Anda di halaman 1dari 17

Referat

DISTOSIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh:

Dayank Ramadhany
1807101030099

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas karya ilmiah yang berjudul “DISTOSIA”.
Penyusunan referat ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepanitraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh. Ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Yusra Septivera, Sp.OG yang telah
bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan referat ini.
Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran
dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu
kedokteran pada umumnya dan ilmu kedokteran Obstetri dan Ginekologi pada
khususnya. Terima kasih.

Banda Aceh, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4


2.1 Definisi ................................................................................................................4
2.2 Epidemiologi .......................................................................................................4
2.3 Etiologi ................................................................................................................4
2.4 Klasifikasi .......................................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 10
2.6 Diagnosis ........................................................................................................... 10
2.7 Tatalaksana ........................................................................................................ 10
2.8 Pencegahan ........................................................................................................ 13
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena
terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P (power, passage, passenger).1 Distosia
bahu didefinisikan sebagai persalinan presentasi kepala pervaginam yang
membutuhkan manuver obstetrik tambahan untuk melahirkan fetus setelah kepala
lahir dan traksi gagal. Diagnosis objektif dari waktu persalinan kepala- tubuh yang
memanjang dapat ditegakkan apabila lebih dari 60 detik, namun waktu ini juga tidak
rutin digunakan. Distosia bahu terjadi ketika baik bahu fetus anterior atau posterior
(jarang), mengalami impaksi pada simfisis pubis atau promontorium sakral ibu1
Distosia bahu masih menjadi penyebab penting cedera neonatal dan maternal
dengan tingkat insidensi 0,6-1,4% dari persalinan pervaginam. Prevalensi disproporsi
fetopelvik di Asia Tenggara sebanyak 6,3% dari kelahiran total. Prevalensi
disproporsi fetopelvik di Indonesia berjumlah 3,8% dari kelahiran total, dan
disproporsi fetopelvik menjadi indikasi ketiga tindakan seksio sesarea (12,8%) setelah
malpresentasi (18,6%) dan seksio sesarea sebelumnya (15,2%). Menurut laporan
World Health Organization (WHO) disproporsi fetopelvik menyumbang sebanyak 8%
dari seluruh penyebab kematian ibu di seluruh dunia.2
Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu kelainan power, passage, dan
passanger seperti 1. Kelainan Powe : Power adalah kekuatan ibu mendorong janin,
yaitu kekuatan his dan kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang
timbul dominan pada fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin lama semakin kuat
dan sering serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan his ini dapat berupa
inersia uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik. , ke-2. Kelainan Passage : Distosia
karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanya kelainan pada jalan lahir, jalan
lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau
tulang panggul dapat berupa kelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran panggul.
Sedangkan jalan lahir lunak yang sering dijumpai karena adanya tumor ovarium
yang menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada jalan lahir yang dipaksakan
dan yang ke-3. Kelainan Passange : Kelainan passanger merupakan kelainan pada

2
letak, ukuran ataupun bentuk janin, kelainan letak ini termasuk dalam kelainan
presentasi dan kelainan posisi, pada kondisi normal, kepala memasuki pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atau oblik sehingga ubun-
ubun kecil berada dikanan atau dikiri lintang atau dikanan atau kiri belakang, setelah
kepala memasuki bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan memutar ke
depan akibat terbentur spina ischiadika sehingga ubun-ubun kecil berada didepan
(putaran paksi dalam), namun terkadang tidak terjadi putaran sehingga ubun-ubun
kecil tetap berada dibelakang atau melintang, keadaaan ini disebut dengan deep
transvere arrest, oksipitalis posterior persisten atau oksipitalis transversus persisten,
keadaan ini akan mempersulit persalinan. Distosia ini juga terbagi mejadi berbagai
macam klasifikasi yaitu distosia disfungsional, distosia karena kelainan pada jalan
lahir, distosia karena kelainan presentasi dan posisi, distosia karena kelainan presentasi
dan posisi, dan distosia karena kelainan janin.3,4,5
Manifestasi yang terdapat pada distosia itu adalah pada tubuh bayi tidak muncul
setelah ibu meneran dengan baiak dan traksi yang cukup untuk melahirkan tubuh
setelah kepala bayi keluar dan terdapaat adanya turtle sign yang artinya kepala bayi
tertarik kembali ke perineum ibu setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar,
seperti kura-kura yang menarik kepala kembali cangkangnya, dan penarikan kepala
bayi ini terjadi akibat bahu depan bayi terhimpit di sympisis pubis sehingga mencegah
lahirnya tubuh si bayi.6
Diagnose pada distosia dapat ditegakkan apabila didiapaatkan kepala bayi
sudah lahir tetapi bahu bertahan dan tidak dapat dilahirkan, kepala bayi sudah lahir
tetapi menekan vulva debngan kencang, dagu tertarik dan menekan perineum, dan
traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu dan tetap bertahan di simpisis pubis.7

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena
terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P (power, passage, passenger). Distosia
bahu didefinisikan sebagai persalinan presentasi kepala pervaginam yang
membutuhkan manuver obstetrik tambahan untuk melahirkan fetus setelah kepala
lahir dan traksi gagal. Diagnosis objektif dari waktu persalinan kepala- tubuh yang
memanjang dapat ditegakkan apabila lebih dari 60 detik, namun waktu ini juga tidak
rutin digunakan. Distosia bahu terjadi ketika baik bahu fetus anterior atau posterior
(jarang), mengalami impaksi pada simfisis pubis atau promontorium sakral ibu1

2.2 Epidemiologi

Distosia bahu masih menjadi penyebab penting cedera neonatal dan maternal
dengan tingkat insidensi 0,6-1,4% dari persalinan pervaginam. Prevalensi disproporsi
fetopelvik di Asia Tenggara sebanyak 6,3% dari kelahiran total. Prevalensi
disproporsi fetopelvik di Indonesia berjumlah 3,8% dari kelahiran total, dan
disproporsi fetopelvik menjadi indikasi ketiga tindakan seksio sesarea (12,8%) setelah
malpresentasi (18,6%) dan seksio sesarea sebelumnya (15,2%). Menurut laporan
World Health Organization (WHO) disproporsi fetopelvik menyumbang sebanyak
2
8% dari seluruh penyebab kematian ibu di seluruh dunia.

2.3 Etiologi
Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu kelainan power, passage, dan
passanger :3

a) Kelainan Power
Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan his
dan kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang timbul
dominan pada fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin lama semakin
5

kuat dan sering serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan his ini
dapat berupa inersia uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik. Kontraksi
uterus atau his secara normal terjadi pada awal persalinan yakni pada kala 1,
pada awal kala 1 his yang timbul masih jarang yaitu 1 kali dalam 15 menit
dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin lama akan timbul semakin
cepat dan sering yakni interval 2 sampai 3 kali dalam 10 menit dengan
kekuatan 50 sampai 100 detik. Apabila kontraksi tidak adekuat, maka serviks
tidak akan mengalami pembukaan, sehingga pada kondisi tersebut dilakukan
induksi persalinan, dan apabila tidak ada kemajuan persalinan maka
dilakukan seksio sesaria, namun pada persalinan kala II apabila ibu
mengalami kelelahan maka persalinan dilakukan dengan menggunakan
vacum ekstraksi. 3

Persalinan kala III yaitu melahirkan plasenta, apabila placenta belum


lahir dalam waktu 30 menit maka hal ini terjadi karena tidak ada kontraksi
uterus atau karena adanya perlengketan sehingga merangsang, uterus maka
di berikan pemberian induksin dan melakukan massage uterus.3

b) Kelainan Passage
Distosia karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanya
kelainan pada jalan lahir, jalan lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak
dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau tulang panggul dapat berupa
kelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran panggul. Sedangkan jalan
lahir lunak yang sering dijumpai karena adanya tumor ovarium yang
menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada jalan lahir yang
dipaksakan.4
Jenis kelainan pada jalan lahir keras berupa kelainan bentuk yaitu
bentuk panggul yang tidak normal, diantaranya gynecoid, antropoid,
android, dan platipeloid. Terutama pada panggul android distosia sulit
diatasi, selain itu terdapat kelainan panggul yang disertai dengan
6

perubahan bentuk karena pertumbuhan intrauterine yaitu panggul Naegele,


robert, split pelvis dan panggul asimilasi. Perubahan bentuk panggul juga
dapat terjadi karena adanya penyakit seperti rakhitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrifi, karies, nekrosis maupun penyakit pada sendi
sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea. Penyakit tulang belakang seperti
kifosis, skoliosis dan spondilolistesis serta penyakit pada kaki seperti
koksiis, luksasio koksa dan atrofi atau kelumpuhan satu kaki merupakan
termasuk penyulit dalam proses persalinan pervaginam.4

c) Kelainan Passanger
Kelainan passanger merupakan kelainan pada letak, ukuran ataupun
bentuk janin, kelainan letak ini termasuk dalam kelainan presentasi dan
kelainan posisi, pada kondisi normal, kepala memasuki pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atau oblik sehingga ubun-
ubun kecil berada dikanan atau dikiri lintang atau dikanan atau kiri
belakang, setelah kepala memasuki bidang tengah panggul (Hodge III),
kepala akan memutar ke depan akibat terbentur spina ischiadika sehingga
ubun-ubun kecil berada didepan (putaran paksi dalam), namun terkadang
tidak terjadi putaran sehingga ubun-ubun kecil tetap berada dibelakang atau
melintang, keadaaan ini disebut dengan deep transvere arrest, oksipitalis
posterior persisten atau oksipitalis transversus persisten, keadaan ini akan
mempersulit persalinan.4
Presentasi muka merupakan salah satu kelainan janin, diagnosis
presentasi muka berdasarkan pemeriksaan luar yakni dada akan teraba
seperti punggung, bagian belakang kepala berlawanan dengan bagian dada,
dan daerah dada ada bagian kecil denyut jantung janin terdengan jelas, dan
berdasarkan pemeriksaan dalam umumnya teraba mata, hidung, mulut dan
dagu atau tepi orbita. Pada presentasi dahi pada umumnya merupakan
kedudukan sementara sehingga biasanya dapat menjadi presentasi belakang
kepala dan presentasi muka.3
7

Letak sungsang merupakan keadaan dimana letak janin memanjang


dengan kepala dibagian fundus uteri dan bokong dibagian bawah cavum
uteri hal ini pula merupakan penyulit dalam persalinan. Selain letak
sungsang, letak lintang pula cukup sering terjadi, presentasi ini merupakan
presentasi yang tidak baik sama sekali dan tidak mungkin dilahirkan
pervaginam kecuali pada keadaan janin yang sangat kecil atau telah mati
dalam waktu yang cukup lama.3
Beberapa kelainan dalam bentuk janin yaitu karena adanya
pertumbuhan janin yang berlebihan, berat neonatus pada umunya adalah
4000 gram, makrosomia atau bayi besar apabila lebih dari 4000 gram,
umumnya hal ini karena adanya faktor genetik, kehamilan dengan diabetes
mellitus, kehamilan post matur atau pada grande multipara. Hidrocephalus
pula merupakan kelainan bentuk janin, hal ini merupakan keadaan dimana
cairan serebrospinal dalam ventrikel janin berlebih sehingga kepala janin
menjadi besar dan keadaan ini dapat menyebabkan cephalo pelvic
disproportion.4

2.4 Klasifikasi

➢ Distosia Disfungsional

Distosia disfungsional adalah distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong


5
anak tidak memadai, Distosia disfungsional dibagi menjadi dua macam yaitu:

A. Distosia Kerena Kelainan His


Distosia karena kelainan his adalah perlambatan persalinan yang
diakibatkan kontraksi uterus abnormal. Distosia karena kelainan his dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
8

1) Disfungsi hipotonis
Yaitu kontraksi his yang terlalu lemah. Dengan CTG, terlihat tekanan yang
kurang dari 15 mmHg. Tekanan tersebut tidak mencukupi untuk kemajuan
penipisan serviks dan dilatasi. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak kontraksi
dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam.

2) Disfungsi hipertonis
Yaitu kontraksi his yang berlebihan dan tidak terkoordinasi. Ibu yang
mengalami disfungsi hipertonis akan sangat merasakan kesakitan. Kontraksi ini
biasa terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak
terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada di
fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong sampai ke
servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi.

B. Distosia karena Kekuatan Mengejan Kurang Kuat


Distosia karena Kekuatan Mengejan Kurang Kuat yaitu distosia yang
disebabkan kekuatan abdomen untuk mendorong janin kurang kuat. Kekuatan ini
normalnya berfungsi untuk membantu kontraksi uterus/his. Kelainan ini disebabkan
karena kelainan pada dinding perut seperti luka parut baru pada dinding perut, diastase
muskulus rektus abdominis atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak nafas atau
adanya kelelahan ibu.

➢ Distosia karena kelainan pada jalan lahir


Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-
tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan
bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis. Perbandingan
antara kepala janin dan panggul yang tidak serasi dapat menyebabkan distosia.
Distosia karena kesempitan panggul dibagi menjadi tiga yaitu:
9

1. Kesempitan Pintu Atas Panggul


2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul
3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

➢ Distosia kareba kelainan presentasi dan posisi


A. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistens)
B. Kelainan Presentasi
1) Presentasi Muka

2) Presentasi Dahi
3) Letak Sungsang
• Frank breech atau bokong murni (50-70%)
• Complete breech atau bokong sempurna (5-10%)
• Foot ling atau incomplete atau presentasi kaki (10-30%)
4) Letak Lintang
5) Presentasi Ganda
• Tangan menumbung
• Lengan menumbung
• Kaki menumbung

➢ Distosia karena kelainan janin


1) Pertumbuhan janin yang berlebihan
2) Hidrosefalus
3) Kelainan Bentuk Janin Yang Lain
a. Janin kembar melekat (double master)
b. Janin dengan perut besar
4) Prolapsus Foeniculi

➢ Distosia karena kelainan traktus genitalis

➢ Distosia karena respon psikologis.


10

2.5 Manifestasi Klinis

6
Tanda klinis terjadinya distosia bahu meliputi:

1. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan traksi yang cukup
untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi lahir.

2. Turtle sign adalah kepala bayi tertarik kembali ke perineum ibu setelah keluar
dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti kura-kura yang menarik kepala
kembali ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini terjadi akibat bahu depan
bayi terperangkap di simfisis pubis ibu sehingga mencegah lahirnya tubuh
bayi.

2.6 Diagnosis

Diagnosis distosia bahu dapat ditegakkan bila didapatkan beberapa tanda


dibawah ini:7

Ø Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
Ø Kepala bayi sudah lahir tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
Ø Dagu tertarik dan menekan perineum
Ø Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu dan tetap tertahan di
simfisis pubis

2.7 Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum

Ø Minta bantuan untuk menolong persalinan dan resusitasi neonatus


bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan
pascasalin atau robekan perineum.

Ø Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu berbaring


telentang, mintalah ibu menekuk kedua tungkainya dan
11

mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah


bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke
arah dada.

Ø Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan


ke arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu
persalinan bahu.

Ø Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat


tinggi, lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial
(searah tulang punggung janin) pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan di bawah simfisis pubis.6

Gambar 1. Manajemen distosia bahu .


12

Gambar 2. Algoritma penanganan distosia bahu

b. Tatalaksana Khusus
Ø Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:

• Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup untuk


memudahkan manuver internal.
• Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi, masukkan tangan ke
dalam vagina pada sisi punggung bayi.
• Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior untuk
mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu.
• Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan distosia bahu.
• Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior bahu
anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik.6
13

Ø Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas:
• Masukkan tangan ke dalam vagina.
• Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari menjaga
lengan tetap fleksi pada siku, pindahka lengan ke arah dada. Raih
pergelangan tangan bayi dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini
akan memberikan ruangan untuk bahu anterior agar dapat melewati
bawah simfisis pubis.6

Ø Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat
manuver- manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya kleidotomi,
simfisiotomi, metode sling atau manuver Zavanelli. Namun manuver-
manuver ini hanya boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih. 6

2.8 Pencegahan

Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada distosia bahuadalah: 6


• Sarankan kepada pasien untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan
pervaginal yang beresiko tinggi: janin yang luar biasa besar (> 5kg), janin
yang sangat besar ( > 4,5kg) dengan diabetes, janin besar (> 4kg)
dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang
memanjang dengan janin besar.
• Identifikasi dan obati ibu yang mengalami diabetes
• Kenali adanya distosia seawal mungkin
• Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan bila distosia telah
diketahui
BAB III
KESIMPULAN

Distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam persalinan
atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janin maupun
ibu. Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu : Kelainan Power, Kelainan
Passage, Kelainan Passanger. Diagnosis objektif dari waktu persalinan kepala-
tubuh yang memanjang dapat ditegakkan apabila lebih dari 60 detik, namun waktu
ini juga tidak rutin digunakan.
Penanganan distosia tergantung dari jenis distosianya, dapat dilakukan
manuver obsteterik tambahan agar dapat dilahirkan secara pervaginam atau
melakukan persalinan perabdominam.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2012. Shoulder dystocia.


London: Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.

2. The American College of jurnal Obstetrician and Gynecologists. 2002. Clinical


management guidelines for obstetrician gynecologists. Washington: The American
College of Obstetrician and Gynecologists.

3. Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.


Abnormal Labor. In. Williams Obstetrics 23rd Edition. Thw Mc Graw-Hill
Companies, New York. 2010

4. Winkjosastro, Hanifa, 2006. “Ilmu kebidanan” Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: Jakarta.

5. Cunningham FG, Leveno KJ, dkk. 2012. Obsteri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Distosia Bahu di dalam Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

7. Soewarto S. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohadjo Edisi Keempat. Saifuddin AB,


editor. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.

12

Anda mungkin juga menyukai