keamanan dan
dingin/panas  Dapat mengontrol mengurangi takut
i. Melaporkan ketakutan f. Bantu pasien
perasaan tidak  Support social mengenal situasi
nyaman  Keinginan untuk yang
j. Gelisah hidup menimbulkan
Faktor yang kecemasan
berhubungan g. Dorongan pasien

24
a. Gejala terkait untuk
penyakit mengungkapkan
b. Sumber yang perasaan,
tidak adekuat ketakutan, persepsi
c. Kurang h. Instruksikan
pengendalian pasien
lingkungan menggunakan
d. Kurang privasi teknik relaksasi
e. Kurang kontrol Environment
situasional Management Confort
f. Stimulasi Pain Management
lingkungan yang
mengganggu
g. Efek samping
terkait terapi
(mis.,medikasi,ra
diasi)
3. Resiko cedera janin NOC NIC
berhubungan dengan  DJJ 120-160 Electronic fetal
malposisi janin  Frekuensi monitoring :
perpindahan janin Antepartum
 Nonstress test a. Kaji riwayat
kehamilan,
tentukan faktor
resiko yang
memerlukan
pemeriksaan
kehamilan untuk
mengetahui
keadaan janin
b. Periksa TTV ibu
c. Kaji status janin
sebelumnya

25
d. Periksa TD ibu
dan DJJ sebelum
memulai
memonitor
keadaan janin
e. Lakukan
maneuver leopard
untuk mengetahui
posisi janin
f. Memberikan
edukasi maternal
yang berkaitan
dengan tes
antepartum
seperti : nonstress
test
g. Pada kehamilan
kembar
dokumentasi hasil
temuan kontraksi
yang simultan
h. Untuk
membedakan janin
yang kembar
gunakan hasil
temuan dari dua
monitor fetal
(kontraksi yang
simultan) sebagai
perbandingan data
i. Kolaborasi dengan
dokter dan bidan

26
j. Berikan panduan
antisipasi untuk
hasil yang
abnormal dari
nonstress test
k. Ingatkan klien
untuk pemeriksaan
selanjutnya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi. Ada beberapa penyebab distosia antara lain
kelainan tenaga/his, kelainan jalan lahir, kelainan letak dan bentuk janin.

27
Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan sangat
membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang
berhubungan dengan resiko tinggi persalinan pada distosia. Dimana dengan
perencanaan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.

3.2 Saran

Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam


memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. dan untuk tim medis agar dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education.

DAFTAR PUSTAKA

Marmi, Suryaningsih A. Retno Murti dan Fatmawati Ery.2013.Asuhan Kebidanan


Patologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP PPNI

28
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Jogjakarta:
Mediaction

Paat, J, Suparman, E & Tendean, H, 2015,’Persalinan Distosia Remaja Di Bagian


Obstetri Ginekologi BLU RSUP Prof.DR.R.D Kandou Manado’, Jurnal e-Clinic,
Vol.3, no.2

Nindi Febriani,2015.Askep Distosia.Dikutip dari


http://www.academia.edu/11904485/Distosia. 31 Mei

Rifani Apri Liandi,2019. Distosia Persalinan. Dikutip dari


http:/id.scribd.com/document/407549838/228732931-Distosia-Persalinan-
laporan-pendahuluan-docx. 31 Mei

29

Anda mungkin juga menyukai